Arah Kebijakan dan Strategi

advertisement
Dr. drg. Theresia Ronny Andayani, MPH
Direktur Agama, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga
Jakarta, 04 Desember 2014
SISTEMATIKA PAPARAN
1.
2.
3.
4.
Pendahuluan
Revolusi Karakter Bangsa dalam Rancangan
Awal RPJMN 2015-2019
Revolusi Mental dalam Rancangan Awal RPJMN
2015-2019
Peningkatan efisiensi dan efisiensi kerja,
 Permasalahan SDM Kesehatan
 Tantangan Dalam Pemenuhan SDM
Kesehatan
 Arah Kebijakan Pemenuhan SDM Kesehatan
2
PENDAHULUAN
3
Latar Belakang (1)
• Indonesia dibangun di atas landasan kemajemukan agama, etnis, ras,
budaya, dan adat istiadat, yang menuntut kesediaan untuk saling
menerima keberadaan setiap kelompok di dalam masyarakat.
• Pendidikan kewargaan sangat penting untuk menumbuhkan sikap
toleransi dan memperkuat nilai-nilai solidaritas sosial. Pendidikan
kewargaan dapat mereduksi atau mengeliminasi potensi konflik
sosial di dalam masyarakat majemuk.
• Pendidikan karakter sangat sentral dalam proses pembentukan
kepribadian anak didik. Proses pendidikannya harus sedini mungkin.
Pendidikan karakter dimulai dengan optimalisasi kecerdasan
majemuk sangat diperlukan untuk membangun watak yang baik,
memupuk mental yang tangguh, membina perangai yang lembut, dan
menanamkan nilai-nilai kebajikan yang selaras dengan prinsipprinsip moral dan etika yang hidup di dalam masyarakat.
• Dalam visi-misi Presiden terdapat 9 (sembilan) agenda prioritas yang
biasa disebut dengan Nawa Cita. Cita ke 8 adalah Melakukan Revolusi
Karakter Bangsa.
4
Latar Belakang (2)
•
•
•
Dalam rangka melakukan revolusi karakter bangsa, tantangan yang dihadapi
adalah menjadikan proses pendidikan sebagai sarana pembentukan watak
dan kepribadian siswa yang matang dengan internalisasi dan pengintegrasian
pendidikan karakter dalam kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem
penilaian dalam pendidikan.
Penghayatan nilai-nilai dan wawasan kebangsaan tampak mulai melemah,
terutama di kalangan penduduk usia muda. Selain itu, jati diri sebagai bangsa
majemuk juga mulai tergerus oleh kecenderungan sikap sektarian dan
intoleran, serta penolakan atas fakta pluralitas sosial-budaya dan
multikulturalisme di dalam masyarakat
Terjadinya perilaku yang bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan
etika sosial, seperti maraknya tindakan kekerasan, seperti perkelahian
antarpelajar, tawuran, dan penganiayaan, serta perilaku tercela yang
menjurus ke tindak kejahatan tingkat tinggi seperti kejahatan seksual dan
pembunuhan, yang menyiratkan lemahnya kontrol terhadap sistem
persekolahan.
5
REVOLUSI KARAKTER BANGSA DALAM
RANCANGAN AWAL RPJMN 2015-2019
6
SASARAN (1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Meningkatnya kualitas pendidikan karakter untuk membina budi pekerti,
membangun watak, dan menyembangkan kepribadian peserta didik.
Meningkatnya kecerdasan (sosial) masyarakat melalui pendekatan stimulasi kognitif
di setiap tahapan siklus hidup.
Meningkatnya wawasan kebangsaan di kalangan anak-anak usia sekolah yang
berdampak pada menguatnya nilai-nilai nasionalisme dan rasa cinta tanah air
sebagai cerminan warga negara yang baik.
Meningkatnya pemahaman mengenai pluralitas sosial dan keberagaman budaya
dalam masyarakat, yang berdampak pada kesediaan untuk membangun harmoni
sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman
Meningkatnya jaminan kualitas pelayanan pendidikan, tersedianya kurikulum yang
andal, dan tersedianya sistem penilaian pendidikan yang komprehensif.
Meningkatnya kualitas pengelolaan guru dengan memperbaiki distribusi dan
memenuhi beban mengajar.
Meningkatnya jaminan hidup dan fasilitas pengembangan ilmu pengetahuan dan
karir bagi guru yang ditugaskan di daerah khusus.
Meningkatnya dan meratanya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana
pendidikan sesuai dengan standar pelayanan minimal
Tersusunnya peraturan perundangan terkait Wajib Belajar tanpa dipungut biaya.
7
SASARAN (2)
9. Meningkatnya angka partisipasi pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;
10. Meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi sebesar 36,73 persen;
11. Meningkatnya angka keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan menurunnya
angka putus sekolah dan meningkatnya angka melanjutkan;
12. Menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompok masyarakat,
terutama antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan
penduduk perempuan, antara wilayah perkotaan dan perdesaan, dan antardaerah.
13. Meningkatnya aktivitas riset dan pengembangan ilmu dasar dan ilmu terapan yang
sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri, serta mendukung pusatpusat pertumbuhan ekonomi.
14. Meningkatnya lulusan-lulusan perguruan tinggi yang berkualitas, menguasai
teknologi, dan berketerampilan sehingga lebih cepat masuk ke pasar kerja.
15. Meningkatnya budaya produksi sehingga lebih kuat dari budaya konsumsi.
16. Meningkatnya budaya inovasi di masyarakat.
8
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
1. Mengembangkan pendidikan kewargaan di sekolah untuk menumbuhkan jiwa
kebangsaan, memperkuat nilai-nilai toleransi, menumbuhkan penghargaan pada
keragaman sosial-budaya, memperkuat pemahaman mengenai hak-hak sipil dan
kewargaan, serta tanggung jawab sebagai warga negara yang baik (good citizen),
melalui:
a. Penguatan pendidikan kewargaan yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang
relevan (PKN, IPS [sejarah, geografi, sosiologi/antropologi], bahasa Indonesia);
b. Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang
pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta
didik dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata
pelajaran; dan
c. Penyelenggaraan pendidikan kewargaan melalui organisasi sosial-kemasyarakatan
yang berorientasi untuk memperkuat wawasan kebangsaan di kalangan warga
negara dalam rangka meneguhkan jati diri bangsa melalui pemahaman mengenai
nilai-nilai multikulturalisme dan penghormatan pada kemajemukan sosial.
d. Pendekatan stimulasi kognitif pada setiap tahap siklus kehidupan.
•
9
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
2. Memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan, melalui:
a. pemantapan penerapan SPM untuk jenjang pendidikan dasar dan penerapan SPM
jenjang pendidikan menengah sebagai upaya untuk mempersempit kesenjangan
kualitas pelayanan pendidikan antar satuan pendidikan dan antardaerah;
b. penguatan proses akreditasi untuk satuan pendidikan negeri dan swasta,
c. peningkatan kapasitas pemerintah kab/kota dan satuan pendidikan untuk
mempercepat pemenuhan SPM.
3. Memperkuat kurikulum dan pelaksanaannya, antara lain melalui:
a. Pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran berbasis stimulasi kognitif
sesuai perkembangan otak.
b. Evaluasi pelaksanaan kurikulum secara ketat, komprehensif dan berkelanjutan;
c. Penyeimbangan muatan lokal dan nasional dalam kurikulum dalam rangka
membangun pemahaman yang hakiki terhadap ke-Bhineka Tunggal Ika;
d. Penyediaan dukungan materi pelatihan secara online untuk membangun jaringan
pertukaran materi pembelajaran dan penilaian antar guru; dan
e. Peningkatan kualitas pembelajaran matematika, sains, dan literasi sebagai
kemampuan dasar yang sangat dibutuhkan siswa dalam kehidupan keseharian dan
untuk dapat berpartisipasi dalam bermasyarakat yang dilakukan secara responsif
gender.
10
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
4. Membangun sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan kredibel, melalui:
a. Evaluasi mekanisme penilaian hasil belajar siswa sebagai dasar pengembangan
sistem penilaian hasil belajar siswa yang lebih komprehensif, akuntabel, dan
berkeadilan;
b. Peningkatan kredibilitas sistem penilaian hasil belajar siswa dan pemanfaatan
hasil ujian untuk pemantauan dan pengendalian mutu pendidikan;
c.
Penguatan lembaga penilaian pendidikan yang independen dan kredibel;
d. Pengembangan sumberdaya lembaga penilaian pendidikan di pusat dan daerah;
e. Evaluasi hasil pendidikan secara holistik mengacu pada kecerdasan majemuk
5. Memberikan jaminan hidup dan fasilitas yang memadai bagi guru yang ditugaskan di
daerah terpencil dalam upaya pengembangan keilmuan serta promosi kepangkatan
karir, melalui:
a. Penyediaan tunjangan khusus untuk guru yang bertugas di daerah khusus
b. Penyediaan rumah dinas untuk guru yang bertugas di daerah khusus sesuai dengan
kewenangan.
6.
11
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
6. Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru, melalui:
a. Pengembangan kapasitas pemerintah kab/kota untuk mengelola perekrutan,
penempatan dan peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien;
b. Penegakan aturan dalam pengangkatan guru baik untuk guru negeri yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota maupun guru swasta yang dilakukan
oleh sekolah/madrasah berdasarkan kriteria mutu yang ketat dan kebutuhan
aktual di kabupaten/kota;
7. Melanjutkan upaya untuk memenuhi hak seluruh penduduk mendapatkan layanan
pendidikan dasar berkualitas, melalui:
a. Peningkatan akses pendidikan bagi siswa kurang mampu, di daerah pascakonflik,
etnik minoritas dan di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal;
b. Penyediaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus termasuk melalui
pemberian ruang lebih besar bagi masyarakat dalam menjalankan model
pembelajaran mandiri (informal, non-formal) dalam mengembangkan sekolah
berbasis komunitas;
12
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
8. Melakukan investasi secara signifikan untuk jenjang pendidikan menengah dalam
rangka meningkatkan akses yang berkualitas, melalui:
a. Peningkatan ketersediaan SMA/SMK/MA di kecamatan-kecamatan yang belum
memiliki satuan pendidikan menengah, melalui pembangunan USB, penambahan
RKB, dan pembangunan SMP/MTs-SMA/MA satu atap;
b. Pemberian dukungan pemerintah untuk anak dari keluarga miskin untuk
mengurangi kesenjangan partisipasi pendidikan menengah melalui bantuan siswa
miskin;
c. Penyediaan layanan khusus pendidikan menengah terutama untuk memberi akses
bagi anak yang tidak bisa mengikuti pendidikan reguler;
9. Meningkatkan pemerataan akses pendidikan tinggi, melalui:
a. Peningkatan daya tampung perguruan tinggi sesuai dengan pertambahan jumlah
lulusan sekolah menengah;
b. Peningkatan pemerataan pendidikan tinggi melalui peningkatan efektivitas
affirmative policy: penyediaan beasiswa khususnya untuk masyarakat miskin dan
penyelenggaraan pendidikan tinggi jarak jauh yang berkualitas; dan
c. Penyediaan biaya operasional untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan
perguruan tinggi.
•
13
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
10. Meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, melalui strategi:
a. Peningkatan anggaran penelitian dan merancang sistem insentif untuk
mendukung kegiatan riset inovatif;
b. Peningkatan infrastruktur iptek di perguruan tinggi.
11. Meningkatkan relevansi dan daya saing pendidikan tinggi, melalui strategi:
a. Pengembangan jurusan-jurusan inovatif sesuai dengan kebutuhan
pembangunan dan industri, disertai peningkatan kompetensi lulusan
berdasarkan bidang ilmu yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja;
b. Penguatan kerjasama perguruan tinggi dan dunia industri untuk kegiatan riset
dan pengembangan;
c. Pengembangan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang terintegrasi di
dalam mata kuliah, dengan menjalin kerjasama dengan dunia usaha/dunia
industri.
12. Meningkatkan tata kelola kelembagaan perguruan tinggi, melalui strategi:
a. Peningkatan efektivitas pengelolaan anggaran, dengan pendekatan
penganggaran berdasarkan mata anggaran (itemized budget), agar perguruan
tinggi lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan program-program
akademik dan riset ilmiah.
14
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
13. Meningkatkan pemasyarakatan budaya produksi, melalui:
a. Peningkatan pemahaman bahwa konsumsi yang berlebihan (excessive
consumption) tidak baik.
b. Penyebaran pengetahuan teknik-teknik pembuatan barang dan jasa yang dapat
dilakukan sendiri baik melalui jalur pendidikan maupun melalui pemasyarakatan
sehingga terbangun budaya swadesi atau yang saat ini populer dengan sebutan Do
It Yourself (DIY).
14. Meningkatkan iklim yang kondisif bagi inovasi melalui:
a. Pemberian penghargaan bagi temuan-temuan baru antara lain dengan penegakan
hak kekayaan intelektual dan berbagai penghargaan sosial lainnya;
b. Peningkatan pemahaman masyarakat atas sifat acak (randomness) dari setiap
kejadian agar terbangun kemampuan mengantisipasi kejadian-kejadian yang
bersifat acak (calculated risk) yang pada akhirnya mendorong daya kreasi.
c. Penyediaan ruang publik yang mendorong kreatifitas dan yang memfasilitasi
pengwujudan ide kreatif ke dalam bentuk barang, audio, visual, grafis, koreografi,
dan lain-lain.
15. Membangun ilngkungan untuk mendukung pembangunan karakter bangsa di rumah di
sekolah, dan di masyarakat sebagai bentuk collective action.
15
REVOLUSI MENTAL DALAM
RANCANGAN AWAL
RPJMN 2015-2019
16
Pengantar
1. Revolusi Mental pada dasarnya dimaksudkan untuk:
 Mencapai tujuan utama pembangunan nasional, yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia dan masyarakat Indonesia.
 Dapat dimaknai sebagai suatu pendekatan dalam mengejawantahkan cita-cita luhur para
pendiri bangsa, yang tertuang di dalam preambul UUD 1945 yaitu mencerdasakan
kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum.
 Untuk membangkitkan kesadaran bahwa bangsa Indonesia memiliki kekuatan besar untuk
berprestasi tinggi, produktif, dan berpotensi menjadi bangsa maju dan modern.
 Untuk mengubah cara pandang, pikiran, sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan
dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi
dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
2. Revolusi Mental mengandung nilai-nilai esensial yang harus diinternalisasi baik
pada setiap individu maupun bangsa, yaitu: etos kemajuan, etika kerja, motivasi
berprestasi, disiplin, taat hukum dan aturan, berpandangan optimistis,
produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dan gotong royong, dan berorientasi
pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum.
3. Revolusi Mental harus menjadi gerakan kolektif yang melibatkan seluruh
bangsa dengan memperkuat peran semua institusi pemerintahan dan pranata
sosial-budaya yang ada di masyarakat (keluarga, institusi sosial-masyarakat,
sampai dengan lembaga-lembaga negara)
4. Untuk itu, bangsa Indonesia perlu mengidentifikasi potensi dan kekuatan untuk
dijadikan modal dasar pembangunan.
17
Permasalahan dan Isu Strategis
Identifikasi isu-isu strategis dapat dikelompokkan menjadi
tiga bagian:
Kemandirian ekonomi
Kedaulatan politik
Kepribadian dalam kebudayaan
18
Sasaran
1. Meningkatnya kemandirian ekonomi nasional yang berdaya saing, yang
ditandai oleh mantapnya kedaulatan energi dan ketahanan pangan,
berkembangnya ekonomi dan industri kreatif dan manufaktur, serta
terlindunginya ekonomi rakyat (e.g. ekonomi subsisten, ekonomi sektor
informal), untuk menjaga kelangsungan kehidupan masyarakat.
2. Berkembangnya ekonomi nasional yang bertumpu pada budaya maritim, yang
ditandai oleh optimalnya pemanfaatan potensi laut dan pariwisata bahari,
berkembangnya perdagangan internasional melalui jalur laut, serta
terbangunnya poros maritim dunia melalui kemitraan antarnegara yang saling
menguntungkan.
3. Meningkatnya produktivitas bangsa yang tercermin pada meningkatnya
aktivitas ekonomi dan industri, yang tidak lagi bertumpu pada eksplorasi
sumber daya alam yang bersifat ekstraktif, serta menguatnya internalisasi
nilai-nilai persaingan usaha yang sehat di kalangan pelaku ekonomi,
pemerintah, dan masyarakat.
4. Meningkatnya kedaulatan politik melalui pemantapan proses konsolidasi
demokrasi yang ditandai oleh meningkatnya peran dan kapasitas lembaga
demokrasi, jaminan kebebasan sipil dan hak-hak politik termasuk
keterwakilan perempuan, dan meningkatnya partisipasi politik rakyat,
terutama dalam proses pengambilan keputusan politik dan perumusan
kebijakan publik.
19
Sasaran
5. Efektifnya penegakan hukum dan meningkatnya budaya hukum dalam bentuk
kepatuhan pada hukum dan aturan, serta munculnya kesadaran dan ketaatan
dalam proses penegakan hukum yang berkeadilan oleh aparat dan lembaga
peradilan yang berintegritas, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat.
6. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan birokrasi pemerintahan dan layanan
perizinan yang ditandai oleh tumbuhnya budaya pelayanan (service culture),
yang berorientasi pada pelayanan prima dan transparan, yang berdampak
pada peningkatan efisiensi dan kepuasan masyarakat.
7. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penguatan karakter
bangsa dan nilai-nilai luhur budaya Nusantara (e.g. gotong royong, toleransi,
solidaritas, harmoni) berdasarkan falsafah Pancasila, untuk menegaskan
identitas nasional dan meneguhkan jati diri bangsa.
8. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang unggul, maju, mandiri,
berakhlak mulia, berbudaya, dan berkeadaban, yang ditandai oleh tumbuhnya
etos untuk maju dan motivasi berprestasi serta menguatnya etika kerja untuk
mencapai kinerja tinggi di berbagai bidang kehidupan di masyarakat.
9. Meningkatnya partisipasi publik dalan berbagai kegiatan untuk menggerakkan
agenda revolusi mental, yang berbasis pada kelompok-kelompok strategis di
masyarakat dan pelibatan lembaga publik yang berpengaruh, seperti pejabat
publik, pelaku usaha, organisasi sosial, asosiasi profesi, lembaga dan
pemangku adat, tokoh agama, dan pemuka masyarakat.
20
Arah Kebijakan dan Strategi
Peningkatan kemandirian bangsa yang ditandai oleh tegaknya kedaulatan politik, ekonomi yang
berdikari, dan kuatnya kepribadian bangsa yang bersumber dari nilai-nilai luhur budaya nasional (e.g.
gotong royong, toleransi, harmoni, kesetiakawanan) untuk mengembangkan budaya pelayanan,
melalui:
1. Peningkatan kemandirian ekonomi nasional melalui pemberian akses yang merata ke sumber daya
ekonomi bagi seluruh masyarakat, sejalan dengan pengembangan ekonomi berbasis maritim
dengan penerapan doktrin poros maritim dunia, yang didukung oleh pengelolaan energi dan
pangan melalui hilirisasi produk-produk pertanian (pangan) dan pengolahan minyak bumi dan
hasil tambang, untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat.
2. Pemberdayaan pelaku usaha kecil-menengah, ekonomi dan industri kreatif, ekonomi rakyat dan
ekonomi subsisten, dengan meningkatkan pemerataan peluang dalam pengembangan ekonomi
dan distribusi aset-aset produktif yang adil.
3. Penguatan nilai-nilai persaingan usaha yang sehat di kalangan pelaku ekonomi, pemerintah dan
masyarakat untuk mencegah praktik monopoli yang menyebabkan kegiatan usaha tidak sehat dan
ekonomi tidak efisien melalui: pendidikan formal dan informal untuk mendorong internalisasi
nilai-nilai persaingan usaha yang sehat, penyusunan peraturan perundangan sebagai landasan
hukum dalam pengembangan kebijakan, serta pembentukan mekanisme harmonisasi kebijakan
persaingan usaha yang sehat.
4. Peningkatan emansipasi sosial dengan pemenuhan hak-hak dasar warga negara, penghormatan
hak-hak sipil dan kebebasan politik, serta peningkatan partisipasi publik dalam proses
pengambilan keputusan politik dan perumusan kebijakan publik.
5. Peningkatan penegakan hukum dan aturan secara konsisten dan berintegritas untuk menciptakan
ketertiban sosial, serta pelaksanaan reformasi birokrasi untuk mendukung penyelenggaraan
pemerintahan dan layanan perizinan yang bersih, transparan, dan akuntabel, yang sejalan dengan
pengembangan budaya pelayanan.
21
Arah Kebijakan dan Strategi
6.
Peningkatan pendidikan yang berkualitas untuk melahirkan manusia-manusia unggul, yang
mampu mengembangkan kebudayaan, daya cipta dan kreativitas, daya saing, serta merancang
masa depan bangsa yang maju, modern, dan mandiri.
7. Peningkatan kualitas lembaga pendidikan (sekolah dan unversitas) sebagai sarana dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), yang tercermin pada proses pembelajaran
yang berorientasi pada penguasaan iptek dan pengembangan bahasa asing (e.g. Inggris, Arab,
Mandarin, Jepang, Prancis, Jerman) sebagai instrumen untuk mengakses sumber-sumber ilmu
pengetahuan dan membangun peradaban modern.
8. Peningkatan kesadaran masyarakat akan kemajemukan yang menuntut setiap warga negara hidup
rukun, toleran, gotong royong, dan menjaga hubungan sosial yang harmonis, dengan menghargai
perbedaan suku, agama, bahasa, adat istiadat, agar tercipta keutuhan, persatuan, dan kesatuan
dalam kebhinnekaan.
9. Pengembangan karakter dan jati diri bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, berbudaya, dan
beradab, serta berdaya saing, dan dinamis, yang dilandasi oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berdasarkan Pancasila.
10. Pencanangan proyek percontohan dalam bentuk Komunitas Berkarakter sebagai “kantungkantung perubahan,” untuk mengawali gerakan nasional kampanye revolusi mental di kalangan
aparatur negara, pengelola BUMN/BUMD, dan masyarakat umum.
11. Peningkatan kampanye publik melalui berbagai media (e.g. film, sastra, iklan layanan masyarakat),
untuk menumbuhkan etos, semangat berkarya, daya juang, sikap antikorupsi, orientasi mencari
ilmu, hidup toleran dan menjaga harmoni sosial di dalam masyarakat majemuk.
22
Lintas Bidang Pelaksanaan Revolusi Mental
Bidang Pendidikan:
• Lembaga pendidikan (sekolah dan universitas) berperan
dalam
melahirkan
manusia-manusia
unggul,
mengedepankan nilai-nilai persaingan usaha yang sehat,
yang mampu mengembangkan kebudayaan, memupuk
kreativitas, dan merancang masa depan bangsa yang
maju dan modern.
• Pendidikan penting untuk mewujudkan insan cerdas,
berkepribadian, dan berwatak melalui pendidikan
karakter yang terintegrasi ke semua mata pelajaran yang
relevan, dengan menjadikan guru sebagai role model.
Pendidikan menjadi medium bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan kemampuan keberaksaraan (literacy &
scientific knowledge).
23
Lintas Bidang Pelaksanaan Revolusi Mental
Bidang Kebudayaan:
• Institusi kebudayaan menjadi kekuatan penggerak
untuk mengembangkan daya cipta kebudayaan dan
membangun peradaban unggul. Melalui institusi
kebudayaan, perlu ditingkatkan pemanfaatan
cultural capital dalam wujud sistem pengetahuan,
sistem nilai dan norma sosial, sistem hukum,
kearifan lokal, pranata sosial-budaya-ekonomi untuk
meningkatkan produktivitas, mencapai prestasi
tinggi, dan meraih kemajuan.
24
Lintas Bidang Pelaksanaan Revolusi Mental
Bidang Politik:
• Institusi politik diperkuat dengan memantapkan pelembagaan
demokrasi dan mewujudkan pemerintahan yang terbuka dan
akuntabel. Praktik politik harus berorientasi pada kebajikan
publik dan kemaslahatan umum, yang berbasis pada nilai-nilai
keadaban publik. Jalan politik harus menekankan hal-hal pokok,
yaitu:
– Penyelenggaraan negara berorientasi pada kepentingan publik dan
diarahkan untuk mewujudkan kemaslahatan umum;
– Praktik politik berlandaskan kebajikan publik, etika, dan moralitas,
yang tercermin pada proses politik yang baik serta memperhatikan
perbaikan sistem pemilu dan keterwakilan perempuan;
– Paktik politik tidak berbasis transaksi ekonomi-politik yang
berbuah korupsi;
– Tata kelola pemerintahan dan layanan perizinan yang bersih
(antikorupsi), transparan, dan akuntabel; dan
– Birokrasi pemerintahan efisien dan pelayanan publik memuaskan.
25
Lintas Bidang Pelaksanaan Revolusi Mental
Bidang Hukum:
• Pemangku kepentingan harus mendorong proses
reformasi sistem dan lembaga peradilan, untuk
menopang proses penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat, dan terpercaya sehingga dapat
menjamin tegaknya keadilan. Keberhasilan reformasi
hukum dan peradilan ditandai, antara lain, oleh:
– Penegakan hukum tegas dan berprinsip imparsialitas untuk
memenuhi rasa keadilan masyarakat;
– Hukum berpihak dan tunduk pada kebenaran, dan dijalankan
dengan prinsip equality before the law;
– Lembaga peradilan dan aparat penegak hukum berintegritas
(antikorupsi), profesional, terpercaya, dan akuntabel; dan
– Integritas, etika profesi, dan moralitas menjadi sandaran
tertinggi dalam proses penegakan hukum.
26
Lintas Bidang Pelaksanaan Revolusi Mental
Bidang Ekonomi:
• Pengembangan ekonomi nasional berbasis maritim untuk mengoptimalkan
pemanfaatan potensi dan kekayaan laut, dengan memperkuat budaya
maritim (e.g. mentalitas tangguh dalam menjawab tantangan di medan laut,
sikap pemberani, dan penegasan identitas sebagai bangsa bahari). Selain
itu, pemberdayaan pelaku usaha kecil-menengah, ekonomi dan industri
kreatif, ekonomi rakyat dan ekonomi subsisten, dengan pemberian akses
yang merata ke sumber daya ekonomi dan distribusi aset-aset produktif
yang adil, untuk meningkatkan pemerataan ekonomi dan mengurangi
kesenjangan sosial di masyarakat.
• Di bidang ekonomi, para pemangku kepentingan harus mendorong semua
pihak agar aset nasional digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat, sehingga harus inklusif, mengedepankan kepentingan nasional, dan
mengutamakan kepentingan umum dan manfaat bagi masyarakat luas,
bukan untuk golongan atau kelompok kecil masyarakat. Selain itu, juga
perlu menyusun kebijakan dan kegiatan yang dapat mendorong perilaku
ekonomi yang bersaing secara sehat dan berkeadilan dengan tetap
mengutamakan penggunaan potensi sumber daya lokal dan ramah
terhadap lingkungan.
27
Lintas Bidang Pelaksanaan Revolusi Mental
Bidang Sosial:
• Perkuatan peran lembaga dan/atau perseorangan yang menjadi
sumber daya sosial: organisasi masyarakat sipil, lembaga agama,
organisasi sosial-keagamaan, lembaga kesejahteraan sosial,
pekerja sosial masyarakat, dan institusi keluarga, agar dapat
berperan dalam proses sosialisasi nilai, etika, moral, dan
pembinaan akhlak mulia, serta mengembangkan karakter
individu dan karakter bangsa yang kuat. Selain itu, lembaga
penyiaran harus menjalankan peran dalam pengendalian dan
penyaringan muatan tayangan dan pemberitaan di media publik.
Adapun agen media publik (cetak, elektronik, online) didorong
untuk berkontribusi terhadap kampanye publik dalam rangka
membangun masyarakat berbudaya dan berkeadaban yang
berbasis pada nilai-nilai kesetiakawanan sosial, solidaritas,
keadaban, kebajikan dan moralitas publik.
28
PENINGKATAN EFISIENSI DAN
EFISIENSI KERJA
29
PERMASALAHAN SDM KESEHATAN (1)
1. Permasalahan di ketenagaan kesehatan terjadi pada sisi produksi dan
ketersediaan, persebaran dan penempatan, dan mutu dan kinerja.
2. Walaupun jumlah tenaga kesehatan di Indonesia terus meningkat, namun baik di
tingkat populasi maupun di fasilitas pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan
masih belum memadai untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal.
3. Saat ini, secara nasional 13,7 tenaga dokter melayani per 100.000 penduduk,
sementara target yang ingin dicapai pada tahun 2019 adalah sekitar 45 per
100.000 penduduk. Kekurangan juga terjadi untuk tenaga kesehatan lain. Status
ketersediaan tahun 2013 dan target tahun 2019 dalam (rasio per 100.00
penduduk) adalah dokter gigi status 4,3 target 13, perawat status 89,9 target 180,
dan bidan status 49,9 target 120.
4. Kekurangan tenaga kesehatan juga terjadi di tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut data PPDSMK Kemkes pada bulan Desember 2013, kekurangan tenaga
kesehatan di rumah sakit mencapai 29 persen untuk spesialis anak, 27 persen
untuk spesialis kandungan, 32 persen untuk spesialis bedah dan 33 persen untuk
penyakit dalam.
5. Dalam angka absolut berdasarkan data BPPSDMK, pada tahun 2012 rumah sakit
mengalami kekurangan 87.874 perawat, 15.311 bidan, 3.309 dokter, 1.382 tenaga
farmasi, dan 1.357 spesialis penyakit dalam.
30
PERMASALAHAN SDM KESEHATAN (2)
6. Permasalahan mendasar lain dalam ketenagaan adalah kurang meratanya persebaran
tenaga kesehatan, sehingga banyak daerah-daerah terutama perdesaan dan DTPK yang
tidak memiliki tenaga kesehatan yang memadai. Secara nasional, 4,2 persen pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas tidak dilakukan oleh tenaga dokter. Kekurangan dokter
terutama pada provinsi di Indonesia Bagian Timur seperti Papua (32 persen), Papua
Barat (16,3 persen) dan Maluku Utara (14,9 persen).
7. Beberapa jenis tenaga kesehatan belum dapat dihasilkan secara reguler seperti tenaga
promosi kesehatan dan dokter layanan primer. Selain itu mutu tenaga kesehatan,
terutama lulusan baru masih belum memiliki kompetensi sesuai standar. Persentase
lulusan tenaga kesehatan yang lolos uji kompetensi adalah perawat 63,0 persen, D3
keperawatan 67,5 persen, D3 kebidanan 53,5 persen, dokter 71,3 persen, dan dokter gigi
76,0 persen. Pada tahun 2012, hanya 52 persen institusi pendidikan tenaga kesehatan
yang terakreditasi secara valid, sementara selebihnya tidak terakreditasi atau
akreditasinya telah kadaluarsa.
8. Dalam hal rekruitmen, khususnya untuk tenaga kesehatan publik di daerah, keterbatasan
formasi dan sistem rekrutmen yang tidak standar antar daerah menyebabkan distribusi
yang tidak merata serta perekrutan PTT belum didukung sepenuhnya dengan regulasi.
31
TANTANGAN DALAM PEMENUHAN SDM
KESEHATAN
Tantangan utama dalam pemenuhan tenaga kesehatan adalah
menjamin kecukupan dengan meningkatan keselarasan dalam produksi, penyebaran dan
penempatan tenaga kesehatan serta kualitas dan kinerja tenaga kesehatan. Dari sisi
produksi tantangannya adalah meningkatkan jumlah tenaga kesehatan untuk dapat
memenuhi kebutuhan pada fasilitas pelayanan kesehatan dan pada populasi umum yang
terus meningkat karena meningkatnya jumlah penduduk, perubahan pola penyakit serta
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Tantangan berikutnya adalah meningkatkan
perekrutan; persebaran dan retensi tenaga kesehatan termasuk melalui pengembangan
sistem karir dan perjenjangan serta insentif finansial dan non-finansial terutama untuk
pemenuhan tenaga kesehatan di daerah DPTK.
32
ARAH KEBIJAKAN PEMENUHAN SDM
KESEHATAN
Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan
melalui:
a. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan
prioritas di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) melalui penempatan
tenaga kesehatan yang baru lulus (affirmative policy);
b. Peningkatan mutu tenaga kesehatan melalui peningkatan kompetensi, pelatihan, dan
sertifikasi seluruh jenis tenaga kesehatan;
c. Peningkatan kualifikasi tenaga kesehatan termasuk pengembangan dokter spesialis dan
dokter layanan primer;
d. Pengembangan insentif finansial dan non-finansial bagi tenaga kesehatan; serta
e. Pengembangan sistem pendataan tenaga kesehatan dan upaya pengendalian dan
pengawasan tenaga kesehatan.
33
Bidang Kesehatan
a. Pendekatan stimulasi kognitif di setiap tahapan siklus hidup
dilakukan untuk membentuk sumber daya manusia yang sehat,
cerdas, berkualitas, dan berkarakter.
b. Pendekatan stimulasi kognitif dilakukan secara holistik,
integratif, dan prakarsa bersama (collective action) diawali
dengan pola asuh dan pendidikan di rumah, sekolah, dan
masyarakat.
c. Pendekatan stimulasi kognitif pada periode kritis (1000 hari
kehidupan) dan periode sensitif (sampai usia 6 tahun) harus
dilakukan secara tepat dan efektif . Dalam hal
penyelenggaraannya dapat dilakukan di berbagai fasilitas
seperti Taman Pengasuhan Anak (TPA), BKB, kelas ibu hamil,
POS PAUD, dan lain-lain.
34
SDM Sehat, Cerdas, Berkualitas
TERIMA KASIH
36
Download