Modul ke: Fakultas MKCU www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi BAB VII SEKSUALITAS MANUSIA Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. SEKSUALITAS MANUSIA A. PENDAHULUAN • Sex merupakan hal yang dianggap tabu untuk diperbincangkan. Akan tetapi secara bertahap seiring dengan berjalannya waktu pengetahuan tentang sex dan pembicaraan mengenai masalah seksualitas dianggap sebagai hal yang penting dan perlu bagi perkembangan manusia. • Rollo May menulis, “Masyarakat zaman Victoria mencari cinta tanpa harus terlibat dengan seks; sementara masyarakat modern mencari seks tanpa harus terlibat dengan cinta”. • Masyarakat Puritan yang mengatakan seks sebagai sarana kejahatan bagi prokreasi. • Pandangan populer Playboy yang mengangap seks sebagai sarana rekreasi. • Kedua pandangan ekstrim tersebut tidak benar dan tidak menunjukan fungsi seks yg sesuai dengan maksud Tuhan. Pandangan negatif membuat pasangan yang telah menikah merasa bersalah saat berhubungan seks; sementara pandangan yang bebas membuat manusia menjadi seperti robot yang melihat seks dalam arti sempit dan hanya berfungsi untuk kepuasan. B. PENGERTIAN SEKS DAN SEKSUALITAS • Seksualitas merupakan hal yang sulit untuk didefinisikan karena menyangkut banyak aspek kehidupan dan diekspresikan dalam bentuk perilaku yang beranekaragam. Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan-perasaan orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara kedua individu tersebut. • Apakah sex dan seksualitas merupakan sesuatu yang sama? Kebanyakan orang memahami sexualitas sebatas istilah sex, pada hal antara sex dengan sexualitas merupakan hal yang berbeda. • Zawid (1994), kata sex sering digunakan dalam dua hal, yaitu: • (a) aktivitas sexsual genital, dan • (b) sebagai label jender (jenis kelamin). • Sedangkan seksualitas memiliki arti yang lebih luas karena meliputi bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut terhadap orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti, sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau melalui perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata. • Steven (1999) Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. • WHO dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi. • Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak terpisahkan dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. • Seksualitas : interaksi faktor2 biologis, psikologi personal, dan lingkungan. • Fungsi biologis mengacu pada kemampuan individu untuk memberi dan menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. • Identitas dan konsep diri seksual psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang seksualitas seperti citra diri, identifikasi sebagai pria atau wanita, dan pembelajaran peran-peran maskulin atau feminin. • Nilai/aturan sosio budaya membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan dunia dan bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain. (Bobak: 2004) • Seksualitas mempunyai dua aspek yakni: • 1. Seksualitas dalam arti sempit. Dalam arti sempit seks berarti kelamin: •a. Alat kelamin itu sendiri •b. Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin •c. Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki-laki dan perempuan •d. Hubungan kelamin • 2. Seksualitas dalam arti luas. • Segala hal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin antara lain: a) Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dll • b) Perbedaan atribut: pakaian, nama, dll c) Perbedaan peran. C. SEKSUALITAS DALAM ALKITAB Prinsip 1: Alkitab mengatakan bahwa seksualitas manusia sebagai sesuatu yang baik Allah bersabda dlm Kitab Kejadian: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka” (Kej 1:27) Setelah penciptaan sebelumnya dilakukan, Allah melihat bahwa “semuanya itu baik” (Kej 1:12,18,21,25), tp setelah penciptaan mns sbg lakilaki dan perempuan, Allah melihat bahwa “segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31). Awal pengertian secara ilahi bhw seksualitas mns itu ‘sungguh amat baik’ menunjukan perbedaan seksual pria dan wanita sbg bagian dr kebaikan dan kesempurnaan dr ciptaan Tuhan yang pertama. • Prinsip 2: Seksualitas manusia adalah satu proses dimana dua menjadi ‘satu daging’. • Hubungan intim antara seorang pria dan wanita diekspresikan dalam Kej 2:24: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”. Istilah ‘satu daging’ mengacu pada penyatuan tubuh, jiwa, dan roh yang utuh diantara pasangan yang telah menikah. Penyatuan utuh ini dapat dialami khususnya melalui hubungan seksual yang merupakan tindakan dari pengekspresian cinta sejati, rasa hormat, dan komitmen. • Istilah ‘menjadi satu daging’ menunjukan rencana Tuhan tentang seks dalam perkawinan. Hal ini menjelaskan bahwa Tuhan melihat seks sebagai media bagi suami istri untuk mencapai kesatuan. • Menjadi ‘satu daging’ juga mengambarkan tujuan dari kegiatan seksual yang tidak hanya sebagai prokreasi (untuk memperoleh keturunan) tetapi juga psikologi (memenuhi kebutuhan emosional untuk mencapai satu hubungan kesatuan). Prinsip 3: Seks adalah memahami satu sama lain melalui cara yang paling intim. • Hubungan seksual diantara pasangan yang telah menikah membuat mereka dapat saling memahami melalui cara yang paling khusus. Hal ini tidak dapat diperoleh dengan cara yang lain. Berhubungan seksual tidak hanya membiarkan pasangan kita melihat tubuh kita tapi juga kepribadian kita. Inilah sebabnya mengapa kitab suci sering menggambarkan hubungan seksual sebagai ‘memahami’, kata kerja yang sama digunakan dalam Ibrani yang mengacu pada memahami Tuhan. • Adam tentu saja sudah mengenal Hawa sebelum mereka berhubungan seksual, namun ia mengenal Hawa lebih jauh lagi melalui cara yang paling khusus tersebut. Prinsip 4: Alkitab mengecam hubungan seks diluar nikah. • Karena seks melambangkan hubungan antar pribadi yang paling intim dan mengekspresikan penyatuan ‘satu daging’ berdasarkan komitmen total, seks tidak boleh dilakukan dalam satu hubungan biasa yang hanya berlandaskan kesenangan. Penyatuan dalam hubungan semacam itu merupakan tindakan amoral. • Hubungan seks diluar nikah adalah masalah yang serius karena membawa pengaruh yang lebih dalam dari dosa-dosa yang lain. Seperti yang rasul Paulus nyatakan :”Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi diluar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri” (I Kor 6:18) Prinsip 5: Seks tanpa komitmen membuat manusia sama seperti benda. • Seks diluar nikah adalah seks tanpa komitmen. Hubungan semacam ini menghancurkan integritas seseorang dengan merendahkannya menjadi satu obyek yang digunakan untuk kepuasan pribadi. Seseorang yang merasa terhina setelah berhubungan seksual bisa saja menjadi trauma karena takut hanya akan dimamfaatkan atau justru menjadi tidak menghargai tubuhnya lagi sehingga melakukan hubungan seksual secara sangat bebas. Ia telah kehilangan kesempatan untuk mengunakan seks sebagai cara untuk mengekspresikan rasa cinta dan merusak pengertian seksualitas manusia yang sesungguhnya. • Seks tidak dapat digunakan sebagai cara untuk bersenang-senang dengan seseorang sementara disaat yang sama digunakan untuk menunjukan cinta sejati dan komitmen dengan orang lain. Pandangan alkitab tentang kesatuan, keintiman, dan cinta sejati tidak ditunjukan melalui seks diluar nikah atau seks dengan lebih dari satu orang pasangan. Prinsip 6: Seks merupakan sarana prokreasi dan relasi. • Dari sudut pandang Alkitab, kegiatan seksual dalam perkawinan merupakan sarana prokreasi dan relasi. Sebagai orang Kristen kita perlu menjaga keseimbangan antara kedua fungsi seks ini. Hubungan seks adalah kegiatan menyenangkan yang menimbulkan rasa saling memiliki dan menjadi satu sementara menciptakan satu kemungkinan untuk membawa satu kehidupan baru ke dalam dunia ini. Kita harus menyadari bahwa seks adalah anugerah ilahi yang hanya dapat dinikmati dalam perkawinan. • Paulus menganjurkan pada suami-istri “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.” (I Kor 7:3-5; lihat juga Ibrani 13:4) Prinsip 7: Seks memampukan pria dan wanita utk mencerminkan peta Allah dengan turut serta dalam kegiatan kreatifNya. • Dalam Alkitab, seks tidak hanya berfungsi dalam proses penyatuan roh yang misterius tetapi juga menciptakan kemungkinan untuk membawa anak-anak lahir kedunia ini. “Beranak cuculah dan bertambah banyak”, perintah Tuhan dalam Kej 1:28. D. DIMENSI SEKSUALITAS • 1. Dimensi Sosiokultural • Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah perilaku yang diterima di dalam kultur. • Setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat dlm membentuk nilai dan sikap seksual, juga dlm membentuk atau menghambat perkembangan dan ekspresi seksual anggotanya. Setiap kelompok sosial mempunyai aturan dan norma sendiri yg memandu perilaku anggotanya. • 2. Dimensi Agama dan etik Seksualitas juga berkaitan pelaksanaan agama dan etik. dengan standar Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. 3. Dimensi Psikologis Seksualitas bagaimana perilaku yang dipelajari. pun mengandung Orangtua biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama pada anak-anaknya. Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi yang halus dan nonverbal. Orangtua memperlakukan anak laki-laki dan perempuan secara berbeda berdasarkan jender. 4. Dimensi Biologis Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi/pembuahan. Material genetic dalam telur yang telah dibuahi terorganisir dalam kromosom yang menjadikan perbedaan seksual. Ketika hormone seks mulai mempengaruhi jaringan janin, genitalia membentuk karakteristik laki-laki dan perempuan. E. PERMASALAHAN SEKSUALITAS • 1. Ketidaktahuan mengenai seks • Lebih dari 70% pria dan wanita di Indonesia tidak mengetahui ttg seks. • Ini berpangkal dari kurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara masyarakat tidak memperolehnya pada waktu remaja. • Melalui berbagai media. • Peran orang tua penting. 2. Kelelahan • Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalam melakukan hubungan seks. • Suami istri sama-sama kerja, pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. • Pasangan yang sedang lelah jarang merasakan bahwa hubungan seks menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur. • Kelelahan bisa memadamkan gairah seks. 3. Konflik • Konflik merusak yang berwujud sebagai perang terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. • Konflik menjadi kendala hubungan emosional mereka. • Kemarahan, ketegangan atau perasaan kesal akan selalu menghambat gairah seks. 4. Kebosanan • Yang mendasari rasa bosan adalah kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi. • Sebagian pasangan yang sudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatan ketika melakukan hubungan seks. • Pasangan baru. F. SEKSUALITAS MENURUT MORAL GEREJA KATOLIK • Dalam tradisi Kristen, keutuhan dan keagungan tubuh dijunjung tinggi dan seksualitas mendapat nilai pribadi. Namun sepanjang sejarah Gereja, pengakuan itu selalu juga dibayangi oleh prasangka-prasangka terhadap wanita, oleh penilaian yang meremehkan atau mengharamkan seks dan larangan-larangan yang menekan kenikmatan. • AGUSTINUS membela keluhuran seksualitas melawan bermacam pandangan agama yang menganggapnya rendah dan kurang manusiawi. • Agustinus mengingatkan, bahwa hubungan priawanita dan khususnya hubungan seksual selalu diancam oleh kedosaan. • Hubungan pria-wanita yang sejati kesatuan rohani dan seksualitas dibenarkan "demi keturunan". adalah hanya • Tomas Aquino: seksualitas (termasuk kenikmatan!) adalah kodrati, ciptaan Allah. Kenikmatan seksual umumnya dibenarkan. • seksualitas sendiri makin diartikan dan diatur menurut alam-kodrat, dan makin ditekankan bahwa hubungan seksual itu ditujukan untuk memperoleh keturunan • Ajaran moral Katolik kesimpulan bahwa: menarik • setiap hubungan seksual harus terbuka untuk keturunan dan oleh sebab itu hubungan seksual hanya dapat dibenarkan dlm perkawinan yg sah. • Konsili Vatikan II bicara mengenai "cinta-kasih (suami-istri) yang beraneka-ragam" (GS 48). Seksualitas amat bernilai untuk saling mengungkapkan kasih (bdk. GS 51). • Pengertian yang baru dalam Gereja menjadi tantangan bagi moral Kristen: • dapatkah ditemukan suatu gaya hidup bersama, yang di dalamnya hubungan seksual antar pria dan wanita dapat berkembang dalam kesetiaan satu sama lain? • Dapatkah ditemukan suatu gaya hidup yang di dalamnya pria dan wanita berkembang dalam kemampuan mengasihi dan menyambut anak-anak yang lahir dengan pengharapan yang terbuka? • Menurut ajaran moral Katolik, perbuatan sanggama mendapat tempatnya yang tepat dan wajar dalam perkawinan, sebab hanya dalam hubungan mantap dan pribadi antara suami dan istri hubungan sanggama dapat menjadi ungkapan jujur bagi kasih dan penyerahan. • Sebaliknya dalam perkawinan, hubungan pribadi dikuatkan dan dikembangkan oleh perbuatan sanggama dalam kasih dan penyerahan. Hubungan intim dan pribadi adalah nilai utama dalam seksualitas dan dalam semua perbuatan seksual. • Dan semua perbuatan seksual patut dinilai, pertama-tama, sejauh mana mengungkapkan kasih terhadap partner dan mengungkapkan serta meneguhkan kesatuan hati yang mantap. Karena dalam seksualitas diteruskan hidup manusia, ajaran moral Gereja menegaskan juga supaya hubungan seksual harus terbuka bagi keturunan. Sebab di samping nilai pribadi dalam hubungan, seksualitas mengandung nilai sosial, karena merupakan daya pengikat perkawinan dan turut melangsungkan hidup. • Dalam Katekesmus Gereja Katolik (KGK) 2360 Seksualitas diarahkan kepada cinta suami isteri antara pria dan wanita. Di dalam perkawinan keintiman badani suami dan isteri menjadi tanda dan jaminan persekutuan rohani. Ikatan perkawinan antara orang-orang yang dibaptis, dikuduskan oleh Sakramen. • KGK 2361 "Oleh karena itu seksualitas, yang bagi pria maupun wanita merupakan upaya untuk saling menyerahkan din melalui tindakan yang khas dan eksklusif bagi suami isteri, sama sekali tidak semata-mata bersifat biologis, tetapi menyangkut inti yang paling dalam dari pribadi manusia. Seksualitas hanya diwujudkan secara sungguh manusiawi, bila merupakan suatu unsur integral dalam cinta kasih, yaitu bila pria dan wanita saling menyerahkan diri sepenuhnya seumur hidup" (FC 11). • KGK 2362 "Maka dari itu tindakan-tindakan, yang secara mesra dan murni menyatukan suami-isteri, harus dipandang luhur dan terhormat; bila dijalankan secara sungguh manusiawi, tindakantindakan itu menandakan serta memupuk penyerahan diri timbal-balik, cara mereka saling memperkaya dengan hati gembira dan rasa syukur" (GS 49,2). • KGK 2363 Melalui persatuan suami isteri terlaksanalah tujuan ganda perkawinan: kesejahteraan suami isteri dan penyaluran kehidupan. Orang tidak dapat memisahkan kedua arti dan nilai perkawinan ini satu dari yang lain, tanpa merugikan kehidupan rohani pasangan suami isteri dan membahayakan kepentingan perkawinan dan masa depan keluarga. G. PENUTUP • Moral Gereja Katolik mengajarkan bahwa setiap hubungan seksual harus terbuka untuk keturunan dan oleh sebab itu hubungan seksual hanya dapat dibenarkan dlm perkawinan yg sah. • Ajaran ini berdasar pada Kitab Suci Perjanjian Lama (Kitab Kejadian) dan Perjanjian Baru (Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus). Terima Kasih Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.