mewujudkan-indonesia-poros-maritim-dunia-2030-jaman-2016

advertisement
MEWUJUDKAN POROS MARITIM DUNIA 2030
DENGAN APLIKASI KKMI (*) DAN KKMD (**)
_
Oleh : Siswanto (***)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sampai saat ini, masih banyak kalangan termasuk masyarakat maritim, belum paham apa
definisi atau wujud “Indonesia Poros Maritim Dunia” visi Presiden RI dengan Lima Pilar
Utamanya yang disampaikan dalam KTT-EAS Nopember 2014. Untuk menjelaskan Konsep
Visi tersebut serta bagaimana cara mencapainya, Jaringan Kemandirian Nasional
mengusulkan aplikasi instrumen KKMI dan KKMD yang terdiri dari unsur-unsur Input,
Output, Proses dan Penunjang.
Indonesia Menjadi Poros Maritim Dunia adalah Output yang ingin dicapai pada tahun
2030 dengan definisi atau kriteria telah dicapainya 7 (tujuh) parameter poros maritim
dunia yang salah satunya adalah Budaya Maritim sudah menjadi jiwa hidup rakyat
Indonesia, parameternya 70 % GDP berasal dari laut.
Sebagai Inputnya terdiri dari 7 (tujuh) aspek, diantaranya adalah adanya Konsepsi
paradigma baru budaya maritim, penyiapan Sumber Daya Manusia bidang maritim yang
jujur dan unggul (45 juta orang), Riset dan Teknologi bidang maritim yang kuat.
Unsur Proses terdiri dari 7 (tujuh) program kerja utama yaitu industri dan jasa maritim;
perikanan; agro maritim; wisata bahari; pertambangan laut (minyak, gas, mineral);
transportasi laut (tol laut, pelayaran, pelabuhan, logistik); dan energi laut.
Unsur Penunjang terdiri dari 2 (dua) aspek yaitu Regulasi/ Aspek Legal dan kebijakan
pendukung yang melekat pada setiap program kerja; dan Institusi Pemrakarsa yang meliputi
beberapa stakeholder (Perencana & Pengendali, Pelaksana, dan Pemerhati serta
masyarakat maritim). Ada 7 (tujuh) bidang yang harus disiapkan oleh pemerintah (Menko
Maritim) sebagai pemrakarsa yang salah satunya adalah Deputy Budaya Maritim.
Untuk mencapai visi presiden tersebut telah disiapkan Kertas Kerja yang diperlukan untuk
menyiapkan Peta Jalan Indonesia Menjadi Poros Maritim Dunia pada tahun 2030. Dengan
demikian tumpang tindih program dapat dihindari karena masing-masing stakeholder
kemaritiman mempunyai tugas, dan tanggung jawab serta target pencapaian yang jelas.
Kata kunci :
KKMI, KKMD, input, output, kertas kerja
(*) Kerangka Kerja Maritim Indonesia
(**) Kerangka Kerja Maritim Daerah
(***)Ka LitBang Maritim JAMAN
Page 1
PENDAHULUAN
Konsep pembentukan Indonesia menjadi poros maritim dunia terdiri dari lima pilar utama
telah disampaikan Presiden Joko Widodo dalam KTT-EAS, bulan Nopember 2014. Kelima
pilar utama tersebut, yaitu: pembangunan kembali budaya maritim Indonesia; komitmen
menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut;
komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim; melakukan
diplomasi maritim untuk membangun bidang kelautan; dan membangun kekuatan pertahanan
maritim. Kebijakan pembangunan ‘Poros Maritim Dunia’ ini disampaikan lagi oleh Presiden
Joko Widodo pada bulan April 2016 dalam Sidang IMO MEPC ke 69 di London.
Dengan lima pilar utama di atas, masih sangat kwalitatif arah dan tujuan dari program
tersebut, sehingga walaupun Konsep Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia ini telah
dicanangkan hampir 2 (dua) tahun namun masih banyak masyarakat maritim yang belum
paham secara persis apa yang dimaksudkan visi Presiden tersebut, sehingga Presiden Joko
Widodo mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap implementasi konsep poros maritim ini.
Menurut Presiden, keseriusan mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia belum
sesuai harapan. (Kompas, 21 Agustus 2016)
Sebagai bagian dari anak bangsa, Lembaga Relawan Jokowi JARINGAN KEMANDIRIAN
NASIONAL (JAMAN) melakukan kajian dibidang kemaritiman, terpanggil untuk turut serta
dalam proses pembangunan kemaritiman di Indonesia, yaitu melalui rekomendasi aplikasi
Kerangka Kerja Maritim Indonesia (KKMI), Kerangka Kerja Maritim Daerah (KKMD) dan 7
(Tujuh) Parameter poros maritim dunia. JAMAN telah melakukan kajian terhadap visi poros
maritim ini sejak setahun yang lalu, dan ingin berkontribusi untuk suksesnya kemajuan
kemaritiman di Indonesia serta mengusulkan untuk menambahkan 7 (tujuh) parameter
terhadap Lima Pilar Utama konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, sebagai tolok
ukur keberhasilan visi poros maritim tersebut.
Predikat Indonesia sebagai poros maritim dunia ini terwujud apabila 7 (tujuh) parameter
poros maritim dunia sebagai indikator telah dicapai yang ditargetkan tahun 2030. Saat itulah
Indonesia sudah pantas mendeklarasikan dirinya sebagai poros maritim dunia atau sebagai
Deklarasi Juanda 2. Dengan kata lain inilah wajah Poros Maritim Dunia, wajah
kemaritiman Indonesia.
Page 2
MODAL UTAMA
Modal Utama dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia adalah Pertama,
Indonesia merupakan Negara Kelautan/ Kepulauan yang terbesar di dunia yang di dalamnya
juga terdapat Sumber Daya Laut yang maha kaya dan posisinya yang strategis terletak
diantara dua benua dan dua samudera. Kedua, Indonesia memperoleh Bonus Demografi pada
tahun 2020 s/d 2030 bahkan sampai 2035, yaitu usia produktif penduduknya (15 tahun s/d 65
tahun) mencapai 70% dari total penduduk artinya beban penduduknya hanya 30%
KERANGKA KERJA MARITIM INDONESIA (KKMI)
Kerangka Kerja Maritim Indonesia atau disingkat KKMI adalah suatu instrumen atau
perangkat yang dipakai sebagai acuan dalam mengawal perencanaan, implementasi, evaluasi
dan pengendalian program kerja maritim untuk mencapai visi Indonesia sebagai poros
maritim dunia. Pencapaian predikat Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia diperlukan
parameter sebagai tolok ukur keberhasilan visi tersebut. Parameter Indonesia poros maritim
dunia haruslah didefinisikan secara jelas dan lugas, dan kemudian menjadi kesepakatan
bersama secara nasional. Selanjutnya kesepakatan tersebut dijadikan pedoman untuk
melaksanakan pembangunan kemaritiman Indonesia. Dengan demikian kita sebagai bangsa
memiliki dashboard yang menampilkan indikator-indikator bagi arah pembangunan
kemaritiman dan bagi evaluasi pencapaiannya.
KKMI terdiri dari unsur- unsur visi dan modal utama, input, proses, output dan penunjang.
Hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain secara rinci dapat dilihat pada
skema Kerangka Kerja Maritim Indonesia. (Gambar 1.)
7 (TUJUH) PARAMETER POROS MARITIM DUNIA
Tujuh parameter poros maritim dunia adalah merupakan unsur output pada instrumen
KKMI artinya bahwa predikat Indonesia sebagai poros maritim dunia ini terwujud apabila 7
parameter poros maritim dunia sebagai indikator telah dicapai. Saat itulah Indonesia sudah
pantas mendeklarasikan dirinya sebagai poros maritim dunia atau agar mempunyai nilai
historis dapat dikatakan sebagai Deklarasi Juanda 2. Dengan kata lain inilah wajah Poros
Maritim Dunia, wajah kemaritiman Indonesia.
Page 3
Gambar 1. Kerangka Kerja Maritim Indonesia
Unsur Output adalah Indonesia Menjadi Poros Maritim Dunia pada tahun 2030.
Untuk mengetahui progress pencapaian Output tersebut, diperlukan indikator yang
dinamakan 7 (tujuh) parameter poros maritim dunia, artinya bahwa visi poros maritim dunia
dapat terwujud apabila 7 (tujuh) parameter yang ditetapkan dalam KKMI telah dicapai yang
diperkirakan pada tahun 2030, dengan kata lain “Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”
dapat dideklarasikan ke dunia international, apabila: Pertama, Budaya Maritim sudah
menjadi jiwa hidup rakyat Indonesia, parameternya 70 % GDP berasal dari laut. Kedua,
Indonesia sudah menjadi eksportir hasil perikanan dan produk laut terbesar seluruh dunia.
Ketiga, Indonesia berdaulat atas Pangan Laut dan energi dari laut artinya tidak ada impor
produk laut seperti garam dan lain-lain. Keempat, Biaya Logistik murah, parameternya harga
komoditas sama atau beda tipis di setiap daerah di Indonesia. Kelima, Laut Indonesia aman
dan nyaman menjadi pusat bisnis maritim dunia, parameternya tidak ada pencurian ikan atau
biota laut, sabotase, perampokan, pembajakan, subversi, terorisme, penyelundupan (barang
atau manusia), narkotika, pembuangan limbah. Keenam, Diplomasi Internasional telah
diikrarkan bahwa ALKI 1, 2, 3, merupakan Alur Pelayaran International yang lebih besar
dari terusan Suez, Terusan Panama maupun Gibraltar, termasuk dampak ekonominya, dan
Page 4
Ketujuh, Secara nominal finansial, pemerintah dapat memperoleh pendapatan per tahun dari
sektor maritim sebesar Rp. 5.000,- triliun. Nilai ini hampir tiga kali dari RAPBN 2016 yang
hanya sekitar Rp. 1.822 triliun (sudah dikoreksi menjadi Rp. 1.677,- triliun).
Pendapatan tersebut meliputi Industri dan Jasa Maritim, Rp. 760,- triliun. Perikanan, Rp.
830,- triliun. Agro Maritim, Rp. 515,- triliun.Wisata bahari, Rp. 275,- triliun. Pertambangan
laut, Rp. 1.150,- triliun. Transportasi Laut, Rp. 1.100,- triliun. Dan Pemanfaatan energi laut,
Rp. 378,- triliun.
Unsur input terdiri dari Pertama, Konsepsi paradigma baru budaya dan negara maritim,
penyiapan SDM bidang maritim yang jujur dan unggul (45 juta orang), Riset dan Teknologi
bidang maritim yang kuat. Kedua, Infrastruktur perikanan dan budidaya laut yang memadai,
sistem manjemen perdagangan international yang modern. Ketiga, Sistem distribusi
terintegrasi, infrastruktur maritim (offshore dan onshore) yang memadai. Keempat, Program
Tol Laut yang efisien, Infrastruktur fasilitas pelabuhan dan armada kapal yang memadai,
manajemen transportasi laut yang terpadu.
Kelima, Peningkatan peran Bakamla dan fasilitas pendukungnya yang memadai, Sistem
koordinasi pihak terkait ketahanan dan keamanan yang baik, Pemetaan laut secara detail.
Keenam, Aktif diplomasi international, Fasilitas keamanan dan keselamatan yang memadai,
Penyiapan kawasan industri maritim yang terpadu. Ketujuh, Cakupan Sektor industri
maritim yang diperluas.
Unsur Proses terdiri dari 7 (tujuh) program kerja : (1). Industri dan jasa maritim meliputi
Fasilitas pelabuhan, Industri Perkapalan dan Penunjangnya, Ship recycle, Offshore facilities
(FLNG, FPSO, FSO), Floating Power Plant, Kawasan industri maritim, Pabrik pengolahan
ikan dan biota laut, Cold storage, Jasa konsultan maritim, jasa training, jasa survey, jasa
standarisasi/ klas, jasa ristek; (2). Perikanan meliputi Perikanan tangkap, Perikanan
budidaya, Budidaya biota laut, Bioteknologi; (3). Agro maritim meliputi Konservasi,
Tambak garam, Penggemukan sapi, Biomassa, Biogas, Wilayah pesisir, rumput laut; (4).
Seni dan Wisata bahari, (5). Pertambangan laut meliputi Minyak, gas, mineral; (6).
Transportasi laut meliputi Tol Laut, pelayaran, pelabuhan, logistik; dan (7). Energi laut
meliputi arus, gelombang, pasang surut, perbedaan panas, bayu/angin, surya, mikro hidro.
Unsur Penunjang terdiri dari 2 (dua) aspek, Pertama, Regulasi/ Aspek Legal dan kebijakan
pendukung yang melekat pada setiap program kerja. Regulasi dan kebijakan dapat berupa
Page 5
Undang-undang, Kepres, Inpres, PP, Kepmen, Permen, Perda yang disesuaikan dengan
program kerja maritim. Kedua, Institusi Pemrakarsa yang akan dijelaskan kemudian.
PEMRAKARSA / TATA KELOLA MARITIM
Lembaga Pemerintah sebagai domain kemaritiman mustinya memiliki minimum 7 (tujuh)
bidang sebagai berikut :
-
Bidang Budaya Maritim
Bertugas dan berwenang :
Mengkoordinir stakeholder budaya maritim, antara lain: Lembaga pendidikan dan
pengembangan Sumber daya manusia, Lembaga Riset & Teknologi, serta lembaga lain yang
terkait dengan budaya maritim dalam membuat “Konsep Paradigma Baru Budaya dan
Negara Maritim” sebagai pedoman untuk disosialisasikan.
Bersama Bidang hukum dan Kebijakan Maritim membuat kebijakan dan atau regulasi tentang
Paradigma Baru Budaya dan Negara Maritim serta pengembangan sumber daya manusia dan
Ristek bidang maritim apabila diperlukan.
Melakukan monitoring terhadap sosialisasi dan aplikasi “Konsep Paradigma Baru Budaya
dan Negara Maritim” yang mencakup juga penyiapan Sumber Daya Manusia bidang
maritim yang unggul serta penelitian & penerapan Teknologi yang tepat guna.
-
Bidang Sumber Daya Laut
Bertugas dan berwenang :
Mengkoordinir stakeholder (KKP, ESDM, Pariwisata, dan Lembaga yang terkait dengan
riset, teknologi dan survey sumber daya laut seperti BPPT,LIPI, BIG, DISHIDROS) dalam
membuat “Peta Potensi Sumber Daya Laut di Indonesia” Tata ruang Laut Indonesia.
Bersama Bidang hukum dan Kebijakan Maritim membuat kebijakan dan atau regulasi tentang
“Pengelolaan Potensi Sumber Daya Laut” apabila diperlukan,
meliputi antara lain :
perikanan tangkap, perikanan budidaya, biota laut, bio teknologi, konservasi,
pengelolaan wilayah pesisir, seni dan wisata bahari, pengelolaan energi laut, Mobile
Power Plant, ekploitasi minyak bumi bawah laut, eksploitasi gas dan penambangan
mineral bawah laut.
Melakukan monitoring terhadap “Pengelolaan Potensi Sumber Daya Laut” oleh
stakeholder.
Page 6
Contoh Peta Potensi Sumber Daya Laut : Potensi Rumput Laut.
Contoh Kebijakan Inpres no. 7 tahun 2016 tentang Percepatan pembangunan
industri perikanan
-
Bidang Infrastruktur Maritim
Bertugas dan berwenang :
Mengkoordinir stakeholder Infrastruktur Maritim, antara lain: Direktorat Jendral HubLa,
BUMN yang terkait Maritim, Perindustrian, serta
Infrastruktur
lembaga lain yang terkait dengan
Maritim dalam “Merencanakan dan Membangun Infrastruktur dan
Fasilitas Maritim”, yang meliputi : Infrastruktur perikanan dan budidaya laut, infrastruktur
instalasi tambang (kilang, offshore, onshore) maritim, infrastruktur fasilitas pelabuhan dan
armada kapal, infrastruktur kawasan industri maritim serta infrastruktur dan Fasilitas
keamanan dan keselamatan maritim.
Bersama Bidang hukum dan Kebijakan Maritim membuat kebijakan dan atau regulasi tentang
“Pengadaan dan Pembangunan Infrastruktur Maritim” apabila diperlukan.
Melakukan monitoring terhadap proses “Pengadaan dan Pembangunan Infrastruktur
Maritim”.
Contoh Kebijakan Infrastruktu perikanan : “KKP akan membangun beberapa pelabuhan
ikan samudera dan 3500 kapal penangkap ikan”
Contoh Kebijakan Infrastruktur instalasi maritim :”ESDM akan membangun beberapa
kilang minyak dan Blok Gas”
Contoh Kebijakan Infrastruktur fasilitas pelabuhan dan armada kapal : “Program Tol
Laut”, infrastruktur Azas Cabotage.
-
Bidang Manajemen Maritim
Bertugas dan berwenang :
Mengkoordinir stakeholder yang terkait dengan para pelaku bisnis maritim dalam menyusun
suatu System dan Manajemen Distribusi, System dan Manajemen Transportasi Laut,
System dan Manajemen Trading hasil budi daya laut, Program Tol Laut, Manajemen
Bisnis maritim, Pemanfaatan IT dalam manajemen maritim, dan Manajemen
pengelolaan dan pemanfaatan ruang maritim bukan komoditi.
Bersama Bidang hukum dan Kebijakan Maritim membuat kebijakan dan atau regulasi tentang
System dan Manajemen Distribusi, System dan Manajemen Transportasi Laut, System
Page 7
dan Manajemen Trading hasil budi daya laut, Program Tol Laut, dan Manajemen
bisnis maritim apabila diperlukan. Sebagai contoh, kebijakan Azas Cabotage yang diperluas
termasuk diterapkan untuk kapal offshore dan Gas.
Melakukan monitoring terhadap penerapan System dan Manajemen Distribusi, System
dan Manajemen Transportasi Laut, System dan Manajemen Trading hasil budi daya
laut, Program Tol Laut, dan Manajemen Bisnis maritim.
Contoh kebijakan Manajemen : “Pemberdayaan Pelayaran Rakyat”
-
Bidang Ketahanan Dan Diplomasi Maritim
Bertugas dan berwenang :
Mengkoordinir stakeholder Ketahanan dan Diplomasi Maritim, antara lain: BAKAMLA,
KPLP Direktorat Jendral HubLa, Bea Cukai, TNI Angkatan Laut, KKP, Kementerian Luar
Negeri, serta lembaga lain yang terkait dengan Ketahanan dan Diplomasi Maritim dalam
mencegah dan memeberantas adanya
Sabotase, Subversi, Terorisme, Perampokan,
Pembajakan, Pencurian Ikan atau Biota Laut, Penyelundupan dan Pembuangan limbah serta
Kerjasama dengan negara lain.
Bersama Bidang hukum dan Kebijakan Maritim membuat kebijakan dan atau regulasi tentang
“Keamanan dan Diplomasi Mariitim serta Kerjasama dengan negara lain” apabila
diperlukan.
Melakukan monitoring terhadap keadaan keamanan maritim dan ketahanan negara dari sektor
maritim.
Memberikan Peran sentral kepada Bakamla sebagai COAST GUARD dalam Tupoksi
pengamanan, penegakkan hukum di laut, serta kepada Angkatan Laut dalam
penegakkan kedaulatan dan pertahanan wilayah maritim.
Contoh Kebijakan tentang keamanan laut :”Sistem Keamanan Laut” oleh BAKAMLA
Contoh Kebijakan tentang Kerjasama Maritim : “Konsep Kerjasama Maritim
International”
-
Bidang Ekonomi Maritim dan Pembinaan Daerah
Bertugas dan berwenang :
Mengkoordinir stakeholder yang terkait dengan ekonomi maritim (Kementerian Keuangan,
KEIN, Perindustrian, Bank, Perusahaan Asuransi dan lembaga lain yang terkait dengan
Page 8
ekonomi maritim) membuat Peta Jalan dampak ekonomi maritim pada struktur APBN
sehingga mempunyai nilai 70 % GDB adalah berasal dari ekonomi maritim.
Mengkoordinir, mengawasi dan monitoring serta membantu menyusun KKMD untuk daerahdaerah yang menyatakan daerahnya menjadi Provinsi Maritim, Kabupaten/ kota Maritim, dan
Kecamatan/ Desa Maritim.
Bersama Bidang hukum dan Kebijakan Maritim membuat kebijakan dan atau regulasi tentang
“Sistem Ekonomi Maritim” apabila diperlukan. Antara lain meliputi : Kebijakan Fiskal,
moneter, insentif pajak, perbankkan, investasi, permodalan, assuransi, PNBP dan kebijakan
lain yang terkait finansial.
Melakukan monitoring terhadap penerapan “Sistem Ekonomi Maritim”.
Melakukan monitoring terhadap penerapan KKMD di daerah.
-
Bidang Hukum Dan Kebijakan Maritim
Bertugas dan berwenang :
Mengkoordinir stakeholder yang terkait dengan Regulasi dan Kebijakan Maritim
(Kementerian HUKUM dan HAM, dan lembaga lain yang terkait dengan regulasi dan
kebijakan maritim) untuk menyiapkan Konsep Kebijakan Maritim.
Bersama 6 (enam) Bidang lain menyiapkan kebijakan dan atau regulasi Maritim sesuai
dengan masing-masing bidang, apabila diperlukan.
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan regulasi dan atau kebijakan yang
terkait sektor maritim dan melakukan koreksi perbaikan untuk mendorong visi Indonesia
sebagai poros maritim dunia segera terwujud sesuai dengan “PETA JALAN POROS
MARITIM DUNIA” yang telah disiapkan.
MANFAAT PENERAPAN KKMI
Dengan menggunakan KKMI maka aspek-aspek kedaulatan maritim, ekonomi maritim, tata
kelola antar lembaga maupun aspek penegakan hukum maritim dapat disusun dan diterapkan
dengan jelas.
Penyusunan Kebijakan Maritim yang meliputi aspek-aspek tersebut dilakukan dengan
menyiapkan kertas kerja maritim (terlampir) yang pelaksanaannya dikoordinir oleh
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang dikelompokkan menjadi 7 (tujuh)
Page 9
bidang (deputy) yaitu Bidang Budaya Maritim, Bidang Sumber Daya Laut, Bidang
Infrastruktur Maritim, Bidang Manajemen Maritim, Bidang Ketahanan & Diplomasi
Maritim, Bidang Ekonomi Maritim & Pembinaan Daerah, dan Bidang Hukum &
Kebijakan Maritim.
PENERAPAN KKMI DI DAERAH
Pada prinsipnya Perangkat KKMI meliputi implementasi pembangunan maritim di seluruh
wilayah Indonesia sampai ke daerah, sehingga perlu disusun
Kerangka Kerja Maritim
Daerah (KKMD) yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi daerah yang bersangkutan.
Dengan demikian setiap daerah juga mempunyai target dan konsentrasi yang dituangkan di
dalam parameter provinsi maritim sebagai indikator tercapainya predikat provinsi maritim,
yang mana masing-masing provinsi berbeda parameternya.
Pembangunan sektor maritim harus mengikutsertakan daerah sebagai subyek dan dampaknya
dapat dirasakan langsung oleh daerah, yang pada akhirnya Indonesia Poros Maritim Dunia
tidak hanya menggaung keluar namun secara internal dapat dirasakan oleh masyarakat
Indonesia sampai daerah pinggiran sekalipun. Dengan kata lain pembangunan kemaritiman
Indonesia mempunyai dua dimensi yaitu dimensi pertumbuhan dan dimensi pemerataan.
Visi/ predikat Indonesia sebagai Poros Maritm Dunia hanya dapat dicapai jika ada Provinsi
Maritim. Provinsi Maritim dapat dicapai jika ada Kabupaten/ Kota Maritim. Kabupaten/ Kota
Maritim dapat dicapai jika ada Kecamatan Maritim dan/ atau Desa/ Kelurahan Maritim.
Sebagai contoh konsep dan penerapan KKMD Provinsi Bengkulu, Lampung, Bangka
Belitung dan Banten. (Terlampir)
REKOMENDASI ACTION PLAN
Pertama, Menyiapkan Konsep Paradigma Baru Budaya dan Negara Maritim berdasarkan
kertas kerja (terlampir). Kemudian sosialisasi melalui
seluruh program pendidikan dan
latihan yang ada di Indonesia disesuaikan tingkat pendidikannya dan melalui stakeholder
kemaritiman.
Kedua, Menyiapkan Peta Jalan “Menuju Poros Maritim Dunia tahun 2030” berdasarkan
KKMI dan kertas kerja yang telah disiapkan (terlampir).
Page 10
Ketiga, Mengoptimalkan Prasarana dan Sumber daya yang telah ada dengan melakukan
koordinasi dan masing-masing stake holder kemaritiman mengambil peran sesuai Kerangka
Kerja Maritim Indonesia yang dikoordinir oleh Kemenko Maritim.
Keempat, Dilakukan sinergitas / integrasi atau penataan kembali terhadap kewenangan pada
beberapa lembaga/ sektor yang saat ini banyak tumpang tindih/ duplikasi atau yang belum
tertangani, dengan cara meningkatkan KISS (Koordinasi, Integrasi, Sikronisasi dan
Simplifikasi).
Sebagai contoh :
-
Tupoksi Bakamla, Satgas KKP, KPLP Hubla, Patroli Bea Cukai dan Patroli Lanal
TNI AL, serta Kementerian Koordinator Maritim harus ditingkatkan KISSnya.
-
KKP dan Hubla harus sinergi dalam Pengelolaan Pelabuhan Ikan Samudera
-
Nomenklatur ASDP perlu disesuaikan
-
Cakupan Industri Maritim harus diperluas sesuai Kerangka Kerja Maritim
Indonesia.
-
Mensinergikan program-program dari Lembaga yang sudah ada berdasarkan
KKMI dan Konsep Paradigma Baru Budaya dan Negara Maritim, a.l :
-
Lembaga Kemenko Maritim --- Sinergitas Hasil Litbang Transportasi dalam
Mendukung Indonesia sebagai Benua Maritim, 2015.
-
Lembaga Bappenas --- Pembangunan Kelautan dan Kemaritiman dalam
RPJMN 2015 s/d 2019.
-
Lembaga Bappenas --- Pengembangan Tol-Laut dalam RPJMN 2015 s/d 2019.
-
Lembaga BAKAMLA --- Tata Kelola Keamanan Laut Indonesia, 2015.
-
Lembaga Kemen. ESDM --- Permen No.13. Renstra ESDM 2015 s/d 2019.
-
Lembaga Kemen. Perhub. --- Renstra Kemhub. 2015 s/d 2019.
-
Lembaga Kemen. Perind. --- Permen 31.1/ 2015, Renstra Kemen. Perind. 2015
s/d 2019
-
Lembaga Kemen. Pariwisata --- Pembangunan Pariwisata 2015 s/d 2019.
-
Lembaga Kemen. KP --- Permen no.25, Tentang Renstra KKP 2015 s/d 2019.
Kelima, Pada tahun ke 5 (lima), Pemerintah harus berani merubah struktur Pendapatan
Negara pada APBN dengan memisahkan/ menambahkan unsur pendapatan negara dari sektor
Maritim sehingga konsentrasi terhadap sektor ini dilakukan dengan disiplin.
Page 11
Keenam, Memberikan insentif dan penghargaan kepada daerah yang telah mencanangkan
menjadi Provinsi Maritim, Kabupaten/ Kota Maritim, Kecamatan Maritim dan/ atau Desa/
Kelurahan Maritim berdasarkan kriteria atau parameter yang telah ditentukan.
Ketujuh, Perlu segera diselenggarakan Kongres Maritim Indonesia oleh masyarakat maritim
Indonesia dengan Koordinator Kemenko Kemaritiman mengacu pada konsep KKMI dan
KKMD. Selanjutnya hasil kongres ini perlu dikukuhkan dengan Inpres atau PerPres untuk
pelaksanaannya.
Page 12
Download