Output file - Portal Garuda

advertisement
Nurhasanah
FENOMENOLOGI DAN ILMU-ILMU KEMANUSIAN
Nurhasanah
Abstrak
Fenomenologi merupakan sebuah metode dan
filsafat. Fenomenologi menjadi kerangka acuan bagi
ilmuan untuk menjernihkan konsep atau teori ilmu
pengetahuan, konsep atau teori tersebut lebih solid
bagi yang muncul kemudian.
Fenomenologi
mendapat tempatnya ketika ilmu-ilmu kemanusian
dihadapkan dengan ilmu-ilmu alam/empiris. Pada
awalnya ilmu-ilmu kemanusian sangat dipengaruhi
oleh ilmu-ilmu alam yang menggunakan metode
positivistik yang menganggap realitas manusia sama
dengan realitas alam. Fenomenologi secara tepat
mampu menempatkan ilmu-ilmu kemanusia sejajar
dengan ilmu-ilmu alam. Pada titik ini fenomenologi
memberikan sumbangan yang besar bagi perubahan
paradigma ilmu-ilmu kemanusian, terutama dalam
metode penelitian.
Kata Kunci: Fenomenologi, Ilmu-Ilmu Kemanusian,
Metode.
PENDAHULUAN
Apakah ilmu-ilmu kemanusian (human Sciences) harus menggunakan
metode yang sama seperti yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam?
Apakah semua ilmu harus mengikuti model fisika supaya menjadi
ilmiah (scientific)? Di mana perbedaan ilmu alam (fisika) dengan
ilmu kemanusiaan? Apakah Ilmu alam Lebih ilmiah daripada ilmu
kemanusiaan?
Fisikalisasi seperti itu akan membawa ilmu kemanusian
sampai pada problem serius pada masalah pokok (subject matter) dan
metodologinya. Untuk itu, kita seharusnya mengetahui bagaimana
hubungan antara ilmu-ilmu kemanusia dengan fenomenologi.
674
TAJDID Vol. XII, No. 2, Juli-Desember 2013
Fenomenologi dan Ilmu-Ilmu Kemanusiaan
Seyogyanya, pertama-tama kita memahami apa maksud ilmu-ilmu
kemanusian itu dan yang dilanjutkan dengan pemahaman atas maksud
fenomenologi.
A. ILMU – ILMU KEMANUSIAAN
Ilmu-ilmu kemanusian adalah ilmu yang mengkaji masalah yang
berkaitan dengan kehidupan manusia. Sifat yang paling menonjol
pada ilmu-ilmu kemanusian adalah obyeknya berkaitan dengan
manusia yang memiliki tindakan bermakna (meaningfull action).
Kelompok ilmu-ilmu kemanusian menunjuk pada apa yang sekarang
ini di sebut dengan Geisteswissenhaften atau ilmu Sciences of mind.
Ilmu kemanusiaan harus diarahkan pada tingkah laku manusia dan
realisasi dirinya.
Untuk memperjelas posisi ilmu-ilmu kemanusian, Dilthey
membedakan dengan tajam antara Natursissenschaften atau ilmu-ilmu
alam dengan Geisteswissenhaften atau ilmu-ilmu kemanusia. Semua
ilmu-ilmu alam (fisik), seperti biologi, kimia, fisika dan ilmu-ilmu
lainya yang termasuk bidang ini serta jenis sains yang
mempergunakan metode ilmiah induksi dan eksperimen, termasuk
dalam Natursissenschaften. Sedangkan, ilmu-ilmu kemanusian seperti
sejarah, psikologi, filsafat, ilmu-ilmu sosial, seni, agama, kesusatraan
dan
ilmu-ilmu
lain
yang
sejenis,
termasuk
dalam
Geisteswissenhaften.1
Perbedaan itu menjadi amat signifikan, karena pada kenyataannya
kedua jenis ilmu pengetahuan itu mempergunakan metode atau
metodologi yang berbeda satu sama lain. Pada satu sisi, ilmu alam
mempergunakan metode ilmiah dan merupakan ilmu-ilmu pasti yang
hasil penemuannya dapat dibuktikan dengan mempergunakan metode
yang sangat ketat. Di sisi lain, ilmu-ilmu kemanusiaan tidak dapat
diterapi metode-metode ilmiah sebagaimana ilmu-ilmu alam, karena
ilmu-ilmu kemanusian berhubungan dengan hidup manusia.
Istilah tentang ilmu kemanusia memiliki cakupan yang berbeda-beda
sesuai dengan ilmuan (scientist) yang menggunakannya, misalnya:
1
Sumaryono, Hermeneutik Sebuah Metode (Jakarta: Kanisius, 1999), 50.
TAJDID Vol. XII, No. 2, Juli-Desember 2013
675
Nurhasanah
1. Menurut Stephen Strasser, ilmu kemanusiaan mencakup: bahasa,
seni, sastra, hukum, ekonomi, agama, psikologi dan sosiologi.
2. Menurut Marleu Ponty, ilmu kemanusiaan mencakup psikiologi,
sosiologi dan sejarah.
3. Ada juga yang mengatakan bahwa ilmu kemanusian mencakup,
psikologi, sosial, dan politik. Pendapat ini berusaha menyamakan
dengan ilmu alam seperti, fisika, biokimia, biologi, dan fisiologi2.
B. FENOMEOLOGI
Fenomenologi, sebagaimana dirintis Edmund Husserl (18591938) adalah sebuah metode untuk mendapatkan evidensi melalui
proses reduksi, yaitu dengan menyingkirkan asumsi dan interpretasi.
Ilmu ini menjadi kerangka acuan bagi ilmuan untuk menjernihkan
konsep atau teori.
Ilmu ini menjadi kerangka bagi kerangka acuan bagi para
ilmuan untuk memurnikan dan menjernihkan konsep atau teori lebih
solid bagi konsep dan toeri yang muncul kemudian. Keinginan ini
mendapat tempatnya ketika ilmu ini dihadapkan dengan ilmu-ilmu
alam yang empiris. Begitu juga terhadap ilmu-ilmu kemanusian yang
pada awalnya sangat dipengaruhi ilmu-ilmu alam yang secara
posivistik menganggap realitas sosial sama dengan realitas alam. Pada
titik ini fenomenologi memberi sumbangan besar bagi suatu
perubahan paradigma ilmu-ilmu kemanusian, terutama dalam hal
metode penelitain.
Istilah fenomenologi sudah digunakan oleh Kant dan Hegel.
Namun sebagai suatu aliran pemikiran yang khas, ia baru dirintis oleh
Frans Brentano (1838-1917). Frans Brentano adalah psikolog empiris
yang banyak melakukan penelitian mengenai jiwa manusia. Brentano
memperkenalkan apa yang ia sebut sebagai “fenomenologi
intensionalitas.” Di sini ia membedakan objek material dengan obyek
intensionalitas dari suatu keadaan mental. Jika orang (merasa) yakin
maka ada sesuatu yang ia yakini, sebaliknya jia ia benci, maka ada
sesuatu yang ia benci3.
2
Joseph J. Kockelmans. (Ed) Phenomenologi The Edmund Husserl and
Its Interpretation. pada bahasan Phenomenology and the Sciences of Man dalam
“Introduction”, 413
3
Aholiab Watloly, Tanggung Jawab Pengetahuan, Mempertimbangkan
Epistemologi secara Kultural,(Yogyakarta: Kanisius. 2001), 93.
676
TAJDID Vol. XII, No. 2, Juli-Desember 2013
Download