Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM: SUDUT PANDANG AL-QUR’AN DAN HADIS Ernita Dewi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia Email: [email protected] Diterima tgl, 29-04-2014, disetujui tgl 04-07-2014 Abstract: The discourse on gender is always discussed among academicians, politicians, and people in their daily lives. In the recent development, the conversation about gender has involved Islamic thinkers to dig up the treasures of Islamic thought to see the discourse of gender in Islam. This condition can not be separated with the claim that Islam is not gender sensitive, and even tends to denigrate women, especially when a few people talk about the presence of women in public life constrained by the restrictions on their movement to gain access to education, social and politics. This paper will show the true reality of the Islamic view of gender-related issues especially where women are greatly appreciated, as mentioned in the Qur'an and the hadith of the Prophet Muhammad. Islam does not give space to the growing discrimination against women because Islam considers men and women as equal in every activity of life. Abstrak: Diskursus tentang gender tidak pernah sepi diperbincangkan baik di kalangan akademisi, politisi, maupun dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Pada perkembangan kekinian perbincangan tentang gender telah melibatkan pemikir Islam untuk menggali kembali khazanah pemikiran Islam untuk melihat adanya wacana gender dalam Islam. Kondisi ini tidak terlepas adanya klaim yang menyebutkan bahwa ajaran Islam tidak sensitif gender, bahkan cendrung mendeskriditkan perempuan, terutama saat segelintir orang berbicara tentang keberadaan perempuan di ranah publik yang terkekang oleh adanya pembatasan gerak perempuan untuk mendapatkan akses dalam bidang pendidikan, sosial dan politik. Tulisan ini akan menampilkan realitas yang sesungguhnya tentang pandangan Islam terkait dengan persoalan gender terutama keberadaan perempuan yang sangat dihargai sebagaimana yang terdapat dalam al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad Saw. Islam tidak memberi ruang terhadap tumbuhnya diskriminasi terhadap perempuan karena Islam memandang derajat laki-laki dan perempuan sama dalam setiap aktivitas kehidupan. Keywords: gender, al-Qur‟an, hadis, perempuan. Pendahuluan Perbincangan tentang gender atau persamaan antara laki-laki dan perempuan menjadi salah satu bagian penting yang dibahas dalam ajaran Islam. Aturan hukum tentang perlakuan yang sama terhadap laki-laki dan perempuan telah ditetapkan secara sempurna dalam Islam, sehingga tidak ada alasan untuk mendikriminasikan antara satu orang dengan orang lainnya hanya karena persoalan beda jenis kelamin. Kedatangan Islam di tengah krisis akhlak dan peradaban, menjadikan Islam sebagai agama yang memberikan begitu banyak keadilan dan jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat jahiliyah waktu itu, khususnya terhadap perlakuan semena-mena kaum laki-laki terhadap perempuan. Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 269 Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org Islam datang untuk mengangkat derajat kaum perempuan dari kenistaan menuju kemuliaan, dari makhluk hina dina menjadi mahkluk mulia yang memiliki derajat sama dengan laki-laki. Sebelum kedatangan Islam ke jazirah Arab, perlakuan buruk terhadap perempuan menjadi tradisi yang telah tertanam sejak nenek moyang mereka yang dipraktekkan secara turun temurun. Penindasan dan penghinaan kepada perempuan sebagai makhluk yang rendah mendapat persetujuan dari berbagai kalangan baik bangSawan atau masyarakat jelata. Ironinya bukan hanya di kalangan masyarakat jahiliah yang notabenenya tidak memiliki peradaban, bahkan dalam peradaban lain seperti Yunani, Romawi, Mesir, India, menganggap perempuan lebih rendah dari laki-laki. Masyarakat Yunani kelas atas, menempatkan perempuan di dalam istana sebagai pemuas nafsu lakilaki, sedangkan perempuan di masyarakat kelas bawah diperjualkan belikan seperti budak. Dalam peradaban Romawi, perempuan dianggap tidak sempurna dan tidak memiliki hak apa pun, bahkan jika telah berumah tangga suaminya berhak untuk menjual, menyiksa, mengusir dan membunuh istrinya.1 Ajaran Islam yang sangat menjunjung tinggi nilai persamaan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan menjadi solusi terbaik menempatkan kembali perempuan pada posisi sebagai hamba Allah Swt.yang sama baik di hadapan Allah Swt. atau pun di hadapan manusia. Satu-satunya perbedaan antara laki-laki dan perempuan di hadapan Allah Swt. adalah ketakwaannya. Secara perlahan namun pasti kehadiran Islam telah meminimalisi diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan yang biasanya senantiasa ditemui dalam masyarakat Arab. Ajaran Islam secara rinci telah memberikan aturan tentang perlakuan masyarakat, orang tua, suami terhadap perempuan. Semua aturan hukum tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan tercantum jelas dalam Alquran dan hadis Nabi Muhammad Saw. yang akan menjadi sumber rujukan bagi umat Islam. Alquran dan hadis memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan tentang kedudukan perempuan dan perlakuan berbasisi keadilan yang harus diberikan kepada perempuan sebagaimana terhadap kaum laki-laki. Berdasarkan penjelasan yang telah disebutkan dalam Alquran dan hadis, maka tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa agama Islam tidak berpihak kepada perempuan. Makalah ini akan terfokus pada kajian hadis tematis tentang gender, dimulai dengan pengertian gender, kemudian diteruskan dengan ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang gender, diteruskan dengan hadis-hadis tentang gender, analisis penulis dan penutup. Pengertian Gender Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata gender berarti jenis kelamin atau halhal yang berhubungan dengan jenis kelamin.2 Istilah gender sering diartikan dengan seks, yang secara biologis didefinisikan dalam kategori laki-laki dan perempuan. Gender secara harfiah bisa juga berarti perbedaan maskulin dan feminine. Secara umum keduanya bisa 1 Alyasa‟ Abubakar, Antara Setia dan Durhaka Ulasan Tentang Hak dan Kewajiban Suami Isteri, (Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2001), 1 . 2 Tim Penyusun Kamus Besar Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, 2002), 383. 270 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org diterjemahkan sebagai jenis kelamin, namun konotasi keduanya berbeda. Seks lebih merujuk pada pengertian biologis, sedangkan gender pada makna sosial. 3 Menurut istilah, gender berarti sebuah konsep yang mengacu pada sistem peran dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada kehidupan sosial budaya, lingkungan agama dan bukan pada perbedaan biologis mereka. Konsep hubungan laki-laki dan perempuan yang dianut oleh masyarakat dipengaruhi oleh konsep gender, yaitu perbedaan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan di mana gender memiliki identitas yang dipengaruhi oleh ideologi, sejarah, budaya, agama, dan etnik maupun faktor-faktor ekonomi dan dapat berubah oleh pengaruh politik, ekonomi, maupun budaya. Kata gender telah memasuki penbendaharaan di setiap diskusi dan tulisan sekitar perubahan sosial dan pembangunan di dunia ketiga. Istilah gender mulai ramai dibicarakan pada awal tahun 1977, ketika sekelompok feminis di London tidak lagi memakai isu-isu lama seperti patriarchal atau sexist, tetapi menggantinya dengan isu gender. 4 Perkembangan istilah gender ini juga mempengaruhi masyarakat Indonesia, sehingga hampir disemua uraian tentang program pengembangan masyarakat maupun pembangunan di kalangan organisasi pemerintah atau non pemerintah memperbincangkan tentang gender. Meskipun istilah gender datang dari masyarakat di luar Islam yang memiliki permasalahan tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, akan tetapi sebelumnya Islam telah mengajarkan tentang kesetaraan meskipun istilah yang digunakan bukan gender. Kata gender memang tidak ditemukan dalam masyarakat Islam, tetapi kalau yang dimaksud adalah jenis kelamin dan pemberlakuan yang sama untuk laki-laki dan perempuan tanpa diskriminasi, maka ajaran Islam telah menjelaskan secara rinci tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan. Alquran dan hadis senantiasa menyebutkan kata-kata laki-laki dan perempuan secara bersamaan. Istilah gender sebenarnya datang dari barat dan kemudian diadopsi oleh umat Islam, karena ada anggapan dari segelintir orang yang mengatakan bahwa masih ada diskriminasi terhadap perempuan meskipun Islam melarang adanya diskriminasi tersebut. Gender dalam Islam lebih menekankan pada hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan, dan tidak sama dengan yang dipahami oleh sebagian masyarakat Barat, yang menjelaskan gender dengan menempatkan posisi perempuan harus sama (setara) dengan laki-laki. Bagaimanapun perempuan tidak bisa menjadi laki-laki, begitu pula dengan lakilaki tidak mungkin menjadi perempuan, karena masing-masing jenis kelamin ini sudah diciptakan oleh Allah Swt. dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta diberikan potensi untuk melakukan kewajibannya sebagai manusia. Seorang berkewajiban mengurus rumah tangga dan anak-anaknya sebaik mungki. Dengan demikian kegiatan profesinya tidak boleh menghalangi pelaksanaan tanggung jawab ini. Urusan rumah tangga dan anak-anak merupakan tanggung jawab utama perempuan yang sudah berkeluarga. Suami, istri dan anak-anak sama-sama sepenuhnya 3 Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, Edisi Kedua, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), I: 391. 4 Elaine Showalter (Ed.), Speaking of Gender, (New York & London: Routledge, 1989), 3. Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 271 Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org untuk mendapatkan tempat tinggal yang tenang dan indah. Didalamnya semua pihak dapat menikmati ketenangan, ketentraman dan rasa akrab, serta menyatu dalam keluarga, disamping perhatian dan kasih sayang. Bagi seorang istri, walaupun turun andil dalam menjalankan kegiatan yang bersifat profesional, rumah tetap menjadi tempat terindah bagi dirinya beserta keluarganya.5 Suami memiliki kewajiban untuk mencari nafkah dan memberikan kasih sayang serta perlindungan kepada istri dan anak-anaknya. Kemampuan fisik seseorang laki-laki memang mampu menjalankan tugas yang berat dalam mencari kebutuhan hidup, meskipun perempuan juga mampu, akan tetapi tidak ada beban nafkah bagi perempuan. Begitu juga dengan perempuan secara kodrat memiliki potensi untuk melahirkan dan menyusui, sedangkan laki-laki tidak diberikan potensi itu. Jadi sangat tidak mungkin untuk merubah peran laki-laki dan perempuan dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Ayat-ayat tentang Gender Ketika Islam berbicara relasi antara laki-laki dan perempuan, maka Islam bersikap egeliter tanpa ada ketimpangan dan unsur tinggi rendah. Islam telah menawarkan konsep gender dengan menempatkan perempuan dan laki-laki dalam hubungan partnership yang keberadaannya diakui sederajat dengan hak dan kewajiban masing-masing. Hal ini terlihat dengan jelas dalam ungkapan ayat berikut ini Q.S Al-Ahzab Ayat: 35 ِ ِ َّ ات و ِ َالص ِادق ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِِ ِِ ات َّ ني َو َ الصادق َ ني َوالْ ُم ْؤمنَات َوالْ َقانت َ ني َوالْ ُم ْسل َمات َوالْ ُم ْؤمن َ إِ َّن الْ ُم ْسلم َ َني َوالْ َقانت ِ َات والْمتَص ِّدقِني والْمتَص ِّدق ِ اشع ِ ِ َّ الصابِ ِرين و ِ ْ اشعِني و ِ ْ ات و ِ ِ َّ ات و ني َ الصائم َ ُ َ َ َ ُ َ َ َاْل َ َ َ َاْل َ الصابَر َ َ َّ َو ِ ِ َّ اَّلل َكثِريا و ِ ِ َّ و ِ َّ ِ ِ ْ اْلافِ ِظني فُروجهم و َّ َع َّد ًاَّللُ ََلُ ْم َم ْغ ِفَرة َ الذاكَرات أ َ ً ََّ ين َ ْ ُ َ ُ َ َْ الصائ َمات َو َ َ اْلَافظَات َوالذاك ِر ِ .يما ْ َوأ ً َجًرا َعظ “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar, yang dimaksud dengan muslim di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya”. Firman Allah Swt. QS. Al-Nisa' Ayat:124 ِ الصا ِْل ِ اْلَنَّةَ َوََل يُظْلَ ُمو َن ْ ك يَ ْد ُخلُو َن َ ِات ِم ْن ذَ َك ٍر أ َْو أُنْثَى َوُه َو ُم ْؤِم ٌن فَأُولَئ َ َّ َوَم ْن يَ ْع َم ْل م َن نَِق ًريا 5 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), 243. 272 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”. Firman Allah Swt. QS. Al-Nahl ayat: 97 ِ ِ ِ من ع ِمل َح َس ِن ْ َجَرُه ْم بِأ ْ َّه ْم أ ُ صاْلًا م ْن ذَ َك ٍر أ َْو أُنْثَى َوُه َو ُم ْؤم ٌن فَلَنُ ْحيِيَ نَّهُ َحيَا ًة طَيِّبَةً َولَنَ ْج ِزيَن َ َ َ َْ َما َكانُوا يَ ْع َملُو َن “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan. Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman”. Ayat ini juga menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan mendapatkan pahala yang sama jika melakukan amal saleh dalam keadaan mereka beriman. Pahala diperoleh karena amalan yang dilakukan dan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Hasil usaha untuk memperbanyak amalan yang menentukan seseorang masuk surga Kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan merupakan konsep hubungan yang meletakkan laki-laki dan perempuan sebagai relasi yang dapat saling mempengaruhi secara positif. Kemitrasejajaran dapat berarti persamaan status laki-laki dan perempuan dalam masyarakat yang tercermin dalam sikap saling menghargai, menghormati, mengisi, dan membantu. Manifestasi dari saling menghargai ini terlihat dalam pengambilan keputusan, penentuan kebijaksanaan, dan pemamfaatan hasil pembangunan, sebagaimana tercermin dalam ayat berikut ini, QS. Al.Taubah Ayat :71 ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ض ُه ْم أ َْولِيَاءُ بَ ْع يمو َن ُ ات بَ ْع ُ ََوالْ ُم ْؤمنُو َن َوالْ ُم ْؤمن ُ ض يَأْ ُم ُرو َن بالْ َم ْع ُروف َويَْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر َويُق ِ َّ الص ََلةَ َويُ ْؤتُو َن .يم َّ اَّللُ إِ َّن َّ ك َسيَ ْر ََحُ ُه ُم َّ الزَكاةَ َويُ ِطيعُو َن َّ َ ِاَّللَ َوَر ُسولَهُ أُولَئ ٌ اَّللَ َع ِز ٌيز َحك “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Menurut M. Quraish Shihab, kata auliya dalam ayat di atas mencakup kerja sama, bantuan, dan penguasaan, sedangkan menyuruh mengerjakan yang ma‟ruf mencakup segala segi kebaikan termasuk member masukan dan kritik terhadap penguasa. 6 Islam memberikan hak yang luas kepada perempuan dibandingkan masa pra Islam. Pemberian hak-hak tersebut dapat dilihat pada hak-hak penting seperti dalam dunia politik, 6 M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1996), 61. Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 273 Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org intelektual, perekonomian, dan lain-lain. Dalam Islam tidak ditemukan ayat atau hadis yang melarang perempuan untuk aktif dalam dunia politik, perekonomian, pendidikan bahkan berperang. Alquran mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif menekuni bidang kemasyarakat selama aktivitas para perempuan tidak menjurus pada prilaku pelanggaran syariat Islam dan aturan hukum yang telah ditetapkan. Ayat berikut ini menjelaskan tentang kedudukan perempuan yang tidak berbeda dengan laki-laki di hadapan Allah Swt. Hadis-hadis tentang Gender Ketika ditelusuri dalam sejarah Islam, maka sejak awal Rasullullah Saw.sebagai pembawa risalah telah memerintahkan kepada umat Islam untuk mempelakukan perempuan secara baik dan siapapun yang mempelakukan perempuan secara buruk akan mendapatkan ganjaran berupa dosa. Melalui wahyu Allah Swt. yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. telah mengecam keras tradisi penguburan hidup-hidup anak perempuan, mengatur hak dan tanggung jawab suami istri, mengatur tata cara penikahan secara jelas, mengatur hak perempuan untuk mendapatkan harta warisan, membolehka perempuan terlibat dalam politik, menempatkan ibu dalam posisi yang sangat mulia, melarang kekerasan terhadap perempuan, membolehkan perempuan untuk salat berjamaah. Rasulullah menempatkan perempuan setara laki-laki sebagaimana dua orang yang bersaudara saudara kandung. Sebagaimana hadis Nabi Saw. “Sesungguhnya perempuan itu adalah saudara kandung laki-laki”. Segala bentuk tindakan yang menistakan perempuan dilarang keras oleh Nabi Saw. sebagai bentuk penghargaan yang tinggi terhadap keberadaan perempuan.7Hadis di bawah ini menjelaskan bahwa perempuan juga berhak mengikuti salat berjamaah bersama Rasulullullah Saw. yang berarti bahwa salat berjamaah bukan hanya didominasi oleh kaum laki-laki saja. حدثنا حيىي بن بكري قال أخربنا الليث عن عقيل عن ابن شهاب قال أخربين عروة بن الزبري كنا نساء املؤمنات يشهدن مع رسول هللا صلى هللا عليه و سلم: أن عائشة أخربته قالت صَلة الفجر متلفعات مبروطهن مث ينقلنب إىل بيوهتن حني يقضني الصَلة َل يعرفهن أحد من 8 .الغلس . [ ش ( متلفعات ) متلحفات من التلفع وهو شد اللفاع وهو ما يغطى الوجه ويتلحف به ) ( الغلس. ( ينقلنب ) يرجعن. مبروطهن ) مجع مرط وهو كساء من صوف أو خز يؤتزر به 9 ] ظلمة آخر الليل 7 Muhammad „Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadis Ulumuh wa Musthalahuh (Beirut: Dar al Fikr, 1989), 27. 8 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-Shahih Al-Mukhtashar (Beirut: Dar ibn Katsir, 1987), I, 210 9 Muhammad bin Ismail Abu 'Abdullah al-Bukhari al-Ja'fi, Mukhtashar Shahih Bukhari, Bab.Waktu al-Fajr, (Program Maktabah al-Syamilah), I: 210. 274 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org “Dari Yahya bin Bakir memberitahukan kepada kami dari Ali Ibnu Syihab, Aisyah berkata, Perempuan-perempuan mukmin ikut hadir bersama Rasulullah untuk melaksanakan Salat Subuh dengan menyelimutkan pakaian-pakaian mereka. Kemudian mereka kembali ke rumahnya setelah mengerjakan salat. Sementara tidak s eorang pun yang b i sa m engenal i m ereka karena gel apn ya suasana.” (HR.Bukhari dan Muslim). Hadis ini berbicara tentang kebolehan perempuan terlibat dalam bidang politik. ِ الرِحي ِم بن سلَيما َن عن ِه َش ٍام عن ح ْفصةَ بِْن ت َ َ َْ ْ َ َ ْ ُ ُ ْ َّ َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِِب َشْيبَةَ َحدَّثَنَا َعْب ُد ِ ِْس ِريين عن أُِم ع ِطيَّةَ األَن ِ ت مع رس َسْب َع-صلى هللا عليه وسلم- ِاَّلل َّ ول ْ َصا ِريَّة قَال َ ّ َْ َ َ ُ َ َ َ ُ ت َغَزْو 10 ِِ ٍ .ضى ْ َصنَ ُع ََلُ ُم الطَّ َع َام َوأ َُدا ِوى َ وم َعلَى الْ َم ْر ْ َغَزَوات أ ْ َخلُ ُف ُه ْم ِِف ِر َحاَل ْم فَأ ُ ُاْلَْر َحى َوأَق “Diberitahukan oleh Abu Bakri bin Ali Syaibah „Abdurrahim bin Sulaiman dari Hisyam dari Hafsan bin Sirrin dari Ummu Athiyyah al-Ansharariyyah berkata: Aku ikut berperang bersama Rasulullullah sebanyak tujuh kali peperangan. Aku selalu ditempatkan dibagian belakang pasukan. Akulah yang membuatkan makanan untuk mereka, mengobati yang luka-luka dan membantu yang sakit”. Hadis di bawah ini menjelaskan tentang tingginya kedudukan ibu sebagai perempuan dibandingkan ayah. َِ حدَّثَنَا قُتَ يبةُ بن سعِي ِد ب ِن ٍ مج ِيل بْ ِن طَ ِر ٍ يف الثَّ َق ِف ُّى وُزَهْي ر بْن حر ب قَاَلَ َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن ْ َ ُ ْ َْ َ َْ ُ ُ َ ِ عُمارَة ب ِن الْ َق ْع َق ِاع َعن أَِِب ُزر َعةَ َعن أَِِب هري رَة قَ َال جاء رجل إِ َىل رس صلى هللا عليه- ِاَّلل َّ ول ْ ََ ْ َُ ٌَُ َ َ َ َْ ُ ْ ْ ِ ِ فَ َق َال من أَح ُّق الن-وسلم .» ك َ قَ َال ُمثَّ َم ْن قَ َال « ُمثَّ أ ُُّم.» ك َ ص َحابَِِت قَ َال « أ ُُّم َ َّاس ِبُ ْس ِن َ َْ ِ ِ َح ُّق َ ُ قَ َال ُمثَّ َم ْن قَ َال « ُمثَّ أَب.» ك َ قَ َال ُمثَّ َم ْن قَ َال « ُمثَّ أ ُُّم َ َوِِف َحديث قُتَ ْيبَةَ َم ْن أ.» وك 11 ِ ِ .َّاس َ ِبُ ْس ِن َ ص َحابَِِت َوََلْ يَ ْذ ُكر الن “Diberitahukan oleh Qutaibah bin Said bin Jamil bin Tharifinthaqafi dan Zahairu bin Harbin berkata telah diberitahukan oleh Jarirah dari „Amarah bin Qa‟qa‟i dari Abi Zar‟ah dari Abi Hurairah berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasululllah Saw. berkata dia siapakah yang lebih berhak saya berbuat baik kepadanya ya Rasululullah, Rasulullah berkata ibumu, lalu siapa lagi, Rasulullah menjawab ibumu, lalu siapa lagi,Rasulullah menjawab ibumu, lalu siapa lagi, Rasulullah menjawab ayahmu”. (HR. Muslim). 10 Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Sahih Muslim, Bab. An-Nisa' al-Ghazwul (Program Maktabah al-Syamilah), 199. 11 Ibid., 2. Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 275 Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org Hadis di bawah ini menjelaskan tentang larangan memukul perempuan. ٍ َََحَ ُد بْن أَِِب َخل ِ ُّ السرِح قَاَلَ حدَّثَنَا س ْفيا ُن َع ِن ى َع ْن َعْب ِد ْ ف َوأ َُ َ ّ الزْه ِر ْ َّ ََحَ ُد بْ ُن َع ْم ِرو بْ ِن ُ ْ َحدَّثَنَا أ ِ َ َع ْن إِي- ِاَّلل اَّللِ بْ ِن أَِِب َّ اس بْ ِن َعْب ِد َّ اَّللِ بْ ِن َعْب ِد َّ الس ْرِح عُبَ ْي ِد َّ اَّللِ بْ ِن َعْب ِد َّ َّ قَ َال ابْ ُن- ِاَّلل ٍ ذُب فَ َجاءَ عُ َم ُر إِ َىل.» ِاَّلل َّ َض ِربُوا إِ َماء َّ ول ُ اب قَ َال قَ َال َر ُس ْ َ « َلَ ت-صلى هللا عليه وسلم- ِاَّلل َ ِ َِّ ول ِ ِ ِ رس ض ْرِِبِ َّن َ ص ِِف َ فَ َر َّخ. فَ َقا َل َذئ ْر َن النّ َساءُ َعلَى أ َْزَواج ِه َّن-صلى هللا عليه وسلم- اَّلل َُ َِّ ول ِ ِ ِ آل رس ِ ِ َ َفَأَط - َِّب ُّ ِاج ُه َّن فَ َق َال الن َ ن َساءٌ َكثريٌ يَ ْش ُكو َن أ َْزَو-صلى هللا عليه وسلم- اَّلل ُ َ اف ب ِ ِ ٍ ِ ِ َ َ « لََق ْد ط-صلى هللا عليه وسلم ك َ ِس أُولَئ َ اف بآل ُُمَ َّمد ن َساءٌ َكثريٌ يَ ْش ُكو َن أ َْزَو َ اج ُه َّن لَْي 12 ِ ِِ .ِبيَارُك ْم “Diberitahukan oleh Ahmad bin Abi khalaf dan Ahmad bin „Amri bin Sharhi berkata telah diberitahukan oleh Sufyan dari Zahri dari „Abdillah bin „Abdillah. Berkata Ibnu Sarhi „Ubaidillah bin „Abdillah, dari „Iyasi bin Abdillah bin Abi Dubab berkata, berkata Rasulullah Saw. : Janganlah kamu memukul hamba Allah yang perempuan, lalu Umar datang kepada Rasulullah Saw., maka berkata Rasulullah, Biarkanlah perempuan atas suaminya maka ringankanlah dalam memukulnya, lalu Umar berkeliling dengan keluarga Rasulullah Saw., perempuan banyak yang mengeluh atas perlakukan suami mereka, lalu Nabi Saw bersabda telah berkeliling keluarga Muhammad dan banyak perempuan mengeluh terhadap suami mereka, maka para suami yang memukul istrinya bukanlah termasuk orang baik-baik diantara kamu” (HR. Abu Daud). Hadis di atas menjelaskan tentang praktek pemukulan terhadap isteri yang masih terjadi meskipun pada saat itu orang-orang di sekitar Rasulullah Saw. telah masuk Islam. Untuk itu Rasulullah menyeru masyarakat agar menghentikan praktek pemukulan terhadap isteri, lalu beliau bersabda: “Janganlah kamu memukul hamba-hamba Allah”. Beberapa hari kemudian setelah Rasulullah bersabda, sahabat beliau datang menghadap beliau dan berkata: “Ya Rasulullah, kini perempuan-perempuan menjadi lebih cerewet menghadapi suami-suami mereka. “Maka Rasulullah memberi keringanan kepada suami dengan mengizinkan mereka memukul isterinya. Dalam riwayat lain keizinan tersebut dengan syarat bukan pukulan yang menyakitkan dan dalam kondisi yang terparah (nusyuz isteri). Tidak lama setelah beliau mengizinkan hal itu, beberapa hari kemudian, banyak kaum perempuan yang berkeliaran disekitar rumah beliau mengadukan perihal pemukulan yang mereka terima dari suami mereka. Akhirnya Rasulullah bersabda: “…para suami yang memukul isterinya bukanlah termasuk orang-orang baik diantara kamu” (HR.Abu Daud, Nasa‟I dan Ibnu Majah). Perkataan Nabi yang terakhir jelas menasakh (mencabut) 12 Abu Dawud Sulaiman bin al-'As-Sijistani, Sunan Abi Dawud, Bab. Fi Dharbi al-Nisa', (Program Maktabah al-Syamilah), II: 211. 276 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org perkataan Nabi yang pertama. Nasakh ini juga ditegaskan pada hadis lain, Rasulullah bersabda: “Apakah salah seorang diantara kalian memukul isterinya seperti seorang hamba dipukul, kemudian ia menidurinya di waktu malam.” (HR. Bukhari Muslim). Pernyataan ini dimaksudkan Nabi untuk menyindir suami-suami yang memukul isterinya, sementara dia pun masih menggaulinya. Hadis ini menjelaskan tentang hak seorang isteri untuk melaksanakan salat berjamah dan suami tidak boleh melarang. حدثنا علي بن عبد هللا حدثنا سفيان حدثنا الزهري عن ساَل عن أبيه عن النيب صلى هللا 13 ) ( إذا استأذنت امرأة أحدكم إىل املسجد فَل مينعها: عليه و سلم “Diceritakan kepada kami oleh‟Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami Sufyan,menceritakan kepada kami Az Zuhri, dari Salim, dari ayahnya, dari Nabi Saw.: Apabila salah seorang perempuan minta izin kepadamu untuk ke mesjid maka janganlah dilarang” (HR.Bukhari). Analisis Abdul Halim Abu Syuqqah menyatakan bahwa peranan perempuan dalam masyarakat hampir sama dengan laki-laki. Misalnya dalam masalah pendidikan, Rasulullah sangat memperhatikan pendidikan perempuan, sebagaimana tercantum dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, dari Ibnu Abbas, Nabi Saw. merasa belum memperdengarkan kepada kaum perempuan (belum menyampaikan nasihat). Maka beliau pergi kepada kaum perempuan untuk member mereka nasihat dan menyuruh mereka bersedekah. Ibnu Juraij berkata: “Apakah seorang imam berhak melakukan yang demikian itu dalam meberi peringatan kepada kaum perempuan?” Atha berkata: “Hal itu adalah hak mereka, jadi mengapa mereka tidak berhak untuk melakukannya.14 Hadis ini mencerminkan sikap Nabi Saw. yang sangat adil terhadap perempuan, bahkan dalam pendidikan sekalipun perempuan tidak boleh didiskriminasikan. Lalu jika sekarang ada anggapan yang muncul bahwa Islan tidak memihak kepada perempuan, pernyataan tersebut tidak dilandasi oleh bukti-bukti konkrit yang bersumber pada Alquran dan hadis. Ayat-ayat dalam Alquran dan hadis-hadis Nabi Saw. telah dengan terang menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang setara. Keduanya (laki-laki dan perempuan) berhak mendapatkan pendidikan, penghargaan, bahkan pahala yang sama apabila keduanya melaksanakan amal saleh dan beriman kepada Allah Swt. tanpa dikurangi sedikitpun hanya karena perbedaan jenis kelamin. Tradisi Arab pra Islam yang membenarkan pembunuhan terhadap anak perempuan, sejak kedatangan Islam perbuatan tersebut diharamkan, karena membunuh adalah dosa 13 Muhammad bin Ismail Abu 'Abdullah al-Bukhari al-Ja'fi, Sahih al Bukhari, Bab. Isti'dzan alMar'ah Zaujiha bil al-Khuruj, (Program Maktabah al-Syamilah), I: 297 14 Abdul Halim Abu Syuqqah dalam buku Kebebasan Wanita (Jakarta, Gema Insani Press, 2001),dikutip kembali oleh Kartika Pemilia Lestari, dalam Jurnal Islamia, dengan Judul Studi Kritis Terhadap Tafsir Feminis, Vol. III, 110. Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 277 Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org besar. Kekerasan terhadap perempuan yang sebelum Islam marak dilakukan, bahkan setelah Islam datang masih ada praktik-praktik kekerasan terhadap perempuan, maka Nabi Saw. memberikan aturan hukum dan melarang kekerasan, kecuali kalau perempuan tersebut melakukan nusyuz sebagaimana firman Allah Swt. dalam Alquran Surat An-Nisa‟ Ayat 34. Sebelum tahap memukul harus terlebih dahulu di beri nasihat, dipisahkan dari tempat tidur, jika belum jera, baru setelah itu dipukul tetapi tidak bermaksud menyiksa, tidak membahayakan dan membekas, tidak menampar dengan tangan, tidak menampar muka, tidak mengarah pada penganiayaanatau tidak bermaksud sengaja menyakitinya. Terhadap hal ini ulama sepakat dengan merujuk pada hadis Nabi: “Jika mereka (isteri) tetap durhaka, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan (ghairu mubarrih).” Ibnu „Abbas dan „Atha‟ menganjurkan menggunakan Siwak (sikat gigi orang Arab yang terbuat dari kayu arak sebesar ibu jari dan sepanjang 5 cm).15 Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin bukan untuk membandingbandingkan antara laki-laki dan perempuan. Ajaran Islam bukan disusun berdasarkan jenis kelamin, sehingga tafsir Alquran pun tidak pernah ditulis berdasarkan hal ini. Jika pada era sekarang muncul kritik terhadap metode tafsir bahkan terhadap hadis Nabi Saw. maka perlu ditelusuri kembali secara lebih detil tentang motivasi orang yang mengatakan bahwa Islam tidak sensitif gender. Tidak ada bukti konkrit menjadi alasan utama bahwa pernyataan tentang Islam yang tidak peduli pada perempuan adalah pernyataan yang salah. Islam memberikan persamaan antara laki-laki dan perempuan, dan prinsip ini diakui oleh seluruh cendikiawan Islam serta sebagian golongan feminis, tetapi masih ada juga kelompok feminis Islam yang mengatakan bahwa Islam sama dengan agama samawi lain yang misogynist. Salah satu hadis yang dianggap memiliki pespektif bahwa perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki adalah hadis dari Abu Hurairah yang berkata: “Telah bersabda Rasulullah Saw. jagalah kaum perempuan (dengan baik), sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk (min dil’) dan sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang teratas, maka jikalau engkau berusaha meluruskannya engkau akan mematahkannya dan jika engkau biarkannya ia akan tetap bengkok, maka jagalah kaum perempuan (dengan baik)”.Dalam hadis yang lain disebutkan :“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibn Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Husain ibn „Ali dari Za‟idah dari Maisarah dari Abi Hazim dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda, “Orang yang percaya kepada Allah dan hari akhir, jika orang itu menyaksikan beberapa persoalan, orang tersebut harus mengatakannya dalam istilah yang baik atau hati-hatilah. Berwasiatlah dengan baik terhadap perempuan sebab perempuan diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah bagian yang paling atas. Jika engkau berusaha meluruskannya, engkau akan meretakkannya; dan jika engkau membiarkannya, kebengkokannya akan tetap. Oleh karena itu, berwasiat baiklah terhadap perempuan.”16 15 Dikutip kembali oleh Ratna Batara Mukti, dalam buku Advokasi Legislatif Untuk Perempuan,( LBH APIK Jakarta, 2000), 26. 16 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Dikutip kembali oleh Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, (Medan : IAIN Press, 2010), 102. 278 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org Secara harfiyyah atau literalnya hadis tersebut memiliki arti perempuan diciptakan dari tulang rusuk. Namun, persoalan yang muncul apakah pemahaman hadis tersebut secara harfiyyah sudah betul dan tepat? Mungkinkan yang dimaksudkan dan dikehendaki oleh Nabi Saw. adalah makna majazi (metafora) dan bukan makna hakiki. Bagaimanapun tidak ada satu pun hadis yang memperincikan kejadian perempuan dari tulang rusuk Adam. Ini mungkin karena apa yang ingin disampaikan Rasulullah Saw. melalui hadis ini adalah bukan tentang penciptaan Hawa, tetapi hadis tersebut merupakan pesan Rasululllah Saw. agar laki-laki bersikap lemah lembut terhadap perempuan dan tidak bersikap keras, sebab kekerasan tidak akan berpengaruh baik terhadap perempuan. Jika dianalisa dari segi bahasa, perkataan min dalam bahasa Arab biasanya bermakna dari, tetapi kadangkala min juga bisa bermakna seperti (mitsl). Jika diambil prinsip dan kaedah bahwa suatu hadis bisa ditafsirkan dengan menggunakan hadis yang lain, maka makna yang rajih (lebih tepat) bagi hadis tersebut adalah hakikat kejadian perempuan seperti tulang rusuk (ka al-dhila’) bukan dari tulang rusuk. Oleh karena itu qarinah atau bukti kesahihan makna „seperti‟ (mitsl) dalam hadis ini adalah hadis sahih yang lain, yaitu hadis riwayat Ahmad dari musnah Samrah bin Junduh.17 Tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian majazi, dalam arti bahwa hadis tersebut memperingatkan laki-laki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana. 18 Apabila ditelusuri dari ayat Alquran, maka tidak ada satupun ayat yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk, atau bahwa unsur penciptaannya berbeda dengan laki-laki. Namun sebaliknya Alquran mendukung prinsipprinsip kesamaan dan kesetaraan di hadapan Tuhan dengan menekankan unsur-unsur persamaan dalam kejadian Adam dan Hawa (perempuan).19 Sejatinya hadis Nabi tentang penciptaan perempuan tidak dipahami bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk lakilaki tetapi lebih kepada seperti tulang rusuk yang mudah patah jika tidak dipelihara secara baik. Pendapat yang menyebutkan bahwa Islam tidak sensitif gender lebih dipengaruhi oleh budaya berpikir masyarakat Eropa yang dipengaruhi oleh sejarah panjang mereka terhadap buruknya perlakuan negara, bahkan agama terhadap perempuan. Akibatnya ada pemikir Islam yang terjebak dengan pemikiran Barat, hanya dengan segelintir contoh masyarakat yang menganggap perempuan lebih rendah, akibat dari pengaruh budaya dan bukan karena Islam. Kesimpulan Perempuan dalam Islam memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki dan keduanya adalah mitra sejajar yang tidak dapat ditempatkan dalam posisi rendah atau tinggi. Tidak ada alasan dan bukti yang jelas untuk mengatakan bahwa Islam tidak menghargai perempuan. Terdapat banyak ayat Alquran yang menempatkan perempuan sederajat dengan laki-laki, bahkan hadis-hadis Nabi Saw. semuanya menjelaskan tentang hak-hak perempuan yang tidak boleh dikebiri oleh kaum laki-laki. 17 Abdul Halim Abu Syuqqah dalam buku Kebebasan, 110. Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis, 103. 19 Ibid., 104. 18 Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam| 279 Substantia, Volume 16 Nomor 2, Oktober 2014 http://substantiajurnal.org Hadis-hadis Nabi Saw. secara tegas memerintahkan jangan mempelakukan perempuan secara buruk, baahkan beliau dalam kehidupannya dikenal sebagai suami, ayah dan sahabat yang sangat baik terhadap keluarga. Dalam memberikan nasihat Nabi Saw. secara khusus mendatangi kaum perempuan jika mereka belum mendengar nasihatnya. Nabi melarang suami memukul istrinya, Nabi juga melarang suami untuk menghalangi isterinya pergi ke mesjid dan Nabi juga membolehkan perempuan berjamaah bersama beliau di mesjid. Sungguh argumentasi yang sangat tidak berdasar jika kemudian muncul pernyataan kelompok pemerhati perempuan dewasa ini yang mengatakan bahwa ada hadis yang misogynist, hanya dengan bukti lemah yang jauh dari kevalidan. Sejatinya siapapun yang mengkritik ajaran Islam harus secara arif melihat tentang mana ajaran Islam dan mana budaya yang dianut oleh masyarakat Islam, sehingga ajaran Islam yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang universal, tidak dinilai secara negatih hanya karena perilaku masyarakatnya yang tidak Islami. DAFTAR KEPUSTAKAAN Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, Jilid 2, Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Abu Daud Sulaiman bin al-'Asy al-Sijistani, Sunan Abu Daud, Bab. Fi Dharbi al-Nisa', Jilid. 2, Program Maktabah al-Syamilah. Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, Edisi Kedua, Jilid I, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Alyasa‟ Abubakar, Antara Setia dan Durhaka Ulasan Tentang Hak dan Kewajiban Suami Isteri, Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2001. Dikutip kembali oleh Ratna Batara Mukti, dalam buku Advokasi Legislatif Untuk Perempuan, LBH APIK Jakarta, 2000. Elaine Showalter (Ed.), Speaking of Gender, New York & London: Routledge, 1989. M.Quraisy Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1996. Muhammad „Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadis Ushuluh wa Musthalahuh, Beirut: Dar al Fikr, 1989. Muhammad bin Ismail Abu 'Abdullah al-Bukhari al-Ja'fi, Shahih Bukhari, Bab. Isti'dzan al-Mar'ah Zaujiha bil al-Khuruj, Jilid.1, (Program Maktabah al-Syamilah). Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, Bab. Al-Nisa' alGhazayat (Program Maktabah al-Syamilah) Ramli Abdul Wahid, Sejarah Pengkajian Hadis Di Indonesia, Medan : IAIN Press, 2010 Tim Penyusun Kamus Besar Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, 2002. 280 | Ernita Dewi: Kesetaraan Gender dalam Islam