AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERBEKALAN OBATOBATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT INCO SOROAKO Stephani Gloria Datu Sampetoding Dosen Pembimbing : Tjhin Tjiap Lung, SE.,MM.,AK. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian atas pengelolaan perbekalan obat-obatan, mengetahui penerapan pengendalian internal terhadap pengelolaan perbekalan obat-obatan jika dibandingkan dengan teori dan memberikan rekomendasi sistem pengendalian yang sesuai untuk diterapkan dalam pengelolaan perbekalan obat-obatan di intalasi farmasi Rumah Sakit INCO Soroako. Metode penelitian yang digunakan ialah pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu dengan melakukan pengamatan dan wawancara secara mendalam mengenai kegiatan dan prosedur pengelolaan perbekalan obat-obatan di instalasi farmasi Rumah Sakit Inco Soroako. Hasil dari penelitian ini adalah masih terdapat beberapa kelemahan dari pengendalian internal yang berpotensi menghambat aktivitas operasional dari pengelolaan perbekalan obat-obatan di instalasi farmasi Rumah Sakit Inco Soroako. Kata kunci : audit operasional; pengendalian internal; obat-obatan; instalasi farmasi ABSTRACT This study aims to conduct an assessment on the medicine supplies management , determine the application of internal controls for the management of medicine supplies in comparison with the theory and provide recommendations of appropriate operational procedures to be applied in the management of supplies, drugs in the pharmaceutical installation of Sorowako Inco Soroako Hospital. The method used is descriptive qualitative approach, namely by making in depth observations and interviews about the activities and procedures for the management of medicine supplies in the pharmacy of Inco Soroako Hospital. Results from this study is there are still some weaknesses of internal controls that could potentially hinder the operational activities of the management of medicine supplies in the in the pharmacy of Inco Soroako Hospital. (SGDS) Keywords: operational audit; internal control; medicines; pharmacy Pendahuluan Rumah sakit sebagai suatu organisasi jenis nirlaba tentunya tetap membutuhkan pemasukan untuk menunjang operasional pelayanannya kepada masyarakat dengan menerapkan disiplin dan standar yang baik dalam mengelola sumber daya yang ada secara optimal. Sumber pendapatan rumah sakit ialah : pendapatan dari jasa perawatan, pendapatan dari penjualan obat, pendapatan dari pelayanan medis, pendapatan dari penunjang medis, pendapatan lainnya. Obat dan perbekalan kesehatan merupakan salah satu komponen penting dalam instalasi farmasi dari suatu pelayanan kesehatan dan merupakan kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia. Karena memperoleh obat dan perbekalan kesehatan merupakan hak azasi manusia, maka pemerintah dan rumah sakit berkewajiban untuk memberikan pelayanan obat maupun perbekalan kesehatan yang memadai, terutama untuk persediaan obat dan perbekalan kesehatan yang murah, terjangkau atau mudah diperoleh pada saat dibutuhkan oleh masyarakat. Pengadaan obat oleh instalasi farmasi di RS yang membutuhkan peranan audit operasional dengan tujuan menekan risiko pengadaan obat yang tidak sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan demi menjaga mutu obat-obatan yang diedarkan kepada masyarakat. Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit bergantung pada kompetensi dari manajemen logistik rumah sakit. Pengadaan alat yang tepat dan berfungsi dengan baik akan memperlancar kegiatan pelayanan pasien sehingga berdampak bagi peningkatan mutu pelayanan secara umum. Lebih dari 90% pelayanan kesehatan di RS menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, alat kedokteran, dan gas medik), dan 50% dari seluruh pemasukan di RS berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Oleh karena itu, perbekalan farmasi ini harus dikelola secara tepat dan penuh tanggung jawab sehingga pendapatan RS tidak mengalami penurunan secara financial dan tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat secara non-financial. Secara garis besar, tahapan pengelolaan obat meliputi seleksi, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, dan penggunaan obat. Dengan kebijakan persediaan yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan obat yang optimal maka rumah sakit tidak akan mengalami kekurangan ataupun kelebihan persediaan obat. Berdasarkan uraian latar belakang diatas pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah pengelolaan perbekalan obat-obatan di bagian farmasi Rumah Sakit Inco Soroako telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang diterapkan Rumah Sakit ? 2. Apakah pengelolaan perbekalan obat-obatan di bagian farmasi Rumah Sakit Inco Soroako telah berjalan secara efektif, efisien, dan ekonomis ? 3. Bagaimana penerapan pengendalian internal terhadap persediaan obat-obatan di Farmasi Rumah Sakit Inco Soroako jika dibandingkan dengan teori yang terdapat dalam buku referensi ? 4. Bagaimana prosedur operasional yang sesuai untuk diterapkan dalam mengelola perbekalan obatobatan di bagian farmasi Rumah Sakit Inco Soroako ? Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk melakukan penilaian atas pengelolaan perbekalan obat-obatan di bagian farmasi Rumah Sakit Inco Soroako apakah telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang diterapkan Rumah Sakit. 2. Untuk mengetahui penerapan pengendalian internal terhadap pengelolaan perbekalan obat-obatan di bagian farmasi Rumah Sakit Inco Soroako apakah telah efektif dan efisien. 3. Untuk mengetahui penerapan pengendalian internal terhadap pengelolaan perbekalan obat-obatan di bagian farmasi Rumah Sakit Inco Soroako jika dibandingkan dengan teori yang terdapat dalam buku referensi. 4. Memberikan rekomendasi prosedur operasional yang sesuai untuk diterapkan dalam pengelolaan perbekalan obat-obatan di bagian farmasi Rumah Sakit Inco Soroako. Ruang lingkup penelitian adalah pada tahap pemesanan obat-obatan, penerimaan obat-obatan, penyimpanan obat-obatan, distribusi obat-obatan kepada pasien oleh bagian farmasi di rumah sakit, dan perhitunga persediaan perbekalan obat-obatan (stock opname). Menurut O. Ray, Whittington dan Kurt Pany (2012), audit adalah pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh sebuah lembaga indipenden, yaitu kantor akuntan publik. Proses audit terdiri atas penyelidikan atau pencarian catatan akuntansi dan bukti-bukti terkait dengan laporan keuangan yang menjadi objek audit. Hal yang harus dimiliki oleh auditor dalam rangka melakukan audit ialah pemahaman mengenai pengendalian internal perusaaan, pemeriksaan terhadap dokumen, pengamatan terhadap asset, dan melakukan prosedur audit lainnya. Audit operasional menurut “Professional Practices Framework” : International Standards for The Professional Practice of Internal Audit, IIA (2004) adalah suatu aktivitas independen yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi (consulting) yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah (to add value) serta meningkatkan (improve) kegiatan operasi organisasi. Jadi pengawasan internal itu justru membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas manajemen risiko (risk management), pengendalian (control) dan proses tata kelola (governance processes). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58 tahun 2014, instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelanggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, sedangkan pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan kepada pasien dalam penyediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58 tahun 2014, proses pengelolaan Sediaan Farmasi meliputi sembilan tahap, yaitu : Pemilihan, Perencanaan Kebutuhan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan, Pendistribusian, Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Pengendalian, dan Administrasi. Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit dan melakukan penilaian atas manajemen risiko pengelolaan sediaan farmasi. Manajemen risiko pengelolaan sediaan farmasi yang dilakukan untuk identifikasi, evaluasi, dan menurunkan risiko terjadinya kecelakaan pada pasien, tenaga kesehatan dan keluarga pasien, serta risiko kehilangan dalam suatu organisasi. Metode Penelitian Jenis penelitian akan dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif, dimana analisa data yang digunakan bersifat deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh secara sistematis kemudian dianalisis untuk mencapai suatu kejelasan. Sumber data ialah data primer dan sekunder. Data primer antara lain : a. Observasi Penulis melakukan pengamatan lapangan di Rumah Sakit Inco Soroako dengan berdasarkan rancangan pengamatan yang telah disusun. b. Wawancara Pengambilan data melalui wawancara dengan medical personel di Rumah Sakit Inco Soroako. Jawaban responden kemudian dirangkum oleh peneliti. c. Kuisioner Pengambilan data melalui angket atau kuisioner yang diberikan kepada Penanggung jawab instalasi farmasi Rumah Sakit Inco Soroako. Sedangkan data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip. Dalam penelitian ini, sumber data sekunder ialah struktur organisasi, laporan pembelian, persediaan, dan laporan penggunaan persediaan obat. Hasil dan Bahasan Prosedur Audit Operasional atas Pengelolaan Obat-obatan yang dilakukan penulis selama penelitian adalah sebagai berikut : 1. Survei Pendahuluan Pada tahap ini auditor akan melakukan peninjauan awal terkait dengan pihak yang akan diaudit (auditee). Hal-hal yang harus dipahami oleh auditor ialah struktur organisasi dan karakteristik operasional dari auditee. Pemahaman mengenai jenis industri dan aturan legal yang berkaitan dengan auditee juga harus dimiliki auditor. 2. Perencanaan Audit Setelah mendapatkan pemahaman awal yang cukup mendalam mengenai bisnis dan aktivitas operasional auditee, selanjutnya ialah melakukan perencanaan audit melalui Audit Program. Tujuan dari perencanan audit adalah agar audit dijalankan secara efektif, efisien, dan ekonomis mengingat banyaknya kegiatan operasional dari auditee. Melalui Audit Program maka diharapkan audit dapat terarah dan mencapai hasil yang optimal. 3. Pelaksanaan Audit Pelaksanaan Audit ialah proses pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk menilai efektifitas dan efisiensi kegiatan pengelolaan perbekalan obat-obatan di instalasi farmasi rumah sakit. Bukti dan dokumen yang dikumpulkan kemudian diolah untuk mendapatkan temuan yang berpotensi memiliki resiko yang cukup signifikan terhadap operasional dan tujuan perusahaan. Temuan dianalisis berdasarkan kondisi, kriteria, sebab, akibat, dan kemudian rekomendasi yang akan diberikan oleh auditor kepada auditee. 4. Pelaporan Temuan Pada tahap ini auditor akan memberikan laporan berisi temuan mengenai penyimpangan yang terjadi terhadap kriteria yang berlaku dan menimbulkan inefisiensi, inefektivitas, ketidakhematan, dan kelemahan dalam sistem pengendalian manajemen di perusahaan. Auditor juga memberikan rekomendasi kepada auditi terkait dengan temuan yang ada. Berdasarkan ruang lingkup yang telah ditetapkan peneliti, maka kegiatan yang diaudit adalah sebagai berikut : 1. Audit atas Pemesanan Perbekalan Obat-Obatan. Bertujuan untuk mengetahui apakah pemesanan perbekalan obat-obatan telah dilakukan dengan efektif dan efisien, mengetahui apakah proses pemesanan perbekalan obat-obatan telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan baik dari perusahaan maupun secara legal, dan untuk mengetahui pencatatan dan pendokumentasian pemesanan perbekalan obat-obatan. Prosedur audit yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan atas prosedur pemesanan perbekalan obat-obatan apakah dibuat secara tertulis atau tidak, melakukan pemeriksaan atas kelengkapan dokumen pemesanan perbekalan obat-obatan apakah telah tertera dengan jelas harga, tanggal, jenis obat, dan kuantitas obat yang akan dipesan, dan melakukan pemeriksaan terkait dengan obat-obatan yang dipesan sesuai dengan Formularium Obat yang telah ditetapkan pihak Rumah Sakit Inco. 2. Audit atas Penerimaan Perbekalan Obat-Obatan. Bertujuan untuk mengetahui apakah proses penerimaan perbekalan obat-obatan sesuai dengan prosedur yang berlaku, untuk mengetahui apakah obat-obat yang diterima telah sesuai dengan pesanan, dan untuk mengetahui kelengkapan dan validitas pencatatan dan dokumen terkait dengan penerimaan obatobat. Prosedur audit yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan atas Standar Prosedur Opersional terkait dengan penerimaan perbekalan obat-obatan, melakukan pemeriksaan atas dokumen terkait dengan penerimaan perbekalan obat-obatan, dan melakukan pemeriksaan terkait dengan kesesuaian obat-obatan yang diterima dari Logistik, dan melakukan pemeriksaan atas kesalahan dalam penerimaan obat misalnya jenis dan kuantitas obat tidak sesuai dengan pesanan serta dokumen penerimaan yang tidak lengkap. 3. Audit atas Penyimpanan Perbekalan Obat-Obatan. Bertujuan ntuk mengetahui apakah Logistik dan Apotek memiliki prosedur penyimpanan obat-obatan secara tertulis, untuk mengetahui apakah penyimpanan obat-obatan telah sesuai dengan prosedur yang berlaku baik yang ditetapkan Rumah Sakit Inco maupun dari perundang-undangan yang berlaku, untuk mengetahui keadaan fisik Logistik apakah cukup dapat melindungi keselamatan dan keutuhan obatobatan, dan untuk mengetahui cara penyimpanan dan penyusunan obat-obatan baik di Logistik maupun di Apotek. Prosedur audit yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan Standar Prosedur Operasional terkait penyimpanan obat-obatan, melakukan wawancara dengan petugas Logistik dan Apotek terkait penyimpanan obat-obatan, melakukan tinjauan fisik gudang dan tempat penyimpanan obat seperti lemari dan rak, memeriksa jumlah obat yang ada di tempat penyimpanan dan yang tertera di Kartu Stok, melakukan pemeriksaan kondisi obat terkait dengan tanggal kadaluarsa dan segel obat, dan melakukan observasi proses penyimpanan obat oleh petugas Storage dan Apotek. 4. Audit atas Distribusi Perbekalan Obat-Obatan Bertujuan untuk mengetahui apakah Logistik dan Apotek memiliki Standar Prosedur Operasional secara tertulis terkait dengan distribusi obat-obatan baik dari Storage ke Apotek maupun Apotek ke pasien, untuk mengetahui apakah proses distribusi obat-obatan sesuai dengan prosedur yang berlaku, untuk mengetahui apakah obat-obatan yang didistribusikan ke pasien sesuai dengan obat yang masuk dalam daftar Formularium yang telah ditetapkan oleh Komite Farmasi Rumah Sakit Inco, dan untuk mengetahui kelengkapan dan validitas pencatatan dan dokumentasi obat-obatan yang didistribusikan ke pasien. Prosedur audit yang dilakukan adalah mempelajari prosedur distribusi perbekalan obatobatan dari Logistik ke Apotek dan dari Apotek ke pasien, melakukan pemeriksaan sample obat yang didistribusikan ke pasien lalu dibandingkan dengan Formularium Obat, dan melakukan wawancara lebih mendalam terkait dengan proses distribusi obat-obatan ke pasien. 5. Audit atas Perhitungan Persediaan Perbekalan Obat-Obatan Bertujuan untuk mengetahui prosedur perhitungan persediaan perbekelan obat-obatan baik di Logistik maupun Apotek, untuk mendapatkan gambaran hasil stock opname terakhir, untuk mengetahui pengawasan perhitungan persediaan perbekalan obat-obatan baik di Storage maupun Apotek, dan untuk mengetahui keakuratan perhitungan persediaan obat agar dapat melakukan estimasi pemakaian obat. Prosedur audit yang dilakukan adalah melakukan peemeriksaan laporan stock opname Logistik yang terbaru, melakukan pemeriksaan Query dari Apotek, melakukan stock opname dari sample obat yang telah ditentukan secara random di Logistik dan Apotek, dan melakukan perbandingan Query dengan Kartu Stok obat di Apotek. 6. Audit atas Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Persediaan Obat-obatan. Peninjauan sistem pengendalian dilakukan untuk mengidentifikasi kelemahan dalam pengendalian internal yang kemudian dijadikan dasar untuk menilai apakah kegiatan yang dijalankan sudah efektif dan efisien serta memenuhi tujuan perusahaan. Prosedur audit yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan terkait dengan pembagian tugas dan wewenang di Logistik dan Apotek, melakukan pemeriksaan prosedur dalam kegiatan pembaharuan data atau harga terbaru dari obat-obatan, melakukan pemeriksaan laporan evaluasi dari pihak Rumah Sakit atas kinerja PT Anugrah Husada sebagai pengelola obat-obatan, memberikan daftar pertanyaan berupa kuisoner terkait dengan Pengendalian Internal atas pengelolaan obat-obatan di instalasi Farmasi Rumah Sakit Inco Soroako, dan melakukan wawancara dengan petugas Logistik dan Apotek terkait dengan Pengendalian Internal yang diterapkan. Setelah melakukan audit operasional atas pengelolaan perbekalan obat-obatan di instalasi farmasi Rumah Sakit Inco melalui beberapa pengujian substantif, maka diperoleh beberapa temuan sebagai berikut : a. Proses pembaharuan harga obat ke sistem informasi manajemen Rumah Sakit (HIMS). Untuk setiap pengisian dan/atau perubahan data terkait harga harus dilakukan mekanisme “review and approval”. Sedangkan yang terjadi adalah harga obat baru yang dimasukkan kedalam sistem HIMS belum dilakukan verifikasi dan mekanisme persetujuan dari staf Vale untuk memastikan semua perubahan harga yang diinput telah akurat dan lengkap sesuai dengan daftar harga yang disetujui Komite Farmasi Rumah Sakit. Resiko yang terkait dengan hal ini adalah kesalahan input dan/atau transaksi yang tidak diotorisasi. b. Pemantauan berkala atas kualitas dan masa kadaluarsa obat Kualitas dan masa berkala obat seharusya diperiksa secara berkala oleh pihak yang independen. Tetapi pihak Rumah Sakit belum secara rutin melakukan peninjauan dan monitoring atas obat-obat yang terdapat di Logistik dan instalasi farmasi. Resiko dari hal ini adalah adanya kemungkinan obat-obatan yang terdapat di gudang atau logistik tidak sesuai dengan standar dan kebijakan dari pihak Rumah Sakit INCO Soroako terkait dengan kualitas maupun kuantitasnya. Rekomendasi yang diberikan adalah perwakilan PT Vale dan/atau Rumah Sakit sebagai pihak independen melakukan stok opname secara berkala (misal: tiap 6 bulan) obat-obatan yang ada di Apotek dan Logistik. c. Pengisian kartu stok obat Kartu stok harus diisi secara akurat dan lengkap. Tetapi beberapa data jumlah obat yang tertera di kartu stok tidak valid karena tidak sesuai dengan jumlah obat yang ada di rak. Resiko terkait dengan hal ini adalah rartu stok tidak diisi secara akurat dimana ditemukan selisih jumlah obat yang dikeluarkan dengan yang dicatat di kartu stok. Setiap perbedaan atau selisih jumlah yang ditemukan harus segera dikoreksi menjadi jumlah yang benar. d. Terdapat praktek penjualan obat kepada bukan pasien RS Inco, terutama jika obat yang dijual di luar formularium. Sebagai tambahan, list obat yang dijual tidak pernah diperiksa oleh KFT/pihak RS Inco. Resiko terkait dengan hal ini adalah Rumah Sakit Inco dapat dimintai pertanggungjawaban jika ada pasien yang bermasalah terkait obat yang dibeli di apotek tersebut. Rekomendasi yang diberikan adalah pihak Rumah Sakit Inco harus memiliki pengawas yang secara rutin melakukan pemeriksaan atas kegiatan operasional apotek dan melakukan peninjauan ulang terhadap kontrak yang diberikan kepada kontraktor terutama mengenai praktek yang dijalankan sendiri. e. Pengadaan Obat Berdasarkan Lampiran PerMenKes No.58/2014 bab II.3.D, expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi , Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain). Obat yang diterima oleh pihak rumah sakit tidak memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan yang terbaru, terkait dengan pengadaan obat dan ketentuan masa kadaluarsa dari obat yang diterima teresebut. Resiko yang berkaitan dengan hal ini adalah kegiatan operasional yang dijalankan tidak sesuai dengan aturan pemerintahan dan pada saat ada sidak dari DinKes maka standar obatobatan yang ada di dalam lingkungan Rumah Sakit Inco tidak memenuhi kebijakan yang berlaku khususnya untuk tanggal kadaluarsa obat. Rekomendasi yang diberikan ialah obat-obatan yang diterima seharusnya sesuai dengan syarat yang ada di dalam peraturan pemerintah. f. Penempatan obat-obatan berdasarkan kategori Look Alike Sound Alike (LASA). Berdasarkan Lampiran PerMenKes No.58/2014 bab II.5,Obat-obatan yang masuk dalam kategori “Look Alike Sound Alike (LASA)” harus diletakkan berjauhan. Tetapi obat-obat yang termasuk dalam kategori “LASA” masih diletakkan berdekatan dan berdampingan. Resiko terkait dengan hal ini adalah kesalahan dalam pengambilan obat oleh petugas Apotek. Rekomendasi yang diberikan adalah penyimpanan obat-obatan sesuai dengan aturan legal yang berlaku. g. Pengendalian tanggal kadaluarsa vaksin Berdasarkan prosedur yang ada di apotek, setiap vaksin yang masuk harus dicantumkan tanggal kadaluarsa di kartu stok. Tetapi setiap penerimaan vaksin belum dicantumkan tanggal kadaluarsa sesuai dengan peraturan yang ada. Resiko terkait dengan hal ini adalah sulit mengidentifikasi masa kadaluarsa vaksin yang tergolong cukup pendek. Rekomendasi yang diberikan adalah menambahkan kolom tanggal kadaluarsa di kartu stok vaksin. Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan audit operasional atas pengelolaan perbekalan obat-obatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Inco Soroako yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Bila dilihat secara keseluruhan, sebagian pengelolaan perbekalan obat-obatan di bagian farmasi Rumah Sakit PT Inco Soroako telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang diterapkan rumah sakit. Namun masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan prosedur yang diterapkan Rumah Sakit. 2. Sebagian besar pengendalian internal dalam Rumah Sakit Inco, khususnya pada Divisi Logistik dan Apotek dapat dikatakan baik dalam pembagian tugas dan penerapan prosedur operasional. Namun Rumah Sakit belum melakukan pengawasan secara rutin dan mendalam pada pengelolaan perbekalan obat-obatan di instalasi farmasi. 3. Penerapan pengendalian internal terhadap persediaan obat-obatan di Farmasi Rumah Sakit INCO Sorowako jika dibandingkan dengan teori yang terdapat dalam buku referensi ialah sebagian besar sudah sesuai dengan pilar COSO. Namun sebagian area belum dapat dikatakan telah sesuai dengan pengendalian internal yang diharapakan. Pengendalian internal terkait dengan struktur organisasi dan pembagian tugas yang telah dilakukan dengan baik. Penilaian resiko yang diterapakan belum cukup baik karena beberapa area masih belum dilakukan pengawasan secara mendalam oleh pihak Rumah Sakit. Arus informasi dan komunikasi di instalasi farmasi Rumah Sakit Inco telah berjalan dengan baik dan tertata sesuai dengan prosedur yang berlaku. Aktivitas pengendalian transaksi terkait dengan pengelolaan perbekalan obat-obatan di Rumah Sakit Inco Soroako belum dijalankan dengan baik karena belum dijalankannya fungsi otorisasi terpisah pada tahap setelah update harga obat oleh pihak Rumah Sakit Inco Soroako. 4. Prosedur operasional yang sesuai untuk diterapkan dalam pengelolaan perbekalan obat-obatan di bagian farmasi Rumah Sakit PT INCO Soroako adalah diberlakukannya pengawasan dan penilaian khusus secara rutin, mendalam, dan berkelanjutan dari pihak Rumah Sakit Inco terhadap PT Anugrah Husada selaku kontraktor pengelola persediaan obat-obatan di instalasi farmasi Rumah Sakit Inco Soroako. Pihak Rumah Sakit juga harus melakukan pengecekan secara berkala terhadap perbekalan obat-obatan yang ada di Divisi Logistik dan Apotek sebelum didistribusikan kepada pasien. Saran Berdasarkan kesimpulan dan hasil audit yang telah dilakukan, penulis dapat memberikan saran mengenai beberapa hal untuk perbaikan dan peningkatan efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional Rumah Sakit dalam mengelola perbekalan obat-obatan, antara lain : 1. Pihak Rumah Sakit Inco sebaiknya memiliki prosedur operasional yang baku terkait dengan otoritas validasi harga obat yang baru yang dimasukkan kedalam HIMS agar harga yang tertera dan digunakan benar-benar valid. 2. Pihak Rumah Sakit Inco sebaiknya melakukan pengawasan dan penilaian secara berkala terkait dengan kualitas obat-obatan yang ada. Peninjauan pada fasilitas penunjang kegiatan pengelolaan perbekalan obat-obatan juga dilakukan baik pada Divisi Logistik maupun di Apotek oleh Rumah Sakit Inco. 3. Petugas Logistik maupun Apotek harus lebih cermat dan teliti terutama dalam melakukan pengambilan obat dari rak penyimpanan dan melakukan perhitungan obat-obatan untuk dicatat di Kartu Stok. 4. Pihak Rumah Sakit Inco sebaiknya melakukan pengawasan rutin dan penelaahan lebih lanjut terhadap kontrak yang diterapkan dengan pengelola perbekalan farmasi, terkait dengan kegiatan operasional diluar pelayanan kepada pasien karyawan PT Vale Indonesia maupun Non-Vale. 5. Pihak Rumah Sakit Inco harus melakukan penindakan tegas terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan dan kebijakan yang ada, terutama pada hal-hal yang terkait dengan integritas karyawan dan perusahaan. 6. Penyimpanan obat-obatan baik di Logistik maupun Apotek harus sesuai dengan standar pemerintah yaitu tanggal kadaluarsa obat-obatan yang disimpan tidak boleh kurang dari dua tahun. 7. Penyimpanan obat-obatan baik di Logistik maupun Apotek harus sesuai dengan standar pemerintah yang menyatakan bahwa obat-obatan yang termasuk dalam kategori “Look Alike Sound Alike” (LASA) tidak boleh diletakkan secara berdampingan. 8. Petugas apotek harus dengan mudah mengindentifikasi masa kadaluarsa vaksin dengan melakukan kontrol tanggal kadaluarsa vaksin melalui Kartu Stok vaksin. Format kartu stok vaksin harus lengkap dengan memuat tanggal kadaluarsa vaksin. Referensi Agoes, Sukrisno. (2012). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik. , Jakarta. Jilid 1, Edisi Keempat : Salemba Empat Beard, Jon., M. Ashley, D. Chalkley. (2014). Improving the Efficiency of a Hospital Pharmacy Service : The Journey One Hospital Pharmacy. European Journal of Hospital Pharmacy 21 (7) : 208 – 215 Boynton, W. C., Johnson, R. N. (2006). Modern Auditing Assurance Service and the Integrity of Financial Reporting Eighth Edition. USA : John Wiley & Sons, Inc. Halo Vale. 2014. Karyawan Sehat, Karyawan Produktif. Februari 2014.Internal Magazine PT Vale Indonesia.Volume 07 Hartini, Yustina, Sulasmono. (2010). Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan Perundang-undangan terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan Permenkes tentang Apotek Rakyat. Yogyakarta. Edisi Ketiga : Universitas Sanata Dharma. Kumaat, Valery G. (2011). Audit Internal. Jakarta: Erlangga Kuswardani D. A., Ibnu G. G., Achmad P. (2011). Analisis Aplikasi Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kota Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi 1 (1) : 49-55 O. Ray, Whittington dan Pany, K. (2012). Principles of Auditing, and Other Assurance Services. New York. 18th Edition : Mc-Graw-Hill Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009. Undang-Undang Tentang Rumah Sakit. Sekretariat Negara. Jakarta. Republik Indonesia. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan No. 58 Tahun 2014. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Sekretariat Negara. Jakarta. Sa’adah, Evi., Andadari, N., Kurniawati, J. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Perbekalan Farmasi di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri. Jurnal Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 28 (1) : 15-19 Sari, Petty Aprilia. (2013). Analisis Pengendalian Intern Persediaan Obat-Obatan untuk Pasien Umum di Klinik Ibumas Tanjungpinang. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang Y. Tsvetanova. (2014). Features of Internal Audit in Pharmaceutical Industry. Pharmacia 61 (2) : 30-34 http://iiste.org/Journals/index.php/RJFA/article/viewFile/11905/12261 Riwayat Penulis Stephani Gloria Datu Sampetoding, lahir di Ujung Pandang pada tanggal 24 Mei 1993. Penulis menamatkan pendidikan Strata-1 (S1) di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2015.