KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PERDU BLOK CURAH ULING DI TAMAN NASIONAL BALURAN, SITUBONDO JAWA TIMUR Dian Rahmi Puspitasari, Suhadi, dan Sulisetijono Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis dan mendeskripsikan tingkat kemerataan jenis tumbuhan perdu yang berada di hutan musim Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran, (2) menganalisis dan mendeskripsikan faktor abiotik yang berpengaruh terhadap jumlah jenis tumbuhan perdu di hutan musim Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran. (3) Menganalisis dan mendeskripsikan indeks nilai penting tumbuhan perdu di hutan musim Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran. Teknik pengumpulan data menggunakan metode belt transek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Indeks keanekaragaman perdu di hutan musim Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran Situbondo sebesar 3.276 (2) Nilai indeks kemerataan jenis perdu di hutan musim Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran Situbondo sebesar 0,983 (3) Hasil analisis korelasi ganda menunjukkan faktor abiotik yang mempengaruhi jumlah jenis perdu di Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran Situbondo. Berdasarkan hasil analisis data diketahui jenis tumbuhan perdu dengan indek nilai penting tertinggi adalah Allophyllus cobbe L. dan Vitex quinata (Lour) F. N. Williams menunjukkan bahwa jenis tersebut mendominasi kawasan Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran. Kata Kunci: Taman Nasional Baluran, keanekaragaman jenis, tumbuhan perdu. Taman Nasional Baluran terletak di ujung timur Pulau Jawa tepatnya di wilayah Situbondo-Jawa Timur dan mempunyai luas 25.000 ha. Berbagai permasalahan banyak dihadapi oleh Taman Nasional Baluran. Tingkat keanekaragaman perdu di hutan musim Blok Curah Uling perlu diketahui agar dapat menjadi bahan pertimbangan penentuan tindakan konservasi selanjutnya dan dapat pula dijadikan sebagai bahan perbandingan dengan kondisi di blok lainnya yang terdapat di hutan musim Taman Nasional Baluran. Tujuan penelitian ini (1) Menganalisis dan mendeskripsikan tingkat keanekaragaman dan tingkat kemerataan jenis tumbuhan perdu yang berada di hutan musim Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran, (2) Menganalisis dan mendeskripsikan faktor abiotik yang berpengaruh terhadap jumlah jenis tumbuhan perdu di hutan musim Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran. Dari penelitian diharapkan dapat diketahui informasi mengenai tingkat keanekaragaman, tingkat kemerataan dan faktor abiotik yang paling berperan terhadap jumlah jenis tumbuhan perdu Blok Curah Uling di Taman Nasional Baluran. Dari Penelitian akan diperolah data yang berguna bagi Taman Nasional Baluran sebagai data, bahan rujukan untuk menentukan tingkat kerusakan yang terjadi di hutan musim Taman Nasional Baluran dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu data penelitian yang diperoleh dengan kegiatan pengumpulan, penyusunan data, analisis data dan interprestasi yang bertujuan untuk mendeskripsikan keanekaragaman tumbuhan perdu Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran. Sampel berupa seluruh jenis tumbuhan perdu yang berada di 40 plot pengamatan di Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran. Penelitian ini dirancang dan dilaksanakan pada bulan Nopember 2012- Maret 2013. Pengambilan data menggunakan metode belt transek dengan panjang belt transek 400 meter, lebar 10 meter, dan ukuran plot adalah 10x10 meter. Data yang dikumpulkan adalah data tumbuhan perdu dan daktor abiotik yang meliputi Suhu dan kelembaban; pH tanah; dan Intensitas cahaya. Keanekaragaman perdu dihitung menggunakan indeks keanekaragaman jenis (spesies) Shanon-Wienner yaitu dengan menggunakan Rumus: H’ = - Σ (pi ln pi) Pi = Keterangan: ni N H’ = Indeks keanekaragaman jenis Shanon-Wienner ni = Jumlah individu jenis ke-N N = Total jumlah individu pi = Nilai total individu Indeks kemerataan dihitung dengan rumus sebagai berikut (Krebs, 1972): E = H`/ ln S Keterangan : E = lndeks kemerataan (nilai antara 0 – 10) (Santosa, dkk., 2008) H’=Indeks keanekaragaman S = Jumlah jenis /jenis n = Jumlah jenis Dengan kisaran keseragaman/kemerataan sebagai berikut: E < 0,4 : populasi kecil 0,4 < E < 0,6 : populasi sedang E > 0,6 : populasi tinggi Analisis korelasi ganda ini dianalisis dengan menggunakan bantuan software analisis data SPSS 20.00 untuk mengetahui adanya hubungan-hubungan antara variabel dapat diketahui, sebab koefisien korelasi merupakan ukuran yang dapat menjelaskan besar kecilnya hubungan dan koefisien determinansi. Curtis dan Mc. Intosh (1950 dalam Gopal dan Bhardwaj, 1979 dalam Indryanto, 2006) telah mengusulkan sebuah indeks yang disebut indeks INP sebagai jumlah jenis kerapatan relatif, frekuensi relatif dan luas penutupan relatif. Dengan demikian, INP dapat dituliskan dengan rumus: INP = KR (kerapatan relatif) + FR (frekuensi relatif) + CR (luas penutupan relatif) Hasil dan Pembahasan Hasil Analisis Indeks keanekaragaman dikelompokkan ke dalam kriteria tinggi, yaitu sebesar 1.608. Sedangkan kriteria yang menunjukkan indeks keanekaragaman sangat tinggi yaitu berkisar 1,6-3,0 nilai indeks keanekaragaman tersebut menunjukkan bahwa kemelimpahan jenis tumbuhan besar (Hilwan et al., 2013). Analisis tersebut menunjukkan indeks keanekaragaman jenis tumbuhan perdu pada Blok Curah Uling melimpah/beranekaragam. Indeks kemerataan yang dikatakan relatif stabil, yaitu sebesar 0,983. Bila indeks kemerataan mendekati 1, maka hal ini menunjukkan bahwa ekosistem tersebut dalam kondisi yang relatif stabil yaitu jumlah individu tiap spesies relatif konstan (Brower & Zar, 1977). Semakin besar nilai E atau mendekati nilai satu maka organisme dalam komunitas akan menyebar secara merata (Krebs, 1985). Faktor abiotik yang diambil pada penelitian ada enam, yaitu pH tanah, kelembaban tanah, suhu tanah, kelembaban udara, suhu udara, Intensitas cahaya Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov untuk perhitungan faktor abiotik dapatdilihat pada Tabel 1. . Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data Faktor Abiotik di Blok Curah Uling Faktor Abiotik pH Tanah (X1) Kelembaban Tanah (X2) Suhu Tanah (X3) Kelembaban Udara (X4) Suhu Udara (X5) Intensitas Cahaya (X6) Sig 0,466 0,531 0,290 0,003 0,657 0,143 Hasil analisis korelasi ganda data faktor abiotik blok Curah Uling dengan lima model tersebut dipilih model satu yang signifikan dapat dilihat pada 2. Tabel 2. Hasil Analisis Korelasi Ganda Faktor Abiotik di Blok Curah Uling Model 1 R 0,827 R square 0,684 F 11,916 Sig. 0,000 Dari hasil tersebut didapatkan nilai sumbangan yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif Faktor abiotik pH Tanah (X1) Kelembaban Tanah(X2) Suhu Tanah (X3) Kelembaban Udara (X4) Suhu Udara (X5) Intensitas Cahaya (X6) Jumlah Sumbangan relatif (%) 8,88 2,50 16,67 54,32 6,34 11,23 100 Sumbangan efektif (%) 6,07 1,71 11,40 37,16 4,37 7,68 68,42 Data indeks nilai penting dapat dilihat pada Tabel jumlah jenis tumbuhan perdu tiap plot dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis indeks nilai penting (INP) tumbuhan perdu Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Nama Jenis Allophyllus cobbe L. Ocimum gratissimum L. Canthium sp Bauhinia acuminate L. Sida rhombifolia L. Celtis cinnamomea Lindl. Manihot glaziovii M.A Desmodium triquetrum (L.) D. C. Pavetta indica L. Strychnos lucida R Brown. Urena lobata L. Harrisonia perforate L. Merr Achyranthes bidentata Blume. Lantana camara L. INP 13,75 8,85 9,54 7,22 8,83 9,54 8,62 9,85 6,69 8,78 9,00 8,00 8,85 7,98 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Hibiscus tiliaceus Linn. Callicarpa tomentosa Muur. Solanum verbascifolium L. Hyptis capitata Jacq. Helicteres isora L. Capparis tomentosa Lam. Gmelina asiatica L. Bridelia ferruginea Benth. Cassia tora Linn. Pseuderanthemum sp Croton argyratus Blume Chromolaena odorata L. Vitex quinata (Lour) F. N. Williams 9,60 7,17 8,83 8,31 7,75 9,10 8,31 8,52 9,07 7,95 7,78 8,98 11,02 Pembahasan Hasil perhitungan indeks keanekaragaman dan kemerataan menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman (H’) perdu di hutan musim Blok Curah Uling adalah 1.608. Berdasarkan hasil analisis berada pada kategori sangat tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi ekosistem di hutan musim Blok Curah Uling cenderung stabil. Indeks kemerataan (E) adalah 0.488 yang termasuk dalam kategori tinggi dan ada jenis yang mendominasi. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kemerataan dalam populasi tersebut sedang. Dapat dilihat dari kisarannya bahwa indeks kemerataan dengan nilai 0,4 < E < 0,6 menunjukkan populasi yang sedang. Artinya bahwa jika populasinya sedang maka jenis yang ada dalam populasi tersebut cenderung merata, dengan kata lain indeks kemerataan dinyatakan sedang apabila populasinya juga sedang. Dari keenam faktor abiotik yang dikorelasi gandakan dengan jumlah jenis dapat dilihat hasil dari ringkasan sumbangan relatif bahwa semua faktor abiotik mempunyai pengaruh terhadap jumlah jenis. X1 pH tanah 6,07% X2 Kelembaban tanah 1,71% X3 Suhu tanah 11,4% X4 Kelembaban udara 37,16% X5 Suhu udara 4,37% X6 Intensitas cahaya 7,68% 68,42% Y Bagan 1. Bagan sumbangan efektif setiap faktor abiotik Suhu tanah dan kelembaban udara menyumbang faktor terbesar yang mempengaruhi jumlah jenis tumbuhan perdu di Blok Curah Uling. Berdasarkan ringkasan sumbangan tersebut dapat dijadikan acuan untuk mewakili data yang hanya diambil satu kali ulangan. Terbatasnya data disebabkan oleh keterbatasan dan kondisi kelayakan alat penelitian, sehingga ringkasan sumbangan tersebut dapat mewakili pengaruh faktor abiotik terhadap jumlah jenis tumbuhan perdu pada plot amatan. Hasil penelitian di Blok Curah Uling menunjukkan kelembaban tanah dan kelembaban udara berada pada rentangan 48-75%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Scmith dan Ferguson bahwa Taman Nasional Baluran beriklim musim, termasuk ke dalam iklim E dengan kelembaban udara antara 40-85%. (Balai Taman Nasional Baluran, 2000). Faktor abiotik untuk pH tanah di Blok Curah Uling pada saat pengamatan berada pada kisaran pH sedikit asam sampai sedikit basa yaitu 6-7,4. Sesuai dengan pernyataan Syafei (1990) menyatakan bahwa pH tanah di hutan musim Taman Nasional Baluran cenderung netral. Hasil analisis korelasi ganda menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor abiotik pH tanah mempunyai koefisien korelasi lebih besar dibandingkan dengan faktor abiotik lainnya yang mempengaruhi indeks keanekaragaman di Blok Curah Uling. Sumbangan relatif keenam faktor diketahui bahwa kelembaban udara yang mempunyai nilai persentase sumbangan relatif sebesar 37%. Kelembaban tanah pengaruhnya berada di bawah suhu tanah karena wilayah Blok Curah Uling didominasi tumbuhan yang berkanopi sehingga sedikit ruang terbuka yang tidak dapat ditembus sinar matahari yang mempengaruhi langsung terhadap faktor abiotik yang ada. Jumlah cahaya yang mencapai permukaan tanah mengendalikan suhu tanah yang akan berpengaruh terhadap reproduksi dan vegetasi bawah (Elfis, 2010). Berdasarkan hasil analisis data diketahui jenis tumbuhan perdu dengan indek nilai penting tertinggi adalah Allophyllus cobbe L. dengan indeks nilai penting sebesar 13,76 dan Vitex quinata (Lour) F. N. Williams dengan indek nilai penting sebesar 11,02. Dominansi jenis tumbuhan tertata dipengaruhi oleh interaksinya dengan faktor-faktor abiotik di lingkungan. Allophyllus cobbe L. dan Vitex quinata (Lour) F. N. Williams merupakan jenis yang mendominasi pada Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran. Jenis-jenis tumbuhan perdu ini mampu tumbuhan dan berkembang dengan baik pada kawasan ini. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor abiotik yang ada dalam kawasan Blok Curah Uling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tersebut. Kesimpulan dan Saran Hasil perhitungan indeks keanekaragaman dan kemerataan menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman (H’) perdu di hutan musim Blok Curah Uling tergolong tinggi. Indeks keanekaragaman tersebut menunjukkan bahwa kemelimpahan jenis tumbuhan besar. Indeks kemerataan (E) cenderung merata. Hasil analisis korelasi ganda di Blok Curah Uling menunjukkan bahwa suhu tanah dan kelembaban udara memiliki koefisien korelasi yang positif, sehingga kedua faktor tersebut berkorelasi positif dengan keanekaragaman yang ada di Blok Curah Uling Taman Nasional Baluran. Berdasarkan hasil analisis data diketahui jenis tumbuhan perdu dengan indek nilai penting tertinggi adalah Allophyllus cobbe L. dan Vitex quinata (Lour) F. N. Williams. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor abiotik yang ada dalam kawasan Blok Curah Uling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tersebut. Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada penduduk sekitar Taman Nasional Baluran untuk tidak melakukan aktifitas di dalam hutan yang dapat mengurangi tingkat keanekaragaman tumbuhan dan seharusnya ada kesepakatan antara penduduk sekitar dengan pihak Taman Nasional Baluran untuk adanya batasan dalam pengambilan hasil hutan, serta ikut andil dalam penanaman hutan kembali/reboisasi tumbuhan yang ada di hutan. Kepada pihak pengelolah Taman Nasional Baluran sebaiknya mengadakan penyuluhan kepada penduduk sekitar untuk tidak melakukan penebangan liar ataupun kegiatan hutan yang dapt merusak hutan dan melakukan penanganan secara terpadu untuk mengatasi masalah kerusakan hutan khususnya yang sering terjadi di hutan musim agar tidak terjadi gangguan pada ekosistemnya sehingga kelestarian floranya tetap terjaga. Daftar Rujukan Brower, J.E. and J.H. Zar., 1977. Field and Laboratory Methods for General Ecology. WM. J.Brown Company Publ. Dubuque. Iowa. Balai Taman Nasional Baluran. 2000. Laporan Pelakasanaan Kegiatan Sarasehan Peningkatan Peran Serta Masyarakat terhadap Pengamanan Hutan. Banyuwangi. Departemen Kehutanan RI. Balai Taman Nasional Baluran. 2006. Laporan Kegiatan Labelisasi Pohon. Situbondo. Kementrian Kehutanan RI Balai Taman Nasional Baluran. 2007. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Situbondo. Kementrian Kehutanan RI. Balai Taman Nasional Baluran. 2010. Analisa Vegetasi di Savana Bekol. Situbondo. Kementrian Kehutanan RI. Daniel, T.W., J.A. Helms, F.S. Baker. 1992. Prinsip-prinsip Silvinatural. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dharmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM Press. Elfis. 2010. Iklim Hutan Rawa Gambut Propinsi Riau. (online), (http://elfisuir.blogspot.com/2010/06/iklim-hutan-rawa-gambut-propinsiriau.html). Diakses tanggal 24 Mei 2013. Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Hilwan, Iwan., Mulyana, Dadan., Pananjung, Weda Gelar. 2013. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dan Trembesi (Samanea saman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai Kartanagara, Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol.4. No. 1. April 2013. Hal 6-10. ISSN: 2086-8227. Indriyanto, Ir. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Insafitri. 2010. Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Bivalvia di Area Buangan Lumpur Lapindo Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan. Volume 3. No. 1. April 2010. ISSN: 1907-9931. Krebs, C. J., 1972. Ecology, the Experimental Analisys of Distribution and Abudance Haper anda Row Publ. New York. Mardiastuti, A. 1999. Keanekaragaman Hayati: Kondisi dan Permasalahannya. Yayasan Bio Communica. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Munawaroh, S. 2012. Studi keanekaragaman tumbuhan perdu di hutan musim Blok Curah Uling. Taman Nasional Baluran. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Biologi FMIPA UM. Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku Fundamentals of Ekology. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Resosoedarmo, R. S., K. Kartawinata, A. Soegiarto. 1990. Pengantar Ekologi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Santosa, Yanto., Ramadhan, Eko Prastio., Rahman, Dede Aulia. 2008. Studi Keanekaragaman Mamalia pada Beberapa Tipe Habitat di Stasiun Penelitian Pondok Ambung Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Media Konservasi. Vol. 13. No.3, Desember 2008: 1-7. Sujalu, Akas Panaringan. 2007. Identifikasi Keanekaragaman Paku-pakuan. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Sukoharjo, Min. 2010. Klasifikasi Tumbuhan Sederhana. (Online), (http://www.min-sukoharjo.sch.id/berita-119-klasifikasi-tumbuhansederhana.html). Diakses tanggal 24 Mei 2013. Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung: Bandung. Whitmore, TC. And I.G.m Tantra (editor). 1986-1997. Tree flora of Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Whitmore, T. C. Tropical Rain Forest of The Far East. Oxford Iniversity Press. 1986. (online), (www.jakaratazoo.org.2008), (diakses tanggal 20 Desember 2012).