PERIODE INGGRIS DI INDIA b musidi

advertisement
PERIODE INGGRIS DI INDIA
B. Musidi
Pengantar
Pada perempat kedua abad XIX, Asia Selatan makin didominasi oleh
kehadiran Kumpeni Inggris. Nasibnya bergantung pada kebijakan dari setiap
Gubernur Jendral yang ditunjuk oleh Dewan Direktur yang berkedudukan di
London. Kebijakan Kumpeni India Inggris ini sangat diwarnai oleh Gubernur
Jendral yang bersangkutan. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi di Inggris
sendiri yang sedang mengembangkan industrialisasi, negeri koloni mau tidak mau
harus mampu menjadi pasar bagi produik industri, tempat mengambil bahan
mentah dan sekaligus juga menjadi tempat penanaman modal negeri induk. Pada
bagian ini tulisan akan difokuskan pada bagaimana masing-masing Gubernur
Jendral berinteraksi dngan para penguasa India untuk menjamin keberadaan
Kumpeni India Inggris India.
A. Dari Bentinck sampai Canning
(1). Lord William Bentinck (1828 -1835). (cf. Trotter, 1917, 313-319) Sepeninggal
Lord Amherst yang menjadi pejabat sementara Gubernur Jendral adalah Mr.
Butterworth Bailey sampai Lord William Bentinck tiba di India. Masa
pemerintahannya ditandai oleh adanya tata tertib dan perbaikan-perbaikan
administratif, serta dua perang kecil, yaitu melawan Krishna Raja dari Mysore
karena rakyatnya memberontak akibat kekejamannya. Tahun 1831 Gubernur Jendral
mengirim sebuah pasukan kecil untuk memecat Krishna Raja dan menempatkan
kerajaan itu di bawah suatu Komisariat yang berlangsung sampai tahun 1881, ketika
kerajaan itu dipulihkan kepada seorang anak angkat raja terakhir; dan Raja dari
Coorg dilaporkan sebagai seorang raja yang kejam. Rakyat minta diperbaiki dan
Inggris mencaplok kerajaan itu. Distrik Kachar dari Assam juga dicaplok ketika
rajanya meninggal tanpa seorang keturunan.
Bentinck memusatkan pikirannya untuk mempelajari kondisi negeri,
memeriksa administrasi, mengawasi pasukan, dan mengadakan perbaikan di
berbagai bidang. Ia mengambil alih panglima tertinggi dan meninjau semua bagian
daerah. Ia mendapati bahwa disiplin tidak baik dan mengambil langkah-langkah
untuk memperbaiki kesalahan ini, selanjutnya ke perbaikan-perbaikan sosial. Ia
mendapati bahwa orang-orang Hindu masih mempertahankan kebiasaan Suttee
(sati), para janda diharapkan membakar diri mereka pada bara api jasad suami
mereka. Suttee dilarang, ditindas dengan kejam, kendati banyak orang Hindu
orthodoks menganggapnya sebagai campur tangan atas agama mereka.
Ada sebuah kelompok Hindu yang memuja Dewi Kali dan yakin bahwa Kali
menyukai kurban manusia. Mereka yang disebut Thug, merampok dengan
kekerasan. Menyamar sebagai pedagang atau peziarah, mereka menangkap orangorang yang dalam perjalanan tanpa perlindungan, merampok mereka dan mencekek
mereka sampai mati, atas nama Kali. Ada ribuan dari mereka yang merupakan
sebuah ancaman yang besar. Mereka itu didukung oleh para tuan tanah yang sangat
kuat di berbagai tempat yang ambil bagian perampokan. Sir William Sleeman
ditunjuk untuk menghancurkan penyakit ini. Ia berhasil menangkap 2000 thug dan
Drs. B, Musidi, M.Pd., adalah dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
memberi mereka contoh hukuman. Dengan cara ini thuggee dihapuskan.
Lord Cornwallis telah menetapkan bahwa orang-orang India hanya akan
diangkat untuk jabatan-jabatan rendah. Bentinck mengubah peraturan-perturan itu
dan memberi kesempatan untuk jabatan-jabatan lebih tinggi, terutama peradilan,
layanan-layanan untuk orang-orang India. Bahasa-bahasa orang India menggantikan
bahasa Persia dalam peradilan. Pada tahun 1834, Macaulay, penulis terkenal dan ahli
hukum, dikirim ke India sebagai anggota dewan Gubernur Jendral. Ia nerancang the
Indian Penal Code pada tahun1837 dan baru diberlakukan pada tahun 1860.
Guna memungkinkan orang India untuk menempati pos-pos yang
bertanggung jawab, Inggris pertama-tama harus mendidik mereka seturut garisgaris modern. Di India sudah ada maktab dan madrasah, tetapi di sekolah-sekolah
itu pembelajaran masih dilakukan secara tradisional. Macaulay mengarahkan
perhatiannya pada isu penting ini dan menulis dalam ‘Minute on Education’ pada
tahun 1835. Menit ini menentukan pertikaian yang panas antara kaum konservatif
dan modernis. Kaum konservatif yang dipimpin oleh H.H. Wilson, seorang
cendekiawan Sansekerta yang besar, dan orang-orang Hindu orthodoks dan Muslim,
mempertahankan agar pendidikan diselenggarakan seperti sebelumnya dalam
bahasa Arab, Persia, atau Sansekerta. Di pihak lain, kaum modernis seperti David
Hare dan Ram Mohan Roy, produk dari Misi Serampore, menghendaki pendidikan
menggunakan bahasa Inggris. Macaulay menyatakan bahwa tidak akan mungkin
untuk mendidik masa dengan bahasa Inggris, tetapi sejumlah tertentu orang India
dididik dengan mengunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar untuk
melayani sebagai penerjemah dan menempatkan lebih rendah pelayanan sipil.
Mereka akan juga menyebarluaskan pendidikan Inggris dan ide-ide Barat untuk
yang lain. Bentinck menerima rekomendasi Macaulay dan memerintahkan agar
Pemerintah Inggris akan mendorong studi literatur dan ilmu pengetahuan Inggris.
Oleh karena itu sekolah-sekolah dibuka di banyak tempat, dan sebuah Kolese Medis
dimulai di Calcutta untuk melatih dokter-dokter India.
Pada tahun 1833 piagam Kumpeni diperbaharui dan kondisi-kondisi baru
diletakkan di dalamnya. Sebuah perubahan besar adalah bahwa selanjutnya
Kumpeni akan menghentikan aktivitas dagangnya dan menjadi sebuah badan
administratif saja. Perdagangan India terbuka. Dewan Gubernur Jendral diberi
kekuasaan untuk membuat undang-undang bagi seluruh India, dan sebuah kantor
gubernur keempat dibangun di Provinsi Barat laut.
Periode Bentinck menjadi Gubernur Jendral ada kepentingan historis yang
besar. Ia menghapuskan banyak kejahatan sosial; pendidikan baru diperkenalkan;
orang-orang India diangkat pada jabatan-jabatan penting; perekonomian
diefektifkan; dorongan besar diberikan kepada perdagangan perorangan dan swasta.
Bentinck bertemu dengan Ranjit Singh di tepi sungai Sutlej dan memperbaharui
syarat-syarat persahabatan antara kaum Sikh dan Inggris. Ini dikerjakan untuk
melindungi perbatasan melawan Rusia. Bentinck pensiun pada 1835, di tengahtengah pujian besar. Masa pemerintahannya menandai puncak prestise Inggris di
India.
Pengganti Bentinck adalah (2). Sir Charles Metcalfe (1835-36). Metcalfe
adalah seorang pegawai sipil yang cakap dan mempertahankan pandanganpandangan progresif. Ia menghapuskan larangan-larangan yang diberlakukan oleh
Wellesley atas pers dan memberi kebebasan menyatakan pendapat pada surat kabar.
Ia digantikan oleh (3) Lord Auckland tepat setahun kemudian (cf. Trotter, 1917, pp.
320-328)
Pemilihan ini tidak menguntungkan. Baik Auckland maupun Lord
Ellenborough membuat kesalahan. Pada kenyataannya, kebijakan para Gubernur
Jendral 20 tahun berikutnya meninggalkan banyak yang tidak dikehendaki dan
ketidakpuasan besar di kalangan rakyat. Kaum Muslim sudah merasa benci
terhadap penyitaan Benggala dan Bihar, penaklukan Rohilkhand melalui intervensi
Inggris, perampokan Begum Oudh, dan kematian Tipu Sultan. Sekarang orangorang Hindu mulai mengeluh tentang penaklukan orang-orang Marata. Para
misionaris adalah aktif, dan meskipun mereka membuka sekolah-sekolah dan
rumah-rumah sakit, dan hanya ditobatkan oleh bujukan, rakyat menjadi terancam.
Mereka mulai berpikir bahwa orang-orang Inggris ingin mentobatkan mereka ke
Kristianitas. Di Punjab kaum Sikh, yang adalah sekutu Inggris, mulai memusuhi
orang-orang Islam, dan meskipun Ranjit Singh adalah seorang penguasa yang
bijaksana, sardar Sikh di negeri itu bertindak kasar terhadap kaum Muslim. Mereka
akan melarang kaum Muslim mengumandangkan azan di suatu tempat dan kurban
di tempat lainnya. Di tempat-tempat lainnya mereka bersikap sebiadab orang
Marata, merampok orang-orang kaya dan mengganggu para wanita. Berita
mengenai praktek ini dibawa ke seluruh India Utara.
Pada pertengahan abad XVIII – waktu terburuk bagi kaum Muslim India,
ketika orang-orang Marata menteror negeri dan tiada kehormatan, hidup dan tanah
milik tidak aman – seorang pembaharu besar sedang bekerja keras di wilayah tengah
buat perkara orang Muslim (Mahmud, 1988. pp. 215-217). Ia itu adalah Shah
Waliullah (1703-1762). Ia sudah berada di Mekah untuk melengkapi studinya, dan
sekembalinya pada tahun 1734 sudah mulai berkotbah dan menulis. Ia adalah orang
terpelajar dan pemikir dan menghendaki kaum Muslim memahami agama mereka
dan mempraktekannya dengan sepantasnya, sebab kebiasaan Hindu telah
mempengaruhi kehidupan sosial orang Islam. Shah Waliullah menterjemahkan
Quran ke dalam bahasa Persia, dan dalam bukunya yang besar Hajjattullah alBalighah ia menunjukkan bahwa agama akan mempengaruhi hidup rakyat dan
membuat mereka lebih baik dan lebih mulia. Ia meninggal pada 1762, tetapi anaknya
Shah Abdul Aziz (1746-1823) meneruskan pekerjaannya. Sejumlah pekerja
bersemangat lainnya dan kaum terpelajar membantunya, di antara siapa kemenakan
lelakinya Shah Ismail, menantunya Abdul Hayy, dan sahabatnya Syyid Ahmad
Bareilly (1786-1831). Para pembaharu itu mengkotbahkan kemurnian hidup cara
Islami dan kebajikan sebuah perasaan sosial dan kewajiban sebuah negara.
Mendengar penganiayaan kaum Muslim di daerah-daerah kaum Sikh Punjab, Shah
Abdul Azis dan rekan-rekannya memutuskan untuk melancarkan sebuah perang
suci (jihad) melawan kaum Sikh.
Pimpinan gerakan diberikan kepada Sayyid Ahmad Brelvi, seorang
berkepribadian terkenal, yang juga seorang organisator yang baik. Banyak pedagang
membantu, dan dari Patna dan Meerut, Delhi dan Agra, sukarelawan Muslim
berkumpul ke Delhi. Sayyid Ahmad Brelvi memutuskan untuk memulai gerakan di
Peshawar. Gerombolan-gerombolan sukarelawan menuju Bahawalpur, Sind, dan
Baluchistan dan akhirnya muncul di Peshawar, yang mana jatuh ke gerombolangerombolan mereka. Ranjit Singh kemudian mengirim sebuah pasukan besar yang
berdisiplin melawan Mujahid, di bawah Jendral Ventura, dan selanjutnya dengan
cerdik mengirim agen-agennya ke perbatasan. Mereka mulai menyebarluaskan
propaganda nelawan Mujahid, dengan mengatakan bahwa pembaharuan Sayyid
Ahmad Brelvi tidak sungguh-sungguh Islami, ia itu seorang Wahabi, dan seterusnya.
Hasilnya, banyak orang Afghan yang meninggalkan Sayyid Ahmad, dan lebih
banyak yang dimenangkan oleh suap dan hadiah. Para panglima Pathan lokal
bangkit melawan Mujahid dan membunuh banyak dari mereka. Sayyid Ahmad
sendiri diusir ke perbukitan Kashmir dan pasukannya dihancurkan pad tanggal 6
Mei 1831 di Balakot. Sayyid Ahmad, Shah Ismail Sahid, dan banyak Mujahid lainnya
meninggal dalam pertempuran. Gerakan didorong menjadi gerakan bawah tanah
oleh bencana ini, tetapi itu dilanjutkan oleh Letnan Sayyid Ahmad Brelvi, Maulvi
Wilayat Ali dari Patna. Ia banyak menciptakan perasaan anti Inggris.
Kejadian-kejadian itu terjadi pada saat Bentinck berkuasa: kebijakan Lord
Auckland memperberat perasaan anti Inggris ini. Sebelum datang ke India, ia sudah
diberi penjelasan singkat oleh Lord Palmerston, P.M. Inggris, untuk berhati-hati
terhadap Rusia, yang sedang maju di Asia Tengah. Palmerston juga menasehati
Auckland untuk membentuk sebuah resim bersahabat di Afghanistan. Pada tahun
1837 Rusia membantu Persia untuk mengepung Herat, tetapi orang Afghan,
dipimpin oleh penguasa mereka, Dost Muhammad, memaksa Persia untuk mundur.
Abdali sudah diusir padatahun 1809 dan Shah Shuja, cucu Abdali, tinggal di
Ludhiana di Punjab di bawah perlindungan Inggris. Dost Muhammad meminta
Gubernur Jendral membantunya dalam merebut kembali Peshawar, yang sudah
direbut oleh Ranjit Singh, tetapi tidak menyetujuinya sebab Ranjit Singh adalah
sahabat dan sekutunya. Ini membuat Dost Muhammad berpaling ke Rusia untuk
kemungkinan bantuan. Auckland menjadi terancam karena hal ini dan memutuskan
untuk Shah Shuja kembali ke tahta Kabul dan menahannya di sana sebagai seorang
boneka Inggris. Ia berkonsultasi dengan Ranjit Singh, yang tidak mempunyai
penolakan terhadap ide ini, tetapi tidak akan membiarkan pasukan Inggris lewat
melalui wilayahnya. Sebuah perjanjian untuk tujuan ini kemudian diadakan antara
Shah Shuja, Ranjit Singh dan Auckland pada bulan Juli 1838.
Sebuah pasukan Inggris yang besar berkumpul di Firozpur, yang mana maju
ke Qandhar melalui Celah Bolan. Pasukan lainnya berangkat dari Bombay, dan
tanpa memperhatikan perjanjian dengan para Amir Sind (1832) bahwa tidak ada
pasukan Inggris atau perbekalan militer akan lewat sungai Indus atau melalui Sind,
pasukan Bombay melalui Sind dan bergabung dengan pasukan lainnya di
Baluchistan. Pasukan Inggris memasuki Afghanistan pada musim semi tahun 1840
dan menduduki Qandhar; pada bulan Agustus 1840 Kabul menyerah. Dost
Muhammad, yang tidak pernah menjadi musuh Inggris ditawan dan dikirim ke
Calcutta. Shah Shuja dipecat dan pasukan pengawal Inggris ditempatkan di
Qandhar dan Jalalabad.
Orang-orang Afghan yang selalu membenci penguasa asing menjadi
memberontak dan bangkit pada bulan November 1841. Seorang opsir politik
bernama Burnes pertama-tama membangkitkan kemarahan mereka dan sebuah
gerombolan besar orang memasuki rumahnya dan membunuhnya. Macnaghten,
Agen Politik, ambil bagian nasib yang sama sebulan kemudian. Menyadari bahaya
ini, Jendral Elphinstone, jendral komandan dari pasukan Inggris meminta Akbar
Khan, anak Dost Muhammad dan menandatangani sebuah perjanjian dengannya,
menjanjikannya tahta jika pasukan Inggris dibiarkan meninggalkan Kabul tanpa
senjata. Ia bahkan meninggalkan beberapa isteri opsir dengan Akbar Khan sebagai
sandera. 4000 anggota pasukan Inggris yang kuat
dengan 12000 pengikut
meninggalkan Kabul pada tanggal 6 Januari 1842. Salju sudah turun dan sangat
dingin. Celah-celah pegunungan diduduki oleh orang-orang suku yang marah.
Pasukan diserang sepanjang jalan menuju Jalalabad. Setelah dua hari hanya 800
orang yang tinggal, dan pada waktu Jalalabad sudah kelihatan hanya seorang, yaitu
Dr. Brydon yang masih hidup. Pembinasaan seluruh pasukan ini adalah sebuah
pukulan keras bagi prestise Inggris.
Lord Auckland segera dipanggil pulang dan (4). Lord Ellenbrough (18421844) dikirim sebagai Gubernur Jendral (cf. Trotter, 1917, pp. 329-334). Tindakannya
yang pertama adalah memerintahkan Jendral Nott, yang memimpin benteng
Qandhar, dan Jendral Polock, yang mempertahankan Jalalabad, untuk
menggabungkan pasukan dan mundur ke India lewat Celah Khyber. Tetapi mereka
diperintahkan untuk mengambil Ghazni dan Kabul pertama-tama. Mereka merebut
Ghazni dan menghancurkan benteng-benteng luarnya, dan mereka meledakkan
pasar di Kabul. Orang-orang Afghan dipaksa untuk mengembalikan para sandera
dan tawanan. Sementara itu Shah Shuja sudah dibunuh, begitu juga Dost
Muhammad dikembalikan dan ditahtakan di Kabul.
Para Amir sudah tidak mengambil tindakan, meskipun wilayah mereka
sudah dilanggar. Auckland bahkan sudah mendorong sebuah perjanjian baru
dengan mereka yang hangat untuk kepentingan mereka. Dengan perjanjian baru ini
para penguasa Sind kehilangan sejumlah besar wilayah dan penghasilan. Sir James
Outram dikirim untuk memberlakukan perjanjian ini. Penghinaan makin
memperdalam luka-luka, para Mir protes dengan keras. Ellenborough, tanpa raguragu menyapu bersih aib bencana Afghanistan, mengirim Sir Charles Napier dengan
sebuah pasukan untuk menggertak para Mir. Tindakan-tindakannya begitu kasar
sehingga orang-orang Baluchis bangkit dan menyerang wilayah Hyderabad. Ini
memberi Sir Charles Napier sebuah kesempatan untuk menjatuhkan mereka, dan ia
mengalahkan mereka di Miani dan Dabo (1842-1843) dan mengambil Sind. Para Mir
dikirim ke pembuangan, dan Sir Charles diangkat menjadi Gubernur pertama Sind.
Ini sama sekali tidak memprovokasi pencaplokan Inggris yang menyakiti baik orang
Muslim maupun orang Hindu melawan kekuasaan Inggris.
(5). Lord Hardinge (1844-1848) Ellenborough tidak populer di kalangan
dewan direktur karena arogansinya, dan ia dipanggil pulang pada 1844. Dua
kejadian lain dari masa pemerintahannya adalah penghapusan perbudakan dan
pemadaman pemberontakan di Gwalior. Ia digantikan oleh saudara iparnya, Sir
Henry – selanjutnya menjadi Lord Hardinge. Hardinge adalah seorang administrator
yang baik dan akhirnya mengakhiri praktek-praktek sosial yang jahat seperti
pengurbanan manusia yang masih dilaksanakan oleh orang-orang Hindu yang
ekstrim.
Ranjit Sing (cf. Wolpert, 1989, p. 216) sudah meninggal pada 1839 dan para
penggantinya telah saling berkelahi di antara mereka sendiri. Para komandan Sikh
suka melawan dan sukar dikontrol. Setelah beberapa saat, Dalip Singh, putra Ranjit
Singh yang termuda, bertahta, tetapi pemerintahan sesungguhnya berada di tangan
ibunya, rani, Jendral Tej Singh, panglima tertinggi, dan menteri utama Lal Singh.
Mereka mendapati bahwa tidak cukup uang dalam perbendaharaan, dan pasukan
yang besar tidak senang karena gaji mereka ditunggak. Untuk menahan tentara agar
tetap sibuk mereka mengirim pasukan menyeberangi Sutlej pada bulan Desember
1845 untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan Sikh di seberang sungai dan bila
mungkin mengusir Inggris keluar daerah itu. Pasukan Sikh dengan mudah
mengalahkan pasukan Inggris, di bawah Sir Hugh Gough, dalam sebuah rangkaian
pertempuran di Mukdi dan Firogpur, tetapi di Aiwal, dan akhirnya di Sobraon
orang-orang Sikh dikalahkan sama sekali.
Kaum Sikh sekarang dipaksa untuk tunduk kepada Inggris dan setuju
membayar lima belas lakh sebagai ganti rugi. Lord Hardinge menahan Dalip Sing
muda di atas tahta di bawah seorang residen, tetapi menempatkan pasukan
pendudukan di Lahore, dan mengangkat Sir Henry Lawrence ketua dewan
penasehat. Kashmir diserahkan kepada Inggris, yang menjualnya seharga Rs.
8.000.000 kepada Raja Gulap Singh, dan mengambil Doab antara Bias dan Sutlej.
Pasukan Sikh diperkecil menjadi 20.000 infantri dan 12.000 kavalri dan perdamaian
Sikh dimulai.
(6). Lord Dalhousie (1848-1856)(cf. Majumdar, 1958, 709; cf. Wolpert, 1989,
pp. 226-227). Sir Henry Lawrence mempunyi sebuah kumpulan opsir Inggris yang
kuat dan cakap, seperti saudaranya George dan John Lawrence, Abbot, Edwardes,
Montgomery, dan Nicholson, dan ia mulai mengenalkan aturan, metode, dan sebuah
rasa hormat akan undang-undang di Punjab, yang sudah sangat menderita di bawah
orang-orang Afghan dan Sikh selama ratusan tahun terakhir. Banyak praktek jahat
seperti suttee, pembunuhan dan pengurbanan bayi, kekejaman dan perampokan
ditindas, tetapi kaum Sikh masih tidak berdamai dan tetap memusuhi.
Mulraj, Gubernur Multan, sudah diminta membayar sebuah denda suksesi. Ia
mengundurkan diri sebagai protes, dan mengumpulkan sejumlah besar bekas
pasukan Sikh yang sudah dibubarkan, memberontak. Dua opsir Inggris dikirim
untuk menjadi seorang gubernur baru dibunuh. Pemberontakan meluas dan kaum
Sikh di mana-mana bangkit. Lord Dalhousie mengirim sebuah pasukan di bawah Sir
Hugh (selanjutnya Lord Gough) yang bertemu dengan orang-orang Sikh di
Chillianwalla di Jhelum, pada bulan Januari 1849. Kaum Sikh berjuang sia-sia dan
mengusirnya kembali dengan kehilangan besar. Tetapi pada pertempuran
berikutnya di Gujarat pada tanggal 21 Februari Inggris membuat kocar-kacir
pasukan Sikh. Pada tanggal 9 Maret kaum Sikh meletakkan senjata mereka dan
Perjanjian Lahore ditandatangani, dengan mana kaum Sikh menyerahkan Punjab.
Dalhousie mencaplok propinsi itu: pasukan Sikh dibubarkan, dan raja yang
masih muda dikirim ke Inggris sebagai pensiunan. Sir John – selanjutnya Lord
Lawrence diangkat menjadi Komisaris utama. Lawrence dan kolega-koleganya
bekerja dengan baik, yang sesungguhnya dan dengan kuat membangun tata tertib di
daerah Punjab dan perbatasan yang luas. Jalan-jalan dibangun, sekolah-sekolah
dibuka, terusan-terusan dimulai, dan perundang-undangan baru menjamin
keamanan pribadi dan harta milik disahkan. Kaum Sikh diperlakukan dengan
lembut tetapi tegas dan para kepala suku Sikh diberi jagir. Mereka sekarang menjadi
bersahabat dengan Inggris dan membantu mereka pada saat-saat yang diperlukan,
yang datang dalam beberapa tahun kemudian (1857).
Dengan pencaplokan Punjab dan paling jauh dengan Celah Khyber, Inggris
hampir menjadi satu-satunya pemilik Asia Selatan. Tetapi wilayah-wilayah mereka
masih diperluas lagi. Raja Burma menjengkelkan Gubernur Jendral dengan kurangnya
diplomasi. Tanpa menyadari kelemahannya ia pergi untuk membebankan
pembatasan-pembatasan yang keras pada para pedagang Inggris di Rangoon dan
memperlakukan mereka dengan sedikit atau tanpa rasa hormat. Pada tahun 1651 ia
menghina Residen Inggris dan mendorongnya dari halaman yang berdinding.
Dalhousie mengirim kapal perang ke Rangoon dan raja menembakinya. Oleh karena
itu Gubernur Jendral mengirim sebuah pasukan yang merebut Rangoon. Pada bulan
Desember 1852, Burma Ilir dikalahkan dan kekuasaan Pemerintah Burma dibatasi
sampai daerah tengah dan daerah-daerah sebelah utara, sejak pantai sebelah barat
sudah jatuh ke tangan Inggris.
Satu-satunya kesultanan Muslim yang masih utuh tinggal Kesultanan Oudh,
meskipun sudah menjadi bagian dari subsidiary alliance dan seorang Residen tinggal
di Lucknow. Oudh dapat dikatakan sebagai satu-satunya bagian dari Kesultanan
Moghul yang masih tegak berdiri dan India masih bangga akan tradisi-tradisinya.
Tetapi Dalhousie merasa bahwa Oudh juga akan menjadi bagian dari Imperium
Inggris. Dalhousie meminta Jendral Sir William Sleeman untuk menjelajahi Oudh
dan melaporkannya. Sir William mengerjakan tugasnya dengan baik dan
menyampaikan sebuah laporan bernama ’Sebuah Perjalanan melalui Kerajaan Oudh’
pada tahun 1855. Dalam laporan itu Sir William sangat keras terhadap Nawab Oudh
dan menyebut pemerintahannya ’sebuah noda atas nama India Inggris’. Ia
menasehati Gubernur Jendral untuk mencaplok kesultanan itu. Laporan diedarkan
di antara para anggota Parlemen Inggris dan dengan persetujuan Pemerintah
Inggris, Lord Dalhousie mencaplok Oudh. Nawab Wajid Ali Shah, penguasa
terakhir, dikirim sebagai tawanan ke Calcutta. Langkah ini menimbulkan dendam
yang meluas.
Dalhousie adalah orang yang sangat kuat dan ia yakin seperti Wellesley dan
Hastings akan supremasi Inggris. Ia mengenalkan the doctrine of lapse, dengan mana
ia mencaplok suatu kerajaan yang penguasanya meninggal tanpa seorang
keturunan. Dengan langkah ini ia mencaplok kerajaan Sitara, Jhansi, dan Nagpur. Ia
menolak seorang anak angkat Peshwa terakhir, dan pewaris yang ditolak itu
bernama Nana Sahib yang selanjutnya menjadi musuh Inggris yang pahit.
Tetapi sejumlah besar kemajuan dibuat pada masa Dalhousie. Pada tahun
1853 rel kereta api pertama India dibuka antara Calcutta dan daerah batu bara
Raniganj. Di Bombay rangkaian lain sepanjang 20 mil, diletakkan antara Bombay dan
Thana. Jaringan telegrap dibangun dan sistem pos diperbaharui. Dalhousie juga
membangun departemen Pekerjaan Umum, dan jalan-jalan, jembatan-jembatan,
terusan-terusan dan pekerjaan-pekerjaan untuk keperluan umum lainnya dikerjakan.
Sebuah departemen Pemerintah Umum dimulai dan sekolah-sekolah berbahasa
daerah dan Inggris meningkat dalam jumlahnya. Dalhousie juga mensahkan sebuah
Undang-undang yang membuatnya sah untuk janda-janda Hindu kawin kembli.
Piagam EIC diperbaharui pada 1853, dan di bawah kondisi-kondisi baru Pegawai
Sipil India terbuka bagi orang-orang India, lewat ujian penyaringan untuk
memenuhi kekosongan.
Dalhousie pensiun pada tahun 1856, tetapi di samping pembaharuanpembaharuannya, ia meninggalkan di belakangnya ketidakpuasan. Kaum Muslim
sangat dipengaruhi, dalam hal bahwa mereka merasa bahwa mereka telah
diperlakukan dengan buruk. Adalah benar bahwa mereka pada awalnya Inggris
takut kepada mereka, dan merasa bahwa mereka telah mengambil anak benua dari
mereka. Mereka oleh karena itu telah memperlakukan dengan kekerasan yang tidak
perlu. Pencaplokan Sind, dan terutama Oudh, sangat merendahkan posisi Sultan
terakhir, Bahadur Shah, yang hidup dengan sebuah pensiun yang kecil di Benteng
Merah yang padat penduduknya, diawasi dalam segala tindakannya oleh seorang
Residen yang tinggal di depan pintu gerbang Benteng, melukai perasaan semua
orang Muslim. Orang-orang Hindu dibakar oleh the Doctrine of Lapse (Cf. Majumdar,
1958, p. 767) dan apa yang mereka sebut campur tangan dalam praktek-praktek
keagamaan mereka. Mayoritas rakyat tidak suka dan marah, di samping pemerintah
yang mapan, tata tertib, perdagangan dan komunikasi, sekolah-sekolah dan kolesekolese, yang telah dibangun oleh Inggris.
(7). Lord Canning adalah Gubernur Jendral berikutnya (1856- 1858)
(Mahmud, 1988, pp.222-225). Ia bukan penghasut perang, tetapi orang yang dingin
dan tenang, yang tidak mempunyai rencana-rencana baru guna memperluas milik
Inggris, dan meski pada waktunya muncul ledakan yang mengguncang kekuasaan
Inggris di India. Rakyat sudah bersungut-sungut untuk beberapa waktu. Kaum
Muslim khususnya frustrasi. Mereka bahkan merasa ditolak dalam jabatan-jabatan
tinggi, karena Inggris berpikir mereka terlalu bebas sifatnya. Para serdadu Hindu
tidak akan mengambil sumpah untuk dikirim keluar negeri jika dibutuhkan. Mereka
percaya bahwa hal itu berlawanan dengan kepercayaan mereka. Canning dicurigai
berada di belakang kegiatan kaum misionaris. Pasukan-pasukan kerajaan yang besar
yang dibubarkan ada di mana-mana termasuk para komandan yang giat. Dengan
demikian keadaan yang tegang di seluruh negeri sedang mekar.
Pada tahun 1856 sebuah senapan baru: Lee Enfield dikenalkan pada tentara,
yang bekerja dengan peluru yang dilumasi. Pada saat itu belum ada pelumas
sintetis. Para serdadu mulai curiga bahwa lemak itu berasal dari lemak binatang,
entah sapi atau babi. Baik orang Hindu maupun orang Muslim tidak mau memakai
peluru itu, sebab seseorang harus menahan dengan gigi mereka bila mengisi
senapan. Sebuah resimen di Barrackpur dekat Calcutta menolak menggunakan
mereka. Mereka semua dihukum. Selanjutnya di Meerut pada tanggal 10 Mei1857,
ketika sepoy dan para opsir mereka kolonel yang menjadi komandan menggunakan
langkah-langkah yang sangat keras melawan pasukan India. Mereka secara umum
dipermalukan, dihukum dan dipenjarakan. Sebaliknya mereka menembaki para opsir
mereka, membebaskan teman-teman mereka, membakar barak-barak mereka, dan
secara terbuka memberontak. Mereka kemudian bergerak ke Delhi , mencoba
merebut gudang persenjataan, tetapi meledak lebih dulu sebelum jatuh ke tangan
mereka. Tetapi mereka mengambil Bahadur Shah lama keluar benteng dan
menyatakan dia sultan pada tanggal 11 Mei 1857.
Pasukan-pasukan lain memberontak di Cawnpore, Lucknow, Jhansi, dan
tempat-tempat lainnya; menyerang rumah-rumah pejabat dan membunuh orangorang Eropa. Nana Sahib, anak angkat Peshwa terakhir, Baji Rao II, yang tidak
diakui Inggris, sudah mengunjungi daerah-daerah itu sebelumnya pada tahun itu
dan ini telah mengarahkan ke banyak kegiatan bawah tanah. Nana Sahib sekarang
mengambil pimpinan di Cawnpore, dan menyerang pasukan Jendral Wheeler di
sana. Wheeler menyerah dan Nana Sahib setuju bahwa para wanita dan anak-anak
dapat pergi tanpa dilukai dengan perahu ke Allahabad, tetapi pasukan pemberontak
berada di luar kontrol dan menembaki mereka, dengan menyebabkan banyak
kematian. Di Lucknow Sir Henry Lawrence memegang komando. Ia dikepung di
rumah residen dan berperang dengan berani, tetapi terbunuh. Khan Bahadur Khan,
seorang Tuluqdar, bangkit di Bareilly. Rani Jhansi bangkit di Jhansi dan meskipun ia
tidak menghendaki kekerasan, rakyat membunuh banyak orang Eropa. Di Deccan
ada pemberontakan di Kolhapur, Bombay, dan wilayah Marata sebelah selatan. Di
daerah-daerah itu Sir Salar Jung, menteri utama dari Hyderabad, terbukti bersahabat
dengan Inggris dan menahan gerakan meluas, meskipun pemberontakan menjadi
umum di mana-mana.
Inggris lalu mengerahkan pasukan mereka. Dost Muhammad di Afghanistan
dan kaum Sikh di Punjab berdiri teguh di belakang mereka, sehingga mereka tidak
ada rasa takut dari arah sebelah barat laut. Jendral Havelock menyerang dari
Bombay dan mengambil Allahabad pada tanggal 11 Juni. Ia kemudian meninggalkan
Cawnpore, dan meskipun ia datang terlambat untuk menyelamatkan Inggris di kota
itu, ia masuk Lucknow untuk meringankan pasukan di daerah itu, meskipun ia
tidak dapat menyelamatkan Sir Henry Lawrence. Havelock dan Outram sebaliknya
dikepung oleh para pemberontak. Mereka bertahan dan diringankan oleh Sir Colin
Campbell pada tanggal 15 November, ketika mereka mengevakuasi para wanita dan
anak-anak. Orang-orang India berjuang sia-sia dan tidak dikalahkan sampai bulan
Maret 1858. Pasukan Khan Bhadur Khan dikalahkan di Bareilly dan ia diusir dari
sana. Pasukan Maulvi Ahmadullah dan Begum Oudh bertemu di Shahjahanpur, di
mana Maulvi Sahib dikhianati oleh saudara Raja Powain. Gerakan melemah setelah
kematiannya dan para pengikutnya dihancurkan. Tentara juga telah dikirimkan ke
Jhansi di bawah Sir Hugh Rose, di mana Rani, berpakaian senjata kiriman, berjuang
pada barisan terdepan dari pasukannya. Jhansi direbut pada bulan April 1858,
meskipun Rani dan komandannya yang berani, Tantia Topi melepaskan diri. Rani
pergi ke Gwalior dan bertempur pada pertempuran lain, dalam mana ia meninggal
di pertempuran di barisan paling depan dari pasukannya. Tantia Topi kembali
melepaskan diri untuk bertempur secara gerilya untuk beberapa tahun, sampai ia
pada akhirnya dikhianati oleh seorang dari sesama pejuang, ditangkap dan
digantung. Nana Sahib melarikan diri dan tidak terdengar lagi.
Delhi merupakan pusat gerakan nasional. Inggris mengepungnya pada
tanggal 8 Juni, tetapi tidak membuat kemajuan. Kaum nasionalis menggunakan
untuk bangkit, berjuang dan mundur. Mereka menyerang pada tengah malam dan
mengakibatkan kerugian besar di pihak Inggris. Akhirnya kaum Sikh datang dalam
jumlah yang besar pada awal bulan September dengan banyak meriam. Jendral John
Nicholson menyerang secara besar-besaran pada tanggal 14 September dan
menggempur lewat tembok-tembok. Ia dibunuh dalam aksinya, tetapi Inggris
merebut kota dan menjarahnya. Menurut Asadullah Khan Ghalib, penyair Urdu
yang besar yang sedang bersembunyi di Delhi pada saat itu, kejadian-kejadian
berikutnya berbalik menjadi pertumpahan darah. Sembilan putra Sultan digantung
dan kepala-kepala mereka dipertontonkan di hadapannya di atas sebuah nampan.
Ini menghancurkan hati Sultan dan ia menyerahkan diri. Ia dikirim sebagai tawanan
negara ke Rangoon, di mana ia meninggal beberapa tahun kemudian.
Revolusi India ditindas dengan kejam dan hukuman-hukuman dibagikan
kepada mereka yang masih hidup tidak sejalan dengan kekerasan mereka. Orang
yang tidak bersalah menderita kesalahan. Seluruh pedesaan dibakar hanya
berdasarkan kecurigaan saja. Para penguasa diyakinkan bahwa ini bukan melulu
sebuah pemberontakan, tetapi sebuah kebangkitan nasional pada suatu skala yang
besar. Ia gagal karena tidak dikoordinasikan dan karena tidak ada pemimpin
terkenal untuk mengambil sebuah komandan pusat. Sejak kaum Muslim sudah
mengambil suatu peranan kepemimpinan, dan kaum Muslim sama halnya dengan
orang-orang Hindu telah menyatakan bahwa Bahadur Shah sebagai Sultan India,
Inggris sangat keras terhadap orang-orang Muslim setelah semuanya berlalu.
Akibatnya adalah bahwa kaum Muslim menyusut dari mereka dan menolak untuk
bekerjasama. Mereka menolak penunjukan-penunjukan, pendidikan, dan anugerah.
Akibatnya adalah bahwa orang-orang Hindu yang lebih kooperatif membuat
kemajuan dalam pendidikan, dalam jabatan-jabatan yang lebih tinggi dalam
perdagangan, dan kemudian mengambil bagian dalam perkembangan politik.
Dengan melihat apa yang sudah terjadi, Parlemen membubarkan Kumpeni
dan mengambil alih pemerintah India. Proklamasi Ratu dibacakan di Allahabad
pada tanggal 1 November 1858. Rakyat diijinkan memiliki hak-hak mereka;
pengampunan diberikan kepada semua kecuali mereka yang telah membunuh
orang-orang Inggris; para raja dijanjikan status mereka sebelumnya; kemerdekaan
beragama yang lengkap dijamin; dan partisipasi yang perlahan-lahan dalam
pemerintahan negeri diumumkan juga. Orang-orang India dijanjikan bahwa hormat
yang selayaknya akan dibayar untuk hak-hak lama, pemakaian dan adat istiadat
India. Juga diberikan agar tidak ada pembedaan ras atau keyakinan dan bahwa
orang-orang India akan secara bebas diakui untuk jabatan sesuai dengan
kemampuan-kemampuan mereka.
B. INDIA DI BAWAH MAHKOTA (1858-1900) (Dari Canning – Curzon)
(1). Lord Canning (858-1862) (cf. Sachchidananda Bhattacharya, 1967, pp. 194-195).
Revolusi sudah berlalu; bangsa India sudah mencoba untuk menggulingkan
penindasan asing, tetapi mereka telah gagal. Usaha itu ditakdirkan gagal karena dua
alasan pokok – sudah terlalu lambat dan tidak dikoordinasi. Tetapi itu meninggalkan
pada anak benua suatu keadaan tidak tertib. Inggris harus memikul satu, hukuman
dari mereka yang sudah berani ambil bagian dalam huru hara nasional dan kedua
pembangunan kembali hukum dan tata tertib.
Lord Canning menyelenggarakan kedua tugas itu dalam sebuah cara yang
cerdik. Hukuman yang berat menempatkan sebuah ketakutan terhadap Inggris di
hati rakyat. Seluruh pasukan Benggala lebih dari satu laksha prajurit dibubarkan.
Mayoritas mereka berasal dari barat laut, yang sekarang bernama Uttar Pradesh, dan
sebagian besar dari mereka adalah kaum Muslim. Orang Sikh dan Gurka yang setia
didaftar dalam jumlah besar. Proporsi orang Inggris dalam pasukan juga sangat
ditingkatkan. Semua opsir adalah orang-orang Inggris, tetapi secara pelan-pelan
Komisi Raja Muda diperkenalkan, yang mana mempunyai tiga tingkatan: Jumedar,
Subedar dan Subedar Mayor. Gaji tingkatan itu rendah, tetapi memberi suatu jumlah
prestise tertentu. Para opsir yunior adalah sebuah mata rantai yang perlu antara para
opsir Inggris dengan pasukan.
Sejumlah besar uang sudah dibelanjakan untuk menindas revolusi, demikian
ekonomi negeri tidak seimbang. Lord Canning meminta dua ahli dari Inggris untuk
menata keuangan anak benua dalam ketertiban. Ekonomi dibuat, pajak-pajak baru
diberlakukan, dan sumber-sumber baru pendapatan ditemukan. Perkebunan teh
dimulai oleh Inggris di Assam dan konsesi-konsesi diberikan kepada para
pengusaha perkebunan Inggris untuk menanam kopi di pegunungan Nilgiri di
selatan. Laporan-laporan oleh Sir Charles Wood dan John Adams tentang
pendidikan, dibuat pada tahun 1854 diberlakukan dan tiga universitas dimulai di
Calcutta, Bombay dan Madras. Jumlah kolese-kolese tumbuh. Pada tahun 1861 the
Indian Councils Act disahkan dan dinominasi para anggota ditunjuk untuk Dewan
Legislatif Raja Muda. Dewan Legislatif yang lebih kecil dibangun di propinsipropinsi. The Indian Penal Code, dirancang oleh Lord Macaulay, lalu diperkenalkan
di kota-kota propinsi Capai oleh pekerjaan berat yang menimpanya selama revolusi
dan sesudahnya, Canning pensiun pada 1862. Ia meninggal beberapa bulan
kemudian.
(2) Lord Elgin (1862-1863) Lord Canning digantikan oleh Lord Elgin (Mahmud, 1988,
p. 229), yang hanya tinggal untuk dua tahun lamanya untuk menyelesaikan karya
Canning. Ada dua peristiwa penting pada waktunya. Dost Muhammad meninggal
pada tahun 1863 dan tahtanya diperebutkan oleh putra-putranya. Dan Inggris tidak
campur tangan. Kedua, orang Muslim yang sudah diperlakukan dengan kejam
setelah revolusi, memberontak di Punjab dan perbatasan. Gerakan ini diberi nama
Gerakan Wahhabi, tetapi sesungguhnya adalah kelanjutan dari gerakan yang telah
mulai di bawah semangat Shah Abdul Aziz dari Delhi dan muridnya Sayyid Ahmad
Brelvi. Karya Shah Abdul Aziz dilancarkan di
Delhi oleh cucunya, Shah
Muhammad Ishaq. Di antara murid-muridnya Sayed Ahmad Khan (kemudian dari
Aligarh) dan Haji Imdadullah. Haji Imdadullah berjuang dengan para pengikutnya
yang setia Moulvi Muhammad Qasim dan lainnya dalam revolusi terakhir, tetapi
telah pindah ke Mekah pada 1858. Ia telah tinggal di Mekah tetapi para pengikutnya
telah kembali kemudian untuk mendapati Pesantren Muslim dari Deoband (1284
Hijriah). Moulvi Wilayat Ali dari Patna sementara itu melaksanakan karya politik
yang dimulai oleh Sayyid Ahmad Brelvi. Perang yang kejam melawan apa yang
disebut Wahhabi berhasil. Para pemimpin ditangkap dan dipenjarakan di Ambala
pada 1864, setelah mana kebanyakan dari mereka dikirim ke Andaman.
(2). Lord Lawrence (1864-1869) (cf. Sachchidananda Bhattacharya, 1967, p. 545). Elgin
digantikan oleh Sir John, selanjutnya Lord Lawrence yang sudah bekerja sebagai
komisaris utama di Punjab setelah revolusi 1857. Ia adalah anggota pegawai sipil
yang berpengalaman dan cakap. Sebuah bahaya kelaparan yang besar terjadi di
Orissa pada 1865-1866 dan sejuta orang meninggal. Meski usaha-usaha sudah dibuat
untuk meringankan rakyat, komunikasi tidak bagus seperti sekarang, dan banyak
yang menderita. Di barat laut Sher Ali, salah seorang putra Dost Muhammad
meminta Lord Lawrence membantu melawan saingan-saingannya dalam
perjuangannya untuk pergantian tahta, tetapi Lord Lawrence tidak akan
menyimpang dari kebijakan umum Inggris untuk tidak campur tangan. Sher Ali
memenangkan tahta pada pihaknya sendiri, tetapi tidak melupakan bahwa Lord
Lawrence tidak membantu dia dalam keperluannya. Pada tahun 1865 pasukan harus
dikirim ke Bhutan untuk memadamkan pemberontakan. Negeri itu berpegunungan,
dan meskipun pasukan Inggris mendapati kesulitan orang-orang Bhutan akhirnya
dikalahkan. Lawrence menghabiskan banyak uang untuk keperluan pekerjaanpekerjaan umum, memperluas jaringan kereta api, membangun terusan-terusan,
memulai Departemen Kehutanan, dan mengambil langkah-langkah untuk
memperbaiki nasib petani.
(3) Lord Mayo (1869-1872). Lord Mayo (cf. Majumdar, 1958. p. 832) menggantikan
Lord Lawrence pada tahun 1869. Pencapaiannya yang besar adalah bahwa ia
mendesentralisasikan keuangan. Sebelumnya semua keuangan dikontrol oleh Pusat.
Propinsi-propinsi harus menulis kasus-kasus, meminta uang, dan membelanjakan
apa yang dapat mereka peroleh. Lord Mayo membuat propinsi-propinsi
bertanggung jawab untuk administrasi keuangan mereka sendiri. Ia memperbaharui
administrasi penjara dan memperbaiki hubungan antara para raja India dan
Pemerintah India. Untuk mendidik para putra raja dan kepala suku, Chief’s College
dibangun di Lahore, Rajkot dan Ajmer. Pencapaiannya yang terbesar, sejauh yang
dikehendaki kaum Muslim, adalah dorongan yang diberikan kepada Sir Sayyid
Ahmad Khan untuk membangun M.A.O. College di Aligarh pada tahun 1875. Ia juga
membangun sebuah Departemen Pertanian dan mengambil langkah-langkah untuk
memperbaiki metode-metode pertanian. Pertemuannya dengan Amir Sher Ali di
Ambala pada 1869 juga penting untuk memperbaiki hubungan. Ia ditikam oleh
seorang tahanan Pathan di Andaman pada 1872, ketika ia berkunjung ke sana.
(4) Lord Nothbrook (1872-1876) Raja Muda berikutnya adalah Lord Northbrook (cf.
Trotter, 1917, pp. 404-411). Ada tiga kejadian yang penting pada masa
pemerintahannya. Pertama adalah bahaya kelaparan di Benggala dan Bihar tahun
1873-1874. Waktu ini Pemerintah pusat mempunyai pengalaman lebih dan mengatur
kerja perbaikan yang baik. Kedua adalah pengadilan Malhar Rao, Gaikwar dari
Baroda, yang dituduh meracuni Residen Inggris, dan salah memerintah. Sir Dinkar
Rao, menteri utama Baroda dan sesudah seorang anggota Dewan Legislatif Raja
Muda, dan tiga anggota Inggris mendengar pemeriksaan pengadilan di bawah
Hakim Utama Benggala. Gaikwar dibebaskan dari tuduhan meracuni tetapi dicopot
karena pemerintahan yang buruk. Seorang anggota muda dari keluarga Gaikwar
ditempatkan dalam gaddi pada tempatnya. Selanjutnya ia (Sir Sayaji Rao) menjadi
terkenal sebagai seorang penguasa yang progresif. The Prince of Wales (sesudah itu
Raja Edward VII) mengunjungi India pada tahun1875 dan disambut hangat oleh
rakyat. Kemudian Lord Northbrook mempunyai sebuah perbedaan dengan
Parlemen atas isu perdagangan bebas. Sistem perdagangan ini berarti bahwa barangbarang dibiarkan keluar sebuah negeri atau masuk ke dalamnya, tanpa suatu
kewajiban impor atau ekspor. Northbrook berpikir bahwa itu akan berbahaya bagi
kepentingan bangsa India jika tidak ada kewajiban impor diberlakukan terhadap
barang-barang yang datang, ketika manufaktur India kemudian tidak akan mampu
bersaing dengan barang-barang Inggris. Ia menuntut sebuah kewajiban impor yang
kecil, tetapi karena oposisi dari Pemerintah Inggris terhadap politiknya, ia
mengundurkan diri segera sesudah itu. Ia digantikan oleh Lord Lytton Kemudian
tahun itu Sir Robert Sandeman, seorang politisi yang kenamaan, memperoleh sebuah
jaminan dari Khan dari Kalat untuk membuka stasiun perbatasan di Quetta. Stasiun
ini kemudian menjadi sebuah daerah bagian yang terkenal dan mengawasi Celah
Bolan. Ia memberi Inggris pintu lain lewat mana jika perlu untuk masuk ke
Afghanistan
(5) Lord Lytton (1876-1880). Lord Lytton (cf. Trotter, 1917, pp. 412-417) menjadi Raja
Muda pada tahun 1876 dan pada tahun 1877 ada sebuah Durbar besar di Delhi, di
mana dinyatakan bahwa Ratu Victoria adalah Maharani India. Segera sesudah itu
kesulitan pecah di Afghanistan. Sudah dikatakan di atas bahwa Lord Lawrence tidak
mendukung Amir Sher Ali. Kemudian Sher Ali bertemu dengan Lord Mayo di
Ambala dan hubungan baik dibangun di antara mereka, tetapi Northbrook tidak
berjanji membantu Sher Ali dalam kasus kebutuhannya. Demikian Sher Ali tidak
diatur dengan baik sekali dengan Inggris. Sekarang Rusia membuat kemajuankemajuan kepadanya dan ia menjadi bersahabat dengan negeri itu. Raja Muda
memperhatikan ini dan menyatakan suatu keinginan untuk mengirim seorang opsir
Inggris untuk mendiskusikan permasalahan itu dengan Amir Sher Ali. Amir
menolak pemberian itu, mengingat ia mempunyai suatu penerimaan yang baik
dengan utusan Rusia. Atas hal ini, Lord Lytton menyatakan perang pada
Afghanistan dan tiga pasukan di bawah Jendral Roberts, Sir Samuel Brown, dan
Jendral Stewart dikirim ke Afghanistan pada tahun 1878. Sher Ali lari ke Turkestan.
Inggris memasuki suatu perjanjian dengan anaknya Yaqub Khan di Gandamak pada
1879, dengan mana Yaqub Khan setuju untuk menerima seorang Residen Inggris di
Kabul dan agen-agen Inggris di Herat, pada perbatasan Afghan barat laut, dan di
Qandhar. Ia dijanjikan sebuah subsidi enam laksha rupee setahun.
Tetapi orang-orang Afghan tidak bermurah hati terhadap Inggris yang
sedang berada di ibu kota mereka, sehingga pada bulan September 1879 sebuah
kelompok memasuki rumah Residen, Sir Louis Cavagnari, dan membunuhnya
beserta stafnya. Lord Lytton segera mengirim Jendral Sir Roberts dan Jendral Stewart
ke sana dengan sebuah pasukan. Saat ini orang-orang Afghan berjuang keras, dan
Ayyub Khan, putra Sher Ali, mengalahkan Inggris dalam pertempuran Maiwand,
dan menimbulkan kehilangan besar. Oleh karena itu Jendral Roberts menyerbu
untuk membebaskan Qandhar di mana agen Inggris dan sebuah pasukan kecil
dikepung oleh Ayyub Khan. Pada bulan April 1880, Gladstone menjadi PM Inggris.
Ia adalah seorang liberal dan tidak menyukai peperangan. Ia sampai pada syaratsyarat dengan Abdur Rahman, sepupu Amir Sher Ali. Inggris meninggalkan
Qandhar, dan Amir Abdur Rahman ditempatkan di atas tahta (1880). Ia tetap
bersahabat dengan Inggris dan memerintah sampai 1901, ketika ia digantikan oleh
putranya Amir Habibullah Khan.
Pada tahun 1878 the Vernacular Pers Act disahkan, yang mana sangat
memperkecil kebebasan menyatakan pendapat dalam surat kabar yang dicetak
dalam bahasa-bahasa nasional. Dengan the Arms Act yang disahkan pada tahun yang
sama orang-orang India dihentikan membawa senjata tanpa ijin. Tindakan-tindakan
itu sangat ditentang di seluruh anak benua. Ada bahaya kelaparan lain pada 18761877 di Bombay dan Madras serta Mysore, dan kira-kira lima belas laksha orang
dikabarkan meninggal. Ada kehilangan besar penghasilan yang berkaitan dengan
kegagalan panen dan langkah-langkah perbaikan yang biayanya di atas sepuluh
crore. Pemerintah Lord Lytton oleh karena itu menunjuk sebuah Komisi Bahaya
Kelaparan, yang mana merekomendasi konstruksi jalan, rel kereta api, dan tangkitangki; rencana-rencana irigasi baru dan gerakan-gerakan yang lebih baik dari bijihbijihan dari daerah surplus ke daerah-daerah yang terkena Langkah-langkah itu
dibawa ke suatu perluasan yang besar dan membantu untuk menyelamatkan
kehidupan dan kurban dalam bahaya kelaparan tahun 1896 dan 1899. Desentralisasi
lebih lalu diakibatkan pada masalah-masalah keuangan dan langkah-langkah
ekonomi diperkenalkan pada departemen militer. Kewajiban adat tertentu diganti,
seperti kewajiban atas garam, dan pajak pendapatan dikenalkan sebagai pengganti.
Langkah-langkah itu terbukti sebuah penyelamatan besar.
(6) Lord Ripon (1880-1884). Lord Ripon yang menggantikan Lord Lytton pada 1880,
adalah seorang negarawan yang bijaksana (cf. Trotter, 1917, 417-418). Ia mengambil
banyak tindakan untuk memperbaiki sejumlah besar orang India. Ia menghapuskan
undang-undang pers pribumi yang dibenci, sangat mendorong pendidikan, dan
mulai mengangkat orang India pada jabatan-jabatan tinggi dalam Pemerintahan. Ia
mencoba untuk mensahkan Ilbert Bill, dengan mana ia mengharapkan untuk
memberi ijin kepada para hakim India untuk mengadili orang-orang Eropa dalam
peradilan mereka. Tetapi ada oposisi terhadap langkah ini oleh orang-orang Eropa di
India sehingga Raja Muda harus menundanya (1883-1884). Pada saat itu Raja Mysore
dikembalikan ke tahtanya.
Pencapaian terbesar adalah perluasan rencana pemerintahan sendiri lokal.
Ada kota-kota madya dalam kota-kota India yang lebih besar yang mengurusi
masalah-masalah lokal mereka sendiri, mengumpulkan octroi dan kewajibankewajiban lain dan mengatur pelayanan sosial dan pelayanan lainnya, seperti
pendidikan, kesehatan, jalan-jalan, penerangan, air dan sanitasi. Di bawah Lord
Dalhousie (1865) dewan-dewan distrik sudah ada, Lord Ripon memberi kuasa kotakota madya di semua kota dan memberi mereka kekuasaan-kekuasaan yang lebih
besar. Mereka menjadi badan-badan fakultatif dan ia memperluas cakupan mereka.
Ini memberi rakyat pengalaman dalam bertanggung jawab dan dalam belajar untuk
memerintah diri mereka sendiri dalam hal-hal kecil. Lagi pula mempertemukan
tokoh-tokoh publik India dan para pejabat Inggris bersama-sama. Lord Ripon juga
mengangkat Komisi Hunter pada tahun 1882 dan sebagai hasil dari penemuanpenemuannya pendidikan dasar diperluas. Komisi Hunter juga mengangkat
keadaan buruk kaum Muslim ke permukaan. Lord Ripon selayaknya dipertahankan
dalam penghargaan oleh orang-orang India . Ia digantikan oleh Lord Dufferin.
(7) Lord Dufferin (1884-1888) (Mahmud, 1988, 233-234) Beberapa kejadian penting
yang terjadi selama Lord Dufferin berkuasa muncul pada tahun 1884. Pertama
adalah Perang Burma III (1885-1886). Raja Burma, Thibaw sekarang hanya memiliki
propinsi-propinsi tengah Mandalay dan Burma Utara di bawahnya. Ia menentang
Inggris di Burma (Lower) dan membebani kewajiban-kewajiban yang luar biasa
Kongsi Dagang Inggris di Burma, yang beroperasi di Burma Utara. Lord Dufferin
memprotes tetapi raja tidak peduli. Raja Muda mengirim sebuah pasukan ke
Mandalay, dan Thibaw, yang tidak mempunyai kekuatan militer, menyerah dan
dikirim sebagai seorang tawanan negara ke India. Mandala diambil. Ada suatu
perjuangan gerilya di Burma Utara, tetapi pada tahun 1890 bagian Burma lainnya
direbut. Pada tahun 1897 Burma Utara dan Selatan digabungkan dan ditempatkan di
bawah seorang Letnan Gubernur Jendral. India dan Burma disatukan untuk
membentuk Imperium India.
Lord Dufferin sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat dan mensahkan
the Bengal Tenancy Bill, yang merumuskan dan memperbaiki syarat-syarat atas mana
para petani hidup di bawah tuan tanah yang menggenggam mereka. A Factory Act
juga disahkan yang mana memperkecil jam kerja kaum buruh. Anak-anak di bawah
usia sembilan tahun dilarang bekerja di pabrik-pabrik. Pada tahun 1886 Dufferin
juga menunjuk sebuah Komisi Pelayanan Umum untuk mengusulkan sebuah
rencana untuk memperluas layanan-layanan sipil. Sesuai dengan itu, ujian-ujian
saringan tahunan diselenggarakan di London untuk the Indian Civil Services (ICS =
pegawai negeri sipil) dan dalam ibu-ibu kota propinsi untuk layanan Propinsi. Ny.
Dufferin memulai sebuah yayasan disebut Lady Dufferin’s Fund sesudahnya. Dengan
uang yang demikian besar, Lady Dufferin Hospital dibangun di semua kota besar.
Bahkan wanita yang paling miskin diterima di rumah-rumah sakit itu dan mereka
diperlakukan dengan baik di situ. Dokter-dokter wanita dipekerjakan di rumahrumah sakit itu.
Kongres 1885 (cf. Wolpert, 1989, 250-264) Peristiwa lain dari periode jabatan
Dufferin adalah didirikannya Kongres pada 1885 (the Indian National Congress).
Universitas-universitas India telah menghasilkan sebuah generasi baru orang-orang
India terdidik, yang sudah membaca karya filsuf politik Inggris dan daratan Eropa
dan sudah dipenuhi oleh ide-ide nasional. Orang-orang yang bersemangat
kerakyatan (awalnya kebanyakan dari Bombay) bergabung untuk membentuk
Kongres. Pada awalnya orang-orang Inggris yang berpikiran liberal seperti Sir Allan
Hume, Sir Henry Cotton dan yang lain membantu organisasi baru itu. Tiga orang
India menerima penghargaan umum untuk karya mereka dalam kaitan ini. Mereka
itu adalah Sir Dadabhai Naroji dari Bombay, G.K. Gokhale, juga dari Bombay, dan
Surendranath Bannerji dari Calcutta. Kongres bersidang secara teratur dan setelah
mendiskusikan masalah-masalah orang India, kebanyakan sosial, mensahkan
resolusi yang merekomendasikan langkah-langkah tertentu terhadap Pemerintah.
Badan itu hanya menjadi sebuah badan politik yang sangat perlahan-lahan. Pada
1887 Pesta Emas Ratu Victoria dirayakan.
(8) Lord Landsdowne (1888-1894). Lord Lansdowne adalah Raja Muda berikutnya,
dan dalam periode jabatannya perbatasan antara Afghanistan dan India ditetapkan
oleh Sir Mortimer Durand, yang mana setelahnya disebut Durand Line (cf. Wolpert,
1989, 68). Lord Lansdowne harus mengambil tindakan militer di kerajaan Manipur
di Assam, yang panglimanya telah membunuh beberapa orang Inggris, termasuk
Mr. Quinton komisaris utama Assam, yang sedang berkunjung ke sana. Panglima
itu ditangkap dan digantung. Kejadian lain yang perlu dicatat pada periode ini
adalah disahkannya the Indian Councils Act, dengan mana jumlah anggota Dewan
Legislatif dinaikkan. Para anggota itu dipilih oleh komite kota madya, dewan-dewan
distrik, universitas-universitas, dan badan-badan umum lainnya.
(9) Lord Elgin yang Kedua (1894-1899) Raja Muda berikutnya adalah Lord Elgin
yang Kedua, yang adalah putra Lord Elgin, Raja Muda yang hanya menjabat untuk
masa satu tahun. Kesulitan muncul di Citral pada waktunya (1895), dan menyebar ke
bagian lain dari daerah suku itu. Orang-orang Afridi menutup Celah Khyber. Ada
pertempuran sengit dan karena daerah berpegunungan sejumah besar tentara
terlibat. Tetapi pada tahun 1897 pemberontakan ditindas, perbentengan suku-suku
dihancurkan, dan seluruh wilayah kembali tertib. Pada tahun 1896 sebuah epidemi
yang mengerikan muncul di Bombay, yaitu penyakit pes. Perawatan medis dan
perbaikan belum secara khusus diatur dan sejumlah besar orang meninggal, tetapi
perlahan-lahan epidemi dapat diatasi. Sebuah bahaya kelaparan terjadi kira-kira saat
ini membuat hal-hal lebih buruk. Kenyataannya waktu Lord Elgin adalah sebuah
kesulitan dan penderitaan di seluruh negeri.
(9) Lord Curzon (1899-1905)(cf. Mulia, 1959, 154-162) Pengganti Lansdowne adalah
Curzon. Lord Curzon berpendidikan, terpelajar, banyak bepergian; menjelajah India,
Afghanistan, dan Persia sebelumnya. Ia juga telah mempelajari masalah-masalah
negara-negara itu dan menulis sebuah buku tentang Persia, yang mana banyak
dihargai. Segera setelah kedatangannya ada bahaya kelaparan lain di negeri itu,
tetapi ia mengambil langkah-langkah keras dan mengendalikan situasi. Ratu yang
sudah usur meninggal pada tahun 1901 dan pada 1903 Lord Curzon
menyelanggarakan Durbar di Delhi untuk mengumumkan Raja Edward VII sebagai
Maharaja India.
Lord Curzon menyatakan bahwa orang-orang Pathan dari perbatasan, rakyat
yang galak, sombong dan bebas, memperoleh penanganan khusus. Karena
kompleksitas suku dari rakyat itu banyak masalah lokal yang tidak sejajar dengan di
mana pun yang ada di India. Negeri itu hampir tandus dan orang-orang gunung
hanya dapat hidup dari merampas dan menjarah. Lord Curzon ingin
mengembangkan daerah itu, membangun jalan dan kereta api, mengembangkan
pertanian, dan mengenalkan pendidikan. Oleh karena itu ia membuat daerah
perbatasan itu menjadi sebuah propinsi terpisah, the North-West Frontier Province
(NWFP)(cf. Majumdar, 1958. pp. 902-903), dan memberikan pemerintahannya ke
tangan seorang komisaris utama yang cakap (1900).
Di ujung lain dari anak benua terletak daerah Benggala yang sangat luas dan
padat penduduknya. Daerah itu ada di timur Gangga tidak dikembangkan secara
khusus dan rakyatnya terbelakang. Para pemilik yang amat kuat dari daerah itu
hidup di Calcutta dan menelantarkan kesejahteraan rakyat. Lord Curzon
memutuskan untuk membagi daerah itu menjadi dua bagian (cf. Lamb, 1964, p.76; cf.
Kulke & Rothermund, 1986, p.280); Benggala Barat yang akan mencakup Bihar dan
Orissa, dan Benggala Timur dari yang mana Assam akan menjadi bagian di
dalamnya. Calcutta menjadi ibu kota Benggala Barat dan Dacca ibu kota Benggala
Timur. Rakyat Benggala Timur kebanyakan kaum Muslim, dan ia berpikir mereka
akan mengembangkan sebuah rasa tanggung jawab bila ditinggalkan bagi mereka
sendiri, dan membangun lembaga-lembaga sosial mereka sendiri. Ini bukan sebuah
langkah yang bijaksana, tetapi kaum Benggali yang terdidik, kebanyakan orangorang Hindu tidak menyukainya. Mereka protes menentangnya sebegitu lama
sehingga pada tahun 1911 pembagian dihapuskan. Assam, Bihar, dan Orissa
dijadikan propinsi-propinsi terpisah. Pada tahun 1903 Lord Curzon mengirim
sebuah ekspedisi ke Tibet karena ia mencurigai orang-orang Tibet dihasut oleh Rusia
melawan Inggris, tetapi Cina mendaku bahwa Tibet ada dalam lingkup pengaruh
dan tidak sesuatu pun muncul dari ekspedisi ini. Tetapi Lord Curzon
mengumpulkan ganti rugi.
Lord Curzon terkenal untuk langkah-langkah sosial. Minat terbesarnya
dalam pendidikan membuahkan hasil, karena ia menemukan setelah sebuah studi
dari Universitas Calcutta bahwa universitas-universitas India belum berkembang
sebagai lembaga-lembaga pengajaran. Mereka hanya menguji mesin-mesin.
Pengajaran dilakukan secara terpisah oleh kolese-kolese. Tidak ada asrama-asrama,
dan para mahasiswa tidak disiplin atau perasaan kesatuan atau loyalitas kepada
universitas. Ia mengangkat sebuah komisi pada tahun 1904, dan segera the Indian
Universities Act disahkan, yang mana merekomendasikan penunjukan Wakil Ketua
Penanggung Jawab buat universitas-universitas. Dengan pengeluaran kolese-kolese
dihubungkan dengan universitas-universitas dan ketentuan-ketentuan dibuat pada
semua universitas untuk pengajaran yang lebih tinggi untuk dikerjakan oleh para
profesor terpilih. Perbaikan-perbaikan dibuat pada sekolah-sekolah dasar dan
menengah dan sekolah-sekolah khusus dibuka utuk para pemimpin India. Ia juga
membangun Victoria Memorial di Calcutta.
Pujian diberikan kepada Lord Curzon karena mensahkan the Ancient
Monument Preservation Act. Untuk pertama kalinya dengan undang-undang itu
Pemerintah bertanggung jawab untuk mempertahankan bangunan-bangunan
bersejarah India. Seorang direktur jendral arkeologi diangkat. Kewajibankewajibannya bukan hanya untuk melindungi monumen dan bangunan kuno tetapi
juga untuk menyelidiki situs-situs yang tertimbun. Direktur Jendral pertama adalah
Sir John Marshall, yang dengan stafnya membuka kota Taxila yang terkubur dan
kemudian kota-kota lama dari peradaban lembah Indus yang tertimbun.
Lord Curzon bekerja banyak untuk memperbaiki nasib petani, ia
memperkecil pajak garam menjadi separohnya dan mensahkan the Punjab Land
Alienation Act untuk menyelamatkan para petani dari genggaman lintah darat, yang
kebanyakan adalah orang-orang Hindu yang bukan petani. Bania sekarang tidak
dapat menyita tanah petani pengganti hutang. Curzon juga memulai bank-bank
kredit koperasi bagi masyarakat dan pertanian untuk meminjamkan uang kepada
para petani miskin dengan bunga rendah bila mereka membutuhkannya untuk
tujuan-tujuan pertanian yang mendasar. Departemen pertanian mulai membuka
pusat-pusat riset di mana pengalaman-pengalaman dibuat dengan metode bertani
yang lebih baik. Sebuah departemen perdagangan dan industri juga dibuka untuk
mendorong perdagangan dan industri anak benua. Lord Curzon juga memperbaiki
departemen kepolisian, menaikkan gaji para opsir polisi, dan memberi alat-alat
untuk pelatihan khusus mereka.
Lord Curzon mengundurkan diri karena isu posisi panglima perang India. Ia
menghendaki panglima perang tunduk kepada Raja Muda, tetapi Menteri Koloni
India menghendaki panglima perang bertanggung jawab secara terpisah kepadanya.
Curzon berkeberatan akan hal ini dan oleh karenanya mengundurkan diri (Mahmud,
1988,pp. 237-238). Ia adalah orang yang berkemampuan luar biasa dan mengerjakan
banyak hal untuk anak benua, tetapi ia berwatak sombong dan tidak menghargai
ambisi orang India yang sedang berkembang. Kenyataannya ia meragukan opini
publik dan tidak memikirkan sejumlah besar gerakan swadeshi yang dimulai pada
tahun 1905 sebagai sebuah protes menentang pembagian Benggala. Gerakan ini
menuntut boikot barang-barang Inggris dan mendesak rakyat untuk memakai kain
katun dalam negeri , bernama khaddar. Curzon tidak percaya akan pemerintahan
sendiri India. Ia bahkan tidak percaya bahwa iklim politik sedang berubah di India,
sementara menurut janji yang dibuat pada tahun 1858, ketika Mahkota mengambil
oper anak benua, waktunya sudah datang ketika bangsa India akan dihubungkan
dengan pemerintah dari tanah air mereka sendiri. Oleh karenanya ia sangat tidak
populer di anak benua.
Penutup
Sejak awal abad XIX Kumpeni India Inggris telah memperkenalkan kepada
bangsa India berbagai pembaharuan: sosial, politik, pendidikan, transportasi, irigasi
tentu saja yang sesuai dengan kepentingannya. Untuk kepentingan politik anak
benua India dikendalikan dan diatur oleh seorang Gubernur Jendral. Pencaplokan
berbagai wilayah tidak terkendali, banyak penguasa lokal yang kehilangan
kekuasaan dan pengaruh dari rakyatnya, banyak anggota pasukan yang dilucuti
senjata dan dibubarkan dari kesatuannya, orang Islam dan orang Hindu
dikecewakan oleh adanya pembaharuan-pembaharuan yang diberlakukan oleh
Kumpeni India Inggris. Dengan kata lain orang India secara keseluruhan diantarkan
ke satu perasaan senasib sepenanggungan. Kekecewaan itu dimanifestasikan dengan
terjadinya the Indian Mutiny. Peristiwa ini di samping membuat Inggris terpana,
keberadaan Inggris digoyahkan pada sendi-sendi fundasinya, Inggris menjadi sadar
akan kerapuhannya dan akibatnya, setelah Kumpeni India Inggris dibubarkan dan
digantikan oleh Pemerintah Kolonial Inggris, dan negeri koloninya makin erat
digenggam. Kendati demikian Pemerintah Kolonial Inggris di India harus selalu
berjaga-jaga dan siaga mempertahankan keberadaannya dari rongrongan bangsa
India dan juga dari pengaruh luar.
Daftar Pustaka
Kulke, Hermann and Rothermund, 1986, A History of India, New Jersey, Barnes &
Noble Books.
Lamb, Beatrice Pitney, 1964, India, A World In Transition, London, Frederick A.
Praeger, Publishers
Mahmud, S.F., 1988, A Concise History of Indo-Pakistan, Oxford, Oxford University
Press
Majumdar, R.C., 1958, An Advanced History of India, London, St. Martin’s Press
Sachchidananda Bhattacharya, 1967, A Dictionary of Indian History, New York,
George Braziller
Trotter, L.J., 1917, History of India, From The Earliest Times To The Present Day,
London, Society For Promoting Christian Knoledge.
Wolpert, Stanley, 1989, A New History of India, Oxford, Oxford University Press.
Download