BAB 3. SIGNIFIKANSI KOTA PUSAKA 3.1. Pernyataan Arti Penting Kota Pusaka Yogyakarta mengandung arti bahwa penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan di Kota Yogyakarta melestarikan nilai-nilai luhur serta kebudayaan yang meliputi seluruh hasil olah cipta, rasa dan karsa manusia yang menjadi ruh dan semangat kehidupan di Kota Yogyakarta untuk terus berkembang menjadi karakter masyarakat menuju kesejahteraan seluruh Kota Yogyakarta dan warganya. 3.1.1. Nilai Sejarah Kota merupakan sebuah entitas habitat manusia yang dinamis dan sebuah budaya bermukim secara urban. Dinamika menyebabkan perubahan yang selalu terjadi seiring dengan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan. Perubahan tersebut terekam dalam jejak sejarah yang memberikan pengetahuan dan informasi yang sangat berharga. Yogyakarta memiliki berbagai rekam jejak sejarah yang sangat kaya, dimulai dari peradaban Kotagede yang tidak hanya memberikan pengetahuan mengenai bentuk bentuk penyempurnaan terakhir dari bentuk budaya urban Islam di Jawa yang bermula dari Demak dan Kudus. Setelah periode Kotagede, tidak ada lagi bentuk kebudayaan urban yang serupa dengan kerajaan Demak dan Kudus yang menempatkan kompleks makam-mesjid di pusat kota kerajaan karena Sultan Agung membangun makam keluarga Kerajaan Mataram di Imogiri. (Wiryomartono, 1998). Begitu berharganya pusaka Kotagede yang memberikan pengetahuan kepada generasi masa kini mengenai peradaban Mataram Islam Jawa tersebut sehingga perlidungan artefak di Kawasan Kotagede haruslah terlindungi dan lestari. Setelah periode Kotagede dan pusat kerajaan dipindahkan ke Kartasura dan kemudian Surakarta, perkembangan budaya di Yogyakarta tidak banyak berubah meskipun kebudayaan kotagede tetap berkembang. Kebudayaan urban kembali berkembang setelah Pangeran Mangkubumi membangun kerajaannya di Desa Pacetokan untuk kemudian menjadi Kesultanan Yogyakarta. Meskipun masih berakar kebudayaan kerajaan Islam Jawa yang sama dengan Kerajaan Surakarta, namun kebudayaan Yogyakarta berkembang dengan corak yang berbeda. Berdirinya Kesultanan Yogyakarta yang berawal dari Perjanjian Giyanti merupakan salah satu bentuk intervensi Pemerintah Kolonial Belanda dan dalam perjalanannya pun intervensi Pemerintah Kolonial ternyata juga semakin meningkat antara lain dengan beberapa intervensi terhadap bentuk tata kota Yogyakarta dengan mendirikan benteng pertahanan, istana residen, pembangunan loji-loji hingga pembangunan kawasan permukiman baru (Nieuw Wijk atau sekarang dikenal sebagai Kotabaru). Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | SIGNIFIKANSI KOTA PUSAKA 3-1 Pada masa pra kemerdekaan peran Yogyakarta cukup penting dengan perjuangan Pangeran Diponegoro di tahun 1825-1830, pergerakan pemuda, beberapa tokoh Budi Utomo, peran Ki Hajar Dewantoro dalam pendirian Taman Siswa sebagai cikal bakal pendidikan nasional hingga kemudian perguruan tinggi pertama yang kemudian menjadi Universitas Gadjah Mada. Setelah kemudian proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Kota Yogyakarta pun turut berperan dalam berbagai jejak sejarah Indonesia yang baru berdiri. Dimulai dengan Piagam penyatuan kepada Republik Indonesia oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII, sempat menjadi ibukota sementara RI, tempat Serangan Umum 1 Maret yang menegaskan eksistensi RI, tempat pra konferensi Asia Afrika, hingga jatuhnya dua perwira menjadi korban kekejaman PKI pada 30 September 1965. Memasuki periode Orde Baru tidak banyak jejak rekam sejarah nasional yang ditorehkan di Yogyakarta namun menjadi kembali berperanan penting pada masa reformasi dimana peran Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam mendukung gerakan reformasi yang digelorakan mahasiswa saat itu. Kemudian saat ini memasuki masa kontemporer dengan disahkannya Undang-undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 3.1.2. Nilai Ilmu Pengetahuan dan Edukasi Kota Yogyakarta merupakan bagian dari laboratorium alam sejarah dan budaya yang sangat kaya baik sebagai sebuah bagian kebudayaan urban kerajaan Islam Jawa, sejarah pergerakan nasional dan kemerdekaan serta kebudayaan Yogyakarta sendiri yang berkembang secara khas dan unik. 3.1.3. Nilai Budaya Kebudayaan di Kota Yogyakarta sangat khas karena tumbuh dan berkembang dengan corak sendiri, demikian pula dengan masing-masing kerajaan Islam Jawa yang masih berkembang hingga saat ini yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasunanan Cirebon. Budaya ini terangkum dalam bentuk budaya ron ragawi berupa tarian, motif batik, busana adat, upacara adat, wayang, nyanyian dan puisi jawa berupa tembang dan sebagainya. 3.1.4. Nilai Kelangkaan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang melestarikan sistem Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman sebagai bagian dari sistem pemerintahan dan sosial budaya merupakan satu-satunya di Indonesia. Keistimewaan ini juga memberikan warna dalam berbagai bentuk pembangunan di Kota Yogyakarta termasuk berbagai pusaka yang terkait di dalamnya. Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | SIGNIFIKANSI KOTA PUSAKA 3-2 3.1.5. Nilai Fungsional Kota pusaka Yogyakarta memberikan nilai fungsional tinggi baik sebagai entitas pariwisata maupun sebagai fasilitas publik lain seperti sekolah, perkantoran, rumah sakit, ruang terbuka hijau dan sebagainya. 3.1.6. Nilai Ekonomi Kekayaan sejarah dan budaya di Kota Yogyakarta menjadi daya tarik bagi sektor pariwisata yang bertumpu kepada budaya serta sektor pendidikan untuk tumbuh dan berkembang memberikan nilai ekonomi yang signifikan. 3.1.7. Nilai Sosial Aset pusaka di Kota Yogyakarta tidak hanya bermanfaat sebagai aset ekonomi melainkan juga sebagai aset bernilai sosial, seperti konsep magersari pada beberapa aset pusaka milik keraton maupun kadipaten pakualaman. 3.2. Keunggulan Nilai Indonesia Indonesia merupakan rangkaian, gabungan dan percampuran berbagai bentuk kebudayaan dari ribuan etnis yang membentuk bangsa ini. Kota Pusaka Indonesia adalah kota yang memiliki pusaka dengan keunggulan nilai Indonesia/Nasional dan telah memiliki rencana yang mampu menjaga, memelihara dan mengembangan Keunggulan Nilai Indonesianya. Atribut pada Kota Pusaka Indonesia yang merupakan kesatuan Potensi Aset, Rencana Pengelolaan, dan Pelaku Pelestarian yaitu : 1. Ekspresi disain fisik Menunjukkan evakuasi panjang kesejahrahan tumbuh kembang kota yang terlihat dari tinggalan berbentuk struktur kota, bentang alam, representasi suatu langgam, wajah jalan, monumen, arsitektur, teknologi, pertukangan, dan/atau seni budaya yang istimewa. Dalam hal ini Kota Yogyakarta memiliki evakuasi kesejarahan dalam representasi bentuk tata ruang, tata kota, tata bangunan dan arsitektur mulai dari kerajaan Mataram Islam pertama di Kotagede, Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman, masa pemerintahan kolonial Belanda dan ekspresi arsitektur kontemporer pasca kemerdekaan. Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | SIGNIFIKANSI KOTA PUSAKA 3-3 2. Mencerminkan identitas budaya Menampilkan dan menjadi contoh ciri khas lokal dan/atau percampuran antar budaya daerah/bangsa yang tercermin dalam keunikan dan karakteristik suatu tempat dan/atau identitas budaya baik ragawi maupun tak ragawi yang masih ada atau hampir punah. Identitas budaya Kota Yogyakarta dalam karakteristik budaya Jawa dengan corak Yogyakarta berbeda dengan corak Surakarta dan Cirebon yang merupakan kerajaan yang masih ada hingga kini, baik dalam bentuk ragawi seperti langgam arsitektur maupun bentuk non ragawi seperti model busana daerah, upacara adat, hingga bahasa tutur dan sastra. 3. Bernilai Sejarah Adalah memiliki peran sebagai wadah peradaban, tradisi, gerakan perjuangan bangsa atau kejadian yang istimewa bagi Negara. Kota Yogyakarta memiliki nilai sejarah mulai dari budaya kerajaan Islam Jawa, sejarah pergerakan dan kemerdekaan hingga pembangunan dan reformasi. 4. Karakter alam yang mewarnai budaya lokal Keberadaan pusaka alam yang mempengaruhi ekspresi budaya masyarakatnya. Pusaka alam Kota Yogyakarta yang berpengaruh erat terhadap budaya lokal adalah ketiga sungai yaitu Code, Gajah Wong dan Winongo. 3.3. Keaslian dan Integritas 3.4. Upaya Perlindungan yang perlu dilakukan Upaya perlindungan yang perlu dilakukan adalah : a) Pemahaman terhadap peran pusaka dan dampak positifnya dalam kehidupan sehingga masyarakat memiliki kesadaran untuk melestarikan pusaka; b) Intentarisasi dan dokumentasi berbagai aset pusaka ragawi dan pusaka non ragawi; c) Advokasi, informasi, edukasi dan promosi terhadap upaya pelestarian pusaka baik ragawi maupun non ragawi; d) Perencanaan secara komprehensif terhadap pelestarian pusaka baik ragawi maupun non ragawi; e) Upaya perlindungan secara fisik terhadap aset pusaka ragawi dengan jalan konservasi, preservasi, restorasi serta revitalisasi berbagai aset pusaka ragawi. Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | SIGNIFIKANSI KOTA PUSAKA 3-4