PERIODE INGGRIS DI INDIA B. Musidi Pengantar Pada perempat kedua abad XIX, Asia Selatan makin didominasi oleh kehadiran Kumpeni Inggris. Nasibnya bergantung pada kebijakan dari setiap Gubernur Jendral yang ditunjuk oleh Dewan Direktur yang berkedudukan di London. Kebijakan Kumpeni India Inggris ini sangat diwarnai oleh Gubernur Jendral yang bersangkutan. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi di Inggris sendiri yang sedang mengembangkan industrialisasi, negeri koloni mau tidak mau harus mampu menjadi pasar bagi produik industri, tempat mengambil bahan mentah dan sekaligus juga menjadi tempat penanaman modal negeri induk. Pada bagian ini tulisan akan difokuskan pada bagaimana masing-masing Gubernur Jendral berinteraksi dngan para penguasa India untuk menjamin keberadaan Kumpeni India Inggris India. A. Dari Bentinck sampai Canning (1). Lord William Bentinck (1828 -1835). (cf. Trotter, 1917, 313-319) Sepeninggal Lord Amherst yang menjadi pejabat sementara Gubernur Jendral adalah Mr. Butterworth Bailey sampai Lord William Bentinck tiba di India. Masa pemerintahannya ditandai oleh adanya tata tertib dan perbaikan-perbaikan administratif, serta dua perang kecil, yaitu melawan Krishna Raja dari Mysore karena rakyatnya memberontak akibat kekejamannya. Tahun 1831 Gubernur Jendral mengirim sebuah pasukan kecil untuk memecat Krishna Raja dan menempatkan kerajaan itu di bawah suatu Komisariat yang berlangsung sampai tahun 1881, ketika kerajaan itu dipulihkan kepada seorang anak angkat raja terakhir; dan Raja dari Coorg dilaporkan sebagai seorang raja yang kejam. Rakyat minta diperbaiki dan Inggris mencaplok kerajaan itu. Distrik Kachar dari Assam juga dicaplok ketika rajanya meninggal tanpa seorang keturunan. Bentinck memusatkan pikirannya untuk mempelajari kondisi negeri, memeriksa administrasi, mengawasi pasukan, dan mengadakan perbaikan di berbagai bidang. Ia mengambil alih panglima tertinggi dan meninjau semua bagian daerah. Ia mendapati bahwa disiplin tidak baik dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kesalahan ini, selanjutnya ke perbaikan-perbaikan sosial. Ia mendapati bahwa orang-orang Hindu masih mempertahankan kebiasaan Suttee (sati), para janda diharapkan membakar diri mereka pada bara api jasad suami mereka. Suttee dilarang, ditindas dengan kejam, kendati banyak orang Hindu orthodoks menganggapnya sebagai campur tangan atas agama mereka. Ada sebuah kelompok Hindu yang memuja Dewi Kali dan yakin bahwa Kali menyukai kurban manusia. Mereka yang disebut Thug, merampok dengan kekerasan. Menyamar sebagai pedagang atau peziarah, mereka menangkap orangorang yang dalam perjalanan tanpa perlindungan, merampok mereka dan mencekek mereka sampai mati, atas nama Kali. Ada ribuan dari mereka yang merupakan sebuah ancaman yang besar. Mereka itu didukung oleh para tuan tanah yang sangat kuat di berbagai tempat yang ambil bagian perampokan. Sir William Sleeman ditunjuk untuk menghancurkan penyakit ini. Ia berhasil menangkap 2000 thug dan Drs. B, Musidi, M.Pd., adalah dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. memberi mereka contoh hukuman. Dengan cara ini thuggee dihapuskan. Lord Cornwallis telah menetapkan bahwa orang-orang India hanya akan diangkat untuk jabatan-jabatan rendah. Bentinck mengubah peraturan-perturan itu dan memberi kesempatan untuk jabatan-jabatan lebih tinggi, terutama peradilan, layanan-layanan untuk orang-orang India. Bahasa-bahasa orang India menggantikan bahasa Persia dalam peradilan. Pada tahun 1834, Macaulay, penulis terkenal dan ahli hukum, dikirim ke India sebagai anggota dewan Gubernur Jendral. Ia nerancang the Indian Penal Code pada tahun1837 dan baru diberlakukan pada tahun 1860. Guna memungkinkan orang India untuk menempati pos-pos yang bertanggung jawab, Inggris pertama-tama harus mendidik mereka seturut garisgaris modern. Di India sudah ada maktab dan madrasah, tetapi di sekolah-sekolah itu pembelajaran masih dilakukan secara tradisional. Macaulay mengarahkan perhatiannya pada isu penting ini dan menulis dalam ‘Minute on Education’ pada tahun 1835. Menit ini menentukan pertikaian yang panas antara kaum konservatif dan modernis. Kaum konservatif yang dipimpin oleh H.H. Wilson, seorang cendekiawan Sansekerta yang besar, dan orang-orang Hindu orthodoks dan Muslim, mempertahankan agar pendidikan diselenggarakan seperti sebelumnya dalam bahasa Arab, Persia, atau Sansekerta. Di pihak lain, kaum modernis seperti David Hare dan Ram Mohan Roy, produk dari Misi Serampore, menghendaki pendidikan menggunakan bahasa Inggris. Macaulay menyatakan bahwa tidak akan mungkin untuk mendidik masa dengan bahasa Inggris, tetapi sejumlah tertentu orang India dididik dengan mengunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar untuk melayani sebagai penerjemah dan menempatkan lebih rendah pelayanan sipil. Mereka akan juga menyebarluaskan pendidikan Inggris dan ide-ide Barat untuk yang lain. Bentinck menerima rekomendasi Macaulay dan memerintahkan agar Pemerintah Inggris akan mendorong studi literatur dan ilmu pengetahuan Inggris. Oleh karena itu sekolah-sekolah dibuka di banyak tempat, dan sebuah Kolese Medis dimulai di Calcutta untuk melatih dokter-dokter India. Pada tahun 1833 piagam Kumpeni diperbaharui dan kondisi-kondisi baru diletakkan di dalamnya. Sebuah perubahan besar adalah bahwa selanjutnya Kumpeni akan menghentikan aktivitas dagangnya dan menjadi sebuah badan administratif saja. Perdagangan India terbuka. Dewan Gubernur Jendral diberi kekuasaan untuk membuat undang-undang bagi seluruh India, dan sebuah kantor gubernur keempat dibangun di Provinsi Barat laut. Periode Bentinck menjadi Gubernur Jendral ada kepentingan historis yang besar. Ia menghapuskan banyak kejahatan sosial; pendidikan baru diperkenalkan; orang-orang India diangkat pada jabatan-jabatan penting; perekonomian diefektifkan; dorongan besar diberikan kepada perdagangan perorangan dan swasta. Bentinck bertemu dengan Ranjit Singh di tepi sungai Sutlej dan memperbaharui syarat-syarat persahabatan antara kaum Sikh dan Inggris. Ini dikerjakan untuk melindungi perbatasan melawan Rusia. Bentinck pensiun pada 1835, di tengahtengah pujian besar. Masa pemerintahannya menandai puncak prestise Inggris di India. Pengganti Bentinck adalah (2). Sir Charles Metcalfe (1835-36). Metcalfe adalah seorang pegawai sipil yang cakap dan mempertahankan pandanganpandangan progresif. Ia menghapuskan larangan-larangan yang diberlakukan oleh Wellesley atas pers dan memberi kebebasan menyatakan pendapat pada surat kabar. Ia digantikan oleh (3) Lord Auckland tepat setahun kemudian (cf. Trotter, 1917, pp. 320-328) Pemilihan ini tidak menguntungkan. Baik Auckland maupun Lord Ellenborough membuat kesalahan. Pada kenyataannya, kebijakan para Gubernur Jendral 20 tahun berikutnya meninggalkan banyak yang tidak dikehendaki dan ketidakpuasan besar di kalangan rakyat. Kaum Muslim sudah merasa benci terhadap penyitaan Benggala dan Bihar, penaklukan Rohilkhand melalui intervensi Inggris, perampokan Begum Oudh, dan kematian Tipu Sultan. Sekarang orangorang Hindu mulai mengeluh tentang penaklukan orang-orang Marata. Para misionaris adalah aktif, dan meskipun mereka membuka sekolah-sekolah dan rumah-rumah sakit, dan hanya ditobatkan oleh bujukan, rakyat menjadi terancam. Mereka mulai berpikir bahwa orang-orang Inggris ingin mentobatkan mereka ke Kristianitas. Di Punjab kaum Sikh, yang adalah sekutu Inggris, mulai memusuhi orang-orang Islam, dan meskipun Ranjit Singh adalah seorang penguasa yang bijaksana, sardar Sikh di negeri itu bertindak kasar terhadap kaum Muslim. Mereka akan melarang kaum Muslim mengumandangkan azan di suatu tempat dan kurban di tempat lainnya. Di tempat-tempat lainnya mereka bersikap sebiadab orang Marata, merampok orang-orang kaya dan mengganggu para wanita. Berita mengenai praktek ini dibawa ke seluruh India Utara. Pada pertengahan abad XVIII – waktu terburuk bagi kaum Muslim India, ketika orang-orang Marata menteror negeri dan tiada kehormatan, hidup dan tanah milik tidak aman – seorang pembaharu besar sedang bekerja keras di wilayah tengah buat perkara orang Muslim (Mahmud, 1988. pp. 215-217). Ia itu adalah Shah Waliullah (1703-1762). Ia sudah berada di Mekah untuk melengkapi studinya, dan sekembalinya pada tahun 1734 sudah mulai berkotbah dan menulis. Ia adalah orang terpelajar dan pemikir dan menghendaki kaum Muslim memahami agama mereka dan mempraktekannya dengan sepantasnya, sebab kebiasaan Hindu telah mempengaruhi kehidupan sosial orang Islam. Shah Waliullah menterjemahkan Quran ke dalam bahasa Persia, dan dalam bukunya yang besar Hajjattullah alBalighah ia menunjukkan bahwa agama akan mempengaruhi hidup rakyat dan membuat mereka lebih baik dan lebih mulia. Ia meninggal pada 1762, tetapi anaknya Shah Abdul Aziz (1746-1823) meneruskan pekerjaannya. Sejumlah pekerja bersemangat lainnya dan kaum terpelajar membantunya, di antara siapa kemenakan lelakinya Shah Ismail, menantunya Abdul Hayy, dan sahabatnya Syyid Ahmad Bareilly (1786-1831). Para pembaharu itu mengkotbahkan kemurnian hidup cara Islami dan kebajikan sebuah perasaan sosial dan kewajiban sebuah negara. Mendengar penganiayaan kaum Muslim di daerah-daerah kaum Sikh Punjab, Shah Abdul Azis dan rekan-rekannya memutuskan untuk melancarkan sebuah perang suci (jihad) melawan kaum Sikh. Pimpinan gerakan diberikan kepada Sayyid Ahmad Brelvi, seorang berkepribadian terkenal, yang juga seorang organisator yang baik. Banyak pedagang membantu, dan dari Patna dan Meerut, Delhi dan Agra, sukarelawan Muslim berkumpul ke Delhi. Sayyid Ahmad Brelvi memutuskan untuk memulai gerakan di Peshawar. Gerombolan-gerombolan sukarelawan menuju Bahawalpur, Sind, dan Baluchistan dan akhirnya muncul di Peshawar, yang mana jatuh ke gerombolangerombolan mereka. Ranjit Singh kemudian mengirim sebuah pasukan besar yang berdisiplin melawan Mujahid, di bawah Jendral Ventura, dan selanjutnya dengan cerdik mengirim agen-agennya ke perbatasan. Mereka mulai menyebarluaskan propaganda nelawan Mujahid, dengan mengatakan bahwa pembaharuan Sayyid Ahmad Brelvi tidak sungguh-sungguh Islami, ia itu seorang Wahabi, dan seterusnya. Hasilnya, banyak orang Afghan yang meninggalkan Sayyid Ahmad, dan lebih banyak yang dimenangkan oleh suap dan hadiah. Para panglima Pathan lokal bangkit melawan Mujahid dan membunuh banyak dari mereka. Sayyid Ahmad sendiri diusir ke perbukitan Kashmir dan pasukannya dihancurkan pad tanggal 6 Mei 1831 di Balakot. Sayyid Ahmad, Shah Ismail Sahid, dan banyak Mujahid lainnya meninggal dalam pertempuran. Gerakan didorong menjadi gerakan bawah tanah oleh bencana ini, tetapi itu dilanjutkan oleh Letnan Sayyid Ahmad Brelvi, Maulvi Wilayat Ali dari Patna. Ia banyak menciptakan perasaan anti Inggris. Kejadian-kejadian itu terjadi pada saat Bentinck berkuasa: kebijakan Lord Auckland memperberat perasaan anti Inggris ini. Sebelum datang ke India, ia sudah diberi penjelasan singkat oleh Lord Palmerston, P.M. Inggris, untuk berhati-hati terhadap Rusia, yang sedang maju di Asia Tengah. Palmerston juga menasehati Auckland untuk membentuk sebuah resim bersahabat di Afghanistan. Pada tahun 1837 Rusia membantu Persia untuk mengepung Herat, tetapi orang Afghan, dipimpin oleh penguasa mereka, Dost Muhammad, memaksa Persia untuk mundur. Abdali sudah diusir padatahun 1809 dan Shah Shuja, cucu Abdali, tinggal di Ludhiana di Punjab di bawah perlindungan Inggris. Dost Muhammad meminta Gubernur Jendral membantunya dalam merebut kembali Peshawar, yang sudah direbut oleh Ranjit Singh, tetapi tidak menyetujuinya sebab Ranjit Singh adalah sahabat dan sekutunya. Ini membuat Dost Muhammad berpaling ke Rusia untuk kemungkinan bantuan. Auckland menjadi terancam karena hal ini dan memutuskan untuk Shah Shuja kembali ke tahta Kabul dan menahannya di sana sebagai seorang boneka Inggris. Ia berkonsultasi dengan Ranjit Singh, yang tidak mempunyai penolakan terhadap ide ini, tetapi tidak akan membiarkan pasukan Inggris lewat melalui wilayahnya. Sebuah perjanjian untuk tujuan ini kemudian diadakan antara Shah Shuja, Ranjit Singh dan Auckland pada bulan Juli 1838. Sebuah pasukan Inggris yang besar berkumpul di Firozpur, yang mana maju ke Qandhar melalui Celah Bolan. Pasukan lainnya berangkat dari Bombay, dan tanpa memperhatikan perjanjian dengan para Amir Sind (1832) bahwa tidak ada pasukan Inggris atau perbekalan militer akan lewat sungai Indus atau melalui Sind, pasukan Bombay melalui Sind dan bergabung dengan pasukan lainnya di Baluchistan. Pasukan Inggris memasuki Afghanistan pada musim semi tahun 1840 dan menduduki Qandhar; pada bulan Agustus 1840 Kabul menyerah. Dost Muhammad, yang tidak pernah menjadi musuh Inggris ditawan dan dikirim ke Calcutta. Shah Shuja dipecat dan pasukan pengawal Inggris ditempatkan di Qandhar dan Jalalabad. Orang-orang Afghan yang selalu membenci penguasa asing menjadi memberontak dan bangkit pada bulan November 1841. Seorang opsir politik bernama Burnes pertama-tama membangkitkan kemarahan mereka dan sebuah gerombolan besar orang memasuki rumahnya dan membunuhnya. Macnaghten, Agen Politik, ambil bagian nasib yang sama sebulan kemudian. Menyadari bahaya ini, Jendral Elphinstone, jendral komandan dari pasukan Inggris meminta Akbar Khan, anak Dost Muhammad dan menandatangani sebuah perjanjian dengannya, menjanjikannya tahta jika pasukan Inggris dibiarkan meninggalkan Kabul tanpa senjata. Ia bahkan meninggalkan beberapa isteri opsir dengan Akbar Khan sebagai sandera. 4000 anggota pasukan Inggris yang kuat dengan 12000 pengikut meninggalkan Kabul pada tanggal 6 Januari 1842. Salju sudah turun dan sangat dingin. Celah-celah pegunungan diduduki oleh orang-orang suku yang marah. Pasukan diserang sepanjang jalan menuju Jalalabad. Setelah dua hari hanya 800 orang yang tinggal, dan pada waktu Jalalabad sudah kelihatan hanya seorang, yaitu Dr. Brydon yang masih hidup. Pembinasaan seluruh pasukan ini adalah sebuah pukulan keras bagi prestise Inggris. Lord Auckland segera dipanggil pulang dan (4). Lord Ellenbrough (18421844) dikirim sebagai Gubernur Jendral (cf. Trotter, 1917, pp. 329-334). Tindakannya yang pertama adalah memerintahkan Jendral Nott, yang memimpin benteng Qandhar, dan Jendral Polock, yang mempertahankan Jalalabad, untuk menggabungkan pasukan dan mundur ke India lewat Celah Khyber. Tetapi mereka diperintahkan untuk mengambil Ghazni dan Kabul pertama-tama. Mereka merebut Ghazni dan menghancurkan benteng-benteng luarnya, dan mereka meledakkan pasar di Kabul. Orang-orang Afghan dipaksa untuk mengembalikan para sandera dan tawanan. Sementara itu Shah Shuja sudah dibunuh, begitu juga Dost Muhammad dikembalikan dan ditahtakan di Kabul. Para Amir sudah tidak mengambil tindakan, meskipun wilayah mereka sudah dilanggar. Auckland bahkan sudah mendorong sebuah perjanjian baru dengan mereka yang hangat untuk kepentingan mereka. Dengan perjanjian baru ini para penguasa Sind kehilangan sejumlah besar wilayah dan penghasilan. Sir James Outram dikirim untuk memberlakukan perjanjian ini. Penghinaan makin memperdalam luka-luka, para Mir protes dengan keras. Ellenborough, tanpa raguragu menyapu bersih aib bencana Afghanistan, mengirim Sir Charles Napier dengan sebuah pasukan untuk menggertak para Mir. Tindakan-tindakannya begitu kasar sehingga orang-orang Baluchis bangkit dan menyerang wilayah Hyderabad. Ini memberi Sir Charles Napier sebuah kesempatan untuk menjatuhkan mereka, dan ia mengalahkan mereka di Miani dan Dabo (1842-1843) dan mengambil Sind. Para Mir dikirim ke pembuangan, dan Sir Charles diangkat menjadi Gubernur pertama Sind. Ini sama sekali tidak memprovokasi pencaplokan Inggris yang menyakiti baik orang Muslim maupun orang Hindu melawan kekuasaan Inggris. (5). Lord Hardinge (1844-1848) Ellenborough tidak populer di kalangan dewan direktur karena arogansinya, dan ia dipanggil pulang pada 1844. Dua kejadian lain dari masa pemerintahannya adalah penghapusan perbudakan dan pemadaman pemberontakan di Gwalior. Ia digantikan oleh saudara iparnya, Sir Henry – selanjutnya menjadi Lord Hardinge. Hardinge adalah seorang administrator yang baik dan akhirnya mengakhiri praktek-praktek sosial yang jahat seperti pengurbanan manusia yang masih dilaksanakan oleh orang-orang Hindu yang ekstrim. Ranjit Sing (cf. Wolpert, 1989, p. 216) sudah meninggal pada 1839 dan para penggantinya telah saling berkelahi di antara mereka sendiri. Para komandan Sikh suka melawan dan sukar dikontrol. Setelah beberapa saat, Dalip Singh, putra Ranjit Singh yang termuda, bertahta, tetapi pemerintahan sesungguhnya berada di tangan ibunya, rani, Jendral Tej Singh, panglima tertinggi, dan menteri utama Lal Singh. Mereka mendapati bahwa tidak cukup uang dalam perbendaharaan, dan pasukan yang besar tidak senang karena gaji mereka ditunggak. Untuk menahan tentara agar tetap sibuk mereka mengirim pasukan menyeberangi Sutlej pada bulan Desember 1845 untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan Sikh di seberang sungai dan bila mungkin mengusir Inggris keluar daerah itu. Pasukan Sikh dengan mudah mengalahkan pasukan Inggris, di bawah Sir Hugh Gough, dalam sebuah rangkaian pertempuran di Mukdi dan Firogpur, tetapi di Aiwal, dan akhirnya di Sobraon orang-orang Sikh dikalahkan sama sekali. Kaum Sikh sekarang dipaksa untuk tunduk kepada Inggris dan setuju membayar lima belas lakh sebagai ganti rugi. Lord Hardinge menahan Dalip Sing muda di atas tahta di bawah seorang residen, tetapi menempatkan pasukan pendudukan di Lahore, dan mengangkat Sir Henry Lawrence ketua dewan penasehat. Kashmir diserahkan kepada Inggris, yang menjualnya seharga Rs. 8.000.000 kepada Raja Gulap Singh, dan mengambil Doab antara Bias dan Sutlej. Pasukan Sikh diperkecil menjadi 20.000 infantri dan 12.000 kavalri dan perdamaian Sikh dimulai. (6). Lord Dalhousie (1848-1856)(cf. Majumdar, 1958, 709; cf. Wolpert, 1989, pp. 226-227). Sir Henry Lawrence mempunyi sebuah kumpulan opsir Inggris yang kuat dan cakap, seperti saudaranya George dan John Lawrence, Abbot, Edwardes, Montgomery, dan Nicholson, dan ia mulai mengenalkan aturan, metode, dan sebuah rasa hormat akan undang-undang di Punjab, yang sudah sangat menderita di bawah orang-orang Afghan dan Sikh selama ratusan tahun terakhir. Banyak praktek jahat seperti suttee, pembunuhan dan pengurbanan bayi, kekejaman dan perampokan ditindas, tetapi kaum Sikh masih tidak berdamai dan tetap memusuhi. Mulraj, Gubernur Multan, sudah diminta membayar sebuah denda suksesi. Ia mengundurkan diri sebagai protes, dan mengumpulkan sejumlah besar bekas pasukan Sikh yang sudah dibubarkan, memberontak. Dua opsir Inggris dikirim untuk menjadi seorang gubernur baru dibunuh. Pemberontakan meluas dan kaum Sikh di mana-mana bangkit. Lord Dalhousie mengirim sebuah pasukan di bawah Sir Hugh (selanjutnya Lord Gough) yang bertemu dengan orang-orang Sikh di Chillianwalla di Jhelum, pada bulan Januari 1849. Kaum Sikh berjuang sia-sia dan mengusirnya kembali dengan kehilangan besar. Tetapi pada pertempuran berikutnya di Gujarat pada tanggal 21 Februari Inggris membuat kocar-kacir pasukan Sikh. Pada tanggal 9 Maret kaum Sikh meletakkan senjata mereka dan Perjanjian Lahore ditandatangani, dengan mana kaum Sikh menyerahkan Punjab. Dalhousie mencaplok propinsi itu: pasukan Sikh dibubarkan, dan raja yang masih muda dikirim ke Inggris sebagai pensiunan. Sir John – selanjutnya Lord Lawrence diangkat menjadi Komisaris utama. Lawrence dan kolega-koleganya bekerja dengan baik, yang sesungguhnya dan dengan kuat membangun tata tertib di daerah Punjab dan perbatasan yang luas. Jalan-jalan dibangun, sekolah-sekolah dibuka, terusan-terusan dimulai, dan perundang-undangan baru menjamin keamanan pribadi dan harta milik disahkan. Kaum Sikh diperlakukan dengan lembut tetapi tegas dan para kepala suku Sikh diberi jagir. Mereka sekarang menjadi bersahabat dengan Inggris dan membantu mereka pada saat-saat yang diperlukan, yang datang dalam beberapa tahun kemudian (1857). Dengan pencaplokan Punjab dan paling jauh dengan Celah Khyber, Inggris hampir menjadi satu-satunya pemilik Asia Selatan. Tetapi wilayah-wilayah mereka masih diperluas lagi. Raja Burma menjengkelkan Gubernur Jendral dengan kurangnya diplomasi. Tanpa menyadari kelemahannya ia pergi untuk membebankan pembatasan-pembatasan yang keras pada para pedagang Inggris di Rangoon dan memperlakukan mereka dengan sedikit atau tanpa rasa hormat. Pada tahun 1651 ia menghina Residen Inggris dan mendorongnya dari halaman yang berdinding. Dalhousie mengirim kapal perang ke Rangoon dan raja menembakinya. Oleh karena itu Gubernur Jendral mengirim sebuah pasukan yang merebut Rangoon. Pada bulan Desember 1852, Burma Ilir dikalahkan dan kekuasaan Pemerintah Burma dibatasi sampai daerah tengah dan daerah-daerah sebelah utara, sejak pantai sebelah barat sudah jatuh ke tangan Inggris. Satu-satunya kesultanan Muslim yang masih utuh tinggal Kesultanan Oudh, meskipun sudah menjadi bagian dari subsidiary alliance dan seorang Residen tinggal di Lucknow. Oudh dapat dikatakan sebagai satu-satunya bagian dari Kesultanan Moghul yang masih tegak berdiri dan India masih bangga akan tradisi-tradisinya. Tetapi Dalhousie merasa bahwa Oudh juga akan menjadi bagian dari Imperium Inggris. Dalhousie meminta Jendral Sir William Sleeman untuk menjelajahi Oudh dan melaporkannya. Sir William mengerjakan tugasnya dengan baik dan menyampaikan sebuah laporan bernama ’Sebuah Perjalanan melalui Kerajaan Oudh’ pada tahun 1855. Dalam laporan itu Sir William sangat keras terhadap Nawab Oudh dan menyebut pemerintahannya ’sebuah noda atas nama India Inggris’. Ia menasehati Gubernur Jendral untuk mencaplok kesultanan itu. Laporan diedarkan di antara para anggota Parlemen Inggris dan dengan persetujuan Pemerintah Inggris, Lord Dalhousie mencaplok Oudh. Nawab Wajid Ali Shah, penguasa terakhir, dikirim sebagai tawanan ke Calcutta. Langkah ini menimbulkan dendam yang meluas. Dalhousie adalah orang yang sangat kuat dan ia yakin seperti Wellesley dan Hastings akan supremasi Inggris. Ia mengenalkan the doctrine of lapse, dengan mana ia mencaplok suatu kerajaan yang penguasanya meninggal tanpa seorang keturunan. Dengan langkah ini ia mencaplok kerajaan Sitara, Jhansi, dan Nagpur. Ia menolak seorang anak angkat Peshwa terakhir, dan pewaris yang ditolak itu bernama Nana Sahib yang selanjutnya menjadi musuh Inggris yang pahit. Tetapi sejumlah besar kemajuan dibuat pada masa Dalhousie. Pada tahun 1853 rel kereta api pertama India dibuka antara Calcutta dan daerah batu bara Raniganj. Di Bombay rangkaian lain sepanjang 20 mil, diletakkan antara Bombay dan Thana. Jaringan telegrap dibangun dan sistem pos diperbaharui. Dalhousie juga membangun departemen Pekerjaan Umum, dan jalan-jalan, jembatan-jembatan, terusan-terusan dan pekerjaan-pekerjaan untuk keperluan umum lainnya dikerjakan. Sebuah departemen Pemerintah Umum dimulai dan sekolah-sekolah berbahasa daerah dan Inggris meningkat dalam jumlahnya. Dalhousie juga mensahkan sebuah Undang-undang yang membuatnya sah untuk janda-janda Hindu kawin kembli. Piagam EIC diperbaharui pada 1853, dan di bawah kondisi-kondisi baru Pegawai Sipil India terbuka bagi orang-orang India, lewat ujian penyaringan untuk memenuhi kekosongan. Dalhousie pensiun pada tahun 1856, tetapi di samping pembaharuanpembaharuannya, ia meninggalkan di belakangnya ketidakpuasan. Kaum Muslim sangat dipengaruhi, dalam hal bahwa mereka merasa bahwa mereka telah diperlakukan dengan buruk. Adalah benar bahwa mereka pada awalnya Inggris takut kepada mereka, dan merasa bahwa mereka telah mengambil anak benua dari mereka. Mereka oleh karena itu telah memperlakukan dengan kekerasan yang tidak perlu. Pencaplokan Sind, dan terutama Oudh, sangat merendahkan posisi Sultan terakhir, Bahadur Shah, yang hidup dengan sebuah pensiun yang kecil di Benteng Merah yang padat penduduknya, diawasi dalam segala tindakannya oleh seorang Residen yang tinggal di depan pintu gerbang Benteng, melukai perasaan semua orang Muslim. Orang-orang Hindu dibakar oleh the Doctrine of Lapse (Cf. Majumdar, 1958, p. 767) dan apa yang mereka sebut campur tangan dalam praktek-praktek keagamaan mereka. Mayoritas rakyat tidak suka dan marah, di samping pemerintah yang mapan, tata tertib, perdagangan dan komunikasi, sekolah-sekolah dan kolesekolese, yang telah dibangun oleh Inggris. (7). Lord Canning adalah Gubernur Jendral berikutnya (1856- 1858) (Mahmud, 1988, pp.222-225). Ia bukan penghasut perang, tetapi orang yang dingin dan tenang, yang tidak mempunyai rencana-rencana baru guna memperluas milik Inggris, dan meski pada waktunya muncul ledakan yang mengguncang kekuasaan Inggris di India. Rakyat sudah bersungut-sungut untuk beberapa waktu. Kaum Muslim khususnya frustrasi. Mereka bahkan merasa ditolak dalam jabatan-jabatan tinggi, karena Inggris berpikir mereka terlalu bebas sifatnya. Para serdadu Hindu tidak akan mengambil sumpah untuk dikirim keluar negeri jika dibutuhkan. Mereka percaya bahwa hal itu berlawanan dengan kepercayaan mereka. Canning dicurigai berada di belakang kegiatan kaum misionaris. Pasukan-pasukan kerajaan yang besar yang dibubarkan ada di mana-mana termasuk para komandan yang giat. Dengan demikian keadaan yang tegang di seluruh negeri sedang mekar. Pada tahun 1856 sebuah senapan baru: Lee Enfield dikenalkan pada tentara, yang bekerja dengan peluru yang dilumasi. Pada saat itu belum ada pelumas sintetis. Para serdadu mulai curiga bahwa lemak itu berasal dari lemak binatang, entah sapi atau babi. Baik orang Hindu maupun orang Muslim tidak mau memakai peluru itu, sebab seseorang harus menahan dengan gigi mereka bila mengisi senapan. Sebuah resimen di Barrackpur dekat Calcutta menolak menggunakan mereka. Mereka semua dihukum. Selanjutnya di Meerut pada tanggal 10 Mei1857, ketika sepoy dan para opsir mereka kolonel yang menjadi komandan menggunakan langkah-langkah yang sangat keras melawan pasukan India. Mereka secara umum dipermalukan, dihukum dan dipenjarakan. Sebaliknya mereka menembaki para opsir mereka, membebaskan teman-teman mereka, membakar barak-barak mereka, dan secara terbuka memberontak. Mereka kemudian bergerak ke Delhi , mencoba merebut gudang persenjataan, tetapi meledak lebih dulu sebelum jatuh ke tangan mereka. Tetapi mereka mengambil Bahadur Shah lama keluar benteng dan menyatakan dia sultan pada tanggal 11 Mei 1857. Pasukan-pasukan lain memberontak di Cawnpore, Lucknow, Jhansi, dan tempat-tempat lainnya; menyerang rumah-rumah pejabat dan membunuh orangorang Eropa. Nana Sahib, anak angkat Peshwa terakhir, Baji Rao II, yang tidak diakui Inggris, sudah mengunjungi daerah-daerah itu sebelumnya pada tahun itu dan ini telah mengarahkan ke banyak kegiatan bawah tanah. Nana Sahib sekarang mengambil pimpinan di Cawnpore, dan menyerang pasukan Jendral Wheeler di sana. Wheeler menyerah dan Nana Sahib setuju bahwa para wanita dan anak-anak dapat pergi tanpa dilukai dengan perahu ke Allahabad, tetapi pasukan pemberontak berada di luar kontrol dan menembaki mereka, dengan menyebabkan banyak kematian. Di Lucknow Sir Henry Lawrence memegang komando. Ia dikepung di rumah residen dan berperang dengan berani, tetapi terbunuh. Khan Bahadur Khan, seorang Tuluqdar, bangkit di Bareilly. Rani Jhansi bangkit di Jhansi dan meskipun ia tidak menghendaki kekerasan, rakyat membunuh banyak orang Eropa. Di Deccan ada pemberontakan di Kolhapur, Bombay, dan wilayah Marata sebelah selatan. Di daerah-daerah itu Sir Salar Jung, menteri utama dari Hyderabad, terbukti bersahabat dengan Inggris dan menahan gerakan meluas, meskipun pemberontakan menjadi umum di mana-mana. Inggris lalu mengerahkan pasukan mereka. Dost Muhammad di Afghanistan dan kaum Sikh di Punjab berdiri teguh di belakang mereka, sehingga mereka tidak ada rasa takut dari arah sebelah barat laut. Jendral Havelock menyerang dari Bombay dan mengambil Allahabad pada tanggal 11 Juni. Ia kemudian meninggalkan Cawnpore, dan meskipun ia datang terlambat untuk menyelamatkan Inggris di kota itu, ia masuk Lucknow untuk meringankan pasukan di daerah itu, meskipun ia tidak dapat menyelamatkan Sir Henry Lawrence. Havelock dan Outram sebaliknya dikepung oleh para pemberontak. Mereka bertahan dan diringankan oleh Sir Colin Campbell pada tanggal 15 November, ketika mereka mengevakuasi para wanita dan anak-anak. Orang-orang India berjuang sia-sia dan tidak dikalahkan sampai bulan Maret 1858. Pasukan Khan Bhadur Khan dikalahkan di Bareilly dan ia diusir dari sana. Pasukan Maulvi Ahmadullah dan Begum Oudh bertemu di Shahjahanpur, di mana Maulvi Sahib dikhianati oleh saudara Raja Powain. Gerakan melemah setelah kematiannya dan para pengikutnya dihancurkan. Tentara juga telah dikirimkan ke Jhansi di bawah Sir Hugh Rose, di mana Rani, berpakaian senjata kiriman, berjuang pada barisan terdepan dari pasukannya. Jhansi direbut pada bulan April 1858, meskipun Rani dan komandannya yang berani, Tantia Topi melepaskan diri. Rani pergi ke Gwalior dan bertempur pada pertempuran lain, dalam mana ia meninggal di pertempuran di barisan paling depan dari pasukannya. Tantia Topi kembali melepaskan diri untuk bertempur secara gerilya untuk beberapa tahun, sampai ia pada akhirnya dikhianati oleh seorang dari sesama pejuang, ditangkap dan digantung. Nana Sahib melarikan diri dan tidak terdengar lagi. Delhi merupakan pusat gerakan nasional. Inggris mengepungnya pada tanggal 8 Juni, tetapi tidak membuat kemajuan. Kaum nasionalis menggunakan untuk bangkit, berjuang dan mundur. Mereka menyerang pada tengah malam dan mengakibatkan kerugian besar di pihak Inggris. Akhirnya kaum Sikh datang dalam jumlah yang besar pada awal bulan September dengan banyak meriam. Jendral John Nicholson menyerang secara besar-besaran pada tanggal 14 September dan menggempur lewat tembok-tembok. Ia dibunuh dalam aksinya, tetapi Inggris merebut kota dan menjarahnya. Menurut Asadullah Khan Ghalib, penyair Urdu yang besar yang sedang bersembunyi di Delhi pada saat itu, kejadian-kejadian berikutnya berbalik menjadi pertumpahan darah. Sembilan putra Sultan digantung dan kepala-kepala mereka dipertontonkan di hadapannya di atas sebuah nampan. Ini menghancurkan hati Sultan dan ia menyerahkan diri. Ia dikirim sebagai tawanan negara ke Rangoon, di mana ia meninggal beberapa tahun kemudian. Revolusi India ditindas dengan kejam dan hukuman-hukuman dibagikan kepada mereka yang masih hidup tidak sejalan dengan kekerasan mereka. Orang yang tidak bersalah menderita kesalahan. Seluruh pedesaan dibakar hanya berdasarkan kecurigaan saja. Para penguasa diyakinkan bahwa ini bukan melulu sebuah pemberontakan, tetapi sebuah kebangkitan nasional pada suatu skala yang besar. Ia gagal karena tidak dikoordinasikan dan karena tidak ada pemimpin terkenal untuk mengambil sebuah komandan pusat. Sejak kaum Muslim sudah mengambil suatu peranan kepemimpinan, dan kaum Muslim sama halnya dengan orang-orang Hindu telah menyatakan bahwa Bahadur Shah sebagai Sultan India, Inggris sangat keras terhadap orang-orang Muslim setelah semuanya berlalu. Akibatnya adalah bahwa kaum Muslim menyusut dari mereka dan menolak untuk bekerjasama. Mereka menolak penunjukan-penunjukan, pendidikan, dan anugerah. Akibatnya adalah bahwa orang-orang Hindu yang lebih kooperatif membuat kemajuan dalam pendidikan, dalam jabatan-jabatan yang lebih tinggi dalam perdagangan, dan kemudian mengambil bagian dalam perkembangan politik. Dengan melihat apa yang sudah terjadi, Parlemen membubarkan Kumpeni dan mengambil alih pemerintah India. Proklamasi Ratu dibacakan di Allahabad pada tanggal 1 November 1858. Rakyat diijinkan memiliki hak-hak mereka; pengampunan diberikan kepada semua kecuali mereka yang telah membunuh orang-orang Inggris; para raja dijanjikan status mereka sebelumnya; kemerdekaan beragama yang lengkap dijamin; dan partisipasi yang perlahan-lahan dalam pemerintahan negeri diumumkan juga. Orang-orang India dijanjikan bahwa hormat yang selayaknya akan dibayar untuk hak-hak lama, pemakaian dan adat istiadat India. Juga diberikan agar tidak ada pembedaan ras atau keyakinan dan bahwa orang-orang India akan secara bebas diakui untuk jabatan sesuai dengan kemampuan-kemampuan mereka. B. INDIA DI BAWAH MAHKOTA (1858-1900) (Dari Canning – Curzon) (1). Lord Canning (858-1862) (cf. Sachchidananda Bhattacharya, 1967, pp. 194-195). Revolusi sudah berlalu; bangsa India sudah mencoba untuk menggulingkan penindasan asing, tetapi mereka telah gagal. Usaha itu ditakdirkan gagal karena dua alasan pokok – sudah terlalu lambat dan tidak dikoordinasi. Tetapi itu meninggalkan pada anak benua suatu keadaan tidak tertib. Inggris harus memikul satu, hukuman dari mereka yang sudah berani ambil bagian dalam huru hara nasional dan kedua pembangunan kembali hukum dan tata tertib. Lord Canning menyelenggarakan kedua tugas itu dalam sebuah cara yang cerdik. Hukuman yang berat menempatkan sebuah ketakutan terhadap Inggris di hati rakyat. Seluruh pasukan Benggala lebih dari satu laksha prajurit dibubarkan. Mayoritas mereka berasal dari barat laut, yang sekarang bernama Uttar Pradesh, dan sebagian besar dari mereka adalah kaum Muslim. Orang Sikh dan Gurka yang setia didaftar dalam jumlah besar. Proporsi orang Inggris dalam pasukan juga sangat ditingkatkan. Semua opsir adalah orang-orang Inggris, tetapi secara pelan-pelan Komisi Raja Muda diperkenalkan, yang mana mempunyai tiga tingkatan: Jumedar, Subedar dan Subedar Mayor. Gaji tingkatan itu rendah, tetapi memberi suatu jumlah prestise tertentu. Para opsir yunior adalah sebuah mata rantai yang perlu antara para opsir Inggris dengan pasukan. Sejumlah besar uang sudah dibelanjakan untuk menindas revolusi, demikian ekonomi negeri tidak seimbang. Lord Canning meminta dua ahli dari Inggris untuk menata keuangan anak benua dalam ketertiban. Ekonomi dibuat, pajak-pajak baru diberlakukan, dan sumber-sumber baru pendapatan ditemukan. Perkebunan teh dimulai oleh Inggris di Assam dan konsesi-konsesi diberikan kepada para pengusaha perkebunan Inggris untuk menanam kopi di pegunungan Nilgiri di selatan. Laporan-laporan oleh Sir Charles Wood dan John Adams tentang pendidikan, dibuat pada tahun 1854 diberlakukan dan tiga universitas dimulai di Calcutta, Bombay dan Madras. Jumlah kolese-kolese tumbuh. Pada tahun 1861 the Indian Councils Act disahkan dan dinominasi para anggota ditunjuk untuk Dewan Legislatif Raja Muda. Dewan Legislatif yang lebih kecil dibangun di propinsipropinsi. The Indian Penal Code, dirancang oleh Lord Macaulay, lalu diperkenalkan di kota-kota propinsi Capai oleh pekerjaan berat yang menimpanya selama revolusi dan sesudahnya, Canning pensiun pada 1862. Ia meninggal beberapa bulan kemudian. (2) Lord Elgin (1862-1863) Lord Canning digantikan oleh Lord Elgin (Mahmud, 1988, p. 229), yang hanya tinggal untuk dua tahun lamanya untuk menyelesaikan karya Canning. Ada dua peristiwa penting pada waktunya. Dost Muhammad meninggal pada tahun 1863 dan tahtanya diperebutkan oleh putra-putranya. Dan Inggris tidak campur tangan. Kedua, orang Muslim yang sudah diperlakukan dengan kejam setelah revolusi, memberontak di Punjab dan perbatasan. Gerakan ini diberi nama Gerakan Wahhabi, tetapi sesungguhnya adalah kelanjutan dari gerakan yang telah mulai di bawah semangat Shah Abdul Aziz dari Delhi dan muridnya Sayyid Ahmad Brelvi. Karya Shah Abdul Aziz dilancarkan di Delhi oleh cucunya, Shah Muhammad Ishaq. Di antara murid-muridnya Sayed Ahmad Khan (kemudian dari Aligarh) dan Haji Imdadullah. Haji Imdadullah berjuang dengan para pengikutnya yang setia Moulvi Muhammad Qasim dan lainnya dalam revolusi terakhir, tetapi telah pindah ke Mekah pada 1858. Ia telah tinggal di Mekah tetapi para pengikutnya telah kembali kemudian untuk mendapati Pesantren Muslim dari Deoband (1284 Hijriah). Moulvi Wilayat Ali dari Patna sementara itu melaksanakan karya politik yang dimulai oleh Sayyid Ahmad Brelvi. Perang yang kejam melawan apa yang disebut Wahhabi berhasil. Para pemimpin ditangkap dan dipenjarakan di Ambala pada 1864, setelah mana kebanyakan dari mereka dikirim ke Andaman. (2). Lord Lawrence (1864-1869) (cf. Sachchidananda Bhattacharya, 1967, p. 545). Elgin digantikan oleh Sir John, selanjutnya Lord Lawrence yang sudah bekerja sebagai komisaris utama di Punjab setelah revolusi 1857. Ia adalah anggota pegawai sipil yang berpengalaman dan cakap. Sebuah bahaya kelaparan yang besar terjadi di Orissa pada 1865-1866 dan sejuta orang meninggal. Meski usaha-usaha sudah dibuat untuk meringankan rakyat, komunikasi tidak bagus seperti sekarang, dan banyak yang menderita. Di barat laut Sher Ali, salah seorang putra Dost Muhammad meminta Lord Lawrence membantu melawan saingan-saingannya dalam perjuangannya untuk pergantian tahta, tetapi Lord Lawrence tidak akan menyimpang dari kebijakan umum Inggris untuk tidak campur tangan. Sher Ali memenangkan tahta pada pihaknya sendiri, tetapi tidak melupakan bahwa Lord Lawrence tidak membantu dia dalam keperluannya. Pada tahun 1865 pasukan harus dikirim ke Bhutan untuk memadamkan pemberontakan. Negeri itu berpegunungan, dan meskipun pasukan Inggris mendapati kesulitan orang-orang Bhutan akhirnya dikalahkan. Lawrence menghabiskan banyak uang untuk keperluan pekerjaanpekerjaan umum, memperluas jaringan kereta api, membangun terusan-terusan, memulai Departemen Kehutanan, dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki nasib petani. (3) Lord Mayo (1869-1872). Lord Mayo (cf. Majumdar, 1958. p. 832) menggantikan Lord Lawrence pada tahun 1869. Pencapaiannya yang besar adalah bahwa ia mendesentralisasikan keuangan. Sebelumnya semua keuangan dikontrol oleh Pusat. Propinsi-propinsi harus menulis kasus-kasus, meminta uang, dan membelanjakan apa yang dapat mereka peroleh. Lord Mayo membuat propinsi-propinsi bertanggung jawab untuk administrasi keuangan mereka sendiri. Ia memperbaharui administrasi penjara dan memperbaiki hubungan antara para raja India dan Pemerintah India. Untuk mendidik para putra raja dan kepala suku, Chief’s College dibangun di Lahore, Rajkot dan Ajmer. Pencapaiannya yang terbesar, sejauh yang dikehendaki kaum Muslim, adalah dorongan yang diberikan kepada Sir Sayyid Ahmad Khan untuk membangun M.A.O. College di Aligarh pada tahun 1875. Ia juga membangun sebuah Departemen Pertanian dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki metode-metode pertanian. Pertemuannya dengan Amir Sher Ali di Ambala pada 1869 juga penting untuk memperbaiki hubungan. Ia ditikam oleh seorang tahanan Pathan di Andaman pada 1872, ketika ia berkunjung ke sana. (4) Lord Nothbrook (1872-1876) Raja Muda berikutnya adalah Lord Northbrook (cf. Trotter, 1917, pp. 404-411). Ada tiga kejadian yang penting pada masa pemerintahannya. Pertama adalah bahaya kelaparan di Benggala dan Bihar tahun 1873-1874. Waktu ini Pemerintah pusat mempunyai pengalaman lebih dan mengatur kerja perbaikan yang baik. Kedua adalah pengadilan Malhar Rao, Gaikwar dari Baroda, yang dituduh meracuni Residen Inggris, dan salah memerintah. Sir Dinkar Rao, menteri utama Baroda dan sesudah seorang anggota Dewan Legislatif Raja Muda, dan tiga anggota Inggris mendengar pemeriksaan pengadilan di bawah Hakim Utama Benggala. Gaikwar dibebaskan dari tuduhan meracuni tetapi dicopot karena pemerintahan yang buruk. Seorang anggota muda dari keluarga Gaikwar ditempatkan dalam gaddi pada tempatnya. Selanjutnya ia (Sir Sayaji Rao) menjadi terkenal sebagai seorang penguasa yang progresif. The Prince of Wales (sesudah itu Raja Edward VII) mengunjungi India pada tahun1875 dan disambut hangat oleh rakyat. Kemudian Lord Northbrook mempunyai sebuah perbedaan dengan Parlemen atas isu perdagangan bebas. Sistem perdagangan ini berarti bahwa barangbarang dibiarkan keluar sebuah negeri atau masuk ke dalamnya, tanpa suatu kewajiban impor atau ekspor. Northbrook berpikir bahwa itu akan berbahaya bagi kepentingan bangsa India jika tidak ada kewajiban impor diberlakukan terhadap barang-barang yang datang, ketika manufaktur India kemudian tidak akan mampu bersaing dengan barang-barang Inggris. Ia menuntut sebuah kewajiban impor yang kecil, tetapi karena oposisi dari Pemerintah Inggris terhadap politiknya, ia mengundurkan diri segera sesudah itu. Ia digantikan oleh Lord Lytton Kemudian tahun itu Sir Robert Sandeman, seorang politisi yang kenamaan, memperoleh sebuah jaminan dari Khan dari Kalat untuk membuka stasiun perbatasan di Quetta. Stasiun ini kemudian menjadi sebuah daerah bagian yang terkenal dan mengawasi Celah Bolan. Ia memberi Inggris pintu lain lewat mana jika perlu untuk masuk ke Afghanistan (5) Lord Lytton (1876-1880). Lord Lytton (cf. Trotter, 1917, pp. 412-417) menjadi Raja Muda pada tahun 1876 dan pada tahun 1877 ada sebuah Durbar besar di Delhi, di mana dinyatakan bahwa Ratu Victoria adalah Maharani India. Segera sesudah itu kesulitan pecah di Afghanistan. Sudah dikatakan di atas bahwa Lord Lawrence tidak mendukung Amir Sher Ali. Kemudian Sher Ali bertemu dengan Lord Mayo di Ambala dan hubungan baik dibangun di antara mereka, tetapi Northbrook tidak berjanji membantu Sher Ali dalam kasus kebutuhannya. Demikian Sher Ali tidak diatur dengan baik sekali dengan Inggris. Sekarang Rusia membuat kemajuankemajuan kepadanya dan ia menjadi bersahabat dengan negeri itu. Raja Muda memperhatikan ini dan menyatakan suatu keinginan untuk mengirim seorang opsir Inggris untuk mendiskusikan permasalahan itu dengan Amir Sher Ali. Amir menolak pemberian itu, mengingat ia mempunyai suatu penerimaan yang baik dengan utusan Rusia. Atas hal ini, Lord Lytton menyatakan perang pada Afghanistan dan tiga pasukan di bawah Jendral Roberts, Sir Samuel Brown, dan Jendral Stewart dikirim ke Afghanistan pada tahun 1878. Sher Ali lari ke Turkestan. Inggris memasuki suatu perjanjian dengan anaknya Yaqub Khan di Gandamak pada 1879, dengan mana Yaqub Khan setuju untuk menerima seorang Residen Inggris di Kabul dan agen-agen Inggris di Herat, pada perbatasan Afghan barat laut, dan di Qandhar. Ia dijanjikan sebuah subsidi enam laksha rupee setahun. Tetapi orang-orang Afghan tidak bermurah hati terhadap Inggris yang sedang berada di ibu kota mereka, sehingga pada bulan September 1879 sebuah kelompok memasuki rumah Residen, Sir Louis Cavagnari, dan membunuhnya beserta stafnya. Lord Lytton segera mengirim Jendral Sir Roberts dan Jendral Stewart ke sana dengan sebuah pasukan. Saat ini orang-orang Afghan berjuang keras, dan Ayyub Khan, putra Sher Ali, mengalahkan Inggris dalam pertempuran Maiwand, dan menimbulkan kehilangan besar. Oleh karena itu Jendral Roberts menyerbu untuk membebaskan Qandhar di mana agen Inggris dan sebuah pasukan kecil dikepung oleh Ayyub Khan. Pada bulan April 1880, Gladstone menjadi PM Inggris. Ia adalah seorang liberal dan tidak menyukai peperangan. Ia sampai pada syaratsyarat dengan Abdur Rahman, sepupu Amir Sher Ali. Inggris meninggalkan Qandhar, dan Amir Abdur Rahman ditempatkan di atas tahta (1880). Ia tetap bersahabat dengan Inggris dan memerintah sampai 1901, ketika ia digantikan oleh putranya Amir Habibullah Khan. Pada tahun 1878 the Vernacular Pers Act disahkan, yang mana sangat memperkecil kebebasan menyatakan pendapat dalam surat kabar yang dicetak dalam bahasa-bahasa nasional. Dengan the Arms Act yang disahkan pada tahun yang sama orang-orang India dihentikan membawa senjata tanpa ijin. Tindakan-tindakan itu sangat ditentang di seluruh anak benua. Ada bahaya kelaparan lain pada 18761877 di Bombay dan Madras serta Mysore, dan kira-kira lima belas laksha orang dikabarkan meninggal. Ada kehilangan besar penghasilan yang berkaitan dengan kegagalan panen dan langkah-langkah perbaikan yang biayanya di atas sepuluh crore. Pemerintah Lord Lytton oleh karena itu menunjuk sebuah Komisi Bahaya Kelaparan, yang mana merekomendasi konstruksi jalan, rel kereta api, dan tangkitangki; rencana-rencana irigasi baru dan gerakan-gerakan yang lebih baik dari bijihbijihan dari daerah surplus ke daerah-daerah yang terkena Langkah-langkah itu dibawa ke suatu perluasan yang besar dan membantu untuk menyelamatkan kehidupan dan kurban dalam bahaya kelaparan tahun 1896 dan 1899. Desentralisasi lebih lalu diakibatkan pada masalah-masalah keuangan dan langkah-langkah ekonomi diperkenalkan pada departemen militer. Kewajiban adat tertentu diganti, seperti kewajiban atas garam, dan pajak pendapatan dikenalkan sebagai pengganti. Langkah-langkah itu terbukti sebuah penyelamatan besar. (6) Lord Ripon (1880-1884). Lord Ripon yang menggantikan Lord Lytton pada 1880, adalah seorang negarawan yang bijaksana (cf. Trotter, 1917, 417-418). Ia mengambil banyak tindakan untuk memperbaiki sejumlah besar orang India. Ia menghapuskan undang-undang pers pribumi yang dibenci, sangat mendorong pendidikan, dan mulai mengangkat orang India pada jabatan-jabatan tinggi dalam Pemerintahan. Ia mencoba untuk mensahkan Ilbert Bill, dengan mana ia mengharapkan untuk memberi ijin kepada para hakim India untuk mengadili orang-orang Eropa dalam peradilan mereka. Tetapi ada oposisi terhadap langkah ini oleh orang-orang Eropa di India sehingga Raja Muda harus menundanya (1883-1884). Pada saat itu Raja Mysore dikembalikan ke tahtanya. Pencapaian terbesar adalah perluasan rencana pemerintahan sendiri lokal. Ada kota-kota madya dalam kota-kota India yang lebih besar yang mengurusi masalah-masalah lokal mereka sendiri, mengumpulkan octroi dan kewajibankewajiban lain dan mengatur pelayanan sosial dan pelayanan lainnya, seperti pendidikan, kesehatan, jalan-jalan, penerangan, air dan sanitasi. Di bawah Lord Dalhousie (1865) dewan-dewan distrik sudah ada, Lord Ripon memberi kuasa kotakota madya di semua kota dan memberi mereka kekuasaan-kekuasaan yang lebih besar. Mereka menjadi badan-badan fakultatif dan ia memperluas cakupan mereka. Ini memberi rakyat pengalaman dalam bertanggung jawab dan dalam belajar untuk memerintah diri mereka sendiri dalam hal-hal kecil. Lagi pula mempertemukan tokoh-tokoh publik India dan para pejabat Inggris bersama-sama. Lord Ripon juga mengangkat Komisi Hunter pada tahun 1882 dan sebagai hasil dari penemuanpenemuannya pendidikan dasar diperluas. Komisi Hunter juga mengangkat keadaan buruk kaum Muslim ke permukaan. Lord Ripon selayaknya dipertahankan dalam penghargaan oleh orang-orang India . Ia digantikan oleh Lord Dufferin. (7) Lord Dufferin (1884-1888) (Mahmud, 1988, 233-234) Beberapa kejadian penting yang terjadi selama Lord Dufferin berkuasa muncul pada tahun 1884. Pertama adalah Perang Burma III (1885-1886). Raja Burma, Thibaw sekarang hanya memiliki propinsi-propinsi tengah Mandalay dan Burma Utara di bawahnya. Ia menentang Inggris di Burma (Lower) dan membebani kewajiban-kewajiban yang luar biasa Kongsi Dagang Inggris di Burma, yang beroperasi di Burma Utara. Lord Dufferin memprotes tetapi raja tidak peduli. Raja Muda mengirim sebuah pasukan ke Mandalay, dan Thibaw, yang tidak mempunyai kekuatan militer, menyerah dan dikirim sebagai seorang tawanan negara ke India. Mandala diambil. Ada suatu perjuangan gerilya di Burma Utara, tetapi pada tahun 1890 bagian Burma lainnya direbut. Pada tahun 1897 Burma Utara dan Selatan digabungkan dan ditempatkan di bawah seorang Letnan Gubernur Jendral. India dan Burma disatukan untuk membentuk Imperium India. Lord Dufferin sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat dan mensahkan the Bengal Tenancy Bill, yang merumuskan dan memperbaiki syarat-syarat atas mana para petani hidup di bawah tuan tanah yang menggenggam mereka. A Factory Act juga disahkan yang mana memperkecil jam kerja kaum buruh. Anak-anak di bawah usia sembilan tahun dilarang bekerja di pabrik-pabrik. Pada tahun 1886 Dufferin juga menunjuk sebuah Komisi Pelayanan Umum untuk mengusulkan sebuah rencana untuk memperluas layanan-layanan sipil. Sesuai dengan itu, ujian-ujian saringan tahunan diselenggarakan di London untuk the Indian Civil Services (ICS = pegawai negeri sipil) dan dalam ibu-ibu kota propinsi untuk layanan Propinsi. Ny. Dufferin memulai sebuah yayasan disebut Lady Dufferin’s Fund sesudahnya. Dengan uang yang demikian besar, Lady Dufferin Hospital dibangun di semua kota besar. Bahkan wanita yang paling miskin diterima di rumah-rumah sakit itu dan mereka diperlakukan dengan baik di situ. Dokter-dokter wanita dipekerjakan di rumahrumah sakit itu. Kongres 1885 (cf. Wolpert, 1989, 250-264) Peristiwa lain dari periode jabatan Dufferin adalah didirikannya Kongres pada 1885 (the Indian National Congress). Universitas-universitas India telah menghasilkan sebuah generasi baru orang-orang India terdidik, yang sudah membaca karya filsuf politik Inggris dan daratan Eropa dan sudah dipenuhi oleh ide-ide nasional. Orang-orang yang bersemangat kerakyatan (awalnya kebanyakan dari Bombay) bergabung untuk membentuk Kongres. Pada awalnya orang-orang Inggris yang berpikiran liberal seperti Sir Allan Hume, Sir Henry Cotton dan yang lain membantu organisasi baru itu. Tiga orang India menerima penghargaan umum untuk karya mereka dalam kaitan ini. Mereka itu adalah Sir Dadabhai Naroji dari Bombay, G.K. Gokhale, juga dari Bombay, dan Surendranath Bannerji dari Calcutta. Kongres bersidang secara teratur dan setelah mendiskusikan masalah-masalah orang India, kebanyakan sosial, mensahkan resolusi yang merekomendasikan langkah-langkah tertentu terhadap Pemerintah. Badan itu hanya menjadi sebuah badan politik yang sangat perlahan-lahan. Pada 1887 Pesta Emas Ratu Victoria dirayakan. (8) Lord Landsdowne (1888-1894). Lord Lansdowne adalah Raja Muda berikutnya, dan dalam periode jabatannya perbatasan antara Afghanistan dan India ditetapkan oleh Sir Mortimer Durand, yang mana setelahnya disebut Durand Line (cf. Wolpert, 1989, 68). Lord Lansdowne harus mengambil tindakan militer di kerajaan Manipur di Assam, yang panglimanya telah membunuh beberapa orang Inggris, termasuk Mr. Quinton komisaris utama Assam, yang sedang berkunjung ke sana. Panglima itu ditangkap dan digantung. Kejadian lain yang perlu dicatat pada periode ini adalah disahkannya the Indian Councils Act, dengan mana jumlah anggota Dewan Legislatif dinaikkan. Para anggota itu dipilih oleh komite kota madya, dewan-dewan distrik, universitas-universitas, dan badan-badan umum lainnya. (9) Lord Elgin yang Kedua (1894-1899) Raja Muda berikutnya adalah Lord Elgin yang Kedua, yang adalah putra Lord Elgin, Raja Muda yang hanya menjabat untuk masa satu tahun. Kesulitan muncul di Citral pada waktunya (1895), dan menyebar ke bagian lain dari daerah suku itu. Orang-orang Afridi menutup Celah Khyber. Ada pertempuran sengit dan karena daerah berpegunungan sejumah besar tentara terlibat. Tetapi pada tahun 1897 pemberontakan ditindas, perbentengan suku-suku dihancurkan, dan seluruh wilayah kembali tertib. Pada tahun 1896 sebuah epidemi yang mengerikan muncul di Bombay, yaitu penyakit pes. Perawatan medis dan perbaikan belum secara khusus diatur dan sejumlah besar orang meninggal, tetapi perlahan-lahan epidemi dapat diatasi. Sebuah bahaya kelaparan terjadi kira-kira saat ini membuat hal-hal lebih buruk. Kenyataannya waktu Lord Elgin adalah sebuah kesulitan dan penderitaan di seluruh negeri. (9) Lord Curzon (1899-1905)(cf. Mulia, 1959, 154-162) Pengganti Lansdowne adalah Curzon. Lord Curzon berpendidikan, terpelajar, banyak bepergian; menjelajah India, Afghanistan, dan Persia sebelumnya. Ia juga telah mempelajari masalah-masalah negara-negara itu dan menulis sebuah buku tentang Persia, yang mana banyak dihargai. Segera setelah kedatangannya ada bahaya kelaparan lain di negeri itu, tetapi ia mengambil langkah-langkah keras dan mengendalikan situasi. Ratu yang sudah usur meninggal pada tahun 1901 dan pada 1903 Lord Curzon menyelanggarakan Durbar di Delhi untuk mengumumkan Raja Edward VII sebagai Maharaja India. Lord Curzon menyatakan bahwa orang-orang Pathan dari perbatasan, rakyat yang galak, sombong dan bebas, memperoleh penanganan khusus. Karena kompleksitas suku dari rakyat itu banyak masalah lokal yang tidak sejajar dengan di mana pun yang ada di India. Negeri itu hampir tandus dan orang-orang gunung hanya dapat hidup dari merampas dan menjarah. Lord Curzon ingin mengembangkan daerah itu, membangun jalan dan kereta api, mengembangkan pertanian, dan mengenalkan pendidikan. Oleh karena itu ia membuat daerah perbatasan itu menjadi sebuah propinsi terpisah, the North-West Frontier Province (NWFP)(cf. Majumdar, 1958. pp. 902-903), dan memberikan pemerintahannya ke tangan seorang komisaris utama yang cakap (1900). Di ujung lain dari anak benua terletak daerah Benggala yang sangat luas dan padat penduduknya. Daerah itu ada di timur Gangga tidak dikembangkan secara khusus dan rakyatnya terbelakang. Para pemilik yang amat kuat dari daerah itu hidup di Calcutta dan menelantarkan kesejahteraan rakyat. Lord Curzon memutuskan untuk membagi daerah itu menjadi dua bagian (cf. Lamb, 1964, p.76; cf. Kulke & Rothermund, 1986, p.280); Benggala Barat yang akan mencakup Bihar dan Orissa, dan Benggala Timur dari yang mana Assam akan menjadi bagian di dalamnya. Calcutta menjadi ibu kota Benggala Barat dan Dacca ibu kota Benggala Timur. Rakyat Benggala Timur kebanyakan kaum Muslim, dan ia berpikir mereka akan mengembangkan sebuah rasa tanggung jawab bila ditinggalkan bagi mereka sendiri, dan membangun lembaga-lembaga sosial mereka sendiri. Ini bukan sebuah langkah yang bijaksana, tetapi kaum Benggali yang terdidik, kebanyakan orangorang Hindu tidak menyukainya. Mereka protes menentangnya sebegitu lama sehingga pada tahun 1911 pembagian dihapuskan. Assam, Bihar, dan Orissa dijadikan propinsi-propinsi terpisah. Pada tahun 1903 Lord Curzon mengirim sebuah ekspedisi ke Tibet karena ia mencurigai orang-orang Tibet dihasut oleh Rusia melawan Inggris, tetapi Cina mendaku bahwa Tibet ada dalam lingkup pengaruh dan tidak sesuatu pun muncul dari ekspedisi ini. Tetapi Lord Curzon mengumpulkan ganti rugi. Lord Curzon terkenal untuk langkah-langkah sosial. Minat terbesarnya dalam pendidikan membuahkan hasil, karena ia menemukan setelah sebuah studi dari Universitas Calcutta bahwa universitas-universitas India belum berkembang sebagai lembaga-lembaga pengajaran. Mereka hanya menguji mesin-mesin. Pengajaran dilakukan secara terpisah oleh kolese-kolese. Tidak ada asrama-asrama, dan para mahasiswa tidak disiplin atau perasaan kesatuan atau loyalitas kepada universitas. Ia mengangkat sebuah komisi pada tahun 1904, dan segera the Indian Universities Act disahkan, yang mana merekomendasikan penunjukan Wakil Ketua Penanggung Jawab buat universitas-universitas. Dengan pengeluaran kolese-kolese dihubungkan dengan universitas-universitas dan ketentuan-ketentuan dibuat pada semua universitas untuk pengajaran yang lebih tinggi untuk dikerjakan oleh para profesor terpilih. Perbaikan-perbaikan dibuat pada sekolah-sekolah dasar dan menengah dan sekolah-sekolah khusus dibuka utuk para pemimpin India. Ia juga membangun Victoria Memorial di Calcutta. Pujian diberikan kepada Lord Curzon karena mensahkan the Ancient Monument Preservation Act. Untuk pertama kalinya dengan undang-undang itu Pemerintah bertanggung jawab untuk mempertahankan bangunan-bangunan bersejarah India. Seorang direktur jendral arkeologi diangkat. Kewajibankewajibannya bukan hanya untuk melindungi monumen dan bangunan kuno tetapi juga untuk menyelidiki situs-situs yang tertimbun. Direktur Jendral pertama adalah Sir John Marshall, yang dengan stafnya membuka kota Taxila yang terkubur dan kemudian kota-kota lama dari peradaban lembah Indus yang tertimbun. Lord Curzon bekerja banyak untuk memperbaiki nasib petani, ia memperkecil pajak garam menjadi separohnya dan mensahkan the Punjab Land Alienation Act untuk menyelamatkan para petani dari genggaman lintah darat, yang kebanyakan adalah orang-orang Hindu yang bukan petani. Bania sekarang tidak dapat menyita tanah petani pengganti hutang. Curzon juga memulai bank-bank kredit koperasi bagi masyarakat dan pertanian untuk meminjamkan uang kepada para petani miskin dengan bunga rendah bila mereka membutuhkannya untuk tujuan-tujuan pertanian yang mendasar. Departemen pertanian mulai membuka pusat-pusat riset di mana pengalaman-pengalaman dibuat dengan metode bertani yang lebih baik. Sebuah departemen perdagangan dan industri juga dibuka untuk mendorong perdagangan dan industri anak benua. Lord Curzon juga memperbaiki departemen kepolisian, menaikkan gaji para opsir polisi, dan memberi alat-alat untuk pelatihan khusus mereka. Lord Curzon mengundurkan diri karena isu posisi panglima perang India. Ia menghendaki panglima perang tunduk kepada Raja Muda, tetapi Menteri Koloni India menghendaki panglima perang bertanggung jawab secara terpisah kepadanya. Curzon berkeberatan akan hal ini dan oleh karenanya mengundurkan diri (Mahmud, 1988,pp. 237-238). Ia adalah orang yang berkemampuan luar biasa dan mengerjakan banyak hal untuk anak benua, tetapi ia berwatak sombong dan tidak menghargai ambisi orang India yang sedang berkembang. Kenyataannya ia meragukan opini publik dan tidak memikirkan sejumlah besar gerakan swadeshi yang dimulai pada tahun 1905 sebagai sebuah protes menentang pembagian Benggala. Gerakan ini menuntut boikot barang-barang Inggris dan mendesak rakyat untuk memakai kain katun dalam negeri , bernama khaddar. Curzon tidak percaya akan pemerintahan sendiri India. Ia bahkan tidak percaya bahwa iklim politik sedang berubah di India, sementara menurut janji yang dibuat pada tahun 1858, ketika Mahkota mengambil oper anak benua, waktunya sudah datang ketika bangsa India akan dihubungkan dengan pemerintah dari tanah air mereka sendiri. Oleh karenanya ia sangat tidak populer di anak benua. Penutup Sejak awal abad XIX Kumpeni India Inggris telah memperkenalkan kepada bangsa India berbagai pembaharuan: sosial, politik, pendidikan, transportasi, irigasi tentu saja yang sesuai dengan kepentingannya. Untuk kepentingan politik anak benua India dikendalikan dan diatur oleh seorang Gubernur Jendral. Pencaplokan berbagai wilayah tidak terkendali, banyak penguasa lokal yang kehilangan kekuasaan dan pengaruh dari rakyatnya, banyak anggota pasukan yang dilucuti senjata dan dibubarkan dari kesatuannya, orang Islam dan orang Hindu dikecewakan oleh adanya pembaharuan-pembaharuan yang diberlakukan oleh Kumpeni India Inggris. Dengan kata lain orang India secara keseluruhan diantarkan ke satu perasaan senasib sepenanggungan. Kekecewaan itu dimanifestasikan dengan terjadinya the Indian Mutiny. Peristiwa ini di samping membuat Inggris terpana, keberadaan Inggris digoyahkan pada sendi-sendi fundasinya, Inggris menjadi sadar akan kerapuhannya dan akibatnya, setelah Kumpeni India Inggris dibubarkan dan digantikan oleh Pemerintah Kolonial Inggris, dan negeri koloninya makin erat digenggam. Kendati demikian Pemerintah Kolonial Inggris di India harus selalu berjaga-jaga dan siaga mempertahankan keberadaannya dari rongrongan bangsa India dan juga dari pengaruh luar. Daftar Pustaka Kulke, Hermann and Rothermund, 1986, A History of India, New Jersey, Barnes & Noble Books. Lamb, Beatrice Pitney, 1964, India, A World In Transition, London, Frederick A. Praeger, Publishers Mahmud, S.F., 1988, A Concise History of Indo-Pakistan, Oxford, Oxford University Press Majumdar, R.C., 1958, An Advanced History of India, London, St. Martin’s Press Sachchidananda Bhattacharya, 1967, A Dictionary of Indian History, New York, George Braziller Trotter, L.J., 1917, History of India, From The Earliest Times To The Present Day, London, Society For Promoting Christian Knoledge. Wolpert, Stanley, 1989, A New History of India, Oxford, Oxford University Press.