HASIL KAJIAN RESTRUKTURISASI PENDIDIKAN PERTANIAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS, RELEVANSI DAN DAYA SAING LULUSAN DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBAL Didik Suprayogo, Agus Suryanto, Mochtar Luthfi Rayes, Syamsuddin Djauhari, Kliwon Hidayat, dan Sumeru Ashari ([email protected]) ABSTRAK Pilar ke dua kebijakan pembangunan pendidikan adalah meningkatkan kualitas dan relevansi keluaran pendidikan (lulusan) guna meningkatkan daya saing bangsa. Sejalan dengan kebijakan ini sebuah team kajian di bentuk untuk mengkaji dan meneliti issue yang berkembang dalam disiplin ilmu-ilmu pertanian yang ada sekarang ini. Salah satu issue pokok pendidikan pertanian sekarang ini adalah kurangnya siswa yang berminat mengambil disiplin pertanian. Hal ini dibuktikan dengan semakin menurunnya minat siswa masuk ke disiplin pertanian (masuk ke Fakultas Agrokompleks), sehingga jumlah mahasiswa pertanian cenderung menurun. Hal ini sangat serius kalau tidak diantisipasi, mengingat Indonesia pada dasarnya adalah Negara agraris. Bila dibiarkan, maka lambat atau cepat Indonesia akan kekurangan peneliti atau ahli-ahli pertanian. Sebuah team dibentuk (Maret 2007) untuk meneliti issue tersebut dengan mengambil kasus di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Tujuannya adalah meneliti mengapa terjadi kecenderungan menurun minat mempelajari disiplin pertanian dan bagaimana cara mengatasinya. Hasil kajian menghasilkan simpulan sbb:: (i) Tampilan atau image ‘pertanian’ yang dianggap rendah sehingga memberi kesan kurang menjamin kesempatan kerja, (ii) Sistem pendidikan yang ada saat ini dibagi atau dikotak-kotak dalam program studi, jurusan dan laboratorium-laboratorium dan sering mengabaikan realita yang kompleks dari sistem alam, pertanian dan rekayasa manusia lainnya, (iii) Orientasi pembelajaranya sering bersifat praktis yaitu mencoba menjawab permasalahan yang spesifik untuk memenuhi kebutuhan pengembangan industri pertanian untuk masyarakat pedesaan dan perkotaan. Kenyataan ini membuat pemisahan dari pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan dengan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat pedesaan dan perkotaan, dan (iv) Belum digunakannnya teknologi informasi dan komunikasi (ICT) secara luas di bidang pertanian sesuai dengan tuntutan global. Karena kenyataan pembelajaran di Fakultas Environmental Cultural and menggunakan ICT dan pelaksanaannya. seperti itulah, maka disarankan ada ‘restrukturisasi’ Pertanian agar lebih fokus pada: (1) Agroteknologi, (2) Teknologi, dan (3) Agrobisnis. Tentu saja dalam aplikasinya perangkat teknologi baru lainnya untuk mendukung Kata kunci: pertanian, mahasiswa, minat menurun, restrukturisasi *Makalah disampaikan pada ‘Simposium Nasional Memanfaatkan Hasil-Hasil Penelitian dan Pemikiran-Inovatif Pendidikan untuk Mendukung Tiga Pilar Kebijakan Pendidikan Nasional di Indonesia’ yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Litbang Departemen Pendidikan Nasional di Hotel Bumi Karsa Bidakara, Jakarta, 25-26 Juli 2007. **Team Peneliti Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. 1. Pendorong Pentingnya Restrukturisasi Pendidikan Pertanian Perguruan tinggi Ilmu Pertanian pada saat ini menjalankan proses pendidikan, pengajaran serta penelitian bertujuan untuk memproduksi biomass (penyediaan bahan pangan dan serat) dalam kapasitas skala petani kecil hingga menengah berikut mengkonsolidasi pengolahan serta pemasarannya. Dalam pada itu penyelenggarakan pendidikan tinggi Ilmu Pertanian sedang menghadapi ancaman yang cukup serius :(1) menurunnya minat lulusan SMU untuk melanjutkan studi di Fakultas Pertanian, (2) generasi baru yang tertarik dalam pengembangan dirinya untuk menekuni profesi sebagai petani yang konvensional semakin menurun, (3) masa tunggu memperoleh pekerjaan bagi lulusan Fakultas Pertanian relatif lama, dan (4) gaji pertama yang diterima oleh para lulusan masih kurang memuaskan. Sementara itu, pada sisi yang lain, telah terjadi perubahan peran para pelaku bisnis di sektor pertanian yang terjadi hampir di setiap bidang/organisasi baik di pedesaan maupun perkotaan. Perubahan yang cepat tersebut antara lain adalah, (1) masuknya teknologi-tenologi baru dibidang produksi pertanian (dan biasanya mahal) dari luar negeri semakin marak, (2) adanya proses konsolidasi antara petani dengan suppliers komersial saprodi pertanian, (3) tidak menentunya peran pemerintah dalam membangun pertanian nasional, dan (4) dampak perdagangan global semakin memarginalkan sektor pertanian, termasuk kian banyak produk pangan dan serat yang diimpor dari luar negeri. Sebagai dampak dari perubahan tersebut menyebabkan terbentuknya tata sosial dan ekonomi baru dalam wujud menyatunya kemitraan-kemitraan modal antar petani dan pengusaha. Namun demikian kemitraan ini hanya tercipta segelintir perusahaan besar yang menyediakan kebutuhan pangan dan sandang, sedang petani kecil semakin termarginalisasi. Dalam perubahan kultur dibidang pertanian yang demikian, banyak penelitian dan pelatihan dibidang pertanian yang dilakukan oleh pihakpihak swasta dan hasilnya menjadi sangat memihak pada pemesan penelitian dan pelatihan. Bersamaan dengan perubahan yang terjadi pada sektor pertanian, pribadi-pribadi masyarakat perkotaan tidak lagi menghargai lahan pertanian sebagai satusatunya sumber produksi pangan dan serat. Sebagai akibatnya masyarakat semakin giat dalam angat menguras sumberdaya lahan untuk kebutuhannya sendiri tanpa dengan mengabaikan dimensi sosial, etika dan ekologi. Hal ini kedepan akan benar-benar dapat merusak landscape pendesaan sebagai akibat pengembangan pertanian yang kurang ramah lingkungan. Hal ini harus betul-betul diperhatikan bagaimana keseimbangan antara aktifitas proses produksi pertanian dan kualitas kehidupan pedesaan sehingga harmonitas lingkungan masih diabaikan. Dampak perubahan tata sosial, ekonomi, ekologi yang menjurus ke arah disharmonitas lingkungan hanya mungkin dieliminir dengan mengadakan reformasi pendidikan pertanian. 2. Tantangan Fakultas Pertanian Dewasa ini, telah terjadi perubahan tata sosial di sektor pertanian dunia yang sangat cepat. Pertumbuhan populasi penduduk yang tinggi telah membawa suatu kondisi kekurangan sumberdaya alam disertai dengan meningkatnya perubahan lingkungan. Sebagai contoh, populasi penduduk dunia pada tahun 2020 dengan peningkatan pertumbuhan kepadatan penduduk yang terjadi saat ini, mengakibatkan bidang pertanian harus menyediakan bahan pangan 40% lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk dunia. Ektensifikasi pertanian melalui pembukaan lahan baru hanya mampu meningkatkan seperlima dari total kebutuhan tersebut. Namun demikian ekstensifikasi berdampak negatif terhadap ketersediaan lahan. Bahkan berdasarkan laporan FAO, sekitar 15.2 juta hektar hutan hilang di Tropis setiap tahunnya (El-Ashry CEO and Chairman, Global Environmental Facility). Pemenuhan kebutuhan pangan dunia juga bisa dilaksanakan melalui program intensifikasi. Namun seperti halnya program ekstensifikasi, program intensifkasi juga menimbulkan beberapa dampak negatif. Misalnya, terjadinya krisis air yang terjadi di negara-negara berkembang. Pemampatan penggunaan air menyebabkan terabaikannya sektor lain yang juga pengguna air, sebab 80%-90% air tawar yang tersedia dimanfaatkan untuk sektor pertanian (Comprehensive assessment of Water Manajement in Agriculture. IWMI). Terjadinya kerusakan sumberdaya alam akibat dari aktivitas manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dapat merusak kelestarian alam. Dampak kerusakan yang pertama adalah melalui hilangnya habitat dan terjadinya frakmentasi, kedua terjadinya perubahan iklim global, dan yang ketiga adalah munculnya spesies invasive (Cunningham, Sherr and McNeely, 2002). Dampak selanjutnya, pemanasan global adalah contoh yang jelas terjadinya perubahan lingkungan. Menurut Garrity dan Fisher (2001) suhu atmosfir bumi dalam 60 tahun terakhir adalah yang terpanas sepanjang 1000 tahun perjalanan bumi. Di Indonesia, aktivitas manusia yang di luar batas kemampuan alam juga menghasilkan beragamnya masalah lingkungan, termasuk kerusakan hutan, pengkurasan sumberdaya lahan dan air. Menurut catatan Ditjen RLPS, Baplan (2000) bahwa, kerusakan lahan dan hutan sudah menunjukkan keadaan yang sangat mengkhawatirkan, yakni seluas 56,98 juta ha dengan tingkat kerusakan lahan diperkirakan sebesar 1,5 juta Ha tahun-1. Dampak lingkungan yang secara otomatis mengikuti kerusakan ini antara lain adalah terjadinya kebakaran hutan dan lahan berikut polusi udara oleh asap yang ditimbulkan, terjadinya kekeringan, banjir dan erosi dibeberapa daerah, yang mengakibatkan semakin terganggunya kehidupan masyarakat. Untuk memecahkan masalah tersebut dan sekaligus untuk menjamin kelangsungan kehidupan generasi mendatang dalam menikmati sumberdaya alam dipermukaan bumi ini, manajemen yang lebih baik dan lebih hati-hati dari suatu sumberdaya dalam pengelolaan lingkungan sangat dibutuhkan. Dalam upaya untuk menerapkan manajemen yang berkelanjutan suatu isu sumberdaya alam, lingkungan, sosial dan ekonomi harus dimasukkan dalam suatu kesatuan pengelolaan yang menyatu dan saling mendukung. Untuk mendukung bergemanya manajemen sumberdaya alam, para pengelola, perencana, pengambil keputusan dan peneliti memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap kompleksitas faktor didalamnya. Agar harapan untuk melakukan manajemen sumberdaya alam dan lingkungan tersebut tercapai, maka perlu disediakan sumberdaya manusia yang terdidik, berkualitas dan memiliki ketrampilan dalam memahami kompleksitas faktor-faktor manajemen sumberdaya alam. Bagaimana Fakultas Pertanian kedepan?... akankah kita hanya tambal sulam sana-sini dalam menjalankan program pendidikan pertanian agar kita masih dapat bertahan hidup dalam menghadapi tantangan globalisasi yang perubahannya sangat cepat ini? Atau akankah kita sepakat untuk bersatu, menyamakan langkah atas dasar potensi potensi yang terpendam saat ini secara kreatif memberikan kontribusi-kontribusi yang inovatif dibidang produksi dan konsumsi pangan dan serat yang berkelanjutan?. Para pakar menyarankan bahwa perubahan besar harus terjadi di Fakultas Pertanian bila kita semua kedepan masih ingin menjadi pemain utama dalam pendidikan di sektor pertanian di masa depan. Para pakar juga menyarankan pentingnya proses pembelajaran yang berorientasi pemecahan masalah yang diikuti suatu pengujian. Para pakar juga menyarankan adanya perubahan yang besar terhadap struktur dan konsep yang akan menyiapkan Fakultas ini untuk berkontribusi secara konstruktif untuk pengembangan pertanian yang multifungsi dan meningkat kompleksitasnya di masa depan dan untuk membangun ketahanan pangan lokal, dan mendorong peran kita sebagai pusat pendidikan dan penelitian. Tidak ada alasan untuk tidak menjadikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan di Indonesia untuk ketahanan nasional, karena dukungan sangat besar dari sumber hayati, iklim, lokasi dan jumlah penduduk. Menyitir sebuah paragraf dari buku « Kurikulum Berbasis Kompetensi Bidangbidang Ilmu : Bidang Pertanian (Dijen Dikti, 2005) beberapa hal terkait dengan ketahanan nasional diantaranya adalah penyediaan pangan, energi yang berbasis pada sumberdaya alam, penyediaan lapangan kerja dan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan (Sabiham dan Mulyanto, 2004). Hal ini memerlukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengelola pertanian yang mulai dari memahami karakteristik dan potensi sumberdaya hayati yang berkaitan dengan produksi dan kualitas biomassa. Sehubungan dengan ini, diperlukan pergeseran paradigma pendidikan tinggi pertanian untuk lebih memfokuskan pada (1) pemenuhan kebutuhan nasional, (2) peningkatan substitusi bahan impor dan (3) peningkatan volume dan nilai ekspor. Dengan demikian tidak hanya aspek produktivitas dan efisiensi usaha tani saja yang menjadi materi pembelajaran tetapi sudah menyangkut aspek lingkungan, quality awareness dan juga perdagangan internasional serta pembangkitan berbagai kreativitas yang mampu menghasilkan inovasi dan temuan baru dalam rangka pendekatan produksi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dalam menyelenggarkan program pendidikan, materi pengajaran Fakultas Pertanian kita saat ini masih lebih berprinsip menjembatani “gap” antara suatu masalah di lapang untuk dipecahkan dengan ilmu pengetahuan dibanding “gap” antara banyaknya pengetahuan yang saat ini berkembang dengan bagaimana mengaplikasikan pengetahuan tersebut di lapangan. Sebagai contoh: mahasiswa dalam menjalankan tugas akhir adalah wajib melakukan penelitian yang mayoritas berorientasi “experimental”. Para pakar mengamati, bahwa secara tradisional ada suatu asumsi bahwa dengan memahami pengetahuan akan dapat membantu dalam mengembangkan kegiatan pengembangan pertanian yang dibutuhkan. Namun banyak fakta-fakta membuktikan bahwa kurangnya pengetahuan para alumni Fakultas Pertanian kurang menjadi masalah untuk pembangunan pertanian yang berkelanjutan,dengan cacatan bila “gap” antara keberadaan pengetahuan yang beredar di masyarakat diupayakan untuk difasilitasi dan dijalankan di lapangan. Untuk itu para pakar juga menyarankan agar pengembangan pendidikan pertanian diarahkan mengembangkan proses pembelajaran untuk “membuka pintu gap” antara pengetahuan yang berkembang agar dapat berjalan di lapangan. Perubahan paradigma dari pertanian dalam arti sempit sebagai penyedia biomass (pangan dan serat) kearah pertanian yang lebih luas dengan menyertakan aktivitas sosial dalam pengelolaan isue-isue sumberdaya alam dan sosial, menjadi tantangan Fakultas Pertanian untuk mereformasi dirinya. Perubahan konsep pendidikan, dimana pendidikan pertanian perlu memfokuskan pembelajaran aktif dalam mengaktualiasi hubungan antara proses pembelajaran dan kerja lapangan, dapat memberikan kontribusi untuk menghadapi perubahan disektor pertanian yang semakin kompleks dan menambah tatangan institusi kita untuk melakukan pembenahan. Perluasan Fakultas Pertanian mengarah pada Manajemen Sumberdaya Alam dan Lingkungan dirancang untuk memberikan pendidikan tentang isu-isu lingkungan yang diperdebatkan pada awal Abad 21. Dalam menganalisa isu-isu tersebut dibutuhkan pemahaman dan keahlian interaksi antara masyarakat manusia dengan lingkungan fisik. Pemahaman tentang proses-proses fisik yang terkait dengan degradasi lingkungan, dan disisi lain pemahaman yang difokuskan pada analisis proses-proses sosial dan ekonomis yang menyebabkan meningkatnya masalah-masalah lingkungan tertentu dipandang perlu dipahami oleh para calon pengelola lingkungan. Topik-topik matakuliah yang akan diberikan akan diarahkan untuk memahami aktivitas-aktivitas manusia yang mempengaruhi fisik lingkungan, dan dampaknya kondisi fisik lingkungan terhadap masyarakat. Seperti telah dipahami bersama bahwa hubungan tersebut tidak selalu sederhana, dalam hubungan ini banyak dijumpai kerumitan-kerumitan dalam menganalisa hubungan manusia dan lingkungannya. Pengelola lingkungan perlu dibekali pemahaman kerangka kerja (conceptual framework) yang memadai kedua hubungan dasar tersebut. Dalam pengambangan Fakultas Pertanian di Universitas Brwaijaya khususnya dan secara nasional pada umumnya, perlu didasari semua pengalaman masa lalu hingga saat ini bahwa dalam menganalisa masalah kemasyarakatan dipisahkan dengan lingkungan fisik. Pendekatan dualistik ini, akhir-akhir ini disadari bahwa manusia adalah bagian dari neraca penyeimbangan alami, dari pada kesatuan yang terpisah, dengan tanggung jawab untuk mempedulikan lingkungan, demikian pula dalam keuntungan jangka panjangnya atau untuk keuntungan organisme lainnya. Disamping adanya pergeseran sikap yang demikian, dalam pengembangan Fakultas Pertanian ini perlu dikembangkan suatu konsep hubungan antara masyarakat - manusia dengan lingkungan fisik, karena hingga saat ini konsep tersebut juga masih belum menggembirakan. Perguruan Tinggi Ilmu Pertanian mempunyai link yang dinamakan Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI). Forum tersebut sudah menyadari perubahan sosial yang menyebabkan dampak semakin menurunnya minat para lulusan SMA untuk melanjutkan studi di bidang pertanian. Sesudah mengkaji selama 7 tahun berdasarkan permintaan pengguna (stakeholder) dan trace study (studi tapak) didapatkan sebuah kesimpulan bahwa para lulusan harus mempunyai keahlian yang generalis. Atas dasar itulah FKPTPI berpendapat seyogyanya bidang profesi pertanian dibagi 2 keahlian (kompetensi) yaitu Agroteknologi dan Agribisnis. Sekalipun demikian, mengingat masih dinamisnya perubahan regulasi di Departemen Pendidikan (misalnya perubahan status PT/BHPMN, BHMN) saran tersebut akhirnya masih longgar. Sementara itu peran Departemen Pendidikan Nasional sejauh ini hanya menyediakan atau memfasilitasi saja terjadinya dinamika ditingkat akar rumput. Dengan kata lain DikNas masih membuka peluang bagi perguruan tinggi untuk menentukan jenis program studinya masing-masing. Walaupun demikian, pembukaan program studi paling tidak harus mempertimbangkan beberapa hal, misalnya permintaan pasar, kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan, ketersediaan SDM dosen. Dengan demikian setiap program studi harus lebih awas dalam mengantisipasi segala perubahan sosial yang sedang terjadi di masyarakat (dinamika masyarakat). Hal yang lebih penting lagi sebagai bahan pertimbangan dalam pembukaan sebuah program studi adalah kesepakatan serta komitmen dari segenap civitas akademika serta fungsionaris perguruan tinggi, terutama bagi perguruan tinggi otonom. Perubahan mendasar dan besar akanmenyertai pembukaan atau penutupan program studi. Perubahan tersebut membawa dampak spsial intern perguruan tinggi. 3. Visi dan Misi Fakultas Pertanian dan Lingkungan di masa depan 3.1. Visi Menjadi pusat pendidikan, penelitian dan informasi ilmiah untuk menghasilkan lulusan berkualitas serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan 3.2. Misi 1. Menyelenggarakan usaha jasa pendidikan dalam rangka membantu peserta didik menjadi manusia yang berkualitas, bertaqwa kepada Tuhan YME, berkemampuan akademik dan/atau profesional agar mampu berperan serta dalam pembangunan nasional dalam bidang Pertanian dan lingkungan 2. Mengembangkan dan menyebar-luaskan IPTEKS dalam lingkup Pertanian dan lingkungan 3. Mengupayakan penggunaan IPTEKS dalam bidang Pertanian dan lingkungan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional 3.3. Tri Dharma Perguruan Tinggi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 3.3.1. Pendidikan dan Pengajaran 1. Menyelenggarakan proses pembelajaran aktif dan kreatif untuk mencapai kompetensi unggulan pasar 2. Pelaksanaan program pendidikan yang hemat sumberdaya, hemat waktu dan inovatif 3. Keseimbangan antara IPTEK dan IMTAQ 3.3.2. Penelitian: 1. Pelaksanaan penelitian berbasis “problem solving” dalam lingkup system produksi biomassa, sumberdaya lahan dan lingkungan, dan sistem pemasaran hasil / layanan jasa pertanian yang bersinergi dengan masyarakat 2. Integrasi program penelitian dengan program pendidikan khususnya melalui skripsi mahasiswa 3. Benchmarking dengan jaringan dan/atau pusat-pusat penelitian nasional dan internasional 3.3.3. Pengabdian kepada Masyarakat: 1. Mengupayakan penerapan IPTEK untuk memberdayakan masyarakat dalam system produksi biomassa, sumberdaya lahan dan lingkungan, dan sistem pemasaran hasil / layanan jasa pertanian 2. Resource-sharing dengan masyarakat dalam memanfaatkan setiap potensi dalam system produksi biomassa, sumberdaya lahan dan lingkungan, dan sistem pemasaran hasil / layanan jasa pertanian 3. Membangun networking yang sinergis dengan stakeholders dalam konteks AGENDA 21 4. Kompetensi Lulusan Fakultas Pertanian kedepan dirancang untuk membentuk lulusan yang mampu meningkatkan penguasaan dan perluasan wawasan ilmu pengetahuan tentang system produksi biomassa, sumberdaya lahan dan lingkungan, dan sistem pemasaran hasil / layanan jasa pertanian sehingga dapat memberikan layanan konsultasi kepada pengambil keputusan di tempat kerjanya di kemudian hari atau kepada stakeholder. Dengan demikian bentuk struktur salah satu atau beberapa kompetensi utama di bidang ilmu pertanian adalah: A. Mampu menentukan sistem pertanian pilihan, B. Mampu berbudaya sesuai dengan sistem pertanian pilihan C. Mampu menjaga dan / atau mempertahankan keunggulan komperatif serta kompetitif hasil produk / layanan jasa pertanian yang dihasilkan, D. mampu mengelola kerusakan sumberdaya alam. E. Mampu mengelola teknologi sepadan yang diterapkan, F. Mampu memasarkan hasil / layanan jasa pertanian Kompetensi tersebut ditunjang dengan kompetensi pendukung yang memperkuat kompetensi utama, dan kompetensi khas yang memperkuat penguasaan kompetensi utama dan pendukung dalam berkarsa dan berkarya di masyarakat, sesuai dengan pilihan hidupnya yang di diselenggarakan dalam bentuk minat studi. 5. Alternatif struktur dan fungsi Fakultas Pertanian dimasa depan Salah satu tujuan Fakultas Pertanian dimasa depan harus memberikan pendidikan mahasiswa yang dapat menangani kompleksitas dan sebagai agen perubah (agent of changes), dan seseorang yang mampu mengembangkan dirinya sebagai peserta didik yang mampu mandiri dalam belajar. Fakultas Pertanian juga diharapkan dapat mengantisipasi perkembangan paradigma baru pedesaan, dimana saat ini telah banyak dijumpai bahwa sistem pertanian dan pengadaan pangan tidak dapat berkembang tanpa menghubungkan kemampuan intelektual, kreativitas dan kompetensi mahasiswa, petani dan konsumen. Hal ini berimplikasi pergeseran dari adopsi informasi oleh mahasiswa dan yang lainnya ke proses belajar yang terus menerus. Petani menjadi ahli tidak dengan mengadopsi teknologi berbasis keilmuan tetapi dengan menjadikan dirinya sebagai ”peserta ajar” yang selalu berkembang menjadi lebih baik. Alumni di masa depan tidak hanya ahli dalam ”subject knowledge”, mereka juga ahli bagaimana menerapkan ilmu. Hal sama juga berlaku bagi pengguna lulusan. Fakultas Pertanian mebutuhkan rancangan ulang baik struktur dan fungsinya untuk mengantisipasi tantangan tersebut. Melalui Visi, missi dan tujuan Fakultas Pertanian kedepan direncanakan akan berkembang menjadi Fakultas Pertanian dengan selalu berusaha dengan slogan” “Linking Knowledge to Action”, (“membangun pengtahuan untuk mendukung aksi-aksi masyarakat dalam mengelola pertanian dan sumberdaya alam yang berkelanjutan”) . Sebagai pengembang ilmu, Fakultas Pertanian masih akan mempertahankan 4 Jurusan yang dimiliki yaitu: Jurusan Budidaya Pertanian, Jurusan Tanah, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dan Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Kompleksitias dalam ilmu pertanian berimbas pada pendidikan yang semakin sepesifik di masa lalu, terutama pada kemampuan yang dibentuk oleh pendidikan itu sendiri yang menghasilkan lulusan berkemampuan spesifik. Kemampuan spesifik bagi strata 1 kurang menguntungkan manakala mereka menjadi Job seeker, karena ternyata pengguna menginginkan kemampuan lulusan yang generalis di bidang pertanian. Untuk mengatisipasi ini kedepan, Fakultas Pertanian merencanakan untuk mengembangkan tiga program studi yaitu: Agroteknologi: dengan minat studi o Tanaman Pangan o Produksi Tanaman Hortikultura o Pengelolaan Perkebunan o Pemuliaan Tanaman Environmental-culture and teknologi: dengan minat studi o Managemen Sumberdaya Lahan dan Lingkungan o Managemen Hama dan Penyakit Tumbuhan terpadu o Pengembangan Wilayah o Arsitektur Pertamanan o Eco-Agro Wisata o Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Agribisnis: dengan minat studi: o Agribisnis o Agropolitan design o Sosiologi Pertanian Program studi tersebut merupakan integrasi dari keilmuan staff dosen Fakultas Pertanian, yang saat ini saat ini menyelenggarakan program studi: Agronomi: mempelajari sistem budidaya tanaman dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia serta memperhatikan kelestarian lingkungan menuju terciptanya sistem pertanian yang berkelanjutan Hortikultura: Program studi ini memfokuskan pengembangan ilmu untuk mempelajari sistem budidaya tanaman hortikultura yaitu buah-buahan, sayuran dan bunga-bungaan. Tugas utamanya adalah meningkatkan produksi dan mutu dalam rangka pengembangan kebutuhan pangan dalam negeri dan ekspor / penghasil devisa non migas Pemuliaan Tanaman: mempelajari tentang perbaikan genetik tanaman dengan uji varietas sehingga dapat tercipta varietas baru yang lebih baik dari varietas yang telah ada dalam hal potensi produksi dan mutu Ilmu Tanah/Managemen Sumberdaya Lahan dan Lingkungan dimana program studi ini memfokuskan Pengelolaan sumberdaya alam dengan pendekatan ekologi-ekonomi yang seimbang sehingga fungsi produksi dan fungsi lingkungan tidak terganggu. Krisis Air 2025, kerusakan sumber daya alam dalam bentuk degradasi lahan, banjir, longsor sebagai acuan dukungan Sustainable Modern Agriculture untuk perbaikan ekonomi masyarakat dan efisiensi penggunaan sumberdaya alam Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan dimana program studi ini memfokuskan untuk mendukung (a) program nasional Indonesia ”Go Organic 2010 yang ramah lingkungan, dan menghasilkan produk pertanian sehat yang bebas bahan kimia sintetik berbahaya, dan (b) mendukung Sustainable Modern Agriculture untuk perbaikan ekonomi masyarakat dan efisiensi penggunaan sumberdaya alam Sosial Ekonomi/Agrobisnis: menangani cara-cara pemasaran hasil pertanian dengan sistem paking. Mendidik manajer-manajer yang berkualitas terutama dalam rangka penyediaan sumberdaya manusia yang tangguh dan berkualitas untuk mengantisipasi perdagangan bebas Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian: mempelajari cara penyebaran informasi dan komunikasi di bidang pertanian yang telah dihasilkan dapat ditransfer kepada pengguna, baik petani maupun pengusaha dan pemerintah yang banyak bergerak dibidang pertanian 5. Penutup Untuk menata kembali Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, melalui penataan Program Studi berdasarkan pengembangan substansi pegembangan ilmunya dan berorintasi pada kompetensi lulusan, dimana trade off antara scientific vision dan market demand perlu selalu diperhatikan dan dipertimbangkan. Untuk itu Fakultas Pertanian dalam melakukan proses penataan tersebut saat ini masih terus berproses melalui tahapan: (1) Finalisasi konsep restrukturisasi oleh Task Force, (2) Sosialisasi konsep restrukturisasi kepada civitas akademik Fakultas Pertanian, (3) Pembahasan dan finalisasi konsep restrukturisasi Fakultas Pertanian, (4) Lokakarya Penyamaan Presepsi Pengembangan Arah Restrukturisasi FP, (5) Penyusunan Rancangan Kurikulum Inti Fakultas Pertanian, (6) Lokakarya Restrukturisasi Fakultas Pertanian dan Pengembangan Kurikulum, (7) Pembahasan dan Pengesahaan Konsep Restrukturisasi oleh Senat Fakultas Pertanian, (8) Penyusunan Kurikulum oleh Pokja, (9) Pengesahan Kurikulum oleh Senat FP, dan (10) Pengembangan SAP dan GBPP. Kegiatan ini dirancang hingga Bulan Mei 2008. Untuk itu draft dalam makalah ini masih terus berkembang selaras dengan dinamika yang ada di Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, hingga disepakati oleh Senat Fakultas Pertanian dan Senat Universitas Brawijaya dan disetujui oleh Direktur Jendral Dikti DEPDIKNAS. DAFTAR PUSTAKA Lieblein, G., Francis, C and King, J. 2000. Conceptual Frame work for structury Future Agrcultural Colleges and Universities. The Journal of Agricultural Education and Extention Vol 6 No 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 1999 tentang: Pendidikan Tinggi. Pedoman Akademik: Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Tahun Akademik 2006-2007 Ashari, S. 2006. Peran Pendidikan Dalam Revitalisasi Pertanian. (Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban:J.Sutanto dkk:editor).Penerbit Buku Kompas, Jakarta. P. 436-463. Statuta Universitas Brawijaya. 2003