KEPADATAN DAN DISTRIBUSI CACING TANAH DI AREAL

advertisement
Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014
KEPADATAN DAN DISTRIBUSI CACING TANAH DI AREAL ARBORETUM
Dipterocarpaceae 1.5 Ha FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS
LANCANG KUNING PEKANBARU
*Martala Sari
**Maya Lestari
*Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning
**Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning
ABSTRACT: The purpose of this research is to know the correlation of density and earthworm
disrtibution towart fertilizing land in Arboretum Dipterocarpaceae area 1,5 Ha in Forestry
Faculty of Lancang Kuning University Pekanbaru. The research was held in Desember 2013
until January 2014. The sampling point analyzing in review was done by random sampling in
each station that has done in 20 reviews. The spesies that has been found were Pheretima sp.
and Lumbricus rubellus. There were some differences of earthworm density in each station. In
the first station the density was 5520 ind/m3, second station density 3920 ind/m3, in the third
station density 1480 ind/m3. The disribution patten of earthworm in each observation station was
clasifying. Coefition correlation (r) at the first station was 0,883 with high correlation,
meanwhile at the second and third station were 0,993 and 0,998 with very high correlation. The
value of r2 of the first, second and third station were 0,779, 0,987 and 0,996 respectively, with
the correlation to the positive ways.
ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepadatan dan
distribusi cacing tanah terhadap kesuburan tanah di areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha
Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru. Waktu penelitian pada bulan
Desember 2013 sampai dengan Januari 2014. Penentuan titik sampling pada cuplikan dilakukan
secara simple random sampling masing-masing stasiun dilakukan 20 cuplikan. Jenis yang
ditemukan adalah jenis Pheretima sp. dan Lumbricus rubellus. Terdapat perbedaan kepadatan
cacing tanah pada masing-masing stasiun. Pada stasiun I kepadatan 5520 ind/m3, stasiun II
kepadatan 3920 ind/m3, stasiun III kepadatan 1480 ind/m3. Pola distribusi cacing tanah pada
setiap stasiun pengamatan adalah mengelompok. Koofesien korelasi antar kepadatan dan
distribusi terhadap kesuburan tanah pada stasiun I yaitu r adalah 0,883 yang berarti hubungannya
tinggi atau kuat. Sedangkan koofesien korelasi antar kepadatan dan distribusi terhadap kesuburan
tanah pada stasiun II dan III sebesar 0.993 dan 0,998 yang berarti hubungannya sangat kuat atau
93
Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014
sangat tinggi. Koofesien penentu r2 pada stasiun I, II, dan III memiliki nilai 0,779, 0,987, dan
0,996 yang berarti memiliki hubungan ke arah positif.
Kata kunci : Kepadatan, Distribusi, Cacing Tanah
PENDAHULUAN
Arboretum
merupakan
tempat
berbagai
pohon
ditanam
dan
dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian
atau pendidikan. Secara umum Arboretum
memiliki
kegunaan
sebagai
tempat
mengkoleksi
berbagai
jenis
pohon.
Arboretum sangat layak untuk dijadikan
objek wisata edukatif karena selain memiliki
nilai estetika dan keindahan, di dalamnya
terdapat beraneka ragam jenis flora maupun
fauna untuk dijadikan objek penelitian.
Arboretum dapat dijadikan sebagai solusi
pemenuhan ruang terbuka hijau, konservasi
keanekaragaman hayati, mitigasi perubahan
iklim, serta daerah resapan air (Suhendang
dalam Sianturi, 2006).
Universitas
Lancang
Kuning
merupakan salah satu lembaga pendidikan
swasta yang terdapat di kota Pekanbaru.
Universitas ini memiliki berbagai macam
fasilitas yang dapat mendukung proses
belajar mengajar. Salah satunya adalah
Arboretum yang bertujuan untuk tempat
pratikum dan penelitian yang selain
berfungsi sebagai hutan secara umum juga
berfungsi sebagai penunjang kegiatan
akademis. Kawasan ini berpotensi memiliki
keanekaragaman hayati diantaranya dibagi
kedalam beberapa blok tanam yaitu blok A,
B, C, D, E dan F. Masing-masing blok
dibatasi dengan jenis tumbuhan jenis
Palmae, pinang-pinangan dan lain-lain
dengan jarak tanam 2,5 m (Sianturi, 2006).
Dwiastuti (2003) menyatakan bahwa
tanah bersifat sangat penting bagi
kehidupan, sehingga perlindungan kualitas
dan kesehatan tanah perlu dijaga, namun
banyak faktor yang dapat menurunkan
kualitas dan kesehatan tanah tersebut. Faktor
yang mempengaruhi kualitas tanah pada
bagian fisiknya adalah tekstur tanah, bahan
organik, drainase, topografi dan iklim,
sedang yang mempengaruhi pada bagian
pengolahannya
adalah
intensitas
pengolahan, penambahan bahan organik,
aktivitas mikrobia dan Peran cacing tanah
sebagai makrofauna tanah memainkan peran
penting dalam ekosistem yang berhubungan
dengan siklus hara dan aliran energi karena
organisme ini melakukan proses pelapukan
bahan organik dan akhirnya memberikan
kontribusi pada faktor kesehatan tanah.
Aktivitas Cacing Tanah dapat mengubah
struktur tanah, aliran air tanah, dinamika
hara
dan
pertumbuhan
tanaman,
keberadaannya tidak penting bagi sistem
tanah yang sehat tetapi merupakan “
bioindikator” dari tanah yang sehat
sehingga cacing tanah ini mempunyai fungsi
menguntungkan bagi ekosistem. Aktivitas
cacing tanah yang hidup didalam tanah
dapat berupa aktivitas makan, pembuatan
casting dan aktivitas membuat liang
(burrowing). Cacing tanah memakan sisa94
Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014
sisa tanaman/seresah setelah terlebih dulu
dilunakkan oleh mikroorganisme (Dwiastuti,
2003).
Biasanya
disebut
cacing
yang
bersegmen-segmen
atau
beruas-ruas,
tubuhnya terdiri dari sederetan segmen yang
sama (metameri), artinya setiap segmen
tersebut mempunyai organ tubuh seperti
reproduksi, otot, pembuluh darah, dan
sebagainya yang tersendiri tetapi segmen
tersebut tetap berhubungan satu sama lain
dan terkoordinasi. Terdapat selom yang
besar dan jelas seperti peredaran darah,
sistem saraf telah berkembang dengan baik
(Rusyana, 2011).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
korelasional dengan menggunakan metode
sortir tangan (hand sortir mhetod). Setelah
dilakukan survei dan observasi awal maka
dilakukan
penentuan
area
cuplikan
(Maftu’ah, 2005). Penentuan titik sampling
pada cuplikan dilakukan secara random
sampling (Gulo, 2002). Maka ditetapkan 3
stasiun
pengamatan
sebagai
berikut
(Lampiran I):
1. Stasiun I
Lokasi hutan alam, dimana pada hutan
alam tersebut terdapat berbagai jenis
pohon diantaranya jenis balam merah,
cempedak, sindur, medang, pulai,
kenari, simpur. Sedangkan permukaan
tanahnya terdapat serasah yang tebalnya
20-22 cm dan suhu berkisar antara 26
o
C-27.5 oC.
2. Stasiun II
Lokasi hutan rawa kering, dimana hutan
rawa kering terdapat pada musim
kemarau dan akan tergenang air pada
musim hujan.
3.
Dapat dilihat dari jenis tumbuhan yang
hidup di lokasi tersebut seperti jenis
pandan, kenari, asam kandis, terentang,
gerunggung, asam kayu, bakau darat,
pulai. Dimana permukaannya terdapat
serasah dengan ketebalan 20 cm dan
suhu berkisar antara 26.5 oC-27.9 oC.
Stasiun III
Lokasi lahan terbuka, yang merupakan
lahan bekas teresan akasia. Disekitar
lahan terbuka tersebut terdapat berbagai
jenis tumbuhan diantaranya akasia,
marpoyan, sendok-sendok dan laban.
Ketebalan serasahnya sekitar 5-8 cm
dan suhu berkisar antara 28 oC-31 oC.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Desember 2013 sampai dengan Januari
2014 di Arboretum Dipterocarpaceae 1.5
Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang
Kuning Pekanbaru. Identifikasi cacing tanah
dilakukan di Laboratorium Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lancang Kuning.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah mikroskop streo, oven, furnace,
termometer, soil tester, timbangan ohause,
cangkul, meteran, mistar, sarung tangan,
botol, spidol, kertas label, loop, tali plastik
dan kantong plastik. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah formalin 2% dan aquades.
Parameter Penelitian
Parameter Biologi
95
Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014
Suin (2012) menyatakan bahwa
kepadatan populasi suatu jenis kelompok
hewan tanah dapat dinyatakan dalam bentuk
jumlah per unit. Distribusi suatu jenis hewan
dalam pemilihan metode disuatu habitat
sering digunakan random dan akan berubah
menjadi kelompok bila individu-individu
tersebut mulai berketurunan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Jenis dan Morfologi Cacing
Tanah di Areal Arboretum 1.5 Ha
Dipterocarpaceae Fakultas Kehutanan
Universitas Lancang Kuning
Identifikasi jenis dan morfologi cacing
tanah di areal Arboretum Dipterocarpaceae
1,5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas
Lancang Kuning Pekanbaru disajikan pada
Tabel 4.1.
Tabel 1
No
1
Ciri-Ciri Morfologi
Bentuk
2
2
3
4
Panjang
Jumlah segmen
Klitelum
Permukaan kulit
5
6
7
8
Prostomium
Gerakan
Lubang dorsal
Warna tubuh:
a.
Dorsal
b. Anterior
c.
Ventral
d.
Posterior
Spesies 1
Gilik
panjang/silind
ris
140-170 mm
95-120
110-115
Agak licin
Spesies 2
Pipih
2/3
Cepat
12/13
60-150 mm
86-195
27-32
Licin
mengkilat
1/2 – 2/3
Lambat
13/14
a.
a.
b.
c.
d.
Hitam
kebirubiruan
Hitam
Bewarna
coklat
muda
Keabuabuan
b.
c.
d.
Pheretima sp. memiliki ciri-ciri eksternal
yaitu bentuk tubuh silindris, panjang tubuh
140-170 mm, jumlah segmen 108-118,
klitelium 110-115, permukaan kulit agak
licin, prostomium elabus 2/3, gerakan cepat,
lubang dorsal 12/13, warna bagian dorsal
agak kehitaman dan kebiru-biruan, bagian
anterior hitam, bagian ventral berwarna
coklat, dan bagian posterior berwarna
kehitam-hitaman (Suin, 2012). dan spesies 2
adalah Lumbricus rubellus memiliki ciri-ciri
eksternal yaitu bentuk tubuh pipih, panjang
tubuh 60-150 mm, jumlah segmen 86-195,
klitelium 27-32, permukaan kulit licin,
prostomium elabus 1/2-2/3, gerakan lambat,
lubang dorsal 13/14, warna bagian dorsal
coklat kemerahan, bagian anterior ungu
kemerahan, bagian ventral krem, dan bagian
posterior berwarna kekuningan (Palungkun,
1999).
Jumlah Individu dan Kepadatan Cacing
Tanah di Areal Arboretum 1.5 Ha
Dipterocarpaceae Fakultas Kehutanan
Universitas Lancang Kuning
Jumlah individu dan kepadatan cacing
tanah di areal Arboretum Dipterocarpaceae
1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas
Lancang Kuning disajikan pada Tabel 4.2.
Coklat
kemer
ahan
Ungu
kemer
ahan
Krem
Kekun
ingan
Sumber: Analisis Data Penelitian
Berdasarkan Tabel 1 ditemukan dua
spesies cacing tanah di areal Arboretum
Dipterocarpaceae
Fakultas Kehutanan
Universitas Lancang Kuning spesies 1 dan
spesies 2. Setelah diidentifikasi berdasarkan
ciri-ciri tersebut dengan menggunakan kunci
determinasi maka diperoleh hasil yaitu
spesies 1 adalah jenis cacing tanah
96
Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014
Tabel 2
Stasi
un
A
1
80
2
57
3
Juml
ah
21
15
8
Jenis Cacing Tanah
Pheretima sp.
Lumbricus rubellus
B C Juml
A
B C Juml
ah
ah
2
1
122
58
2
1
93
6
6
4
1
1
8
80
41
1
7
60
5
2
8
6
35
16
5
4
25
4
3
237
11
4
2
178
9
0
5
3
2
Juml
ah
215
140
60
415
Sumber: Analisis Data Penelitian
Keterangan :
A : Kedalaman 0-10 cm
B : Kedalaman 10-20 cm
C : Kedalaman 20-30 cm
Berdasarkan Tabel 2, ditemukan dua
spesies cacing tanah pada areal Arboretum
Dipterocarpaceae
1.5
Ha
Fakultas
Kehutanan Universitas Lancang Kuning
yaitu Pheretima sp. dan Lumbricus rubellus.
Kedua jenis tersebut banyak ditemukan pada
kedalaman 0-10 cm dari permukaan tanah
karena pada kedalaman ini banyak tersedia
bahan organik. Sedangkan pada kedalaman
20-30 cm jumlah cacing tanah yang
ditemukan
mulai
sedikit.
Hal
ini
dikarenakan bahan organik tanah mulai
sedikit. Suin (2012) menyatakan bahwa
semakin
bertambahnya
kedalaman,
kandungan bahan organik tanahpun mulai
berkurang sehingga sangat menentukan
keberadaan hewan tanah.
Jumlah individu cacing tanah tertinggi
ditemukan pada stasiun I yaitu 215 individu
dan terendah pada stasiun III yaitu 60
individu. Tingginya jumlah individu cacing
tanah pada stasiun I dikarenakan pada
stasiun ini kandungan bahan organik tanah
lebih tinggi pada stasiun lainnya yaitu
berkisar antara 9,21-11,32% (Tabel 4.5)
sebagai makanannya. Berhubungan bahwa
stasiun ini paling tinggi serasah daun
dibandingkan stasiun yang lainnya sebagai
sumber bahan organik bagi cacing tanah.
Bahan organik merupakan sumber energi
bagi makrofauna tanah termasuk cacing
tanah. Tingginya bahan organik dalam tanah
akan menyebabkan aktivitas dan populasi
cacing tanah meningkat, terutama yang
berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan
mineralisasi bahan organik. Cacing tanah
mengurai bahan organik 3-5 lebih cepat
dibandingkan proses penguraian sampah
secara alami (Nurhayati dalam Hatta, 2010).
Tingginya jumlah individu cacing
tanah pada stasiun I selain dipengaruhi oleh
kadar organik tanah yang tinggi, hal ini
diduga pH tanah juga mendukung kehidupan
cacing tanah. pH pada stasiun ini berkisar
antara 5,9-6,7. Cacing tanah jenis Pheretima
sp. dan Lumbricus rubellus hidup pada suhu
berkisar antara 6.5-8.5 0C.
Rendahnya jumlah individu pada
stasiun III diduga karena kandungan bahan
organiknya yang rendah yaitu berkisar
antara 3,21-5.25% (Tabel 4.5). selain itu
hasil pengukuran pH yang berkisar antara
5,5-5,8 (Tabel 4.7) menunjukan kondisi
yang terlalu asam bagi cacing tanah.
Menurut Pramanik (2007), kemampuan
cacing tanah dalam mengkonsumsi bahan
organik.
Pheretima sp. merupakan jenis yang
paling banyak ditemukan pada penelitian.
Ciri-ciri cacing tanah tersebut adalah
segmennya mencapai 95-150, kliteliumnya
terletak pada segmen 14-16, tubuhnya
terletak pada gilik panjang dan silindris,
berwarna merah keunguan dan panjang
tubuhnya 20-174 mm (Suin, 2012).
Jumlah tertinggi ditemukan pada
stasiun I yaitu 122 individu (Tabel 4.2).
Stasiun ini merupakan lingkungan yang
cocok untuk kehidupan cacing tanah karena
faktor fisika-kimia tanah sangat mendukung
untuk kehidupannya, terutama ketersediaan
bahan organik yang melimpah berupa
ketersediaannya
serasah
daun
pada
permukaan tanah dan jumlah menurun
apabila kadar organik tanahnya juga rendah.
Hal tersebut terlihat pada stasiun III dimana
dengan kadar organik 5.25 % (Tabel 4.5)
97
Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014
jumlah individunya juga rendah yaitu 35
individu.
Pheretima sp. termasuk kelompok
hewan tanah yang mengkonsumsi bahan
organik dipermukaan tanah. Hasil penelitian
Hatta (2010) Pheretima sp. mampu
mengurai sampah organik sebagai sumber
bahan makanan bagi cacing tanah.
Cacing tanah jenis Lumbricus rubellus
merupakan jenis kedua yang banyak
ditemukan. Adapun ciri-ciri cacing tersebut
adalah memiliki segmen sekitar 90-195,
klitelium terletak pada segmen 27-32,
bentuk tubuh pipih, bagian atas tubuhnya
berwarna merah kecoklatan atau merah ungu
sedangkan permukaan bawah berwarna
pucat, dan panjang tubuhnya 60-150 mm.
Jumlah individu tertinggi juga
ditemukan pada stasiun I yaitu 93 individu
dan terendah pada stasiun III dengan 25
individu. Jumlah individu cacing tanah
menentukan kepadatan cacing tanah disuatu
daerah. Selain itu, faktor fisika-kimia tanah
dan ketersediaan makanan juga menentukan
kepadatannya. Adapun kepadatan cacing
tanah di areal Arboretum Dipterocarpaceae
1.5 Ha Fakultas Kehutanan Universitas
Lancang Kuning disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3
Stasiun
1
2
3
Kedalaman( cm)
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
Kepadatan cacing tanah
(ind/m3)
5520
2000
1080
3920
1080
600
1480
520
400
Sumber: Analisis Data Penelitian
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa
kepadatan cacing tanah pada setiap stasiun
berbeda. Kepadatan tertinggi ditemukan
pada stasiun I yaitu 5520 ind/m3. Sedang
kepadatan terendah cacing tanah ditemukan
pada stasiun III yaitu 400 ind/m3. Adanya
perbedaan kepadatan cacing tanah pada
masing-masing stasiun disebabkan oleh
perbedaan faktor fisika-kimia tanah seperti
suhu, pH, kandungan air tanah, kelembaban
tanah serta kandungan organik tanah.
Tingginya kepadatan cacing tanah
pada stasiun I dikarenakan oleh tingginya
kadar organik tanah yang berkisar antara
9.21-11.32% (Tabel 4.5). Hal ini disebabkan
oleh banyaknya tumpukan serasah daun
yang terdapat pada stasiun ini yang
merupakan sumber nutrisi bagi cacing tanah.
Faktor makanan atau nutrisi merupakan
faktor yang penting dalam menentukan
bertambah atau berkurangnya jumlah
individu cacing tanah. Bahan organik tanah
merupakan sumber energi utama bagi
kehidupan cacing tanah. Selain itu hasil
pengukuran faktor fisika-kimia tanah (Tabel
4.5) juga menunjukan kondisi yang cocok
untuk kehidupan cacing tanah pada stasiun
ini. Sehingga stasiun I merupakan
lingkungan yang dikehendaki oleh cacing
tanah.
Stasiun III memilki kepadatan cacing
tanah terendah yaitu 400 ind/m3. Hal ini
disebabkan oleh rendahnya kadar organik
tanah dibandingkan dengan stasiun lainnya
yaitu 3.21-5.25%. Stasiun ini merupakan
dimana serasah daun yang paling rendah
dibandingkan dengan stasiun lainnya yang
merupakan bahan organik untuk makanan
bagi hewan tanah yaitu cacing tanah. Untuk
mempermudah melihat kepadatan cacing
tanah maka dapat dilihat pada gambar
diagram batang berikut ini :
Gambar 1 Grafik Kepadatan Jenis-Jenis
Cacing Tanah
98
Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014
Pola Distribusi Cacing Tanah
Pola
distribusi
cacing
tanah
dipengaruhi oleh faktor-kimia tanah dan
ketersediaan makanan yang cukup tinggi.
Pola distribusi cacing tanah di areal
Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha
Fakultas Kehutanan Universitas Lancang
Kuning dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Stasiun
Kedalaman cm
1
2
3
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
Id
1.069
1.302
1.927
1.045
1.443
2.309
1.353
2.224
3.444
Pola
Distribusi
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Mengelompok
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa
pola distribusi cacing tanah pada areal
Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha
Fakultas Kehutanan Universitas Lancang
Kuning adalah mengelompok. Hal tersebut
karena spesies mempunyai tanggapan yang
sama terhadap faktor lingkungan, terutama
faktor fisika-kimia tanah sehingga untuk
melangsungkan aktivitas hidupnya individuindividu
tersebut
tersebar
secara
mengelompok. Menurut Suin (2012), bahwa
kebanyakan hewan di alam distribusinya
mengelompok, yang mana mereka memilih
hidup pada habitat yang paling sesuai
baginya tanah, baik sesuai dengan faktor
fisika-kimia tanah maupun ketersediaan
makanan.
Kandungan Organik dan Kandungan Air
Tanah
Faktor lingkungan sangat menentukan
kehidupan cacing tanah. Hasil pengukuran
faktor fisika-kimia tanah di Areal
Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha
Fakultas Kehutanan Universitas Lancang
Kuning dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 5
Parameter
No
1
2
Kandungan
Air Tanah
(%)
Kandungan
Organik
Tanah (%)
Kedalaman
(cm)
Stasiun
I
II
III
0-10
21.75
12.6
15.8
10-20
22.85
12.35
17.75
20-30
23.1
17.3
18.35
0-10
11.32
9.37
5.25
10-20
10.58
5.65
3.54
20-30
9.21
5.21
3.21
Sumber: Analisis Data Penelitian
Data pada Tabel 5 menunjukan bahwa
kandungan air tanah di areal Arboretum
Dipterocarpaceae
Fakultas Kehutanan
Universitas Lancang Kuning berkisar antara
15.8-23.1%. Kadar air tanah tertinggi
ditemukan pada stasiun I yaitu 23.1%. Pada
kedalaman 20-30 cm sedangkan terendah
pada stasiun III yaitu 15.8% pada kedalaman
0-10 cm dari permukaan tanah. Tingginya
kandungan air tanah pada stasiun I
disebabkan kurangnya penetrasi cahaya
matahari yang dihalangi oleh serasah daun
yang belum
terdekomposisi
dengan
sempurna. Sedangkan pada stasiun III
kondisi permukaan tanah terdedah langsung
dengan
cahaya
matahari
sehingga
mempengaruhi kadar air tanah pada stasiun
ini menjadi lebih rendah. Cacing tanah akan
bergerak ketempat yang lebih tinggi
kandungan airnya karena 75-90% tubuhnya
terdiri dari air sehingga menghindari
terjadinya
dehidrasi
yang
sangat
menentukan bagi kehidupan cacing tanah
(Qudratullah, 2013).
Brata dalam Hatta (2010) menyatakan
bahwa perlakuan terhadap cacing tanah
dengan penambahan 30% meningkatkan
bobot badan cacing tanah jenis Lumbricus
rubellus dan Eusenia foetida, sehingga laju
produktivitasnya
meningkat.sedangkan
kurangnya
air
akan
menyebabkan
terganggunya aktivitas kehidupan cacing
tanah terutama kemampuan mengkonsumsi
bahan organik dan mengurangi nafsu makan
99
Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014
sehingga produktivitasnya rendah maupun
sebaliknya.
Kandungan bahan organik di areal
Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha
Fakultas Kehutanan Universitas Lancang
Kuning berkisar antara 3.21-11.32%.
Kandungan bahan organik tanah tertinggi
terdapat pada stasiun I yaitu 11.32% pada
kedalaman 0-10 cm karena pada stasiun ini
permukaan tanahnya ditimbuni oleh serasah
daun yang belum terdekomposisi sehingga
penyediaan sumber makanan bagi cacing
tanah. Selain sebagai sumber makanan,
bahan organik juga digunakan sebagai
tempat
berlindungnya
dari
tekanan
lingkungan. Semakin banyak bahan organik
yang tersedia maka jumlah individu
makrofauna tanah termasuk juga cacing
tanah akan semakin bertambah, karena
mampu melindungi diri dari tekanan
lingkungan baik dari tingginya suhu maupun
kemungkinan adanya predator. Sedangkan
kandungan bahan organik terendah terdapat
pada stasiun III yaitu 3,21% pada kedalaman
20-30 cm. Hal ini disebabkan serasah daun
dipermukaan tanahnya telah terdekomposisi.
Hasil uji normalitas yang telah
dianalisis dapat dilihat pada Tabel 6:
Tabel 6
Hasil Uji Normalitas
Sampel
Kepadatan
Distribusi
Asymp.
Sig. (2tailed)
0.632
0.737
α
Keputusan
Keterangan
0,01
0,01
Terima H0
Terima H0
Normal
Normal
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat untuk uji
normalitas dengan taraf kepercayaan 1% (α
0,01), Asymp. Sig (2-tailed) dengan nilai
0,691 > 0,01diperoleh keputusan terima H0
yang artinya data berdistribusi normal.
Faktor Fisika-Kimia Tanah di Areal
Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha
Fakultas Kehutanan Universitas Lancang
Kuning
Faktor lingkungan sangat menentukan
kehidupan cacing tanah. Hasil pengukuran
faktor fisika-kimia tanah di Areal
Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha
Fakultas Kehutanan Universitas Lancang
Kuning dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 7
Parameter
No
1
Suhu (oC)
2
pH
3
Kelembab
an Tanah
(%)
Kedalaman
(cm)
0-10
I
27.5
Stasiun
II
27.9
III
31
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
0-10
10-20
20-30
26.7
26
6.7
6.4
5.9
45.7
46.2
46.8
27
26.5
6
5.7
5.6
40
42.7
42.9
29
28
5.8
5.7
5.5
38
38.8
38.9
Sumber: Analisis Data Penelitian
Data pada Tabel 7 menunjukan bahwa
suhu pada Arboretum tersebut berkisar
antara 26-31oC. Suhu tertnggi terdapat pada
III yaitu 30oC. Sedang suhu terendah pada
stasiun I yaitu 26oC. Tingginya suhu pada
stasiun III disebabkan oleh kondisi
permukaan tanahnya mendapatkan intensitas
cahaya matahari yang tinggi, dimana serasa
daun pada permukaan tanah sedikit
dikarenakan dilokasi ini jarangnya pohon
yang tumbuh sehingga matahari menembus
langsung pada permukaan tanah diikuti
menurunnya individu cacing tanah. Hal ini
menunjukan bahwa cacing tanah cendrung
tidak menyukai adanya cahaya. Seiring
dengan
itu
tingginya
suhu
akan
mempengaruhi proses fsikologis kehidupan
cacing tanah dan suhu yang normal untuk
kehidupan cacing tanah adalah 20-290C
(Pramanik, 2007). Rendahnya suhu pada
stasiun I yaitu 26-27,5oC disebabkan oleh
kondisi permukaan tanah yang tertutup oleh
serasah daun yang belum terdekomposisi
dengan sempurna sehingga cahaya matahari
tidak menembus langsung permukaan tanah.
pH tanah pada ketiga stasiun tersebut
berkisar antara 5,5-6,7. pH tertinggi
ditemukan pada stasiun I yaitu 6,7 pada
kedalaman 0-10 cm. Kondisi ini sangat
100
Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014
mendukung untuk kehidupan cacing tanah
karena untuk pertumbuhan yang baik dan
optimum bagi cacing tanah diperlukan pH 67,2 (Pramanik, 2007). Sedangkan pH
terendah pada stasiun III yaitu 5,5 pada
kedalaman 20-30 cm. Cacing tanah sangat
sensitif terhadap kadar keasaman yang
dianggap sebagai faktor pembatas dalam
penyebaran dan menentukan jumlah cacing
tanah disuatu daerah.
Kelembaban
tanah
pada
areal
Arboretum Dipterocarpaceae 1.5 Ha
Fakultas Kehutanan Universitas Lancang
Kuning
berkisar
antara
38-46,8%.
Kelembaban tertinggi pada stasiun I yaitu
46,8% pada kedalaman 20-30 cm dan
terendah ditemukan pada stasiun III yaitu
38% pada kedalaman 0-10 cm. Secara
umum kelembaban pada areal Arboretum
Dipterocarpaceae
1.5
Ha
Fakultas
Kehutanan Universitas Lancang Kuning
sangat baik untuk kehidupan cacing tanah
karena kelembaban tanah yang ideal 15-30%
(Suin, 2012).
Secara umum, kondisi lingkungan
pada areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5
Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang
Kuning cocok untuk kehidupan cacing tanah
baik suhu tanah, kandungan air tanah,
kandungan
organik
tanah,
maupun
kelembaban tanah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
maka dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat hubungan antar kepadatan dan
distribusi cacing tanah terhadap kesuburan
tanah
pada
kawasan
Arboretum
Dipterocarpaceae
1,5
Ha
Fakultas
Kehutanan Universitas Lancang Kuning.
Jenis yang ditemukan adalah jenis
Pheretima sp. dan Lumbricus rubellus.
Perbedaan kepadatan cacing tanah pada
masing-masing stasiun. Pada stasiun I
kepadatan 5520 ind/m3, stasiun II kepadatan
3920 ind/m3, stasiun III kepadatan 1480
ind/m3. Pola distribusi cacing tanah pada
setiap
stasiun
pengamatan
adalah
mengelompok.
Faktor fisika dan kimia yang terdapat
di areal Arboretum Dipterocarpaceae 1.5
Ha Fakultas Kehutanan Universitas Lancang
Kuning berbeda sebagai penentu tingkat
kepadatan dan distribusinya, semakin tinggi
kadar organik dan faktor pendukung lainnya
akan menentukan kehidupan cacing tanah.
Berdasarkan analisis korelasi berganda maka
diperoleh perbedaan nlai korelasi pada
masing-masing stasiun. Stasiun I yaitu r
adalah 0,883 berarti hubungan kepadatan
dan distribusi terhadap kesuburan tanah
adalah tinggi atau kuat. Sedangkan r2 adalah
0,779 hal ini berarti hubungan kepadatan
dan distribusi terhadap kesuburan tanah
memiliki hubungan ke arah positif. Pada
stasiun II yaitu r adalah 0,993 berarti
hubungan kepadatan dan distribusi terhadap
kesuburan tanah adalah sangat tinggi atau
sangat kuat. Sedangkan r2 adalah 0,987 hal
ini berarti hubungan kepadatan dan
distribusi
terhadap
kesuburan
tanah
memiliki hubungan ke arah positif.
Sedangkan pada stasiun III yaitu r adalah
0,998 berarti hubungan kepadatan dan
distribusi terhadap kesuburan tanah adalah
sangat tinggi atau sangat kuat. Sedangkan r 2
adalah 0,996 hal ini berarti hubungan
kepadatan dan distribusi terhadap kesuburan
tanah memiliki hubungan ke arah positif.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, sebaiknya perlu dilakukan
penelitian lanjutan tentang laju dekomposisi
bahan organik oleh cacing tanah pada
berbagai tipe habitat di lahan Arboretum
Universitas Lancang Kuning.
101
Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014
DAFTAR PUSTAKA
Adianto. 2004. Pengaruh Inokulasi Cacing
Tanah (Pontoscolex corethrurus Fr
Mull) Terhadap Sifat Fisika Kimia
Tanah dan Pertumbuhan Tanaman
Kacang Hijau (Vigna radiata
L.Wilczek) Varietas Walet. Jurnal
Matematika dan Sains Vol. 9(1) : 175182
Afriani. 2013. Hubungan Kepadatan Dan
Distribusi Cacing Tanah (Pheretima
sp.) Sebagai Bioindikator Tingkat
Kesuburan Tanah Di Kawasan Lahan
Pertanian Lppm Universitas Lancang
Kuning. Skripsi pendidikan biologi
FKIP UNILAK. Pekanbaru. [Tidak
diterbitkan].
Dhelanila. 2012. Sistem Pernapasan.
http://dhelanila.com.id. [6 Juli 2013].
Dwiastuti. 2013. Kajian Tentang Kontribusi
Cacing
Tanah
dan
Perannya
Terhadap Lingkungan Kaitannya
Dengan Kualitas Tanah. Skripsi
biologi FMIPA Universitas Sebelas
Maret. [Tidak diterbitkan].
Erlinda. 2011. Kepadatan Dan Distribusi
Cacing Tanah Diperkebunan Kelapa
Sawit PT. Guna Dodos Dan
Perkebunan
Masyarakat
Didesa
Sekijang
Kabupaten
Pelalawan.
Skripsi pendidikan biologi FKIP
UNRI. Pekanbaru. [Tidak diterbitkan].
Erwita. 2012. Cacing Tanah Terhadap
Pemberian
Serasah.
http://arsipblog.web.id.
[22
September 2013].
Gulo,W. 2002. Metodologi Penelitian.
Grasindo. Jakarta
Hasan Iqbal. 2010. Analisis Data Penilitian
dengan Statistik. Bumi Aksara.
Hatta, M. 2010. Kepadatan dan Distribusi
Cacing Tanah di TPA. Skripsi
pendidikan biologi FKIP UNRI.
Pekanbaru. [Tidak diterbitkan]
Isharmanto. 2012. Biologi Cacing Tanah.
http://biologigonz.co.id. [16 Juni
2013].
Lestari, S.U. 2012. Bahan Ajar DasarDasar Ilmu Tanah. Universitas
Lancang Kuning. Pekanbaru.
Maftu’ah Eni. 2005. Potensi Makrofauna
Tanah Sebagai Bioindikator Kualitas
Tanah Gambut. Jurnal Bioscientiae
Vol 2(1) : 1-14.Anah SebBioi2, Nom
Mitanhamy. 2011. Annelida. http://contohlaporan-annelida blogspot.com. [16
Juni 2013].
Palungkun, R. 1999. Suksesi Beternak
Cacing tanah Lumbricus rubellus.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Pramanik. 2007. Vermicomposting. Skripsi
Institut Pertanian Bogor. [Tidak
diakses]
Qudratullah. 2013. Keanekaragaman Cacing
Tanah (Oligochaeta) Pada Tiga
Habitat. Jurnal Protobiont Vol 2 (2) :
56-62.
Riyanto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi
dan Peranan Semut pada Tanaman di
Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal.
Jurnal Penelitian Sains Vol 10 (2) :
241-253.
Rusyana. 2011. Zoologi Invetebrata.
Erlangga. Jakarta.
Sianturi. 2006. Komunitas Serangga di
Arboretum Dipterocarpaceae. Skripsi
Fakultas
Kehutanan
UNILAK.
Pekanbaru. [Tidak diterbitkan]
Siklus.
2011.
Arboretum.
http://siklus.lmb.its.ac.id.
[2
Juli
2013].
Sofyan. 2007. Karakter dan Pertumbuhan
Cacing Tanah Lokal pada Media
Mengandung
Limbah
Tanaman
Pisang Serta Jerami Padi. Skripsi
102
Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014
Jurusan Biologi Fakultas Matematika
Dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam
Universitas Brawijaya Malang. [Tidak
diterbitkan].
Subowo. 2011. Peran Cacing Tanah
Kelompok
Endogaesis
Dalam
Meningkatkan Efisiensi Pengolahan
Tanah Lahan Kering. Jurnal Litbang
Pertanian Vol 30 (4).
Suin, N.M. 2012. Ekologi Hewan Tanah.
Bumi aksara. Jakarta.
103
Download