KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI PENDUDUK ASLI PASCA KONVERSI LAHAN OLEH PT. INCO. TBK ( Studi kasus Desa Sorowako Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan ) SOCIAL AND ECONOMIC LIFE AFTER THE CONVERSION OF NATIVE LAND BY PT.INCO.TBK (Case Study Sorowako Luwu East Village South Sulawesi). SKRIPSI JULIANTI E411 08 851 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Kehidupan Sosial dan Ekonomi Penduduk Asli Pasca Konversi Lahan Oleh PT. INCO. Tbk Studi Kasus : Desa Sorowako Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan”. Berbagai tantangan dan hambatan yang telah dialami penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun dengan bimbingan dan kerja sama yang tulus dan ikhlas dari berbagai pihak akhirnya berbagai tantangan dan hambatan dapat teratasi. Penulis sadar bahwa hasil yang dicapai jauh dari kesempurnaan, namun inilah orisinal gagasan penulis Selma menempuh pendidikan dibangku kuliah Universitas Hasanuddin. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menghanturkan hormat dan terima kasih yang mendalam kepada orang tua, ayahanda Dodo Arianto yang telah menjadi guru dan tauladan bagiku. Serta Ibunda Susi Lawati, yang selalu menyanyangi dan selalu mendoakan anak-anaknya. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan, dorongan dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr.dr.H.Idrus A. paturusi, Sp.B,Sp.B.O selaku rektor Universitas Hasanuddin 2. Ibu Prof. Dr.Dwia Aries Tina Kalla MA, selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan koreksi dan Bapak Drs. Suparman Abdullah, M.Si selaku pembimbing II dan juga sebagai penasehat akademik terima kasih atas waktu, perhatian, dan arahannya dalam menyelesaikan skipsi ini. 3. Bapak Dr. H.M Darwis, MA, DPS selaku ketua dan Dr. Rahmat Muhammad M,Si selaku sekretaris Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. 4. Para dosen, staf Jurusan Sosiologi Fisip Unhas dan staf akademik Fisip 5. Seluruh informan baik indivudu maupun instansi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan data terkait masalah penelitian. 6. Kepada sahabat sekaligus saudara saya Abd. Kamal Nurdin terima kasih atas kebersamaanya, kenangan yang indah dari awal memijakkan kaki di fakultas Sospol, pengalaman dan pelajaran hidup yang berharga hingga pada akhirnya kita bersama bisa selesai dibangku kuliah. Aku menyanyangimu. 7. Kepada kanda Andi Baso Nurzain A.M. ST selaku guru, kakak, sahabat, dan kekasih hatiku. terima kasih atas bimbingan, nasehat dan berbagai pelajaran sekaligus pengalaman yang sangat berharga. 8. Kepada teman-teman angkatan 2008 Bunglon, kalian adalah bagian dari pengalaman berharga yang saya miliki. 9. Kepada teman-teman sewaktu maba (Nataniel Tangdibali, Jasman Samaneri, Andi Ganing, Mardaya, Faramitha Noerham, Marcelino, Anugrah Febriadi, Abdillah Suardi, Andi Said Kasri, Novitalista, Andi Denada, Rima Hardianty, dan Winda Wulandari) kalian spesial dihatiku selamanya. 10. Kepada teman-teman Teknik Geologi Unhas yang begitu banyak membantu, baik motivasi maupun sharing-sharing. Berserta nongkrong dijasmip yang member kesegaran kembali disaat otakku galau. 11. Serta banyak pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Makassar 28 Mei 2012 Penulis DAFTAR ISI Halaman Judul …………………………………………………………….. i Halaman Pengesahan …………………………………………………….... ii Halaman Penerimaan Tim Evaluasi ……….………................................... iii Peryataan Keaslian Skripsi ………………………………………………... iv Kata Pengantar…………………………..………………………………… v Daftar Isi……..……………………………………………………………… vii Abstraksi…………………………………………………………………….. x BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………......... 6 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan ……………………… 7 1. Konversi Lahan ……………………………………………. 7 2. Perubahan Sosial …………………………………………... 9 3. Kehidupan Sosial dan Ekonomi …………………………… 15 4. Teori Emile Dhurkheim …………………………………… 17 5. Teori Karl Marx …………………………………………… 22 B. Kerangka Konseptual …………………………………………. 23 C. Defenisi Operasional ………………………………………….. 28 BAB III BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ……………………………….. 29 B. Tipe dan Dasar Penelitian ………………………………….. 29 1. Pendekatan Penelitian ………………………………….. 29 2. Teknik Penentuan Lokasi ………………………………. 29 3. Jenis dan Sumber Data …………………………………. 29 4. Teknik Mendapatkan Informan …………………………. 30 C. Teknik Pengumpulan Data …………………………………. 32 - Data Primer………………………………………………. - Data Skunder ……………………………………………. D. Teknik Analisis Data ………………………………………... 34 E. Draf Pembahasan Hasil Penelitian ………………………….. 35 GAMBARAN LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian …………………………. 36 B. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah ……………………… 39 C. Kependudukan dan Tenaga Kerja ………………………….. 40 1. Kependudukan 2. Tanaga Kerja D. Pendidikan …………………………………….………….… 41 E. Kesehatan ………………………………………………..…. 41 F. Agama ………………………………………….…………... 42 G. Ekonomi ………………………………………………..…... 42 H. Angkutan dan Komunikasi …………………………..…….. 45 I. Sarana Hiburan ………………….…………………………. 46 J. Keanekaragaman Hayati ……………………………….….. 47 BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Informan ………………………………………. 51 B. Proses terjadinya konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk Di Sorowako………………... ……………………..………… 54 C. Kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako ………..…. BAB VI 65 PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………...…..……. 97 1. Proses konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako ……………………………………………..….. 97 2. Kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli Sorowako pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako ……………………….……… 98 B. Saran ………………………………………………………... 100 Daftar Pustaka …………………………………………………………..... LAMPIRAN - Biodata Penulis………………………………………………….. Foto-foto………………………………………………………… ABSTRAK JULIANTI, E411 08 851. Dibimbing oleh Dwia Aries Tina dan Suparman Abdullah. Penelitian kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di lakukan di daerah Sorowako kecamatan Nuha kabupaten Luwu Timur Provonsi Sulawesi Selatan yang dikenal sebagai salah satu daerah tambang nickel di Pulau Sulawesi. Secara geografis Sorowako terletak dibagian selatan garis khatulistiwa 2018’00” – 203900” Bujur Timur dan 1210300” - 121034’30” Lintang Selatan. Maksud dan tujuan dari peneliti adalah untuk mengetahui proses konversi lahan yang dilakukan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako dan untuk mengetahui kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli Sorowako pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk . Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif dimana peneliti terlibat secara langsung pada objek penelitian. Penentuan lokasi dan informan dilakukan secara purposive atau secara sengaja sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, yang dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2012 selama lima minggu. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa telah terjadi konversi lahan atau perubahan alih fungsi lahan yang dulunya sebagai lahan hutan milik penduduk asli Sorowako menjadi lahan tambang yang dikelola oleh perusahaan tambang asing yaitu PT. INCO. Tbk. Setelah terjadinya konversi lahan di Sorowako dan berdirinya perusahaan tambang yang membuka lowongan kerja yang besar bagi warga Negara Indonesia dan warga Negara Asing telah membawa banyak perubahan terhadap wilayah Sorowako dan penduduk asli Sorowako. Perubahan dalam sektor infastruktur, kehidupan sosial, dan perekonomian penduduk asli Sorowako dan pemerintah setempat. Dalam kehidupan sosial terdapat beberapa perubahan kehidupan sosial yang terjadi pada penduduk asli Sorowako diantaranya pola interaksi sosial cenderung individualistik, persaingan status sosial semakin tinggi, dan mulai lunturnya aturan-aturan adat setempat, terlihat dari fenomena perubahan prilaku sosial seperti berhutang dan perselingkuhan yang sering kali menjadi pemicu terjadinya konflik diantara individu maupun kelompok. Dalam kehidupan ekonomi penduduk asli Sorowako pasca konversi lahan dengan hadirnya perusahaan tambang menjadikan kegiatan dan pendapatan ekonomi penduduk asli Sorowako meningkat secara pesat. Prilaku ekonomi penduduk juga mengalami perubahan seperti penduduk yang dulunya merupakan masyarakat yang bersifat komunal primitive yaitu dengan pola kehidupan ekonomi sederhana kini telah berubah menjadi masyarakat yang bersifat komsumtif untuk memenuhi berbagai kebutuha hidupnya sehari-hari, sehingga cenderung mengarah pada sifat kapitalis yang pada awalnya telah diberlakukan dalam sistem perusahaan tambang asing tersebut. ABSTRACT The study of social and economic life after the conversion of native land by PT. INCO. Tbk done in the district Sorowako Nuha Provonsi Luwu district of South Sulawesi is known as one of the nickel mine on Sulawesi Island. Sorowako geographically located in the south of the equator 2018'00 "- 203 900" east longitude and 1.2103 million "- 121034'30" south latitude. Purposes and objectives of the research was to determine the land conversion process carried out by PT. INCO. Limited in Sorowako and to determine the social and economic life of indigenous people Sorowako postconversion land by PT. INCO. Limited. The research method used in this study were participant observation where the researcher was directly involved in the research object. Determination of the location and the informant made a purposive or deliberate according to the issues to be researched, implemented in February March 2012 for five weeks. The results of this study illustrate that there has been land conversion or change of land use as forest land formerly owned by the original inhabitants of land mines Sorowako be managed by a foreign mining company, PT. INCO. Limited. After the conversion of land in Sorowako and the establishment of mine who opened a big job for Indonesian citizens and foreign nationals have brought many changes to the region and indigenous Sorowako Sorowako. Changes in infastruktur sector, social, and economic Sorowako indigenous and local governments. In social life there are some changes that occur in the social life of the natives Sorowako including patterns of social interaction tend to be individualistic, competitive higher social status, and begin the erosion of local customary rules, seen from the phenomenon of changes in social behavior such as debt and infidelity that often becomes trigger of conflict among individuals and groups. In the economic life of indigenous land Sorowako post-conversion in the presence of mining companies to make economic activities and income Native Sorowako increased exponentially. Economic behavior of the population is also changing as the population that was once a primitive communal society that is with a simple pattern of economic life has now turned into a society that is kebutuha komsumtif to meet a variety of everyday life, so it tends to lead to the capitalist nature of which was originally enacted the system of foreign mining companies. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah. Berbagai sumber daya alam terkandung diperut bumi Indonesia, seperti nickel, batu bara, emas, dan minyak bumi. Dan seiring perkembangan zaman dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat yang menuntut pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat, maka manusia mulai melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Salah satunya adalah konversi lahan, dimana konversi lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya. Konversi lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada kenyataannya konversi lahan menjadi masalah karena terjadi diberbagai kepentingan dan pemenuhan kebutuhan hidup yang berbeda pula. Konversi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan wilayah, bahkan dapat dikatakan bahwa konversi lahan merupakan konsekuensi dari perkembangan wilayah. Sebagian besar konversi lahan yang terjadi, menunjukkan adanya ketimpangan dalam penguasaan lahan yang lebih didominasi oleh pihak kapitalis dengan mengantongi izin mendirikan bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satu contohnya seperti pengubahan fungsi lahan menjadi kawasan tambang. Konversi lahan banyak terjadi di pulau Sulawesi, seperti sulawesi utara, sulawesi barat, sulawesi selatan, sulawesi tengah, dan sulawesi tenggara. Khususnya pada daerah Sorowako, Pomala, Morowali, kolaka, Kendari, Kabaena, Mamuju, Menado. Lahan yang sebelumnya digunakan sebagai perkebunan, peternakan, pertanian, dan hutan diubah atau dikonversi menjadi lahan tambang. Salah satu contoh kasus yang hangat diperbincangkan ialah kasus Mesuji yaitu konversi lahan milik penduduk, pada kasus yang berkembang ini yang terlihat bahwa dari konversi lahan yang terjadi pihak yang terugikan adalah pemilik lahan yang dikonversi tersebut. Dimana penduduk selaku pemilik lahan perlahan-lahan haknya mulai diabaikan dan dilanggar. Seperti pengambilan penuh atas hak kepemilikan, pelanggaran atas perjanjian dengan alasan tidak ada hitam diatas putih, dan perlindungan hukum yang jelas. Sedangkan pada hakikatnya konversi lahan dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat yang lebih baik. Dengan mengubah lahan yang awalnya kurang produktif menjadi lahan yang mampu membantu dan memenuhi kebutuhan masyarakat pada umumnya. Contoh lain ialah Konversi lahan pertanian menjadi areal penggunaan non pertanian, semakin marak terjadi di sebagian wilayah di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Perlahan namun pasti, lahan yang dulunya menghampar hijau oleh padi, sedikit demi sedikit mulai lenyap, digantikan oleh bangunan-bangunan beton yang semakin menjamur. Kompleks perumahan, kawasan industri, kawasan perdagangan, dan berbagai sarana publik lainnya berdiri di areal ini. Implikasinya, lahan pertanian semakin menyusut, padahal kebutuhan penduduk akan komoditas pertanian yang sebagian besar merupakan bahan untuk memenuhi kebutuhan pangan, semakin meningkat. Dalam situasi dimana perluasan lahan pertanian semakin sulit dilakukan mengingat pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, ditambah tantangan perubahan iklim yang membuat produksi komoditas pertanian terganggu, adanya konversi lahan pertanian ini merupakan salah satu masalah yang cukup serius. Jika dirunut, masalah ini akan menimbulkan efek domino yang dapat mengganggu ketahanan pangan nasional, kestabilan ekonomi, sosial, lingkungan, maupun politik dalam negeri. Kita ambil contoh, beras sebagai komoditi pangan utama di negara ini. Pemerintah akan kesulitan mempertahankan produktifitas beras dalam negeri jika lahan yang digunakan untuk menanam pun sudah tidak ada. Teknologi yang masih minim, ditambah lagi upaya pencerdasan petani yang masih kurang, menambah kompleksnya masalah ini. Lalu, jika produktifitas menurun, mau tidak mau pemerintah harus mengimpor beras. Pilihan mengimpor beras pun sebenarnya akan merugikan petani dalam negeri, karena beras mereka harus bersaing dengan beras impor. Sementara itu pasar beras internasional sifatnya tidak stabil, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerawanan pangan dan pada gilirannya akan mengancam kestabilan nasional. Dalam kasus-kasus tertentu, konversi lahan sawah memang tak dapat dihindari. Meskipun demikian, sesungguhnya dapat diperkecil apabila ada komitmen yang kuat dari pemerintah. Sudah barang tentu, untuk itu dibutuhkan seperangkat argumen yang kuat yang menunjukkan bahwa sesungguhnya konversi lahan pertanian ke penggunaan lain mengakibat-kan terjadinya kerugian yang sangat besar walaupun secara empiris sifat multifungsi lahan pertanian tak terbantahkan. Lahan pertanian tiap tahunnya terkonversi ratusan ribu hektar. Bila terus berlangsung maka kerawanan pangan dan melonjaknya harga pangan akan terjadi terutama pada produktivitas padi. Masyarakat kecil menjadi kelompok pertama yang menjadi korban. Berangkat dari beberapa kasus konversi lahan yang terjadi saat ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam terhadap konversi lahan yang terjadi di Desa Sorowako Sulawesi Selatan. Sorowako merupakan wilayah kecil yang terletak di Kecamatan Luwu Timur yang berjarak 500 km dari Makassar (Ibu Kota Sulawesi Selatan). Soroako dikelilingi oleh 3 danau besar yaitu Danau Mahalona, Danau Towuti dengan luas 56.100 ha yang merupakan danau terbesar kedua di Indonesia setelah Danau Toba serta Danau Matano seluas 16,400 ha. Danau Matano merupakan danau ketiga terdalam di Indonesi dan ke delapan di dunia. Kedalaman danau ini mencapai kurang lebih 600 meter. Danau ini dihuni berbagai jenis flora dan fauna endemik yang masih terjaga dengan baik. Secara umum, flora dan fauna endemik adalah mahluk hidup yang hanya ditemui di suatu tempat dan tidak bisa ditemukan di tempat yan lain. Air yang mengalir dari Danau Matano ke Danau Mahalona kemudian ke Danau Towuti dan selanjutnya mengalir ke sungai Larona. Sungai inilah yang menjadi penggerak dua PLTA milik PT. INCO Tbk, yaitu PLTA Larona dan PLTA Balambano. Bahkan tidak lama lagi INCO juga akan membangun PLTA yang ketiga yang sumber energinya berasal dari Danau Matano, yaitu PLTA Karebbe. Danau Matano benar-benar vital bagi INCO dan masyarakat sekitar Sorowako. Meski letaknya cukup terpencil atau sekitar 12 jam dari Makassar (menggunakan bus), kota kecil ini sangat terkenal dan memiliki infrastruktur yang cukup lengkap. Ini tak lepas dari kehadiran sebuah perusahaan pertambangan nikel milik PT. International Nickel Indonesia (INCO) karena Sorowako merupakan salah satu daerah penghasil nikel terbesar dunia. Di Desa Sorowako berdiri sebuah perusahaan tambang nickel yaitu PT. INCO.Tbk yang telah mengubah atau mengalih fungsikan lahan, dari lahan yang ditumbuhi pepohonan kini berubah menjadi lahan pertambangan. Dari konversi/alih fungsi lahan tersebut tentunya akan membawa pengaruh terhadap masyarakat atau penduduk asli daerah tersebut. Diantaranya adalah pengaruh terhadap kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi penduduk asli yang mengalami perubahan sebelum dan setelah terjadinya pengalih fungsian lahan tersebut. Dimana hadirnya sebuah Industri menjadi salah satu syarat terjadinya sebuah perubahan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam mengenai kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako. B. Rumusan Masalah Berdasarkan deskripsi pada latar belakang diatas, penulis mencoba mengerucutkan persoalan agar lebih memudahkan objek penelitian dan menghindari luasnya pembahasan yang dilakukan. Berkenaan dengan itu penulis berupaya membatasi masalah yang diteliti, maka pokok yang akan di bahas sebagai rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses konversi lahan yang dilakukan oleh PT.INCO. Tbk di Sorowako ? 2. Bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO di Sorowako ? C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Secara umum tujuan utama dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses konversi lahan yang dilakukan oleh PT.INCO. Tbk di Sorowako. 2. Untuk mengetahui kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT.INCO. Tbk di Sorowako Kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu : 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menemukan teori yang cocok untuk memecahkan masalah penelitian dan menjadi media untuk mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari. Selain berguna untuk mengembangkan pemahaman, penalaran, dan pengalaman peneliti, penelitian ini juga berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan merangsang munculnya penelitian lebih lanjut. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada pemerintah maupun pihak yang terkait sebagai acuan untuk menyelesaikan masalah yang muncul akibat konversi lahan. BAB II TINJAUAN PUTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Konversi Lahan Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif atau masalah terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Sihaloho (2004) membagi konversi lahan kedalam tujuh pola atau tipologi, antara lain: a. Konversi gradual berpola sporadis; dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu lahan yang kurang/tidak produktif dan keterdesakan ekonomi pelaku konversi. b. Konversi sistematik berpola ‘enclave’; dikarenakan lahan kurang produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk meningkatkan nilai tambah. c. Konversi lahan sebagai respon atas pertumbuhan penduduk (population growth driven land conversion); lebih lanjut disebut konversi adaptasi demografi, dimana dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal. d. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial (social problem driven land conversion); disebabkan oleh dua faktor yakni keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan. e. Konversi tanpa beban; dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk mengubah hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin keluar dari kampung. f. Konversi adaptasi agraris; disebabkan karena keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan meningkatkan hasil pertanian. g. Konversi multi bentuk atau tanpa bentuk; konversi dipengaruhi oleh berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan, termasuk sistem waris yang tidak dijelaskan dalam konversi demografi. Di Indonesia, terdapat tiga macam ketimpangan (Cristo-doulou sebagaimana dikutip Wiradi, 2000), yakni: a. Ketimpangan dalam hal struktur “pemilikan” dan “penguasaan” tanah Kepentingan/keberpihakan Pemerintah. Peran pemerintah mendominasi dalam menentukan kebijakan peruntukan penggunaan lahan dan mendukung pihak bermodal dan penguasaan lahan, sedangkan peran masyarakat rendah. b. Ketimpangan dalam hal peruntukan tanah, terdapatnya indikasi kesenjangan, yakni tanah yang seharusnya diperuntukan bagi pertanian rakyat digusur, sedangkan sektor non pertanian semakin bertambah luas. c. Ketimpangan atau Incompability dalam hal persepsi dan konsepsi mengenai agraria. Terjadi perbedaan persepsi dan konsepsi mengenai bermacam hak atas tanah, yakni pemeritah dan pihak swasta yang menggunakan hukum positif dengan penduduk yang berpegang pada hokum normatif/hukum adat. 2. Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Perubahan sosial sebagai proses sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan suatu gejala umum yang berlaku di mana pun selama hidup manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berupa suatu kemajuan dapat pula berupa suatu kemunduran. Secara umum unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami perubahan antara lain nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, polapola perilaku, stratifikasi sebagainya. organisasi sosial, sosial, kekuasaan, lembaga-lembaga tanggung jawab, kemasyarakatan, kepemimpinan, dan Menurut Selo Soemardjan (1974), perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk nilai, sikap-sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan sifat perubahan sosial yang berantai dan saling berhubungan antara satu unsur dengan unsur kemasyarakatan yang lainnya. Dalam pengkajian mengenai perubahan sosial yang relatif sangat luas, dikhawatirkan terjadi suatu kekaburan materi. Oleh karena itu, beberapa ahli berusaha mendefinisikan pengertian perubahan sosial, seperti: a. Kingsley Davis, Perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. b. Samuel Koening, Perubahan sosial menunjuk pada modifikasimodifikasi yang terjadi pada kehidupan masyarakat. c. Mac Iver, Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan sosial. d. Roucek dan Warren, Perubahan sosial adalah perubahan dalam proses sosial atau dalam struktur masyarakat. e. Gillin dan Gillin, Perubahan sosial adalah suatu variasi dari caracara hidup yang telah diterima dan yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut. Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat. 2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. 3. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri. 4. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat. 1. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut: a. Perubahan lambat dan perubahan cepat Perubahan lambat atau evolusi adalah perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyrakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, dan kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Ada beberapa macam teori evolusi (Alex Inkeles dalam Soekanto, 1982 : 269-271), yang pada umunya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut : Unlinear theories of evolution Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangaan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana, kemusian bentk yang kompleks sampai tahap yang sempurna. Universal theory of evolution Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Multilined theory of evolution Teori ini menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyrakat (lembaga-lembaga kemasyarakatan) lazimnya dinamakan revolusi. Unsur-unsur pokok revolusi adalah adanya perubahan yang cepat, dan perubahan tersebut mengenai dasar-dasar pokok kehidupan masyarakat. Kecepatan suatu perubahan yang dinamakan revolusi, sebenarnya relatif karena revolusi memerlukan waktu yang lama. b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar Perubahan berpengaruh besar dan perubahan berpengaruh kecil. Perubahan berpengaruh besar suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian. Sedangkan perubahan berpengaruh kecil perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. c. Pengaruh yang tidak dikehendaki (intended-change) dan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended-change) Perubahan yang dikehendaki (Selo Soemarjan dalam Soekanto, 1982 : 272) merupakan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial a. Bertambah atau Berkurangnya Penduduk b. Penemuan-Penemuan Baru c. Pertentangan (conflict) masyarakat Di dalam masyarakat di mana terjadi suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Faktorfaktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut : a. Kontak dengan kebudayaan lain Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain. Dan dari suatu masyarakat ke masyarakat lain. Ada dua tipe difusi, yaitu pertama difusi intramasyarakkat (intrasociety diffusion) dan kedua difusi antarmasyarakat (inter-society diffusion). b. Sistem pendidikan formal yang maju Pendidikan mengajarkan aneka macam kemampuan kepada individu. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal beru dan juga bagaimana cara berpikir ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berpikir secara objektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak. c. Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification) Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertical yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. d. Penduduk yang heterogen Pada masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar belakang kebudayaan ras ideology yang berbeda dan seterusnya, mudah terjadi konflik yang mengandung goncagan. Keadaan demikian akan mendorong terjadinya perubahan. e. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu Ketidakpuasan masyarakat yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi. Arah Perubahan (Directionof Change) Perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi, setelah meninggalkan faktor itu, mungkin perubahan bergerak kepada sesuatu bentuk yang sama sekali baru, atau mungkin pula bergerak kea rah suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang lampu. 3. Kehidupan sosial dan ekonomi Masyarakat merupakan sistem sosial, menurut Soekanto, (1988:153) mengemukakan bahwa ada beberapa ciri-ciri kehidupan masyarakat (kolektif) yang menunjukkan pada unsur-unsur sistem sosial yaitu : a. Adanya pembagian kerja b. Adanya ketergantungan antar individu c. Adanya kerjasama d. Adanya komunikasi dua arah e. Adanya perbedaa-perbedaan fungsi antar individu. Kehidupan manusia merupakan tujuan dan sekaligus motivasi dari kegiatan ekonomi, produksi, komsumsi, dan tukar-menukar. Menurut Boediono (1982:68) bahwa kebutuhan manusia akan senantiasa mengalami perkembangan yaitu : a. Kebutuhan biologis untuk hidup b. Kebutuhan yang timbul dari peradaban dan kebudayaan manusia itu sendiri (pendidikan, kesehatan, dan sebagainya) c. Kebutuhan lain-lain yang khas pada masing-masing perorangan seperti kebutuhan akan pemenuhan perabot rumah tangga, barang elektronik dan sebagainya. Kebutuhan manusia sangatlah luas dan tidak terbatas, dalam artian kepuasan manusia sulit untuk dibatasi. Oleh karena itu setiap insane dari segala penjuru selalu mempunyai masalah ekonomi karena adanya ketimpangan atau ketidak serasian atau ketidak seimbangan antara kebutuhan dengan jumlah barang atau jasa tersedia untuk memenuhi tuntutan kebutuhan tersebut (Sukimo, 1981:3). Oleh Djasman (1997:56) mengatakan bahwa sistem sosial ekonomi membahas mengenai rangkaian upaya tentang bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka baik melalui sector formal maupun sector informal. Cara yang dimaksud berkaitan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan komsumsi jasa-jasa dan barang-barang langkah. Soekanto, (1982:464) memberikan pandangan mengenai kata sosial sebagai sesuatu yang berkenaan dengan proses sosial. Oleh karena itu, maka interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa adanya suatu interaksi sosial, maka tidak mungkin aka nada kehidupan bersama anta individu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial, pengertian mana menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis dalam masyarakat. Teori Emile Dhurkheim Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi, berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk yaitu: 1. Solidaritas Sosial Mekanik Pandangan Durkheim mengenai masyarakat adalah sesuatu yang hidup, masyrakat berpikir dan bertingkah laku dihadapkan kepada gejala – gejala sosial atau fakta-fakta sosial yang seolah-olah berada di luar individu. Fakta sosial yang berada di luar individu memiliki kekuatan untuk memaksa. Pada awalnya, fakta sosial berasal dari pikiran atau tingkah laku individu, namun terdapat pula pikiran dan tingkah laku yang sama dari individu-individu yang lain, sehingga menjadi tingkah laku dan pikiran masyarakat, yang pada akhirnya menjadi fakta sosial. Fakta sosial yang merupakan gejala umum ini sifatnya kolektif, disesbabkan oleh sesuatu yang dipaksakan pada tiap-tiap individu. Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan diantar mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif. Selanjutnya, perasaan kolektif yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan, merupakan hasil aksi dan reaksi diantara kesadaran individual. Jika setiap kesadaran individual itu menggemakan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang berasal dari perasaan kolektif tersebut. Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri indvidu lagi, melainkan hanya sekedar mahluk kolektif. Jadi masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif. Argumentasi Durkheim, diantaranya pada kesadaran kolektif yang berlainan dengan dari kesadaran individual terlihat pada tingkah laku kelompok. Moralitas mempunyai keterikatan yang erat dengan keteraturan perbuatan dan otoritas. Suatu tindakan bisa disebut moral, kalau tindakan itu tidak menyalahi kebiasaan yang diterima dan didukung oleh sistem kewenangan otoritas sosial yang berlaku, juga demi keterikatan pada kelompok. Solidaritas mekanik tidak hanya terdiri dari ketentuan yang umum dan tidak menentu dari individu pada kelompok, kenyataannya dorongan kolektif terdapat dimana-mana, dan membawa hasil dimana-mana pula. Dengan sendirinya, setiap kali dorongan itu berlangsung, maka kehendak semua orang bergerak secara spontan dan seperasaan. Terdapat daya kekuatan sosial yang hakiki yang berdasarkan atas kesamaan-kesamaan sosial, tujuannya untuk memelihara kesatuan sosial. Hal inilah yang diungkapkan oleh hukum bersifat represif (menekan). Pelanggaran yang dilakukan individu menimbulkan reaksi terhadap kesadaran kolektif, terdapat suatu penolakkan karena tidak searah dengan tindakan kolektif. 2. Solidaritas Sosial Organik Solidaritas organik berasal dari semakin terdiferensiasi dan kompleksitas dalam pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial. Durkheim merumuskan gejala pembagian kerja sebagai manifestasi dan konsekuensi perubahan dalam nilai-nilai sosial yang bersifat umum. Titik tolak perubahan tersebut berasal dari revolusi industri yang meluas dan sangat pesat dalam masyarakat. Menurutnya, perkembangan tersebut tidak menimbulkan adanya disintegrasi dalam masyarakat, melainkan dasar integrasi sosial sedang mengalami perubahan ke satu bentuk solidaritas yang baru, yaitu solidaritas organik. Bentuk ini benar-benar didasarkan pada saling ketergantungan di antara bagian-bagian yang terspesialisasi. Kesadaran kolektif pada masyarakat mekanik paling kuat perkembangannya pada masyarakat sederhana, dimana semua anggota pada dasarnya memiliki kepercayaan bersama, pandangan, nilai, dan semuanya memiliki gaya hidup yang kira-kira sama. Pembagian kerja masih relatif rendah, tidak menghasilkan heterogenitas yang tinggi, karena belum pluralnya masyarakat. Lain halnya pada masyarakat organik, yang merupakan tipe masyarakat yang pluralistik, orang merasa lebih bebas. Penghargaan baru terhadap kebebasan, bakat, prestasi, dan karir individual menjadi dasar masyarakat pluralistik. Kesadaran kolektif perlahan-lahan mulai hilang. Pekerjaan orang menjadi lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi, merasa dirinya semakin berbeda dalam kepercayaan, pendapat, dan juga gaya hidup. Pengalaman orang menjadi semakin beragam, demikian pula kepercayaan, sikap, dan kesadaran pada umumnya. Heterogenitas yang semakin beragam ini tidak menghancurkan solidaritas sosial. Sebaliknya, karena pembagian kerja semakin tinggi, individu dan kelompok dalam masyarakat merasa semakin tergantung kepada pihak lain yang berbeda pekerjaan dan spesialisasinya. Peningkatan terjadi secara bertahap, saling ketergantungan fungsional antar pelbagai bagian masyarakat yang heterogen itu mengakibatkan terjadi suatu pegeseran dalam tata nilai masyarakat, sehingga menimbulkan kesadaran individu baru. Bukan pembagian kerja yang mendahului kebangkitan individu, melainkan sebaliknya perubahan dalam diri individu, di bawah pengaruh proses sosial mengakibatkan pembagian kerja semakin terdiferensiasi. Kesadaran baru yang mendasari masyarakat modern lebih berpangkal pada individu yang mulai mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang lebih terbatas dalam masyarakat dan mereka tetap mempunyai kesadaran kolektif yang terbatas pada kelompoknya saja, contohnya yang sesuai dengan pekerjaannnya saja. Corak kesadaran kolektif lebih bersifat abstrak dan universal. Mereka membentuk solidaritas dalam kelompok-kelompok kecil, yang dapat bersifat mekanik. Terjadinya perubahan sosial yang ditandai oleh meningkatnya pembagian kerja dan kompleksitas sosial, dapat juga dilihat sebagai perkembangan evolusi model linier (Lawang, 1986:188). Kecenderungan sejarah pada umumnya dalam masyarakat Barat adalah ke arah bertambahnya spesialisasi dan kompleksitas dalam pembagian kerja. Perkembangan ini mempunyai dua akibat penting. Pertama, dia merombak kesadaran kolektif yang memungkinkan berkembangnya individualitas. Kedua, dia meningkatkan solidaritas organik yang didasarkan pada saling ketergantungan fungsional. Durkheim melihat masyarakat industri kota yang modern ini sebagai perwujudan yang paling penuh dari solidaritas organik. Teori Karl Marx Terjadinya sebuah perubahan dalam masyarakat disebabkan oleh faktor ekonomi. Akan ada pergeseran pola kehidupan masyarakat yang awalnya merupakan masyarakat komunal primitive menjadi masyarakat yang komsumtif sehingga pada akhirnya kapitalisme menguasai masyarakat. Karl Marx percaya dalam kapitalisme, terjadi keterasinagan (alienasi) manusia dari dirinya sendiri. Kekayaan pribadi dan pasar menurutnya tidak memberikan nilai dan arti pada semua yang mereka rasakan sehingga mengasingkan manusia, manusia dari diri mereka sendiri. Hasil keberadaan pasar, khususnya pasar tenaga kerja menjauhkan kemampuan manusia untuk memperoleh kebahagiaan sejati, karena dia menjauhkan cinta dan persahabatan. Dia berpendapat bahwa dalam ekonomi klasik, menerima pasar tanpa memperhatikan kekayaan pribadi, dan pengaruh kebradaan pasar pada manusia. Sehingga sangat penting untuk mengetahui hubungan antra kekayaan pribadi, ketamakan, pemisahan buruh, modal dan kekayaan tanah, antara pertukaran dengan kompetisi, nilai dan devaluasi manusia, monopoli dan kompetisi dan lain-lain. Fokus kritiknya terhadap ekonomi klasik adalah, is tidak memeperimbangkan kekuatan produksi akan meruntuhkan hubungan produksi. Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu: a. kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi. b. Kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun bahan-bahan produksi. Karl Marx berpandagan ada pengaruh yang kuat para kapitalis untuk menghimpun modal. Penghimpunan modal ini berarti bahwa aka nada lebih banya fariabel modal yang digunakan untuk menambah tenaga kerja, sehingga akan menaikkan upah dan akan mengurangi tingkat pengangguran. Tingkat surplus value akan mengalami penurunan sebagai akibat dari naiknya upah, begitu juga tingkat laba juga akan turun. Para kapitalis akan bereaksi dengan mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin dengan menambah organic composition of capital. Jika tingkat surplus value dipertahankan untuk tidak berubah maka kenaikan pada organic composition of capital akan mendorong tingkat keuntungan pada level yang lebih rendah. B. Karangka Konseptual Dalam masyarakat terdapat sebuah hubungan yang mengikat antar individu dalam sebuah hukum sosial berupa budaya yang dipahami secara kolektif. Dimana masyarakat harus menjaga nilai dan budaya sehingga menjadi sebuah kultur yang tetap. Namun terkadang terdapat beberapa nilai-nilai kebudayaan yang mulai luntur dan cenderung cair, dalam hal ini mengenai sistem sosial berupa pola interaksi sosial, dan sistem mata pencaharian, karena adanya perubahan pola pembangunan. Hadirnya industri besar dalam sebuah wilayah tertentu dapat menjadi sebuah syarat akan terjadinya perubahan sosial. Hal ini terjadi karena pola kebiasaan yang tadinya sederhana seperti pembagian kerja, hukum sosial, adat dan lain-lain perlahan juga ikut berubah menjadi lebih kompleks. Durkheim menjelaskan perubahan masyarakat dapat terjadi dan bergeser dari masyarakat mekanik menuju ke masyarakat organik. Masyarakat mekanik adalah kondisi masyarakat mekanik dapat di kenal melalui ciri ciri sebagai berikut : 1. Pembagian kerja sederhana : pekerjaan dalam masyarakat mekanik sangat terbatas misalnya jika bukan menjadi petani, pedagang, nelayan atau pekerjaan rumah tangga. Jadi pilihan pilihan pekerjaan dalam masyarakat ini terbilang hanya berputar diseputar itu saja. Kondisi ini dapat kita lihat dalam masyarakat pedesaan. 2. Masyarakat homogen : yakni kondisi dimana masyarakat memiliki kesamaan latar belakang seperti agama, bahasa dan kebudayaan. Jadi semakin banyak persamaan yang dimiliki makan kondisi masyarakatnya semakin mekanik 3. Hukum bersifat represif : artinya jika ada sebuah kondisi dimana individu melanggar atau mencoreng nilai nilai yang di pahami bersama maka cenderung hukuman dalam masyarakat mekanik di tuangkan dalam proses penghakiman bersama. Sedangkan masyarakat organik adalah kebalikan dari mekanik dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pembagian kerja kompleks : kondisi dalam bidang pekerjaan perlahan mulai memiliki banyak pilihan dengan adanya perubahan pembangunan atau kondisi 2. Masyarakat heterogen : kondisi masyarakat berasal dari latar belakang berbeda karena terjadi perpindahan penduduk atau perubahan iklim masyarakat menjadi modern yang menjadikan masyarakat semakin individualistik. 3. Hukum bersifat restitutif : jika ada individu yang bermasalah maka akan ditindaki sesuai dengan institusi yang khusus di buat untuk menindak lanjutinya. Seperti polisi, militer, dan sebagainya. Sorowako sebagai sebuah desa yang memiliki kekayaan alam yang melimpah yang termasuk dalam pertambangan mineral (UU Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Nomor 4 Tahun 2009) telah menjadi sebuah lahan subur untuk di kelola dan di jadikan sebagai sumber dalam memenuhi kebutuhan mata pencaharian. Namun kekayaan ini di kelola bukan oleh penduduk setempat atau dalam negeri melainkan orang asing dan dikelola secara swasta sehingga mengakibatkan perubahan masyarakat yang cukup drastis. Maka benarlah yang dikatakan oleh salah seorang sosiolog asal Jerman yaitu Karl Marx yang mengatakan bahwa pola perubahan masyarakat baik stratifikasi maupun nilai-nilai kebudayaan dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Tahap perkembangan kehidupan masyarakat dari komunal primitive hingga ke kapitalis yang di ramalkan oleh marx karena pertentangan antara kaum proletar dan kaum borjuis semakin jelas dengan stagnannya masyarakat pada pola kerja kapitalisme. Kita dapat melihat kondisi ini dalam skema berikut : LAHAN ORIGINAL PENDUDUK ASLI SOSIAL EKONOMI PT. INCO. TBK KONVERSI LAHAN Emile Dhurkheim 1. 2. 3. 4. PENDUDUK ASLI SOSIAL Interaksi sosial Strata/status sosial Eksistensi adat istiadat Keamanan C. Defenisi Operasional EKONOMI Karl Marx 1. Pendapatan kas negara 2. Lapangan kerja 3. Pengembangan SDM 4. Peningkatan ekonomi 1. Konversi lahan - Konversi adalah pengubahan alih fungsi dari satu bentuk kebentuk yang lain. - Lahan adalah tanah garapan milik pemerintah atau warga, yang merupakan kekayaan alam yang memiliki potensi 2. Kehidupan Sosial dan Ekonomi - Kehidupan ekonomi adalah bentuk aktivitas dalam bidang ekonomi (berhubungan dengan uang) untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup. - Kehidupan Sosial adalah segala bentuk aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan norma, budaya dan syarat-syarat interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. 3. Penduduk Asli Penduduk asli adalah orang yang turun temurun tinggal disuatu daerah. 4. PT. INCO. Tbk PT. INCO. Tbk adalah sebuah perusahaan tambang berasal dari Canada yang merupakan anak perusahaan dari PT. VALE. Tbk yang melakukan konversi lahan melalui izin dari pemerintah secara resmi. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu pada bulan Februari sampai Maret dengan menetapkan lokasi penelitian di Desa Sorowako Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. B. Tipe dan Dasar Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang dimaksud disini merupakan bentuk penelitian yang mendeskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi. 2. Teknik Penentuan Lokasi Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan lokasi penelitian yang ditentukan secara sengaja (purposive) dimana lokasi penelitian ini terletak di Desa Soroako Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. 3. Jenis dan Sumber Data Penelitian Jenis data yang digunakan adalah jenis data kualitatif yaitu semua bahan, keterangan data fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara eksak matematis, tetapi hanya berwujud keterangan naratif semata. Bahan-bahan ini hanya dapat digolongkan dalam bentuk kategori-kategori (Andi Prastowo,2011 : 204). Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu : a. Data primer adalah data yang dapat diperoleh dengan melakukan penelitian langsung terhadap objek penelitian. Yaitu dengan wawancara dari sejumlah informan, catatan lapagan, foto dan hasil observasi. b. Data Skunder adalah data yang diperoleh melalui beberapa media yang ada, dan bersifat melengkapi data primer seperti buku, literatur, ataupun artikel-artikel yang terkait dengan penelitian ini. 4. Teknik Mendapatkan Informan Untuk mengumpulkan data, telah ditentukan para informan yang akan memberikan informasi mengenai masalah yang diteliti. Penentuan informan dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu : a. Menentukan informan sebanyak 11 orang, informan yang merupakan penduduk asli sebanyak 9 orang dan 3 orang informan dari pihak perusahaan PT. INCO. Tbk b. Informan yang merupakan penduduk asli Sorowako, yang akan memberikan informasi harus memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Beberapa kriteria tersebut adalah sebagai berikut : - Informan merupakan penduduk asli Sorowako yang terindetifikasi dalam organisasi daerah Kerukunan Wawania Asli Sorowako yang telah mendapat pengakuan dari pemerintah setempat dan Perusahaan PT. INCO. Tbk. - Informan merupakan tokoh masyarakat yang mengetahui sejarah Sorowako. - Informan merupakan penduduk yang berdomisili di Sorowako - Sebagian informan yang dipilh merupakan karyawan PT. INCO. Tbk, pensiun PT. INCO. Tbk, petani, dan wiraswasta. - Informan berusia rata-rata di atas 40 tahun, dengan alasan umur di atas 40 tahun telah berpengalaman mengenai kehidupan selama di Sorowako dan mengetahui cerita tentang Sorowako, penduduk asli, dan PT. INCO. Tbk. - Informan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki maksimal 8-9 orang dan berjenis kelamin perempuan maksimal 2-3 orang. Alasan memilih informan berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan informan perempuan, dikarenakan pada umumnya di Sorowako yang berkerja dan terlibat dalam pengambilan keputusan adalah kaum laki-laki. Namun tetap melibatkan kaum perempuan dalam pencaharian informasi dalam penelitian ini. c. Informan dari pihak perusahaan tambang PT. INCO. Tbk yaitu karyawan pada divisi Community Development perusahaan, yang mengurus dan mengatur hubungan antar perusahaan dengan masyarakat area pertambangan, penduduk asli Sorowako, dan pemerintah setempat. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, sumber dan pengaturan. Dalam penelitian perolehan data sangat luas serta mendalam, maka perlu diklasifikasikan upaya yag dilakukan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut : - Data Primer a. Observasi Yaitu berupa pengamatan secara langsung di lapangan untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan masalah penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui objektivitas dari kenyataan yang ada tentang keadaan dan kondisi objek yang akan di teliti. Penggunaan teknik observasi ini dimaksudkan untuk mengungkap fenomena yang tidak diperoleh melalui teknik wawancara. b. Wawancara Mendalam, (depth interview), Merupakan teknik pengumpulan data melalui wawancara secara mendalam dengan para informan yang dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa mereka mengetahui dan dapat memberikan penjelasan tentang objek atau permasalahan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisikan pokok-pokok pertanyaan yang sehubungan dengan fokus permasalahan didalam penelitian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan dalam wawancara dilokasi penelitian, seperti yang dikemukakan oleh Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal adalah : 1. Menetapkan informan 2. Menyiapkan pokok-poko maslah yang akan dibicarakan 3. Membuka dan menutu alur wawancara 4. Mengkonfirmasi ikhtiar hasil wawancara dengan mengahirinya 5. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan 6. Mengindentifikasi tindak lanjut hasil wawancara - Data Skunder Studi kepustakaan Data ini diperoleh dari studi kepustakaan yaitu literatur yang berkaitan dengan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan objek penelitian. D. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah memberikan gambaran informasi masalah secara jelas dan mendalam untuk menghasilkan data kualitatif yang baru. Hasil dari gambaran informasi akan diinterpretasikan sesuai dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan dukungan teori yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknis ini menurut Miles dan Hubermen diterapkan melalui tiga alur yaitu: 1. Data Reduction /Reduksi Data Yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan terhadap pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yag lebih jelas dan akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. 2. Data Display/Data Penyajian Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 3. Verification/Penarikan Kesimpulan Langkah terakhir adalah pengambilan kesimpulan, dimana kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat semantara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali dari lapangan. E. Draf Pembahasan Hasil Penelitian Rancangan dalam laporan hasil penelitian pada bab V yaitu : 1. Karakteristik Informan 2. Proses terjadinya konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako - Faktor konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako - Proses terjadinya konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako 3. Kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako - Kehidupan sosial penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako. - Kehidupan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako. BAB IV GAMBARAN LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Sorowako adalah daerah tambang Nickel yang terletak di Pulau Sulawesi, Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Luwu Timur, Kecamatan Nuha. Sorowako memperoleh status dari pemerintah sebagai suatu daerah tinggal pada tahun 1964. Sorowako dulunya merupakan sebuah wilayah yang jauh dari teknologi dengan masyarakat yang dapat dikategori masyarakat yang homogen. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan konversi lahan yang terjadi di daerah tersebut membuat Sorowako menjadi sebuah wilayah yang modern, dan sebagai salah satu daerah penghasil pajak yang cukup besar untuk pemerintah setempat. Sorowako juga merupakan suatu daerah dengan fasilitas dan infastuktur terlengkap dengan tatanan kota yang indah. Pada awalnya Sorowako merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh suku Tomoni yang merupakan penduduk asli dari desa Sorowako yang tinggal di pinggir Danau Matano, namun terjadi dinamika perebutan lahan tinggal dikarena terjadinya bencana alam Tsunami. Ada 4 area hunian penduduk asli yaitu Helai, Sukoyo, Pontada, dan Lentebure. Awalnya penduduk asli Sorowako tinggal di daerah Pontada, kemudian karena bencana alam Tsunami sehingga perkampungannya tenggelam, dimana dulunya Danau Matano memiliki luas yang kecil namun setelah adanya Tsunami Danau Matano menjadi sangat luas. Kemudian mereka berpindah ke Sukoyo, di daerah tersebut terjadi perang suku antar penduduk asli suku Tomoni dengan Suku Tomobahono. Setelah berpindah dari Sukoyo suku Tomoni melakukan perjalanan mencari perkampungan sebagai tempat tinggal. Dan mereka menemukan daerah yang disebut Helai sebagai tempat bermukim. Namun perang suku pun terus berlanjut antara suku Tomoni dengan Suku Tomori sehingga banyak korban jiwa. Sehingga pada akhirnya sebagian penduduk yang tersisa kembali melakukan perjalanan mencari tempat bermukim. Dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal dan bermukim di daerah Sorowako pinggir Danau Matano. Pada awal suku Tomoni berdomisili di daerah yang sekarang dinamakan Sorowako, mereka tidak punya agama hanya menyembah berhala dan tidak mengetahui cara bercocok tanam, dan berternak. Kemudian datanglah keturunan opu yaitu Opu Andi Halu yang berasal dari Kerajaan Luwuk dan keturunan Opu daeng Tanumpa yang berasal dari Kerjaan Sinjai. Yang mengajarkan Suku Tomoni / penduduk asli agama Islam dan mengajarkan cara bersawah, berkebun, dan berternak. Sehingga aktifitas ekonomi, budaya , dan sosial mulai berjalan lancar. Bertani, berkebun, berternak, dan menangkap ikan pun menjadi sumber mata pencaharian penduduk setempat. Sebagai ucapan terima kasih penduduk asli kepada keturunan Opu yang telah membantu dan mengajari penduduk, mereka di berikan tanah di Sorowako. Mereka hidup berdampingan dengan menjunjung tinggi adat istiadat daerah mereka. Setelah 11 tahun pasca menetapnya suku Tomoni di daerah pemukimannya yang sekarang dinamakan Sorowako pada tahun 1927, aktifitas kehidupan penduduk berjalan dengan lancar, hingga datanglah team survey / geologist dari jerman yang mengadakan penelitian mengenai kandungan biji nickel di daerah Sorowako pada tahun 1937. Setelah terjadinya proses konversi lahan dan masuknya PT. INCO. Tbk di Sorowako pada tahun 1973, perusahaan membangun daerah Sorowako menjadi daerah yang berkembang pesat baik dari mata pencaharian, tatanan kota, infrastuktur, fasilitas, dan juga interaksi sosial masyarakat. Hadirnya perusahaan tambang di Sorowako membuat daerah ini terkenal sebagai daerah yang menjanjikan sebagai lapangan pekerjaan baik di sektor industri maupun perdagangan. Banyak orang-orang yang berdatangan untuk mengadu nasib di daerah tambang ini, sehingga laju peningkatan penduduk pun berkembang pesat. Berbagai suku dan etnis sekarang ada di Sorowako, diantaranya suku Toraja, Padoe, Bugis, Batak, Sunda, Jawa, Kalimantan bahkan dari luar negeri WNA banyak ditemui di Sorowako. Sejak berdirinya perusahaan tambang PT. INCO. Tbk di Sorowako, mengubah beberapa lahan yang awalnya adalah hutan belantara menjadi area tambang, pemukiman tempat tinggal karyawan perusahaan PT. INCO. Tbk dan masyarakat Sorowako yang pada umunya adalah pendatang. Sorowako mempunyai 8 area pemukiman, yaitu Salonsa, Pontada, dan Old Cam sebagai pemukiman Karyawan PT. INCO. Tbk , Sorowako Lama/ Desa Nikkel identik sebagai pemukiman penduduk asli Sorowako, Sorowako Baru, Sumasang 1, Sumasang 2, Magani sebagai pemukiman campuran dari berbagai etnis pendatang, baik karyawan PT. INCO. Tbk dan kontraktor, pedagang, dan penduduk asli Sorowako. Penduduk asli Sorowako mempunyai suatu organisasi daerah yaitu KWAS (Kerukunan Wawania Asli Sorowako). Yang mengidentifikasikan dan menjaga penduduk asli Sorowako agar tetap terakreditasi, diakui keberadaanya, dan mendapatkan hak-haknya sebagai tuan rumah. B. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Sorowako secara geografis terletak dibagian selatan garis khatulistiwa 2018’00” – 203900” Bujur Timur dan diantara 1210300” - 121034’30” Lintang Selatan. Dan mempunyai batas-batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Towuti Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Towuti Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wasuponda Kota Sorowako mempunyai luas wilayah daratan 808,27 km, luas wilayah perairan 56.100 ha yang merupakan kawasan pembangkit tenaga listrik. Kondisi topografi wilayah pusat Sorowako pada umunya pegunugan dan berbukit. Sorowako terdapat 3 buah danau yang terkenal yaitu Danau Matano yang Sorowako berada persis di pinggirnya, Danau Mahalona dan Danau Towuti. Ketiga danau tersebut dihubungkan oleh sungai Larona dan bermuara di Malili ibukota Kabupaten Luwu Timur. Sorowako termasuk dalam kecamatan Nuha, kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Berada di ketinggian ± 1388 kaki dari permukaan laut. Sorowako berjarak 500 km dari Makassar (Ibu Kota Sulawesi Selatan). Desa-desa di sekitar Sorowako yang termasuk dalam Kecamatan Nuha adalah: Desa Nuha, Desa Matano, Desa Magani, dan dusun disekitarnya antara lain: Pontada, Salonsa, Old Camp, Lawewu, Tapulemo, Sorowako, Tambeha, Otuno, Helai, Lamoare, Sumasang, Tapuondau. Keadaan iklim diSorowako sama dengan daerah yang lain yaitu musim hujan dan musim kemarau namun, karena Sorowako merupakan daerah tambang yang membutuhkan sumber energi listrik yang besar. Maka musim kemarau akan sangat mempengaruhi aktivitas pertambangan, sehingga perusahaan sering membuat hujan tembak atau hujan buatan setiap musim kemarau yang berkepanjangan. C. Kependudukan dan Tenaga Kerja 1. Kependudukan Dengan adanya Perusahaan tambang PT. INCO. Tbk yang beroperasi di daerah ini, menjadikan Sorowako yang dulunya penduduknya sedikit (1968), sekarang (2012) sudah bertambah banyak karena sebagian besar karyawan berdomisili di daerah ini. Hampir 70% penduduk di Sorowako adalah pendatang yang berasal dari hampir semua propinsi di Indonesia. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk (SP) priode 26 desember – 25 februari 2012, bisa dilihat pertumbuhan penduduk yang cukup besar. Jumlah penduduk mencapai 20.888 jiwa. Dari jumlah tersebut, terdapat jumlah penduduk laiki-laki 11.055 jiwa dan perempuan 9.833 jiwa. 2. Tenaga Kerja Penduduk usia kerja di Sorowako pada tahun 2011 berjumlah 19.831 orang, sebanyak 11.311 atau 62,31 persen merupakan angkatan kerja dan sisanya sebanyak 8520 orang atau 27,69 persen bukan angkatan kerja. Berdasarkan data dari perusahaan PT.INCO. Tbk tercatat jumlah karyawan pada tanggal 31 desember 2011 adalah 7.735 orang. D. Pendidikan Dalam pendidikan Sorowako mempunyai sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Terdapat 5 unit Taman Kanak – Kanak yaitu, TK Al-Ikhwan, TK Yayasan Pendidikan Sorowako (YPS), TK Darma Wanita, TK Budi Utomo dan TK Benteng. 4 unit Sekolah Dasar yaitu SD Yayasan Pendidikan Sorowako, SDN Nikkel, SDN Dongi, SDN 220, dan SDN Budi Utomo. 3 unit Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu SMP YPS, SMP YAPMAN, SMPN Sumasang. 4 unit Sekolah Menengah Atas yaitu SMA YPS, SMA Yapman, SMAN Sumasang, dan SMK Budi Utomo. Dan 1 unit perguruan tinggi yaitu Akademik Teknik Sorowako (ATS). E. Kesehatan Dalam bidang kesehatan, Sorowako termasuk daerah yang mempunyai fasilitas lengkap. Beberapa sarana kesehatan yang ada di Sorowako. Tabel Sarana Kesehatan No Sarana Kesehatan/paramedic Jumlah keterangan 1 Rumah sakit PT. INCO 1 unit Desa Magani 2 Posyandu 7 unit Disetiap desa 3 Puskesmas 1 unit Desa Nickel 4 Dokter spesialis 8 orang Disetiap desa 5 Dokter umum 3 orang Disetiap desa 6 Apoteker 3 orang Disetiap desa 7 Perawat 135 orang Disetiap desa 8 Anastesi 5 orang Desa Magani 9 Analisa Laboratorium Kesehatan 5 orang Desa Magani F. Agama Pada awalnya agama mayoritas penduduk asli Sorowako yaitu Islam namun seiring pertumbuhan penduduk baik yang lahir maupun pendatang mulai muncul berbagai keyakinan dan kepercayaan. Table Sarana Ibadah No Sarana ibadah Jumlah 1 Mesjid 7 unit 2 musollah 2 unit 3 Gereja khatolik 1 unit 4 Gereja protestan 3 unit 5 Pura Hindu 1 unit G. Ekonomi 1. Pertambangan Sorowako merupakan suatu daerah yang mengandung banyak biji nickel sehingga menjadikannya wilayah pertambangan. Sebagian besar masyarakatnya berkerja sebagai karyawan di perusahaan tambang tersebut baik masyarakat di Sorowako maupun daerah sekitar Sorowako seperti Malili, Wawondula, dan Wasuponda yang juga merupakan daerah pemberdayaan perusahaan. Dan hal tersebut yang menjadi faktor sehingga banyak industri yang muncul seperti CV dan kontraktor baik barang maupun jasa. Berdasarkan data perusahaan diperoleh jumlah karyawan perusahaan PT. INCO yang telah berganti menjadi PT. VALE ini berkisar 7.735 orang. Di Sorowako tercatat ada 13 anak perusahaan dan kontraktor swasta,yaitu Trakindo, United Tractor, Thiess, Volvo, Truba, Orsal, Srawegading, Charles, Maharani, Taruna Mandiri, Bujaya Karya, Mahalona, dan Kajima yang bergerak dalam bidang industri pertambangan. 2. Perdagangan Perdagangan merupakan salah satu penghasilan yang sangat menguntungkan di daerah tambang seperti Sorowako. Banyaknya imigran yang datang dari luar daerah sehingga meningkatkan permintaan kebutuhan hidup. Hal ini yang menjadi faktor perdagangan sebagai lapangan kerja yang sangat menguntungkan. Perkembangan dalam bidang perdagangan di Sorowako sangat pesat, orang-orang dari berbagai daerah berbondongbondong datang bukan hanya untuk berkerja diperusahaan namun juga untuk berdagang baik dalam bidang jasa maupun barang. 3. Pertanian dan Perkebunan Pada awalnya sebelum terjadi konversi lahan mata pencaharian masyarakat Sorowako ialah bertani dan berkebun, namun setelah terjadinya konversi lahan, bertani dan berkebun hanya dikerjakan oleh para penduduk asli Sorowako yang mempunyai sawah dan tanah perkebunan diluar area pertambangan. Di Sorowako terdapat sawah dengan luas 1.765 Ha di desa nikkel dan menjadi satu-satunya lahan pertanian yang ada di Sorowako. Sedangkan dalam bidang perkebunan tidak dapat ditafsirkan luas lahan, karena setelah adanya konversi lahan perkebunan menjadi lahan tambang masyarakat yang masih berkebun lahannya berada di daerah yang cukup jauh dari area pertambangan seperti di Matano, Nuha, Bure, Batu Merah dan Taipe. 4. Perternakan dan Perikanan Bedasarkan data kecamatan setempat, jumlah produksi ternak pada tahun 2012 yaitu sapi sebanyak 132 ekor, kambing 42 ekor, sedangkan untuk unggas yaitu ayam sebanyak 221 ekor, dan itik/bebek 60 ekor. Dalam bidang perikanan biasanya masyarakat hanya menangkap untuk dikomsumsi sehari- hari, adapun ikan khas dari Sorowako yaitu ikan butini, opudi. Sedangkan udang hias endemik di perjual belikan. Dan yang sering melakukan aktifitas ini hanya kalangan masyarakat tertentu yaitu penduduk asli Sorowako. H. Angukatan dan Komunikasi 1. Aksesbilitas Selain merupakan daerah tambang Sorowako juga merupakan daerah penghubung antara Sulawesi Selatan dengan Sulawesi Tengah. Hanya butuh waktu 1 jam menyebrang Danau Matano dengan menggunakan rap/ katinting dan angkutan darat sekitar 2 jam telah sampai ke Sulawesi Tengah. Sorowako dapat diakses secara langsung melalui jalur MakassarSorowako dan Sulawesi Tengah-Sorowako dengan 3 (tiga) cara/fasilitas yaitu : 1. Melalui jalur darat dengan menggunakan Bus yang telah tersedia degan tujuan Sorowako, bisa pula dengan kendaraan pribadi seperti mobil maupun motor dengan jarak tempuh kurang lebih 14 jam dari Makassar ke Sorowako. 2. Melalui jalur udara dengan menggunakan pesawat Pelita Air yang telah tersedia dengan rute Makassar – Sorowako menempuh jarak kurang lebih 40 menit. 3. Melalui jalur perairan dengan menggunakan rap atau katinting dengan rute melalui Sulawesi Tengah. Menempuh jarak sekitar 4 jam, melalui jalur darat 3 jam dari kota Sulawesi Tengah dan melalui jalur perairan selama 1 jam menyeberangi Danau Matano. 2. Angkutan Jenis angkutan darat yang dicakup adalah kendaraan bermotor meliputi kendaraan penumpang, bus penumpang, mobil barang, bus karyawan, mini bus karyawan, sepeda motor. Dan tersedia sarana perwakilan bus penumpang, mining site bus karyawan, dan terminal angkutan penumpang. Jenis angkutan udara yang ada di Sorowako hanya 1 yaitu Pelita. Dengan sarana AIRPORT yang di namakan Indonesia Air Transport, Sedangkan angkuatan perairan/ laut tersedia dermaga sebagai tempat berlabuh kapal, katinting, dan rap. 3. Pos dan Telekomunikasi Dalam penyampaian informasi surat terdapat 1 unit Kantor Pos yang memadai. Dan penggunaan telpon sebagai sarana komunikasi terdapat 1 unit kantor Telkom dan 1 unit Kantor Telkomsel. I. Sarana Hiburan Sorowako merupakan salah satu daerah dengan tatanan kota yang indah baik jalanan, bangunan, maupun sarana hiburan, seperti : 1. Sarana Hiburan Terdapat berbagai sarana hiburan seperti 5 buah pantai buatan dengan desain yang indah yaitu pantai Ide, pantai C, pantai Impian, pantai Kupukupu, dan dolmitori. 1 buah mata buntu yang terletak di pulau matano. Gua air berada di tengah-tengah danau, 2 unit taman bermain anak-anak, 2 studio musik, dan 1 buah area perkemahan, 1 buah Poci, dan 4 unit Hotel berbintang yaitu Hotel Grand Mulia, Hotel Transisco, Hotel Mulia, dan Hotel dan Karakatau Gues House. Sarana ini dapat digunakan masyarakat untuk melepaskan jenuh dan rekreasi. Banyak pula masyarakat yang datang untuk menikmati sarana hiburan tersebut dari luar daerah Sorowako. 2. Sarana Olahraga Di Sorowako terdapat sarana dan fasilitas olahraga yang cukup lengkap, yang telah disediakan oleh PT. INCO. Tbk sebagai fasilitas umum yang dapat digunakan oleh karyawan perusahaan dan seluruh masyarakat Sorowako. Tabel Sarana Olahraga No Sarana Olahraga Jumlah 1 Lapangan Golf 2 Unit 2 Lapangan Tennis 3 Unit 3 Gedung Badminton 3 Unit 4 Lapangan Basket 3 Unit 5 Lapangan Spak Bola 6 Unit 6 GYM/ Fitnes 1 Unit 7 Jogging Area 1 Unit 8 Gedung latihan Karate dan Taikondo 2 Unit 3. Sarana Perdagangan Aktifitas perdagangan masyarakat Sorowako dapat ditemui di Pasar yang dinamakan Pasar Malindungi (Pasar Tradisional) yang terletak di Sorowako Lama, Pasar F ( Pasar Moderen), yang terletak di Magani dan Toko Baru yang menyediakan berbagai produk luar negeri, yang terletak di kawasan PT. INCO.Tbk J. Keanekaragaman Hayati Sorowako memiliki banyak keanekaragaman hayati di antaranya yaitu : 1. Spesies udang hias endemic, salah satu Celebes beauty keindahan yang disukai kolektor baik dalam negeri maupun mancanegara. Dapat ditemukan di danau Matano dan danau Towuti. 2. Kera pantat merah atau Macaca Ochreata khas Sorowako merupakan satwa yang dilindungi. Sering ditemui sebelah Timur Sorowako, tepatnya di daerah Sumasang dan Old Camp. 3. Pohon / Kayu Eboni, merupakan kayu Eboni dengan semurat yang sangat indah batanya berilis hitam pekat diseligi wana cokelat. Sifat kayu ini sangat keras dan berat. Eboni tumbuh didaerah tropis. Penduduk asli Sorowako meyakini meminum air dengan cawan dari kayu Eboni dapat menangkal racun dan roh jahat. 4. Ikan Butini, ikan yang jenis ini hanya dapat ditemukan di Danau Matano. 5. Buah dengen, buah ini hanya dapat ditemukan di Sorowako. Yang kemudian di olah menjadi jus atau sirup. BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Pada pembahasan laporan hasil penelitian, penulis akan mengungkapkan kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konverssi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako. Berdirinya sebuah perusahaan tambang Nickel Internasional yaitu PT.INCO.Tbk di Sulawesi Selatan kabupaten Luwu Timur Kecamatan Nuha Desa Sorowako, membawa pengaruh yang sangat besar terhadap wilayah dan masyarakat di daerah tersebut. Tak heran jika hadirnya perusahaan tambang tersebut menjadikan Sorowako sebagai salah satu daerah yang memiliki daya tarik bagi para imigran untuk mengadu nasib meningkatkan kesejahteraan ekonominya. Sehubungan dengan kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk, ada 2 (dua) komponen penting yang menjadi inti kajian ini yaitu pihak perusahaan PT.INCO.Tbk dan penduduk asli Sorowako. Dinamika dalam interaksi pada kedua komponen tersebut banyak mempengaruhi kajian teori perubahan sosial yang menjadi inti pembahasan. Gillin dan Gillin mengemukakan perubahan sosial adalah suatu variassi dari cara-cara hidup yang telah diterima dan yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideology maupun adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut. Faktor-faktor yang memperngaruhi terjadinya perubahan sosial adalah : 1. Kontak dengan kebudayaan lain 2. Sistem pendidikan formal yang lebih maju 3. Sistem terbuka lapisan masyarakat 4. Penduduk yang heterogen 5. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu. Terciptanya keseimbangan atau goncagan, konsesnsus atau pertikaian, harmonis atau perselisihan, kerja sama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan sebagainya. Semua berasal dari sifat saling mempengaruhi dari keseluruhan ciri-ciri sistem sosial yang kompleks itu. Adapun jumlah informan yang peneliti pilih secara purposive yaitu sebanyak 11 (sebelas) orang. Peneliti memilih 9 (sembilan) informan dari penduduk asli Sorowako yang merupakan pemilik atau keturunan pemilik lahan yang dikonversi oleh pihak perusahaan PT. INCO. Tbk. Yang telah tinggal di Sorowako sebelum PT. INCO. Tbk berdiri. Dan terorganisir dalam suatu organisasi daerah yaitu Kerukunan Wawania Asli Sorowako (KWAS) yang telah diakui oleh PT. INCO. Tbk dan pemerintah setempat. Serta 3 (tiga) informan dari pihak perusahaan PT.INCO.Tbk Divisi Eksternal Comunnity Development yang merupakan bagian yang mengurus hubungan antara perusahaan PT. INCO. Tbk dengan masyarakat Sorowako, penduduk asli dan pemerintah setempat. Dan mengatur berbagai perjanjian dan fasilitas yang diberikan kepada masyarakat Sorowako khususnya penduduk asli. Dalam penelitian ini ada dua permasalahan yang akan menjadi pokok pembahasan laporan hasil penelitian. Pokok pembahasan yang pertama yaitu bagaimana proses konversi lahan yang dilakukan oleh pihak PT. INCO.Tbk. di Sorowako. kedua bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT.INCO.Tbk di Sorowako. Adapun susunan isi dari hasil penelitian tentang kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako adalah sebagai berikut : - Karakteristik informan (nama samaran sesuai dengan permintaan informan) - Proses konversi lahan yang dilakukan oleh PT. INCO.Tbk di Sorowako. - Kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT.INCO.Tbk di Sorowako. A. KARAKTERISTIK INFORMAN Karakteristik informan merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui, sebelum membahas lebih dalam mengenai masalah-masalah pokok dalam penelitian ini. Ada beberapa karakteristik informan yang telah digabungkan dalam table karakteristik informan, diantaranya sebagai berikut : 1. Usia Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam proses pengambilan peran, memperoleh informasi atau berbagi pengalaman dan pengambilan keputusan dalam lingkungannya. Umur juga memberi pengaruh besar terhadap seseorang tentang bagaimana ia melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan penelitian dari beberapa informan, maka diketahui rata-rata umur informan, yang paling muda berumur 31 tahun sedangkan yang paling tua berumur 88 tahun. 2. Jenis Kelamin Berdasarkan penentuan informan secara purposive/sengaja sebelumnya, dan setelah melakukan penelitian di lapangan. Diperoleh 9 (Sembilan) informan berjenis kelamin laki-laki dan 2 (dua) informan berjenis kelamin perempuan. 3. Pekerjaan Pekerjaan sangat menentukan untuk seorang manusia memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan sangat berpengaruh terhadap peran manusia dalam keluarga dan status sosialnya. Selain itu pekerjaan informan juga menjadi salah satu pertimbangan dalam penelitian ini. 4. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berpengaruh besar terhadap pola pikir seseorang. Sedikit banyaknya tindakan dan gaya hidup seseorang dipengaruhi oleh kualitas pendidikannya. Dan kelangsungan hidup seseorang akan sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang ia miliki khususnya pekerjaan dan status sosial yang ia dapatkan. Walaupun tidak dipungkiri banyak juga orang yang kualitas berfikirnya patut diajukan jempol karena berbagai pengalaman yang dilaluinya seperti kata pepatah “ pengalaman adalah guru yang paling berharga”. 5. Tempat Tinggal Tempat tinggal atau lingkungan sosial cukup berpengaruh dalam membentuk karakter serta tingah laku seseorang. Tabel Karakteristik Informan No 1 Nama Samaran Nt Umur 67 tahun Jenis Kelamin Laki-Laki Pekerjaan Petani/ketua Pendidikan Tempat tinggal SR 6 tahun Sorowako kwas 2 Mh 78 tahun Laki-Laki Pensiun Inco Lama SD Sorowako Lama 3 Mr 88 tahun Laki-Laki Petani SD Sorowako Lama 4 YP 43 tahun Laki-Laki PNS S1 Sorowako Lama 5 On 50 tahun Laki-Laki Karyawan SD Magani SMP Sorowako Inco 6 AB 62 tahun Laki-Laki Pensiun Inco Baru 7 8 Rj 49 tahun Perempuan Wiraswasta SMP Sumasang AHM 44 tahun Laki-Laki Anggota S1 Sumasang S1 Old Camp DPR Lutim 9 Jm 31 tahun Perempuan Karyawan Inco 10 RT 42 tahun Laki-Laki Karyawan S1 Salonsa SMA Pontada Inco 11 Km 41 tahun Laki-Laki Karyawan Inco B. PROSES TERJADINYA KONVERSI LAHAN OLEH PT. INCO. TBK DI SOROWAKO Faktor terjadinya konversi lahan di Sorowako Sorowako merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam. Oleh karena itu Sorowako termasuk salah satu wilayah target investasi skala besar karena aset sumber daya alam yang dimilikinya begitu besar. Hal ini menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya proses-proses konversi lahan yang mengakibatkan cepatnya laju deforestrasi di Sorowako. Konversi lahan yang dilakukan di Sorowako dapat dikategorikan konversi lahan sistematik berpola ‘enclave yaitu dikarenakan lahan kurang produktif, sehingga konversi dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah (Sihaloho, 2004). Faktor yang menyebabkan terjadinya konversi lahan di Sorowako antara lain : 1. Tanah Sorowako yang mengandung banyak nickel dan bijih besi . 2. Sektor pertanian dan perkebunan yang tidak bisa berkembang. 3. Adanya keinginan untuk merubah taraf kehidupan yang lebih baik. Menurut para arkeolog, ekspolitasi dan tradisi peleburan disekitar Danau Matano yaitu Sorowako jauh sebelum masa keemasan Majapahit, yang pernah mencatat Luwu sebagai pemasok bijih besi. Menurut sebuah catatan, sekitar Danau Matano telah menjadi pusat tambang besi-nickel jauh sebelum Majapahit lahir (1293). Kabarnya, kalau membawa magnet, butiran tanah pada daerah yang mengandung besi akan menempel pada magnet. Karena tingginya kandungan bijih besi dan nickel di Sorowako, masyarakat dulunya mempunyai kebiasaan melakukan peleburan besi dengan cara sederhana. Tungkunya dari tanah sedangkan pipanya terbuat dari bambo, sementara tuasnya dari bahan kayu yang dilapisi bulu ayam, agar angin yang dihasilkan tidak keluar dari bambu dan menghembus cepat ke tungku. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh informan Mh yang mengungkapkan bahwa : “ Peleburan besi dilakukan di pesisir Danau Matano yang menjadi jalan utama desa sekarang. Tanahnya itu kelihatan gosong, itu hitam karena ada peleburan besi. Tapi jaman sekarang tidak ada lagi peleburan seperti itu karena tidak ada generasi sekarang yang mau tau lagi apalagi melakukan kegiatan itu (wawancara 20 februari 2012). Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa daerah Sorowako sejak lama telah terkenal dengan tanahnya yang memiliki kandungan bijih besi. Namun belum terjamah oleh tangan-tangan produsen karena hanya dimanfaatkan oleh sedikit penduduk setempat yang memiliki keahlian saja. Untuk melakukan kegiatan ekonomi lainnya juga sangat terbatas. Masyarakat tidak dapat mengelolah dan mengembangkan sumber daya alamnya secara maksimal. Khususnya mengelolah dan mengembangkan lahan dalam sektor pertanian dan perkebunan. Hanya sedikit lahan yang dapat dikelolah sedangkan lahan yang lainnya tidak dapat dijadikan lahan petanian dan perkebunan karena lahannya mengandung bijih besi dan nickel yang tinggi. Selain itu, untuk melakukan kegiatan perdagangan juga sangat sulit, karena sarana transportasi yang sangat terbatas. Penduduk harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke Kabupaten Luwu Timur yaitu Malili yang merupakan pusat kegiatan perdagangan. Melalui jalur darat penduduk harus melewati 5 gunung dengan berjalan kaki sedangkan melalui jalur air dibutuhkan waktu kurang lebih 3 jam, tetapi penduduk harus menyewa kapal yang biasa disebut katinting. Seperti yang dituturkan oleh Informan Mr yang menuturkan bahwa : “ Susah sekali kami penduduk untuk bertani dan berkebun karena hanya sebagian kecil lahan yang dapat dijadikan lahan untuk berkebun dan bertani. Karena kalau ditanam di lahan yang ada bijih besi dan nickelnya tidak mau tumbuh tanaman ta. Yang tumbuh hanya jenis tanaman yang keras saja. Untuk tanaman kebutuhan pokok tidak bisa tumbuh. Kalau kita juga mau pergi keluar Sorowako susah sekali, tidak ada jalan untuk kendaraan, lewat air menyewa dulu sedangkan kita uang dari mana. Yah kami dulu itu penduduk hidup dari bercocok tanam di lahan yang bisa ditanami saja nak dengan cara orang-orang dulu. Kalau bagus panen bisa untuk persiapan berbulan-bulan. Kalau gagal yah kita meminta atau meminjam ke desa tetangga nuha, matano, dan bure. Karena banyak juga keluarga kami yang menikah dengan orang desa sebelah jadi bisa na bantu-bantuki nak’ (Wawancara 22 Februari 2012). Sektor perekonomian yang rendah karena berbagai keterbatasan sumber daya manusia dan keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan maju. Mendorong penduduk Sorowako berkerjasama dengan perusahaan untuk melakukan konversi lahan di Sorowako, yaitu mengubah lahan Sorowako menjadi area pertambangan perusahaan dengan berbagai kesepakatan tertentu. Proses terjadinya konversi lahan oleh PT. INCO.Tbk di Sorowako Proses konversi lahan ini dimulai ketika beberapa ahli Geologi (Geologist) yang berasal dari Vale Inco Limited yang berpusat di Canada diundang oleh sebuah perusahaan ekspolitasi dari Belanda. Melakukan kunjungan di Sulawesi yang dulunya merupakan wilayah jajahan Belanda untuk menkaji pembentukan nickel laterit. Hingga pada tahun 1937 seorang geologist bernama Flat Elves berkebangsaan Jerman berhasil menemukan daerah yang lahannya mengandung nickel yaitu Sorowako. Seperti yang diungkapkan oleh Informan Nt yang mengungkapkan bahwa : “ Waktu datang itu ada beberapa orang bule dari luar negeri melakukan penelitian dilahannya kita. Mulai dari wasuponda, wawondula sampai mereka tembus di Sorowako. Dulunya inikan semua hutan, sempat itu waktu juga orang bule tinggal sama kita di perkampungan ta. Baru kita bawa mereka sampai ke daerah bure, matano dan nuha. Nah, di matano mi itu orang bule juga terkejut lihat kita punya kebiasaan melebur besi. dan pada akhirnya mereka menemukan banyak kandungan nickel didaerah Plant Site yang dijadikan daerah tambang sekarang” (wawancara 19 februari 2012). Setelah kunjungan tersebut kemudian dillakukan eksplorasi dan studi kelayakan pada tahun 1968. Dimana para ahli geologist tersebut mengemukakan bahwa Endapan nikel laterit di Sorowako terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km. Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara. Untuk mengetahui kandungan nikel di dalam tanah dilakukan uji analisis laboratorium dan analisis dengan menggunakan software GIS. Operasi penambangan nikel PT. INCO. Tbk di Sorowako digolongkan sebagai tambang terbuka dengan tahapan sebagai berikut: 1. Pemboran, Pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sampel batuan dan tanah guna mendapatkan gambaran kandungan nickel yang terdapat di wilayah tersebut. 2. Pembersihan dan pengupasan, Lapisan tanah penutup setebal 10– 20 meter yang kemudian dibuang di tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang. 3. Penggalian, lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke stasiun penyaringan. 4. Pemisahan, bijih di stasiun penyaringan berdasarkan ukurannya. Produk akhir hasil penyaringan bijih tipe Timur adalah -6 inci, sedangkan produk akhir bijih tipe Barat adalah – 4/-2 inci. 5. Penyimpanan, bijih yang telah disaring di suatu tempat tertentu untuk pengurangan kadar air secara alami, sebelum dikonsumsi untuk proses pengeringan dan penyaringan ulang di pabrik (PT. INTERNASIONAL NICKEL INDONESIA Tbk, 2010) Setelah dilakukannya ekplorasi dan studi kelayakan tersebut, dan mendapat respon yang sangat baik dari pihak perusahaan Vale Inco Limited. Pada tahun 1968 didirikan sebuah perseroan sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Vale Inco Limited yang dinamakan PT. INCO. Tbk ( PT. Internasional Nickel Indoneia TBk). Dan kemudian menandatangani kontak karya dengan Pemerintah Indonesia pada tanggal 27 juli 1968, dimana pemerintah Indonesia menyetujui hak melakukan penambangan di Sulawesi Selatan selama 30 tahun. Berlaku sejak produksi komersial pertama pada tanggal 1 April sampai dengan 31 Maret 2008. Dengan luas aera konsesi awal perusahaan sebesar 118,387 hektar (PT. INCO. Tbk. Maret 2012). Namun sebelum membuat kontrak dengan pemerintah, pihak perusahaan terlebih dahulu membuat kesepakatan secara lisan kepada masyarakat penduduk asli Sorowako bahwa akan meningkatkan kesejahteraan penduduk Sorowako dengan memberdayakan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada. Seperti yang dipaparkan oleh Informan Mh yang mengungkapkan bahwa : “ Pada waktu itu tahun 1968 sebelum perusahaan menandatangani kontrak dengan pemerintah kami terlebih dahulu dibuatkan perjanjian secara lisan yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat. Kemudian diumumkan di mesjid setempat kepada masyarakat luas. Dengan perjanjian bahwa dengan didirikannya perusahaan tambang di daerah Sorowako ini masyarakat tidak perlu lagi bertani dan berkebun. Sudah ada beras di toko dan bahan pangan lainnya. Siapapun masyrakat yang ingin berkerja di perusahaan akan diterima” (wawancara 20 februari 2012). Perjanjian antara perusahaan dengan penduduk Sorowako selaku pemilik lahan, kemudian disampaikan dalam musyawarah yang melibatkan pihak perusahaan, tokoh masyarakat yang mewakili penduduk Sorowako dan pemerintah. Dan tertuang dalam kontak karya yang dibuat oleh pihak community development PT. INCO. Tbk bersama dengan tokoh masyarakat mewakili penduduk Sorowako dan pemerintah. Adapun isi dari kontrak karya tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Dalam pasal 11 ayat (3) UU No.22 tahun 2001 tentang minyak bumi dan gas bumi memuat 17 ketentuan pokok yang harus dicantumkan dalam kontrak kerja sama. Salah satu kewajiban itu adalah pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan masyarakat adat. Pengembangan masyrakat sekitar lingkaran tambang dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan tetap memberikan mayarakat melaksanakan nilainilai adat yang hidup dan berkembang dalam mayarakat tersebut (H. Salim HS, 2004.318). 2. Ketentuan pasal 6 dan 7 Keputusan Mentri Energi dan Sumber data Mineral Nomor. 1453 K/29/MEM/2000. Tentang pedoman teknis penyelenggara Tugas Pemerintah di Bidang Pertambangan. Yaitu menugaskan pemegang kekuasaan perusahaan untuk membantu program pengembangan masyarakat dan pengembangan wilayah pada masyarakat setempat meliputi pengembangan sumber daya manusia, kesehatan dan pertumbuhan ekonomi. 3. Pasal 7 Gubernur/Walikota/Bupati wajib menciptakan kemitrausahaan antara pemegang KP (kuasa pertambangan), KK (kontrak karya), dan PKP2B dengan masyarakat setempat berdasarkan prinsip-prinsip keuntungan. Berdasarkan jaminan yuridis tersebut, dituliskan bahwa perusahaan pertambangan bertugas untuk melakukan program pengembangan masyarakat. Pengembangan wilayah dan kemitrausahaan yang meliputi : 1. Sumber daya manusia 2. Kesehatan 3. Pertumbuhan ekonomi 4. Pengembangan wilayah 5. Kemitrausahaan / bantuan dana usaha (kontrak karya PT. INCO. Tbk, Maret 2012) Kemudian hasil dari studi kelayakan dan eksplorasi tersebut dikirim ke pusat penelitian Inco di Port Colborne Ontario pada tahun 1970, sebanyak 50 ton sampel bijih besi. Setelah 3 tahun kemudian tepatnya pada tahun 1973 perusahaan memulai konstruksi pabrik pertama dengan satu lini pengelolahan pyrometalurgi dan fasilitas-fasilitas terkait. Dan dibuka lowongan pekerjaan untuk 10.000 orang pekerja asal Indonesia dan 1.000 pekerja asal luar negeri. Yang bersama-sama kemudian membangun prasarana penambangan, seperti pabrik pengelolahan, akses jalan, kota, pelabuhan, bandara dan infastruktur yang di perlukan di Sorowako. Pada tahun 1975, perusahaan memulai kostruksi kedua yaitu pengelolahan lagi dan membuat satu instalasi pembangkit listrik tenaga air yang digunakan untuk pabrik pengelolahan nickel. Kemudian pada bulan April 1978 perusahaan mulai memproduksi secara komersial. Dengan tahapan operasional mencakup kegiatan penambangan, dan pengelolahan bijih nickel. Dimana Pabrik pengolahan PT. INCO. Tbk di Sorowako mempunyai kapasitas produksi 72.500 ton nikel setahun. Proses pengolahan dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu produk dengan kadar nikel di atas 75 %. Tahaptahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut: 1. Pengeringan di Tanur Pengering, bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +25 mm dan – 25 mm. 2. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi, untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. 3. Peleburan di Tanur Listrik, untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan terak. 4. Pengkayaan di Tanur Pemurni, untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 % menjadi di atas 75 %. 5. Granulasi dan Pengemasan. Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas (PT. INCO. Tbk Annual Report 2007). Selanjutnya pada tanggal 15 Januari 1996, perusahaan menandatangani perjanjian perubahan dan perpanjangan Kontrak Karya tahun 1968 dengan pemerintah di perpanjang hingga tahun 2025. Penjelasan diatas merupakan proses terjadinya konversi lahan pertama kali oleh pihak PT. INCO. Tbk di Sorowako yang melalui berbagai tahap dan proses. Bagi penduduk Sorowako, konversi lahan yang dilakukan PT. INCO. Tbk merupakan suatu inovasi yang akan mengubah kehidupan penduduk terutama pada sektor perekonomiannya dan peningkatan taraf hidup yang lebih baik. Karena tidak dapat dipungkiri pertambangan dan energi merupakan sektor pembangunan penting bagi Sorowako. Namun dari sisi lingkungan hidup, pertambangan dianggap paling merusak dibanding kegiatan-kegiatan eksploitasi sumberdaya alam lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Informan Mh yang berpendapat bahwa : “ Memang Inco banyak member keuntungan buat Sorowako, tapi yang kita semua lupa itu masalah lingkungan alam kita. Dengan adanya Inco di Sorowako banyak lingkungan kita yang menjadi tercemar. Contohnya dulu air Danau Matano dapat diminum langsung tanpa dimasak walaupun kita ambil airnya dipinggir. Tapi sekarang air danau sudah kotor sekali, kecuali diambil ditengah-tengah danau. entah itu karena pabrik Inco atau mulai banyaknya penduduk di Sorowako hingga tidak kebagian lahan untuk tinggal dan membangun rumah di atas air. Jadi bisa kita lihat banyak sampah di bawah kolong rumah yang di atas air itu. Dulu juga banyak sekali ikan di Danau Matano sekarang yah, masih ada tapi sedikit. Sama sekarang kalau kita melintas di area pabrik plant site kita harus tutup mulut dan hidung, karena asap pabrik perusahaan (Wawancara 20 Februari 2012). Selain itu, pertambangan dapat mengubah bentuk bentang alam, merusak dan menghilangkan vegetasi, menghasilkan limbah tailing, maupun batuan limbah, serta menguras air tanah dan air permukaan. Jika tidak direhabilitasi, lahan-lahan bekas pertambangan akan membentuk kubangan raksasa dan hamparan tanah gersang yang bersifat asam. Maka peran aktif pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengawasi perusahaan dalam tindak pemulihan dan pemeliharaan alam pasca konversi lahan yang diekpolitasi. Agar ada keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan manusia dan kelestarian alam yang merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Informan AHM yang merupakan anggota DPR Lutim, mengemukakan bahwa : “ Kami selaku pemerintah Luwi Timur, selain menerima pendapatan dari hasil pengelolahan pabrik. Kami juga berkewajiban untuk mengontrol konservasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT. INCO. Tbk, guna menjaga keseimbangan dan kelestarian alam. Sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat oleh perusahaan PT. INCO. Tbk dengan pemerintah sebelumnya yakni melakukan konservasi/ pemeliharaan lingkungan hidup” (Wawancara 9 Maret 2012). Berdasarkan pemaparan oleh informan AHM selaku badan pemerintahan dan penduduk asli Sorowako yang tetap memperhatikan lingkungan hidup. Menggambarkan bahwa pemerintah setempat peduli akan lingkungan hidup yang ada di Sorowako. Gambaran mengenai kepedulian terhadap lingkungan hidup juga ditambahkan oleh Informan Km, yang merupakan karyawan PT. INCO. Tbk. Berikut pemaparannya : “ Sebagai karyawan yang mengurusi ekternal dari perusahaan PT. INCO. Tbk, yang saya ketahui bahwa pihak perusahaan mempunyau jadwal atau proyek penghijauan. Yang berkerja untuk memperbaiki dan memulihkan lahan yang telah dikonversi/dikelolah. Dan pihak perusahaan juga memberikan proyek kepada kontraktor dalam bidang kebersihan, yaitu mengelolah sampahsampah masyarakat agar tidak menganggu kebersihan lingkungan dan ada beberapa lagi ” (Wawancara 20 Maret 2012). Pada dasarnya setiap pihak mulai dari perusahaan PT. INCO. Tbk, pemerintah dan masyarakat Sorowako sadar dengan adanya dampak terhadap lingkungan hidup akibat pabrik perusahaan PT. INCO. Tbk. Sehingga secara umum baik dari pihak perusahaan dan pemerintah berkerja secara optimal untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Walaupun hal tersebut masih jauh dari kata cukup untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkugan hidup yang telah diekpolitasi. C. KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI PENDUDUK ASLI PASCA KONVERSI LAHAN OLEH PT. INCO. TBK DI SOROWAKO Sorowako merupakan salah satu daerah yang mengalami konversi lahan, dimana lahan yang dulunya merupakan lahan original/ hutan telah dikonversi menjadi lahan pertambangan. Tidak dapat dipungkiri secara garis besar PT. INCO Tbk banyak membawa perubahan bagi penduduk Sorowako baik perubahan positif maupun negatif. Namun yang menjadi pertanyaan seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli Sorowako pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako. 1. Kehidupan Sosial penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako Sorowako sekarang merupakan daerah yang sangat dikenal sebagai tambang nickelnya diseluruh penjuru dunia, sorowako juga terkenal dengan kemajuan teknologi dan infrastuktur yang lengkap. Secara otomatis mengubah daerah yang dulunya terpencil dan minim akan sarana dan prasana menjadi daerah yang diketahui oleh seluruh penjuru dunia dengan sarana dan prasarana lengkap. Namun dari sebuah perubahan yang begitu pesat tersebut terjadi juga sebuah perubahan terhadap nilai sosial dalam kehidupan masyarakatnya seperti yang dikemukakan sebelumnya oleh seorang Sosiolog yaitu Emile Dhurkeim bahwa masyarakat akan mengalami perubahan dari masyarakat mekanik menuju masyarakat mekanik. Dalam pembahasan mengenai kehidupan sosial penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako. Dapat diklasifikasikan kedalam beberapa aspek kehidupan sosial, diantaranya sebagai berikut : a. Interaksi sosial antar individu b. Strata/status sosial c. Eksistensi adat istiadat setempat d. Keamanan Berbicara mengenai kehidupan sosial penduduk asli Sorowako, dulunya penduduk asli Sorowako dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang bersifat mekanik. Yaitu, masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Pembagian kerja sederhana : pekerjaan dalam masyarakat mekanik sangat terbatas misalnya jika bukan menjadi petani, pedagang, nelayan atau pekerjaan rumah tangga. Jadi pilihan pilihan pekerjaan dalam masyarakat ini terbilang hanya berputar diseputar itu saja. Kondisi ini dapat kita lihat dalam masyarakat pedesaan. 2. Masyarakat homogen : yakni kondisi dimana masyarakat memiliki kesamaan latar belakang seperti agama, bahasa dan kebudayaan. Jadi semakin banyak persamaan yang dimiliki maka kondisi masyarakatnya semakin mekanik. 3. Hukum bersifat represif : artinya jika ada sebuah kondisi dimana individu melanggar atau mencoreng nilai nilai yang di pahami bersama maka cenderung hukuman dalam masyarakat mekanik di tuangkan dalam proses penghakiman bersama. Namun seiring dengan berdirinya sebuah perusahaan tambang asing yaitu PT. INCO. Tbk di Sorowako, perlahan-lahan membawa perubahan dan pergeseran pola kehidupan sosial penduduk asli Sorowako menjadi lebih kompleks dan praktis. Dengan hadirnya sebuah industri tambang di Sorowako menjadikan daerah ini sebagai salah satu daerah yang memiliki daya tarik bagi masyarakat dari berbagai wilayah baik dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga inilah yang menjadi salah satu faktor atau syarat terjadinya perubahan sosial pada kehidupan penduduk asli Sorowako. a. Interaksi sosial antar individu Menurut data hasil dari sensus penduduk Luwu Timur, diketahui bahwa Sorowako merupakan daerah yang memiliki penduduk dari berbagai suku dan etnis yang beragam baik dalam negeri maupun luar negeri. Perpaduan berbagai suku dan etnis yang berbeda ada di Sorowako. Datangnya para imigran yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri telah membawa berbagai perubahan terhadap kehidupan sosial penduduk asli Sorowako. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada beberapa aspek dalam kehidupan sosial, salah satunya adalah interaksi sosial antar individu dan antar kelompok. Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat tergambarkan bahwa interaksi sosial antar individu dan antar kelompok mengalami perubahan. Seperti yang diutarakan oleh Informan Nt yang mengungkapkan bahwa : “ Waktu dulu belum ada INCO di Sorowako, kita penduduk disini kebanyakan hanya berkerja sebagai petani dan berkebun, kadang juga kita pergi menagkap ikan dan udang didanau. Tapi kehidupan kita begitu saja terus, sama halnya dengan orang-orang yang tinggal dikampung pada umumnya. Jadi kita semua itu sering berkumpul bercerita-cerita setelah pulang dari kebun atau sawah tapi sekarang jarang mi kita semua berkumpul cerita bersama karena sibuk semuami oarng-orang apalagi yang kerja di perusahaan. tidak adami lagi. (wawancara 19 februari 2012). Yang kemudian dilanjutkan oleh Informan Mr yang mengungkapkan bahwa : “ Kalau saya ditanyaka tentang interaksinya masyarakat sekarang, berbeda sekali dengan masyarakat yang dulu. Dulu kita itu saling memperhatikan dan silahturahmi sangat terjaga karena sering diadakan pertemuan-pertemuan. Kadang dimesjid, di kantor desa, dimana-mana saja yang penting bisa saling bercerita. Tapi sekarang orang-orang sudah sibuk semua dengan kegiatannya. Pulang kerja capek istrahat, hari libur tinggal dirumah, sebelum pergi kerja istrahat memang. Karena bukan main juga jam kerja kita di tempat kerja sampai 8 atau 9 jam belum lagi kalau over time ki. Tidak ada waktu ta lagi mau kumpul-kumpul. Beda kalau bersawah dan berkebun, sambil kerja cerita, sambil istrahat kumpul cerita-cerita” (wawancara 22 Februari). Berdasarkan pemaparan dari informan 1 dan informan 3, penulis merasakan terjadinya perubahan kehidupan sosial penduduk Sorowako. Dimana dulu interaksi sosial penduduk Sorowako dengan sekitarnya sangat erat kini mulai berubah dikarenakan pembagian kerja yang mulai kompleks dengan berbagai pilihan perkerjaan. Sehingga menggabaikan interaksi sosialnya dengan lingkungan sekitarnya. Selanjutnya, dari hasil penelusuran peneliti ada beberapa fenomena perubahan prilaku sosial dalam masyarakat Sorowako. Yang menjadi pemicu kurang harmonisnya interaksi sosial antar individu dan antar kelompok. Diantaranya adalah kebiasaan yang mulai menyebar keseluruh masyarakat Sorowako khususnya penduduk asli Sorowako yaitu berutang/pinjaman. Tingginya biaya hidup, persaingan status sosial, dan sifat komsumtif yang semakin modern pada masyarakat Sorowako menjadi alasan untuk berutang. Terlihat jelas terjadi sebuah perubahan prilaku masyarakat Sorowako khususnya penduduk asli. Dimana dulu penduduk asli Sorowako tidak mengenal utang piutang, yang ada adalah saling memberi dan melengkapi satu sama lain kini telah berubah. Seperti yang diungkapkan oleh Informan AB yang mengungkapkan bahwa : “ Segala sesuatunya diukur dengan uang, tidak ada lagi istilah saling memberi. Tidak punya uang silahkan berutang atau meminjam. Tidak berani punya utang atau meminjam tidak punya apa-apa. Tidak punya apaapa tidak dianggap di masyarakat. Ini menurut beberapa orang saja, tapi kalau saya pribadi tidak usah punya apa-apa dari pada dinilai dari harta yang diutangi dari orang lain” (Wawancara 31 Februari). Berdasarkan pemaparan informan AB, terlihat bahwa tingkat persaingan status sosial dalam masyarakat Sorowako menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat Sorowako. Berutang untuk memenuhi kebutuhan status sosial saja. Persaingan status sosial yang tinggi ini pula yang menjadi salah satu faktor tingginya biaya hidup di Sorowako. Dimana masalah persaingan yang terjadi diantara masyarakat Sorowako menjadi suatu peluang yang baik bagi para pedagang untuk meningkatkan nilai jualnya. Seperti yang dipaparkan oleh Informan Rj yang merupakan wiraswasta memaparkan bahwa : “ Di Sorowako itu tinggi gaji tapi tinggi juga biaya hidup. Jadi orangorang disini kebanyakan utang. Biar mahal bagamana hanrganya barang asalkan diutang atau dicicil gampangmi itu. Barang cakar saja diutang, baju, sampai perabotan rumah tangga. Jujur saya sebagai penjual juga kadang menaikkan harga sampai 2 kali lipat karena orang disini utang maunya sedangkan modal ta harus diputar. Baru di Sorowako itu bergayabergaya mau semua dibilang walaupun tidak ada. Mau pendatang atau penduduk asli sama saja begitu semua. Gara-gara utang biasanya orang sampai masuk penjara dan berkelahi. Hal begitu biasami kalau di Sorowako (Wawancara 4 Maret 2012). Berutang atau pinjaman bukan suatu kesalahan atau penyimpangan prilaku sosial apabila berada dalam batas, dan mengikuti aturannya. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan hidup seperlunya dan menepati kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Namun yang seringkali menjadi masalah pada masyarakat Sorowako ialah utang menjadi pemicu terjadinya kesenjagan hubungan antar individu. Karena melanggar aturan dan batasan yang telah disepakati. Menurut beberapa informan masalah utang sering diselesaikan melalui jalur hukum bahkan hukuman penjaga dalam sel kepolisian menjadi jaminan sampai utang piutang tersebut selesai. Hal tersebut yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pertengkaran dan rengangnya silahturahmi antar individu. Berawal dari masalah kecil, sehingga membawa dampak yang cukup besar bagi interaksi sosial dalam masyarakat Sorowako. Selanjutnya fenomena perubahan prilaku sosial yang terjadi ialah perselingkuhan. Fenomena perubahan prilaku sosial ini menjadi perbincangan masyarakat Sorowako saat ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak yang berwajib/kepolisian. Telah terjadi 68 kasus perselingkuhan 1 (satu) tahun terakhir ini yang dilaporkan oleh masyarakat Sorowako kepada pihak kepolisian. Seperti yang dituturkan oleh Informan YP yang mengutarakan bahwa : “ Masalah yang paling sering terjadi di masyarakat sekarang itu perselingkuhan, akhir-akhir ini sering banyak kasus perselingkuhan yang dilaporkan ke kantor desa bahkan sampai ke kantor polisi. Mungkin kalau menurut saya yang menjadi faktor selingkuh itu karena pergaulan, ratarata yang menjadi pelaku perselingkuhan adalah bapak-bapak atau ibu-ibu yang suami atau istrinya ditugas kerja diluar kota. Dan bapak-bapak atau ibu-ibu yang sering bergaul ditempat-tempat seperti senam bugar, dan café. Itu menurut mengamatanku, yah mungkin banyak juga faktor lainnya. (Wawancara 25 Februasi 2012) Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, peneliti berkesimpulan bahwa kasus perselingkuhan ini merupakan akibat dari perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Sorowako. Dimana pola hidupnya telah berubah semakin maju dan modern, setelah hadirnya perusahaan tambang PT. INCO. Tbk yang secara tidak langsung mengundang berbagai sumber daya manusia (SDM) dari suku, kebiasaan, dan budaya yang berbeda-beda. Sehingga nilainilai tata karma dan kesopanan menjadi luntur dan terabaikan. Contoh terjadinya perubahan masyarakat dari masyarakat yang mekanik menjadi masyarakat yang organik ialah hukum pada masyarakat dulunya bersifat represif, yakni pelanggaran norma asusila akan mendapatkan hukum sosial atau penghakiman bersama. Pada masyarakat saat ini telah berubah menjadi hukum yang bersifat restitutif, yakni setiap pelanggaran diserahkan kepada pihak yang berwajib/kepolisian. Menurut informasi dari beberapa informan, pemicu dari terjadinya kasus perselingkuhan adalah pergaulan pada masyarakat Sorowako yang mulai bercampur dengan budaya Barat. Menurut survei kasus perselingkuhan ini terjadi pada kalangan karyawan perusahaan baik sesama warga Indonesia atau perselingkuhan antara warga Indonesia dengan warga asing sehingga sering terjadi sistem kawin kontrak. Walapun tidak keseluruhan namun sebahagian menggambarkan hal demikian. b. Strata/Status Sosial Strata sosial atau status sosial yang juga merupakan aspek dari kehidupan sosial pada penduduk asli Sorowako pasca konversi lahan PT. INCO. Tbk. Bila kita berkunjung ke Sorowako pastinya pada umunya orang-orang akan mengangumi kemajuan dari daerah ini, baik tatanan bangunan, fasilitasnya yang lengkap, kecanggihan teknologi, wisata alam, dan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Namun ketika kita mencoba melihat keadaan Sorowako secara keseluruhan hingga ke pesisir Danau Matano akan tampak perbedaan mencolok antara kehidupan penduduk asli dengan kehidupan karyawan PT. INCO. Tbk seperti halnya rumah penduduk asli di kampung Sorowako dipinggir Danau Matano. Rumah penduduk di daerah Sorowako Lama/ Desa Nickel terlihat tua, sempit dan berhimpit tidak teratur. Berbeda dengan rumah karyawan yang tertata rapi dan luas yang dibangun di kompleks perumahan khusus yaitu salonsa, pontada, dan old camp. Bahkan sebahagian penduduk terpaksa harus membangun rumah diatas danau karena tidak tersedia lahan yang cukup dan harga lahan yang relative sangat mahal. Maka pemandagan sebaliknya dapat kita lihat pada perumahan karyawan yang memiliki halaman yang luas dan jalanan yang tertata sangat rapi. Seperti yang dituturkan oleh Informan AHM yang menggungkapkan bahwa : “ Sebenarnya kalau kita lihat kasian penduduk di daerah Sorowako lama/ desa nickel tatanan rumahnya baku dempet-dempet. Jadi kalau terjadi insiden seperti kebakaran satu ji rumah terbakar ikutmi juga satu baris. Apalagi fire nya datang habispi 5-6 rumah. Ada juga masyarakat yang bangun rumah di atas air, itupun bersambung sampai kedalam, tapi rencananya mau dikasi pindah kedaerah sumasang. Bagi penduduk asli Sorowako dapat jatah tanah, pendatang yah beli tanah dulu “ (Wawancara 9 Maret 2012). Selain perbedaan yang mencolok dari pemukiman, berdasarkan hasil wawancara kebeberapa penduduk asli Sorowako. Mereka mengemukakan bahwa telah terjadi kesenjagan dalam pembagian kerjaan. Dimana sebagian penduduk asli Sorowako berkerja sebagai pekerja-pekerja kasar dan pekerjapekerja untuk posisi yang lebih tinggi seperti staf kebanyakan direkrut dari luar Sorowako. Hal tersebut juga pernah disuarakan oleh penduduk asli Sorowako dengan cara melakukan demonstrasi kepada pihak perusahaan pada tahun 1998. Namun hal tersebut kemudian diklarifikasi oleh pihak perusahaan PT.INCO yaitu Informan 9 yang juga merupakan keturunan penduduk asli Sorowako. Berikut yang diutarakan oleh Informan Jm yang mengungkapkan bahwa : “ Dari pihak perusahaan bukannya ingin mendiskriminasi, tapi kita juga harus melihat kapasitas dari sumber daya manusianya. Kalau dipertanyakan kenapa penduduk sorowako jadi pekerja kasar dan pendatang jadi pekerja kantoran. Yah, kita lihat dari latar belakang pendidikannya juga. Karena perusahaan juga harus mengedepankan kemajuan dan eksistensi perusahaan” (Wawancara 15 Maret 2012). Berdasarkan pendapat dari berbagai nara sumber, penulis berkesimpulan bahwa dalam pembagian kerja penduduk asli juga dapat berkarir pada posisi yang lebih baik apabila penduduk sadar mengenai pentingnya pendidikan. Sehingga mereka juga mampu menjadi sumber daya manusia yang lebih kompetitif dan berkualitas. Dari berbagai pemaparan diatas yang membahas mengenai strata sosial /status sosial dan kesenjagan yang terjadi antara penduduk asli Sorowako dengan karyawan PT. INCO. Tbk yang pada umumnya adalah pendatang. Baik dari pemukiman tempat tinggal dan pembagian kerja. Perlu diketahui bahwa penduduk asli Sorowako juga mendapatkan beberapa hak-hak khusus yang diberikan oleh perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Jaminan Kesehatan 2. Jaminan listrik dan air gratis 3. Jaminan untuk mengenyam pendidikan di yayasan sekolah PT. INCO. Tbk mulai dari Tk, Sd, Smp, Sma dan perguruan tinggi (ATS). 4. Mendapatkan jatah dari pengrekrutan tenaga kerja baik untuk perusahaan maupun pelatihan tenaga kerja industri. Sesuai dengan kesepakatan bersama sebelumnya. 5. Mendapatkan jatah lahan tempat tinggal didaerah perumahan yang baru dibuat oleh PT. INCO. Tbk yaitu Sumasang. 6. Mendapatkan dana bantuan dari perusahaan untuk pembangunan fasilitas untuk kepentingan umum melalui proposal yang diajukan kepada perusahaan. Perbedaan status sosial penduduk asli Sorowako dalam masyarakat dapat dilihat dari hak-hak khusus yang diperoleh serta kekuasaan terhadap lahan dibandingkan dengan para imigran. Karena pada dasarnya penduduk asli Sorowako merupakan tuan di daerah tersebut. c. Eksistensi tradisi dan adat istiadat setempat Berbicara mengenai kehidupan sosial tentunya tidak lepas dari eksistensi adat istiadat daerah tersebut. Adat istiadat merupakan identitas dari suatu daerah. Namun hal yang sering terjadi adalah lunturnya adat istiadat suatu daerah, dikarenakan banyaknya suku dan etnis yang datang ke daerah tersebut. Sorowako selain dikenal sebagai daerah penghasil nickel, juga dikenal sebagai daerah yang memiliki pesona alam yang indah dan tradisi dan adat istiadat yang unik. Hal ini yang menjadi daya tarik bagi para pelancong dan penikmat alam. Ada beberapa traidisi dan adat istiadat yang sering dilakukan oleh penduduk asli Sorowako, diantaranya sebagai berikut : 1. Pesta panen, yang diselenggarakan setiap kali masyarakat memanen hasil bercocok tanam. Sebagai ungkapan syukurnya kepada sang pencipta. Dan yang menjadi ciri khas dari pesta panen adalah nasi bambu atau peong yang dibagikan kepada masyarakat sekitar. 2. Dero, yaitu kegiatan yang diselenggarakan setiap ada hajatan. bernari bersama membuat lingkaran sambil diiringi musik dengan gerakangerakan khusus. 3. Meompudi, yaitu kegiatan menangkap ikan di Danau Matano yang dilakukan oleh beberapa ibu-ibu rumah tangga. Dengan alat sederhana yaitu bambu dan jarring yang digerak-gerakkan secara bersamaan sambil bernyanyi. 4. Lomba dayung di Danau Matano, Panjat pinang dan lari maraton. Yang merupakan tradisi penduduk asli Sorowako setiap 17 agustus. 5. Tarian-tarian khas Sorowako yaitu Monsado, Tumbuk lesung, dan Mounre. Berbagai tradisi dan adat istiadat tersebut merupakan jati diri daerah Sorowako. Seiring dengan berdirinya perusahaan tambang tersebut sehingga banyaknya pendatang yang berdomisili di Sorowako dari berbagai suku dan etnis. Tidak membuat tradisi dan adat istiadat daerah Sorowako luntur ataupun menghilang. Seperti yang di paparkan oleh informan On yang mengungkapkan bahwa : “ Tradisi kami itu, sampai sekarang masih tetap ada karena tradisi itu telah dilakukan oleh orang tua kami terdahulu. Jadi sangat pantang bagi kami masyarakat penduduk asli untuk tidak melakukan berbagai kegiatan itu. Sepertinya itu sudah sangat mendarah daging ditubuh kami. (Wawancara 28 Februari 2012). Eksistensi tradisi dan adat istiadatnya hingga saat ini masing terus berlangsung bahkan dinikmati oleh masyarakat Sorowako secara luas. Terlihat dari pastisipasi masyarakat Sorowako yang pada umumnya telah berbaur dari berbagai suku dan etnis. Dalam acara-acara perusahaan PT. INCO. Tbk juga sering menampilkan pertunjukan adat istiadat Sorowako Sesuai dengan kontak karya yang telah disepakati Dalam pasal 11 ayat (3) UU No.22 tahun 2001 tentang minyak bumi dan gas bumi memuat 17 ketentuan pokok yang harus dicantumkan dalam kontrak kerja sama. Salah satu kewajiban perusahaan adalah pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan masyarakat adat. Pengembangan masyrakat sekitar lingkaran tambang dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan tetap memberikan mayarakat melaksanakan nilai-nilai adat yang hidup dan berkembang dalam mayarakat tersebut. (H. Salim HS, 2004.318) Seperti halnya yang diutarakan oleh Informan RT yang merupakan karyawan PT. INCO. Tbk bagian Community Development perusahaan yang diwawancarai di kantornya Mengungkapkan bahwa : “ Kami selaku karyawan perusahaan yang bertugas menangani acaraacara penting yang akan dilaksanakan oleh perusahaan memang mengarahkan untuk menampilkan pertunjukan yang merupakan adat istiadat dari Sorowako. Dengan tujuan memperlihatkan kepada masyarakat luas mengenai adat istiadat Sorowako. Dan menjaga eksistensi adat istiadat Sorowako. Sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat oleh pihak perusahaan dengan tokoh masyarakat” (Wawancara 18 Maret 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 10 yang juga merupakan karyawan PT. INCO. Tbk dapat terlihat bahwa pihak perusahaan peduli terhadap eksistensi tradisi dan adat istiadat setempat. Dari hasil penelitian yang dilakukan selama kurang lebih 1 (satu) bulan, terlihat nuansa tradisi dan adat istiadat setempat masih sangat kental. Contohnya saja pesta rakyat yang diadakan pada tanggal 9 Maret 2012 oleh pihak perusahaan yang berganti nama dari PT. INCO. Tbk menjadi PT. VALE. Tbk ditampilkan berbagai adat istiadat Sorowako seperti Tarian Monsado, Musik tumbuk Lesung, Tarian Dero, dan Lomba dayung. dan masyarakat Sorowako menyambut acara tersebut dengan bersukaria. d. Keamanan Keamanan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Rasa aman adalah sebagai salah satu syarat tercapai kesejahteraan bagi masyarakat. Sebagai suatu daerah yang paling banyak diminati oleh para imigran, keamanan Sorowako mulai dipertanyakan oleh berbagai pihak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ditemukan beberapa fakta mengenai status keamanan di Sorowako. Menurut pemaparan beberapa responden yang telah diwawancarai mengenai status keamanan di Sorowako. Mengemukakan bahwa walaupun masyarakat di Sorowako telah berbaur dengan berbagai suku dan etnis yang berasal dari penjuru dunia. Rasa aman tetap dirasakan oleh masyarakat terutama penduduk asli Sorowako. Selain didukung oleh tingkat keamanan yang tinggi dari pihak kepolisian, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap keamanan lingkungannya patut diapresiasikan. Seperti adanya pos ronda di kompleks perumahan masing-masing. Seperti yang dituturkan oleh Informan On yang mengungkapkan bahwa : “ kalau masalah keamanan disini amanji, karena selama saya tinggal di Sorowako tidak pernah ada tindak kejahatan seperti yang kita nonton biasa di tv kayak di kota-kota pembunuhan, perampokan dan sebagainya. Karena pendatang juga beretikat baik untuk mengikuti aturan yang ada di desa kami. Ditambah ini area tambang jadi penjagaanya lebih ketat lagi dari pada di daerah lain. Selain itu kesadaran masyarakat kalau ini daerah tambang, jadi mereka lebih waspada (Wawancara 28 Februari 2012). Berdasarkan penjelasan diatas tergambar status keamanan di Sorowako sangat baik dan terjaga. Namun selanjutnya yang menjadi pertanyaan, apakah masyarakat Sorowako khususnya penduduk asli Sorowako benar merasa aman. Bila kita melihat berita-berita dan artikel yang ada di koran sering kali di Sorowako terjadi konflik antara pihak perusahaan dengan karyawan, yang pada dasarnya adalah penduduk asli Sorowako. Dengan cara melakukan demontrasi kepada PT. INCO. Tbk. Berikut aksi demonstrasi yang terjadi antara penduduk asli Sorowako terhadap PT. INCO. Tbk : Tahun 1980 Ketika Inco membangun PLTA Larona, 95 keluarga yang bermukim di tepi Danau Matano meminta ganti rugi kepada PT. INCO. Tbk yang diteruskan ke pengadilan Makassar. Masyarakat menuntut ganti rugi tanah Rp. 750 juta. Masalahnya kemudian diselesaikan diluar pengadilan, Inco bersedia membayar sejumlah ganti rugi dan memindahkan mesjid ke dataran yang lebih tinggi. Tahun 1998 Pada kasus pembangunan PLTA Balambano, masyarakat menuntut ganti rugi tanah dan PT. INCO. Tbk meminta warga untuk menuntut melalui jalur pemerintah yang sudah dititipkan uang ganti rugi. Dan meminta pemerintah memenuhi haknya yang diakui belum diterima. Februari 1999 Masyarakat Sorowako berdemonstrasi mempermasalahankan ganti rugi tanah dan janji-janji PT. INCO. Tbk yang belum ditepati, seperti: pelayanan pendidikan, kesehatan, listrik dan air bersih. Padahal janji ini sudah dilakukan semenjak tahun 1969 oleh seorang pinpinan PT. INCO. Tbk yaitu Hitler Singawinata. 3 April 2000 Ratusan masyarakat asli Sorowako yang tergabung dalam Kerukunan Wawainia Asli Soroako (KWAS), melakukan aksi unjuk rasa di PT. INCO. Tbk Sorowako. Mereka memprotes perlakuan salah seorang pengawas pertambangan (mining superintendent) PT. INCO. Tbk, yang dinilai melecehkan masyarakat asli Sorowako. Protes ini dipicu oleh kebijakan perusahaan yang memindahkan salah seorang warga lokal yang baru diterima bekerja di PT. INCO. Tbk dipindahkan ke bagian lain secara sepihak. Saat keberatan disampaikan kepada pihak manajemen, pengawas pertambangan tadi malah berkeras dan menyuruh warga tersebut keluar jika tidak bersedia menerima penempatannya di bagian penghijauan. Ini merupakan pelecehan terhadap masyarakat asli dan sekaligus menunjukkan sikap arogan perusahaan. Oktober 2002 Masyarakat Karonsie Dongi melakukan pendudukan di areal lapangan golf PT. INCO. Tbk yang merupakan tanah milik ulayat masyarakat yang diambil perusahaan tanpa ganti rugi. Dalam waktu yang berbeda-beda, aksi pendudukan ini ditanggapi perusahaan dengan surat ancaman, pengusiran, pembakaran pondok, sampai penangkapan dengan alasan masyarakat adat telah melakukan aktivitas di wilayah Kontrak Karya milik perusahaan. masalah ini sulit untuk diselesaikan karena terjadi perbedaan pendapat antara penduduk asli Sorowako yang mengatakan bahwa masyarakat Karonsie Dongi tidak mempunyai hak atas tanah yang dituntutnya tersebut. 6 Agustus 2004 Sekitar 50 masyarakat melakukan aksi protes terhadap proyek Community Development PT Inco. Hal ini dikarenakan, pembangunan pemukiman yang tidak sesuai dengan strandar pemukiman dan terkesan pembangunannya asal-asalan. Misalnya; 1) Lokasi pemukiman berada diatas lahan bekas penggusuran, 2) Tidak ada sarana jalan. 3) Pipa untuk sarana air bersih, bukan pipa standar PDAM. Masyarakat menuntut Inco memenuhi tiga hal, yakni: 1. Pengaspalan Jalan. 2. Pemadatan lokasi pemukiman. 3. Penggantian material bangunan dengan material yang standar. 28 Jan 2005 Sekitar 250 karyawan PT. INCO. Tbk yang masuk dalam daftar PHK, bersama sanak keluarganya, mengadakan aksi blokir jalan di poros Wasuponda dan Nuha, mulai pukul 06:00 Wita. Mereka menahan seluruh kendaraan milik PT Inco, yang memuat material nikel dari SorowakoMalili, utamanya truk yang akan menuju ke pelabuhan Balantang. Akibatnya, puluhan kontainer milik PT Inco yang memuat nikel dari arah Sorowako, tertahan. Menariknya, kendaraan umum lainnya, termasuk kendaraan pribadi yang melintas di lokasi demontrasi. Pengunjuk rasa memprotes dan menuntut kepada direksi PT Inco mencabut kebijakan PHK dan protes terhadap direksi PT. INCO. Tbk yang melibatkan aparat kepolisian setempat, untuk menjemput para karyawan yang di-PHK di tempat kerjanya, lalu dibawa ke rumah masing-masing. (www.fajar.co.id/news.php?newsid=2504) 31 Maret 2005 Sekitar 500 pemuda yang tergabung dalam KWAS ( Kerukunan Wawania Asli Sorowako), berunjuk rasa ke PT Inco. Mulai pukul 05:00 Wita, massa memenuhi lapangan golf milik PT. INCO. Tbk Mereka mengadakan long march dari Kampung Sorowako menuju lapangan golf Inco club. Massa menuntut kepada manajemen PT Inco untuk mentransparankan segala bentuk penerimaan karyawan, termasuk penerimaan tenaga medis.Mereka menuntut agar PT. INCO. Tbk memprioritaskan putera daerah setempat dalam setiap rekruitmen karyawan, termasuk mitra kerja Inco yang membuka berbagai industri kecil di Lutim. ( www.fajar.co.id/news.php?newsid=4250) 21 Juli 2005 Ratusan orang karyawan korban PHK melakukan aksi blokir bandar udara (Bandara) milik PT. Inco di Soroako. Massa mendesak Direksi PT. Inco untuk melakukan pertemuan dengan mereka. Sekitar satu jam lebih di depan jalan masuk Bandara, para pengunjuk rasa melakukan orasi dengan yel-yel, "Usir Phil Toulele di Bumi Sawerigading, " dan kalau perlu pulangkan semua dalang PHK sepihak, "Karena menurut kami PHK sepihak PT. Inco di arsiteki otak Fir’aun," tegas Ustadz H. Hizbulla, salah satu korban PHK. 28 oktober 2010 Sejumlah orang yang tergabung dalam KWAS (kerukunan Wawania Asli Sorowako) melakukan demonstrasi menuntut kepada perusahaan untuk menagih janji perusahaan, yang mengatakan akan menerima penduduk asli Sorowako sebagai karyawan pada rekruitmen karyawan perusahaan dan kegiatan pelatihan yang diadakan oleh pihak PT. INCO. Tbk. Yang kemudian memicu terjadinya konflik antar suku yaitu penduduk asli melawan suku Toraja. Dimana pada saat itu terjadi kesalahpahaman antara massa demonstrasi dengan salah seorang warga yang berasal dari suku Toraja. Kesalah pahaman berlanjut hingga diproses melalui jalur hukum. Konflik akhirnya terselesaikan dengan diadakannya musyawarah antar tokoh suku masing-masing. Dan tuntutan demonstrasi mendapat respon dan kesepakatan dari pihak PT. INCO. Tbk (Fajar, 29 oktober 2010). Dari beberapa pristiwa demonstrasi yang dilakukan oleh penduduk asli Sorowako kepada PT. INCO. Tbk yang dapat memicu konflik tersebut, ternyata tidak membuat resah masyarakat khususnya penduduk asli Sorowako. Hal tersebut dianggap sebagai hal yang wajar untuk menuntut hak yang seharusnya mereka peroleh. Seperti yang diutarakan oleh Informan Nt yang diwawancara di rumahnya mengungkapkan bahwa : “ Demostrasi yang dilakukan penduduk Sorowako, niatnya baik untuk memperjuangkan hak mereka. Dan selama kami mengadakan demo semuanya untuk masyarakat juga. Sperti penerimaan karyawan kami menuntut agar perusahaan memberdayakan SDM daerah seperti janji mereka dulu. Dan apapun yang terjadi kami pasti mengutamakan kepentingan masyarakat juga. Dan yang perlu di ketahui kita melakukan demo secara tertib dan ada surat izin dari pihak kepolisian. Jadi kalau kita demo tidak merugikan masyarakat, hanya saja kalau demonstrasi kami tidak ditanggapi hal yang kami lakukan memblokir jalan bagi petinggi perusahaan. Nah kalau kemarin sempat terjadi konflik antar suku, itu hanya kesalahpahaman dan adu domba saja. Dan sejauh ini masyarakat Sorowako juga mendukung kami” (Wawancara 19 Februari 2012). Selanjutnya dipertegas oleh Informan Rj yang merupakan seorang ibu rumah tangga sekaligus wiraswasta, yang diwawancarai di tokonya mengatakan bahwa : “ Memang di Sorowako sering ada demo bahkan berlangsung berharihari dan sempat terjadi masalah. Tapi bagi kami kalau ditanya takut atau resah, kayaknya tidakji juga karena hal kayak begini mungkin kami sudah terbiasa dan memang untuk perjuangkan hak mereka. Dan selama melakukan demo bagi saya, keluarga dan orang-orang yang saya kenal tidak pernahji sampai merasa sangat terganggu kerana mereka tidak rugikan kami juga” (Wawancara 4 Maret 2012). Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh informan Nt dan informan Rj, tergambarkan rasa aman dan nyaman yang dirasakan oleh masyarakat khususnya penduduk asli Sorowako di tengah-tengah beragam tuntutan dan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh beberapa oknum yang tergabung dalam Kerukunan Wawania Asli Sorowako (KWAS) beberapa tahun ini. Rasa aman yang dirasakan oleh masyarakat Sorowako, merupakan salah satu bukti tingginya tingkat keamanan yang dilakukan oleh pihak yang berwajib. Serta tingginya kesadaran dan kepedulian masyarakat atas pentingnya keamanan dalam kehidupan sosialnya. Bila berkunjung ke Sorowako dapat ditemui pos keamanan di sepanjang jalan dan di kompleks perumahan. Pemeriksaan yang dilakukan juga sangat ketat dengan alat-alat yang canggih. Seperti pemeriksaan Kartu Tanda penduduk (KTP), Id Card, STNK kendaraan, CT kendaraan, pemeriksaan isi kendaraan, surat pengantar bila membawa barang daerah daerah lain, alat pendeteksi benda tajam, pendeteksi bom, dan camera sisi tv yang dipasang di setiap pos/point center. Menjadikan Sorowako daerah yang memiliki tingkat keamanan yang tinggi. 2. Kehidupan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako Ekonomi merupakan aspek utama untuk memenuhi kesejahteraan seseorang. Banyak orang yang berpindah dari suatu daerah ke daerah lain untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Berdasarkan sejarah terbentuknya desa Sorowako dan proses terjadinya konversi lahan di Sorowako, diketahui bahwa Sorowako merupakan daerah yang memiliki perekonomian yang rendah. Dikarena kurangnya pontensi alam dibidang pertanian dan perkebunan yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk Sorowako. Sehingga penduduk setempat tidak memiliki penghasilan tetap dan kegiatan perekonomian yang baik. Walaupun pada dasarnya Sorowako memiliki sumber daya alam yang melimpah. Yaitu kandungan besi dan nickel yang terdapat di tanah Sorowako. Namun pada saat itu tidak dapat dikelolah karena keterbatasan kemampuan, alat, modal, dan sumber daya manusianya. Hingga kedatangan ahli geologi yang melakulan penelitian dan mendirikan perusahaan tambang di Sorowako. Sejak didirikannya sebuah perusahaan tambang yaitu PT. INCO. Tbk di Sorowako. Membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian masyarakat khususnya penduduk asli Sorowako. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak yang bersangkutan diketahui bahwa perusahaan tambang ini telah memberikan pemasukan kepada kas pemerintah berdasarkan Kontrak Karya I, royalti yang diterima pemerintah Indonesia hanya sebesar 0,015% dari harga setiap kilogram nikel. Sewa lahan tambang setiap tahunnya hanya sebesar 1 US dollar per hektar per tahun. Dalam Kontrak Karya II, sewa lahan tambang dinaikkan menjadi 1,5 US dollar per hektar per tahun, namun royalti sama sekali tidak berubah. Selain pendapatan yang diperoleh pemerintah Indonesia dari hasil penambangan dan sewa tanah yang telah dijelaskan sebelumnya PT. INCO. Tbk juga membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat walaupun hanya sebagian penduduk asli Sorowako yang berkerja di perusahaan tambang tersebut. PT. INCO. Tbk mengubah desa yang dulunya sulit dilalui oleh kendaraan menjadi sebuah desa yang memiliki fasilitas lengkap, seperti fasilitas transportasi, komunikasi, wisata, kesehatan, dan pendidikan. Tatanan bangunan, jalanan dan infastruktur yang rapi dan indah. Sehingga Sorowako menjadi daerah yang banyak diminati oleh wisatawan dan orang yang ingin mencari pekerjaan. Namun yang perlu disadari bahwa dengan berdirinya sebuah perusahaan tambang asing di desa Sorowako akan mengakibatkan perubahan dalam pola hidup masyarakat baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dilokasi penelitian, tergambar kondisi ekonomi masyarakat khususnya penduduk asli Sorowako yang mengalami perubahan dan peningkatan pasca hadirnya PT. INCO. Tbk. Diantaranya sebagai berikut : 1. Pendapatan kas negara 2. Pembagunan daerah 3. Lapangan kerja yang luas 4. Pendapatan ekonomi 5. Pengembangan SDM dan SDA 6. Peningkatan taraf kehidupan Hadirnya PT. INCO. Tbk di Sorowako menjadi faktor utama terbukanya lapangan kerja lain seperti lapangan kerja di perusahaan kontraktor, wiraswasta, dan sebagainya. Berbagai imigran dari luar daerah dan luar negeri datang berkerja dan tinggal di Sorowako. Sehingga permintaan kebutuhan sandang, papan dan pangan semakin meningkat. Berdasarkan perjanjian yang telah disepakati antara pihak perusahaan dengan tokoh masyrakat penduduk asli Sorowako. Perusahaan berjanji selain membangun dan mengekspolitasi lahan Sorowako akan membuka lapangan kerja sebesar-besarnya bagi penduduk asli Sorowako baik dalam bidang industri tambang, kontraktor, dan wiraswasta. Serta mengedepankan kemajuan ekonomi penduduk asli Sorowako. Seperti yang diutarakan oleh Informan RT yang merupakan karyawan PT. INCO. Tbk divisi Community Development. Mengemukakan bahwa : “ Pihak perusahaan membuka lapangan pekerjaan kepada seluruh masyarakat Sorowako terutama penduduk asli Sorowako untuk berkerja di perusahaan tapi sesuai dengan standar karekteria dari perusahaan dan memberikan berbagai bantuan dana kepada masyarakat Sorowako yang mengajukan proposal untuk berwirausaha, kegiatan untuk masyarakat dan membangun sarana dan prasarana Sorowako. Tugas kami di divisi Condev ini ialah melayani masyarakat dalam bantuan dana. Dan ada perlakuan khusus bagi penduduk asli Sorowako tetapi harus mempunyai bukti seperti pengantar dari KWAS (kerukunana wawania asli Sorowako)” (Wawancara 20 Maret 2012). Berdasarkan hasil wawancara pada 2 informan dari pihak perusahaan PT. INCO. Tbk mengenai peran perusahaan dalam meningkatkan perekonomian penduduk asli. Diketahui ada beberapa tunjagan atau fasilitas yang diberikan kepada penduduk asli Sorowako, diantaranya sebagai berikut : 1. Jaminan Kesehatan 2. Jaminan listrik dan air gratis 3. Jaminan untuk mengenyam pendidikan di yayasan sekolah PT. INCO. Tbk mulai dari Tk, Sd, Smp, Sma dan perguruan tinggi (ATS). 4. Mendapatkan jatah dari pengrekrutan tenaga kerja baik untuk perusahaan maupun pelatihan tenaga kerja industri. Sesuai dengan kesepakatan bersama sebelumnya. 5. Mendapatkan jatah lahan tempat tinggal didaerah perumahan yang baru dibuat oleh PT. INCO. Tbk yaitu Sumasang. 6. Mendapatkan dana bantuan dari perusahaan untuk pembangunan fasilitas untuk kepentingan umum melalui proposal yang diajukan kepada perusahaan. 7. Bantuan dana kepada masyarakat Sorowako khususnya penduduk asli yang ingin mengembangkan usahanya dalam sektor wirausaha dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Sorowako. Selanjutnya yang menjadi pertanyaan besar bagi peneliti adalah apakah berbagai program pemberdayaan yang dirancang oleh pihak perusahaan PT. INCO. Tbk telah terealisasi dengan baik kepada penduduk asli Sorowako. Berdasarkan informasi dari 9 informan yang telah dipilih, mengemukakan bahwa berbagai program tersebut telah diperoleh penduduk asli sebagai haknya seperti kesehatan gratis di rumah sakit INCO, mendapatkan listrik dan air gratis, mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik mulai dari tingkat SD samapi dengan perguruan tinggi, dan mendapatkan dana dari perusahaan untuk mengadakan acara rakyat dan bantuan dana kewirausahaan. Namun menurut para informan ada 2 (dua) program pemberdayaan yang belum terealisasi dengan baik. Yaitu penerimaan jatah tenaga kerja daerah pemberdayaan dan pembagian lahan tempat tinggal di daerah Sumasang, yang sampai saat ini masih sering menjadi masalah antara penduduk asli Sorowako dengan pihak perusahaan PT. INCO. Tbk. Dari berbagai program pemberdayaan yang dirancang oleh PT. INCO. Tbk untuk penduduk asli Sorowako. Bantuan dana kepada masyarakat Sorowako khususnya penduduk asli yang ingin mengembangkan usaha pada sektor wirausaha dengan mengembangkan sumber daya alam yang ada di Sorowako merupakan suatu program sekaligus solusi dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang mandiri, kompetitif, dan bermutu. Dari hasil penelitian di Sorowako terdapat beberapa sektor informal yang dikembangkan oleh penduduk asli Sorowako dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Yang kemudian menjadi binaan Community Development PT. INCO. Tbk. Diantaranya ialah : 1. SGC (Sorowako Green Community), usaha yang berkembang dalam bidang suvenir. Mengubah sampah menjadi berbagai bentuk hiasan seperti kapal, kuda, lukisan timbul dan berbagai miniature 2. Kotinro dan Konde Manu yaitu sektor peternakan unggas, memperoduksi ternak dan telur yang berkualitas. 3. Kelompok Tani Bintang Kilat, menghasilkan ikan bandeng super. 4. Unit usaha rotan Polish, kreasi kaki lima kualitas ekspor. Begitulah kata oarng-orang mengenai hasil dari kerajinan usaha ini. 5. Sari Laos, yaitu Kripik pisang dan talas dengan berbagai rasa dan variasi. 6. Sirup Degen, merupakan sari dengen dari buah cirri khas Sorowako 7. Pengrajin kayu, membuat berbagai fasilitas kayu seperti kursi, lemari, pintu, jendela, lemari dan lain-lain (Kilas Condev edisi januari 2012). Seperti yang diungkapkan oleh Informan YP, yang mengungkapkan bahwa : “ Saya selaku Kepala Desa di Desa Nickel melihat dari data yang masuk sebagai arsip pemerintah. Banyak usaha-usaha informal yang mendapat bantuan dana dari PT. INCO. Tbk dan usaha itu berkembang karena dijasikan sebagai icon atau symbol dari Sorowako. dan banyak kegiatan-kegiatan masyarakat yang di bantu oleh PT. INCO. Tbk dan anggaran untuk pembangunan fasilitas umum” (Wawancara 25 Februari 2012 ). Bentuk bantuan terhadap pengembangan industri kecil ini yang akan memberikan dampak positif yang sangat besar bagi kualitas sumber daya manusia yang ada di Sorowako. Dengan berbagai perkembangan pola hidup, pengembangan daerah hingga pengembangan sumber daya manusia di Sorowako ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu perubahan yang terjadi kepada penduduk asli Sorowako pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk. Dimana sebelum hadirnya PT. INCO. Tbk di Sorowako. Ekonomi penduduk dapat digolongkan ekonomi rendah, karena tidak adanya pencaharian dan penghasilan tetap. Seperti yang diutarakan oleh Informan Mh yang diwawancarai dirumahnya mengatakan bahwa : “ Inco membawa banyak perubahan bagi Sorowako terutama dalam perekonomian. Kalau dulu bisa dikatakan wilayah mati. Karena tidak ada kegiatan untuk menghasilkan uang, selain itu akses untuk keluar masuk ke Sorowako sangat susah. Harus menempuh 5 gunung melalui darat untuk sampai di kabupaten malili selama 2 hari 1 malam dan melalui jalur air selama 1 hari. Jadi kita hidup dengan seadanyanya saja. Makan dari hasil kebun di desa seberang nuha atau matano, kalau untuk belanja kita harus pergi ke Malili dulu. Semenjak ada Inco di Sorowako meningkat pendapatannya masyarakat selain banyak yang jadi karyawan dan banyak juga yang berwiraswasta” (Wawancara 20 Februari 2012) Berbagai lapangan kerja sekarang terbuka luas di Sorowako, jadi tidak heran jika Sorowako menjadi daerah tujuan para imigran untuk mengadu nasib mencari pekerjaan. Banyaknya tenaga kerja yang datang ke Sorowako dengan berbagai kebutuhan hidup yang ingin dipenuhi membuat penduduk asli Sorowako yang tidak dapat berkerja di PT. INCO. Tbk bersaing untuk membuka usaha untuk menyiapkan berbagai kebutuhan masyarakat. Seperti membuka usaha rumah makan dengan berbagai ciri khas, Toko Campuran, Pasar Tradisional, Toko Internasional, Café, Hotel, Penginapan, Rumah Karaoke, Club/pub, Studio Musik, Angkutan umum Bus, Panter, Travel, dan sebagainya. Seperti yang diungkapkan oleh Informan Km yang mengungkapkan bahwa : “ Karena banyaknya penduduk di Sorowako jadi semakin banyak juga kebutuhannya. Sehingga masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan dari situasi yang ada. Apalagi didukung oleh faktor desakan ekonomi dan kondisi Sorowako sekarang. Biasanya yang berwirausaha itu yang tidak kerja di perusahaan. contohnya saja di Sorowako makanan apa yang tidak ada dijual semuanya lengkap dari nasi Padang, coto Makassar, Pempek Palembang, Rujak cingur, Mie Titi, SariLaut, Terang bulan Bangka, Roti bakar Bandung, dan masih banyak lagi” (Wawancara 20 Maret 2012). Meningkatnya kegiatan ekonomi di Sorowako, secara tidak langsung telah mengubah pola hidup penduduk asli. Dimana dulu penduduk asli Sorowako hidup dengan pola sederhana kini berubah menjadi masyarakat yang komsuntif. Terlihat dari permintaan kebutuhan yang meningkat dan biaya hidup yang tinggi. Serta pola hidup yang terlihat sangat berbeda dengan cerita pola hidup penduduk sebelumnya. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Informan YP yang mengungkapkan bahwa : “ Sekarang pola hidupnya masyarakat berbeda dengan yang dulu, dulunya makanan biasa saja dimakan apa di masak itu dimakan kalau sekarang biar tidak masak banyak makanan dijual. Contohnya juga dulu kita berpakaian bagus kalau ada acara sekarang tiap hari biar dirumah saja bergaya semuami orang apalagi kalau ke pesta, kayak dia yang mau pengantin. Kehidupan sederhana yang dulu tidak banyak tuntutan nah sekarang tinggi perekonomian tambah banyak tuntutan hidup. Jadi susah sekali kalau mau disamakan dulu dengan sekarang masing-masing punya kelebihan dan kekurangan (Wawancara 25 Februari 2012). Hadirnya berbagai usaha-usaha kecil, menengah hingga keatas yang menyiapkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sorowako secara keseluruhan memperlihatkan sifat masyarakat Sorowako yang komsumtif serta mulai berbaur dengan kapitalisme yang semakin berkembang di Sorowako. Maka hal ini menjelaskan terjadinya sebuah perubahan seperti yang dikemukakan oleh seorang ahli sosiolog Karl Marx sebelumnya yang berpandagan bahwa ekonomi merupakan faktor terjadinya perubahan pola kehidupan masyrakat. Yaitu dari masyarakat yang komunal perimitif menjadi masyarakat yang kapitalis. Seperti yang terjadi pada pola kehidupan penduduk asli Sorowako yang awalnya memiliki pola hidup sederhana sekarang berubah menjadi masyarakat yang komsuntif menuju kapitalisme. Perubahan pola kehidupan yang terjadi dalam masyarakat Sorowako merupakan dampak dari hadirnya perusahaan tambang PT. INCO.Tbk di Sorowako. Yang pada dasarnya menerapkan kapitalisme dalam sistem kerja dalam perusahaan tambang tersebut. Yang kemudian mempengaruhi masyarakat Sorowako. Terlihat dari terciptanya kaum ploretar dan kaum borjuis serta prilaku komsuntif yang mulai menguasai masyarakat Sorowako. Seperti yang diyakini oleh Marxisme, bahwa masalah-masalah atau perubahan pola hidup masyarakat terjadi karena kaum borjuis. Borjuis telah menghapus silahturahmi antar individu, dan nilai-nilai budaya dan sosial di masyarakat dengan mengantinya dengan hubungan materi dan uang semata. Dimana orang-orang yang berkerja untuk memenuhi kebutuhannya tidak akan terpenuhi tanpa bantuan pemilik modal. Situasi ini akan menciptakan penghisapan antara mereka yang diperkerjakan. Sehingga masyarakat akan semakin tergantung dengan pola hidup komsumtif. BAB VI PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa Sorowako mengenai kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk. Studi kasus Desa Sorowako Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Maka pada bab ini penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1. Proses konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako Awal terjadinya konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako sebagai berikut : a. Tahun 1937 berawal dari kunjungan Flat Elves seorang ahli geologi (geologist) berkebangsaan Jerman yang ditugaskan oleh Inco Limited yang berpusat di Canada. b. Tahun 1968, eksplorasi dan studi kelayakan mulai dilakukan. Dan resmi didirikan sebuah perusahaan tambang di Sorowako yang bernama PT. INCO. Tbk sebagai anak perusahaan Vale Inco Limited c. Tahun 1968 perusahaan menandatangani kontrak dengan pemerintah Indonesia yang telah menyetujui hak pertambangan di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara khususnya Sorowako selama 30 tahun. Berlaku sejak produksi komersial pertama pada tanggal 1 April 1968 sampai dengan 31 Maret 2008. Dengan luas aera konsesi awal perusahaan sebesar 118,387 hektar. d. Pada tahun 1970, setelah melakukan eksplorasi pertama kalinya sampel sebanyak 50 ton dikirim ke pusat penelitian Vale Inco Limited di Port Colborne Ontario. e. Pada tahun 1973 perusahaan mulai membangun sara dan prasarana penambangan, pabrik pengelolahan, akses jalan, dan infastruktur yang di perlukan di Sorowako. dan membuka lapangan kerja 10.000 lowogan pekerjaan untuk pekerja Indonesia dan 1.000 lowogan pekerjaan untuk pekerja luar negeri. f. Selanjutnya pada tanggal 15 Januari 1996, perusahaan melakukan perpanjagan Kontrak Karya tahun 1968 hingga 2025. Penjelasan diatas merupakan proses terjadinya konversi lahan pertama kali oleh pihak PT. INCO. Tbk di Sorowako yang telah melalui berbagai tahap dan proses. 2. Kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli Sorowako pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako i. Kehidupan Sosial Setelah konversi lahan yang dilakukan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako tentunya banyak membawa pengaruh terhadap kehidupan sosial penduduk asli Desa Sorowako. Diantaranya sebagai berikut : 1. Interaksi sosial penduduk asli Sorowako yang kini mulai kurang karena kesibukan kerja masing-masing. Dan terlihat sangat berbeda dengan iteraksi sosial penduduk sebelum konversi lahan 2. Stra/status sosial yang mulai tinggi pasca konversi lahan. Bersaing untuk mendapatkan status sosial dimasyarakat, sehingga terkadang berakhir dengan konflik sosial. 3. Eksistensi adat istiadat dan tradisi yang tetap terjaga dengan baik pasca konversi lahan 4. Keamanan, dalam segi keamanan Sorowako merupakan daerah yang memiliki keamanan yang tinggi karena adanya sebuah perusahaan tambang. ii. Kehidupan Ekonomi Pasca konversi lahan PT. INCO. Tbk pengaruh atau perubahan yang dialami penduduk asli Sorowako dalam kehidupan ekonominya ialah : 1. Pengembangan SDM dan SDA penduduk asli Sorowako 2. Pembangunan daerah yang membawa pengaruh positif untuk penduduk asli Sorowako 3. Berbagai fasilitas yang didapatkan penduduk asli Sorowako guna meningkatkan kesejahteraan hidup dari PT. INCO. Tbk 4. Luasnya lapangan kerja sehingga penduduk asli Sorowako memiliki mata pencaharian yang tetap. 5. Meningkatnya taraf kehidupan penduduk asli, khususnya dalam bidang materi seperti pemilikan harta benda 6. Meningkatnya status sosial penduduk asli Sorowako di masyarakat. B. SARAN Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan sehubungan dengan kehidupan sosial dan ekonomi penduduk asli pasca konversi lahan oleh PT. INCO. Tbk di Sorowako ialah sebagai saran dan harapan penulis : 1. Kepada pemerintah Luwu Timur, PT. INCO. Tbk, dan Masyarakat Sorowako. Penulis berharap agar semua pihak dapat memperhatiakan dan menjaga kelestarian alam. Kita sebagai manusia telah diberikan anugrah kelimpahan alam selain dimanfaatkan juga harus dirawat dan dipelihara dengan baik. Karena bila alam rusak yang menerima dampaknya adalah manusia itu sendiri. 2. Kepada PT. INCO. Tbk agar terus konsisten dengan perjanjian yang telah disepakati bersama dengan penduduk asli Sorowako selaku pemilik atau keturunan pemilik lahan yang dikonversi.dan terus mengembangkan sumber daya manusia yang ada sehingga menjadi SDM yang berkualitas. 3. Terakhir, penulis berharap agar konflik dan masalah yang terjadi di Sorowako dapat terselesaikan dengan baik. Serta masyarakatnya hidup sejahtera. DAFTAR PUSTAKA Andrian, Charles F, 1992, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana. Hlm. 34 Franz Magnis-Suseno. 1999, Pemikiran Karl Marx, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Jones, Pip. 2003, Intoducing Social Theory, Yayasan pustaka Obor Indonesia, Jakarta. Johnson, Paul D. 1994. Teori Sosiologi: Klasik dan Modern, Jilid I dan II. (Terj. Robert M.Z. Lawang), Gramedia, Jakarta. Kilas Community Development PT. INCO. Tbk. Edisi Januari 2012. Kilas Sorowako. Edisi January 2012. Martua Sihaloho. 2004. Konversi Lahan pertanian dan Perubahan Struktur Agraria (Kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat). Tesis. .Sekolah Pasca Sarjana IPB. PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. Anual Report 2007. PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. Anual Report 2010. Ritzer, George. Goodman, Douglas J, 2008, Teori Sosiologi Modern, Kencana, Jakarta. Satori, M.A., Prof. Dr. Djam’an, dan Komariah, M. Pd., Dr. Aan, 2010, Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung. Sugiyono, Prof. Dr. 2007, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung. Sztompka Piotr.2008.Sosiologi Perubahan Sosial.Prenada, Jakarta. Susanto, Astrid, 1985, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bina Cipta, Bandung. Hlm. 28 Soekanto, Soerjono, 1987, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta. Soelaeman. Dr. M. Munandar. 2008, Ilmu Sosial Dasar, PT Refika Aditama, Bandung. Utomo, M., Eddy Rifai dan Abdulmutalib Thahir. 1992. Pembangunan dan Alih Fungsi Lahan. Lampung: Universitas Lampung. Wulansari, MM,SE.,MH.,SH.,.Prof. Dr. C Dewi.2009, Sosiologi (Konsep & Teori), PT Refika Aditama, Bandung. http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi http://www.babejoko.web.id/2011/08/09/tiga-masalah-pokok-perekonomian.php RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama : Julianti Tempat/Tanggal Lahir : Wawondula 10 Juli 1990 Asal Daerah : Sorowako Luwu Timur Suku : Sumatera Barat / Soppeng Agama : Islam Hobi : Olahraga, nonton, wisata kuliner Tokoh Sosiologi : Karl Marx Riwayat Pendidikan : - Tk Al-Ikhwan Sorowako - SDN 329 Nickel Sorowako - SMP Yapman Sorowako - SMK Budi Utomo Sorowako - Universitas Hasanuddin Makassar Riwayat organisasi selama menjadi Mahasiswa : - Kemasos (keluarga mahasiswa Sosiologi ) - Unit Kegiatan Mahasiswa Volley Ball - Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Tari