Bab I : Aturan Umum Landasan Hukum Kurikulum Pendidikan Bedah Saraf Indonesia (KPBSI) disusun dengan mengacu pada : Keputusan KKI / MKKI. Standar Pendidikan Bedah Saraf Indonesia. Standar Profesi Bedah Saraf Indonesia. Konsensus hasil rapat anggota KBSI. Buku Katalog dan Kurikulum Program Studi Ilmu Bedah Indonesia 2006. Aturan Umum Lama pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf adalah 11 Semester. Dipandang dari sudut hukum, dikenal istilah Pengayaan, Magang dan Mandiri. •Untuk kepentingan kurikulum, istilah diatas disesuaikan dengan istilah TAHAP. ΟTahap I : Pengayaan, tanggung jawab sepenuhnya pada pendidik, peserta didik tidak dapat dituntut. ΟTahap II : Magang, Pendidik dan peserta didik bertanggung jawab terhadap tuntunan. ΟTahap III : Mandiri, Peserta didik bertanggung jawab terhadap tuntutan hukum. •Tingkat penguasan materi belajar, dipergunakan Taksonomi Bloom, dimana ΟTingkat E (Enrichmen) dinamakan Pengayaan, dan diberi warna merah. ΟTingkat A (Assistance) dinamakan Magang, diberi warna kuning, ΟTingkat S (Self) dinamakan Mandiri, diberi warna hijau. Taksonomi Bloom membagi (Lihat Lampiran) •Kognitif (K) dibagi 6 tingkat. •Psikhomotor (P) dibagi 5 tingkat. •Afektif (A) dibagi 5 tingkat. Tingkat penguasaan materi belajar ditetapkan sbb : •Pengayaan (E), ranah pengetahuan menurut Bloom dikuasai sampai K6 •Magang (A), ranah pengetahuan menurut Bloom dikuasai sampai P2.A3. •Mandiri (S), ranah pengetahuan menurut Bloom dikuasai sampai P5.A5. Target pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf adalah mencapai tingkat Mandiri di Tahap III untuk penyakit bedah saraf gawat darurat maupun yang terbanyak dijumpai di Indonesia. 1 Batas penguasaan E, A dan S dapat dilihat dalam Matriks Global (Tabel 2). Penguasaan tingkat kemahiran disesuaikan dengan Matriks Global, apabila ada sisa waktu dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan di dalam maupun di luar negeri. Penugasan (Tugas Jaga, Studi Kepustakaan, Referat, dll) diadakan di tiap tahap sesuai dengan tingkat Kemahiran. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tingkat kemahiran ditiap tahap. Pelaksanaan pendidikan, pemakaian alat untuk diagnostik maupun untuk pengobatan, mengacu pada Standar Profesi. Kasus bedah saraf yang digunakan sebagai materi belajar diklasifikasikan sesuai ICD 10. Tindakan bedah saraf mengacu pada ICD-9-CM dan tindakan yang menjadi materi pendidikan dikelompokkan dalam Indeks Kesulitan. Kurikulum Nasional Bedah Saraf Indonesia disusun secara global dalam bentuk tabulasi agar dapat mudah dijadikan acuan masing-masing IPDS dalam menyusun Buku Panduan yang sesuai dengan aturan dan kebijakan fakultasnya. 2 Bab II. Pelaksanaan Pendidikan II.1. MATERI PENDIDIKAN PENDIDIKAN Kompetensi Pengetahuan Keilmuan di bidang bedah saraf dikelompokkan dalam Ilmu dasar pendukung ilmu bedah saraf, terdiri dari ΟIlmu bedah dasar. ΟIlmu-ilmu dasar, a.l. neuroanatomi, neurofisiologi, neuropatologi, neurofarmakologi, neuro-endokrinologi. ΟIlmu klinik dasar, a.l. neurologi, neuroradiologi, neuro-onkologi dan elektrofisiologi klinik. Ilmu bedah saraf. Kisi-kisi materi dipilah sesuai dengan tahap kompetensi yang harus dikuasai pada setiap tahap. Penguasaan keilmuan diperoleh secara didaktik, bimbingan klinik oleh staf pendidik maupun proses pengembangan secara mandiri. Penggolongan penyakit Penyakit dikelompokan berdasarkan : Kongenital. Infeksi. Neoplasma. Trauma. Degenerasi. Vaskuler. Fungsional . Masing-masing kelompok diatas, dipilah berdasarkan lokalisasi. Pada setiap lokalisasi, diuraikan jenis jenis penyakit yang menjadi materi pendidikan yang harus dikuasai, disesuaikan dengan ICD 10. Klasifikasi Tindakan Pembagian jenis tindakan dilandaskan pada klasifikasi ICD-9-CM. Setiap jenis tindakan ditentukan Indeks Kesulitan (IK). Indeks Kesulitan •Merupakan pengelompokan tingkat kesulitan dari setiap jenis tindakan. •Indeks Kesulitan akan menentukan kewenangan peserta didik. •Ditetapkan 4 tingkat IK, yaitu IK 1 : Tindakan bedah saraf mandiri pada tahap II. IK 2 : Tindakan bedah saraf mandiri pada tahap III. IK 3 : Tindakan bedah saraf magang pada tahap III. IK 4 : Tindakan bedah saraf pengayaan pada tahap III. 3 Tabel 1 Matriks Hubungan Antara Jenis Tindakan Dengan Indeks Kesulitan KLASIFIKASI TINDAKAN (ICD-9-CM) IK 1 IK 2 IK 3 IK 4 OPERASI PADA SISTEM SARAF 1. Insisi / eksisi tulang, duramater dan otak 01.0 Pungsi Kranial 01.1 Prosedur diagnostik pada tengkorak, meningen atau otak Biopsi Kranium Biopsi meningen dan otak Burr hole Open Biopsy Dengan alat canggih 01.2 Kraniotomi dan kraniektomi (tidak memotong dura atau otak) Supratentorial Infratentorial Permukaan oksipital CPA 01.3 Insisi meningen dan otak Meningen Di luar daerah sinus venosus Di daerah sinus venosus Jaringan otak kortikal Serebrum Serebellum Jaringan otak subkortikal Serebrum dan serebellum 01.4 Operasi pada talamus dan globus palidus 01.5 Eksisi dan destruksi lainnya pada meningen dan otak Reseksi dan dekortikasi Lobektomi Hemisferektomi 01.6 Eksisi lesi kranium 2. Operasi lainnya pada tulang tengkorak, meningen dan otak 02.0 Kranioplasti Membuka sutura 4 Dekompresi dan mengangkat fragmen fraktur Bone graft dan operasi plastik pada kranium 02.1 Reparasi meningen Menjahit duramater Menutup fistula, repair meningokel dan grafting Ligasi sinus venosus dan a. meningea media 02.2 Ventrikulostomi Anastomosi ventrikel ke : Ruang subarakhnoid atau sisterna Eksternal drainase Dengan alat canggih 02.3 Pirau ventrikuler ekstrakranial VP shunt 02.4 Revisi, irigasi dan pengangkatan pirau Revisi malfungsi pirau Pengangkatan shunt 02.9 Tindakan lainnya Pemasangan dan pelepasan neurostimulator Pemasangan dan pengangkatan traksi kepala 3. Operasi pada medula spinalis dan kanalis spinalis 03.0 Eksplorasi dan dekompresi kanalis spinalis Operasi Konvensional Dekompresi laminektomi, laminotomi dan foraminotomi Mengangkat benda asing dari intra kanal Eksplorasi radiks Operasi Canggih 03.1 Risotomi 03.2 Kordotomi Perkutaneus kordotomi Stereotaktik kordotomi Traktotomi Transeksi traktus medula spinalis 03.3 Prosedur diagnostik pada medula spinalis dan kanalis spinalis Spinal tap Biopsi medula spinalis atau meningen 03.4 Eksisi atau destruksi lesi medula spinalis atau meningen Kuret, debridemen atau reseksi 03.5 Operasi plastik pada struktur medula spinalis Riper meningokel atau meningo-mielokel 5 Riper fraktur vertebra atau dekompresi 03.6 Lisis perlekanan medula spinalis dan radiks 03.7 Pirau subarahnoid 03.8 Penyuntikan bahan destruksi ke kanalis spinalis 03.9 Operasi lainnya Insersi kateter ke kanalis spinalis Penyuntikan anaestesi ke kanalis spinalis untuk analgetik Pemasangan implan neurostimulator 4. Operasi pada saraf kranial dan saraf tepi 04.0 Insisi, divisi dan eksisi saraf kranial dan saraf tepi Eksisi akustik neuroma melalui kraniotomi Neurotomi retrogaserian Debridemen saraf tepi Eksisi atau reseksi saraf tepi 04.1 Prosedur diagnostik susunan saraf tepi Perkutaneus biopsi saraf kranial atau saraf tepi Operasi biopsi saraf kranial dan saraf tepi 04.2 Destruksi saraf kranial dan saraf tepi Penyuntikan bahan neurolitik Radiofrekuensi 04.3 Penjahitan saraf kranial atau saraf tepi 04.4 Lisis perlekatan dan dekompresi saraf kranial dan saraf tepi Dekompresi n. trigeminus dan saraf kranial lainnya Dekompresi Carpar / Tarsal Tunnel 04.5 Nerve graft saraf kranial dan saraf tepi 04.6 Transplantasi saraf kranial dan saraf tepi 04.7 Neuroplasti saraf kranial dan saraf tepi lainnya 04.8 Penyuntikan ke saraf tepi 04.9 Operasi lainnya pada saraf kranial dan saraf tepi 5. Operasi pada saraf atau ganglion simpatis 05.0 Divisi saraf atau ganglion simfatis 05.1 Prosedur diagnostik pada saraf atau ganglion simfatis 05.2 Simpatektomi 05.3 Penyuntikan pada saraf atau ganglion simfatis 05.8 Operasi lain pada saraf atau ganglion simfatis 05.9 Operasi lain pada susunan saraf OPERASI PADA SISTEM ENDOKRIN 7. Operasi pada kelenjar hipofise dan pineale 6 07.1 Prosedur diagnostik pada kelenjar hipofise & kelenjar pineale Trans-kranial Trans-sfenoidal 07.5 Operasi pada kelenjar pineale 07.6 Hipofisektomi Trans-kranial Trans-sfenoid 07.7 Operasi lain pada hipofise Target pencapaian kompetensi Dalam tahap I, peserta didik menguasai ilmu-ilmu dasar dan ilmu bedah dasar. Dalam tahap II, peserta didik kompeten untuk melakukan diagnosa dan tindakan bedah saraf terhadap kasus-kasus dengan IK 1 di kranium dan saraf tepi. Dalam tahap III, Οpeserta didik kompeten untuk melakukan diagnosa dan tindakan bedah saraf terhadap kasus dengan IK 2 di kranium dan saraf tepi. Οpeserta didik kompeten untuk melakukan diagnosa dan tindakan bedah saraf terhadap kasus dengan IK 1 dan IK 2 di spinal. Tindakan bedah saraf dengan IK 3 dan IK 4 ΟTindakan bedah saraf yang menggunakan alat canggih (mikroskop, stereotaktik, endoskopi, dll) ataupun bedah saraf fungsional. ΟKompetensi peserta didik hanya maksimal sebatas magang, tidak boleh melakkan secara mandiri. Pentahapan dan Tanggung Jawab Ditinjau dari pentahapan yang ditetapkan oleh KKI / MKKI, maka pendidikan bedah saraf yang lamanya 11 semester dibagi dalam 3 tahap. Tahap I : •Berlangsung selama 3 semester, yaitu semester 1 s/d 3 •Peserta didik mengikuti Program Magister, Profesi Bedah Dasar dan Bedah Saraf Dasar Tahap II : •Berlangsung selama 4 semester, yaitu semester 4 s/d 7 •Peserta didik mengikuti lanjutan Program Magister dan Program Bedah Saraf Dasar, bila diperlukan masih harus mengikuti Program Bedah Dasar. •Dalam tahap ini, peserta didik sudah boleh diberi kewenangan melakukan tindakan bedah saraf sebagai bagian dari Program Profesi Bedah Saraf, bergantung jenis kasus dan indeks kesulitan (lihat tabel 1) Tahap III : •Berlangsung selama 4 semester, yaitu semester 8 s/d 11. •Dalam tahap ini masih ada pengayaan dari Program Profesi Bedah Saraf. •Pada ahir tahap III, dilakukan uji kompetensi nasional oleh KBSI Tabel 2 MATRIKS GLOBAL Hubungan Antara Program Magister dan Program Pendidikan Profesi Dalam Tahap Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf 7 8 II.2. PENUGASAN Panduan Penugasan Penugasan ke peserta didik meliputi Program Magister dan Program Pendidikan Profesi. Program Magister dilaksanakan selama 4 semester dan diakhiri dengan Tesis; Program Pendidikan Profesi dilaksanakan sampai dengan semester 11 dan diakhiri dengan uji kompetensi oleh Kolegium Bedah Saraf Indonesia Program Pendidikan Profesi meliputi bidang pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian, termasuk didalamnya tugas-tugas yang bersifat tehnis dan administratif. Masingmasing bidang tersebut di atas kemudian dipilah secara rinci dalam berbagai tugas dan selanjutnya dipadukan dalam satu kerangka keterkaitan antara satu tugas dan lainnya sesuai tingkat kompetensi. Keterkaitan antara berbagai tugas divisualisasikan dalam tabel Matriks Hubungan Antara Penugasan dan Tahap Pendidikan (lihat tabel 4). Berdasarkan tabel 3 ini, penugasan terhadap peserta didik yang diuraikan dalam Buku Panduan di setiap IPDS, dapat ditetapkan oleh masing-masing KPS. Dalam rangkaian hirarki tanggung jawab, peserta didik dalam menjalankan berbagai kegiatan yang menjadi tugasnya, diatur sebagai berikut : •Setiap peserta didik dalam menjalankan kegiatannya, dikordinasi oleh penanggung jawab / kordinatornya. •Kordinator bertugas mengatur agar pelaksanaan tugas dari peserta didik yang berada dalam tanggung-jawabnya, dapat terselenggara dengan baik. •Kordinator bertanggung jawab pada Chief Residen. •Chief Residen bertanggung jawab pada KPS. •Dalam keadaan dipandang perlu, KPS berhak merubah tugas yang telah dibebankan. Kegiatan yang berhubungan dengan materi pendidikan / kompetensi, dipertanggung jawabkan oleh peserta didik langsung kepada KPS atau konsulen yang bertanggung-jawab untuk itu. Kisi-kisi penugasan Program Magister Tabel 3 Matriks Hubungan Antara Penugasan Program Magister dan Tahap Pendidikan TAHAP I PENUGASAN TAHAP II S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 Program Magister Neurologi Program Bedah Dasar Program Bedah Saraf Dasar Pembuatan Tesis Keterangan tabel Penugasan Program Magister ΟProgram magister dalam program pendidikan dokter spesialis bedah saraf (PPDS BS) mengikuti program magister neurologi. ΟProgram Magister dilaksanakan selama 4 semester, 3 semester dalam tahap 1 dan 1 semester di tahap 2. ΟBobot Program Magister minimal 40 SKS ΟProgram Bedah Dasar dilaksanakan selama 2 semester pada tahap 1, bila diperlukan pelaksanaan dapat diundur di semester 4-5 (tahap 2). ΟTesis diselesaikan dalam semester 4, dapat diperpanjang maksimal sampai semester 6. 9 Kisi-kisi penugasan Program Profesi Tabel 4 Matriks Hubungan Antara Penugasan Program Profesi dan Tahap Pendidikan PENUGASAN TAHAP II TAHAP III S4 S5 S6 S7 S8 S9 S 10 S 11 Tugas Ruangan Melatih kemampuan pengenalan gejala neurologi Memantau dan mencatat perkembangan pasien rawat inap Jaga Emergensi Pasien Luar Kordinator pengaturan jaga ΟDi ruang perawatan bedah saraf ΟDi ruang Neurointensive Memeriksa & follow up pasien rawat inap kasus IK 1 ΟDi ruang perawatan bedah saraf ΟDi ruang Neurointensive Memeriksa & follow up pasien rawat inap kasus IK 2 ΟDi ruang perawatan bedah saraf ΟDi ruang Neurointensive Penanggung jawab pengelolaan seluruh pasien ruangan ΟDi ruang perawatan bedah saraf ΟDi ruang Neurointensive Tugas Jaga Asisten Jaga Emergensi Jaga Emergensi Pasien Dalam Tugas di Poliklinik Asisten poliklinik Dokter poliklinik bedah saraf Kordinator kegiatan poliklinik Tugas persiapan pasien operasi Memeriksa kelengkapan dokumen pasien ruang ke / dari OK Penaggung jawab pelaksanaan instruksi konsulen pra / pasca bedah Tugas di Kamar Operasi Asisten operator kasus IK 1 Asisten operator kasus IK 2 Operator kasus IK 1 Operator kasus IK2 Kordinator kegiatan operasi Tugas kegiatan akademik Menghadiri forum ilmiah di bagian (tutorial, refarat, laporan, asesmen, dll) 10 Menyajikan makalah untuk forum di bagian, nasional, intenasional Mengikuti ujian / penilaian berkala Mengikuti ujian nasional Tugas penelitian Menentukan judul dan disain penelitian Koleksi kepustakaan dan data Menyerahkan hasil penelitian / skripsi Penugasan Residen Residen tingkat pengayaan Residen tingkat magang Residen tingkat mandiri Wakil Chief Residen Chief Residen Keterangan tabel Penugasan Program Profesi Pengaturan tugas ΟBobot penugasan di setiap bidang kegiatan diberikan secara bertahap, sebagai berikut : •Tanggung jawab penugasan diatur berturut turut mulai dari kegiatan administrasi, penatalaksanaan pasien, dan terahir penanggung jawab / kordinator dari semua tugas yang ada di bidang kegiatan tersebut. •Kompetensi dilatih mulai dari penugasan yang sifatnya mengenal gejala neurologi, kemudian membuat diagnosa, merencanakan pengobatan, membuat konsul ruangan dan permintaan pemeriksaan penunjang dan terahir melakukan follow up. •Tingkat kesulitan kasus dimulai dari menangani kasus dengan IK 1 di ruang rawat, IK 2 di ruang rawat, IK 1 di ruang neurointensif dan terahir IK 2 di ruang neurointensif ΟPeserta didik dalam pengaturan pekerjaan bertanggung jawab pada kordinator, dalam kompetensi bertanggung jawab pada konsulen / KPS. Tugas ruangan ΟResiden yang bertugas di ruangan, bertanggung jawab pada Penanggung Jawab Ruangan ΟResiden tingkat pengayaan bertugas dalam kegiatan administratif dengan kompetensi sampai batas mengenal gejala neurologi dan mempelajari aspek menejemen pasien ruang rawat. ΟResiden tingkat magang bertanggung jawab dalam : •Menegakkan diagnosa dan mengusulkan solusi terhadap problem klinim yang ada. •Melakukan follow-up pasien rawat inap. •Bertanggung jawab atas perawatan luka dan segala tindakan di ruang rawat. ΟResiden tingkat mandiri : •Bertanggung jawab penuh atas segala tugas sebagaimana penugasan kepada residen tingkat magang. •Dapat ditunjuk sebagai Kordinator Ruangan Tugas Jaga ΟTugas jaga di bagian bedah saraf dimulai dari semester 4, dengan urutan pengaturan tugas sbb : •Asisten jaga emergensi, •Dokter Jaga 2 : Dokter jaga emergensi di lingkungan rumah sakit pendidikan •Dokter Jaga I : sama seperti dokter jaga 1, ditambah dokter jaga emergensi di rumah sakit jejaring. ΟAsisten jaga emergensi hanya sampai tingkat kompetensi magang, belum kompeten 11 untuk menjawab konsul ruang atau dari unit gawat darurat. ΟJaga 2 : mandiri untuk kasus IK 1 di rumah sakit pendidikan. ΟJaga 1 : mandiri untuk kasus IK 1 di rumah sakit pendidikan maupun jejaring. Tugas Poliklinik ΟAsisten di poliklinik terbatas pada membuat status dan memeriksa / mengenal gejala neurologi ΟPenanggung jawab pasien poliklinik •adalah peserta didik tingkat mandiri, mampu menegakkan diagnosa dan merencanakan pemeriksaan lanjutan atau tindakan pengobatan. •Tidak diijinkan membuat keputusan, harus selalu dilaporkan ke konsulen penanggung jawab poliklinik dan melaporan pada forum asesmen. Tugas Persiapan Operasi ΟYang dimaksud dokumen pasien adalah status pasien dan semua hasil pemeriksaan penunjang. ΟTanggung jawab atas kelengkapan dokumen saat pasien dikirim ataupun kembali dari kamar operasi ada pada peserta didik dengan tingkat kompetensi terendah. ΟPeserta didik tingkat mandiri, bertanggung jawab atas pelaksanaan instruksi yang diberikan konsulen, menyangkut antara lain : •Tindakan atau pengobatan spesifik pra bedah di ruang rawat atau sebelum pasien dioperasi •Persiapan alat atau instrumen khusus •Follow up pasca bedah terhadap hal khusus Tugas Kamar Operasi ΟAsisten operator bertugas untuk : •Mengatur posisi pasien dan mempersiapkan daerah operasi. •Menulis laporan operasi sesuai arahan operator. ΟAsisten operasi harus memenuhi jumlah kasus sesuai ketetapan dan dinyatakan lulus instruksi oleh konsulen, sebelum dapat menjadi operator mandiri. ΟResiden mandiri yang akan melakukan operasi, melakujkan dahulu panthom / diskusi atas kasus yang akan dioperasi dengan konsulen penanggung jawab pasien. Tugas Akademik ΟKegiatan akademik berlangsung selama masa pendidikan dan dipilah dalam berbagai tugas : •Mengikuti kegiatan forum ilmiah di bagian, prtemuan nasional maupun internasional. •Membuat berbagai laporan, antara lain laporan pasien rawat inap, laporan jaga, laporan poliklinik, laporan kematian, laporan operasi, laporan kegiatan operasi mingguan. •Membuat makalah dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. •Presentasi kasus, studi literatur maupun hasil penelitian. ΟMengikuti ujian lokal maupun ujian ahir nasional. Tugas penelitian ΟSeluruh peserta didik harus membuat sekurang-kurangnya satu penelitian yang menjadi bagian dari tugas ahir, sebelum dapat mengikuti ujian nasional bedah saraf. ΟKegiatan penelitian sudah dimulai sejak semester 4, sekurang-kurangnya sudah menentukan judul dan membuat disain penelitian. Chief Residen ΟUntuk dapat menjadi Chief Residen, peserta didik harus sudah pernah menjadi penanggung jawab ruang rawat inap, ruang neurointensif, poliklinik dan penangung jawab kamar operasi. ΟChief residen bertugas mengkordinasikan semua pekerjaan / tugas pendidikan, pelayanan dan penelitian, baik yang terprogram maupun tidak, agar dapat terselesaikan 12 oleh seluruh residen secara merata dan sesuai kompetensinya. ΟTidak setiap residen otomatis menjadi Chief Residen, penentuan ditetapkan oleh KPS berdasarkan prestasi akademik dan kemampuan menejerial. ΟChief Residen bertanggung jawab pada KPS. ΟChief Residen dibantu oleh Wakil Chief Residen. II.3. KRITERIA PENCAPAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI, PEMANTAUAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI Kriteria pencapaian kompetensi ditentukan berdasarkan jumlah tindakan dan jenis kasus. IPDS menentukan jumlah minimal tindakan dan jenis kasus yang harus dipenuhi pada setiap tahap pendidikan, sebelum peserta didik dapat diuji atau naik peringkat. Enrichment (pengayaan) diuji pada tahap I, II atau III. Assistant (magang) diuji pada tahap II dan III. Self (mandiri) diuji hanya di tahap III. Pada tahap III, ΟKasus-kasus yang ditentukan sudah harus mencapai tahap mandiri, diuji kompetensi. ΟKasus-kasus yang masih dalam tahap magang atau pengayaan, diuji pengetahuan dasarnya (K6), sedangkan kompetensinya akan dikembangkan dalam CPD. Aktifitas kegiatan peserta didik dicatat dalam Log Book dan penilaian kompetensi pada setiap tahap pendidikan, ditetapkan oleh masing-masing IPDS. KBSI menetapkan jumlah minimal tindakan dan jenis kasus yang harus dipenuhi peserta didik selama masa pendidikan. Peserta didik berhak diuji kompetensi dalam Ujian Nasional Bedah Saraf setelah memenuhi jumlah minimal tindakan dan jenis kasus yang ditetapkan KBSI. 13