Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014 KEPADATAN DAN DISTRIBUSI CACING TANAH DI AREAL ARBORETUM Dipterocarpaceae 1.5 Ha FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU *Martala Sari **Maya Lestari *Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning **Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning ABSTRACT: The purpose of this research is to know the correlation of density and earthworm disrtibution towart fertilizing land in Arboretum Dipterocarpaceae area 1,5 Ha in Forestry Faculty of Lancang Kuning University Pekanbaru. The research was held in Desember 2013 until January 2014. The sampling point analyzing in review was done by random sampling in each station that has done in 20 reviews. The spesies that has been found were Pheretima sp. and Lumbricus rubellus. There were some differences of earthworm density in each station. In the first station the density was 5520 ind/m3, second station density 3920 ind/m3, in the third station density 1480 ind/m3. The disribution patten of earthworm in each observation station was clasifying. Coefition correlation (r) at the first station was 0,883 with high correlation, meanwhile at the second and third station were 0,993 and 0,998 with very high correlation. The value of r2 of the first, second and third station were 0,779, 0,987 and 0,996 respectively, with the correlation to the positive ways. ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepadatan dan distribusi cacing tanah terhadap kesuburan tanah di areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru. Waktu penelitian pada bulan Desember 2013 sampai dengan Januari 2014. Penentuan titik sampling pada cuplikan dilakukan secara simple random sampling masing-masing stasiun dilakukan 20 cuplikan. Jenis yang ditemukan adalah jenis Pheretima sp. dan Lumbricus rubellus. Terdapat perbedaan kepadatan cacing tanah pada masing-masing stasiun. Pada stasiun I kepadatan 5520 ind/m3, stasiun II kepadatan 3920 ind/m3, stasiun III kepadatan 1480 ind/m3. Pola distribusi cacing tanah pada setiap stasiun pengamatan adalah mengelompok. Koofesien korelasi antar kepadatan dan distribusi terhadap kesuburan tanah pada stasiun I yaitu r adalah 0,883 yang berarti hubungannya tinggi atau kuat. Sedangkan koofesien korelasi antar kepadatan dan distribusi terhadap kesuburan tanah pada stasiun II dan III sebesar 0.993 dan 0,998 yang berarti hubungannya sangat kuat atau 93 Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014 sangat tinggi. Koofesien penentu r2 pada stasiun I, II, dan III memiliki nilai 0,779, 0,987, dan 0,996 yang berarti memiliki hubungan ke arah positif. Kata kunci : Kepadatan, Distribusi, Cacing Tanah PENDAHULUAN Arboretum merupakan tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan. Secara umum Arboretum memiliki kegunaan sebagai tempat mengkoleksi berbagai jenis pohon. Arboretum sangat layak untuk dijadikan objek wisata edukatif karena selain memiliki nilai estetika dan keindahan, di dalamnya terdapat beraneka ragam jenis flora maupun fauna untuk dijadikan objek penelitian. Arboretum dapat dijadikan sebagai solusi pemenuhan ruang terbuka hijau, konservasi keanekaragaman hayati, mitigasi perubahan iklim, serta daerah resapan air (Suhendang dalam Sianturi, 2006). Universitas Lancang Kuning merupakan salah satu lembaga pendidikan swasta yang terdapat di kota Pekanbaru. Universitas ini memiliki berbagai macam fasilitas yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Salah satunya adalah Arboretum yang bertujuan untuk tempat pratikum dan penelitian yang selain berfungsi sebagai hutan secara umum juga berfungsi sebagai penunjang kegiatan akademis. Kawasan ini berpotensi memiliki keanekaragaman hayati diantaranya dibagi kedalam beberapa blok tanam yaitu blok A, B, C, D, E dan F. Masing-masing blok dibatasi dengan jenis tumbuhan jenis Palmae, pinang-pinangan dan lain-lain dengan jarak tanam 2,5 m (Sianturi, 2006). Dwiastuti (2003) menyatakan bahwa tanah bersifat sangat penting bagi kehidupan, sehingga perlindungan kualitas dan kesehatan tanah perlu dijaga, namun banyak faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kesehatan tanah tersebut. Faktor yang mempengaruhi kualitas tanah pada bagian fisiknya adalah tekstur tanah, bahan organik, drainase, topografi dan iklim, sedang yang mempengaruhi pada bagian pengolahannya adalah intensitas pengolahan, penambahan bahan organik, aktivitas mikrobia dan Peran cacing tanah sebagai makrofauna tanah memainkan peran penting dalam ekosistem yang berhubungan dengan siklus hara dan aliran energi karena organisme ini melakukan proses pelapukan bahan organik dan akhirnya memberikan kontribusi pada faktor kesehatan tanah. Aktivitas Cacing Tanah dapat mengubah struktur tanah, aliran air tanah, dinamika hara dan pertumbuhan tanaman, keberadaannya tidak penting bagi sistem tanah yang sehat tetapi merupakan “ bioindikator” dari tanah yang sehat sehingga cacing tanah ini mempunyai fungsi menguntungkan bagi ekosistem. Aktivitas cacing tanah yang hidup didalam tanah dapat berupa aktivitas makan, pembuatan casting dan aktivitas membuat liang (burrowing). Cacing tanah memakan sisa94 Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014 sisa tanaman/seresah setelah terlebih dulu dilunakkan oleh mikroorganisme (Dwiastuti, 2003). Biasanya disebut cacing yang bersegmen-segmen atau beruas-ruas, tubuhnya terdiri dari sederetan segmen yang sama (metameri), artinya setiap segmen tersebut mempunyai organ tubuh seperti reproduksi, otot, pembuluh darah, dan sebagainya yang tersendiri tetapi segmen tersebut tetap berhubungan satu sama lain dan terkoordinasi. Terdapat selom yang besar dan jelas seperti peredaran darah, sistem saraf telah berkembang dengan baik (Rusyana, 2011). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan metode sortir tangan (hand sortir mhetod). Setelah dilakukan survei dan observasi awal maka dilakukan penentuan area cuplikan (Maftu’ah, 2005). Penentuan titik sampling pada cuplikan dilakukan secara random sampling (Gulo, 2002). Maka ditetapkan 3 stasiun pengamatan sebagai berikut (Lampiran I): 1. Stasiun I Lokasi hutan alam, dimana pada hutan alam tersebut terdapat berbagai jenis pohon diantaranya jenis balam merah, cempedak, sindur, medang, pulai, kenari, simpur. Sedangkan permukaan tanahnya terdapat serasah yang tebalnya 20-22 cm dan suhu berkisar antara 26 o C-27.5 oC. 2. Stasiun II Lokasi hutan rawa kering, dimana hutan rawa kering terdapat pada musim kemarau dan akan tergenang air pada musim hujan. 3. Dapat dilihat dari jenis tumbuhan yang hidup di lokasi tersebut seperti jenis pandan, kenari, asam kandis, terentang, gerunggung, asam kayu, bakau darat, pulai. Dimana permukaannya terdapat serasah dengan ketebalan 20 cm dan suhu berkisar antara 26.5 oC-27.9 oC. Stasiun III Lokasi lahan terbuka, yang merupakan lahan bekas teresan akasia. Disekitar lahan terbuka tersebut terdapat berbagai jenis tumbuhan diantaranya akasia, marpoyan, sendok-sendok dan laban. Ketebalan serasahnya sekitar 5-8 cm dan suhu berkisar antara 28 oC-31 oC. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 sampai dengan Januari 2014 di Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru. Identifikasi cacing tanah dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lancang Kuning. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop streo, oven, furnace, termometer, soil tester, timbangan ohause, cangkul, meteran, mistar, sarung tangan, botol, spidol, kertas label, loop, tali plastik dan kantong plastik. Sedangkan bahan yang digunakan adalah formalin 2% dan aquades. Parameter Penelitian Parameter Biologi 95 Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014 Suin (2012) menyatakan bahwa kepadatan populasi suatu jenis kelompok hewan tanah dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah per unit. Distribusi suatu jenis hewan dalam pemilihan metode disuatu habitat sering digunakan random dan akan berubah menjadi kelompok bila individu-individu tersebut mulai berketurunan. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Jenis dan Morfologi Cacing Tanah di Areal Arboretum 1.5 Ha Dipterocarpaceae Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Identifikasi jenis dan morfologi cacing tanah di areal Arboretum Dipterocarpaceae 1,5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 1 No 1 Ciri-Ciri Morfologi Bentuk 2 2 3 4 Panjang Jumlah segmen Klitelum Permukaan kulit 5 6 7 8 Prostomium Gerakan Lubang dorsal Warna tubuh: a. Dorsal b. Anterior c. Ventral d. Posterior Spesies 1 Gilik panjang/silind ris 140-170 mm 95-120 110-115 Agak licin Spesies 2 Pipih 2/3 Cepat 12/13 60-150 mm 86-195 27-32 Licin mengkilat 1/2 – 2/3 Lambat 13/14 a. a. b. c. d. Hitam kebirubiruan Hitam Bewarna coklat muda Keabuabuan b. c. d. Pheretima sp. memiliki ciri-ciri eksternal yaitu bentuk tubuh silindris, panjang tubuh 140-170 mm, jumlah segmen 108-118, klitelium 110-115, permukaan kulit agak licin, prostomium elabus 2/3, gerakan cepat, lubang dorsal 12/13, warna bagian dorsal agak kehitaman dan kebiru-biruan, bagian anterior hitam, bagian ventral berwarna coklat, dan bagian posterior berwarna kehitam-hitaman (Suin, 2012). dan spesies 2 adalah Lumbricus rubellus memiliki ciri-ciri eksternal yaitu bentuk tubuh pipih, panjang tubuh 60-150 mm, jumlah segmen 86-195, klitelium 27-32, permukaan kulit licin, prostomium elabus 1/2-2/3, gerakan lambat, lubang dorsal 13/14, warna bagian dorsal coklat kemerahan, bagian anterior ungu kemerahan, bagian ventral krem, dan bagian posterior berwarna kekuningan (Palungkun, 1999). Jumlah Individu dan Kepadatan Cacing Tanah di Areal Arboretum 1.5 Ha Dipterocarpaceae Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Jumlah individu dan kepadatan cacing tanah di areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning disajikan pada Tabel 4.2. Coklat kemer ahan Ungu kemer ahan Krem Kekun ingan Sumber: Analisis Data Penelitian Berdasarkan Tabel 1 ditemukan dua spesies cacing tanah di areal Arboretum Dipterocarpaceae Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning spesies 1 dan spesies 2. Setelah diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri tersebut dengan menggunakan kunci determinasi maka diperoleh hasil yaitu spesies 1 adalah jenis cacing tanah 96 Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014 Tabel 2 Stasi un A 1 80 2 57 3 Juml ah 21 15 8 Jenis Cacing Tanah Pheretima sp. Lumbricus rubellus B C Juml A B C Juml ah ah 2 1 122 58 2 1 93 6 6 4 1 1 8 80 41 1 7 60 5 2 8 6 35 16 5 4 25 4 3 237 11 4 2 178 9 0 5 3 2 Juml ah 215 140 60 415 Sumber: Analisis Data Penelitian Keterangan : A : Kedalaman 0-10 cm B : Kedalaman 10-20 cm C : Kedalaman 20-30 cm Berdasarkan Tabel 2, ditemukan dua spesies cacing tanah pada areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning yaitu Pheretima sp. dan Lumbricus rubellus. Kedua jenis tersebut banyak ditemukan pada kedalaman 0-10 cm dari permukaan tanah karena pada kedalaman ini banyak tersedia bahan organik. Sedangkan pada kedalaman 20-30 cm jumlah cacing tanah yang ditemukan mulai sedikit. Hal ini dikarenakan bahan organik tanah mulai sedikit. Suin (2012) menyatakan bahwa semakin bertambahnya kedalaman, kandungan bahan organik tanahpun mulai berkurang sehingga sangat menentukan keberadaan hewan tanah. Jumlah individu cacing tanah tertinggi ditemukan pada stasiun I yaitu 215 individu dan terendah pada stasiun III yaitu 60 individu. Tingginya jumlah individu cacing tanah pada stasiun I dikarenakan pada stasiun ini kandungan bahan organik tanah lebih tinggi pada stasiun lainnya yaitu berkisar antara 9,21-11,32% (Tabel 4.5) sebagai makanannya. Berhubungan bahwa stasiun ini paling tinggi serasah daun dibandingkan stasiun yang lainnya sebagai sumber bahan organik bagi cacing tanah. Bahan organik merupakan sumber energi bagi makrofauna tanah termasuk cacing tanah. Tingginya bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi cacing tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Cacing tanah mengurai bahan organik 3-5 lebih cepat dibandingkan proses penguraian sampah secara alami (Nurhayati dalam Hatta, 2010). Tingginya jumlah individu cacing tanah pada stasiun I selain dipengaruhi oleh kadar organik tanah yang tinggi, hal ini diduga pH tanah juga mendukung kehidupan cacing tanah. pH pada stasiun ini berkisar antara 5,9-6,7. Cacing tanah jenis Pheretima sp. dan Lumbricus rubellus hidup pada suhu berkisar antara 6.5-8.5 0C. Rendahnya jumlah individu pada stasiun III diduga karena kandungan bahan organiknya yang rendah yaitu berkisar antara 3,21-5.25% (Tabel 4.5). selain itu hasil pengukuran pH yang berkisar antara 5,5-5,8 (Tabel 4.7) menunjukan kondisi yang terlalu asam bagi cacing tanah. Menurut Pramanik (2007), kemampuan cacing tanah dalam mengkonsumsi bahan organik. Pheretima sp. merupakan jenis yang paling banyak ditemukan pada penelitian. Ciri-ciri cacing tanah tersebut adalah segmennya mencapai 95-150, kliteliumnya terletak pada segmen 14-16, tubuhnya terletak pada gilik panjang dan silindris, berwarna merah keunguan dan panjang tubuhnya 20-174 mm (Suin, 2012). Jumlah tertinggi ditemukan pada stasiun I yaitu 122 individu (Tabel 4.2). Stasiun ini merupakan lingkungan yang cocok untuk kehidupan cacing tanah karena faktor fisika-kimia tanah sangat mendukung untuk kehidupannya, terutama ketersediaan bahan organik yang melimpah berupa ketersediaannya serasah daun pada permukaan tanah dan jumlah menurun apabila kadar organik tanahnya juga rendah. Hal tersebut terlihat pada stasiun III dimana dengan kadar organik 5.25 % (Tabel 4.5) 97 Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014 jumlah individunya juga rendah yaitu 35 individu. Pheretima sp. termasuk kelompok hewan tanah yang mengkonsumsi bahan organik dipermukaan tanah. Hasil penelitian Hatta (2010) Pheretima sp. mampu mengurai sampah organik sebagai sumber bahan makanan bagi cacing tanah. Cacing tanah jenis Lumbricus rubellus merupakan jenis kedua yang banyak ditemukan. Adapun ciri-ciri cacing tersebut adalah memiliki segmen sekitar 90-195, klitelium terletak pada segmen 27-32, bentuk tubuh pipih, bagian atas tubuhnya berwarna merah kecoklatan atau merah ungu sedangkan permukaan bawah berwarna pucat, dan panjang tubuhnya 60-150 mm. Jumlah individu tertinggi juga ditemukan pada stasiun I yaitu 93 individu dan terendah pada stasiun III dengan 25 individu. Jumlah individu cacing tanah menentukan kepadatan cacing tanah disuatu daerah. Selain itu, faktor fisika-kimia tanah dan ketersediaan makanan juga menentukan kepadatannya. Adapun kepadatan cacing tanah di areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Stasiun 1 2 3 Kedalaman( cm) 0-10 10-20 20-30 0-10 10-20 20-30 0-10 10-20 20-30 Kepadatan cacing tanah (ind/m3) 5520 2000 1080 3920 1080 600 1480 520 400 Sumber: Analisis Data Penelitian Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa kepadatan cacing tanah pada setiap stasiun berbeda. Kepadatan tertinggi ditemukan pada stasiun I yaitu 5520 ind/m3. Sedang kepadatan terendah cacing tanah ditemukan pada stasiun III yaitu 400 ind/m3. Adanya perbedaan kepadatan cacing tanah pada masing-masing stasiun disebabkan oleh perbedaan faktor fisika-kimia tanah seperti suhu, pH, kandungan air tanah, kelembaban tanah serta kandungan organik tanah. Tingginya kepadatan cacing tanah pada stasiun I dikarenakan oleh tingginya kadar organik tanah yang berkisar antara 9.21-11.32% (Tabel 4.5). Hal ini disebabkan oleh banyaknya tumpukan serasah daun yang terdapat pada stasiun ini yang merupakan sumber nutrisi bagi cacing tanah. Faktor makanan atau nutrisi merupakan faktor yang penting dalam menentukan bertambah atau berkurangnya jumlah individu cacing tanah. Bahan organik tanah merupakan sumber energi utama bagi kehidupan cacing tanah. Selain itu hasil pengukuran faktor fisika-kimia tanah (Tabel 4.5) juga menunjukan kondisi yang cocok untuk kehidupan cacing tanah pada stasiun ini. Sehingga stasiun I merupakan lingkungan yang dikehendaki oleh cacing tanah. Stasiun III memilki kepadatan cacing tanah terendah yaitu 400 ind/m3. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kadar organik tanah dibandingkan dengan stasiun lainnya yaitu 3.21-5.25%. Stasiun ini merupakan dimana serasah daun yang paling rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya yang merupakan bahan organik untuk makanan bagi hewan tanah yaitu cacing tanah. Untuk mempermudah melihat kepadatan cacing tanah maka dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini : Gambar 1 Grafik Kepadatan Jenis-Jenis Cacing Tanah 98 Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014 Pola Distribusi Cacing Tanah Pola distribusi cacing tanah dipengaruhi oleh faktor-kimia tanah dan ketersediaan makanan yang cukup tinggi. Pola distribusi cacing tanah di areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Stasiun Kedalaman cm 1 2 3 0-10 10-20 20-30 0-10 10-20 20-30 0-10 10-20 20-30 Id 1.069 1.302 1.927 1.045 1.443 2.309 1.353 2.224 3.444 Pola Distribusi Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa pola distribusi cacing tanah pada areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning adalah mengelompok. Hal tersebut karena spesies mempunyai tanggapan yang sama terhadap faktor lingkungan, terutama faktor fisika-kimia tanah sehingga untuk melangsungkan aktivitas hidupnya individuindividu tersebut tersebar secara mengelompok. Menurut Suin (2012), bahwa kebanyakan hewan di alam distribusinya mengelompok, yang mana mereka memilih hidup pada habitat yang paling sesuai baginya tanah, baik sesuai dengan faktor fisika-kimia tanah maupun ketersediaan makanan. Kandungan Organik dan Kandungan Air Tanah Faktor lingkungan sangat menentukan kehidupan cacing tanah. Hasil pengukuran faktor fisika-kimia tanah di Areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 5 Parameter No 1 2 Kandungan Air Tanah (%) Kandungan Organik Tanah (%) Kedalaman (cm) Stasiun I II III 0-10 21.75 12.6 15.8 10-20 22.85 12.35 17.75 20-30 23.1 17.3 18.35 0-10 11.32 9.37 5.25 10-20 10.58 5.65 3.54 20-30 9.21 5.21 3.21 Sumber: Analisis Data Penelitian Data pada Tabel 5 menunjukan bahwa kandungan air tanah di areal Arboretum Dipterocarpaceae Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning berkisar antara 15.8-23.1%. Kadar air tanah tertinggi ditemukan pada stasiun I yaitu 23.1%. Pada kedalaman 20-30 cm sedangkan terendah pada stasiun III yaitu 15.8% pada kedalaman 0-10 cm dari permukaan tanah. Tingginya kandungan air tanah pada stasiun I disebabkan kurangnya penetrasi cahaya matahari yang dihalangi oleh serasah daun yang belum terdekomposisi dengan sempurna. Sedangkan pada stasiun III kondisi permukaan tanah terdedah langsung dengan cahaya matahari sehingga mempengaruhi kadar air tanah pada stasiun ini menjadi lebih rendah. Cacing tanah akan bergerak ketempat yang lebih tinggi kandungan airnya karena 75-90% tubuhnya terdiri dari air sehingga menghindari terjadinya dehidrasi yang sangat menentukan bagi kehidupan cacing tanah (Qudratullah, 2013). Brata dalam Hatta (2010) menyatakan bahwa perlakuan terhadap cacing tanah dengan penambahan 30% meningkatkan bobot badan cacing tanah jenis Lumbricus rubellus dan Eusenia foetida, sehingga laju produktivitasnya meningkat.sedangkan kurangnya air akan menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan cacing tanah terutama kemampuan mengkonsumsi bahan organik dan mengurangi nafsu makan 99 Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014 sehingga produktivitasnya rendah maupun sebaliknya. Kandungan bahan organik di areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning berkisar antara 3.21-11.32%. Kandungan bahan organik tanah tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 11.32% pada kedalaman 0-10 cm karena pada stasiun ini permukaan tanahnya ditimbuni oleh serasah daun yang belum terdekomposisi sehingga penyediaan sumber makanan bagi cacing tanah. Selain sebagai sumber makanan, bahan organik juga digunakan sebagai tempat berlindungnya dari tekanan lingkungan. Semakin banyak bahan organik yang tersedia maka jumlah individu makrofauna tanah termasuk juga cacing tanah akan semakin bertambah, karena mampu melindungi diri dari tekanan lingkungan baik dari tingginya suhu maupun kemungkinan adanya predator. Sedangkan kandungan bahan organik terendah terdapat pada stasiun III yaitu 3,21% pada kedalaman 20-30 cm. Hal ini disebabkan serasah daun dipermukaan tanahnya telah terdekomposisi. Hasil uji normalitas yang telah dianalisis dapat dilihat pada Tabel 6: Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Sampel Kepadatan Distribusi Asymp. Sig. (2tailed) 0.632 0.737 α Keputusan Keterangan 0,01 0,01 Terima H0 Terima H0 Normal Normal Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat untuk uji normalitas dengan taraf kepercayaan 1% (α 0,01), Asymp. Sig (2-tailed) dengan nilai 0,691 > 0,01diperoleh keputusan terima H0 yang artinya data berdistribusi normal. Faktor Fisika-Kimia Tanah di Areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Faktor lingkungan sangat menentukan kehidupan cacing tanah. Hasil pengukuran faktor fisika-kimia tanah di Areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 7 Parameter No 1 Suhu (oC) 2 pH 3 Kelembab an Tanah (%) Kedalaman (cm) 0-10 I 27.5 Stasiun II 27.9 III 31 10-20 20-30 0-10 10-20 20-30 0-10 10-20 20-30 26.7 26 6.7 6.4 5.9 45.7 46.2 46.8 27 26.5 6 5.7 5.6 40 42.7 42.9 29 28 5.8 5.7 5.5 38 38.8 38.9 Sumber: Analisis Data Penelitian Data pada Tabel 7 menunjukan bahwa suhu pada Arboretum tersebut berkisar antara 26-31oC. Suhu tertnggi terdapat pada III yaitu 30oC. Sedang suhu terendah pada stasiun I yaitu 26oC. Tingginya suhu pada stasiun III disebabkan oleh kondisi permukaan tanahnya mendapatkan intensitas cahaya matahari yang tinggi, dimana serasa daun pada permukaan tanah sedikit dikarenakan dilokasi ini jarangnya pohon yang tumbuh sehingga matahari menembus langsung pada permukaan tanah diikuti menurunnya individu cacing tanah. Hal ini menunjukan bahwa cacing tanah cendrung tidak menyukai adanya cahaya. Seiring dengan itu tingginya suhu akan mempengaruhi proses fsikologis kehidupan cacing tanah dan suhu yang normal untuk kehidupan cacing tanah adalah 20-290C (Pramanik, 2007). Rendahnya suhu pada stasiun I yaitu 26-27,5oC disebabkan oleh kondisi permukaan tanah yang tertutup oleh serasah daun yang belum terdekomposisi dengan sempurna sehingga cahaya matahari tidak menembus langsung permukaan tanah. pH tanah pada ketiga stasiun tersebut berkisar antara 5,5-6,7. pH tertinggi ditemukan pada stasiun I yaitu 6,7 pada kedalaman 0-10 cm. Kondisi ini sangat 100 Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014 mendukung untuk kehidupan cacing tanah karena untuk pertumbuhan yang baik dan optimum bagi cacing tanah diperlukan pH 67,2 (Pramanik, 2007). Sedangkan pH terendah pada stasiun III yaitu 5,5 pada kedalaman 20-30 cm. Cacing tanah sangat sensitif terhadap kadar keasaman yang dianggap sebagai faktor pembatas dalam penyebaran dan menentukan jumlah cacing tanah disuatu daerah. Kelembaban tanah pada areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning berkisar antara 38-46,8%. Kelembaban tertinggi pada stasiun I yaitu 46,8% pada kedalaman 20-30 cm dan terendah ditemukan pada stasiun III yaitu 38% pada kedalaman 0-10 cm. Secara umum kelembaban pada areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning sangat baik untuk kehidupan cacing tanah karena kelembaban tanah yang ideal 15-30% (Suin, 2012). Secara umum, kondisi lingkungan pada areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning cocok untuk kehidupan cacing tanah baik suhu tanah, kandungan air tanah, kandungan organik tanah, maupun kelembaban tanah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antar kepadatan dan distribusi cacing tanah terhadap kesuburan tanah pada kawasan Arboretum Dipterocarpaceae 1,5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning. Jenis yang ditemukan adalah jenis Pheretima sp. dan Lumbricus rubellus. Perbedaan kepadatan cacing tanah pada masing-masing stasiun. Pada stasiun I kepadatan 5520 ind/m3, stasiun II kepadatan 3920 ind/m3, stasiun III kepadatan 1480 ind/m3. Pola distribusi cacing tanah pada setiap stasiun pengamatan adalah mengelompok. Faktor fisika dan kimia yang terdapat di areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning berbeda sebagai penentu tingkat kepadatan dan distribusinya, semakin tinggi kadar organik dan faktor pendukung lainnya akan menentukan kehidupan cacing tanah. Berdasarkan analisis korelasi berganda maka diperoleh perbedaan nlai korelasi pada masing-masing stasiun. Stasiun I yaitu r adalah 0,883 berarti hubungan kepadatan dan distribusi terhadap kesuburan tanah adalah tinggi atau kuat. Sedangkan r2 adalah 0,779 hal ini berarti hubungan kepadatan dan distribusi terhadap kesuburan tanah memiliki hubungan ke arah positif. Pada stasiun II yaitu r adalah 0,993 berarti hubungan kepadatan dan distribusi terhadap kesuburan tanah adalah sangat tinggi atau sangat kuat. Sedangkan r2 adalah 0,987 hal ini berarti hubungan kepadatan dan distribusi terhadap kesuburan tanah memiliki hubungan ke arah positif. Sedangkan pada stasiun III yaitu r adalah 0,998 berarti hubungan kepadatan dan distribusi terhadap kesuburan tanah adalah sangat tinggi atau sangat kuat. Sedangkan r 2 adalah 0,996 hal ini berarti hubungan kepadatan dan distribusi terhadap kesuburan tanah memiliki hubungan ke arah positif. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebaiknya perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang laju dekomposisi bahan organik oleh cacing tanah pada berbagai tipe habitat di lahan Arboretum Universitas Lancang Kuning. 101 Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014 DAFTAR PUSTAKA Adianto. 2004. Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah (Pontoscolex corethrurus Fr Mull) Terhadap Sifat Fisika Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.Wilczek) Varietas Walet. Jurnal Matematika dan Sains Vol. 9(1) : 175182 Afriani. 2013. Hubungan Kepadatan Dan Distribusi Cacing Tanah (Pheretima sp.) Sebagai Bioindikator Tingkat Kesuburan Tanah Di Kawasan Lahan Pertanian Lppm Universitas Lancang Kuning. Skripsi pendidikan biologi FKIP UNILAK. Pekanbaru. [Tidak diterbitkan]. Dhelanila. 2012. Sistem Pernapasan. http://dhelanila.com.id. [6 Juli 2013]. Dwiastuti. 2013. Kajian Tentang Kontribusi Cacing Tanah dan Perannya Terhadap Lingkungan Kaitannya Dengan Kualitas Tanah. Skripsi biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. [Tidak diterbitkan]. Erlinda. 2011. Kepadatan Dan Distribusi Cacing Tanah Diperkebunan Kelapa Sawit PT. Guna Dodos Dan Perkebunan Masyarakat Didesa Sekijang Kabupaten Pelalawan. Skripsi pendidikan biologi FKIP UNRI. Pekanbaru. [Tidak diterbitkan]. Erwita. 2012. Cacing Tanah Terhadap Pemberian Serasah. http://arsipblog.web.id. [22 September 2013]. Gulo,W. 2002. Metodologi Penelitian. Grasindo. Jakarta Hasan Iqbal. 2010. Analisis Data Penilitian dengan Statistik. Bumi Aksara. Hatta, M. 2010. Kepadatan dan Distribusi Cacing Tanah di TPA. Skripsi pendidikan biologi FKIP UNRI. Pekanbaru. [Tidak diterbitkan] Isharmanto. 2012. Biologi Cacing Tanah. http://biologigonz.co.id. [16 Juni 2013]. Lestari, S.U. 2012. Bahan Ajar DasarDasar Ilmu Tanah. Universitas Lancang Kuning. Pekanbaru. Maftu’ah Eni. 2005. Potensi Makrofauna Tanah Sebagai Bioindikator Kualitas Tanah Gambut. Jurnal Bioscientiae Vol 2(1) : 1-14.Anah SebBioi2, Nom Mitanhamy. 2011. Annelida. http://contohlaporan-annelida blogspot.com. [16 Juni 2013]. Palungkun, R. 1999. Suksesi Beternak Cacing tanah Lumbricus rubellus. Penebar Swadaya: Jakarta. Pramanik. 2007. Vermicomposting. Skripsi Institut Pertanian Bogor. [Tidak diakses] Qudratullah. 2013. Keanekaragaman Cacing Tanah (Oligochaeta) Pada Tiga Habitat. Jurnal Protobiont Vol 2 (2) : 56-62. Riyanto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman di Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. Jurnal Penelitian Sains Vol 10 (2) : 241-253. Rusyana. 2011. Zoologi Invetebrata. Erlangga. Jakarta. Sianturi. 2006. Komunitas Serangga di Arboretum Dipterocarpaceae. Skripsi Fakultas Kehutanan UNILAK. Pekanbaru. [Tidak diterbitkan] Siklus. 2011. Arboretum. http://siklus.lmb.its.ac.id. [2 Juli 2013]. Sofyan. 2007. Karakter dan Pertumbuhan Cacing Tanah Lokal pada Media Mengandung Limbah Tanaman Pisang Serta Jerami Padi. Skripsi 102 Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014 Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang. [Tidak diterbitkan]. Subowo. 2011. Peran Cacing Tanah Kelompok Endogaesis Dalam Meningkatkan Efisiensi Pengolahan Tanah Lahan Kering. Jurnal Litbang Pertanian Vol 30 (4). Suin, N.M. 2012. Ekologi Hewan Tanah. Bumi aksara. Jakarta. 103