ISSN 1410-1939 PENGARUH KOMBINASI TANAH GAMBUT DAN TANAH MINERAL SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA [THE EFFECT OF COMBINATION OF PEAT AND MINERAL SOIL AS GROWTH MEDIUM OF OILPALM (Elaeis guineensis Jacq.) SEEDLINGS IN MAIN NURSERY] Hanibal Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361 Abstract This research was aimed at investigating know the effect of combination of peat and mineral soil on the growth of oil palm seedling in main nursery. The investigation was conducted in Experimental Station Faculty of Agriculture Jambi University, Mendalo Darat from June through to October 2007. The experiment was arranged in a completely randomized design consisted of five levels of peat and top soil combinations, and five replications. The combinations tested were top soil 100% with no peat (G0M4), peat 25% + top soil 75% (G1M3), peat 50% + top soil 50% (G2M2), peat muck 75% + top soil 25% (G3M1), and peat 100% without top soil (G4M0). Variables observed were plant height, stem diameter, total leaf area, root dry weight, and shoot dry weight. Data were analyzed using analysis of variance, followed by least significant difference test at 5% protection level. Results of the experiment showed that the effect of various combinations of peat and mineral top soil significantly affected stem diameter, total leaf area and shoot dry weight. The use of 100% peat as growing medium had shown best effect on oil palm seedling performance in main nursery. Key words: peat, oil palm, soil fertility, fertilizer, Elaeis guineensis. PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditias perkebunan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia saat ini. Selain sebagai penghasil devisa, komoditas ini juga menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat yang mengusahakannya (Risza, 1994). Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah sentra produksi kelapa sawit dengan wilayah pengembangan terbesar pada 4 kabupaten. Sentra terluas terdapat di kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Pada tahun 2005, misalnya, luas areal panen sebesar 292.314 ha dengan produksi sebesar 936.595 ton dan tahun 2006 luas areal meningkat menjadi 308.629 ha dengan produksi sebesar 1.018.768 ton. Peningkatan produksi tersebut juga diiringi oleh peningkatan produktivitas dari 3.204 kg ha-1 menjadi 3.301 kg ha-1. Meskipun hal ini menunjukan perkembangan kelapa sawit di Provinsi Jambi cukup pesat, namun jika dilihat berdasarkan data sejak tahun 2000, terlihat bahwa sebenarnya peningkatan produktivitas kelapa sawit berfluktuasi dari tahun ke tahun (Dinas Perkebunan Jambi, 2006). Pembibitan kelapa sawit merupakan tahap awal yang paling menentukan pertumbuhan kelapa sawit setelah dipindahkan ke lapangan. Oleh karena itu, penggunaan bibit unggul merupakan modal utama untuk mencapai produktivitas yang tinggi (Risza, 1994). Selain dengan menggunakan bibit yang baik secara genetik, untuk mendapatkan bibit unggul bermutu diperlukan beberapa upaya lain yang menyangkut aspek teknis dan lingkungan di pembibitan. Terkait dengan hal tersebut, kondisi lingkungan yang sesuai, kultur teknik serta kesuburan media tanam merupakan aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dan direncanakan dengan baik. Salah satu usaha rekayasa kesuburan media tanam adalah dengan menggunakan media alternatif yang mampu memperbaiki sifat-sifat fisika dan kimia tanah. Gambut adalah bahan organik yang terdiri dari akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi tetapi belum mengalami mineralisasi. Gambut terbentuk dari serasah dan organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan bahan organik lebih tinggi dari pada laju dekomposisinya (Dharmawijaya, 1992). Rismunandar (2003) menyatakan bahwa tanah gambut mengandung bahan organik yang tidak ka- 81 Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 2, Juli – Desember 2007 lah tinggi jika dibandingkan dengan pupuk kandang. Meskipun penanaman langsung pada lahan gambut tidak produktif, berbagai manipulasi terkait dengan tingkat kemasaman tanahnya, dapat mengembalikan produktivitas lahan. Selain itu, tanah gambut juga sudah mulai dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan media semai. Provinsi Jambi memiliki luasan lahan gambut yang tersebar di empat kabupaten yaitu 21.474 ha di Tanjung Jabung Barat, 130.421 ha di Tanjung Jabung Timur, 96.435 ha di Muaro Jambi, dan 5000 ha di Merangin (Warsi, 2007). Berdasarkan fakta ini, agaknya cukup beralasan untuk mengeksplorasi tanah gambut bagi kepentingan produksi komoditas pertanian khususnya sebagai media pembibitan. Umumnya pembibitan kelapa sawit menggunakan media tanam tanah PMK (Ultisol). Secara alami tanah PMK memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang kurang menguntungkan. Sifat-sifat tersebut antara lain reaksi tanah masam, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan kandungan unsur hara yang rendah terutama N, P, K serta kandungan bahan organik yang rendah (Suharto, 1986 sebagaimana dikutip oleh Permana, 1987). Di daerah-daerah dengan lahan gambut yang luas, tanah gambut berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai media semai alternatif yang cukup baik. Dengan mencampur tanah gambut dengan tanah mineral dalam imbangan yang sesuai, tidak hanya sifat fisika tanah saja yang menjadi lebih baik tetapi juga kemampuan media dalam menahan air juga meningkat. Susilawati dan Bastoni (2005) melaporkan bahwa perlakuan tanah gambut pada media tanam top soil dengan perbandingan 70% tanah top soil dan 30% tanah gambut mampu meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman jelutung. BAHAN DAN METODA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan selama empat bulan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi. Bahan percobaan adalah bibit kelapa sawit yang berasal dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi dan telah berumur tiga bulan dari persemaian. Tanah gambut yang digunakan adalah tanah gambut dengan tingkat kematangan saprik sedangkan tanah top soil yang digunakan tergolong ke dalam ordo Ultisols. Selain itu digunakan pula pupuk anorganik majemuk dengan 82 komposisi N:P:K:Mg, 12:12:17:2 yang diberikan pada saat dua minggu setelah tanam dengan dosis sesuai standar di pembibitan. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap yang terdiri atas lima taraf perlakuan yang diulang lima kali. Kelima taraf tersebut adalah tanah gambut 0% + tanah top soil 100% (G0M4), gambut 25% + top soil 75% (G1M3), gambut 50% + top soil 50% (G2M2), gambut 75% + top soil 25% (G3M1), dan tanah gambut 100% + top soil 0% (G4M0). Setiap petakan terdiri atas empat tanaman dan untuk keperluan sampel diambil dua tanaman. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), luas daun total (cm2), bobot kering akar (g), dan bobot kering pupus (g). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam. Jika pengaruh terlihat pada suatu variabel, analisis dilanjutkan dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan berhubungan dengan perkembangan beberapa organ yang spesifik atau organ tanaman secara keseluruhan. Pertumbuhan ini dapat diukur melalui pendekatan pengukuran bobot kering, luas daun, tinggi tanaman, diameter batang dan sebagainya (Hakim et al., 1986). Selanjutnya, Harjadi (1980) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh pertambahan ukuran seperti tinggi tanaman, diameter batang, luas daun dan bobot kering, yang sifatnya tidak dapat balik (irreversible) Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa penggunaan tanah gambut dan tanah mineral baik secara tunggal ataupun kombinasi berpengaruh pada beberapa variabel pertumbuhan seperti diameter batang, luas daun total, dan bobot kering pupus tanaman. Sedangkan pada variabel bobot kering akar dan tinggi tanaman, pengaruh kombinasi tanah gambut dan tanah mineral tidak terlihat nyata. Pengaruh penggunaan gambut dan mineral dengan proporsi bervariasi pada setiap variabel pengamatan tersaji pada Tabel 1. Tanah gambut yang memang kaya bahan organik ternyata dapat memperbaiki sifat-sifat fisika dan kimia tanah dengan cara seperti merangsang granulasi, meningkatkan porositas, meningkatkan daya ikat air dan mengubah struktur tanah menjadi remah dan gembur. Selain itu, total ruang pori tanah pun meningkat dengan pemberian bahan organik dari tanah gambut (Saidi, 1994 sebagaimana dikutip oleh Zurhalena et al, 2000). Hanibal: Kombinasi Tanah Gambut dan Tanah Mineral sebagai Media Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit. jumlah yang lebih baik secara umum berimplikasi pada meningkatknya kualitas pertumbuhan tanaman. Seiring dengan meningkatnya proporsi tanah gambut dalam media, kandungan nitrogen tanah dan beberapa unsur lain pun meningkat pula. Salah variabel yang sangat Bobot kering Bobotresponsif kering Tinggi Diameter satu Luas daunpertumbuhan Gambut + mineral) adalah pupus (g) luas daun. akarPada (g) Tatanaman (cm) batang (cm) dengan totalunsur (cm2)nitrogen bel 1 terlihat bahwa luas daun total meningkat se0% + 100% 44,22 a 2,74 b 906,12 c 16,06 d 6,51 a iring dengan meningkatnya unsur nitrogen (Tabel 20% + 75% 49,48 a 3,13 ab 1265,25 b 21,42 bc 9,21 a 2) sebagai akibat dari meningkatnya proporsi gam50% + 50% 51,51 a 3,14 ab 1251,12 b 20,90 c 9,47 a but dalam media tanam. 75% + 25% 49,06 a 3,31 a 1456,06 ab 25,00 ab 10,4 a Daun merupakan aparatus fotosintesis yang tergantung sangata menen100% + 0% 51,52 a 3,53 a 1563,4 a pada intersepsi 27,94 a cahaya, 11,85 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tukan laju fotosintesis. Daun dengan ukuran yang dalam satu kolom tidak berbeda nyata menurut semakin luas dapat memperlihatkan laju fotosintesis yang lebih tinggi dengan asumsi daun yang leuji BNT pada taraf nyata 5%. bih besar memiliki jumlah klorofil dan stomata Berdasarkan hasil analisis tanah, pemberian yang lebih banyak (Salisbury dan Ross, 1995). gambut pada media mampu meningkatkan kan- Meningkatnya luas daun total tanaman seiring dedungan unsur hara (Laboratorium Kimia dan Kesu- ngan meningkatnya proporsi tanah gambut dalam buran Tanah Unja, 2007). Data hasil analisis tanah media agaknya berkonsekuensi pada meningkatnya pada tiap perlakuan tersaji pada Tabel 2. Dari Ta- laju produksi asimilat. Hal ini terindikasi dari mebel 2 terungkap bahwa peningkatan proporsi gam- ningkatnya bobot kering pupus dan diameter babut dalam media tanam memperlihatkan penam- tang tanaman yang sejalan dengan peningkatan bahan kandungan bahan organik dan beberapa un- luas daun total. sur hara. Tersedianya unsur hara pada tanah bergambut bukan hanya disebabkan oleh kemampuannya dalam menahan air, tetapi juga perannya daKESIMPULAN lam pembentukan struktur dan porositas tanah (Hakim et al., 1986). Semakin baik struktur dan Pemberian tanah gambut dalam media tanam porositas tanah, semakin baik pula ketersediaan bibit berpengaruh pada diameter batang, luas daun unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Gardner et total dan bobot kering pupus. Berdasarkan ketiga al., (1991) menyatakan bahwa ketersediaan air ta- variabel tersebut, penggunaan gambut 100% memnah dan unsur hara yang tersedia akan mempenga- perlihatkan hasil yang terbaik. Sedangkan pengguruhi proses transpirasi dan fotosintesis tanaman naan secara kombinasi dengan tanah mineral, gamsehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. but dengan proporsi 75% + tanah mineral 25% Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang, luas daun total, bobot kering pupus dan bobot kering akar berdasarkan taraf perlakuan. Tabel 2. Hasil analisis tanah berdasarkan perlakuan. Gambut+mineral) 0%+100% 20%+ 75% 50%+ 50% 75%+ 25% 100%+ 0% C-organik (%) 1,80 5,58 7,60 8,01 11,45 N-total (%) 0,1222 0,201 0,282 0,321 0,601 P-total K-total (ppm) (me/100g) 80,17 3,96 106,82 3,58 124,77 4,67 125,52 4,10 163,83 6,91 Sumber: Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Unja (2007). Jika diperhatikan kembali dengan lebih seksama, Tabel 1 memperlihatkan tendensi terjadinya peningkatan nilai seluruh variabel meskipun peningkatan yang signifikan hanya terlihat pada beberapa variabel saja. Tersedianya unsur hara dalam memperlihatkan hasil yang baik. DAFTAR PUSTAKA Dharmawijaya, M. I. 1992. Klasifikasi Tanah: Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Penelitian di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Dinas Perkebunan Jambi. 2006. Laporan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Jambi. Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants (diterjemahkan oleh H. Suslo). Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hakim, N., Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.G.Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong dan H. H. Barley. 1986. DasarDasar lmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung. 83 Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 2, Juli – Desember 2007 Haryadi, S. S. 1980. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Permana, A. T. 1987. Pengaruh Pemberian Dolomit dan Abu Sekam terhadap Pertumbuhan dan Serapan K, P, Ca, Mg dan Si Tanaman Padi Gogo Varietas IR36 pada Tanah PMK Jasinga. Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Rismunandar. 2003. Tanah dan Seluk Beluknya bagi Pertanian. Sinar Baru Algensindo, Bandung. 84 Risza, S. 1994. Kelapa Sawit: Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan (terjemahan Diah R.L. Sumaryono). Institut Teknologi Bandung, Bandung. Susilawati dan Bastoni. 2005. Komposisi media pertumbuhan dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit jelutung (Dyera polyphylla). Agria 2: -. Warsi. 2007. www.warsi.or.id/News/2007/News200701-meratapi.htm.