KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM

advertisement
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM:
SUDUT PANDANG AL-QUR’AN DAN HADIS
Ernita Dewi
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia
Email: [email protected]
Diterima tgl, 29-04-2014, disetujui tgl 04-07-2014
Abstract: The discourse on gender is always discussed among academicians, politicians,
and people in their daily lives. In the recent development, the conversation about gender
has involved Islamic thinkers to dig up the treasures of Islamic thought to see the discourse
of gender in Islam. This condition can not be separated with the claim that Islam is not
gender sensitive, and even tends to denigrate women, especially when a few people talk
about the presence of women in public life constrained by the restrictions on their
movement to gain access to education, social and politics. This paper will show the true
reality of the Islamic view of gender-related issues especially where women are greatly
appreciated, as mentioned in the Qur'an and the hadith of the Prophet Muhammad. Islam
does not give space to the growing discrimination against women because Islam considers
men and women as equal in every activity of life.
Abstrak: Diskursus tentang gender tidak pernah sepi diperbincangkan baik di kalangan
akademisi, politisi, maupun dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Pada perkembangan
kekinian perbincangan tentang gender telah melibatkan pemikir Islam untuk menggali
kembali khazanah pemikiran Islam untuk melihat adanya wacana gender dalam Islam.
Kondisi ini tidak terlepas adanya klaim yang menyebutkan bahwa ajaran Islam tidak
sensitif gender, bahkan cendrung mendeskriditkan perempuan, terutama saat segelintir
orang berbicara tentang keberadaan perempuan di ranah publik yang terkekang oleh
adanya pembatasan gerak perempuan untuk mendapatkan akses dalam bidang pendidikan,
sosial dan politik. Tulisan ini akan menampilkan realitas yang sesungguhnya tentang
pandangan Islam terkait dengan persoalan gender terutama keberadaan perempuan yang
sangat dihargai sebagaimana yang terdapat dalam al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad
Saw. Islam tidak memberi ruang terhadap tumbuhnya diskriminasi terhadap perempuan
karena Islam memandang derajat laki-laki dan perempuan sama dalam setiap aktivitas
kehidupan.
Keywords: gender, al-Qur‟an, hadis, perempuan.
Pendahuluan
Perbincangan tentang gender atau persamaan antara laki-laki dan perempuan
menjadi salah satu bagian penting yang dibahas dalam ajaran Islam. Aturan hukum tentang
perlakuan yang sama terhadap laki-laki dan perempuan telah ditetapkan secara sempurna
dalam Islam, sehingga tidak ada alasan untuk mendikriminasikan antara satu orang dengan
orang lainnya hanya karena persoalan beda jenis kelamin. Kedatangan Islam di tengah
krisis akhlak dan peradaban, menjadikan Islam sebagai agama yang memberikan begitu
banyak keadilan dan jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat jahiliyah
waktu itu, khususnya terhadap perlakuan semena-mena kaum laki-laki terhadap
perempuan.
Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 269
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
Islam datang untuk mengangkat derajat kaum perempuan dari kenistaan menuju
kemuliaan, dari makhluk hina dina menjadi mahkluk mulia yang memiliki derajat sama
dengan laki-laki. Sebelum kedatangan Islam ke jazirah Arab, perlakuan buruk terhadap
perempuan menjadi tradisi yang telah tertanam sejak nenek moyang mereka yang
dipraktekkan secara turun temurun. Penindasan dan penghinaan kepada perempuan sebagai
makhluk yang rendah mendapat persetujuan dari berbagai kalangan baik bangSawan atau
masyarakat jelata. Ironinya bukan hanya di kalangan masyarakat jahiliah yang
notabenenya tidak memiliki peradaban, bahkan dalam peradaban lain seperti Yunani,
Romawi, Mesir, India, menganggap perempuan lebih rendah dari laki-laki. Masyarakat
Yunani kelas atas, menempatkan perempuan di dalam istana sebagai pemuas nafsu lakilaki, sedangkan perempuan di masyarakat kelas bawah diperjualkan belikan seperti budak.
Dalam peradaban Romawi, perempuan dianggap tidak sempurna dan tidak memiliki hak
apa pun, bahkan jika telah berumah tangga suaminya berhak untuk menjual, menyiksa,
mengusir dan membunuh istrinya.1
Ajaran Islam yang sangat menjunjung tinggi nilai persamaan dan kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan menjadi solusi terbaik menempatkan kembali perempuan pada
posisi sebagai hamba Allah Swt.yang sama baik di hadapan Allah Swt. atau pun di
hadapan manusia. Satu-satunya perbedaan antara laki-laki dan perempuan di hadapan
Allah Swt. adalah ketakwaannya. Secara perlahan namun pasti kehadiran Islam telah
meminimalisi diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan yang biasanya senantiasa
ditemui dalam masyarakat Arab. Ajaran Islam secara rinci telah memberikan aturan
tentang perlakuan masyarakat, orang tua, suami terhadap perempuan. Semua aturan hukum
tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan tercantum jelas dalam Alquran dan hadis Nabi
Muhammad Saw. yang akan menjadi sumber rujukan bagi umat Islam. Alquran dan hadis
memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan tentang kedudukan perempuan
dan perlakuan berbasisi keadilan yang harus diberikan kepada perempuan sebagaimana
terhadap kaum laki-laki. Berdasarkan penjelasan yang telah disebutkan dalam Alquran dan
hadis, maka tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa agama Islam tidak berpihak kepada
perempuan.
Makalah ini akan terfokus pada kajian hadis tematis tentang gender, dimulai
dengan pengertian gender, kemudian diteruskan dengan ayat-ayat Alquran yang berbicara
tentang gender, diteruskan dengan hadis-hadis tentang gender, analisis penulis dan
penutup.
Pengertian Gender
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata gender berarti jenis kelamin atau halhal yang berhubungan dengan jenis kelamin.2 Istilah gender sering diartikan dengan seks,
yang secara biologis didefinisikan dalam kategori laki-laki dan perempuan. Gender secara
harfiah bisa juga berarti perbedaan maskulin dan feminine. Secara umum keduanya bisa
1
Alyasa‟ Abubakar, Antara Setia dan Durhaka Ulasan Tentang Hak dan Kewajiban Suami Isteri,
(Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2001), 1 .
2
Tim Penyusun Kamus Besar Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III (Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, 2002), 383.
270 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
diterjemahkan sebagai jenis kelamin, namun konotasi keduanya berbeda. Seks lebih
merujuk pada pengertian biologis, sedangkan gender pada makna sosial. 3 Menurut istilah,
gender berarti sebuah konsep yang mengacu pada sistem peran dalam hubungan antara
laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada kehidupan sosial budaya, lingkungan agama
dan bukan pada perbedaan biologis mereka.
Konsep hubungan laki-laki dan perempuan yang dianut oleh masyarakat
dipengaruhi oleh konsep gender, yaitu perbedaan hubungan sosial antara laki-laki dan
perempuan di mana gender memiliki identitas yang dipengaruhi oleh ideologi, sejarah,
budaya, agama, dan etnik maupun faktor-faktor ekonomi dan dapat berubah oleh pengaruh
politik, ekonomi, maupun budaya.
Kata gender telah memasuki penbendaharaan di setiap diskusi dan tulisan sekitar
perubahan sosial dan pembangunan di dunia ketiga. Istilah gender mulai ramai dibicarakan
pada awal tahun 1977, ketika sekelompok feminis di London tidak lagi memakai isu-isu
lama seperti patriarchal atau sexist, tetapi menggantinya dengan isu gender. 4
Perkembangan istilah gender ini juga mempengaruhi masyarakat Indonesia, sehingga
hampir disemua uraian tentang program pengembangan masyarakat maupun pembangunan
di kalangan organisasi pemerintah atau non pemerintah memperbincangkan tentang
gender.
Meskipun istilah gender datang dari masyarakat di luar Islam yang memiliki
permasalahan tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, akan tetapi sebelumnya
Islam telah mengajarkan tentang kesetaraan meskipun istilah yang digunakan bukan
gender. Kata gender memang tidak ditemukan dalam masyarakat Islam, tetapi kalau yang
dimaksud adalah jenis kelamin dan pemberlakuan yang sama untuk laki-laki dan
perempuan tanpa diskriminasi, maka ajaran Islam telah menjelaskan secara rinci tentang
kesetaraan laki-laki dan perempuan. Alquran dan hadis senantiasa menyebutkan kata-kata
laki-laki dan perempuan secara bersamaan. Istilah gender sebenarnya datang dari barat dan
kemudian diadopsi oleh umat Islam, karena ada anggapan dari segelintir orang yang
mengatakan bahwa masih ada diskriminasi terhadap perempuan meskipun Islam melarang
adanya diskriminasi tersebut.
Gender dalam Islam lebih menekankan pada hak dan kewajiban antara laki-laki dan
perempuan, dan tidak sama dengan yang dipahami oleh sebagian masyarakat Barat, yang
menjelaskan gender dengan menempatkan posisi perempuan harus sama (setara) dengan
laki-laki. Bagaimanapun perempuan tidak bisa menjadi laki-laki, begitu pula dengan lakilaki tidak mungkin menjadi perempuan, karena masing-masing jenis kelamin ini sudah
diciptakan oleh Allah Swt. dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta
diberikan potensi untuk melakukan kewajibannya sebagai manusia.
Seorang berkewajiban mengurus rumah tangga dan anak-anaknya sebaik mungki.
Dengan demikian kegiatan profesinya tidak boleh menghalangi pelaksanaan tanggung
jawab ini. Urusan rumah tangga dan anak-anak merupakan tanggung jawab utama
perempuan yang sudah berkeluarga. Suami, istri dan anak-anak sama-sama sepenuhnya
3
Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, Edisi Kedua, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000), I: 391.
4
Elaine Showalter (Ed.), Speaking of Gender, (New York & London: Routledge, 1989), 3.
Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 271
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
untuk mendapatkan tempat tinggal yang tenang dan indah. Didalamnya semua pihak dapat
menikmati ketenangan, ketentraman dan rasa akrab, serta menyatu dalam keluarga,
disamping perhatian dan kasih sayang. Bagi seorang istri, walaupun turun andil dalam
menjalankan kegiatan yang bersifat profesional, rumah tetap menjadi tempat terindah bagi
dirinya beserta keluarganya.5
Suami memiliki kewajiban untuk mencari nafkah dan memberikan kasih sayang
serta perlindungan kepada istri dan anak-anaknya. Kemampuan fisik seseorang laki-laki
memang mampu menjalankan tugas yang berat dalam mencari kebutuhan hidup, meskipun
perempuan juga mampu, akan tetapi tidak ada beban nafkah bagi perempuan. Begitu juga
dengan perempuan secara kodrat memiliki potensi untuk melahirkan dan menyusui,
sedangkan laki-laki tidak diberikan potensi itu. Jadi sangat tidak mungkin untuk merubah
peran laki-laki dan perempuan dalam menjalankan kehidupan di dunia ini.
Ayat-ayat tentang Gender
Ketika Islam berbicara relasi antara laki-laki dan perempuan, maka Islam bersikap
egeliter tanpa ada ketimpangan dan unsur tinggi rendah. Islam telah menawarkan konsep
gender dengan menempatkan perempuan dan laki-laki dalam hubungan partnership yang
keberadaannya diakui sederajat dengan hak dan kewajiban masing-masing. Hal ini terlihat
dengan jelas dalam ungkapan ayat berikut ini Q.S Al-Ahzab Ayat: 35
ِ ِ َّ ‫ات و‬
ِ َ‫الص ِادق‬
ِ ِ
ِ ِ
ِ ِ
ِِ
ِِ
ِِ
‫ات‬
َّ ‫ني َو‬
َ ‫الصادق‬
َ ‫ني َوالْ ُم ْؤمنَات َوالْ َقانت‬
َ ‫ني َوالْ ُم ْسل َمات َوالْ ُم ْؤمن‬
َ ‫إِ َّن الْ ُم ْسلم‬
َ َ‫ني َوالْ َقانت‬
ِ َ‫ات والْمتَص ِّدقِني والْمتَص ِّدق‬
ِ ‫اشع‬
ِ ِ َّ ‫الصابِ ِرين و‬
ِ ْ ‫اشعِني و‬
ِ ْ ‫ات و‬
ِ ِ َّ ‫ات و‬
‫ني‬
َ ‫الصائم‬
َ ُ َ َ َ ُ َ
َ َ‫اْل‬
َ
َ َ َ‫اْل‬
َ ‫الصابَر‬
َ َ َّ ‫َو‬
ِ ِ َّ ‫اَّلل َكثِريا و‬
ِ ِ َّ ‫و‬
ِ َّ ِ ِ ْ ‫اْلافِ ِظني فُروجهم و‬
َّ ‫َع َّد‬
ً‫اَّللُ ََلُ ْم َم ْغ ِفَرة‬
َ ‫الذاكَرات أ‬
َ ً ََّ ‫ين‬
َ ْ ُ َ ُ َ َْ ‫الصائ َمات َو‬
َ
َ ‫اْلَافظَات َوالذاك ِر‬
ِ
.‫يما‬
ْ ‫َوأ‬
ً ‫َجًرا َعظ‬
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan
yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan
yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki
dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar, yang dimaksud dengan muslim di sini ialah
orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang
dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini ialah orang yang membenarkan apa
yang harus dibenarkan dengan hatinya”.
Firman Allah Swt. QS. Al-Nisa' Ayat:124
ِ ‫الصا ِْل‬
ِ
‫اْلَنَّةَ َوََل يُظْلَ ُمو َن‬
ْ ‫ك يَ ْد ُخلُو َن‬
َ ِ‫ات ِم ْن ذَ َك ٍر أ َْو أُنْثَى َوُه َو ُم ْؤِم ٌن فَأُولَئ‬
َ َّ ‫َوَم ْن يَ ْع َم ْل م َن‬
‫نَِق ًريا‬
5
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), 243.
272 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita
sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka
tidak dianiaya walau sedikitpun”.
Firman Allah Swt. QS. Al-Nahl ayat: 97
ِ
ِ ِ ‫من ع ِمل‬
‫َح َس ِن‬
ْ ‫َجَرُه ْم بِأ‬
ْ ‫َّه ْم أ‬
ُ ‫صاْلًا م ْن ذَ َك ٍر أ َْو أُنْثَى َوُه َو ُم ْؤم ٌن فَلَنُ ْحيِيَ نَّهُ َحيَا ًة طَيِّبَةً َولَنَ ْج ِزيَن‬
َ َ َ َْ
‫َما َكانُوا يَ ْع َملُو َن‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan. Ditekankan dalam ayat ini bahwa
laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal
saleh harus disertai iman”.
Ayat ini juga menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan mendapatkan pahala
yang sama jika melakukan amal saleh dalam keadaan mereka beriman. Pahala diperoleh
karena amalan yang dilakukan dan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Hasil
usaha untuk memperbanyak amalan yang menentukan seseorang masuk surga
Kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan merupakan konsep hubungan yang
meletakkan laki-laki dan perempuan sebagai relasi yang dapat saling mempengaruhi secara
positif. Kemitrasejajaran dapat berarti persamaan status laki-laki dan perempuan dalam
masyarakat yang tercermin dalam sikap saling menghargai, menghormati, mengisi, dan
membantu. Manifestasi dari saling menghargai ini terlihat dalam pengambilan keputusan,
penentuan kebijaksanaan, dan pemamfaatan hasil pembangunan, sebagaimana tercermin
dalam ayat berikut ini, QS. Al.Taubah Ayat :71
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ٍ ‫ض ُه ْم أ َْولِيَاءُ بَ ْع‬
‫يمو َن‬
ُ ‫ات بَ ْع‬
ُ َ‫َوالْ ُم ْؤمنُو َن َوالْ ُم ْؤمن‬
ُ ‫ض يَأْ ُم ُرو َن بالْ َم ْع ُروف َويَْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر َويُق‬
ِ
َّ ‫الص ََلةَ َويُ ْؤتُو َن‬
.‫يم‬
َّ ‫اَّللُ إِ َّن‬
َّ ‫ك َسيَ ْر ََحُ ُه ُم‬
َّ ‫الزَكاةَ َويُ ِطيعُو َن‬
َّ
َ ِ‫اَّللَ َوَر ُسولَهُ أُولَئ‬
ٌ ‫اَّللَ َع ِز ٌيز َحك‬
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka
taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Menurut M. Quraish Shihab, kata auliya dalam ayat di atas mencakup kerja sama,
bantuan, dan penguasaan, sedangkan menyuruh mengerjakan yang ma‟ruf mencakup
segala segi kebaikan termasuk member masukan dan kritik terhadap penguasa. 6 Islam
memberikan hak yang luas kepada perempuan dibandingkan masa pra Islam. Pemberian
hak-hak tersebut dapat dilihat pada hak-hak penting seperti dalam dunia politik,
6
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1996), 61.
Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 273
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
intelektual, perekonomian, dan lain-lain. Dalam Islam tidak ditemukan ayat atau hadis
yang melarang perempuan untuk aktif dalam dunia politik, perekonomian, pendidikan
bahkan berperang. Alquran mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif menekuni bidang
kemasyarakat selama aktivitas para perempuan tidak menjurus pada prilaku pelanggaran
syariat Islam dan aturan hukum yang telah ditetapkan. Ayat berikut ini menjelaskan
tentang kedudukan perempuan yang tidak berbeda dengan laki-laki di hadapan Allah Swt.
Hadis-hadis tentang Gender
Ketika ditelusuri dalam sejarah Islam, maka sejak awal Rasullullah Saw.sebagai
pembawa risalah telah memerintahkan kepada umat Islam untuk mempelakukan
perempuan secara baik dan siapapun yang mempelakukan perempuan secara buruk akan
mendapatkan ganjaran berupa dosa. Melalui wahyu Allah Swt. yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad Saw. telah mengecam keras tradisi penguburan hidup-hidup anak
perempuan, mengatur hak dan tanggung jawab suami istri, mengatur tata cara penikahan
secara jelas, mengatur hak perempuan untuk mendapatkan harta warisan, membolehka
perempuan terlibat dalam politik, menempatkan ibu dalam posisi yang sangat mulia,
melarang kekerasan terhadap perempuan, membolehkan perempuan untuk salat berjamaah.
Rasulullah menempatkan perempuan setara laki-laki sebagaimana dua orang yang
bersaudara saudara kandung. Sebagaimana hadis Nabi Saw. “Sesungguhnya perempuan itu
adalah saudara kandung laki-laki”. Segala bentuk tindakan yang menistakan perempuan
dilarang keras oleh Nabi Saw. sebagai bentuk penghargaan yang tinggi terhadap
keberadaan perempuan.7Hadis di bawah ini menjelaskan bahwa perempuan juga berhak
mengikuti salat berjamaah bersama Rasulullullah Saw. yang berarti bahwa salat berjamaah
bukan hanya didominasi oleh kaum laki-laki saja.
‫حدثنا حيىي بن بكري قال أخربنا الليث عن عقيل عن ابن شهاب قال أخربين عروة بن الزبري‬
‫ كنا نساء املؤمنات يشهدن مع رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬: ‫أن عائشة أخربته قالت‬
‫صَلة الفجر متلفعات مبروطهن مث ينقلنب إىل بيوهتن حني يقضني الصَلة َل يعرفهن أحد من‬
8
.‫الغلس‬
. ‫[ ش ( متلفعات ) متلحفات من التلفع وهو شد اللفاع وهو ما يغطى الوجه ويتلحف به‬
) ‫ ( الغلس‬. ‫ ( ينقلنب ) يرجعن‬. ‫مبروطهن ) مجع مرط وهو كساء من صوف أو خز يؤتزر به‬
9
] ‫ظلمة آخر الليل‬
7
Muhammad „Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadis Ulumuh wa Musthalahuh (Beirut: Dar al Fikr, 1989),
27.
8
Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-Shahih Al-Mukhtashar (Beirut: Dar
ibn Katsir, 1987), I, 210
9
Muhammad bin Ismail Abu 'Abdullah al-Bukhari al-Ja'fi, Mukhtashar Shahih Bukhari, Bab.Waktu
al-Fajr, (Program Maktabah al-Syamilah), I: 210.
274 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
“Dari Yahya bin Bakir memberitahukan kepada kami dari Ali Ibnu Syihab, Aisyah
berkata, Perempuan-perempuan mukmin ikut hadir bersama Rasulullah untuk
melaksanakan Salat Subuh dengan menyelimutkan pakaian-pakaian mereka.
Kemudian mereka kembali ke rumahnya setelah mengerjakan salat. Sementara tidak
s eorang pun yang b i sa m engenal i m ereka karena gel apn ya suasana.”
(HR.Bukhari dan Muslim).
Hadis ini berbicara tentang kebolehan perempuan terlibat dalam bidang politik.
ِ ‫الرِحي ِم بن سلَيما َن عن ِه َش ٍام عن ح ْفصةَ بِْن‬
‫ت‬
َ َ َْ
ْ َ َ ْ ُ ُ ْ َّ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِِب َشْيبَةَ َحدَّثَنَا َعْب ُد‬
ِ ْ‫ِس ِريين عن أُِم ع ِطيَّةَ األَن‬
ِ ‫ت مع رس‬
‫ َسْب َع‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اَّلل‬
َّ ‫ول‬
ْ َ‫صا ِريَّة قَال‬
َ ّ َْ َ
َ
ُ َ َ َ ُ ‫ت َغَزْو‬
10
ِِ
ٍ
.‫ضى‬
ْ ‫َصنَ ُع ََلُ ُم الطَّ َع َام َوأ َُدا ِوى‬
َ ‫وم َعلَى الْ َم ْر‬
ْ ‫َغَزَوات أ‬
ْ ‫َخلُ ُف ُه ْم ِِف ِر َحاَل ْم فَأ‬
ُ ُ‫اْلَْر َحى َوأَق‬
“Diberitahukan oleh Abu Bakri bin Ali Syaibah „Abdurrahim bin Sulaiman dari
Hisyam dari Hafsan bin Sirrin dari Ummu Athiyyah al-Ansharariyyah berkata: Aku
ikut berperang bersama Rasulullullah sebanyak tujuh kali peperangan. Aku selalu
ditempatkan dibagian belakang pasukan. Akulah yang membuatkan makanan untuk
mereka, mengobati yang luka-luka dan membantu yang sakit”.
Hadis di bawah ini menjelaskan tentang tingginya kedudukan ibu sebagai
perempuan dibandingkan ayah.
َِ ‫حدَّثَنَا قُتَ يبةُ بن سعِي ِد ب ِن‬
ٍ ‫مج ِيل بْ ِن طَ ِر‬
ٍ ‫يف الثَّ َق ِف ُّى وُزَهْي ر بْن حر‬
‫ب قَاَلَ َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن‬
ْ َ ُ ْ َْ
َ
َْ ُ ُ َ
ِ ‫عُمارَة ب ِن الْ َق ْع َق ِاع َعن أَِِب ُزر َعةَ َعن أَِِب هري رَة قَ َال جاء رجل إِ َىل رس‬
‫صلى هللا عليه‬- ِ‫اَّلل‬
َّ ‫ول‬
ْ ََ
ْ
َُ ٌَُ َ َ
َ َْ ُ ْ ْ
ِ ِ ‫ فَ َق َال من أَح ُّق الن‬-‫وسلم‬
.» ‫ك‬
َ ‫ قَ َال ُمثَّ َم ْن قَ َال « ُمثَّ أ ُُّم‬.» ‫ك‬
َ ‫ص َحابَِِت قَ َال « أ ُُّم‬
َ ‫َّاس ِبُ ْس ِن‬
َ َْ
ِ ِ
‫َح ُّق‬
َ ُ‫ قَ َال ُمثَّ َم ْن قَ َال « ُمثَّ أَب‬.» ‫ك‬
َ ‫قَ َال ُمثَّ َم ْن قَ َال « ُمثَّ أ ُُّم‬
َ ‫ َوِِف َحديث قُتَ ْيبَةَ َم ْن أ‬.» ‫وك‬
11
ِ
ِ
.‫َّاس‬
َ ‫ِبُ ْس ِن‬
َ ‫ص َحابَِِت َوََلْ يَ ْذ ُكر الن‬
“Diberitahukan oleh Qutaibah bin Said bin Jamil bin Tharifinthaqafi dan Zahairu bin
Harbin berkata telah diberitahukan oleh Jarirah dari „Amarah bin Qa‟qa‟i dari Abi
Zar‟ah dari Abi Hurairah berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasululllah Saw.
berkata dia siapakah yang lebih berhak saya berbuat baik kepadanya ya Rasululullah,
Rasulullah berkata ibumu, lalu siapa lagi, Rasulullah menjawab ibumu, lalu siapa
lagi,Rasulullah menjawab ibumu, lalu siapa lagi, Rasulullah menjawab ayahmu”. (HR.
Muslim).
10
Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Sahih Muslim, Bab. An-Nisa' al-Ghazwul
(Program Maktabah al-Syamilah), 199.
11
Ibid., 2.
Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 275
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
Hadis di bawah ini menjelaskan tentang larangan memukul perempuan.
ٍ َ‫ََحَ ُد بْن أَِِب َخل‬
ِ ُّ ‫السرِح قَاَلَ حدَّثَنَا س ْفيا ُن َع ِن‬
‫ى َع ْن َعْب ِد‬
ْ ‫ف َوأ‬
َُ
َ
ّ ‫الزْه ِر‬
ْ َّ ‫ََحَ ُد بْ ُن َع ْم ِرو بْ ِن‬
ُ ْ ‫َحدَّثَنَا أ‬
ِ َ‫ َع ْن إِي‬- ِ‫اَّلل‬
‫اَّللِ بْ ِن أَِِب‬
َّ ‫اس بْ ِن َعْب ِد‬
َّ ‫اَّللِ بْ ِن َعْب ِد‬
َّ ‫الس ْرِح عُبَ ْي ِد‬
َّ ‫اَّللِ بْ ِن َعْب ِد‬
َّ
َّ ‫ قَ َال ابْ ُن‬- ِ‫اَّلل‬
ٍ ‫ذُب‬
‫ فَ َجاءَ عُ َم ُر إِ َىل‬.» ِ‫اَّلل‬
َّ َ‫ض ِربُوا إِ َماء‬
َّ ‫ول‬
ُ ‫اب قَ َال قَ َال َر ُس‬
ْ َ‫ « َلَ ت‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اَّلل‬
َ
ِ
َِّ ‫ول‬
ِ ِ
ِ ‫رس‬
‫ض ْرِِبِ َّن‬
َ ‫ص ِِف‬
َ ‫ فَ َر َّخ‬.‫ فَ َقا َل َذئ ْر َن النّ َساءُ َعلَى أ َْزَواج ِه َّن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬
َُ
َِّ ‫ول‬
ِ
ِ
ِ ‫آل رس‬
ِ ِ َ َ‫فَأَط‬
- ‫َِّب‬
ُّ ِ‫اج ُه َّن فَ َق َال الن‬
َ ‫ ن َساءٌ َكثريٌ يَ ْش ُكو َن أ َْزَو‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬
ُ َ ‫اف ب‬
ِ
ِ ٍ
ِ ِ َ َ‫ « لََق ْد ط‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬
‫ك‬
َ ِ‫س أُولَئ‬
َ ‫اف بآل ُُمَ َّمد ن َساءٌ َكثريٌ يَ ْش ُكو َن أ َْزَو‬
َ ‫اج ُه َّن لَْي‬
12 ِ ِِ
.‫ِبيَارُك ْم‬
“Diberitahukan oleh Ahmad bin Abi khalaf dan Ahmad bin „Amri bin Sharhi berkata
telah diberitahukan oleh Sufyan dari Zahri dari „Abdillah bin „Abdillah. Berkata Ibnu
Sarhi „Ubaidillah bin „Abdillah, dari „Iyasi bin Abdillah bin Abi Dubab berkata,
berkata Rasulullah Saw. : Janganlah kamu memukul hamba Allah yang perempuan,
lalu Umar datang kepada Rasulullah Saw., maka berkata Rasulullah, Biarkanlah
perempuan atas suaminya maka ringankanlah dalam memukulnya, lalu Umar
berkeliling dengan keluarga Rasulullah Saw., perempuan banyak yang mengeluh atas
perlakukan suami mereka, lalu Nabi Saw bersabda telah berkeliling keluarga
Muhammad dan banyak perempuan mengeluh terhadap suami mereka, maka para
suami yang memukul istrinya bukanlah termasuk orang baik-baik diantara kamu”
(HR. Abu Daud).
Hadis di atas menjelaskan tentang praktek pemukulan terhadap isteri yang masih
terjadi meskipun pada saat itu orang-orang di sekitar Rasulullah Saw. telah masuk Islam.
Untuk itu Rasulullah menyeru masyarakat agar menghentikan praktek pemukulan terhadap
isteri, lalu beliau bersabda: “Janganlah kamu memukul hamba-hamba Allah”. Beberapa
hari kemudian setelah Rasulullah bersabda, sahabat beliau datang menghadap beliau dan
berkata: “Ya Rasulullah, kini perempuan-perempuan menjadi lebih cerewet menghadapi
suami-suami mereka. “Maka Rasulullah memberi keringanan kepada suami dengan
mengizinkan mereka memukul isterinya. Dalam riwayat lain keizinan tersebut dengan
syarat bukan pukulan yang menyakitkan dan dalam kondisi yang terparah (nusyuz isteri).
Tidak lama setelah beliau mengizinkan hal itu, beberapa hari kemudian, banyak kaum
perempuan yang berkeliaran disekitar rumah beliau mengadukan perihal pemukulan yang
mereka terima dari suami mereka. Akhirnya Rasulullah bersabda: “…para suami yang
memukul isterinya bukanlah termasuk orang-orang baik diantara kamu” (HR.Abu Daud,
Nasa‟I dan Ibnu Majah). Perkataan Nabi yang terakhir jelas menasakh (mencabut)
12
Abu Dawud Sulaiman bin al-'As-Sijistani, Sunan Abi Dawud, Bab. Fi Dharbi al-Nisa', (Program
Maktabah al-Syamilah), II: 211.
276 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
perkataan Nabi yang pertama. Nasakh ini juga ditegaskan pada hadis lain, Rasulullah
bersabda: “Apakah salah seorang diantara kalian memukul isterinya seperti seorang hamba
dipukul, kemudian ia menidurinya di waktu malam.” (HR. Bukhari Muslim). Pernyataan
ini dimaksudkan Nabi untuk menyindir suami-suami yang memukul isterinya, sementara
dia pun masih menggaulinya.
Hadis ini menjelaskan tentang hak seorang isteri untuk melaksanakan salat
berjamah dan suami tidak boleh melarang.
‫حدثنا علي بن عبد هللا حدثنا سفيان حدثنا الزهري عن ساَل عن أبيه عن النيب صلى هللا‬
13
) ‫ ( إذا استأذنت امرأة أحدكم إىل املسجد فَل مينعها‬: ‫عليه و سلم‬
“Diceritakan kepada kami oleh‟Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami
Sufyan,menceritakan kepada kami Az Zuhri, dari Salim, dari ayahnya, dari Nabi Saw.:
Apabila salah seorang perempuan minta izin kepadamu untuk ke mesjid maka
janganlah dilarang” (HR.Bukhari).
Analisis
Abdul Halim Abu Syuqqah menyatakan bahwa peranan perempuan dalam
masyarakat hampir sama dengan laki-laki. Misalnya dalam masalah pendidikan, Rasulullah
sangat memperhatikan pendidikan perempuan, sebagaimana tercantum dalam hadis yang
diriwayatkan Imam Bukhari, dari Ibnu Abbas, Nabi Saw. merasa belum memperdengarkan
kepada kaum perempuan (belum menyampaikan nasihat). Maka beliau pergi kepada kaum
perempuan untuk member mereka nasihat dan menyuruh mereka bersedekah. Ibnu Juraij
berkata: “Apakah seorang imam berhak melakukan yang demikian itu dalam meberi
peringatan kepada kaum perempuan?” Atha berkata: “Hal itu adalah hak mereka, jadi
mengapa mereka tidak berhak untuk melakukannya.14
Hadis ini mencerminkan sikap Nabi Saw. yang sangat adil terhadap perempuan,
bahkan dalam pendidikan sekalipun perempuan tidak boleh didiskriminasikan. Lalu jika
sekarang ada anggapan yang muncul bahwa Islan tidak memihak kepada perempuan,
pernyataan tersebut tidak dilandasi oleh bukti-bukti konkrit yang bersumber pada Alquran
dan hadis. Ayat-ayat dalam Alquran dan hadis-hadis Nabi Saw. telah dengan terang
menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang setara. Keduanya
(laki-laki dan perempuan) berhak mendapatkan pendidikan, penghargaan, bahkan pahala
yang sama apabila keduanya melaksanakan amal saleh dan beriman kepada Allah Swt.
tanpa dikurangi sedikitpun hanya karena perbedaan jenis kelamin.
Tradisi Arab pra Islam yang membenarkan pembunuhan terhadap anak perempuan,
sejak kedatangan Islam perbuatan tersebut diharamkan, karena membunuh adalah dosa
13
Muhammad bin Ismail Abu 'Abdullah al-Bukhari al-Ja'fi, Sahih al Bukhari, Bab. Isti'dzan alMar'ah Zaujiha bil al-Khuruj, (Program Maktabah al-Syamilah), I: 297
14
Abdul Halim Abu Syuqqah dalam buku Kebebasan Wanita (Jakarta, Gema Insani Press,
2001),dikutip kembali oleh Kartika Pemilia Lestari, dalam Jurnal Islamia, dengan Judul Studi Kritis
Terhadap Tafsir Feminis, Vol. III, 110.
Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 277
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
besar. Kekerasan terhadap perempuan yang sebelum Islam marak dilakukan, bahkan
setelah Islam datang masih ada praktik-praktik kekerasan terhadap perempuan, maka Nabi
Saw. memberikan aturan hukum dan melarang kekerasan, kecuali kalau perempuan
tersebut melakukan nusyuz sebagaimana firman Allah Swt. dalam Alquran Surat An-Nisa‟
Ayat 34. Sebelum tahap memukul harus terlebih dahulu di beri nasihat, dipisahkan dari
tempat tidur, jika belum jera, baru setelah itu dipukul tetapi tidak bermaksud menyiksa,
tidak membahayakan dan membekas, tidak menampar dengan tangan, tidak menampar
muka, tidak mengarah pada penganiayaanatau tidak bermaksud sengaja menyakitinya.
Terhadap hal ini ulama sepakat dengan merujuk pada hadis Nabi: “Jika mereka (isteri)
tetap durhaka, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan (ghairu
mubarrih).” Ibnu „Abbas dan „Atha‟ menganjurkan menggunakan Siwak (sikat gigi orang
Arab yang terbuat dari kayu arak sebesar ibu jari dan sepanjang 5 cm).15
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin bukan untuk membandingbandingkan antara laki-laki dan perempuan. Ajaran Islam bukan disusun berdasarkan jenis
kelamin, sehingga tafsir Alquran pun tidak pernah ditulis berdasarkan hal ini. Jika pada era
sekarang muncul kritik terhadap metode tafsir bahkan terhadap hadis Nabi Saw. maka
perlu ditelusuri kembali secara lebih detil tentang motivasi orang yang mengatakan bahwa
Islam tidak sensitif gender. Tidak ada bukti konkrit menjadi alasan utama bahwa
pernyataan tentang Islam yang tidak peduli pada perempuan adalah pernyataan yang salah.
Islam memberikan persamaan antara laki-laki dan perempuan, dan prinsip ini
diakui oleh seluruh cendikiawan Islam serta sebagian golongan feminis, tetapi masih ada
juga kelompok feminis Islam yang mengatakan bahwa Islam sama dengan agama samawi
lain yang misogynist. Salah satu hadis yang dianggap memiliki pespektif bahwa perempuan
lebih rendah dibandingkan laki-laki adalah hadis dari Abu Hurairah yang berkata: “Telah
bersabda Rasulullah Saw. jagalah kaum perempuan (dengan baik), sesungguhnya
perempuan diciptakan dari tulang rusuk (min dil’) dan sesungguhnya yang paling bengkok
dari tulang rusuk adalah yang teratas, maka jikalau engkau berusaha meluruskannya
engkau akan mematahkannya dan jika engkau biarkannya ia akan tetap bengkok, maka
jagalah kaum perempuan (dengan baik)”.Dalam hadis yang lain disebutkan :“Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar ibn Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami
Husain ibn „Ali dari Za‟idah dari Maisarah dari Abi Hazim dari Abu Hurairah, Rasulullah
Saw. bersabda, “Orang yang percaya kepada Allah dan hari akhir, jika orang itu
menyaksikan beberapa persoalan, orang tersebut harus mengatakannya dalam istilah yang
baik atau hati-hatilah. Berwasiatlah dengan baik terhadap perempuan sebab perempuan
diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah bagian yang paling
atas. Jika engkau berusaha meluruskannya, engkau akan meretakkannya; dan jika engkau
membiarkannya, kebengkokannya akan tetap. Oleh karena itu, berwasiat baiklah terhadap
perempuan.”16
15
Dikutip kembali oleh Ratna Batara Mukti, dalam buku Advokasi Legislatif Untuk Perempuan,(
LBH APIK Jakarta, 2000), 26.
16
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Dikutip kembali oleh Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian
Hadis di Indonesia, (Medan : IAIN Press, 2010), 102.
278 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
Secara harfiyyah atau literalnya hadis tersebut memiliki arti perempuan diciptakan
dari tulang rusuk. Namun, persoalan yang muncul apakah pemahaman hadis tersebut
secara harfiyyah sudah betul dan tepat? Mungkinkan yang dimaksudkan dan dikehendaki
oleh Nabi Saw. adalah makna majazi (metafora) dan bukan makna hakiki. Bagaimanapun
tidak ada satu pun hadis yang memperincikan kejadian perempuan dari tulang rusuk
Adam. Ini mungkin karena apa yang ingin disampaikan Rasulullah Saw. melalui hadis ini
adalah bukan tentang penciptaan Hawa, tetapi hadis tersebut merupakan pesan Rasululllah
Saw. agar laki-laki bersikap lemah lembut terhadap perempuan dan tidak bersikap keras,
sebab kekerasan tidak akan berpengaruh baik terhadap perempuan.
Jika dianalisa dari segi bahasa, perkataan min dalam bahasa Arab biasanya
bermakna dari, tetapi kadangkala min juga bisa bermakna seperti (mitsl). Jika diambil
prinsip dan kaedah bahwa suatu hadis bisa ditafsirkan dengan menggunakan hadis yang
lain, maka makna yang rajih (lebih tepat) bagi hadis tersebut adalah hakikat kejadian
perempuan seperti tulang rusuk (ka al-dhila’) bukan dari tulang rusuk. Oleh karena itu
qarinah atau bukti kesahihan makna „seperti‟ (mitsl) dalam hadis ini adalah hadis sahih
yang lain, yaitu hadis riwayat Ahmad dari musnah Samrah bin Junduh.17
Tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian majazi, dalam arti
bahwa hadis tersebut memperingatkan laki-laki agar menghadapi perempuan dengan
bijaksana. 18 Apabila ditelusuri dari ayat Alquran, maka tidak ada satupun ayat yang
menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk, atau bahwa unsur
penciptaannya berbeda dengan laki-laki. Namun sebaliknya Alquran mendukung prinsipprinsip kesamaan dan kesetaraan di hadapan Tuhan dengan menekankan unsur-unsur
persamaan dalam kejadian Adam dan Hawa (perempuan).19 Sejatinya hadis Nabi tentang
penciptaan perempuan tidak dipahami bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk lakilaki tetapi lebih kepada seperti tulang rusuk yang mudah patah jika tidak dipelihara secara
baik.
Pendapat yang menyebutkan bahwa Islam tidak sensitif gender lebih dipengaruhi
oleh budaya berpikir masyarakat Eropa yang dipengaruhi oleh sejarah panjang mereka
terhadap buruknya perlakuan negara, bahkan agama terhadap perempuan. Akibatnya ada
pemikir Islam yang terjebak dengan pemikiran Barat, hanya dengan segelintir contoh
masyarakat yang menganggap perempuan lebih rendah, akibat dari pengaruh budaya dan
bukan karena Islam.
Kesimpulan
Perempuan dalam Islam memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki dan
keduanya adalah mitra sejajar yang tidak dapat ditempatkan dalam posisi rendah atau
tinggi. Tidak ada alasan dan bukti yang jelas untuk mengatakan bahwa Islam tidak
menghargai perempuan. Terdapat banyak ayat Alquran yang menempatkan perempuan
sederajat dengan laki-laki, bahkan hadis-hadis Nabi Saw. semuanya menjelaskan tentang
hak-hak perempuan yang tidak boleh dikebiri oleh kaum laki-laki.
17
Abdul Halim Abu Syuqqah dalam buku Kebebasan, 110.
Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis, 103.
19
Ibid., 104.
18
Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 279
Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014
http://substantiajurnal.org
Hadis-hadis Nabi Saw. secara tegas memerintahkan jangan mempelakukan
perempuan secara buruk, baahkan beliau dalam kehidupannya dikenal sebagai suami,
ayah dan sahabat yang sangat baik terhadap keluarga. Dalam memberikan nasihat Nabi
Saw. secara khusus mendatangi kaum perempuan jika mereka belum mendengar
nasihatnya. Nabi melarang suami memukul istrinya, Nabi juga melarang suami untuk
menghalangi isterinya pergi ke mesjid dan Nabi juga membolehkan perempuan berjamaah
bersama beliau di mesjid.
Sungguh argumentasi yang sangat tidak berdasar jika kemudian muncul pernyataan
kelompok pemerhati perempuan dewasa ini yang mengatakan bahwa ada hadis yang
misogynist, hanya dengan bukti lemah yang jauh dari kevalidan. Sejatinya siapapun yang
mengkritik ajaran Islam harus secara arif melihat tentang mana ajaran Islam dan mana
budaya yang dianut oleh masyarakat Islam, sehingga ajaran Islam yang mengandung
nilai-nilai kebaikan yang universal, tidak dinilai secara negatih hanya karena perilaku
masyarakatnya yang tidak Islami.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, Jilid 2, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Abu Daud Sulaiman bin al-'Asy al-Sijistani, Sunan Abu Daud, Bab. Fi Dharbi al-Nisa',
Jilid. 2, Program Maktabah al-Syamilah.
Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, Edisi Kedua, Jilid I,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Alyasa‟ Abubakar, Antara Setia dan Durhaka Ulasan Tentang Hak dan Kewajiban Suami
Isteri, Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, 2001.
Dikutip kembali oleh Ratna Batara Mukti, dalam buku Advokasi Legislatif Untuk
Perempuan, LBH APIK Jakarta, 2000.
Elaine Showalter (Ed.), Speaking of Gender, New York & London: Routledge, 1989.
M.Quraisy Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1996.
Muhammad „Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadis Ushuluh wa Musthalahuh, Beirut: Dar al
Fikr, 1989.
Muhammad bin Ismail Abu 'Abdullah al-Bukhari al-Ja'fi, Shahih Bukhari, Bab. Isti'dzan
al-Mar'ah Zaujiha bil al-Khuruj, Jilid.1, (Program Maktabah al-Syamilah).
Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, Bab. Al-Nisa' alGhazayat (Program Maktabah al-Syamilah)
Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis Di Indonesia, Medan : IAIN Press, 2010
Tim Penyusun Kamus Besar Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, 2002.
280 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam
Download