BABII TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI 11.1. Tinjauan City Hotel 11.1.1. Definisi Hotel Terlepas dari sejarah perhotelan, secara harifah, kata hotel dulunya berasal dari kata hospitium ( bahasa Latin ), yang artinya ruangan tamu. Dalam jangka waktu lama kata hospitium mengalami proses perubahan pengertian yaitu menjadi Sesuai dengan hostel. perkembangan dan tuntutan orang -orang yang ingin mendapatkan kepuasan, kata hoste/lambat laun berubah menjadi hotel yang seperti yang kita kenal sekarang. Menurut Menteri Perhubungan, hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, pelayanan penginapan disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh berikut makan dan minum ( SK. MenHun.RI.No.PM 1O/PW.391/PHB-77). Menurut Peraturan gubernur Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta No. 41 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Usaha Hotel pasal 1 ayat (10), Hotel yaitu jenis usaha akomodasi menginap yang menyediakan tempat dengan perhitungan pembayaran harlan berbagai jenis fasilitas pelayanan dan fasilitas kamar untuk serta dapat menyediakan seperti fasilitas penyediaan makanan dan minuman, fasilitas konvensi dan pameran, fasilitas rekreasi dan hiburan, fasilitas olahraga dan kebugaran, fasilitas jasa layanan bisnis dan perkantoran, fasilitas jasa layanan keuangan, fasilitas perbelanjaan, serta pengembangan fasilitas penunjang lainnya yang diperlukan untuk aktivitas tamu dan pengtmjung. Menurut AHMA (American Hotel & Motel Association), hotel adalah suatu tempat dimana disediakan penginapan, makanan, miniman, serta pelayanan lainnya, untuk disewakan bagi para tamu atau orang - orang yang tinggal untuk sementara waktu. SK Menparpostel No. KM 37/PW.340/MPPT-86 tentang peraturan usaha dan pengelolaan hotel menyebutkan bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergtmakan sebagian atau seluruh bangtman untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. 11.1.2 Klasifikasi Hotel Bintang 4 Kriteria klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi dikeluarkan oleh peraturan pemerintah dan menurut Diljen Pariwisata dengan SK : Kep-22/UNI/78. Berikut klasifikasi hotel bintang 4 antara lain : a. Jumlah Kamar Hotel bintang empat (****) : 1. Jumlah kamar standar, minimum 50 kamar. 2. Kamar suite, minimum 3 kamar dengan luas minimum 48m2 • 3. Kamar mandi di dalam. 4. Luas kamar standar, minimum 24m2• b Jenis Tamu Jenis- jenis tamu yang menginap maksudnya adalah dari mana asal­ usul tamu menginap dengan Jatar belakangnya : I. Family Hotel Adalah tamu yang menginap bersama keluarganya. 2. Business Hotel Adalah tamu yang menginap para businessman, maka dengan dernikian diperlukan tata cara praktis dan cepat dalam pelayanan serta fasilitas business sebagai penunjang. 3. Commercial Hotel Adalah tamu hotel dari kalangan pengusaha. 4. Tourist Hotel Adalah tamu yang mengmap kebanyakan para wisatawan, baik domestic maupun luar negeri. c. Jenis kamar Jenis - jenis kamar yang tersedia sesuai dengan jenis tamu yang menyewa: 1. Standart room 2. Deluxe room 3. Suite room d. Fasilitas Definisi fasilitas hotel menurut Zakiah Daradjat "fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan." Menurut Suryo Subroto " fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang." Lebih luas lagi tentang pengertian fasilitas berpendapat, "fasilitas dapat diartikan sebagai segala Suhaisimi Arikonto sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Berikut fasilitas hotel bintang empat (****) : 1. Pool Table 2. Kolam renang 3. Restaurant 4. Bar 5. Room service 6. Meeting room 7. Internet service 8. Parking area 9. Laundry service 10. Massage and Reflexology 11. Fitness Center 12. Elevator and Shops in Hotel 11.2. Tinjauan Lokasi 11.2.1. Lokasi Tapak dan Tinjauan Kota Tua "'-"' :,.:.,:..,,"..,:': Gambar II.2.1.1. Lokasi Tapak Sumber : Dinas Tata Kota Lokasi tapak terletak di Jalan Hayam Muruk G!odok Jakarta Barat, yang bertempat pada bangunan HWI Glodok. Lokasi tapak ini merupakan bagian dari kawasan Kota Tua Jakarta. Berikut gambar kawasan Kota Tua Jakarta : Gambar II.2.1.2. Pela Kola Tua Jakarta Sumber : Guidelines Kola Tua Kota Tua Jakarta adalah daerah sebagai icon sejarah atau eagar budaya yang sangat penting, karena Kota Tua Jakarta merupakan budaya warisan yang harus dipertahankan serta dilestarikan. Kota Tua Jakarta memiliki identitas kawasan yang berbeda - beda, bentuk dan ragam bangunan yang memiliki karakter berbeda, serta ruang publik. Kota Tua adalah morfologi kota yang memiliki perjalanan sejarah yang amat panjang, 481 tahun. Dimulai dari sebuah kota yang diberi nama Jayakarta pada 1527,yang luasnya hanya 15 hektar dan berlokasi pada sisi barat sungai Ciliwung (Kalibesar). Dahulu dalam Kota Tua Jakarta terbagi dalam 4 sub zona yaitu : 1. Pusat Transportasi = Sunda Kelapa 2. Pusat Pemerintahan = Fatahillah 3. Pusat Perdagangan = Kali Besar 4. Downtown= Pecinan Gambar 1!.2.1.3. Peta sub zona Kota Tua Sumber : Guidelines Kota Tua Dan Seiring berkembangnya jaman kawasan Cagar Budaya Kota Tua ini terbagi dalam 5 zona berdasarkan SK. Gubemur DKI Jakarta No. 34 tahun 2005. Luas dari kawasan Cagar Budaya Kota Tua adalah 846 Ha : 1. Zona 1: ( Kawasan Sunda Ke1apa) : Karakter Bahari 2. Zona 2: ( Kawasan Fatahillah ) : Karakter Pusat Kota Lama & merupakan inti dari seluruh kawasan Kota Tua. 3. Zona 3 : ( Kawasan Pecinan) : Karakter Budaya-Etnis 4. Zona 4 : ( Kawasan Pekojan) : Karakter Budaya- Religius 5. Zona 5: ( Kawasan Peremajaan): Karakter Peremajaan baru Dan Tipo1ogi kawasan Kota Tua terdapat 4 Tipo1ogi bangunan yang dapat dibedakan sesuai masyarakat danjaman: 1. Bangunan masyarakat Ko1onial Eropa Gambar Il.2.1.4. Museum Bank Mandiri Sumber: Website Museum Jakarta 2. Bangunan masyarakat Cina Gambar II.2.1.5. Rumah Chandra Naya Sumber: Website Rumah Chandra Nava 3. Banguanan masyarakat Pribumi ( Kolonial Indische) Gambar II.2.1.6. Museum Wayang Sumber: Website Museum Jakarta 4. Bangunan Modem Indonesia ( International Style ) 11.2.2. Tinjauan Kawasan Pecinan Kawasan Pecinan adalah kawasan yang merujuk pada suatu bagian kota yang dari segi penduduk, bentuk hunian, tatanan sosial serta suasana lingkungannya merniliki ciri khas karena pertumbuban bagian kota tersebut berakar secara historis Kawasan Pecinan Jakarta adalah bagian dari zona Cagar Budaya Kota Tua Jakarta dimana Pecinan termasuk dalarn zona 3 Karakter Budaya- Etnis dengan Tipologi bangunan masyarakat cina. Kawasan Pecinan Kota Tua Jakarta merupakan salah satu kawasan perdagangan tertua dan terbesar di Kota Jakarta bahkan di Asia Tenggara dan sebagai permukiman bagi etnis Cina. Sesuai pengarnatan juga diperkuat dengan adanya klenteng di daerah tersebut, yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja tetapi juga memiliki peran yang besar dalarn kehidupan komunitas Cina di masa larnpau. Sarnpai saat ini di Kawasan Pecinan masih berdiri bangunan­ bangunan dengan aplikasi budaya Cina, yaitu dengan bentuk atap lengkung yang dalarn arsitektur Cina disebut atap pelana sejajar gavel. Bentuk atap yang ditemui di Kawasan Pecinan harnpir sarna dengan bentuk atap yang ditemukan di daerah Cina selatan. Karenan kebanyakan imigran-imigran Cina yang datang ke Indonesia merupakan irnigran yang berasal dari propinsi-propinsi di Cina bagian selatan seperti Fukien, Chekian, Kiang Si, dan Kwang Tung, karena propinsi-propinsi tersebut mempunyai tingkat kemakmuran yang rendah dan panen hasil pertanian mereka sering gaga! karena sering terkena bencana alarn (Lilananda 1998:9). Selain itu, ada juga bangunan pecinan dengan ciri tembok yang tebal, plafon yang tinggi, lantai marmer, dan beranda depan dan belakang yang luas hal ini menandakan adanya gaya Eropa atau arsitektur carnpuran Cina-Eropa dalarn bangunan yang terdapat di Kawasan Pecinan. Hal tersebut dikarenakan bangsa Belanda yang pemah masuk ke Indonesia. Seiring dengan revolusi Kota Tua Jakarta saat jaman Belanda, kawasan Pecinan Jakarta juga mengalami perubahan kawasan ini mempengaruhi perubahan lingkungan serta bentuk bangunan. 1. Perubahan lingkungan Dalam kawasan pecinan Jakarta perubahan lingkungan dilihat berdasarkan 5 zona utama kawasan pecinan antara lain : a. Landmark • Masa Kerajaan Hindu(< 1527) : Belum terdap,at landmark pada kawasan Pecinan karena pada masa ini belum terbentuk wujud fisik kawasan, hanya terdapat komunitas pedagang Cina. • Masa Kerajaan Islam (1527-1619) : Belum terdapat landmark karena pada Kawasan Pecinan hanya terdapat bangunan yang terbuat dari kayu dan gedek beratap jerami. • Masa Pemerintahan VOC (1619-1791) : Landmark kawasan adalah Klenteng Jin De Yuan yang merniliki bangunan arsitektur Cina yang khas dan berbeda dengan bangunan di sekitarnya. • Masa Peralihan ke Pemerintahan Baru (1791-1920) : Klenteng Jin De Yuan masih merupakan landmark kawasan karena merupakan bangunan klenteng utama di Kawasan pecinan. • Masa Perkembangan Jakarta Modem (1920-2009) : Sampai saat ini belum teljadi perubahan landmark kawasan, yaitu Klenteng Jin De Yuan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan dan peribadatan. Tahun 2009 Tahun 1850 Tahun 2009 Gambar II.2.2.1.1. Perubahan pada Jl. Pintu Kecil Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman Universitas Brawijaya b. Node • Masa Kerajaan Hindu (< 1527) :Belum terbentuk permukiman Cina. • Masa Kerajaan Islam (1527-1619): Pasar tradisional yang berada di sepanjang Kali Besar bagian barat merupakan node utama kawasan yang saat itu juga menjadi pusat perdagangan Kota Jakarta. • Masa Pemerintahan VOC (1619-1791) :Pasar tradisional tetap menjadi node utama kawasan tetapi terjadi perpindahan lokasi, yang awalnya berada di sepanjang Kali Besar bagian barat menjadi di Kawasan Glodok. Selain itu Klenteng Jin De Yuan juga menjadi node pada Kawasan Pecinan. • Masa Peralihan ke Pemerintahan Baru (1791-1920) : Pasar di Kawasan Glodok dan Klenteng Jin De Yuan masih menjadi node pada Kawasan Pecinan. • Masa Perkembangan Jakarta Modem (1920-2009) : Saat ini node utama di Kawasan Pecinan adalah Pasar Glodok komplek pertokoan yang dan Pasar Asemka berupa kegiatan perdagangan skala kota. Selain itu Klenteng Jin De Yuan dan Sekolah merupakan pusat Regina Pacis juga menjadi node lain di Kawasan Pecinan. Gambar II.2.2.1.2. Perubahan pada Jl. Toko Tiga Surnber: Skripsi: Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usrnan Universitas Brawijaya c. Path • Masa Kerajaan Hindu (< 1527) :Belum terbentuk permukiman Cina • Masa Kerajaan Islam (1527-1619) : Kali Besar merupakan path utama pada kawasan karena saat itu transportasi air digunakan sebagai jalur utama perdagangan di Kota Jakarta • Masa Pemerintahan VOC (1619-1791) : Kali dan kana!masih menjadi path utama pada kawasan yang juga berfungsi sebagai jalur distribusi perdagangan. Selain itu juga terdapat jalan darat berupa jalan tanah. • Masa Peralihan ke Pemerintahan Baru (1791-1920) : Jalur kana! diganti menjadi jalan darat yang terbuat dari aspal. Munculnya permukiman baru turut mempengaruhi pembangunan jalan di kawasan Pecinan. • Masa Perkembangan Jakarta Modem (1920-2009) : Saat ini seluruh jalan di Kawasan Pecinan berupa jalan aspal dengan kondisi perkerasan baik yang terdiri dari jalan arteri, kolektor dan lingkungan. Gambar II.2.2.1.3. Perubaban pada Jl. Kemenangan Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman Universitas Brawijaya d. District • Masa Kerajaan Hindu (< 1527) ; Belum terbentuk permukiman Cina • Masa Kerajaan berada di Islam sepanjang (1527-1619) : Kawasan permukiman Kali Besar bagian barat dengan perbandingan lahan terbangun dan tidak terbangun adalah 25:75 • Masa Pemerintahan VOC (1619-1791) : Kawasan permukiman Cina berada di kawasan Glodok yang saat itu berada di luar tembok kota dengan perbandingan lahan terbangun dan tidak terbangun adalah 40:60. • Masa Peralihan ke Pemerintahan Baru (1791-1920) : Tetjadi perluasan kawasan permukirnan Cina hingga ke Jalan Keagungan dan Pinangsia dengan perbandingan luas lahan terbangun dan tidak terbangun adalah 80:20. • Masa Perkembangan Jakarta Modem (1920-2009) : Saat ini luas kawasan permukiman Cina menjadi semakin kecil dibanding masa sebelumnya dengan perbandingan luas lahan terbangun dan tidak terbangun sebesar 95:5. Gambar 1!.2.2.1.4. Perubaban pada JJ. Gajah Mada Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman e. Edge • Masa Kerajaan Hindu (< 1527) : Belum terbentuk permukiman Cina. • Masa Kerajaan Islam (1527-1619) : Batas kawasan adalah sebelah timur dengan Kali Besar, sebelah selatan dan barat berupa sawah dan kebun, dan sebelah selatan berupajalan • Masa Pemerintahan VOC (1619-1791) : Terdapat bartas yang signifikan pada masa ini, yaitu tembok kota di bagian utara, Kali Krukut di bagian timur, kanal di bagian barat, dan jalan serta ruang terbuka hijau di bagian selatan • Masa Peralihan ke Pemerintahan Baru (1791-1920): Pada masa ini semua batas kawasan Pecinan baik itu di sisi barat, timur, utara dan selatan berupa jalan. • Masa Perkembangan Jakarta Modem (1920-2009) : Pada masa ini batas Kawasan Pecinan sebelah utara dan timur berupa jalan, sedangkan sebelah timur dan selatam berupa sungai, yaitu Kali Krukut. ---· .....- . l::t. Tahun 1900 Gambar II.2.2.1.5. Perubaban pacta II. Pintu Besar Selatan Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman Universitas Brawijaya Perubahan kawasan pecinan berdasarkan lingkungan di ikuti pula dengan perubahan morfologi kawasan pecinan berdasarkan masa - masa pemerintahanjaman dahulu: Masa Pemlihan ke Pemerintuhan Baru (1791w1920) t..:lasa Perkembangan JakarteModern (1920-2009) Gambar 11.2.2.1.6. Perkembangan Kawasan Pecinan 2. Bangunan Berdasarkan parameter perubahan bangunan eagar budaya Kawasan Pecinan Kota Tua Jakarta dapat diketahui bahwa terdapat bangunan yang telah berubah dan bangunan yang tidak mengalami perubahan : • Tidak berubah, yaitu hila bangunan tidak mengalami perubahan dari bentuk awalnya sebanyak 17 bangunan atau 20,24%. • Perubahan kecil, yaitu apabila sifat perubahannya pada masing-masing bagian bangunan tidak secara sempuma atau tidak mempengaruhi bentuk kerangka bangunan, seperti diperbaiki sebagian dan sebagainya serta mengalarni kerusakan, namun kerusakannya tidak sampai mengganggu fungsi bagian tersebut sebanyak 20 bangunan atau 23,81%. • Perubahan besar, yaitu apabila perubahan pada bagian bangunan bersifat sempuma atau telah mempengaruhi bentuk kerangka bangunan, seperti diganti dan mengganggu fungsi bagian yang rusak atau mengubah konstruksi utama bangunan sebanyak 47 bangunan atau 55,95%. Perubahan yang teljadi Pecinan Kota Tua Jakarta, pada bangunan eagar budaya di Kawasan yaitu omamen/hiasan, penambahan ruangan, pengubahan interior penambahan atau pengurangan pengubahan wajah bangunan, pengubahan/penambahan wama pengubahan bentuk atap. bangunan, cat, dan 0 = Kondisi awal - ... = Pcriodc pcmbahan ....... = Kctcrkaitan 0 lilY /IJ = Tidnk nda pcrubnhan = Pcmbahan kccil = Pcmbahan sedung - = Pembnlmn besar Gam bar II.2.2.2.1. Sinkronik-Diakronik Kawasan Pecinan Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman Universitas Brawijaya 11.3. Tinjauan Lokalitas 11.3.1. Definisi Lokalitas Lokalitas (locality) acuannya ke . satu berdasar ruang. kelompok data yang Proses cenderung terkonsenstrasi berdekatan. Dan data cenderung mengelompok ke range lokasi tertentu. BegitU suatu lokasi diacu, cenderung akan mengacu ke lokasi-lokasi didekatnya. ( Sumber: Website :Locality) Lokalitas dalam arti ia berada dalam identitas yang saling berbeda, plural dalam pengertian horizontal (gender, suku, ras) maupun vertikal (berupa akses ekonomi dan politik). ( Sumber: Website: Locality) Lokalitas adalah energi paling krusial dalam tarik menarik kepentingan globalisasi dari penyeragaman citarasa dunia. ( Sumber: Website: Locality) Lokalitas dalam arsitektur adalah " sistem masyarakat yang berhubungan dengan sistem pola perkotaan serta tanda pengenal yang bersifat arsitektural. Dengan hubungan tersebut setiap orang akan menyesuaikan gambar mental dari lingkungan sosial kedalam sebuah budaya yang terwujud secara konkret.( Sumber : -P. PietroHammel,pl66) Lokalitas adalah tentang bagaimana melihat bahwa seharusnya sebuah tempat memiliki sentuhan personal, untuk sebuah keindahan yang tidak terduga. Yang terpenting dari semua yang kita lakukan adalah membuat orang-orang merasa seperti di rumah memang dalam lingkungannya. Lokalitas harus dibutuhkan sebagai sebuah jawaban dimunculkan karena terhadap kebutuhan manusia. Ada kebutuhan sosial - ekonomi bahkan politik serta lingkungan dalam jiwa lokalitas itu sendiri..( Sumber : "Critical Regionalism -Architecture and Identity in a Globalized World" Liane Lefaivre dan Alexander Tzonis- (2003).) 11.3.2. Tinjauan Tipologi Kawasan Pecinan 11.3.2.1. Definisi Tipologi Tipologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang tipe. Tipologi arsitektur atau dalam hal ini tipologi bangunan erat kaitannya dengan suatu penelusuran elemen-elemen pembentuk suatu sistem objek bangunan atau arsitektural. Elemen-elemen tersebut merupakan organisme arsitektural terkecil yang berkaitan untuk mengidentifikasi tipologi dan untuk membentuk suatu sistem, elemen-elemen tersebut mengalami suatu proyek komposisi, baik penggabungan, pengurangan, stilirisasi bentuk dan sebagainya. ( Sumber : Website Tipologi ) II.3.2.2. Jenis- jenis Bangunan pada Kawasan Pecinan Kawasan Pecinan merupakan kawasan yang didominasi oleh masyarakat keturunan Cina atau Tiong Hoa, dimana kawasan ini memiliki ciri khas bangunan dengan berlnggam cina maupun campuran Cina-Eropa. Adapun jenis - jenis bangunan yang ada dalam kawasan Pecinan Glodok ini yaitu bangunan rumah dan tempat dagang dalam satu atap, tidak heran jika dilihat pada jaman sekarang karena kawasan Pecinan Glodok merupakan kawasan perdagangan terbesar di Asia Tenggara jaman dahulu. Berdasarkan :fungsi bangunanya jenis - jenis bangunan Pecinan dalam Kawasan ini ada 5 type antara lain : I. Rumah Tinggal 2. Perdagangan atau Tempat Dagang 3. Rumah Toko atau Rumah dan Tempat Dagang 4. Peribadatan atau Rumah Abu 5. Klenteng Rumah Tinggal Perdagangan Rumah Toko Peribadatan Gambar II.3.2.2.1. Type -type bangunan Pecinan Sumber : Skripsi : Mauliandini Nur Noviasri, Antariksa, Fadly Usman Universitas Brawijaya Gambar Il.3.2.2.2. Klenteng Sumber: Website Klenteng Jakarta Dan berdasarkan presentase jenis bangunan di kawasan Pecinan Glodok sebagai berikut : 1. Rumah tinggal dan tempat dagang yaitu sebesar 55,9% dengan jumlah 47 bangunan, 2. Rumah tinggal sebesar 23,8% denganjumlah 20 buah bangunan, 3. sedangkan untuk Peribadatan dan Perdagangan masing-masing berjumlah 13 buah dan 4 buah bangunan atau sebesar 15,4% dan 4,9%. 11.3.2.3. Arsitektur bangunan Pecinan Arsitektur bangunan pecinan Jakarta merupakan bangunan bergaya arsitektur cina hal ini dikarenakan para imigrasi cina yang datang ke Jakarta berasal dari cina selatan. Selain itu adapula bangunan bergaya Cina- Eropa. Salah satu bentuk aplikasi budaya Cina yang dapat ditemui di Kawasan Pecinanadalah gaya bangunannya yang menonjolkan budaya Cina yakni dalam bentuk atap lengkung, yang dalam arsitektur Cina disebut atap pelana sejajar gavel. Sedangkan dalam arsitektur Cina - Eropa adalah bentuk plafon yang tinggi, berlantai marmer, dan beranda depan dan belakang yang luas. Pada buku tulisan Gin Djin Su (1964) dijelaskan bahwa karakter arsitektur Cina dapat dilihat pada: I. Pola tata Ietaknya Pola tata letak bangunan dan lingkungan merupakan pencerminan keselarasan, harmonisasi dengan alam. Ajaran Konghucu dimanifestasikan dalam bentuk keseimbangan dan harmonisasi terhadap adanya konsep ganda. Keseimbangan antara formal dan non-formal. Formalitas dicapai dengan bentuk denah rumah atau peletakan bangunan yang simetris. Non-formalitas dicapai dalam bentuk penataan taman yang khas dinamis dan tidak simetris. Keduanya memhentuk satu kesatuan yang seimhang dan hannonis 2. Keberadaan panggung dan teras depanlbalkon Panggung dan teras depan!balkon digunakan sehagai ruang transisi, dan 3. Sistem struktur bangunan Sistem struktur merupakan sistem rangka yang khas dan merupakan struktur utama yang mendukung hohot mati atap. Behan yang disangga struktur utama disalurkan melalui kolom. Rangkaian sistem kolom dan halok merupakan suatu hal yang spesiflk. Umumnya, struktur hangunan merupakan rangka kayu di mana rangka tersehut menerima hehan atap yang diteruskan ke hawah melalui kolom-kolom. Pintu dan jendela merupakan pengisi saja, oleh karena itu hisa bersifat fleksihel, sedangkan pintu dan jendela pada hagian teras menggunakan sistem hongkar-pasang (knock down). Sistem kuda-kuda yang digunakan merupakan khas arsitektur Cina, yaitu kuda-kuda segi empat. Lantai atas umumnya merupakan lantai-lantai papan yang disangga oleh halok. Plat heton ini juga dipakai untuk lisplank serta atap. Behan hergerak dan hehan mati yang diterima lantai diteruskan ke dinding untuk diteruskan ke pondasi. Semua proporsi dan aturan tergantung pada sistem standart dimensi kayu dan standard pemhagiannya. Keseluruhan hangunan Cina dirancang dalam modul-modul standard dan modular dari variahel ukuran yang ahsolut proporsi yang henar melindungi dan mempertahankan hubungan harmoni bagaimanapun besarnya struktur. Di dapat satu kenyataan bahwa arsitektur Cina berkembang sesuai dengan jamannya. Semua evolusi yang teljadi adalah pada proporsinya. Skala arsitektur bangunan Cina, berbeda dengan bangunan di Eropa, lebih menunjukkan skala manusia daripada Tuhan. Terasan yang rendah digaris beranda depan dan ketinggian wuwungan yang masih empat kali tinggi manusia memberikan inpreresi masih bisa dicapai oleh manusia yang hidup di halaman sekitarnya. Bahkan bangunan dua lantai yang tingginya lima sampai enam kali tinggi manusia, dengan pengaturan teritisan yang rendah tetap memberikan kesan kehangatan yang sangat manusiawi, 4. Tou-Kung Siku penyangga bagian atap yang di depan (teras) merupakan bentuk yang khas dari arsitektur Cina dan karena keunikannya, disebut tou­ kung. Merupakan sistem konsol penyangga kantilever bagian teras sehingga keberadaannya dapat dilihat dari arah luar. Ornamen tou-Kung ini akan terlihat jelas pada bangunan-bangunan istana, kuil atau tempat ibadah dan rumah tinggal keluarga kaya. Ujung balok dihiasi dengan kepala singa yang berfungsi menangkal pengaruh rohjahat, 5. Bentuk atap Ada beberapa tipe atap yaitu, wu tien, hsieh han, hsuah han dan ngang shan ti. Studi arkeologis menerangkan bahwa, terdapat dua kolom dan perbedaan sistem penyangga atap. Dua sistem konstruksi tadi adalah Tai Liang dan Chuan Dou. Dua sistem struktur ini, menurut arkeolog berasal dari dua cara membangun rumah tinggal. Tailiang berasal dari gua prirnitifyang berkembang di Cina Utara dan Chuan Dou berasal dari rumah di atas pohon (Knapp, 1986: 6-7). Sistem struktur Tai Liang adalah sistem tiang dan balok yang mana balok terendah diletakkan di atas kolom ke arah Iebar bangunan. Sistem struktur kedua dinarnakan Chuan Dou. Sistem ini merniliki Kolom-kolom yang didirikan kearah tranvesal dan saling di ikat, dan 6. Penggunaan warna Penggunaan warna pada arsitektur Cina juga sangat penting karena jenis warna tertentu melarnbangkan hal tertentu pula. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan-kepercayaan yang berkaitan dengan orientasi baik dan buruk. Prinsip dasar komposisi warna adalah harmonisasi yang mendukung keindahan arsitekturnya Umumnya warna yang dipakai adalah warna primer seperti kuning, biru, putih, merah dan hitarn yang selalu dikaitkan dengan unsur-unsur alarn seperti air, kayu, api, logarn dan tanah. Warna putih dan biru dipakai untuk teras, merah untuk kolom dan bangunan, biru dan hijau untuk balok, siku penyangga, dan atap. Warna-warna di sini memberikan arti tersendiri, warna biru dan hijau berada di posisi timur dan memberikan arti kedarnaian dan keabadian, warna merah berada di selatan dan memberikan arti kebahagiaan dan nasib baik, sedangkan warna kuning melarnbangkan kekuatan, kekayaan, dan kekuasaan. Putih berada di barat dengan arti penderitaan (duka cita) dan kedamaian. Hitam berada di utara yang melambangkan kerusakan. Wama-wama tersebut di antaranya: a. Wama merah yang melambangkan kebahagiaan; b. Wama kuning juga melambangkan kebahagiaan dan wama kemuliaan; c. Wama hijau melambangkan kesejahteraan, kesehatan, dan keharmonisan; d. Wama putih melambangkan kematian dan berduka cita; e. Wama hitam merupakan wama netral dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari; dan f. Wama biru gelap juga merupakan wama berduka cita, 7. Gerbang Gih Djin Su memasukkan pintu gerbang sebagai Ciri Arsitektur Cina, khususnya bangunan rumah tinggal. Pintu gerbang biasanya berhadapan langsung dengan jalan menghadap ke selatan (orientasi baik). Pintu gerbang ini berfungsi sebagai ruang transisi antar luar bangunan dan di dalam bangunan. Pada pintu gerbang biasanya dipasang tanda pengenal penghuni dan juga gambar-gambar dewa atau tokoh dalam Mitos Cina atau tulisan-tulisan yang berfungsi sebagai penolak bala, dan 8. Detail balkon Detail balkon atau angin-angin biasanya menggunakan bentuk­ bentuk tiruan bunga krisan atau bentuk kura-kura darat, yang memiiki makna panjang umur. Sedangkan pada arsitektur campuran Cina - Eropa, hanya dengan tambahan teras depan dan teras belakang untuk duduk - duduk atau meminum teh dan kopi. Beberapa contoh bentuk arsitektur bangunan dikawasan pecinan : Gambar Il.3.2.3.I. Arsitektur Bangunan Peeinan Sumber: Website Pecinan Jakarta II. 4. Studi Banding 11.4.1. Studi Literatur • The Scarlet Hotel Singapore Gambar II.4.1.1. The Scarlet Hotel Sumber: Website Scarlet Hotel Singapore Hotel The Scarlet Berlokasi dekat dengan Central Business District dan Chinatown dimana hotel ini membentang sepanjang 12 ruko ( shop house ) dengan modul struktur yang sama. Hotel The Scarlet mernilki 84 kamar unit dengan 5 kamar suite dengan individual tema, antara lain : Splendour, Passion, Opulent, Lavish, dan Swank. Gambar II.4.1.2. Suite Splendour, Opulent, dan Lavish Hotel Scarlet ini berkonsep boutique hotel dan didesain arnat mewah dengan perabot dan elemen dekorasi berkelas. Konfigurasi seluruh ruangnya sebagai berikut : TipeRuang Jumlah Luasan Standard Room 8 15-20 sqm Deluxe Room 28 16-20 sqm Executive Room 17 16-20 sqm 8 18-24 sqm Premium Room 14 26-30 sqm Opulent Suite 1 36 sqm Lavish Suite 1 42sqm Swank Suite I 33 sqm Passion Suite 1 Executive Room with balcony 25 sqm, Terrace Area 32 sqm Splendour Suite (2 br) 1 51 sqm Tabel II.4.1.1. Type Kamar Hotel Sumber: Website Scarlet Hotel Singapore The Scarlet memiliki 3 restoran dan bar : Bold, Desire, dan rooftop restaurant bertajuk Breeze. Juga terdapat 2 fasilitas kesehatan : Soda Spa dan Flaunt Fitness, dan satu ruang pertemuan yaitu The Sanctum. Semua fasilitas ini menerapkan desain interior yang menawan, kuliner kelas satu, dan fasilitas lengkap. Salah satu restorannya, Desire, bahkan mendapat penghargaan Singapore's Top restaurant 2008. Gambar II.4.1.3. Spa soda, Bar Desire dan ruang pertemuan Sanctum Sumber: Website Scarlet Hotel Singapore Fasilitas yang dimiliki The Scarlet boleh jadi relatif sedikit dari segr kuantitas, tapi sangat maksimal dari segi kualitas, selain aspek sejarah dan lokasinya yang strategis. • Hotel 81 Chinatown Singapore Garnbarll.4.1.4. Hotel81 Chinatown Sumber: Website Hotel81 Singapore Hotel 81 Chinatown Singapore terletak ditengah kawasan sibuk New Bridge Road and Upper Cross Street di jantung kota China Singapore yang kental dengan budaya China. Hotel 81 ini tersedia 99 kamar sewa Standar atau Guest room untuk tarnu turis. Gambar !1.4.1.5. Guest Room Sumber: Website HotelS!Singapore Fasilitas yang tersedia pada Hotel 81 ini antara lain : 1. safe deposit boxes 2. car parking 3. a tour and travel desk 4. a postal and parcel service 5. laundry services, and medical services. 6. Spring Court Chinese cuisine Hotel 81 Chinatown ini bermodul sama atau seperti ruko ( shop house ) dengan bangunan deret memanjang , memiliki lorong atau koridor Gambar Il.4.1.6. Eksterior Hotel 81 dan Koridor Sumber: Website Hotel81 Singapore • Hotel Salak The Heritage Bogor HQTll(. .,DIBBETS Burri!l'IZOR o.-. N, ....... Gambar Il.4.1.7. Semasa hotel masih bernama Hotel Dibbet Sumber: Website Hotel Salak Bogar Hotel Salak The Heritage dibangun pada tahun 1856 dengan nama Hotel Bellevue-Dibbets, dan dikategorikan sebagai hotel khusus bagi Kalangan Istana Bogor dan dimiliki oleh seorang Belanda yang memiliki hubungan keluarga dengan Gubemur Jenderal. Hotel Salak The Heritage adalah hotel eagar budaya yang bertempat di seberang Istana Kepresidenan Bogor di samping City Hall di Jalan Ir. H. Juanda No. 8 Bogor di atas area seluas 8,227 m2. Hotel ini terdiri dari empat bagian utama. Pertama, bagian depan yang dikenal dengan nama Heritage Building - berupa dua bangunan bersejarah yang direnovasi. Dua bagian lagi adalah sayap kiri dan kanan dengan dua dan empat lantai. Bagian keempat adalah bagian belakang hotel yang berlantai lima, dilengkapi dua lift tamu dan satu lift service. Hotel Salak terus meningkatkan layanan dan fasilitasnya hingga mencapai standar klasifikasi hotel bintang empat. Gambar II.4.1.8. Hotel Salak saat ini Sumber : Website Hotel Salak Bogar Ruang-ruang yang tersedia di hotel Salak dibagi menjadi beberapa tipe sesuai luasan, fasilitas, dan pemandangan yang dimiliki : 1. Colonial Presidential Suite = 10 x 8 m Fasilitas yang tersedia Double bed, Interior bergaya colonial, Butler service 24jam, Koneksi internet 2. Colonial Super Executive Fasilitas yang tersedia Double bed, Interior bergaya colonial 3. Salak View Room= 7,2 x 6 m Fasilitas yang tesedia Double bed, Interior bergaya modem 4. Colonial Executive Heritage =4 x8m Fasilitas yang tesedia Double bed, Interior bergaya colonial 5. Deluxe Suite Room Fasilitas yang tesedia Double bed room, living room+ diningset 6. Deluxe Room Fasilitas yang tersedia Twin room, Double bed room, connecting room, extra Wi-Fi Internet Access 7. Superior Room Fasilitas yang tersedia Twin room, double room, connecting room (Sumber: Website Hotel Salak Bogor) Fasilitas penunjang yang tersedia di Hotel Salak : 1. Business Center 2. Fitness Center 3. Paradise Travel 4. Smart Kids Planet & Children Playground 5. Swimming Pool & Inner Garden 6. Bellevue Wellness Salon, Spa and Barbershop 7. Herbal Place 8. Drugstore & Art shop 9. Internet Corner 10. Aesthetic Dentist 11. ATMCenter 12. Security & Safety System Hotel Salak memiliki 6 restoran dan cafe dengan kuliner bervariasi dan 12 ruang pertemuan berkapasitas 10-1500 orang. Keterangan mengenai ruangruang pertemuan diuraikan dalam tabel : I Room Class Round Room Table U-shape Size Theater I ' i Padjadjaran I 12.5m x I 0.5m 20-40 40-70 30-50 70-100 ' Padjadjaran II llmx7m 20-30 40-60 20-40 50-80 I I II Padjadjaran III llmx7m 20-30 40-60 20-40 50-80 Batutulis I 1.5mx82m 10-25 10-20 10-20 20-30 I Batutuli s II 15-20 15-18 15-20 20-30 I I I Batutulis III ]{)- 15 10-16 I Batutulis IV ,I ! I I I I 7mx8.2m 7mx7m 5.5m x4.5m I I 4-8 I 4-8 I 10-18 110-20 4-6 8-10 Galuh 14.4mx 8m Pakuan 14.4m x 8m Burangrang _j 8.5 mx 9.5 m I Istana 28.8m x 18m I I I 20-40 25-40 15 _ 25 I 50- 100 I 30 _ 70 I 30 _50 I 50-70 I 30 _50 I 20 _ 25 _l 20 _ 25 I 75 _!50 Tabe111.4.1.2. Type ruang pertemuan kamar Hotel·Salak Gambar 11.4.1.9. Fasilitas Hotel Salak Surnber : Website Hotel Salak Bogor 30-50 100-150 150-400 1 Burnber: Website Hotel Balak Bogor 150-100 Il.4.2. Studi Lapangan Il.4.2.1. Studi Lapangan Hotel Ambhara Hotel Jakarta **** Gambar Il.4.2.1.1. Ambhara Hotel Sumber : Website Ambhara Hotel Hotel Ambhara ini terletak di pusat kawasan CBD Blok M dekat dengan pusat perbelanjaan utama dan pusat distrik bisnis. Hotellni memiliki ciri khas bangunan Tropis Modern. Hotel Ambhara memiliki 203 kamar yang dirancang standar internasional. Jenis -jenis kamar Ambhara Hotel ada 4 jenis : 1. Executive Suite Executive Suite : 2 Bedrooms with Queen Bed and balcony, Living room with sofa, 51 TV Chanels & VCD Player, IDD Telephone Line, 3 Minibar & Coffee/Tea Making Facilities, Compendium, Fax Machine & Writing Desk, Bathroom Amenities, Hairdryer & Bathrobe, 2 Bathroom with Bath tub & Shower, Internet Connection , Private Safety Box. Gambar II.4.2.1.2. Executive Suite room Sumber: Website Ambhara Hotel 2. Business Suite Business Suite : Living room with sofa, 51 TV Chanels, IDD Telephone Line, Dining Round Table & Coffee/Tea Making Facilities, 2 Minibar, Compendium, & Writing Desk, Bathroom Amenities, Hairdryer & Bathrobe, Bathroom with Bath tub & Shower, Internet Connection, Private Safety Bo Gambar Il.4.2.1.3. Business Suite room Sumber: Website Ambhara Hotel 3. Junior Suite Junior Suite : Guest Sofa, 44 TV Chanels& VCD Player, 3 Telephone sets (Bed room & Bathroom), Dining Round Table & Coffee/Tea Making Facilities, Minibar, Compendium, Fax Machine & Writing Desk, Bathroom Amenities, Hairdryer & Bathrobe, Bathroom with Bath tub & Shower Gambar 1!.4.2.1.4. Junior Suite Sumber: Website Ambhara Hotel 4. Deluxe Suite Deluxe Suite : Amenities, Work Desk, Hairdryer, 24-hour room service, Concierge, Daily local newspaper, Iron/Ironing Board (available upon request), High speed Internet Access, Complimentary Safe Deposit Box Gambar II.4.2.1.5. Deluxe Suite Sumber: Website Ambhara Hotel Karena sekitar hotel Ambhara dikelilingi oleh pusat perbelanjaan dan perdagangan karena hotal Ambhara letaknya stratgis di pinggir jalan atau hoek sehingga dari segala penjuru bisa melihat hbtel ini. Gambar II.4.2.1.6. Eksterior Ambhara Hotel Sumber : Dokumentasi Pribadi 11.4.2.2. Studi Lapangan Pecinan 1. Keluarga Souw Gambar II.4.2.2.1.1. Tampak depan Rumah Souw Sumber : Dokumentasi Pribadi Rumah Keluarga Souw di Jalan Patekoan (sekarang Jalan Perniagaan). Rumah ini dibangun pada 1816 dan selalu menjadi rumah tinggal secara turun temurun Keluarga Souw yang dikenal sangat kaya. Menurut sejarawan Batavia Alwi Shahab, begitu kayanya. keluarga Souw hingga beberapa di antara mereka diangkat sebagai Luitenant der Chineezen. Pangkat letnan dan kapitein yang kala itu hanya diberikan Kompeni bagi keluarga terkaya di suatu daerah tertentu dengan kewenangan mengatur secara administratif daerah tersebut. Keluarga Souw yang terkenal di masanya adalah kakak beradik Souw Siauw Tjong dan Souw Siauw Keng. Souw Siauw Tjong dikenal orang terkaya di Batavia pada masa itu dan memiliki tanah luas di Paroeng Koeda, Kedawoeng Oost (Wetan), dan Ketapang, Tan erang, Banten. Ia juga dikenang berjiwa memerintahkan untuk sosial terhadap masyarakat sekitar, mendirikan sekolah sehingga bagi anak bumiputera di tanah miliknya, menyantuni orang miskin, dan menyumbang makanan dan bahan bangunan ketika kebakaran terjadi. Souw Siauw Tjong yang menjadi donatur pemugaran Klenteng Boen Tek Bio Tangerang pada 1875 dan Klenteng Kim Tek Ie Batavia pada 1890 juga rendah hati. Dia menolak kedudukan luitenant de chineezen yang ditawarkan Kompeni. Meski begitu, pada Mei 1877 dia dianugerahinya gelar luitenant titulair (letnan kehormatan). Sedangkan saudaranya, Souw Siauw Keng menjadi luitnenant der chineezen di Tangerang pada 1884. Gambar II.4.2.2.1.2. Tampak depan Rumah Souw Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 11.4.2.2.1.3. Tampak atas dan Taman belakang Sumber : Dokumentasi Pribadi 2. Ruko - Ruko Pecinan a. Rumah Toko LAY AN TONG Gambar II.4.2.2.2.l._Tampak Samping Sumber : Dokumentasi Pribadi Toko atau ruko LAY AN TONG terletak di Jalan Perniagaan yang berada tepat dipinggir jalan utarna, Toko LAY AN TONG ini sudah ada semenjak jarnan penjajahan Belanda dan terkenal hingga saat ini. Selain berfungsi sebagai tempat usaha/dagang took ini juga berfungsi sebagai rumah tinggal. Pembagian fungsi ruang pada rumah took LAY AN TONG : Lantai 1 : Bagian depan merupakan tempat usaha I dagang, bagian tengah area penghubung I taman dalam ( void ), bagian belakang tempat tinggal area service Lantai 2: Bagian depan tempat tinggal dan tempat penyimpanan barang, bagian tengah void, bagian belakang tempat tinggal. b. Ruko Perdagangan Gambar Il.4.2.2.2.2. Ruko Tampak Depan Sumber : Dokumentasi Pribadi Terletak di Jalan Perniagaan ruko perdagangan ini merupakan ruko tempat usaha, dimana fungsi dari ruang berbeda dengan rumah tinggal took antara lain : Lantai 1 berfungsi sebagai tempat usaha I dagang secara keseluruhan Lantai 2 berfungsi sebagai ruang gudang penyimpanan dan tempat service pedagang