kitab jihad(1)

advertisement
KITAB JIHAD(1)
(Perang)
Syarat wajibnya berjihad (berperang) ada tujuh macam: Islam, sudah
baligh, berakal sehat, merdeka, laki-laki, sehat jasmani, memiliki
kemampuan untuk berperang.(2) Orang yang ditawan dari orang akfir ada
dua kategori:
Pertama: dia langsung menjadi budak,(3) mereka itu adalah anak-anak
dan kaum wanita.
Kedua: Tidak langsung menjadi budak, mereka itu adalah kaum lelaki
yang sudah baligh, Imam (kepala negara) memilih salah satu dari empat
alternatif: membunuhnya, menjadikan budak, dibebaskan tanpa syarat,
)1 (
Berjihad salah satu dari yang difardlukan oleh Islam, dan merupakan syiar yang agung,
yang menunjukkan bahwa disyari’atkan berjihad adalah dari Kitabullah Ta’alaa cukup
banyak, antara lain firman Allah Ta’alaa: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal
berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, apdahal ia amat buruk bagimu, dan
Allah mengetahui, sedangkamu tidak mengetahui”. (al Baqoroh: 216). Dari hadits Nabi saw,
bahwa jihad Rasulullah saw. terus menerus sejak beliau diperintah, sampai beliau menjumpai
Allah Azza wa Jalla, dengan segala penjelasan tentang hukum, dan sasarannya, sebagaimana
sabda beliau: “Saya diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka itu mengucapkan:
" ‫ "لا إل ـ ا إلا الل ـ‬, hadits riwayat al Bukhary (2786), dan Muslim (21). Dan telah dijelaskan
tentang keutamaan berjihad dan anjuran untuk berjihad, dan berangkat meninggalkan tempat
duduk, dan ancaman bagi orang yang mengabaikannya, tidak terhitung jumlahnya dari nash al
Qur’an dan hadits Nabi saw.
)2( yakni kuat untuk berperang, baik dengan jasmani, harta dengan tanpa adanya kesulitan
yang berarti, misalnya: buta, pincang, kehabisan nafkah. Sebagai dasar persyaratan ini adalah
firman Allah Ta’alaa: “Wahai orang yang beriman perangilah orang-orang kafir yang di
sekitar kamu”. (at Taubah:123).Telah diperintahkan untuk berperang bagi orang mukmin,
mereka itu orang Islam, dan tidak boleh menghadap kepada yang lain. Jihad merupakan
ibadah yang paling agung, yang bukan orang Islam tidak berhak untuk ikut berperang. Dan
jihad merupakan upaya besar untuk menjunjung tinggi kalimat Allah Azza wa Jalla, dan orang
kafir tidak tergerak iuntuk itu. Dan firman Allah “Tidak berdosa (lantaran tidak pergi
berjihad) bagi orang-orang yang lemah, orang-orang yang saki, dan orang-orang yang
mendapatkan apa-apa yang akan mereka nafkahkan”. (at Taubah: 91). Hadits riwayat al
Bukhary (2521), dan Muslim (1868), beradsakan lafadh Muslim, dari Ibnu Umar ra. ia
berkata: Rasulullah saw. meneliti aku, pada saat terjadi peperangan Uhud, saya pada waktu itu
masih berumur sepuluh tahun, beliau tidak meluluskan aku, pada peperangan Khondak beliau
meneliti saya lagi, dan saya sudah berumur 15 tahun, maka beliau meluluskan aku”,
maksudnya mengizinkan aku keluar untuk ikut beliau dalam peperangan. Hadits riwayat al
Bukhary (1762), dari A’isyah ra. ia berkata: Saya bertanya: Wahai Rasululah, Apakah tidak
sebaiknya kami ikut berperang dan berjihad bersama kamu? Beliau menjawab: “Bagi kamu
juga baik untuk berjihad, lebih baik lagi bila kamu berhaji, menajdi haji mabrur”.
)3( Mereka yang ditawan dan ditangkap dari barisan musuh di tengah peperangan, atau yang
musuh yang ditangkap dari pemburuan.
135
ditukar dengan harta atau dengan lelaki lain (tukar menukar tawanan), (4)
Imam berbuat yang mengandung maslahat.(5)
Dan barang siapa yang sebelum ditawan sudah masuk Islam, maka terjaga
hartanya, darahnya dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil.(6)
Untuk anak-anak dihukumi sebagai muslim apabila memenuhi tiga
macam sebab:(7) salah satu dari kedua orang tuanya beragama Islam, atau
ditawan oleh orang Islam terpisah dari orang tuanya, atau ditemukan di
daerah Islam.(8)
)4 (
Meminta tebusan harta sebagai ganti pembenbasan, atau tukar menukar tawanan kita
dengan tawanan mereka.
)5( Allah Ta’alaa berfirman: “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (dalam
peperangan), maka pancunglah batang leher mereka. Setelah kamu menang, maka tawanlah
mereka, dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka, atau menerima tebusan sampai
peperangan berhenti”. (Muhammad: 4). Hadits riwayat al Bukhary (3804), dan Muslim
(1766), dari Ibnu Umar ra. ia berkata: Bani Nadlir dan bani Quraidhoh menyerang ummat
Islam, bani Nadlir dapat dipukul mundur dan melarikan diri, sedangkan bani Quraidhoh
dibiarkan bertahan oleh ummat Islam, tawanan perang dikembalikan kepada mereka, sampai
bani Quroidhoh memerangi ummat Islam, Ummat Islam membunuh kaum laki-laki bani
Quroidhoh, dan membagi-bagikan isteri mereka, harta mereka dan anak-mereka kepada
ummat Islam. Sa’id bin Mu’adz telah menetapkan hukum pembunuhan mereka berdasarkan
hukum yang diberikan oleh Rasulullah saw. setelah diturunkan kepada mereka hukum
berperang. Perhatikan al Bukhary (2878) dan Muslim (1768). Nabi saw. meninjau tawanan
perang dari suku Hawazun, lalu mereka meminta syafaat kepada ummat islam setelah mereka
membagi-bagikan antara mereka, ketika itu suku Hawazun bertamu kepada ummat islam,
mereka meminta kepada Rasulullah saw. agar mengembalikan kepada mereka tawanan perang
dan harta mereka, ummat Islam membebaskan tawanan dari mereka, riwayat al Bukhary
(2963). Hadits riwayat Muslim (1755), bahwa tawanan perang dari ummat Islam diganti
dengan tawanan mereka, di antara mereka ada kaum wanita dari bani Fazaroh, Maka
Rasulullah saw. mengutus dia ke Makkah, maka dia bertamu kepada ummat islam yang
mereka ditawan di Makkah. Diriwayatkan pula oleh Muslim (1763), bahwasanya Nabi saw.
meminta ganti dari tawanan perang dalam perang Badar.
)6( Berdasarkan hadits riwayat al Bukhary (25), dan Muslim (22), dari Ibnu Umar ra.,
bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Saya diperintah untuk memerangi manusia, sampai
mereka itu bersaksi, bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah
utusan Allah, menegakkan sholat, membayar zakat, apabila mereka melaksanakan yang
demikian itu, maka mereka terlindungi dariku darah mereka, harta mereka, kecuali yang
berkaitan dengan hak-hak Islam, dan hisab mereka berada di kekuasaan Allah”. Pengertian
hak-hak Islam: yakni apabila mereka berbuat kejahatan yang mewajibkan dia dihukum atau
diwajibkan membayar diyat dalam Islam, maka mereka tetap berhak dituntut, mungkin berupa
qishos. Hisabnya berada dalam genggaman Allah: yakni hal-hal yang bersifat rahasia, atau
disembunyikan dalam hati mereka.
)7( Apabila memenuhi salah satu dari tiga sebab.
)8 (
Karena berdekatan dengan daerah muslim, jelas-jelas untuk kemaslahatan anak dan yang
bermanffat baginya, karena sesungguhnay Islam adalah memiliki sifat sempurna serta mulya
dan tinggi, Rasulullah saw. bersabda: “Islam itu tinggi, tidak ada yang mengatasinya”,
diriwayatkan oelh ad Daroquthny dalam kitab Sunannya (kitab Nikah). Dan hadits riwayat al
Bukhary muallaq dalam kitab Jenazah, bab: Apabila anak menajdi Islam …. (al ‘Ayyi:
VIII/169).
136
(Fasal): Barang siapa yang membunuh musuh, maka diberikan kepadanya
salab-nya (perlengkapan, harta yang dibawa musuh yang terbunuh),(9)
dan dibagi barang ghonimah (rampasan perang)(10) sesudah selesai
perang menjadi lima bagian: empat bagian diberikan kepada yang ikut
berperang.(11) Empat bagian tersebut diperuntukkan bagi pasukan kavaleri
(Pasukan berkuda) tiga bagian dan untuk pasukan infanteri (pasukan
jalan darat) satu bagian.(12)
Tidak diberi bagian ghonimah kecuali orang yang memenuhi lima syarat:
Islam, sudah baligh, berakal sehat, merdeka, laki-laki. Apabila kurang
dari salah satu syarat, maka diberi sekedarnya dan tidak mendapatkan
bagian tertentu.(13)
Seperlima dari ghonimah dibagi menjadi lima bgaian lagi: satu bagian
untuk Rasulullah saw. yang selanjutnya diserahkan untuk kepentingan
kemaslahatan ummat, sebagian untuk keluarga dekat Nabi saw, mereka
itu adalah: bani Hasyim, dan bani Mutholib, sebagian lagi untuk anakanak yatim, sebagian lagi untuk fakir miskin, dan sebagian lagi untuk
ibnu sabiil.(14)
)9 (
Apa yang berada beserta orang ayng dibunuh, berupa senjata, peralatan perang, pakaian,
dan harta lainnya. Hadits riwayat al Bukhary (2973), dan Muslim (1851), dari Abi Qotadah ra.
dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Barang siapa yang membunuh musuh, dan ada
bukti/saksinya, maka dia berhak memiliki salab”.
)10( Ghonimah; apa ayng diambil dari harta orang kafir memelaui kekerasan dan peperangan
yang terjadi, sekalipun melalui pengjaran.
)11( Hadits riwayat al Baihaqy (IX/62), bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw., ia
berkata: Apakah fatwa tuan tentang harta ghonimah? Beliau menjawab: Untuk Allah
seperlimanya, empat perlimanya untuk tentara yang ikut berperang”.
)12( Hadits riwayat al Bukhary (2708), dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw.
membagi kepada pasukan berkuda dua bagian dan kepada pasukan jalan kaki satu bagian.
Hadits riwayat al Bukhary pula (3988) dan Muslim (1762) ia Ibnu Umar berkata: Rasulullah
saw. membagi ghonimah peperangan Khoibar, untuk pasukan berkuda dua bagian dan untuk
pasukan jalan kaki sebagian.
)13( Oleh karena bukan orang yang berhak untuk ikut berperang yang difardlukan kepada
mereka untuk mengikutinya, tetapi dia diberi oleh pimpinan apsukan atau Imam sesuatu dari
ghonimah sebelum ghonimah dibagi, adapun berapa jumlahnya disesuaikan dengan keadaan
dan tidak sampai mencapai satu bagian pasukan jalan kaki, inilah arti dari:
""‫"رضـ‬
yakni
pemberian yang sedikit.
)14( Allah Ta’alaa berfirman: “Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh
sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Raul, kerabata Rasul,
anak yati, orang miskin dan ibnu sabil”. (al Anfal: 41). Yatim adalah anak kecil tidak
memiliki bapak, kalau sudah baligh bukan yatim, berdasarkan sabda Rasulullah saw.: “Tidak
disebut yatim, mereka yang sudah bermimpi”, diriwayatkan oleh Abu Dawud (2873). Ibnu
sabil adalah musafir ayng kehabisan nafkah, dan dia jauh dari harta yang ia punyai. Hadits
riwayat al Bukhary (2871), dari Jubair bin Math’am ra. ia berkata: Saya dan Utsman bin Affan
berjalan ke Rasulullah saw. Kami berkata: Wahai Rasulullah, Engkau memberi kepada bani
Muthlib, dan engkau meninggalkan kami, sedang kami dan mereka adalah mempunyai
kedudukan yang sama? Maka Rasulullah saw. menajwab: Sesungguhnya bani Mutholib dan
137
(Fasal): Dibagi harta faik(15) menjadi lima pecahan:(16) Yang
seperlima dibagi kepada mereka yang mendapatkan bagian seperlima dari
ghonimah.(17) Dan empat perlima dari harta faik dibagikan kepada
pasukan yang ikut berperang,(18) dan untuk kemaslahatan
(kesejahteraan) ummat Islam.(19)
bani Hasyim adalah satu”. Pengertian:
" "‫"مبنزلـ اادـ‬
semuanya berasal dari bani Abdi Manaf.
artinya: dari segi kekerabatan, karena
Pengertian:
""‫"شــو اادــ‬
oleh karena mereka
menolong beliau sejak sebelum masuk Islam dan sesudah masuk Islam. Perhatikan CK. No:
17 berikut ini.
)15( Apa-apa yang diambil dari orang kafir tanpa berperang, atau sesudah selesainya
peperangan. (Barang yang ditinggalkan orang kafir dalam peperangan).
)16( Lima bagian.
)17(
Firman Allah Ta’alaa: “Apa saja harta faik yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya
yang berasal dari penduduk kota , maka untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak yatim,
orang-orang miskin dan ibnu sabil”. (al Hasyer:7). Ayat ini bersifat mutlak, tidak menjelaskan
di dalamnya tentang pembagian menjadi lima, sedang dalam ayat tentang ghonimah
ditentukan dengan membagi lima. Rasulullah saw. bersabda: “ Tidak ada hak bagiku dari
harta faik dari Allah, kecuali hanya seperlima, dan seperlima lagi dikembalikan kepadamu”,
diriwayatkan oleh al Baihaqy (Nihayah: III/272). Atau dibagi untuk kemaslahatan ummat,
demikianlah sesudah wafat beliau saw., yang dimaksudkan adalah seperlima dari seperlima
(serperdua puluh lima). Perhatikan CK. No: 14.
)18( Mereka itu adalah tenrata yang bertugas mengintai musuh, menjaga pertahanan di markas,
dan pasukan siap tempur (combad ready).
)19( Oleh karena mereka itu diberi bagian pada masa Rasulullah saw. masih hidup, dan
pembagaiannya sebagaimana yang telah dijelaskan di muka. Hadits riwayat al Bukhary
(2748), dan Muslim (1757), dari Umar ra., ia berkata: Harta bani Nadlir di antara harta faik
dari Allah kepada Rasulullah saw. dari sesuatu yang tidak membutuhkan jalan cepat oleh
ummat Islam untuk meraihnya, baik menggunakan kuda atau kendaraan lainnya, dan itu milik
Rasululah saw. secara khusus. Dan harta faik itu diperuntukkan sebagai nafkah keluarga
beliau, selama satu tahun. Lalu sisanya untuk keperluan senjata dan kuda sebagai kendaraan,
yang senantiasa siap untuk berjihad fii sabilillah. Termasuk untuk membiayai nafkah tawanan
perang, pasukan yang mati, dan mereka yang sebagaimana telah dijelaskan dalam pembagian
ghonimah, yakni orang upahan, walaupun tidak dalam waktu berperang, atau untuk para
ulama dan alin-lain, yakni orang-orang yang membutuhkan untuk kepentingan pekerjaan
mereka. Dan diberikan kepada ahli waris pasuka yang gugur dari keluarga yang menjadi
tanggungannya untuk memberi nafkah hidupnya, sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Di dalam Nihayah menyatakan: Apabila orang upahan meninggal, maka haknya
diberikan kepada ahli warisnya yang menjadi tanggungannya untuk emmberi nafkah
hidupnya, diambilkan dari empat perlima harta faik, bukan dari yang menjadi hak Rasul.
Diberikan kepada isteri walaupn berjumlah, kepada anak-anaknya sampai mereka usia
menikah atau sudah mampu bekerja sendiri, atau lainnya. Terhadap anak-anak laki-lakinya
sampai mampu berusaha atau siap untuk berperang, agar manusia tidak sulit bekerja di luar
perang, agar tidak menyulitkan keluarganya sesudah ditinggalkan mati. Bagi anak yang sudah
balighh tetapi kondisinya lemah, maka disamakan dengan anak yang belum baligh. Juga
diberikan kepada anak-anak dari orang alim, sampai mereka mampu bekerja atau siap untuk
nikah, sebagai motivasi untuk menuntut ilmu. (III/74).
138
(Fasal): Syarat wajibnya membayar jizyah (upeti/pajak pribadi)
ada lima macam:(20) sudah baligh, berakal sehat, merdeka, lakilaki,(21) dan mereka itu termasuk ahli kitab,(22) atau dari golongan
yang memiliki serupa kitab suci(23).
Batas minimal jizyah satu dinar untuk satu tahun,(24) dan
dipungut dari orang yang kelas menengah dua dinar, dan dari
orang yang kaya empat dinar,(25) dan diperbolehkan
dipersyaratkan kepada mereka agar memberikan dliyafah
(jamuan sebagai tamu) sebagai tambahan dari ketentuan
jizyah.(26)
)20(
Jizyah, adalah nama sejumlah harta yang wajib dibayar oleh orang non muslim dengan
perjanjian secara khusus, dengan imbalam perlindungan serta keselamatan darah, serta
keamanan mereka dalam kehidupan berumah tangga. Dinamakan dengan jizyah oleh karena
sebagai jaminan tidak diperangi, atau memenuhi kebutuhan kemanan. Dasar disyari’atkannya
adalah firman Allah Ta’alaa: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian, dan tidak mengharamkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya
dan tidak bergama dengan agama yang benar, yaitu orang-orang yang diberi kitab, sampai dia
berseida membayar jizyah dengan patuh, dan mereka dalam keadaan patuh”. (at taubah: 29).
"‫ "صاغرين‬pada mereka ada tanda kehinaan serta terpaksa, as Syafi’ie
menyatakan: "‫ "الصغار‬yakni berlakunya hukum Islam terhadap mereka. Hadits riwayat al
Pengertian:
Bukhary (2988), dan Muslim (2961), dari Amru bin Auf al Anshory ra., bahwasanya
Rasulullah saw.mengutus Abu Ubaidah ibnul Jarroh ke Bahroin, untuk memungut jizyah di
daerah itu.
)21( Dasar persyaratan yang empat ini adalah ayat di muka, dan menjelaskan bahwa jizyah
dipungut dari orang yang mukallaf dan yang sudah berhak berperang, kaum wanita
dikeluarkan dari jizyah, karena mereka bukan orang yang berhak untuk berperang, demikian
pula budak, dikeluarkan juga dari kewajiban memabyar jizyah untuk anak-anak dan orang
gila, oleh karena mereka ini tidak mukallaf. Hadits riwayat al Baihaqy (IX/195), bahwasanya
Umar ra. menulis surat kepada pekerjanya, agar tidak memengut jizyah kepada kaum wanita
dan anak-anak. Perhatikan CK. No: 20.
)22( Berdasarkan ayat di atas.
)23(
Seperti orang majusi, mereka itu menyembah api, hadits riwayat al Bukahry (2987),
bahwasanya Umar ra. tidak memungut jizyah dari orang Majusi. Sampai Abdurrahman bin
Auf ra. bersaksi, bahwa Nabi saw. memungut jizyah dari orang Majusi yang ikut hijrah.
)24( Oleh karena Rasulullah saw. ketika mengutus Mu’adz ra. ke Yaman, beliau memrintahkan
dia agar memungut jizyah untuk setiap orang yang sudah bermimpi (dewasa) satu dinar,
sebagai imbalan memberikan rasa aman bagi mereka.
)25( Mengikuti Umar ra. telah menetapkan jizyah untuk orang kaya 48 dirham, untuk kelas
menegah 24 dirham, dan untuk yang fakir dua belas dirham, diriwayatkan oleh al Baihaqy
(IX/196). Dan dipindahkan menjadi satu dinar untuk setiap duabelas dirham, sebanding
dengan satu lirah Inggris berupa uang emas sekarang.
)26( Hadits riwayat al Baihaqy (IX/195), bahwasanya Rasulullah saw. berbuat baik kepada
orang yang berpindah tempat sebesar 300 dinar, - dan jumlah mereak ada 300 orang laki-laki
139
Perjanjian jizyah itu mengandung empat hal: Harus membayar
jizyah, dan mereka harus mematuhi hukum Islam,(27) tidak boleh
menjelaskan agama Islam kecuali dengan baik,(28) tidak boleh
berbuat sesuatu yang dapat membahayakan terhadap ummat
Islam,(29) mereka itu diberi tanda dengan memakai al ghiyar
(tanda pada baju) dan dengan ikatan az zunar (senar), dan tidak
diperbolehkan menunggang kuda (kendaraan).(30)
– dan ditambah dengan jamuan tamu di mana ummat Islam yang sedang melakukan
perjalanan kontrol.
)27( Terhadap hal-hal yang diharamkan dalam Islam, misalnya berzina, telah terdapat dalam
hadits riwayat al Bukhary (6433), damn Muslim (1699), bahwasanya Rasulullah saw.
merajam seorang Yahudi dan seorang Yahudi wanita ayng melakukan perzinaan. Adapun
yang tidak diharamkan, maka tidak berlaku bagi mereka hukum Islam, kecuali apabila dia
dihadapkan kepada hakim Islam, maka akan ditegakkan hukum Islam di antara mereka.
)28( Apabila dia menentang al Qur’an, atau menjelaskan Rasulullah saw. dengan sifat-sifat
yang tidak sepatutnya, atau emnunjukkan sikap benci terhadap syari’at Allah Ta’alaa, apabila
hal itu dipersyaratkan adanya pembatalan perjanjian, maka menjadi batal.
)29( Misalnya menyembunyikan mata-mata, atau menunjukan kepada musuh tentang kondisi
ummat Islam, membatalkan perjanjian sepihak, meminum khomer, atau makan daging babi,
atau secara terang-terangan menunjukkan perbuatan musyrik, dan sebagainya, kesemuanya itu
tidak boleh mereka lakukan.
)30(
"‫"الغيـار‬
pakaiannya diberi tanda sejenis benang sulaman dengan warna tertentu yang
berbeda. Sedang: "‫ "الـ ُّزانر‬adalah benang yang tebal (besar) untuk diikatkan di pinggang kaum
lelaki di luar bajunya. Kesemuanya itu dimaksudkan untuk membedakan dengan ummat islam
dengan menggunakan model pakaian dan sebagainya, agar mudah diketahui dan memudahkan
untuk bersikap terhadap mereka sebagaimana mestinya. Mereka dilarang menampakkan sikap
lebih tinggi, lebih mulya, di ahdapan ummat Islam. Allah telah menetapkan demikian atas
mereka, dengan kehinaan, kemiskinan serta kecil dalam pandangan. Na’udzu billah min
dzaalika.
140
Download