disini - Library Binus

advertisement
BAB II
LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Sumber Data
Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas
akhir ini diambil dari berbagai sumber, diantaranya:
1. Riset langsung ke Hutan Kota Cijantung
2. Melakukan wawancara dengan narasumber yang menunjang data
perancangan visual, yaitu :
-
Pengelola Hutan
1) Kapten Inf Wasito
2) Sertu Susanto
-
Pengunjung
3. Pencarian data dari buku dan artikel elektronik yang menyangkut
tema, seperti :
-
Buku Urban Forestry: Planning and Managing Urban
Greenspaces
-
Buku Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota
-
Perhutanan Indonesia
-
Hutan Kota di DKI Jakarta
-
Pemanfaatan RTH (Ruang Terbuka Hijau)
-
Lansekap Perkotaan
4. Pencarian data referensi dari buku-buku Desain Grafis, antara lain :
-
An Introduction to Information Design
-
The
Graphic
Designer's
Guide
to
Effective
Visual
Communication: Creating Hierarchies with Type, Image, and
Color
-
Design Basics : Ideas and Inspiration for Working with
Layout, Type, and Color in Graphic Design
-
Creating Logos & Letterheads
3
4
5. Kuisioner
Penulis telah melakukan survey dengan menyebar kuisioner kepada
masyarakat di wilayah Cijantung dan sekitarnya sebanyak 65 orang.
Diagram kuisioner terdapat pada halaman lampiran.
Dari survey yang telah dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan
bahwa :
- Pertanyaan 1 - 2
Data hasil pertanyaan 1 dan 2, dapat diketahui bahwa responden
pria unggul dengan presentase 54% dan 54% dari responden
berusia 15 – 20 tahun disusul dengan presentase 36% berusia 21 –
25 tahun.
- Pertanyaan 3 - 4
Data hasil pertanyaan 3 dan 4, menunjukkan bahwa mayoritas
responden bertempat tinggal di Cijantung dan dengan prosentase
66% berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa.
- Pertanyaan 5 – 6
Data hasil pertanyaan 5 dan 6, diketahui bahwa mayoritas
responden mengetahui adanya wisata Hutan Kota Cijantung dan
56% mendapatkan informasi dari banner yang ada di Hutan Kota
Cijantung.
- Pertanyaan 7 - 8
Data hasil pertanyaan 7 dan 8, kebanyakan responden setuju
dengan pemanfaatan kawasan Hutan Kota sebagai objek wisata
alam namun masih banyak yang belum mengunjungi Hutan Kota
Cijantung.
- Pertanyaan 9 - 10
Data hasil pertanyaan 9 dan 10, dapat diketahui bahwa 51%
berpendapat keasrian dan kesejukan dari Hutan Kota yang menarik
dan mayoritas berpendapat dari Hutan Kota mendapatkan udara
yang segar.
- Pertanyaan 11 – 12
Data hasil pertanyaan 11 dan 12, menunjukkan bahwa mayoritas
responden akan kembali datang ke Hutan Kota Cijantung (bagi
sudah pernah datang) dan sebanyak 76% dari responden akan
5
merekomendasikan Hutan Kota ini kepada orang lain.
- Pertanyaan 13 -14
Data hasil pertanyaan 13 dan 14, menunjukkan bahwa 84%
responden berpendapat logo dari wisata Huta Kota CIjantung
penting dan mayoritas setuju dengan pentingnya sign system dalam
Hutan Kota Cijantung.
2.1.2 Data dan Literatur
2.1.2.1 Sejarah Hutan Kota
Cikal bakal dari Hutan Kota ditemukan di wilayah Timur Tengah dan
Afrika Utara sejak 10.000 sampai 15.000 tahun lalu ketika umat manusia
sudah memulai kehidupan yang menetap dan melalukan bercocok tanam di
sepanjang Sungai Tigris, Euphrates, Indus dan Nil. Peradaban manusia yang
menetap di sepanjang Sungai Nil dan Sungai Euphrates terus berkembang
dan mencapai puncak kejayaannya pada 3000 tahun sebelum Masehi disaat
mereka mulai membangun piramid, monumen dan istana. The hanging
gardens di kota Babylon dipercaya sebagai awal dari penggunaan tanaman
yang telah terencana. (Miller, 1988).
Di Indonesia, sejarah pemanfaatan tanaman telah ditemukan pada
masa Dinasti Syailendra abad ke 8 yang terlihat pada ornamen Candi
Borobudur. Di masa itu masyarakat terbiasa menanam pohon disekitar tempat
tinggalnya yang dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari - hari. Penanaman
pohon secara lebih teratur dilakukan oleh bangsa Belanda dimasa
penjajahannya dimulai dari tahun 1602. Di masa setelah kemerdekaan
penanaman pohon secara berkelompok dilakukan oleh Pemerintah pada tahun
1963 dalam rangka menyambut Games of The New Emerging Forces atau
GANEFO di sekitar Gelora Senayan. Pembangunan Hutan Kota secara resmi
diselenggarakan oleh Pemerintah pada tahun 1978 saat menjadi tuan rumah
Kongres Kehutanan Sedunia ke-7 di Jakarta. Penanaman pohon di lingkungan
Gedung Manggala Wanabakti oleh para peserta kongres menjadi patok
sejarah dicanangkannya pembangunan Hutan Kota (Arifin, H.S., Lubis, S.H.,
dan Samsoedin, I, 2013:704).
6
2.1.2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Tahun ke tahun pembangun perkotaan semakin maju dan terus
berkembang. Disetiap pembangunan gedung, pemukiman bahkan lahan
pertanian akan mengurangi jumlah lahan vegetasi. Vegetasi pada ekosistem
sangat berperan sebagai penopang kualitas lingkungan. Untuk menjaga
kualitas ekosistem perkotaan diperlukan lahan penghijauan berupa Ruang
Terbuka Hijau (RTH). Menurut Irwan, Z.D. (2005:13) Pengisian Ruang
Terbuka Hijau (RTH) salah satunya adalah dengan bentuk hutan kota. Hutan
Kota sebagai unsur RTH diharapkan dapat mengatasi permasalahan
lingkungan di perkotaan dengan cara menyerap hasil negatif yang telah
dihasilkan oleh perkotaan.
DKI Jakarta telah memiliki 14 hutan kota seluas 149,18 ha yang telah
dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta. Hutan Kota tersebut terbagi dalam
5 wilayah administrasi yaitu Jakarta Selatan seluas 57,04 ha, Jakarta Barat
seluas 15,00 ha, Jakarta Pusat seluas 5,68 ha, Jakarta Utara seluas 12,28 ha
dan Jakarta Timur seluas 59,18 ha. Tabel luas Hutan Kota di Jakarta sampai
tahun 2011 terdapat pada halaman lampiran.
2.1.2.3 Definisi Hutan Kota
Samsoedin, I. dan Subiandono, E. (2006:14) menyatakan bahwa
“Hutan kota adalah pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau
vegetasi berkayu di kawasan perkotaan yang pada dasarnya memberi dua
manfaat pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi
dan manfaat estetika.”
Sementara menurut Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang
Hutan Kota menyebutkan bahwa Hutan Kota merupakan lahan yang
bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah
perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai
hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
Irwan, Z.D. (2005:61) menyatakan Hutan Kota dirancang sesuai
dengan fungsi hutan kota terhadap lingkungannya. Besarnya bobot fungsi
lansekap, fungsi pelestarian lingkungan dan fungsi lingkungan tergantung
dengan kondisi setempat. Bentuk dan struktur Hutan Kota mempengaruhi
fungsi peruntukannya.
7
Hutan
Kota
dapat
dikelompokkan
berdasarkan
bentuk
dan
strukturnya. Terdapat tiga bentuk pengelompokkan Hutan Kota, yaitu :
1) Bergerombol atau menumpuk
Komunitas vegetasi Hutan Kota terkonsentrasi di suatu areal
dengan minimal 100 pohon berjarak tanam rapat tidak
beraturan.
2) Menyebar
Hutan Kota tidak memiliki pola tertentu, vegetasinya tumbuh
menyebar berpencar dalam bentuk rumpun atau gerombol
kecil.
3) Berbentuk jalur
Komunitas vegetasinya tumbuh di lahan berbentuk jalur lurus
atau melengkung, mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai,
saluran dan sebagainya.
Hutan Kota sebagai bagian dari RTH dibangun dengan tujuan sebagai
solusi dalam mengatasi akibat negatif dari aktivitas yang ada di perkotaan.
Hasil negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas perkotaan antara lain
meningkatnya suhu udara, menurunnya kelembapan, penghasil debu dan
polutan lainnya. Samsoedin, I. dan Subiandono, E. (2006:16-20) menyatakan
terdapat beberapa peranan penting dari Hutan Kota, diantaranya :
1.
Identitas Kota
Hutan Kota dapat menggmbarkan identitas kota melalui jenis
tanaman dan hewan yang merupakan simbol atau lambang suatu
kota di kawasan Hutan Kota tersebut.
2.
Pelestarian Plasma Nutfah
Kawasan Hutan Kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi
keanekaragaman hayati diluar kawasan konservasi.
3.
Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
Pepohonan dengan permukaan daun yang berbulu dan kasar di
kawasan Hutan Kota mampu menyerap partikel padat yang
melayang-layang di udara. Selain di daun, partikel juga akan
menempel pada kulit batang, ranting dan cabang pohon.
8
4.
Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal dan Debu Industri
Hutan Kota memiliki jenis tanaman yang dapat menyerap
partikel timdal dan debu industri seperti semen. Jenis tanaman
penyerap kandungan timbal dengan kemampuan sedang hingga
tinggi adalah damar
(Agathis alba), mahoni (Swietenia
macrophylla), jamuju (Podocarpus Imbricatus), pala (Myristica
fragrans), asam landi (Pithecelobium dulce) dan johar (Cassia
siamea). Sedangkan tanaman yang memiliki kemampuan
menjerap dan menyerap debu semen adalah mahoni, bisbul,
kenari, meranti merah, kere payung dan kayu hitam.
5.
Peredam Kebisingan
Jenis tanaman yang paling efektif meredam suara adalah yang
mempunyai tajuk tebal dengan daun yang rindang. Dengan
menanam berbagai jenis tanaman dengan cukup rapat dan tinggi
akan mengurangi kebisingan khususnya yang berasal dari bawah.
6.
Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Pohon dapat membantu mengurangi dampak hujan asam melalui
proses intersepsi dan gutasi pada permukaan daun. Pada proses
tersebut dapat menaikkan pH air hujan sehingga tidak lagi
berbahaya bagi lingkungan.
7.
Penyerap Karbon-monoksida
Mikroorganisme dan tanah pada lantai Hutan Kota mempunyai
peranan yang baik dalam menyerap gas karbon-monoksida.
8.
Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen
Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh tanaman di kawasan
Hutan Kota melalui proses fotosintesis untuk merubah gas CO2
dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Tanaman yang baik
sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil O2 adalah damar
(Agathis
alba),
lamtorogung
daun
(Leucaena
kupu-kupu
(Bauhina
leococepala),
akasia
purpurea),
(Acasia
auriculiformis), dan beringin (Ficus benjamina),
9.
Penahan Angin
Hutan Kota dapat menahan angin kencang hingga 75%-80%.
9
10. Penyerap dan Penapis Bau
Tanaman yang dapat menghasilkan bau harum dapat menetralisir
bau busuk dan menggantinya dengan aroma yang harum seperti
cempaka dan tanjung.
11. Mengatasi Penggenangan
Tanaman berdaun banyak yang luas permukaan daunnya tinggi
dan mempunyai banyak stomata (mulut daun) perlu ditanami
didaerah yang sering digenangi air karena memiliki kemampuan
evapotranspirasi tinggi. Tanaman tersebut diantaranya, nangka
(Artocarpus integra), albizia (Paraserianthes falcataria), Acacia
vilosa, Indigera galegoides, Dalbergia spp., mahoni (Swietenia
spp.), jati (Tectona grandis), kihujan (Samanea saman), dan
lamtoro (Leucaena leucocephala).
12. Mengatasi Intrusi Air Laut
Intrusi air laut dapat diatasi dengan upaya peningkatan
kandungan air tanah melalui pembangunan Hutan Kota dengan
tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.
13. Produksi Terbatas
Hutan Kota dapat ditanami dengan tanaman yang dapat
dimanfaatkan bunga, buah, daun dan kayunya untuk memenuhi
kebutuhan dan mengingkatkan penghasilan masyarakat secara
terbatas.
14. Ameriolasi Iklim
Di siang hari Hutan Kota dapat mengurangi suasana panas dan di
malam hari dapat menghangatkan suhu dengan tajuk pohon yang
menahan radiasi balik dari bumi.
15. Pengelolaan Sampah
Hutan Kota dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan sampah
sebagai penyekat debu, penyerap bau, pelindung tanah hasil
bentukan dekomposisi dari sampah, dan sebagai penyerap zat
berbahaya seperti logam berat, pestisidan dan lain-lain.
16. Pelestarian Air Tanah
Hutan Kota dapat membantu pelsetarian tanah yang ditanami
tanaman yang memiliki daya evapotranspirasi yang rendah,
10
dengan sistem perakaran dan serasah yang dapat memperbesar
porositas tanah. Jenis tanaman yang sesuai diantaranya cemara
laut (Casuarina equisetifolia), Ficus elastic, karet (Hevea
brasiliensis),
manggis
(Garcinia
mangostana),
bungur
(Lagerstroemia speciosa), Fragaea fragrans dan kelapa (Cocos
nucifera).
17. Penapis Cahaya Silau
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya
bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih
berdasarkan ketinggian serta kerimbunannya.
18. Meningkatkan Keindahan
Komposisi antara tanaman yang memiliki bentuk, warna, tekstur
dengan bangunan gedung, jalan dan sebagainya menghasilkan
suatu keindahan di tengah lingkungan perkotaan.
19. Habitat Burung
Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai
tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan
bertelur. Beberapa jenis pohon yang disukai oleh burung karena
bunga, buah, nectar, ijuk dan batangnya adalah kiara, caringin,
loa ( Ficus spp.), dadap (Erythrina varuegata), aren (Arenga
pinnata), bambu (Bambusa spp.) dan lain-lain.
20. Mengurangi Stress
Hutan Kota dapat mengurangi stres masyarakat di perkotaan
melalui kesejukan dan keindahan alam yang diciptakan selain
adanya kicau burung dan hal menarik lainnya dari Hutan Kota.
21. Mengamankan Pantai terhadap Abrasi
Hutan Kota yang berupa formasi hutan mangrove dapat meredam
gempuran ombak dan dapat membantu proses pengendapan
lumpur di pantai.
22. Merupakan
Daya
Tarik
Wisatawan
Domestik
Maupun
Mancanegara
Hutan Kota yang ditanami dengan pohon yang langka dan unik
(misalnya bunga bangkai) akan menjadi daya tarik bagi
wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
11
23. Sarana Hobi dan Pengisi Waktu Luang
Rutinitas dan kejenuhan terhadap kehidupan di kota besar perlu
diimbangi dengan kegiatan yang bersifat rekreatif. Hutan Kota
merupakan salah satu alternatif untuk masalah tersebut.
2.1.2.4 Hutan Kota Cijantung
Hutan Kota Cijantung dahulunya dikenal dengan nama Hutan
Kalimantan atau pun Hutan Bantingan di era tahun 1980an. Merupakan
bagian ruang terbuka hijau yang awalnya berfungsi sebagai area latihan
anggota Kopassus, namun karena berada di tengah perkotaan, Hutan Kota ini
menjadi area penyangga lingkungan dan wilayah resapan air tanah dengan
surat persetujuan dari pengelola Komplek Kopassus. Di tahun 2004, secara
hukum diperbarui dengan SK Gubernur Nomor 868/2004 dan diberi nama
Hutan Kota Cijantung.
Gambar 2.1 Hutan Kota dari Taman Mall Cijantung
Sumber : dokumentasi penulis
Secara geografis, Hutan Kota ini terletak pada 6O11’11”LS dan
106O49’21” BT sedangkan secara administratif termasuk wilayah Kelurahan
Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Letak Hutan Kota ini
cukup strategis yaitu dilewati Jl. R.A.Fadhillah yang merupakan akses jalan
utama dan letaknya bersebrangan dengan mall Cijantung.
12
Gambar 2.2 Salah satu koleksi tanaman yaitu
jenis Mahoni (sweitania mahagoni)
Sumber : dokumentasi penulis
Hutan Kota Cijantung memiliki koleksi tanaman sekitar 2500 pohon
yang terdiri dari berbagai jenis. Jenis pohon yang ditanam merupakan jenis
terpilih yang mampu mengurangi pencemaran udara diantaranya, Mahoni
(sweitania mahagoni), Ketapang (terminalia catapa), Trembesi (samanea
saman), Angsana (pterocarpus indicus), Flamboyan (delonix regia), Bungur
(lager stromea speciosa), Kirai payung (Filicium defisien), Glondongan
(plyanthia sp), Tanjung (mimomosops elengi) dan jenis Asam landi
(pitelobrium sp) dan beberapa jenis lainnya. Diantara beberapa jenis pohon
yang ada, jenis Mahoni (sweitania mahagoni) yang mendominasi. Selain
tanaman terdapat pula satwa liar yang sering dijumpai seperti burung Emprie
(lonchura sp), burung Prenjak (prinia sp), burung Bondol (lanchura sp), dan
burung Kutilang (pycnonotus surigaster). Sedangkan jenis-jenis satwa liar
lain yang ada antara lain, Kadal (mabuia sp), Tikus (raffus sp), dan beberapa
jenis serangga meliputi Kupu-kupu, Belalang, Kalajengking dan berbagai
jenis lainnya. Koleksi tanaman di kawasan Hutan Kota ini telah diberi label
nama dan penomoran pohon oleh Dinas Kehutanan namun kondisinya sangat
sederhana dengan tulisan yang kurang terbaca dengan baik. Hal ini
menyulitkan pengunjung untuk mendapatkan informasi tentang koleksi
tanaman disana.
13
Gambar 2.3 Label nama pohon yang kurang diperhatikan
Sumber : dokumentasi penulis
Gambar 2.4 Suasana Toilet di dalam kawasan Hutan Kota
Sumber : dekumentasi penulis
Pada bulan November 2014, setelah adanya pergantian Komandan
Jenderal (Danjen) Kopassus, Mayjen TNI Doni Monardo selaku Danjen
Kopassus yang baru memberikan mandat kepada Grup-3 Kopassus untuk
memanfaatkan kawasan Hutan Kota Cijantung yang memang berada di lahan
Kopassus. Tujuan membuka wisata Hutan Kota adalah sebagai sarana
interaksi masyarakat di sekitar Cijantung, karena Hutan Kota ini berada di
pusat pemukiman dan didukung oleh adanya program Car Free Day (CFD)
disetiap Minggunya di sepanjang JL.R.A.Fadhillah. Selain itu letak Hutan
Kota ini tidak jauh dari kawasan pendidikan, yaitu terdapat 6 sekolah negeri
dan 2 sekolah swasta.
Dibawah pengawasan Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Jakarta
Timur, program wisata Hutan Kota Cijantung ini dikelola oleh anggota
Grup 3 Kopassus dengan struktur organisasi sebagai berikut :
14
Gambar 2.5 Diagram struktur organisasi wisata Hutan Kota Cijantung
Wisata Hutan Kota Cijantung dibuka untuk umum tanpa dipungut
biaya apapun. Dibuka pada hari Sabtu mulai pukul 07.00 sampai pukul 22.00
WIB dan Minggu mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB.
Program wisata Hutan Kota Cijantung hanya dibuka pada hari Sabtu dan
Minggu karena pengelola wisata merupakan anggota aktif Grup 3 Kopassus.
Namun apabila ada instansi atau organisasi yang ingin melakukan kunjungan
ke Hutan Kota Cijantung di hari kerja akan tetap dibuka oleh pengelola.
Seperti di awal Januari 2015 telah terselenggara acara pelepasan 500 burung
merpati dari SMP 103 Jakarta. Menurut Sertu Susanto, pengunjung akan
ramai mendatangi Hutan Kota ini pada hari Minggu pagi hingga siang hari.
Kebanyakan mereka berkunjung untuk melepas lelah dari kegiatan olahraga
pagi di program Car Free Day (CFD) dengan berkeliling hutan dan
menyantap berbagai jenis kuliner yang dijajakan.
Gambar 2.6 Suasana wisata kuliner
Sumber : dokumentasi penulis
15
Gambar 2.7 Track atau jalur yang ada di Hutan Kota
Sumber : dokumentasi penulis
Di dalam kawasan Hutan Kota Cijantung terdapat jalur yang terbuat
dari bata blok berguna sebagai area berjalan para pengunjung mengelilingi
Hutan Kota. Pengelola membuka kesempatan kepada pedagang untuk
membuka lapak dagang menggunakan 80 tenda bongkar pasang dengan
tujuan tidak merusak keaslian hutan. Jenis makanan yang dijual pun berbeda
di setiap lapak dagangan. Untuk tetap menjaga kebersihan hutan, difasilitasi
oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta berupa 50 set tempat sampah yang terdiri
dari tempat sampah organik, non organik, dan tempat sampah kimia. Tempat
sampah yang berbentuk binatang seperti penguin, katak dan panda juga
cukup menarik perhatian pengunjung.
Gambar 2.8 Papan Nama Hutan Kota Cijantung yang sederhana
Sumber : dokumentasi penulis
16
Gambar 2.9 Banner Hutan Kota
Sumber : dokumentasi penulis
Hutan Kota Cijantung belum mempunyai identitas visual yang dapat
mewakilkan citra dan keunikannya dengan baik yang dapat meningkatkan
minat masyarakat untuk berkunjung. Banyak masyarakat yang telah
mengetahui keberadaan Hutan Kota ini namun bersikap acuh tak acuh karena
yang mereka tahu bahwa Hutan Kota ini terkesan gelap, menyeramkan dan
tidak menarik. Salah satu sumber informasi bagi masyarakat berasal dari
sebuah banner yang terdapat pada pagar Hutan Kota Cijantung. Di dalam
kawasan Hutan kota pun tidak ada panduan atau pun penunjuk arah bagi
pengunjung. Sangat disayangkan karena dengan tidak adanya identitas visual
minat masyarakat terhadap wisata ini masih kurang dan masih adanya pola
pikir negatif masyarakat terhadap Hutan Kota ini.
2.1.3 Target Audience
Target dari wisata Hutan Kota Cijantung adalah :
- Dermografis
Usia
: Semua Umur
Gender
: Pria dan Wanita
Pekerjaan
: Pelajar, Pekerja, Wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga
SES
: B dan C
- Geografis
Warga masyarakat sekitar wilayah Cijantung, Pasar Rebo
17
- Psikografis
Membutuhkan hiburan yang murah meriah
Mencintai suasana keasrian
Sikapnya bersosialisasi dengan sekitarnya
Menyukai wisata kuliner murah meriah
2.1.4 Kompetitor
2.1.4.1 Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor mulanya hanya digunakan sebagai percobaan
tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan di Hindia Belanda. Kebun
Raya Bogor mengawali perkembangan ilmu pengetahuan bidang botani di
Indonesia secara terorganisasi di saat 1880 - 1905. Dari sana lahir beberapa
institusi ilmu pengetahuan lain seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842),
Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium
Treub (1884) serta Museum dan Laboratorium Zoologi (1894).
Gambar 2.10 Logo Kebun Raya Bogor
Gambar 2.11 Sign System yang ada di Kebun Raya Bogor
Setelah Kemerdekaan, pada tahun 1949 ‘s Lands Plantentiun te Buitenzorg
berganti nama menjadi Jawatan Pendidikan Alam, kemudian berubah menjadi
Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LLPA). Pada tahun 1956 untuk pertama kalinya
kepemimpinan Kebun Raya Bogor dipegang oleh kaum bangsa Indonesia yaitu
Sudjana Kassan yang menggantika J. Douglas.
18
Salah satu daya tarik Kebun Raya Bogor adalah adanya koleksi tanaman
langka seperti Amorphophalus titanium (bunga bangkai) dan koleksi tanaman
langka lainnya.
Visi dari Kebun Raya Bogor adalah menjadi salah satu kebun raya
terbaik di dunia dalam bidang konservasi dan penelitian tumbuhan tropika,
pendidikan lingkungan dan pariwisata. Sedangkan misi dari Kebun Raya
Bogor adalah melestarikan tumbuhan tropika, mengembangkan penelitian
bidang konservasi dan pendayagunaan tumbuhan tropika, mengembangkan
pendidikan lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi
masyarakat terhadap tumbuhan dan lingkungan serta meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap masyarakat.
2.1.5 Referensi
2.1.5.1 Forth Worth Botanical Garden
Gambar 2.12 Logo Forth Worth Botanical Garden
Forth Worth Botanical Garden adalah sebuah taman botani seluas
109 hektar yang terletak di Texas, Amerika Serikat. Taman botani ini
merupakan yang tertua di Texas sejak tahun 1934 dengan 2.501 koleksi
tanaman. Forth Worth Botanical Garden terbagi menjadi beberapa jenis
taman yaitu, Lower Rose Garden, Oval Rose Garden, Fuller Garden,
Japanese Garden, Perennial Garden, Fragrance Garden, Trial Garden, Four
Season Garden, Texas Native Forest Boardwalk, Conservatory, Water
Conservation Garden dan Water Wise Entrance. Forth Worth Botanical
Garden dibuka untuk umum setiap hari tanpa dikenakan biaya apa pun
kecuali kecuali untuk Conservatory dan Japanese Garden.
19
Gambar 2.13 Forth Worth Botanical Garden
2.1.5.2 Delta Terra
Gambar 2.14 Logo Delta Terra
Delta Terra adalah cagar alam yang dikelola oleh Yayasan Felix de
Azara yang terletak di Kota Tigre, Argentina. Delta Terra termasuk ke dalam
program cadangan swasta yang terkait dalam pelestarian lingkungan bagi
flora dan fauna serta pengembangan pariwisata. Cagar alam ini dibuka untuk
umum pada hari Kamis hingga Sabtu.
Gambar 2.15 Sign System yang ada di Delta Terra
Gambar 2.16 Elemen Identitas Visual Delta Terra
20
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Teori Branding
“A designer cannot make a brand, only the audience can do this. The
designer forms the foundation of the message with the logo and identity
system.” (Adams Morioka, 2004: 18)
Menurut buku Designing Brand Identity oleh Alina Wheeler yang
dimaksud dengan branding adalah proses disiplin yang digunakan untuk
membangun kesadaran dan memperluas loyalitas pelanggan. Branding adalah
kesempatan untuk mengekspresikan mengapa orang harus memilih suatu
merek diantara merek yang lain sebagai bentuk keinginan untuk memimpin,
melampaui kompetisi.
Branding
memiliki
beberapa
faktor penting,
diantaranya :
1) Visi
Visi perusahaan akan menjelaskan pandangan, cita-cita dan mimpi
perusahaan yang akan menginspirasi masyarakat atau pegawai
perusahaan.
2) Arti
Setiap
merek
pasti
memiliki
arti
yang
baik
yang
dapat
menggambarkan kualitas produknya.
3) Otentik
Merek dikatakan otentik bila memilki posisi yang bernilai bagi
konsumennya.
4) Perbedaan
Perbedaan pada merek berarti keunikan, keunggulan produk yang
dapat memberdakannya dengan merek lain
5) Daya Tahan
Sebuah merek harus menjaga konsistensinya dari waktu ke waktu
yang sehingga dapat terus bertahan
6) Koherensi
Tujuan dalam menciptakan identitas merek tidak hanya konsistensi
tetapi juga koherensi batin. Apapun yang dialami oleh konsumen
terhadap sebuah produk harus memiliki pengalamannya sendiri dan
memberikan persepsi tertentu terhadap merek tersebut
21
7) Fleksibel
Mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dengan tidak
menghilangkan identitas merek itu sendiri
8) Komitmen
Memiliki komitmen untuk selalu menjaga nama baik dan kepercayaan
konsumen
9) Nilai
Menciptakan nilai merupakan tujuan yang tak terbantahkan dalam
sebuah
perusahaan.
Membangun
kesadaran
konsumen
untuk
mengkomunikasikan keunikan sebuah merek.
2.2.2 Teori Logo
Adams Morioka (2004: 16) menyatakan bahwa perpaduan antara
logo, sistem visual (typeface, colors, imagery) dan tone editorial dapat
membentuk form yang unik dalam menyampaikan pesan dari sebuah
perusahaan, pribadi, objek atau pun ide.
Sebuah logo merupakan gambaran tentang kualitas pelayanan dari
sebuah sebuah merek. Makna dari sebuah logo dihasilkan dari pengembangan
kepercayaan publik tentang keunggulan perusahaan dan produknya. Maka
dari itu logo tidak dapat dianggap enteng, karena logo merupakan dasar dari
sistem identitas yang jelas dari perusahaan. (Place, J., 1995:4). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa terdapat 3 jenis logo, yaitu :
1) Logotype (A type-based logo)
Jenis ini biasanya diterapkan pada nama merk yang pendek ataupun
akronim dari nama merek.
2) Symbol
Logo yang terdiri dari sebuah simbol atau pun bentuk yang dapat
menggambarkan identitas merek.
3) Abstract
Bentuk sederhana atau pun kompleks dari bentuk-bentuk nyata.
22
2.2.3 Teori Semiotika
Menurut Kathryn Coates dan Andy Ellison dalam An Introduction to
Information Design, semiotika diartikan sebagai teori tanda. Kata semiotika
berasal dari bahasa Yunani yaitu semiotikos yang berarti penafsir tanda.
Tanda sangat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan dasar dari
segala bentuk komunikasi. Tanda dapat berupa gerak tubuh, ekspresi wajah,
pidato, slogan, grafiti, iklan, gejala medis, pemasaran, musik, bahasa tubuh,
gambar, lukisan, puisi, desain, film, kode morse, pakaian, makanan, ritual dan
simbol primitif.
Semiotika adalah tentang alat, proses dan konteks yang kita miliki
untuk membuat, menafsirkan dan memahami makna dalam berbagai cara.
Teori semiotika melihat bagaimana sebuah makna dibangun dalam budaya
dan eksplorasi dari sebuah ide yang dihubungkan dengan kata, gambar dan
benda.
2.2.4 Teori Gestalt
Penggunaan sebuah desain tidak dapat lepas dari ilmu psikologi,
seperti bagaimana psikis seseorang dapat merespon sebuah tampilan visual.
Gestalt merupakan sebuah teori psikologi yang menyatakan seseorang
cenderung mengelompokkan apa yang dilihatnya suatu kesatuan berdasarkan
pola, hubungan dan kemiripan. Teori ini ditemukan oleh tiga ilmuwan asal
Jerman yaitu Kurt Koffka, Max Wertheimer dan Wolfgang Kohler.
Menurut mereka ada 3 prinsip gestalt yaitu :
1) Proximity (kedekatan posisi)
Objek-objek yang berdekatan posisinya akan dikelompokkan sebagai
sebuah kesatuan.
2) Similiarity (kesamaan bentuk)
Objek-objek yang elemennya dan bentuk sama akan dikelompokkan
menjadi satu kesatuan.
3) Closure (penutupan bentuk)
Suatu objek akan dianggap berbentuk penuh walaupun tidak tertutup
sepenuhnya.
23
4) Continuity (kesinambungan bentuk)
Persepsi terhadap objek sebagai sesuatu kelompok karena adanya
kesinambungan pola.
5) Figure Ground
Sebuah objek dapat diartikan menjadi dua objek yang berbeda dengan
permainan foreground dan background.
2.2.5 Teori Tipografi
Tipografi berasal dari kata Yunani, Typos yang berarti bentuk dan
graphein atau menulis yang merupakan seni dan teknik mengatur huruf
menggunakan gabungan bentuk huruf cetak, ukuran huruf, ketebalan garis,
spasi antar huruf, garis pandu dan jarak antar baris.
Menurut buku An Introduction to Information Design oleh Kathryn
Coates dan Andy Ellison penggunaan teori tipografi sangat penting dalam
penyampaian pesan dari sebuah teks ataupun gambar. Pemilihan jenis huruf
disesuaikan dengan kebutuhan. Jenis huruf dapat diibaratkan seperti manusia
karena setiap jenis huruf memiliki karakternya masing-masing. Seperti
Garamond yang mewakilkan sisi tradisional dan konservatif sedangkan
Helvetica bersifat serius dan cekatan.
Dalam hal ini jenis huruf yang digunakan adalah DK Mango
Smoothie yang mewakilkan bentuk organik dari alam. Karakternya yang
dinamis sesuai dengan suasana dari Hutan Kota Cijantung.
2.2.6 Teori Warna
Warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur
yaitu cahaya, objek dan observer dapat berupa mata kita ataupun alat ukur
(Dameria, Anne., 2007:10).
Warna dapat membuat sebuah desain menjadi lebih menarik, sebagai
nilai estetika dan memberikan arti dalam elemen desain. Jika penggunaan
warna tidak sesuai dapat merusak fungsi dan tujuan sebuah desain.
Dalam hal ini penggunaan warna yang dipilih adalah warna warna
natural dari alam yang mewakilkan mood yang alami dan sejuk sesuai dengan
karakter dari Hutan Kota Cijantung.
24
Sutton, Tina., Whelan, B.M., (2007 : ) mengatakan bahwa, “Greens
not only represents life and growth, it is also the most relaxing, tranquilizing
color in the spectrum”. Warna hijau fokus langsung ke retina mata tanpa
melalui pembiasan. Hal itu dianggap sebagai kekuatan untuk menyembuhkan
dan kemampuan untuk menenangkan serta menyegarkan.
“Warm colors are comforting, spontaneous, and welcoming” Sutton,
Tina., Whelan, B.M., (2007 : ). Warna – warna hangat tersebut meliputi,
merah-jingga, jingga, dan kuning-jingga. Penggunaan warna jingga
merupakan stimulant, energy ramah yang ditimbulkan, ceria dan bersifat
petualang.
2.2.7 Analisa SWOT
Strength :
 Lokasi hutan kota yang strategis dijangkau oleh masyarakat yaitu
dilalui akses jalan utama dan berseberangan dengan mall Cijantung
 Tranportasi menuju Hutan Kota mudah
 Masyarakat sudah mengetahui keberadaan Hutan Kota
Weakness :
 Tidak memiliki identitas visual yang sesuai sehingga tidak ada yang
dapat membedakannya dengan kompetitor
 Citra Hutan Kota Cijantung yang kurang baik dari masyarakat
Opportunity :
 Didukung oleh adanya Car Free Day (CFD) di Jalan R.A.Fadhilah
setiap hari minggu pagi
 Salah satu rekomendasi wisata di Jakarta Timur
Threat
:
 Adanya pola pikir masyarakat tentang berwisata ke Hutan Kota
membosankan dan tidak menarik.
 Adanya kompetitor Hutan Kota di wilayah Jakarta yang memiliki
fasilitas lebih lengkap.
Download