Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur Direktorat Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta, BAPPENAS 2 Desember 2010 TUJUAN PROYEK KERJASAMA (KPS) • Mencukupi kebutuhan pendanaan yang berkelanjutan • Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan melalui persaingan yang sehat • Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur • Mendorong prinsip “pakai-bayar”, dan dalam hal tertentu dipertimbangkan kemampuan membayar pemakai 2 PENGATURAN KPS DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR • Perpres 67/2005 secara khusus mengatur ketentuan penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui mekanisme KPS. • Diperlukan sebagai salah satu alat penciptaan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan badan usaha dalam percepatan penyediaan infrastruktur. • Ditujukan juga untuk melindungi kepentingan konsumen, masyarakat dan badan usaha secara adil melalui penyediaan infrastruktur yang adil, transparan, dan kompetitif. 3 Mengapa perlu Kerjasama PemerintahSwasta (KPS)? TUGAS UTAMA PEMERINTAH DAERAH • Pemberian otonomi luas kepada daerah, khususnya kabupaten/kota dan provinsi diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat (welfare) sesuai dengan SPM melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat • Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan Daerah yaitu: o Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) o Kemampuan Kelembagaan o Kemampuan Keuangan PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PELAYANAN PUBLIK OPERASI/ PEMELIHARAAN PEMBANGUNAN SARANA/PRASARANA PEMBIAYAAN Pendapatan Terbatas Debt Coverage Ratio PINJAMAN DAERAH APBD KERJASAMA PEMERINTAHSWASTA Komposisi Belanja Pemerintah (% dari PDB) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Pusat 18.7 12.9 13.7 14.4 15.8 16.2 15.2 - Belanja Rutin 15.8 10.7 10 11.4 13.1 12.5 11.4 - Belanja Pembangunan 3.0 2.2 3.7 3.0 2.7 3.8 3.8 Provinsi 1.5 1.7 1.8 1.6 1.6 2.0 1.8 - Belanja Rutin 0.9 0.9 0.7 0.6 1.2 0.8 0.7 - Belanja Pembangunan 0.6 0.9 1.1 1.0 1.9 1.2 1.1 Kabupaten/Kota 5.2 5.3 6.2 5.8 6.0 7.4 7.0 - Belanja Rutin 3.5 3.5 3.9 3.9 3.8 4.9 4.6 - Belanja Pembangunan 1.6 1.8 2.3 1.9 2.2 2.5 2.3 Gambaran Kemampuan Pendanaan Pemerintah dalam Infrastruktur % Investasi Infrastruktur Terhadap PDB (Rasio Investasi Infrastruktur Pemerintah thd PDB) 6,00 5,34 5,00 4,39 4,10 4,00 3,53 3,13 3,12 2,78 3,00 2,33 2,00 1,00 0,00 1993/1994 1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/1999 2000 2002 KEBUTUHAN DAN GAP PENDANAAN 323,67 T?? 2,000.00 1,400.00 1,200.00 1,000.00 800.00 TOTAL Rp 1.923,7 T 1,800.00 1,600.00 9 Swasta 344,67 T BUMN 340,85 T APBD 355,07 T 600.00 APBN 559,54 T 400.00 200.00 Kebutuhan Investasi 2010-2014 Perkiraan Pendanaan Gap • Kebutuhan Pembiayaan Infrastruktur berdasarkan minimum 5% dari PDB Tahun 2010-2014 mencapai Rp. 1.923,7 trilyun, dimana kemampuan pemerintah hanya sebesar Rp. 559,54 triliun (termasuk DAK), serta potensi pendanaan lain (BUMN, Swasta dan APBD) sebesar Rp. 1.040,59 triliun. • Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi minimal 7% pada akhir tahun 2014, masih terdapat gap pembiayaan sebesar Rp 323,67 trilyun. Sehingga diharapkan peran pemerintah lebih ditingkatkan. Skema Alternatif Pembiayaan PPP 1 2 3 Kelayakan Proyek Skema Layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara finansial Swasta Layak secara ekonomi dan finansial marjinal Layak secara ekonomi dan finansial Pemerintah Swasta Pemerintah swasta Swasta Swasta Hybrid Financing PPP dengan Dukungan Pemerintah PPP Reguler Operasi dan Pemeliharaan Konstruksi 10 Bagaimana Caranya? Tugas Pemerintah Daerah dalam KPS • • • • • • • • • • • • SKPD mengidentifikasi usulan proyek potensial dikerjasamakan Pemda susun prioritas usulan proyek potensial Anggaran utk Tim KPS Daerah (PP 50/2007, Perpres 13/2010) Anggaran utk melakukan penyiapan (konsultan FS) proyekproyek prioritas Anggaran utk pelaksanaan pengadaan badan usaha (konsultan transaksi) Menyiapkan dana dukungan pemerintah daerah, bila diperlukan Meminta jaminan pemerintah, bila diperlukan Menanda-tangani perjanjian kerjasama konsesi Merealisasi dukungan pemerintah daerah Mengawasi pelaksanaan pembangunan proyek Melakukan manajemen kontrak Menerima transfer aset setelah masa konsesi berakhir Identifikasi & Prioritas Proyek KPS Kriteria: 1. Tingginya Kebutuhan 2. Kesesuaian dengan Kebijakan Daerah 3. Adanya Nilai Manfaat dari Uang: o nilai investasi o keunggulan swasta o layanan jangka-panjang terjamin o bisa dikomersialkan – ada pendapatan yg bisa menjadi daya tarik bagi swasta Proyek KPS Potensial di Daerah • Transportasi: terminal, sistim angkutan umum, jalan, perparkiran • Perdagangan: pasar, pusat perbelanjaan • Prasarana lingkungan: sistem air minum, air baku, sanitasi, persampahan • Sarana pendidikan • Sarana kesehatan • Perumahan • Pengembangan kawasan Siklus Proyek KPS TAHAPAN PELAKSANAAN PROYEK KERJASAMA Kenapa Perlu Penyiapan Kelayakan Proyek? 1. Pemerintah perlu diyakinkan bahwa Proyek telah layak secara teknis, ekonomis maupun finansial, dan tidak memiliki risiko ataupun dampak negatif sosial dan lingkungan yang besar; 2. Kebutuhan atas dukungan fiskal dari pemerintah dalam bentuk apapun berikut pilihannya harus diketahui dan dianalisis; 3. Pemerintah perlu memiliki informasi selengkap mungkin atas penyusunan dokumen penawaran; dan 4. Guna keperluan lanjut pelaksanaan negosiasi, PJPK harus memiliki kelengkapan informasi yang sama dengan pihak penawar agar dapat memperkuat posisi tawarnya.17 Prastudi Kelayakan Proyek Kerjasama Kajian Hukum Kajian Teknis •Analisis Kelembagaan •Analisis Peraturan Perundanganundangan •Analisis Teknis •Penyiapan Tapak •Rancang Bangun Awal •Spesifikasi Keluaran Kajian Kelayakan (Ekonomi dan Keuangan) •Analisis Biaya Manfaat Sosial •Analisis Pasar •Analisis Keuangan •Analisis Risiko Kajian Sosial dan Lingkungan •Analisis Awal Dampak Lingkungan •Analisis Sosial •Rencana Pemukiman Kembali Kajian Dukungan dan Jaminan Pemerintah •Dukungan Pemerintah •Jaminan Pemerintah Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur •Bentuk Kerjasama •Pembagian Risiko Rancangan Pengadaan Badan Usaha Rancangan Ketentuan (term-sheet) Perjanjian Kerjasama 18 PP 6/2006 vs PERPRES 13/2010 Subyek Pengaturan PP 6/2006 Ketentuan Permasalahan dengan Perpres 13/2010 Lingkup Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/D) BMN/D meliputi: Barang yang berasal dari APBN/D; Barang yang berasal dari perolehan lain yang sah: Hibah/sumbangan; Pelaksanaan dari perjanjian berdasarkan ketentuan perUUan berdasarkan kep. Pengadilan Dalam proyek infrastruktur, pengadaan tanah biasanya menggunakan dana APBN/D, dalam hal ini tanah tersebut merupakan lingkup dari BMN/D yang diatur dalam PP 6/2006, sehingga pemanfaatan tanah tersebut harus mengikuti ketentuan dalam PP 6/2006. Pemanfaatan BMN/D Pemanfaatan BMN/D: Sewa (max. 5 thn, syarat: menguntungkan negara) Pinjam Pakai (max. 2 thn) Kerjasama Pemanfaatan (max. 30 thn, tender min. 5 peserta, harus ada kontribusi tetap kepada negara) BOT dan BTO (max. 30 thn atau 50 tahun untuk infrastruktur, tender min. 5 peserta, harus ada kontribusi tetap kepada negara) Terjadi kontradiksi dengan pengaturan Perpres 13/2010, terutama dalam bentuk kerjasama BOT dan BTO, Perpres 67/2005 mengatur bahwa tender min. 3 peserta. PP 50/2007 vs PERPRES 13/2010 KETENTUAN SUBYEK KERJASAMA PP 50/2007 Para pihak yang menjadi subjek kerja sama dalam kerja sama daerah meliputi: a. gubernur; b. bupati; PERMASALAHAN DENGAN PERPRES 13/2010 Dalam Perpres 13/2010, BUMN/BUMD selain menjadi pihak Badan Usaha, dimungkinkan juga untuk menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama, di dalam PP 50/2007 hal ini tidak diatur c. wali kota; dan d. pihak ketiga. OBJEK KERJASAMA Objek kerja sama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik. Tidak semua urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom dapat dikerjasamakan dengan badan usaha mengikuti Perpres 13/2010, hanya jenis-jenis infrastruktur tertentu saja. TERIMAKASIH