PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI STUDI ETNOBOTANI PEMANFAATAN TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG DI KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh: Yeri Lona 091434028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI “Kata-kata dalam tulisan adalah kuat” Karya Ilmiah ini saya persembahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendedikasikan seluruh hidup mereka demi tercapainya cita-cita yang saya inginkan. iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum banyak diungkap dan didata kedalam bentuk tulisan, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk proses upacara adat. Suku Dayak Tunjung terdiri dari beberapa Sub-suku, diantaranya adalah Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi, yang memiliki kesamaan dalam pelaksanaan upacara adat. Proses upacara adat Suku Dayak Tunjung menggunakan organ tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai alat atau media dalam upacara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengungkap, serta mendata Etnobotani masyarakat suku Dayak Tunjung, terkait dengan jenis tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, organ tumbuhan yang digunakan, proses mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan serta jenis upacara yang mengunakan organ tumbuhan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi di 6 kampung, yaitu Kampung Balok Asa, Kampung Linggang Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Terdapat 57 informan dalam proses penelitian ini, 7 informan primer dan 50 informan sekunder. Analisis data dilakukan secara induktif, dimulai dari terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan hingga mendapatkan data yang utuh. Hasil penelitian menunjukan bahwa Masyarakat Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada adat istiadat dalam mengatur tata-cara pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, khususnya pemanfaatan tumbuhtumbuhan. Penelitian ini berhasil mendata tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung sebanyak 78 spesies tumbuhan, yang terdiri 35 famili yang berbeda. Organ tumbuhan didapatkan dengan melakukan ritual atau tanpa ritual, jenis organ tumbuhan yang digunakan terdiri dari akar, ubi, batang, kulit batang, daun, bunga,buah, dan semua organ. Terdapat 17 Jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang berhasil didata. Kata kunci : Etnobotani, Tumbuhan Upacara, Suku Dayak Tunjung, Upacara Adat, Organ Tumbuhan. vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT Dayak Tunjung traditional culture in the West Kutai is rich of local wisdom and actively participates in the preservation of the environment which has not been revealed and recorded into written form, especially in relation to the utilization of herbs for the traditional ceremony. Dayak Tunjung ethnic group consists of several sub-ethnics, among them are the Dayak Tunjung Rentenungk and Dayak Tunjung Tonyoi, which has similarities in the implementation of traditional ceremonies. Dayak Tunjung ceremonial process is using organs of plants which are used as a tools or medium in the ceremony. This research aimed to find out, uncover, and record Ethnobotany of Dayak Tunjung society, related to the type of plants used in traditional ceremonies process, plant organs used, the process of obtaining organs of plants used and the type of ceremony that uses the plant organs. This research is a qualitative study using descriptive method. Data was collected through observation, interview and documentation in six villages; namely Balok Asa, Linggang Melapeh, Linggang Bigung, Bigung Baru, Linggang Mapan and Linggang Amer. There are 57 informants in this research process, 7 primary informants and 50 secondary informants. Data were analyzed inductively, starting from the fieldwork, studying phenomena that exist in the field to get complete data. Research results showed that Dayak Tunjung Society still adhered to the tradition in regulating procedure utilization natural resources to fulfill their needs, especially the utilization of herbs. This research was managed to record the plants used in the traditional ceremony of Dayak Tunjung as many as 78 species of plants, which comprise of 35 different family. Plant organs obtained by performing a ritual or directly taken, the type of plant organs that are used consist of roots, tubers, stems, bark, leaves, flowers, fruit, and all of organs. There are 17 type Dayak Tunjung traditional ceremonies that were successfully recorded. Keywords: Ethnobotany, Ceremony, Plant Organ. Ceremony Plant, Dayak Tunjung, Traditional viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Studi Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung Di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur” ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akedemik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi besar, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Karena itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan banyak terima kasih, khususnya kepada: 1. Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan dan juga mendanai penulis untuk melaksanakan tugas belajar di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Kepala Kampung Linggang Bigung, Linggang Melapeh, Linggang Mapan, Bigung Baru, Linggang Amer dan Balok Asa yang sudah membantu penulis dalam pemberian izin penelitian dan juga memberikan informasi kepada penulis terkait dengan penelitian yang dilakukan. 3. Pelaku Upacara adat, Dewan Adat dan Masayarakat Suku Dayak Tunjung yang telah bersedia menjadi narasumber. 4. Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc selaku Dosen Pembimbing. 5. Bapak Simson dan Ibu Murni Lawati Selaku Orang tua penulis dan adik kecil ku Petrina yang tanpa batas dan tak kenal lelah meberikan dukungan, bantuan, Doa,dan semangat kepada penulis. 6. Willy Mulyati Jelly, selaku kekasih dari penulis yang telah memberikan dukungan moril dan doa kepada penulis. 7. Rebanon, selaku paman dari penulis yang menjadi relawan dan selalu menemani penulis dalam proses perekaman data tumbuhan. 8. Nabe dan Alex dan Faldi yang telah terlibat dalam proses penelitian di Desa Linggang Melapeh. 9. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dan seluruh Staf pada Program Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 10. Teman-teman seperjuangan,yang selama ini selalu memberikan dukungan moril kepada penulis (Adit Bantul, Fajar, Leo, Yoren, Jimmy Hendry, Yulius Tri Kurniawan, dll) dan juga seluruh teman-teman dari pendidikan Biologi USD angkatan 2009. ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... vi ABSTRAK ............................................................................................... vii ABSTRACT ............................................................................................... viii KATA PENGANTAR .............................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................ xi DAFTAR TABEL..................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xx BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah............................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3 D. Batasan Penelitian............................................................................ 4 E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4 xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. ............................................................ 6 A. Etnobotani ....................................................................................... 6 B. Tumbuhan upacara adat ................................................................... 9 C. Suku Dayak Tunjung ....................................................................... 11 BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 13 A. Jenis dan metode Penelitian ..................................................... ......... 13 B. Subjek (informan) Penelitian .......................................................... 13 C. Tempat dan Waktu Penelitian. ......................................................... 14 D. Data dan Sumber Data.... ................................................................. 15 E. Teknik Pengumpulan Data. .............................................................. 15 F. Analisis Data. .................................................................................. 16 1. 2. 3. 4. 5. Analisis data sebelum terjun ke lapangan ................................. Pengumpulan Data .................................................................... Reduksi Data ............................................................................ Penyajian Data .......................................................................... Menarik Kesimpulan/verifikasi ................................................. Bagan proses analisis data ......................................................... 16 16 17 17 18 19 G. Instrumen Penelitian . ...................................................................... 20 H. Alat – alat Penelitian ........................................................................ 24 I. Bagan Alur Penelitian ...................................................................... 25 BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. A. Daerah Penelitian............................................................................ 26 B. Suku Dayak Tunjung ...................................................................... 29 C. Tumbuh-tumbuhan yanng digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung ...................................................................... 34 1. Jojot (Musa sp)........................................................................... 45 2. Sempat ....................................................................................... 46 xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Juangk (Cordyline terminalis) ..................................................... 47 4. Jeloq (Musa sp) ........................................................................... 48 5. Nancangk .................................................................................... 49 6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera) ..................................................... 51 7. Tabak ......................................................................................... 52 8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp)....................................................... 54 9. Gaka malongk ............................................................................. 55 10. Cahai/Kunyit (curcuma domestica) ............................................. 57 11. Lejaq/Jahe (Zingiber officinale)................................................... 58 12. Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) ................................ 59 13. Ntugaq ........................................................................................ 61 14. Tempera ...................................................................................... 62 15. Tokongk...................................................................................... 63 16. Kuayant....................................................................................... 64 17. Tuuq/Tebu (Saccharum sp) ......................................................... 66 18. Pangir/bungaq ............................................................................. 67 19. Pujaq ........................................................................................... 69 20. Ami/ Uncaria gambir .................................................................. 70 21. Gaka Kedot ................................................................................. 71 22. Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb) ........................................ 72 23. Harump ....................................................................................... 74 24. Komat/puring hijau ..................................................................... 75 25. Engkapaq/ paku sarang burung (Asplenium nidus) ....................... 76 26. Muungk/Hemuungk (Blumea balsamifera) .................................. 77 27. Kuncengk/Heredong (Melastoma polyanthum) ............................ 78 28. Peridangk/Rumput teki (Cyperus rotundus) ................................. 79 29. Paant/Pinang (Areca catechu) ...................................................... 81 30. Sarap/Aren (Arenga pinnata) ...................................................... 82 31. Rakap/Sirih (Piper betle) ............................................................. 84 32. Wangun....................................................................................... 86 33. Nyelutui/Kayu gabus (Alstoniae cortex) ...................................... 87 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34. Pengoq ........................................................................................ 89 35. Pengoq peai................................................................................. 90 36. Sewet/pisang hutan...................................................................... 92 37. Mawa .......................................................................................... 94 38. Puant/keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb) .......................... 95 39. Jiee.............................................................................................. 96 40. Persiah ....................................................................................... 98 41. Paku paramp (Polypodium vulgare) ............................................ 99 42. Tu-tawa ....................................................................................... 101 43. Memaliq/semeneo ....................................................................... 102 44. Gaka ngelagit .............................................................................. 103 45. Lempung ngayo .......................................................................... 104 46. Rekep .......................................................................................... 106 47. Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado) ................................... 107 48. Gai sokak (Calamus caesius) ..................................................... 109 49. Biruq ........................................................................................... 111 50. Terincingk/Nanas (Ananas comosus) ........................................... 112 51. Kumar/lempucant (Eleiodoxa conferta) ...................................... 114 52. Telasih/Selasih (Ocimum basilicum)............................................ 116 53. Ketapuq....................................................................................... 118 54. Pegangk lau ................................................................................. 119 55. Bunglew ...................................................................................... 121 56. Deraya ........................................................................................ 123 57. Peringk taliq ................................................................................ 124 58. Kuayant kuning ........................................................................... 126 59. Nturui ......................................................................................... 127 60. Lunuk (Ficus benjamina) ........................................................... 129 61. Raja pengalah .............................................................................. 131 62. Pentar .......................................................................................... 132 63. Nggkuduq/Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ............................. 134 64. Lancingk senit (Ficus minahassae) ............................................. 136 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65. Mermungk .................................................................................. 137 66. Engkehuyo (Chromolaena odorata) ........................................... 139 67. Tuuq salah................................................................................... 141 68. Geriq/Kemiri (Aleurites moluccana) ........................................... 142 69. Isak-isik ...................................................................................... 145 70. Akar ............................................................................................ 146 71. Ukor............................................................................................ 148 72. Bemant/Bemban (Donax canniformis) ........................................ 149 73. Botoq/Ramban (Trema orientalis) ............................................... 151 74. Niungk ........................................................................................ 152 75. Jauq/Palem hutan ........................................................................ 154 76. Belayant ...................................................................................... 156 77. Ntrarant ....................................................................................... 158 78. Biruq torungk .............................................................................. 159 D. Organ Tanaman Yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung ...................................................................... 161 E. Tata cara mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung .......................................................................................... 165 F. Sumber Perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung dan Konservasi Lingkungan .............................................. 166 G. Pemanfaatan jenis tumbuhan upacara adat sebagai sumber belajar biologi dan kaitannya dengan kebudayaan ........................... 167 H. Hambatan-hambatan dalam proses penelitian .................................. 170 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 172 A. Kesimpulan .................................................................................... 172 B. Saran .............................................................................................. 172 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 174 LAMPIRAN.. .......................................................................................... 176 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung ........................... 15 Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan sebagai sarana Upacara Adat..................................................... 15 Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan ...................... 20 Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan Timur..................................................................... 23 Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi .......................................... 36 Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung ......................................................................... 37 Tabel 4.3 Jumlah organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak tunjung .......................................................... 161 xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Bagan proses analisa data ................................................... 19 Gambar 3.2 Bagan alur penelitian .......................................................... 25 Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian ........................................................................... 28 Gambar 4.2 Masyarakat Suku Dayak Tunjung sedang mengumpulkan Latek ......................................................... 32 Gambar 4.3 Daun Jojot muda ................................................................ 45 Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya ........................................ 47 Gambar 4.5 Hanjuang merah ................................................................. 48 Gambar 4.6 Pisang (Musa sp) ................................................................ 49 Gambar 4.7 Pohong mahang muda ........................................................ 50 Gambar 4.8 Kelapa (Cocos nucifera)..................................................... 51 Gambar 4.9 Tabak ................................................................................. 53 Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp) ........................................................ 54 Gambar 4.11 Gaka malongk ................................................................... 56 Gambar 4.12 Kunyit (curcuma domestica) ............................................. 57 Gambar 4.13 Jahe (Zingiber officinale)................................................... 59 Gambar 4.14 Kayu Ulin.......................................................................... 60 Gambar 4.15 Cabang kayu ntugaq dan daunnya...................................... 61 xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Gambar 4.16 Tempera ............................................................................ 62 Gambar 4.17 Bunga tokongk .................................................................. 63 Gambar 4.18 Tokongk tumbuh dan berkembang menjadi koloni yang dominan .......................................................... 54 Gambar 4.19 Batang kuayant .................................................................. 65 Gambar 4. 20 Tebu ................................................................................. 67 Gambar 4.21 Tumbuan pangir ................................................................ 68 Gambar 4.22 Tumbuhan pujaq ............................................................... 69 Gambar 4.23 Tumbuhan gambir ............................................................. 70 Gambar 4.24 Gaka kedot ....................................................................... 72 Gambar 4.25 Gai pelas ........................................................................... 73 Gambar 4.26 Harump ............................................................................ 74 Gambar 4.27 Puring hijau ....................................................................... 75 Gambar 4.28 Paku sarang burung ........................................................... 76 Gambar 4.29 Tumbuhan sembung .......................................................... 77 Gambar 4.30 Bunga/buah Heredong ...................................................... 78 Gambar 4.31 Peridangk atau Rumput teki............................................... 80 Gambar 4.32 Pohong pinang .................................................................. 82 Gambar 4.33 Pohon aren (Arenga pinnata)............................................. 83 Gambar 4.34 Rakap/Sirih (Piper betle) ................................................... 85 xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun ........................................................... 87 Gambar 4.36 Kayu gabus (Alstoniae cortex) ........................................... 88 Gambar 4.37 pengoq .............................................................................. 90 Gambar 4.38 Pengoq peai ....................................................................... 91 Gambar 4.39 Sewet ............................................................................... 92 Gambar 4.40 Mawa ................................................................................ 94 Gambar 4.41 Keledang ........................................................................... 96 Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee .................................................................. 97 Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus ................................... 99 Gambar 4.44 Paku paramp (Polypodium vulgare) ................................... 100 Gambar 4.45 Tu-tawa ............................................................................. 101 Gambar 4.46 Memaliq/Semeneo ............................................................. 102 Gambar 4.47 Gaka ngelagit .................................................................... 104 Gambar 4.48 Lempung ngayo................................................................. 105 Gambar 4.49 Rekep ................................................................................ 106 Gambar 4.50 Gai syi’it ........................................................................... 108 Gambar 4.51 Gai sokak .......................................................................... 110 Gambar 4.52 Biruq ................................................................................. 111 Gambar 4.53 Nanas ................................................................................ 114 Gambar 4.54 Kumar/ Lempucant (Eleiodoxa conferta) .......................... 115 xix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Gambar 4.55 Selasih............................................................................... 117 Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi ....................................................... 118 Gambar 4.57 Pegangk lau ....................................................................... 120 Gambar 4.58 Bunglew ............................................................................ 122 Gambar 4.59 Deraya............................................................................... 124 Gambar 4.60 Peringk taliq ...................................................................... 125 Gambar 4.61 Kuayant kuning ................................................................. 126 Gambar 4.62 Nturui................................................................................ 127 Gambar 4.63 Lunuk (Ficus benjamina) .................................................. 130 Gambar 4.64 Benalu (Loranthus sp) ....................................................... 132 Gambar 4.65 Pentar ................................................................................ 133 Gambar 4.66 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ..................................... 135 Gambar 4.67 lancingk senit .................................................................... 137 Gambar 4.68 mermungk ......................................................................... 138 Gambar 4.69 Engkehuyo (Chromolaena odorata) .................................. 140 Gambar 4.70 Tuuq salah ......................................................................... 141 Gambar 4.71 Kemiri (Aleurites moluccana)............................................ 144 Gambar 4.72 Isak-isik ............................................................................ 145 Gambar 4.73 Tumbuhan akar ................................................................. 147 Gamabr 4.74 Ukor .................................................................................. 149 xx PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Gambar 4.75 Bemban (Donax canniformis) ............................................ 150 Gambar 4.76 Ramban (Trema orientalis)................................................ 151 Gambar 4,77 Niungk .............................................................................. 153 Gambar 4.78 Tumbuhan jauq ................................................................. 155 Gambar 4.79 Tumbuhan belayant .......................................................... 157 Gambar 4.80 Batang tumbuhan Ntrarant ................................................ 159 Gambar 4.81 Biruq Torungk .................................................................. 160 Gambar 4.82 Persentase organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak tunjung .................................... 162 Gambar 4.83 Pemanfaatan Organ tumbuhan pisang dalam upacara adat Suku Dayak tunjung ................................................. xxi 163 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN LAMPIRAN 1 PETA WILAYAH PENELITIAN .................................... 176 LAMPIRAN 2 INFORMAN PRIMER .................................................... 178 LAMPIRAN 3 JENIS UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG ...................................................................... 180 ISTILAH DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG ...................................................... 184 TABEL KLASIFIKASI TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG................................. 187 LAMPIRAN 6 JUMLAH FAMILI YANG TERIDENTIFIKASI ............. 191 LAMPIRAN 7 JUMLAH ORDO TUMBUHAN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI ............................................ 192 JUMLAH DEVISI DAN KELAS TUMBUHAN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI ............. 193 LAMPIRAN 9 TABEL DATA TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG ...................................................................... 194 LAMPIRAN 10 SILABUS ........................................................................ 200 LAMPIRAN 11 RPP ................................................................................. 204 LAMPIRAN 12 SURAT IJIN PENELITIAN ............................................ 217 LAMPIRAN 13 BUKTI PEREKAMAN DATA ........................................ 220 LAMPIRAN 14 SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN ................................ 226 LAMPIRAN 15 DOKUMENTASI PENELITIAN..................................... 232 LAMPIRAN 4 LAMPIRAN 5 LAMPIRAN 8 xxii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan pesatnya peningkatan pendidikan masyarakat akan cenderung menjadikan generasi muda memandang kebudayaan leluhur mereka sebagai ciri dari masyarakat yang terbelakang. Rasa rendah diri (inferiory Complex) terhadap kebudayaan sendiri, akan mengakibatkan mereka meninggalkan pola hidup tradisional dan lebih tertarik pada produk-produk diluar wilayah budayanya (Attamimi,1997). Hal ini belum terjadi dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat, namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi seiring perjalanan waktu dan perkembangan peradaban manusia yang kompleks. Terus bertahannya budaya masyarakat Suku Dayak Tunjung di wilayah Kaputaen Kutai Barat tidak lepas dari peranan lingkungan yang masih menyediakan sumber daya untuk terus bertahannya kebudayaan masyarakat secara utuh. Sumber daya yang disediakan oleh lingkungan salah satunya berupa materi yaitu tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai media Upacara adat Suku Dayak Tunjung. Tidak ada data tertulis tentang Suku Dayak Tunjung, dari hasil obervasi di lapangan data yang bisa diperoleh tentang asal-usul Suku Dayak Tunjung dan budayanya hanya dari orang-orang tua dan para Pemuka adat. Informasi tentang sejarah Suku Dayak Tunjung disampaikan secara lisan turun-temurun dari nenek-moyang mereka, dengan demikian ada perubahan versi cerita dari setiap generasi, hanya inti dari silsilah tersebut yang masih dipertahankan. 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 Kearifan lokal turut berperan dalam mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang semakin parah. Di mana para pemuka adat dan masyarakat setempat menciptakan area hutan adat dan beberapa kebijakan bagaimana SDA dapat dimanfaatkan dan bagaimana pelestariannya, tentunya jika hal tersebut dilanggar maka akan dikenakan sangsi adat berupa denda ataupun ancaman “murka” alam, semua sangsi disesuaikan dengan regulasi adat yang berlaku dan dianut secara lisan. Kearifan lokal merupakan permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut melalui studi Etnobotani. Mawardi, (2000) menyatakan bahwa untuk mendapatkan data tentang penggunaan tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat tradisional dari suku bangsa dapat dilakukan dengan suatu survey etnobotani. Etnobotani berasal dari bahasaYunani yaitu Ethnos (bangsa) dan Botany (tumbuhan). Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dengan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan. Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum banyak diungkap dan didata agar menjadi suatu acuan informasi yang relevan dan dapat digunakan secara terus menerus di masa yang akan datang. Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya budaya moderen terjadi pengikisan budaya tradisonal yang membahayakan keberadaan dari budaya tersebut untuk tetap berlanjut ditengah kehidupan masyarakat moderen. Oleh PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 karena itu penelitian ini dirancang untuk mengkaji secara lebih mendalam, tentang budaya masayarakat Suku Dayak Tunjung di kawasan Kecamatan Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok, dalam proses pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk upacara adat. Tema dari penelitian ini adalah studi Etnobotani pemanfaatan tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur B. Rumusan Masalah Dalam observasi di lapangan diketahui bahwa ada variasi tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung? 2. Organ tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung? 3. Bagaimana proses mendapatkan tumbuhan tersebut dari lingkungan? 4. Jenis upacara apa saja yang menggunakan tumbuhan tersebut? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung 2. Organ tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung 3. Proses mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung 4. Upacara yang mengunakan tumbuhan upacara tersebut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 D. Batasan Penelitian Penelitian ini terfokus dan dibatasi oleh beberapa pokok berikut: 1. Studi entobotani hanya digunakan untuk mengetahui proses pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung. 2. Penelitian tentang Suku Dayak Tunjung hanya sebatas untuk mengetahui sejarah, jenis upacara adat, sistem adat dan hubungannya dengan pelestarian lingkungan. 3. Tumbuhan yang akan diteliti terbatas pada tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung. 4. Tumbuhan akan diidentifikasi, identifikasi tumbuhan dilakukan pada tingkat famili hingga tingkat spesies 5. Variabel penelitian ini akan mengarahkan penelitian tentang bagaimana pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung, bagian organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara, upacara apa saja yang menggunakan tumbuhan tersebut, dan proses mendapatkan tumbuhan tersebut. E. Manfaat penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dapat menjadi referensi dan menjembatani bagi peneliti selanjutnya 2. Memperkaya ranah ilmu nasional, khususnya di bidang ilmu etnobotani PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 3. Menjadi data tertulis tentang budaya Suku Dayak Tunjung, sehingga dapat menjadi catatan dan referensi khususnya di bidang kebudayaan Kabupaten Kutai Barat. 4. Hasilnya dapat dikaitkan dengan materi Keanekaragaman Hayati di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Kutai Barat. 5. Dapat memberi masukan kepada pemerintah setempat mengenai kondisi lingkungan sehingga dapat diambil langkah konservatif bila perlu. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Etnobotani Etnobotani merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan Sumber Daya Alam (SDA), awalnya istilah etnobotani pertama kali muncul pada tanggal 5 Desember 1895 dalam satu artikel yang diterbitkan oleh Evening Telegram pada suatu konferensi erkeolog J. W. Harsberger (Castetter, 1944). Dan pada tahun berikutnya berikutnya terbit artikel dari konferensi tersebut yang mengemukakan objek etnobotani yang meliputi : 1. Mengungkapkan situasi kultural suatu etnik yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk bahan makanan, bahan bangunan dan bahan sandang. 2. Mengungkapkan penyebaran jenis-jenis tumbuhan pada masa lampau. 3. Mengungkapkan jalur distribusi komersial suatu jenis turnbuhan. 4. Mengungkapkan berbagai jenis turnbuhan berguna. Dalam publikasi tersebut Harsberger sendiri memberikan batasan bahwa etnobotani adalah llmu yang mempelajari tentang pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat primitif. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, etnobotani berkembang menjadi cabang ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan surnber daya alam, tumbuhan, dan Iingkungannya. 6 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 Pada kurun waktu 1873 sampai 1980an dianggap sebagai masa munculnya disiplin ilmu baru, yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan berbagai jenis tumbuhan oleh masyarakat lokal. Dan berkembang menjadi disiplin ilmu yang diterima oleh masyarakat akademik. Dalam perkembangannya ilmu etnobotani pada tahun 1980 telah dikenal oleh masyarakat di semua kalangan, baik kalangan awam maupun akademik. Pada tahun1983 untuk pertama kali didirikan perhimpunan masyarakat etnobotani yang diprakarsai oleh perhimpunan arkeologi amerika. Di kawasan asia perkembangan etnobotani dimulai pada tahun 1920 melalui publikasi tumbuhan obat dan selanjutnya berkembang hingga sekarang. Seiring dengan perkembangannya, etnobotani dapat digunakan mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional tentang pemanfaatan tumbuhan untuk menunjang kehidupanya. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh masyarakat tradisional yang dapat dikaji melalui studi etnobotani antara lain: a. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan makanan b. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat-obatan c. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan bangunan d. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan upacara adat e. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pewarna dan lain-lain. Ruang lingkup etnobotani terus berkembang dan tidak hanya digunakan untuk mengungkapkan pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan oleh masyarakat tradisional, ruang lingkup etnobotani berkembang dengan pesat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dengan sangat luas meliputi berbagai 8 bidang. Purwanto (1999: 220) menyatakan bahwa ruang lingkup etnobotani sekarang ini meliputi: 1) Etnoekologi : menitik beratkan pada pengetahuan tradisional tentang adaptasi dan interaksi di antara organisme, dan pengaruh pengelolaan tradisional lingkungan alam terhadap kualitas lingkungan. 2) Pertanian tradisional : pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan sistem pertanian serta pengaruh alam dan lingkungan pada tanaman dan pengelolaan lahan. 3) Etnobotani kognitif : persepsi tradisional terhadap sumber daya alam tumbuhan, rnelalui analisis simbolik dalarn ritual dan mitos, dan konsekuensi ekologisnya. Organisasi dari sistern pengetahuan melalui studi etnotaksonomi. 4) Budaya materi : pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan dan produk tumbuhan dalarn seni dan teknologi. 5) Fitokimia tradisional : pengetahuan tradisional penggunaan tumbuhan dan kandungan bahan kirnianya, contohnya sebagai bahan insektisida lokal dan tumbuhan obat-obatan. 6) Paleoetnobotani : interaksi masa lalu antara populasi manusia dengan tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi peninggalan arkeologi. Penelitian ini akan mengunakan studi etnobotani dengan ruang lingkup etnobotani kognitif, dengan tema studi etnobotani pemanfaatan tumbuhan untuk Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 B. Tumbuhan upacara adat Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan juga keanekaragaman kultural dan pengetahuan tradisionalnya. Keankeragaman hayati dan juga pengetahuan tradisional ini dipadu menjadi suatu budaya yang khas bagi setiap suku di Indonesia. Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan khas setempat yang tidak terdapat di daerah lain, sehingga jenis pemanfaatannya pun khas dan hanya terdapat pada daerah tersebut. Dalam hal ini adalah pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai sarana atau alat dalam upacara adat. Wahyuni, (2011) menyatakan bahwa tumbuhan upcara adat merupakan tumbuhan yang digunakan dalam setiap upacara adat, jenis tumbuhan yang digunakan berbeda-beda, baik spesies dan juga organ tumbuhan yang digunakan. Jenis upacara adat berbeda-beda setiap daerahnya tergantung dari kultur buadaya yang lahir, dipercaya dan dijalankan di daerah tersebut. Dan setiap daerah memiliki lebih dari satu jenis upacara adat dengan tujuan yang berbeda pula, dalam setiap upacara adat jenis tumbuhan yang digunakan bisa berbeda-beda dan juga tidak menutup kemungkinan tumbuhan yang sama digunakan dalam jenis upacara dengan tujuan yang berbeda. Organ tumbuhan yang digunakan dalam upcara adat tidak terbatas pada satu organ tumbuhan saja,tergantung dari jenis upcara dan bagaimana keyakinan masyarakat setempat tentang tata cara pembuatan alat-alat upacara tersebut. Tidak ada data tertulis tentang bagaimana awalnya tumbuh-tumbuhan tersebut digunakan dalam suatu kegiatan upacara adat, semua pengetahuan tentang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 upacara adat diwariskan turun-temurun secara lisan. Sedangkan Wahyudi Pantja Sunjata, (1997) menyatakan fungsi dari setiap tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam upacara tidak dapat digantikan, karena sudah terikat dengan hukum adat yang apabila dilanggar akan medapatkan sangsi dari dewan adat baik langsung maupun tidak langsung. Upacara adat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat atau individu atas dasar keyakinan yang diwariskan secara turuntemurun dengan sebuah tujuan tertentu baik tujuan nyata maupun tidak nyata, yang dengan sangsi langsung berdasarkan peraturan adat yang berlaku juga sangsi tidak langsung berupa ancaman dari kepercayaan yang dianut berupa nasib buruk jika proses upacara tidak dilaksanakan. Upacara adat sendiri memiliki banyak tujuan seperti untuk menyembuhkan penyakit yang diderita seseorang, penghormatan terhadap roh nenek-moyang yang telah meninggal dunia, permintaan akan keselamatan dan lain-lain. Upacara pada umumnya memiliki nilai sakral oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut (Wahyudi Pantja Sunjata, 1997: 1). Walapun jenis dan tujuan dari upacara adat tesebut adalah sama, namun tata cara pelaksanaan dan juga bahan-bahan yang digunakan akan berbeda setiap daerahnya. Dan apa saja alat yang dibutuhkan dalam setiap upacara adat tidak semua masyarakat pelaku adat mengetahuinya secara menyeluruh. Hanya para pemimpin dan pelaku adatlah yang mengetahui secara detail apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan upacara adat. Orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan upacara adalah mereka yang bertindak sebagai pemimpin jalanya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI upacara dan beberapa orang yang paham dalam ritual 11 upacara adat (Koentjaraningrat, 1967: 241) C. Suku Dayak Tunjung Suku Dayak Tunjung merupakan salah satu dari sekian banyak jenis sub-suku Dayak yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, tidak ada data resmi tentang Suku Dayak Tunjung. Dalam kehidupan sehari-hari Suku Dayak Tunjung menggunakan bahasa daerah atau bahasa khas Suku Dayak Tunjung untuk berkomunikasi dengan lawan biacara sesama Suku Dayak Tunjung, atau Suku Dayak lainya yang masih memiliki keterkaitan baik bahasa dan kebudayaan dengan Suku Dayak Tunjung, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah dan tercapainya maksud dan tujuan dalam komunikasi. Untuk melakukan komunikasi dengan suku-suku lain, Suku Dayak Tunjung menggunakan Bahasa Indonesia. Dewasa ini Suku Dayak Tunjung juga menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi, baik dengan sesama Suku Dayak Tunjung atau dengan lawan bicara yang berbeda suku dan budayanya. Dalam hal kebudayaan saat ini, Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada tradisi dan budaya yang telah ada dan diwariskan turun-temurun secara lisan. Di mana hukum dan aturan yang mengatur serta menjadi patokan dalam hubungan kemasyarakatan adalah hukum adat, tentunya dengan masih berlakunya hukum adat dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung maka secara tidak langsung budaya-budaya yang ada masih terus terjaga dan tidak ditinggalkan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 Hal ini juga yang menyebabkan masih adanya proses pelaksanaan Upacara Adat oleh Suku Dayak Tunjung, Suku Dayak Tunjung sangat peduli terhadap hal-hal disekitar mereka termasuk keberadaan Sumber Daya Alam (SDA) beserta kondisinya. Masyarakat Suku Dayak Tunjung yang masih berpegang pada adat dan kebudayaan sebagai acuan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat akan mengusahakan semampu mereka tanpa harus diminta oleh pihak-pihak tertentu dalam melakukan pelestarian terhadap SDA, salah satu faktornya adalah karena kaitan erat antara SDA dan kebudayaan, serta Upacara-upacara Adat Suku Dayak Tunjung. Kehidupan ekonomi Suku Dayak Tunjung ditopang oleh sektor perkebunan, di mana komoditas utama yang dibudidayakan adalah karet. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan metode penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1993: 30), Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati. Menurut Prastowo (2012) metodologi penelitian kualitatif mengutamakan kondisi sealamiah mungkin di lapangan dalam proses pengamatan dan pengambilan data. Hakikat penelitian ini adalah suatu penelitian atau kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah lapangan, bukan dengan tujuan menguji atau membuktikan teori atau hipotesis. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. B. Subjek (informan) penelitian Data atau informasi dalam penelitian kualitatif tidak akan didapatkan jika tidak ada informan atau narasumber. Narasumber berperan penting dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah perorangan atau kelompok masyarakat yang berasal dari Suku Dayak Tunjung. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan subjek penelitian ini adalah sebagai berikut: 13 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 1. Berasal Suku Dayak Tunjung. 2. Memiliki pengetahuan yang luas akan budaya Suku Dayak Tunjung, dimana pengetahuan yang dimiliki diakui keabsahaanya. 3. Terlibat dalam kegiatan upacara adat dalam waktu yang lama 4. Pelaku Upacara adat atau tokoh adat 5. Memiliki pengaruh dalam kebudayaan Suku Dayak Tunjung dan juga dalam kehidupan masyarakat. Dari kriteria tersebut diatas maka dalam proses penelitian, peneliti menetapkan beberapa informan primer dalam penelitian ini yaitu para pelaku atau tokoh upacara adat dan tokoh ada, tsedangkan informan lainnya adalah informan sekunder. Karena dalam pengamatan langsung di lapangan, diketahui bahwa hampir semua pelaku upacara mengetahui seluk-beluk upacara, termasuk tanaman apa yang digunakan. Sedangkan para tokoh adat lainnya tidak semuanya menguasai atau memiliki pengetahuan secara menyeluruh tentang upacara adat Suku Dayak Tunjung. C. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, dengan wilayah penelitian meliputi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Barong Tongkok dan Kecamatan Linggang Bigung. Sedangkan spesifik kampung yang diteliti adalah Kampung Balok Asa, Kampung Linggang Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Penelitian dilaksanakan pada awal bulan Desember 2013 dan berakhir pada akhir bulan Februari 2014. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 D. Data dan sumber data Data dan sumber data dalam penelitian ini meliputi: Tabel 3.1. Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian Sejarah Suku Dayak Tunjung Kehidupan Sosial dan Budaya. Hubungan antara Masyarakat dengan Lingkungannya. Tokoh adat Pelaku Upacara adat Dokumen dan Sumber lain yang relevan. Wawancara Observasi lapangan Telaah pustaka Telaah dokumen Dokumentasi Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan sebagai sarana Upacara Adat. Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian Jenis Tumbuhan yang dimanfaatkan Organ Tumbuhan yang dimanfaatkan Cara mendapatkan Organ tumbuhan Pengunaan Organ Tumbuhan 1. Pelaku Upacara adat dan tokoh terkait lainnya yang relevan 2. Lingkungan dan alam sekitar Wawancara, Observasi lapangan dan Dokumentasi E. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan agar data-data yang dibutuhkan dalam penelitian terpenuhi. Dalam proses penelitian di lapangan, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik wawancara, teknik observasi dan teknik dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dari sumber data berupa Pelaku Upacara Adat dan tokoh-tokoh masyarakat terkait lainnya. Sedangkan teknik observasi dilakukan untuk mendapatkan data dari lapangan, yang termasuk mendapatkan data tumbuhan dari habitatnya, dan juga PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 proses Upacara Adat. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti juga mengunakan tiga teknik sekaligus dalam mendapatkan data, yaitu teknik wawancara, teknik observasi yang kemudian ditunjang dengan teknik dokumentasi, agar data yang dihasilkan lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. F. Analisis data Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif tidak dapat dihitung secara matematis, karena data yang dihasilkan berupa keterangan verbal (kalimat dan kata). Menurut Prastowo (2013: 237), analisis data dalam penelitian kualitatif pada hahikatnya adalah suatu proses. Dengan pengertian bahwa pelaksanaan analisis data harus dimulai sejak tahap pengumpulan data di lapangan dan kemudian dilakukan dengan lebih intensif setelah data terkumpul seluruhnya. Dalam penelitian ini, proses analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan Analisis data sebelum terjun ke lapangan digunakan terhadap data hasil studi yang sudah ada, dan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun fokus penelitian dalam hal ini bersifat sementara dan akan berkembang setelah proses analisis data dilapangan yang akan dilakukan pada tahapan analisis data berikutnya. 2. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 terjun langsung ke lapangan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan kenyataan di lapangan dan tanpa perlakuan khusus terhadap sumber data, di mana keadaan alamiah sumber data dipertahankan semaksimal mungkin. Data harus dikumpulkan sebanyak mungkin untuk kemudian diolah pada tahap analisis data selanjutnya. Dalam proses penelitian ini, penulis berhasil mengumpulkan data yaitu 78 jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam upcara adat Suku Dayak Tunjung, data yang terkumpul adalah data faktual tanpa rekayasa. 3. Reduksi data Reduksi data adalah proses di mana peneliti memproses data yang didapatkan dari lapangan, data yang sudah ada masih berupa data mentah, sehingga pada tahapan ini dilakukan pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengekstrakkan data, dan juga penggabungan beberapa data terkait sehingga menjadi data yang utuh untuk kemudian digunakan dalam proses selanjutnya. Dalam proses reduksi data ini peneliti menyeleksi data, di mana data yang didapatkan tidak berkaitan dengan fokus penelitian disingkirkan (diabaikan), tidak digunakan dalam proses selanjutnya. 4. Penyajian data Penyajian data merupakan tidak lajut terhadap data yang telah melewati tahap reduksi data pada tahap sebelumnya, di mana data yang telah disusun ditampilkan dengan bentuk penyajian data yang paling mudah dipahami. Penyajian data memungkinkan diambil tindakan selanjutnya dan juga penarikan kesimpulan. Dalam hal penyajian data penulis menggunakan beberapa model PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 penyajian data berupa teks naratif, grafik dan deskripsi. Dalam pemilihan penggunaan model penyajian data, peneliti memilih 3 model penyajian data diatas, kerena ketiganya merupakan model penyajian yang paling cocok dalam menyajikan data dan mudah untuk dipahami. 5. Menarik kesimpulan/Verifikasi Setelah data melewati tahap penyajian data, maka ditarik kesimpulan dari data yang ada. Proses penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah proses di mana data yang telah ada diambil intisarinya dan menjadi butir-butir informasi baru yang sebelumnya belum pernah ada. Informasi yang dihasilkan dapat berupa deskripsi atau gambaran atas suatu objek. Dalam menarik kesimpulan, peneliti mencari tahu tentang pola, tema, alur sebab-akibat, penjelasan, hal-hal terkait yang sering muncul, hipotesis dan berbagai hal lainnya. Dalam proses penelitian ini peneliti menemukan 5 butir kesimpulan dan 3 butir saran. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Bagan proses analisa data Langkah 1: Langkah 2: Analisis data sebelum terjun ke lapangan Pengumpulan data Langkah 4: Langkah 3: Penyajian data Reduksi data Langkah 5: Menarik kesimpulan/Verifikasi Gambar 3.1 Bagan alur proses analisa data 19 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 G. Instrumen penelitian Pengumpulan data tentang pemanfaatan tumbuhan upacara adat suku Dayak Tunjung di Kecamatan Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan dengan mengunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan, berdasarkan konsep pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti. Pertanyaan yang diajukan tidak bersifat Text-book namun disesuaikan dengan alur pembicaraan, di mana proses wawancara sepenuhnya berpegang teguh pada poin-poin permasalahan yang telah disiapkan sebelumnya. Penggunaan bahasa dalam pengambilan data disesuaikan dengan kondisi narasumber atau sumber data dilapangan, sumber data yang mampu berkomunikasi mengunakan bahasa indonesia secara lancar maka bahasa indonesia yang digunakan. Pada sumber data yang tidak mampu berbahasa indonesia dengan lancar, untuk memudahkan proses komunikasi maka peneliti menggunakan bahasa daerah dalam proses wawancara. Adapun poin-poin yang ditanyakan adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan No Poin pertanyaan Tujuan 1 Bagaimana sejarah suku Dayak Tunjung? Untuk mengetahui tentang sejarah suku Dayak Tunjung 2 Bagaimana kehidupan sosial dan budaya suku Dayak Tunjung? Untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial budaya suku Dayak Tunjung PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI No Poin pertanyaan Tujuan 3 Adakan perbedaan antara kehidupan sosial dan budaya suku Dayak Tunjung jaman dahulu dan sekarang? Untuk mengetahui perkembangan kehidupan sosial dan budaya Suku Dayak Tunjung, apakah ada pengaruhnya terhadap proses upacara adat dan bahan yang digunakan dalam upacara, serta pengaruhnya bagi lingkungan sekitar. 4 Bagaimana keadaan lingkungan sekarang menurut pandangan suku Dayak Tunjung? (pertanyaan akan dikembangkan dilapangan berdasarkan jawaban narasumber). Untuk mengetahui pandangan suku Dayak Tunjung terhadap keadaan lingkungan sekitar 5 Adakah aturan tertentu yang diberlakukan suku Dayak Tunjung dalam rangka pelestarian lingkungan? Apakah aturan tersebut merupakan regulasi wajib yang harus ditaati oleh suku Dayak Tunjung dalam melakukan interaksi dengan lingkungan? Untuk mengetahui bagaimana suku Dayak Tunjung melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar beserta peraturan setempat. Mengetahui upaya yang Suku Dayak Tunjung ambil dalam menghadapi keadaan lingkungan yang semakin rusak. Dalam melakukan kegiatan upacara adat, jenis tumbuhan apa saja yang digunakan oleh suku Dayak Tunjung? Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam pelaksanaan upacara adat. 6 Dalam melakukan upacara adat yang tentunya memiliki tujuan yang berbedabeda, Organ tumbuhan apa saja yang digunakan? Untuk mengetahui Organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat suku Dayak Tunjung. 7 Bagaimana cara mendapatkan Organ Untuk mengetahui 21 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI No 8 Poin pertanyaan Tumbuh-tumbuhan dalam pelaksanaan upacara adat suku Dayak Tunjung? Apaka dibutuhkan upacara khus untuk mendapatkan organ tumbuhan, apakah semua masyarakat Suku Dayak Tunjung atau hanya orang tertentu saja yang dapat mengambil tumbuhan upacara tersebut? Bagaimana penggunaan organ tumbuhan dalam upacara adat suku Dayak Tunjung? Tujuan bagaimana cara Suku Dayak Tunjung mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan organ tumbuhan dalam proses upacara adat suku Dayak Tunjung. 22 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan Timur No Umum Nama Daerah/ lokal Ilmiah (Spesies) Famili Organ yang digunakan Cara penggunaan Sumber prolehan Ketersediaan di lapangan Jenis upacara PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 H. Alat-alat penelitian Dalam proses perekaman data di lapangan, peneliti menggunakan beberapa alat untuk menunjang proses perekaman data di lapangan. Alat-alat yang digunakan berupa media dokumentasi yang terdiri dari: kamera DSLR yang digunakan untuk merekam video dan pangambilan gambar, telepon genggam dan tablet yang digunakan untuk perekaman suara. Selain alat-alat dokumentasi, dalam proses penelitian dan perekaman data, peneliti juga menggunakan alatalat tulis yang terdiri dari buku, pensil, spidol, polpen dan lain-lain untuk mencatat hasil dari proses penelitian dan perekaman data. Pada tahap proses wawancara dengan narasumber, peneliti juga menggunakan instrumen penelitian berupa daftar poin-poin pertanyaan dan lembar perekaman data, hal ini dimaksudkan agar proses wawanacara dapat berjalan dengan lancar, dan semua data yang dibutuhkan dari informan terkumpul secara runtut dan lengkap, karena pertanyaan disampaikan mengikuti alur poin pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 I. Bagan alur penelitian Mulai Mencari dan menentukan masalah penelitian Menentukan metode penelitian Studi litelatur Menyusun kajian pustaka Menyusun waktu dan lokasi penelitian Pengurusan izin penelitian Penelitian lapangan Pengumpulan data Tidak Menentukan fokus dan rumusan masalah Menentukan tujuan penelitian Menyusun panduan pengambilan data Menentukan alat-alat yang digunakan Reduksi data Ya Penyajian data Analisis data Penarikan kesimpulan dan saran Data lengkap? Ya/tidak Selesai Gambar 3.2 Bagan alur penelitian PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Daerah penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kutai Barat, yang merupakan tempat berdomisili Suku Dayak Tunjung. Kabupaten Kutai Barat merupakan sebuah kabupaten yang terletak di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, luas wilayah setelah pemekaran 16,314 km2, dengan topografi lahan landai, bergelombang dan curam. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat menurut Soil Taxonomi USDA, tergolong kedalam jenis tanah Ultisol, Entisol, Histosol, Incepticol dan Mollisol, menurut data Lembaga Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah yang teradpat di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari jenis tanah Podsolik, Alluvial, Andosol dan Renzina. Kabupaten Kutai Barat memiliki karekteristik iklim hutan tropika humida, di mana dengan iklim hutan tropika humida, tidak terdapat perbedaan yang jelas antara muasim kemarau dan musim hujan. Curah hujan tahunan di Kabupaten Kutai Barat berkisar antara 1000 – 3000 mm/tahun, di mana curah hujan cukup tinggi pada bulan Oktober hingga bulan April. Suhu rata-rata di Kabupaten Kutai Barat berkisar di 260 C, dengan perbedaan suhu antara siang dan malam mencapai 5 – 7 0C. Kabupaten Kutai Barat secara administratif memiliki 16 kecamatan yaitu Kecamatan Bongan, Kecamatan Jempang, Kecamatan Penyinggahan, Kecamatan Muara Pahu, Kecamatan Muara Lawa, Kecamatan Damai, Kecamatan Barong Tongkok, Kecamatan Melak, Kecamatan Long Iram, 26 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 Kecamatan Bentian Besar, Kecamatan Linggang Bigung, Kecamatan Nyuatan, Kecamatan Siluq Ngurai, Kecamatan Manor Bulatn, Kecamatan Sekolaq Darat dan Kecamatan Tering. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Barat masih didominasi oleh hutan hujan tropis dengan kekayaan keanekeragaman hayati yang komplek, dari tumbuh-tumbuhan Anggrek Hitam menjadi tumbuhan khas Kabupaten Kutai barat, sedangkan dari jenis binatang diwakili oleh Berung Madu, Macan Dahan, Ikan Pesut dan Burung Rangkong. Penelitian ini dilakukan meliputi 6 Kampung yang termasuk kedalam 2 Kecamatan yang berbeda, dimana Kampung Balok Asa termasuk kedalam wilayah Kecamatan Barong Tongkok, sedangkan Kapung Linggang Bigung, Kampung Linggang Amer, Kampung Linggang Mapan, Kampung Melapeh Lama dan Kampung Bigung Baru termasuk kedalam wilayah Kecamatan Linggang Bigung. Kapung Balok Asa didominasi oleh Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Suku Dayak Tunjung Tengah/Tonyoi, sedangkan 5 kapung lainnya yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Linggang Bigung didominasi oleh Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Suku Dayak Tunjung Rentenungk. Perbedaan ini tidak banyak mempengaruhi bidang budaya khususnya upacara adat. Upacara adat Suku Dayak Tunjung Tonyoi dan Suku Dayak Tunjung Rentenungk masa kini adalah sama, karena telah terjadi pelebutan budaya khususnya dibidang Upacara Adat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 Gambar 4.1 : Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian Tidak ada data maupun fakta yang dapat dijadikan data otentik kapan terjadinya peleburan budaya ini, hal ini tidak lepas dari proses perkawinan antar suku dan interaksi berkesinambungan antara kedua suku tersebut. Proses peleburan budaya ini dibuktikan dengan proses upacara adat yang sama di PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 kedua suku, di mana pelaku upacara adat dari Suku Dayak Tunjung Tonyoi dapat memimpin upacara adat Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan sebaliknya. B. Suku Dayak Tunjung Suku Dayak Tunjung meliputi beberapa Sub-Suku yang berdomisili di Kabupaten Kutai Barat dan tidak ada batasan tertulis mengenai Suku mana saja yang menjadi bagian dari Suku Dayak Tunjung, dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian terhadap dua Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Dayak Tunjung Tonyoi dan Dayak Tunjung Rentenungk. Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah Suku dayak yang berdomisili di wilayah Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa, Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan Asa. Sedangkan Suku Dayak Tunjung Rentenungk adalah Suku Dayak yang berdomisili di dataran Linggang yang meliputi wilayah Desa Linggang Bigung, Desa Linggang melapeh, Desa Linggang Amer, Desa Kebut, Desa Bigung Baru, Desa Melapeh Baru, Desa Linggang Mapan, Desa Tering dan Desa Muara Lebandan Desa Mujan. Data tertulis mengenai sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi dan Suku Dayak Tunjung Rentenungk masih sanggat sedikit dan akurasi data tersebut masih perlu diverifikasi kembali, hal ini merupakan permasalahan utama yang dihadapi dalam melakukan penelitian ini. Data-data yang ada hanya berupa data lisan dari beberapa sumber yang kemudian diperkuat dengan keterangan yang berhubungan dari sumber-sumber lainnya. Untuk saat ini sumber-sumber PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 dilapangan adalah para Pemuka Adat, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat dari Suku Dayak Tunjung Sendiri. Sejarah mengenai Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah permasalahan besar dalam penelitian ini untuk mengetahui asal-usul terciptanya kebudayaan mereka, tidak ada data akurat yang dapat menjadi acuan mengenai sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Berdasarkan data yang didapat dari lapangan, ada banyak sekali persepsi tentang sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Suku Dayak Tonyoi adalah penduduk asli dari wilayah Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa, Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan Asa. Dari data dilapangan, hanya ada satu pernyataan mengenai asal-usul Suku Dayak Tonyoi. Pernyataan-pernytaan ini menunjuk pada satu kesimpulan yaitu Suku Dayak Tonyoi berasal dari “Dewa”, sejenis orang pada masa lalu yang dikenal dengan nama Tulur Aji Jangkat, yang kemudian bermukim di daerah yang terletak di kawasan Kecamatan Melak, darah ini dikenal dengan nama Sentawar. Dari Sentawar, kemudian keturunan dari Tulur Aji Jangkat kemudian menyebar dan mendiami daerah-daerah baru dan menetap disana hingga sekarang. Berbeda dengan pandangan yang mengacu pada kesimpulan tunggal tentang sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi, ada tiga pandangan berbeda tentang sejarah Suku Dayak Tunjung Rentenungk atau yang dikenal pula sebagai Suku Dayak Tunjung Linggang. Pandangan pandangan tersebut menghasilkan tiga kesimpulan yang berbeda, dalam penelitian ini peneliti mengelompokan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 pandangan-pandangan tersebut menjadi tiga kesimpulan utuh. Dari hasil penelitian di dilapangan, data tertulis tentang Suku Dayak Rentenungk juga tidak memadai ketersediaannya. Dalam hal ini data hanya diperoleh melalui metode wawancara secara menyeluruh terhadap narasumber yang mewakili setiap lapisan masyarakat. Padangan pertama menghasilkan kesimpulan bahwa Suku Dayak Rentenungk bukanlah suku asli dari dataran Linggang melainkan berasal dari bagian hulu sungai Mahakam, dan merupakan perpecahan dari Suku Dayak Penihing atau Oaheng. Pandangan ini diperkuat dengan kesamaan pandangan dari para Antropolog yang telah melakukan penelitian tentang Suku Dayak Tunjung Linggang. Nieuwenhuis (1994), Mallinkrodt (1928), Sellato (1989), Coomans (1987), Boyce (1986), dan Rosseau (1990) berpandangan bahwa suku Dayak Tunjung Rentenungk merupakan Suku yang berpindah dari daerah perhuluan sungai Mahakam. Diperkirakan bahwa Suku Dayak Rentenungk merupakan bagian dari Suku Penihing yang terdesak oleh suku Dayak Bahau dam kemudian bermigrasi dari daerah Apau Kayan di bagian utara Kalimantan Timur (sekarang Kalimantan Utara), sekitar tahun 1700 – 1750. Pernyataan kedua menyatakan bahwa Suku Dayak Rentenungk adalah Suku asli dari dataran Linggang, hal ini merupakan pendapat dari masyarakat Suku Dayak Rentenungk Linggang sendiri berdasarkan legenda dan cerita yang berkembang secara turun temurun. Legenda tersebut menyatakan bahwa Suku Dayak Rentenungk merupakan turunan dari delapan bersaudara sakti yang mediami dataran Linggang, mereka adalah dewa yang kemudian menjadi cikal PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 bakal Suku rentenungk, dalah legenda ini menunjukan kenapa adanya persamaan budaya antara Suku Dayak Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Dikatakan bahwa keturunan anak angkat dari delapan bersaudara tersebut yang dikenal dengan nama Tulur Aji Jangkat, kemudian menjadi menjadi Suku Dayak Tonyoi. Sedangkan keturunan asli dari delapan bersaudara tersebutlah yang menjadi Suku dayak Rentenungk. Pandangan ketiga mengatakan bahwa Suku Dayak Tunjung Rentenungk merupakan suku yang berasal dari daerah Kalimantan Tengah, yang bermigrasi ke dataran Linggang melalui perhuluan sungai Mahakam. Hal ini tentunya berhubungan dengan pandangan pertama, dimana pandangan tersebut menyebutkan bahwa Suku dayak Rentenungk berasal dari perhuluan sungai Mahakam. Gambar 4.2 : Masyarakat Suku Dayak Tunjung sedang mengumpulkan Latek PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 Sistem perekonomian Suku Dayak Tonyoi dan Rentenungk ditunjang oleh sektor pertanian tradisional, dimana sistem perladangan tradisional memenang peran penting dalam kehidupan ekonomi. Pada tahun 1988-1997 perkebunan karet mulai diperkenalkan kepada Suku Dayak Tunjung, dan kemudian perlahan sistem perladangan tradisional mulai ditinggalkan. Pada masa sekarang ini, perekonomian Suku Dayak Tunjung ditunjang oleh perkebunan karet. Flora dan fauna yang sangat melimpah dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung menyebabkan kehidupan Suku Dayak Tunjung sangat bergantung dengan lingkungan sekitar dalam kesehariannya. Masyarakat Suku Dayak Tunjung sejak dahulu sangat memperhatikan keadaan alam sekitar dan bagaimana memanfaatkannya. Tata-cara pemanfaatan sumber daya alam diatur dalam hukum adat dan diwariskan turun-termurun secara lisan. Aturan-aturan tersebut berkaitan tentang tata cara membuka lahan pertanian, pengaturan batas lahan, pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, tata-cara berburu dan lain-lain. Kebudayaan Suku Dayak Tunjung berhubungan erat dengan kepercayaan mereka, dimana Suku Dayak Tunjung percaya bahwa terdapat Roh-Roh dan Dewa-dewa yang mengarahkan kehidupan mereka menuju kemakmuran dan keselamatan. Untuk memberikan penghormatan terhadap roh dan dewa tersebut, maka lahir lah upacara-upacara adat. Hampir semua jenis tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung dipercaya merupakan pengetahuan yang didapat langsung dari roh dan dewa Suku Dayak Tunjung, di PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 mana para Pelaku Upaca Adat dipercaya mampu berkomunikasi dengan dewa dan roh-roh yang menjadi kepercayaan mereka. Kepercayaan ini juga mempengaruhi sistem dan hukum adat yang berlaku, di mana hukuman atas tidakan pelanggaran dibagi menjadi menjadi dua. Pertama yaitu hukuman langsung berupa denda materil dan atau bisa berupa pencabutan atas hak-hak yang dijatuhkan oleh dewan adat. Kedua, yaitu hukuman tidak langsung atas pelanggaran yang dilakukan terhadap lingkungan sektar atau kepada anggota masyarakat lainnya, di mana kesalahan tidak memiliki cukup bukti bagi dewan adat untuk menjatuhkan sanksi, maka hukuman yang akan diterima oleh yang bersangkutan adalah langsung oleh para roh dan dewa kepercayaan Suku Dayak Tunjung. C. Jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam proses pelaksanaan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung Dalam proses penelitian dilapangan, penelitian ini berhasil mendata 78 jenis tumbuhan yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam kegiatan upacara adat (Tabel 4.1). Untuk mendapatkan data jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, peneliti melakukan wawancara terhdapat 7 informan primer,dari 7 informan primer tersebut 5 diantaranya adalah pelaku upacara adat dan sisanya merupakan pemuka adat Suku Dayak Tunjung. Untuk memperkuat keakuratan data, peneliti juga melakukan wawancara terhadap 50 informan sekunder, yang merupakan masyarakat Suku Dayak Tunjung yang memiliki pemahaman tentang proses upacara adat ataupun sering terlibat dalam pelaksanaan upacara adat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 Terdapat beberapa tumbuhan yang identik, yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, namun fungsi dari tumbuhan tersebut dalam upacara tidak dapat digantikan satu dengan yang lain. Dari 78 jenis tumbuhan yang berhasil di data, 71 tumbuhan merupakan bagian dari divisi Magnoliophyta, dan 1 tumbuhan dari devisi Pteridophyta. Devisi Magnoliophyta terdiri dari dua kelas, yaitu kelas Magnoliopsida dengan 36 jenis tumbuhan, dan kelas Liliopsida terdiri dari 35 jenis tumbuhan. Devisi Pteridophyta terdiri dari 1 kelas yaitu Pteridopsida. Jenis tumbuhan yang berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini terdiri dari Dari 23 ordo yang berbeda, 72 jenis tumbuhan berhasil identifikasi hingga tingkat famili (Tabel 4.1), 53 jenis tumbuhan berhasil di indentifikasi hingga tingkat spesies. Tidak semua jenis tumbuhan berhasil didata hingga tingkat spesies, hal ini disebabkan minimnya data tentang tumbuhan tersebut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. FAMILI Musaceae Cannabaceae Moraceae Zingiberaceae Agavaceae Euphorbiaceae Arecoideae Poaceae Lauraceae Urtiaceae Rubiaceae Apocynaceae Fabaceae Arecaceae Acanthaceae Polypodiaceae Asteraceae Melastomataceae Cyperaceae Piperaceae Meliaceae Sapindaceae Leguminosae Rhizophoraceae Bromeliaceae Lamiaceae Moreceae Loranthaceae Marantaceae Menispermaceae Tidak teridentifikasi Total Jumlah 3 2 5 6 1 3 1 9 1 1 3 2 1 11 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 6 78 36 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung (Istilah dalam proses upacara dan jenis dari masing-masing proses upacara adat dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4) Nama No Famili Organ yang digunakan Jenis dan sumber perolehan Ketersediaan di lapangan Jenis upacara Dijadikan patung, pembungkus sesaji, dan juga media penyampaian mantra. Dijadikan patung Liar Melimpah Papat Penyembuhan, hajatan Liar Melimpah Beliant Loangan (Mantir) Beliant Semur, Beliant Bawo, Beliant Sentiu, Beliant Kencong Penyembuhan Cara penggunaan Tujuan Upacara Daerah Umum Ilmiah 1. Jojot Pisang hutan Musa balbisiana Musaceae Daun, Batang, Akar 2. Sempat - - Batang dan akar 3. Juangk Hanjuang Merah Cordyline terminalis L Zingiberacea e Agavaceae Daun - Dijadikan media penyampian mantra dalam upacara adat - Dijadikan Pengumak Budiadaya Kurang 4. Jeloq Pisang Musa acuminata Musaceae Daun, Batang, Akar Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat - 5. Nancangk Mahang Macaranga mappa Euphorbiacea e Batang, Kulit batang dan Daun Liar Melimpah Timeq, Papat Penyembuhan 6. Nyoo Kelapa Cocos nucifera Arecoideae Buah dan Daun Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat - 7. Tabak - - Poaceae Akar Dijadikan patung, pembungkus sesaji, dan juga media penyampaian mantra. Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit batang dijadikan ancak, daun sebagai alas dalam meletakan sesaji pada balai. Buah dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dll. Dibakar dan dijadikan media perantara antara pelaku upacara dengan alam sekitar. Budidaya/liar Kurang Semua Upacara Adat - 8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Batang Dijadikan media tempat memasak sesaji, dan dijadikan media dalam upacara adat Liar Melimpah Semua Upacara Adat - 9. Gaka malongk - - - Batang Dijadikan tali pengikat dalam pembuatan alat-alat upacara Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt Penyembuhan, permintaan pertolongan kpd alam, penebusan kesalahan dan permintaan maaf kpd alam Penyembuhan dan hajatan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 Nama No Famili Organ yang digunakan Cara penggunaan Jenis dan sumber perolehan Ketersediaan di lapangan Jenis upacara Tujuan Upacara Daerah Umum Ilmiah 10. Cahai Kunyit Curcuma domestica Zingiberacea e Umbi Dijadikan pewarna dalam pembuatan media upacara adat Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat - 11. Lejaq Jahe Zingiber officinale Zingiberacea e Umbi Dijadikan bumbu dalam pembuatan sesaji upacara Budidaya Melimpah Papat 12. Teliant Ulin Eusideroxylon zwageri Lauraceae Batang Dijadikan patung dan juga tiang balai dalam upacara adat Liar Langka Papat, Hajat Penyembuhan, permintaan perlindungan & keselamatan Penyembuhan, Permintaan akan suatu tujuan kpd alam 13. Ntugaq - - - Batang dan Daun Liar Melimpah Papat 14. Tempera - - Urtiaceae Daun, Batang Liar Melimpah 15. Tokongk - Amomum aculeatum Zingiberacea e Batang dan akar Dijadikan patung dan juga tempat menggantungkan ancak disetiap sudut balai Dijadikan tali pengikat dalam pembuaran media upacara, jeak. Dijadikan bahan pembuatan Balai, rempah sesaji. Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt. Dll. Banyungk 16. Kuayant Bambu Bambusa arundinacea Poaceae Batang Dijadikan Balai atau Pantiq Liar Melimpah Upacara Adat Kenu Pentabisan dan perkenalan dengan alam 17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Batang Dijadikan Tiang pusat tari upacara Budidaya Melimpah Timeq, Gugu Taont 18. Pangir/Bung aq - Morinda sp. Rubiaceae Bunga Liar/Budidaya Kurang Semua Upacara Adat 19. Pujaq - - Apocynaceae Daun Liar/Budidaya Langka 20. Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Daun Media dalam menyampaikan “berkat” upacara kepada objek upacara Digunakan sebagai pewarna atribut upacara Dijadikan Jampiq Penyembuhan, pemeliharaan hubungan dengan alam - Liar/Budidaya Langka Semua Upacara Adat Papat, Kenu, Banyungk Penyembuhan, permintaan, perkenalam dengan alam 21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Batang Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan 22. Gai pelas Rotan Arecaceae Batang Liar Kurang Melas Pentabisan & perkenalam kpd alam 23. Harump - Calamus penicillatus Roxb - Digunakan untuk mengikat dalam pembuatan balai Digunakan untuk menggantungkan subbai Acanthaceae Daun Digantung pada Longan Bayat Liar/Budidaya Kurang Beliant Mantir Penyembuhan 24. Komat Puring hijau Codiaeum variegatum. Euphorbiacea e Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar/Budidaya Melimpah Beliant Semur Penyembuhan Penyembuhan, permintaan perlindungan & keselamatan Penyembuhan - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 Nama No Famili Organ yang digunakan Cara penggunaan Jenis dan sumber perolehan Ketersediaan di lapangan Jenis upacara Tujuan Upacara Daerah Umum Ilmiah 25. Ngkapaq Paku sarang burung Asplenium nidus Polypodiacea e Daun Dijadikan anjat dalam upacara adat Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan 26. Muungk/He mungk Sembung Blumea balsamifera Asteraceae Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan 27. Kuncengk Heredong Melastoma affine Melastomata ceae Bunga Liar Melimpah Beliant Sentiu Penyembuhan 28. Peridangk Rumput Teki Cyperaceae Daun Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan 29. Paatn Pinang Cyperus rotundus Areca catechu Dijadikan minuman bagi pelaku upacara yang mengalami kesurupan. Digunakan menjadi jeak Arecaceae Daun, Bunga, Buah, Batang Digunakan menjadi Kabungk Budidaya, Liar Melimpah - 30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae Daun Muda Kabungk Budiaya, Liar Melimpah 31. Rakap Sirih Piper betle Piperaceae Daun Bahan pembuatan Jampi Budidaya, Liar Melimpah 32. Wangunt - - Meliaceae Batang Liar Melimpah 33. Nyelutui Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Batang Liar Melimpah Beliant Semur 34. Pengoq - - Sapindaceae Daun Untuk Rautan (Reff), diletakan pada Benawingk Dijadikan patung dengan jenis kelamin wanita Dijadikan Jeak Banyungk dan haampir semua upacara adat Suku Dayak Tunjung Timeq, Beliant Bawo, Semur, Sentiu Hampir semua upacara adat Melas Liar Melimpah 35. Pengoq peai - - Piperaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah 36. Sewet Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Jantung buah, Daun, Batang Liar Melimpah 37. Mawa - - Cannabaceae Daun, Kulit batang Batang dijadikan patung, daun dijadikan media penyampaian matra dan pembungkus sesaji, jantung dijadikan alat upacara Daun dijadikan Jeak, Kulit batang dijadikan Ancak Semua Upacara Adat Semua Upacara Adat Beliant Nyenturuh Bukur Liar Melimpah Hampir semua Upacara Adat - 38. Puant Keledang Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Semua Upacara Adat - 39. Jiee - Artocarpus lanceifolius Roxb - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat - Penyembuhan Perkenalan dengan alam sekitar Penyembuhan Penyembuhan, penebusan atas suatu kesalahan yang dilakukan kepada alam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 Nama No Famili Organ yang digunakan Cara penggunaan Jenis dan sumber perolehan Ketersediaan di lapangan Jenis upacara Tujuan Upacara Daerah Umum Ilmiah 40. Persiah - - Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat - 41. Paku-paramp - Polypodium vulgare Polypodiacea e Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat - 42. Tu-tawa - Costus speciosus Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah - - Leguminosae Batang, daun Liar Melimpah Liana - Daun Liar Melimpah Melas - - Rhizophorac eae Sapindaceae Batang dijadikan patung, Daun dijadikan Jeak Daun dijadikan Jeak 46. Memaliq/Sm eneo Gaka Ngelagit Lempung ngayo Rekep Semua Upacara Adat Semua Upacara Adat Melas - 43. Zingiberacea e - Batang Untuk menyandarkan Benawingk Budidaya, Liar Kurang Melas 47. Gai syi‟it Rotan Arecaceae Semua organ tumbuhan (utuh) Wuint awoi( digunakan utuh dari akar sampai daun) Lair Langka Timeq 48. Gai sokak Rotan Calamus balingensis Furtado Calamus caesius Arecaceae Batang Dijadikan tali pengikat Budidaya, Liar Melimpah Timeq Penyembuhan 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Daun Daun dijadikan Wuint awooiy Liar Kurang Timeq Penyembuhan 50. Terincingk Nanas Ananas comosus Bromeliaceae Dijadikan pencawangk Budidaya, Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan 51. - Digunakan sebagai pencawangk Budidaya, Liar Kurang Ngawat Selasih Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Penyembuhan (diagnosa penyakit) Penyembuhan 53. Katapuq - Eleiodoxa conferta Ocimum basilicum Thymus vulgaris Arecaceae 52. Kumar/Lemp ucant Telasih Batang, Daun, Buah Daun dan Batang Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang 54. Pegangk Lau Ilalang 55. Bunglew 56. 57. 44. 45. 58. Perkenalan dengan alam sekitar Perkenalan dengan alam sekitar Perkenalan dengan alam sekitar Penyembuhan Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah - Imperata brevifolia - Beliant Semur, Beliant Bawo Beliant Semur, Beliant Bawo Timeq Moraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam Deraya - - - Batang Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan Peringk Taliq Kuayant - Bambusa sp. Poaceae Batang Dijadikan patung dengan jenis kelamin laki-laki Dijadikan Benakak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam - Bambusa Poaceae Batang Digunakan untuk melakukan Lair Melimpah Ritual Kenu, Penyembuhan Penyembuhan Penyembuhan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 Nama No Daerah Umum Kuning Famili Ilmiah Organ yang digunakan vulgaris Schard Cara penggunaan Jenis dan sumber perolehan Ketersediaan di lapangan Jenis upacara Tujuan Upacara 59. 60. Nturui Lunuk Beringin Artocarpus.sp Ficus benjamina Moreceae Moraceae Daun Daun ritual jika ada kesalahan dalam melakukan upacara. Dijadikan Jeak Dijadikan Jeak Beliant Semur 61. Raja Pengalah Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq Timeq, Beliant Rantau Perangk, Melas Melas 62. Pentar - Ficus carica Moraceae Daun Lair Melimpah Banyungk 63. Nggkuduq Mengkudu Rubiaceae Daun Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan 64. Lancingk senit Langusei Morinda citrifolia Ficus minahassae Moraceae Daun dan Batang Dijadikan makanan patung (Kernyamp) Dijadikan makanan patung (Kernyamp) Dijadikan jeak (pada batang dijadikan patung) Penyembuhan Penyembuhan dan perkenalan dengan alam & lingkungan Penyembuhan dan perkenalan dengan alam & lingkungan Penyembuhan Liar Melimpah Melas 65. Mermungk - - - Buah Lair Kurang Rantau perangk 66. Engkehuyo - Asteraceae Daun Lair Melimpah Pejeak 67. Tuq salah Tebu Chromolaena odorata Saccharum officinarum L Dijadikan sebagai sumpit dalam uapcara adat Jeak Penyembuhan dan perkenalan dengan alam & lingkungan Penyembuhan Poaceae Batang dan daun Jeak Budidaya, Lair Kurang Pejeak 68. geriq Kemiri Aleurites moluccana Euphorbiacea e Buah Buah digunakan sambil membacakan mantra (digunakan dalam tempurung kelapa) Budidaya, Liar Melimpah Beliant semur (banci) Penyembuhan 69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Daum Dijadikan jeak Liar Melimpah Melas, Timeq 70. Akar Liana - Leguminosae Batang Lair Kurang Semua jenis upacara adat 71. Ukor - - Arecaceae Liar Kurang Beliant Ngawat 72. Bemant Bemban Donax canniformis Marantaceae Batang, daun, buah Batang Dijadikan sampo dalam ritual membersihkan diri sebelum upacara Digunakan sebagai pencawangk Penyembuhan, perkenalna dengan alam - Dianyam menjadi Kelangkangk burung Liar Melimpah Beliant kencong Liar Liar Kurang Melimpah Menghilangkan aura negatif dari lingkungan Menghilangkan aura negatif dari lingkungan Pencarian jenis penyakit, Penyembuhan Penyembuhan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 Nama No Famili Organ yang digunakan Cara penggunaan Jenis dan sumber perolehan Ketersediaan di lapangan Jenis upacara Tujuan Upacara Daerah Umum Ilmiah 73. Botoq Ramban Trema orientalis Cannabaceae Batang dan Daun DijadikanTempusoq dan pondasi pada Balai Liar Melimpah Beliant Rantau Perangk Penyembuhan 74. Niungk - - Arecaceae Tulang Daun Liar Kurang Timeq Penyembuhan 75. Jauq - - Arecaceae Buah dan Daun Dijadikan “pancing” dalam uapcara adat Digantung pada Longan Bayat Liar Kurang Nalint taont, timeq 76. Belayant - Tinospora crispa Menispermac eae Batang dan Daun Dililitkan mengelilingi Lonngan Liar Melimpah Beliant Nyumangk Pemeliharaan hubungan dengan alam, Penyembuhan Penyembuhan 77. Ntrarant - Amomum sp. Batang Dijadikan longan Liar Kurang Beliant Bawo Penyembuhan 78. Biruq Torungk - Livistona sp Zingiberacea e Arecaceae Semua organ tumbuhan secara utuh Dijadikan tongkat atau Alu (penumbuk) dalam upacara adat Liar Kurang Nalint taont Pemeliharaan hubungan dengan alam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa Suku Dayak Tunjung memiliki kemampuan untuk mengenali tumbuhan berdasarkan habitat, bentuk dan warna daun, warna dan jenis batang, jenis akar tumbuhan, warna bunga dan juga aroma dari tumbuhan tersebut. Kemampuan mengenali tumbuhan yang dimiliki oleh Suku Dayak Tunjung, lahir dari proses interaksi antara Suku Dayak Tunjung dengan alam dalam kehidupan sehari-hari. Tumbuh-tumbuhan yang telah dikenali kemudian diberi nama, dan nama tersebut diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan. Penamaan tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung didasari oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karakteristik morfologi tumbuhan dan habitatnya, selain itu penamaan tumbuhan bisa dipengaruhi oleh fungsi tumbuhan tersebut dan dampak yang ditimbulkan oleh tumbuhan terhadap makhluk hidup atau tumbuhan lain. Selain dua faktor di atas, penamaan tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung juga bisa dipengaruhi oleh faktor kesamaan bentuk tumbuhan tersebut dengan makhluk hidup lain. Contoh penamaan tumbuhan yang dipengaruhi oleh ciri mofologi salah satunya adalah pada tumbuhan Gaka ngelagit. Kata „Gaka‟ dalam dalam bahasa Tunjung adalah sebutan untuk tumbuhan liar, khususnya yang memiliki batang semu panjang dan lurus dengan ukuran maksimal 20 cm, sedangkan „Ngelagit‟ berasal dari kata „Agit‟ yang berarti alat pengait. Jadi nama Gaka ngelagit merupakan penamaan untuk salah satu spesies tumbuhan dengan batang semu yang panjang dan memiliki alat pengait (gambar 4.47). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 Contoh penaman tumbuhan berdasarkan fungsi tumbuhan tersebut dan dampak yang ditumbulkan oleh tumbuhan terhadap makhluk hidup atau tumbuhan lain adalah pada penamaan Raja pengalah pada tumbuhan benalu. Kata „Raja‟ dalam bahasa Dayak Tunjung sama dengan arti kata raja dalam bahasa Indonesia, yang dapat diartikan memiliki kekuatan atau kekuasaan lebih dibandingkan dengan yang lain dalam ruang lingkup yang sama dengan dirinya, sedangkan kata „Pengalah‟ dalam bahasa Indonesia memiliki arti Penakluk. Berdasarkan penjelasan ini maka spesies tumbuhan dengan nama Raja pengalah menunjuk pada sauatu tumbuhan yang memiliki kemampuan menguasai atau mengalakan tumbuhan lainnya. Dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung, sering dijumpai penamaan tumbuhan yang identik. Sebagai contoh penamaan tumbuhan Pengoq peay dan Pengoq. Dari pembahasan tumbuhan nomor 34 dan 35 jelas kedua tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang berbeda, penamaan yang identik ini berdasarkan organ tumbuhan yang paling menonjol. Pengoq peay dan pengoq memiliki buah dengan warna dan bentuk morfologi yang hampir sama, hanya saja ukuran buah pengoq peay lebih kecil dari pengoq, hal inilah yang menjadi dasar pemberian nama yang identik terhadap kedua tumbuhan tersebut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 Deskripsi dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung seperti yang terdapat pada tabel 4.1, adalah sebagai berikut : 1. Jojot (Musa sp) Jojot atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pisang hutan (Musa sp), merupakan jenis pisang yang tumbuh liar dihutan Kalimantan, khususnya di wilayah Kabupaten Kutai Barat. Daun dan buah: Jojot sekilas mirip seperti pisang pada umumnya, hal yang membedakan adalah buahnya yang berukuran kecil dan banyak terdapat berbiji, pada daun jojot muda teradapat banyak bintik berwarna merah. Batang: Jojot umumnya tumbuh tegak jika dibandingkan dengan jenis pisang yang ditanam pada umumnya, tinggi dapat mencapat 3,5 meter, dengan diameter batang jojot dewasa berkisar antara 14 sampai 25 centi meter. Gambar 4.3 Daun Jojot muda (Musa balbisiana) Penggunaan dalam upacara adat: Dalam segala jenis Upacara adat Suku Dayak Tunjung, jojot merupakan komponen yang selalu ada. Bagian dari tumbuhan yang dimanfaatkan berupa batang, akar, daun dan bahkan tumbuhan ini secara utuh diambil dan gunakan dalam upacara. Batang beserta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 akar digunakan sebagai patung yang melambangkan manusia ataupun roh/dewa yang dipuja dalam upacara tersebut. Daun Jojot digunakan sebagai pembungkus sesaji, alas peralatan upacara dan juga dapat digunakan sebagai jampi, yaitu alat untuk menyampaikan mantra kepada subjek upacara adat. Jojot dapat digunakan secara utuh dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, jojot yang digunakan biasanya jojot muda dengan diameter batang 5 hingga 8 cm. 2. Sempat Sempat merupakan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae, tumbuh disemua tempat dan digolongkan sebagai tanaman liar. Sempat memiliki kemiripan dengan kecombrang, daun dan batang identik dengan kecombarang. Batang dan akar: Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1 hingga 3,5 meter, memiliki batang semu tegak dengan diameter 2 hingga 4 cm. Tumbuhan ini tumbuh bergerombol, dan membentuk akar rimpang yang kemudian berbuah dari akar rimpang tersebut. Daun: Sempat berdaun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan lebar berkisar antara 40-50 cm, lebar daun berkisar antara 8-10 cm. ujung dan pangkal daun runcing, berwarna hijau. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, sempat digunakana sebagai patung, sama halnya dengan batang pisang hutan, di mana bagian dari tumbuhan ini yang digunakan adalah pangkal batang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya 3. Juangk (Cordyline terminalis) Juangk atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama hanjuang merah (Cordyline terminalis), tanaman ini pertama kali ditemukan di asia timur. Daun: Juangk dapat dikenali dengan ciri-ciri di mana daun berupa daun tunggal, berbentuk lanset lebar, berwarna merah tua, merah muda ataupun bisa berwarna hijau. Daun Juangk memili panjang antara 15-30 cm, dengan lebar berkisar antara 14-15 cm. Buanga dan Buah: Bunga berbentuk malai, panjang berkisar antara 25 sampai 30 cm, berwarna hijau keunguan atau kuning muda. Buah berbentuk bola, berwarna merah mengkilat. Batang: Tumbuhan Juangk memiliki batang semu tidak berkayu, tidak memiliki kambium. Lebar batang antara 2 hingga 8 cm. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 Gambar 4.5 Hanjuang merah (Cordyline terminalis L) Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, Hanjuang merah digunakan sebagai alat penyampaian mantra. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan batang. Tanaman ini sudah dikenal hampir diseluruh wilayah Indonesia, di mana pemanfaatan tanaman ini sebagian besar adalah sebagai tanaman hias, tanaman pagar, dan ada juga yang memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman obat. 4. Jeloq (Musa sp) Jeloq atau juga yang dikenal nangan nama umum pisang dalam bahasa Indonesia merupakan tumbuhan dari Famili Musaceae. Tumbuhan terna ini menghasilkan buah yang baik untuk konsumsi, sehingga menghasilkan nilai ekonomis dalam perannya bagi kehidupan manusia, sehingga pisang pun dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kutai Barat khususnya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 Gambar 4.6 Pisang (Musa sp) Pengunaan pisang dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai media penyampaian mantra, pembungkus sesaji dan alas alat-alat upacara dan juga bisa digunakan sebagai atribut upacara. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun, batang, dan tandan beserta buah dan jantung pisang. 5. Nancangk Nancangk atau yang juga dikenal dengan nama mahang (Macaranga mappa) dalam bahasa Indonesia, merupakan tumbuhan dari keluarga Euphorbiaceae. Daerah penyebaran mahang di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera dan Kalimantan (Kartasujana dan Martawijaya, 1979 dalam Damiri dkk, 2009). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 Batang: Mahang dapat tumbuh dengan ketinggian 10 hingga 35 meter, batang bulat dan lurus, berwarna coklat abu-abu hingga keputih-putihan. Mahang muda memiliki batang berongga pada bagian tengah, rongga ini di isi oleh semut. Daun: Mahang berdaun tunggal berbentuk bulat telur, melebar dan pada bagian ujung bercabang tiga meruncing pada bagian ujung. Permukaan bawah daun putih, berbuku halus dengan urat daun menjari, sedangkan bagian atas daun berwarna hijau. Gambar 4.7 Pohong mahang muda (Macarangan mappa) Penggunaan dalam upacara adat: Mahang dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung digunakan dalam pembuatan Balai, Ancak dan pembungkus sesaji, di mana sesaji yang dibungkus biasanya berupa nasi dan daging, atau bisa juga dalam bentuk lainnya. Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit batang dijadikan ancak, daun sebagai alas untuk meletakan sesaji pada balai. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 Pemanfaatan lebih jauh dari kayu mahang dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung adalah sebagai material untuk membangun pondok. 6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera) Nyoo atau juga yang kita kenal dengan kelapa merupakan tumbuhan dari famili Arecoideae, yang telah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Batang dan akar: Kelapa memiliki batang tunggal, namun tidak menutup kemungkinan bisa bercabang karena pengaruh lingkungan. Kelapa, yang merupakan tumbuhan monokotil memiliki akar tipe akar serabut. Daun: Daun kelapa merupakan tipe daun mejemuk menyirip, dengan penampang melintang pipih, unjung daun meruncing dengan panjang daun hingga 110 Cm. Tulang daun sejajar, daging daun tipis dan cukup kaku, permukaan daun licin dan berwarna hijau. Gambar 4.8 Kelapa (Cocos nucifera) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 Penggunaan dalam upacara adat: Nyoo atau kelapa digunakan sebagai media upacara, ataupun pembungkus makanan dan atribut upacara. Buah dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dan sebagainya. Hampir semua jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung melibatkan organ dari kelapa, baik daun, buah ataupun bunga yang biasa disebut Lancangk. 7. Tabak Tabak merupakan tumbuhan dari famili Poaceae, dapat dijumpai di daerah yang memiliki kontur tanah kering. Batang: Batang tumbuhan tabak merupakan batang semu, batang tersusun atas helaian daun. Daun: Tabak memiliki daun berwarna hijau, dengan tekstur permukaan daun lembut. Tulang daun sejajar, penampang melintang pipih, daging daun tipis. Tumbuhan tabak memiliki daun dengan lebar 2 hingga 3,5 cm, dengan panjang daun berkisar antara 30 sampai 45 cm. Akar: Tumbuhan tabak memiliki sistem perakaran tipe akar serabut. Penggunaan dalam upacara adat: Tabak adalah salah satu tumbuhan penting dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, dimana tabak wajib ada dalam setiap proses upacara adat. Bagian dari tumbuhan ini yang dimanfaatkan adalah akarnya, di mana akar tabak yang dibakar menghasilkan aroma khas yang menjadi penghubung dari proses upacara atau pelaku upacara beserta mantranya dengan roh/dewa yang dipuja dalam upacara PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 tersebut. Sebuah upacra harus dimulai dengan pembakaran akar tabak, jika tidak, dipercaya tujuan dari upacara tersebut tidak akan tercapai dan proses upacara menjadi sia-sia. Gambar 4.9 Tabak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp) Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp) Bambu adalah tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan membentuk rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 21 meter. Batang: Batang bambu berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak 10-45 cm, permukaan batang bambu berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna putih. Daun: Daun bambu berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular). panjang daun bambu berkisar antara 21 sampai 35 cm dan lebar 5-6 cm, dengan ujung rucing. Akar: Bambu memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya berada dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, bambu digunakan untuk perabotan membuat Balai, Telusuq, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 Lemang, Tara, tongkat dan lain-lain. Hampir semua jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung melibatkan komponen dari bambu dalam pelaksanaannya. Setelah melaksakan upacara, pihak yang mengadakan upacara, pelaku upacara dan semua yang menerima Burai, tidak dapat menyentuh bambu untuk beberapa hari. Hal ini disebabkan bambu memiliki miang yang terasa gatal apabila terkena kulit, hal ini menyebabkan penurunan makna atau bahkan kegagalan pencapaian tujuan upacara yang dilaksanakan. 9. Gaka malongk Gaka malongk merupakan tumbuhan jenis tumbuhan merambat yang tumbuh dan merambat pada pohon-pohon besar di dalam hutan, khusunya hutan hujan tropis Kalimantan Timur. Gaka malongk tumbuh dan berkembang diatas pepohonan yang menjadi inang perkembangbiakannya, di mana gaka malongk memiliki dua sumber makanan, pertama adalah dari tumbuhan inangnya dan dari tanah. Pada gaka malongk tua akan tumbuh batang semu yang merupakan percabangan dari batang utamanya, batang semu ini akan menghasilkan tunas gaka malongk baru. Batang semu gaka malongk akan bertumbuh menuju tanah dari atas pohon inangnnya, di mana pada bagian ujung batang yang telah mencapai tanah akan tumbuh akar, akar yang tumbuh adalah tipe akar serabut yang kemudian digunakan untuk mendapatkan makan. Batang: Batang semu gaka malongk memiliki panjang yang tidak terbatas, tergantung tinggi pohon inang yang di tempatinya dengan tanah. Batang ini dilapisi oleh kulit batang berwarna coklat, teradapat lapisan kambium pada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 batang gaka malongk. Batang gaka malongk tidak tampak lapisan usia, dengan tekstur sangat lentur dan kuat menjadikan batang semu ini cocok dijadikan tali untuk mengikat. Diameter dari batang gaka malongk bervariasi, batang terbesar bisa mencapai 9 cm. Gambar 4.11: Gaka malongk Daun: Daun gaka malongk berbentuk bundar dan meruncing pada ujungnya, dengan tulang daun melengkung, berwarna hijau gelap. Akar: Sistem perakaran akar serabut Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung gaka malongk digunakan untuk mengikat alat-alat upacara, yang juga dikenal dengan nama Ruyaq. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 10. Cahai/Kunyit (Curcuma domestica) Kunyit merupakan tanaman rempah-rempah yang telah dikenal diseluruh dunia, kunyit merupakan tanaman asli Asia Tenggara, yang kemudian menyebar ke seluruh Dunia. Batang: Kunyit memiliki batang semu, memiliki akar rimpang yang tumbuh membesar menjadi umbi pada bagian pangkal batang. Umbi bagian luar berwarna cokelat, dan bagian dalam berwarna kekuningan. Daun dan Bunga: Memiliki daun tunggal berbentuk bulat telur (lanset), memanjang hingga 40 cm, dengan lebar berkisar antara 7-14 cm, pertulangan daun menyirip dan berwarna hijau. Memiliki bunga majemuk, dengan warna putih kekuningan. Gambar 4.12 : Kunyit (Curcuma domestica) Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, kunyit dimanfaatkan sebagai pewarna (kuning) pada sesaji dan juga antribut upacara. Istilah mewarnai dalam Upacara Adat ini sering disebut dengan istilah Noccou. Kunyit adalah bahan mutlak dalam proses pewarnaan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 atribut dan bahan upacara, tidak dapat digantikan dengan zat-zat pewarna buatan. 11. Lejaq/Jahe (Zingiber officinale) Seperti halnya kunyit, jahe merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, dengan demikian maka jahe sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan sudah dikenal secara luas oleh masyarakat dunia. Batang: Jahe merupakan tanaman berbatang semu, berbentuk silindris dengan tinggi tanaman berkisar antara 30 hingga70 cm. Memiliki rimpang berwarna putih, putih kekuningan atau jingga, rimpang inlah yang kemudian dimanfaatkan sebagai rempah atau bumbu dapur. Daun: Memiliki daun berpasangan tersusun berseling-seling secara teratur dengan panjang 15 – 23 cm, lebar 1– 3 cm, dengan panjang tangkai daun berkisar 2–4 mm. Tulang daun sejajar, permukaan daun bagian atas berbulu putih. Ujung daun berbentuk runcing yang membulat pada bagian pangkal. Penggunaan dalam upacara adat: Jahe digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam upacara adat mereka sebagai rempah sesaji, di mana hewan korban yang dipotong akan diambil hatinya untuk sesaji, sesaji ini dalam pembuatannya diberi jahe dan garam kemudian panggang hingga setengah matang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 Gambar 4.13 : Jahe (Zingiber officinale) 12. Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) Kayu ulin merupakan tumbuhan khas dari Kalimantan dan Sumatra bagian selatan, memiliki tekstur batang yang keras, padat dan berat membuat kayu ini menjadi pilihan utama untuk bahan konstruksi bangunan, karena mampu bertahan dalma waktu yang cukup lama bahkan dalam kondisi basah atau berada di dalam tanah sekalipun. Kayu ulin dapat tumbuh hingga mencapai 80 meter, dengan lebar pohon hinngga 3 meter. Pohon ulin dengan batang mencapai diameter lebih dari 1 meter akan berlubang pada bagian tengahnya. Batang: Pohon ulin memiliki batang dengan kulit luar berwarna merah kecolatan, dengan permukaan halus. Daun dan Buah: Tulang daun kayu ulin menyirip, bentuk daun oval dengan panjang 6 -20 cm, dan lebar berkisar antara 8-14 cm. Daun kayu ulin PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 berwarna hijau, di mana ulin muda akan memiliki daun yang lebar, senakin tua kayu ulin, semakin kecil daun yng ia miliki. Buah ulin dapat bertahan dari segala kondisi lingkungan, hal ini disebabkan buah kayu ulin memiliki tiga lapisan. Gambar 4.14 : Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) Lapisan terluar adalah kulit buah yang kemudian dilanjutkan dengan lapisan dari zat yang sangat keras, yang melindungi inti buah dari kerusakan, kemudian inti buah. Buah kayu ulin memiliki diameter kurang lebih 7 cm, dengan panjang hingga 15 cm. Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan kayu ulin dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai patung dan juga bahan pondasi dari Balai. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 13. Ntugaq Gambar 4.15 : Cabang kayu entugaq dan daunnya Batang: Ntugaq adalah jenis kayu endemik daerah Kalimantan, khususnya Kutai Barat. Entugaq adalah jenis kayu berbatang keras, terdapat kambium, kulit batang tipis dan berwarna hitam abu-abu dan terdapat corak keputihputihan. Batang entugaq dapat tumbuh dan berkembang mencapai ketinggian 10 meter, dengan lebar hingga 40 cm, setelah itu entugaq akan mati. Daun: Memiliki bunga lengkap, daun berwarna hijau sedangkan daun muda berwarna merah atau ungu, lebar daun berkisar antara 4 sampai 7 cm, dengan panjang 10 sampai 14 cm. Tulang daun dan urat daun sejajar, dengan bagian atas daun halus dengan tekstur keras serta licin, ujung daun meruncing. Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan entugaq dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai Reef, Tempusoq dan juga digunakan sebagai tiang Ancakq. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 14. Tempera Gambar 4.16 : Tempera Daun: Tempera merupaka tumbuhan merambat yang tumbuh di daerah yang memiliki tanah dengan kandungan air yang sedikit. Tumbuhan ini memiliki daun tunggal dengan tulang daun menjari sejajar. Daun lebar dengan bagian ujung meruncing serta bergerigi pada bagian tepi. Memiliki daun dengan lebar berkisar antara 11-17 cm, sengan panjang dapat mencapai 26 cm, bagian bawah daun kasar dan berbulu. Bagian atas daun licin dan bergelombang. Batang dan Akar: Memiliki batang semu yang cukup lentur dengan dan kuat, batang dilapisi kulit luar berwarna merah, bagian dalam putih dengan batang pokok berserat. Memiliki akar tipe akar tunggang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, Tempera digunakan sebagai bahan pengikat atribut upacara atau bisa juga digunakan sebagai Jeak. Bagian yang digunakan adalah batang semu dan daun, daun bisa juga digunakan untuk mencuci alat upacara, di mana fungsinya adalah sebagai pengganti spons. 15. Tokongk Tokongk, merupakan tumbuhan dari famili Zingiberaceae, tumbuh dengan batang semu, sekilas sangat mirip dengan tumbuhan kecombrang dan sempat. Gambar 4.17 : Bunga tokongk (Amomum aceleatum) Batang: Tokongk tumbuh dengan batang semu dengan ketinggian dapat mencapai 2 meter, diameter batang berkisar antara 2,5 hingga 4,5 cm. Daun: Daun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan panjang 40-50 cm, lebar 8-10 cm, ujung dan pangkal daun runcing, memiliki daun tunggal dengan tulang daun menjari. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 Akar, Bunga, Buah: Tokongk memiliki akar rimpang dalam tanah yang cukup banyak, dengan panjang dapat mencapai 2 hingga 3 meter. Akar rimpang ini dapat menghasilkan bunga yang mucul ke permukaan tanah, bunga dari tumbuhan tokongk termasuk bunga majemuk. Gambar 4.18 : Tokongk (Amomum aceleatum), tumbuh dan berkembang menjadi koloni yang dominan Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, tokongk digunakan sebagai bahan baku pembuatan Balai, di mana bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah batang semu dari tokongk. 16. Kuayant Kuayant adalah bambu hijau dengan ukuran lingkar batang lebih besar dari bambu hijau biasa. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 Batang: Kuayant dapat dikenali dengan ukuran batangnya yang lebih besar dari bambu pada umumnya dengan jarak internodus berkisar antara 30-50 cm, kuayant memiliki diameter batang rata-rata 17 hingga 20 cm, dengan lebar daging batang berkisar antara 1 hingga 1,5 cm. Daun: Daun lurus, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-7 cm dengan lebar maksimal 5cm, ujung daun meruncing, berambut pada kedua permukaan daun, daun berwarna hijau pucat keputih-putihan. Gambar 4.19 : Batang kuayant (Bambusa sp) Akar: Akar serabut Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, kuayant dimanfaatkan sebagai Balai atau Pantiq, di mana bagian yang dimanfaatkan adalah batang dari kuayant. Meskipun bambu memiliki banyak jenis, dalam upacara adat telah ditentukan fungsi dan bahan dari alatalat yang digunakan sehingga tidak dapat diganti dengan bambu dari jenis lainnya. Selain dalam upacara adat, kuayant juga banyak dimanfaatkan dalam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 kehidupan sehari-hari masyarakat Suku Dayak Tunjung, mengingat tebalnya daging batang yang dimiliki, sehingga mampu bertahan dalam waktu yang relatif lama. 17. Tuuq/Tebu (Saccharum sp) Tebu merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam kelas rumput-rumputan, dan hanya mampu tumbuh dan berkembang di daerah yang beriklim tropis. Tumbuhan ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman industri, hal ini tidak terlepas dari batang semu tebu yang banyak mengandung glukosa. Biji dan Akar: Tebu merupakan tumbuhan biji berkeping satu, sehingga memiliki sistem perakaran akar serabut. Batang: Batang tumbuh tegak lurus beruas-ruas dan dapat mencapai ketinggian hingga 3,8 meter, permukaan batang dilapisi lilin yang berwarna putih keabu-abuan. Batang memiliki warna yang bervariasi, mulai dari hijau, kuning hingga ungu, hal ini tergantung dari jenis spesies tebu itu sendiri. Daun: Daun tebu berbentuk lanset atau pita, dengan panjang dapat mecapai 1,5 meter dan lebar 5 sampai 7 cm. Daun tebu memiliki pelepah yang menutupi sebagian batangnya, tulang daun sejajar dan bagian tengahnnya berlekuk (midrip). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 Gambar 4. 20 : Tebu (Saccharum sp) Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, tebu digunakan sebagai tiang pusat upacara, dimana pelaku upacara yang menjalankan ritual, akan mengelilingi tiang ini melakukan beberapa tarian. 18. Pangir/bungaq Pangir atau bungaq merupakan tumbuhan termasuk dalam famili rubiaceae, tumbuhan ini memiliki bunga merah berkelompok dalam 1 tangkai bunga. Batang: Pangir memiliki batang yang keras dan berkambium, kulit batang halus dan berwarna coklat atau abu-abu. Pangir dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan lebar batang hingga 25 cm. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 Gambar 4.21 : Tumbuan pangir (Morinda sp) Daun: Daun pangir berwarna hijau dengan pertulangan daun menyirip, meruncing pada bagian ujung dan pangkal, bagian tepi daun rata. Lebar daun berkisar antara 15 hingga 18 cm, dan panjang hingga 21 cm. Bunga: Bunga pangir berwarna merah, kelopak bunga merupakan perpaduan warna merah dan putih, termasuk kedalam jenis bunga sejati. Penggunaan dalam upacara adat: Suku Dayak Tunjung menggunakan bunga pangir dalam upacara adat sebagai media untuk menyampaikan berkat upacara terhadap orang atau barang yang menjadi objek upacara. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 19. Pujaq Batang: Pujaq adalah tumbuhan semak dengan batang berkayu, batang berwarna hijau, ukuran batang maksimal 0,4 cm. Bunga: Bunga banci berwarna merah, kelopak bunga berwarna merah atau merah muda. Daun: Daun tunggal berulang sejajar, dengan lebar daun 3-5 cm dan panjag berkisar antara 6 sampai 8 cm. pinggir daun datar, permukaan daun halus dengan tekstur keras namun daun secara keseluruhan lentur. hingga 0,6 cm. Daun berwarna hijau, daun duduk berhadapan. Gambar 4.22 : Tumbuhan pujaq Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pujaq digunakan untuk mewarnai daun kelapa yang dikenal dengan istilah Noccou. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun, di mana daun pujaq dapat menghasilkan warna merah dari sari-sari daun yang telah dihancurkan dan dicampurkan dengan air. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 20. Ami/ Uncaria gambir Gambir (Uncaria gambir) secara tradisional digunakan untuk menyirih, mengandung senyawa katekin yang digunakan di industri kesehatan untuk berbagai keperluan, industri kosmetik, industri minuman dan makanan serta sebagai pewarna alami. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan ranting. Gambir tumbuh pada ketinggian 200 hingga 900 meter diatas permukaan laut, termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang keras. Gambar 4.23 : Tumbuhan gambir (Uncaria gambir) Batang: Batang tegak, bulat, percabangan simpodial, warna cokelat pucat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71 Daun: Daun tunggal, berhadapan, bentuk lonjong, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing, panjang 8 - 13 cm, lebar 4-7 cm, warna hijau dengan tulang daun sejajar. Bunga: Bunga majemuk, bentuk lonceng, terletak di ketiak daun, panjang kurang lebih 5 cm, mahkota bunga 5 helai berbentuk lonjong, berwarna warna ungu. Buah: Buah gambir berbentuk polong semu berpenampang dengan ukuran 2 cm dan penuh dengan biji-bijian halus yang berukuran rata-rata 1-2 mm. Pada bagian luarnya terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar cukup jauh dari pohonnya karena dibawa oleh angin. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, gambir digunakan untuk membuat urapan upacara atau yang dikenal dengan istilah Jampiq. 21. Gaka Kedot Gaka dalam bahasa Suku Dayak Tunjung berarti tumbuhan merambat yang memiliki batang semu, batang lentur dan tidak berkayu, hidup dengan membelit tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar matahari. Gaka kedot termasuk kedalam jenis tumbuhan liana, dimana gaka kedot membelikan batang semunya dan merambat melalui batang bohon untuk mencapai kenopi hutan hujan tropis, hal ini supaya gaka kedot mendapatkan cahaya yang cukup untuk mengolah makanan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 Gambar 4.24 : Gaka kedot Daun: Gaka kedot memiliki daun yang lebar dengan pertulangan daun menyirip, lebar daun dapat mencapai 15 cm dan panjang 21 cm. daun merucing pada bagian ujung dan pangkal, tepi daun rata, berwarna biru, memiliki tangkai daun dengan panjang rata-rata 15 cm. Batang: Gaka kedot memiliki batang berupa serat dengan alur seperti tali pada bagian dalamnya, alur ini bersifat lentur dan kuat, alur inilah yang dimanfaatkan sebagai tali pengikat atribut upacara. Batang gaka kedot memiliki kulit luar berwarna coklat, bagian dalam putih kekuningan. 22. Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb) Gai dalam bahasa Dayak Tunjung berarti rotan, sedangkan Pelas berasal dari kata Melas, mengacu pada upacara pengukuhan atau peresmian, bisa juga PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 diartikan sebagai penabisan. Gai pelas adalah jenis rotan yang digunakan dalam acara Melas. Batang: Rotan ini dikenali dengan ciri-ciri berbatang kecil, dengan ukuran batang 0,4 cm, dan panjang dapat mencapai 40 meter. Gambar 4.25 : Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb) Daun: Gai pelas memiliki daun berbentuk lanset, dengan lebar daun berkisar antara 4-7 cm dan panjang daun berkisar anatara 18 hingga 22 cm, tulang daun sejajar, bagian tepi dan bawah daun berduri, tulang daun pada bagian ujung daun memanjang membentuk alam pembelit dengan panjang hingga 1 meter, dengan duri-duri kecil dan kokoh. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, gai pelas digunakan untuk menggantungkan Subbai. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 23. Harump Batang: Harump merupakan tumbuhan dari famili Acanthaceae, memiliki batang berkayu, dapat tumbuh hingga 1,7 meter dan berwarna ungu kehitaman. Daun dan Bunga: Berdaun tunggal, tangkai daun pendek, bentuk tangkai daun bulat, pertulangan daun menyirip, permukaan atas daun mengkilap dan licin, tepi daun rata dan berwarna ungu, bunga harup merupakan bunga majemuk. Gambar 4.26 : Harump PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, harump digunakan seagai alat upacara, di mana harump digantung pada Longan bayat. 24. Komat/puring hijau Puring merupakan tanaman asli Indonesia, termasuk kedalam jenis tumbuhan perdu dengan ketinggian bisa mencapai 2 meter. Batang: Puring memiliki batang bulat berkayu, memiliki kulit batang dan kambium, kulit batang puring berwarna coklat. Gambar 4.27 : Puring hijau (Condieaum variegatum) Daun: Puring hijau memiliki daun dengan bintik kuning pada permukaan daun, tulang daun menyirip dan bagian tepi daun rata serta meruncing pada bagian pangkal dan ujung daun. Tumbuhan dari famili Euphorbiaceae ini PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 memiliki daun dengan lebar 5 hingga 7 cm, dan panjang daun berkisar antara 10 hingga 17 cm. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, puring hijau dijadikan Pengasi, di mana bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun hingga sebagian batang. 25. Engkapaq/ paku sarang burung (Asplenium nidus) Merupakan jenis tumbuhan paku yang sering dijadikan sebagai tanaman hias halaman. Tumbuhan ini memiliki ental (frond), dengan panjang dapat mencapai 1,5 meter, yang berguna untuk menyimpan cadangan air. Daun, Spora: Tulang daun menyirip tunggal, warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi bawah helai daun, atau pada urat-urat daun bagian bawah. Sorus dilindungi oleh semacam kantung dengan bentuk memanjang. Gambar 4.28 : Paku sarang burung (Asplenium nidus) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, paku sarang burung dijadikan Anjat/Bakeq, yang penggunaannya secara simbolis sebagai tas bagi pelaku upacara dalam melaksanaan jalannya ritual upacara. 26. Muungk/Hemuungk (Blumea balsamifera) Muungk dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan nama sembung, adalah tumbuhan jenis perdu yang bisa digunakan sebagai obat-obatan. Gambar 4.29 : Tumbuhan sembung (Blumea balsamifera) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 Batang: Sembung memiliki batang dengan tinggi dapat mencapai 2 meter, batang tegak, bagian atas batang berbulu, warna hijau abu-abu. Daun: Daun tunggal, tersebar, helai daun lonjong, pangkal dan ujung meruncing, tepi bergerigi, permukaan daun bagian atas dan bawah berbulu, berdaun lebar, lebar daun 14-16cm, panjang daun 21-24 cm, dengan pertulangan daun menjari. Bunga dan Biji: Bunga berbentuk tandan, tumbuh diketiak daun dan ujung batang, mahkota berwarna putih kekuningan. Buah kotak, bentuk silindris, berambut warna putih kecokelatan. Biji pipih dan berwarna warna putih. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, sembung digunakan sebagai pengasi. 27. Kuncengk/Heredong (Melastoma polyanthum) Tanaman ini merupakan tanaman perdu yang tumbuh liar di dataran tinggi yang banyak mendapat paparan sinar matahari. Batang: Batang heredong berkayu, berbentuk bulat dan berbulu, percabangan batang simpodial dan batang heredong berwarna coklat. Daun: Heredong berdaun tunggal, berbentuk bulat telur dengan panjang panjang 2-20 cm, lebar daun kerang lebih 1-8 cm, duduk daun berhadapan, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, permukaan atas dan bawah daun berbulu,daun bagian atas berwarna hijau, bagian bawah berwarna hijau pucat dan abu-abu. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 Gambar 4.30 : Bunga/buah Heredong (Melastoma polyanthum) Bunga: Bunga heredong majemuk, kelopak bunga berlekatan, memiliki daun pelindung, berwarana ungu kemerahan, benang sari 8 sampai 12, panjang kurang lebih 3 cm berwarna merah muda, memiliki satu putik, kepala putik berbintik hijau, bakal buah beruang empat sampai enam, mahkota lima buah berbentuk bulat telur berwarna ungu. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, heredong digunakan sebagai ramuan untuk diminum pelaku upacara ketika proses upacara berlangsung dan pelaku upacara mengalami kerasukan. 28. Peridangk/Rumput teki (Cyperus rotundus) Rumput teki atau yang dikenal dalam bahasa latin adalah Cyperus rotundus, merupakan salah satu tumbuhan rumput semi menahun yang tingginya bisa mencapai 10 hingga 95 cm. Batang: Rumput teki termasuk jenis tumbuhan terna yang memiliki batang lunak, berbentuk segi tiga dan berwarna warna hijau. Rumput teki PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80 membentuk umbi di pangkal batang, membentuk rimpang panjang yang kemudian dapat membentuk tunas baru, daun-daun terdapat di pangkal batang. Gambar 4.31 : Peridangk atau Rumput teki (Cyperus rotundus) Daun: Daun Rumput teki memiliki pertulangan daun sejajar, permukaan daun licin dan tidak berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang membujur di bagian tengah, ujung daun meruncing. Daun rumput teki merupakan daun tunggal berbentuk lanset dan berpelepah, pada bagian tepi daun tajan dan rata. Akar: Rumput teki memiliki sistem perakaran akar serabut. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung,rumput teki digunakan sebagai Jeak dalam upacara Banyungk. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81 29. Paant/Pinang (Areca catechu) Batang: Pohon pinang meiliki batang yang lurus dan langsing, pohon pinang dapat mencapai ketinggian 25 m dengan diameter 15 hingga 25cm. Daun: Tajuk tidak rimbun, pelepah daun membentuk tabung dengan panjang 80 cm, tangkai daun pendek, helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak daun 85 x 5 cm, dengan ujung sobek dan bergerigi, bentuk daun lanset dengan pertulangan daun sejajar, sistem perakaran pinang adalah akar serabut. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pinang digunakan sebagai Kabungk. Hampir semua upacara adat Suku Dayak Tunjung melibatkan organ dari tumbuhan pinang, salah satu jenis upacara yang menggunakan daun pinang adalah Banyungk. Pinang saat ini dimanfaatkan sebagai tanaman konsumsi, di mana buah pinang dimakan bersama dengan daun sirih dan kapur. Piang juga dimanfaatkan sebagai tanaman industri, kini pinang dibudidayakan dalam sekala besar sebagai komoditi ekspor dari Indonesia. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 Gambar 4.32 : Pohong pinang (Areca catechu) 30. Sarap/Aren (Arenga pinnata) Enau atau aren (Arenga pinnata), merupakan tumbuhan dari suku Arecaceae. Aren adalah palma yang merupakan tanaman serba guna, penghasil gula dan juga buah aren dapat dimanfaatkan sebagai makanan, yaitu kolang kaling. Aren dapat tumbuh pada lahan mulai dari tanah liat, tanah berlumpur sampai dengan berpasir, dengan kesamaan tanah rendah. Tempat tumbuh yang paling baik 500 – 800 m dpl, curah hujan lebih dari 1.200 mm/tahun. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83 Gambar 4.33 : pohon aren (Arenga pinnata) Batang: Batang aren lurus, tinggi, dan ditutupi ijuk di bagian bawah pelepah daun. Bagian dalam dari batang eran meiliki serat, dengan batang bagian luar dilindungi oleh lapisan yang keras, batang bagian dalam lunak, batang aren tidak memiliki kambium. Daun: Daun aren memiliki tulang daun menyirip, tangkai daun 1-1,5 m dengan pelepah daun pada pangkalnya. Anak daun bentuk lanset, menyirip, pangkal membulat, ujung runcing, bagian tepi rata, tangkai pendek. Buah: Buah aren seperti buah batu, bulat sampai bulat telur dengan panjang 5-8 cm, berdaging, terdiri dari 2 - 3 biji, hitam. Bunga aren jantan dan betina berpisah, besar, tangkai perbungaan muncul dari batang, dengan panjang berkisar antara 1 hingga 1,2 meter. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84 Bunga: Bunga aren memiliki tandan, dengan malai bunga yang menggantung pada tandan tersebut. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau ruas-ruas batang bekas tempat tumbuh pelepah. Proses pembentukan bunga mula- mula muncul dari pucuk, kemudian disusul oleh tunas-tunas berikutnya ke arah bawah pohon. Dalam hal ini bunga aren tumbuh secara basiferal, yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung paling atas batang, sedangkan bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah. Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari bunga betina. Sedangkan yang di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga jantan. Tandan dari bunga aren ini yang kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan zat cair yang disebut Nira. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, daun aren digunakan sebagai Kabungk, dimana upacara adat yang mengunakan kabungk adalah Belian Sentiu, Beliant Bawo dan Belian Semur. 31. Rakap/Sirih (Piper betle) Piper bettle tumbuh di daerah hutan yang mempunyai curah hujan 2250 4750 mm/tahun. Tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 900 m dpl, dan menyukai tempat yang teduh dan terlindung dari angin, serta pada daerah yang kaya bahan organik dengan pH 7 – 7,5. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85 Gambar 4.34 Rakap/Sirih (Piper betle) Batang: Batang sirih umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk bulat, memiliki ruas, pada bagian ruas ini merupakan tempat tumbuhnya akar. Daun: Daun sirih berbentuk oval, tunggal, bagian ujung daun runcing, tumbuh berselang seling, setiap daun memiliki tangkai pendek, panjang daun berkisar 5-8 cm dengan lebar sekitar 2-5 cm. Bunga dan Akar: Bunga sirih majemuk berbentuk bulir, memiliki daun pelindung kurang lebih 1 mm dengan bentuk bulat panjang, akar sirih termasuk kedalam jenis akar serabut atau akar gantung. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Penggunaan dalam upacara adat: 86 Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, sirih digunakan untuk membuat Jampiq, yaitu alat penyampaian mantra upacara. Selain digunakan sebagai jampiq, sirih juga digunakan dalam kegiatan makan sirih, dimana daun sirih dimakan mentah dicampur dengan kapur sirih, buah pinang dan gambir. 32. Wangun Merupakan tumbuhan dari famili Meliaceae, tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan berbatang keras, dan menghasilkan aroma yang khas dari daunnya bila dibakar. Batang: Wangun memiliki batang berwarna coklat kehitaman pada bagian luarnya, dengan batang berbentuk bulat, berkambium. Tumbuh lurus dan jarang memiliki cabang, dapat mencapai tinggi 5 meter, dengan diameter batang dapat mencapai 5 cm. Daun: Daun wangun adalah daun majemuk dengan tulang daun menyirip genap, berwarna hijau cerah. Bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung dan pangkal daun, lebar daun berkisar antara 5 sampai 7 cm, dan panjang daun berkisar antara 12 hingga 15 cm. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, wangun digunakan untuk Reff, dan diletakan pada Benawingk, di mana bagian tumbuhan yang digunakan adalah batang. Wangun juga digunakan untuk mengusir hama di ladang, di mana daun wangun dibakar dan menghasilkan aroma yang semerbak, aroma ini tidak disukai oleh hama wereng dan belalang. 33. Nyelutui/Kayu gabus (Alstoniae cortex) Merupakan tumbuhan dari famili Apocynaceae, tumbuhan ini tumbuh hampir diseluruh wilayah Indonesia, dan dikenal dengan banyak nama. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 Gambar 4.36 Kayu gabus (Alstoniae cortex) Batang: Kayu gabus dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl, memiliki batang dengan warna putih abu-abi pada bagian luar, memiliki getah berwarna putih, batang lurus dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 100 meter dengan lebar batang dapat mencapai 1 hinggi 1,5 meter, memiliki percabangan menggarpu. Daun: Daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9 helai, pertulangan daun menyirip, bertangkai dengan panjang berkisar antara 7,5 – 15 cm, bentuknya lanset atau lonjong, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, panjang 10 – 23 cm, lebar 3 – 7,5 cm, warna hijau. Bunga: Kayu gabus memiliki bunga majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus dan rapat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89 Buang: Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 – 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, kayu gabus digunakan menjadi patung, bagian yang digunakan adalah batang, patung dari kayu gabus melambangkan dewa atau manusia laki-laki. 34. Pengoq Pengoq merupakan tumbuhan dari familli Sapindaceae, yang tumbuh dan berkembang pada hutan hujan tropis. Pengoq dapat tumbuh dan berkembang dengan ketinggian mencapai 15 meter. Batang: Pengoq memiliki batang bulat berkayu keras, tidak berbanir dan memiliki kulit batang dengan tekstur halus berwarna coklat, batang berkambium dengan diameter dapat mencapai 45 cm. Daun: Pengoq memiliki daun berwarna hijau tua dengan pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung daun, bagian bawah daun berwarna hijau pucat, permukaan daun licin dan halus. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 Gambar 4.37 pengoq Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pengoq digunakan sebagai Jeak, oran tumbuhan yang digunakan adalah daun hingga batang bagian atas. Terdapat dua jenis tumbuhan dengan nama yang sama dan fungsi yang sama pula, yaitu pengoq dan pengoq peai, namun tumbuhan ini berbeda jika dilihat dari ciri morfologinya. Fungsi masing-masing tumbuhan dalam upacara adat tidak dapat digantikan satu dengan yang lainnya. 35. Pengoq peai Batang: Pengoq peai merupakan tumbuhan dari famili piperaceae, memiliki batang berkayu keras, dengan bagian luar batang berwarna putih, batang lurus dan memiliki lapisan kambium. Pengoq peai dapat tumbuh hingga 2 meter dengan lebar batang hingga 4 cm. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91 Daun: Daun tunggal dengan pertulangan daun melengkung, daun berwarna hijau tua, bagian atas daun licin, bagian tepi daun rata dan bagian ujung daun meruncing. Daun pengoq peai memiliki lebar 13 cm, dan panjang 17 hingga 20 cm. Akar dan Bunga: Pengoq peai memiliki sistem perakaran akar tunggang, bunga banci tanpa hiasan bunga, terletak di ujung batang. Gambar 4.38 Pengoq peai Penggunaan dalam upacara adat: Pengoq peai dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung digunakan sebagai Jeak, yang berfungai untuk menyingkirkan segala jenis hal-hal negatif yang ada disekitar tempat berlangsungnya upacara ataupun pengaruh-pengaruh negatif yang timbul dari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92 proses upacara yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat disekitar tempat upacara ataupun pelaku upacara itu sendiri. 36. Sewet/pisang hutan (Musa sp) Sewet merupakan jenis pisang liar dari familli Musaceae yang tumbuh subur pada daerah hutan hujan tropis, khususnya pada hutan hujan tropis Kabupaten Kutai Barat. Gambar 4.39 Sewet (Musa sp) Sewet dapat dikenali dengan bentuk morfologinya yang tampak kokoh, baik dari batang, pelepah dan juga pertulangan daun serta buah yang besar. Buah: Sewet memiliki buah yang cukup besar, dengan diameter buah 2,5 hingga 4 cm dan panjang 12 hingga 14 cm. Buah sewet memiliki biji yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93 sangat banyak, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Buah sewet yang telah matang berwarna kuning, sedangkan buah muda berwarna hijau, buah sewet yang telah matang memiliki rasa manis jika dikonsumsi. Batang: Sewet termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur, pada sewet, diameter batang dapat mencapai 30 cm. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang sewet menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Daun: Daun sewet bentuknya lanset memanjang, berbeda dengan daun pisang pada umumnya, daun sewet tidak mudah mudah terkoyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya hijau. Bunga: Sewet memiliki bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Jantung pisang ini harus dipangkas setelah selesai berubah. Tiap kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94 buah. Akar sewet termasuk dalam jenis akar serabut seperti jenis pisang lainnya. Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, sewet digunakan untuk bahan pembuatan patung. Organ tumbuhan yang digunakan adalah batang, yang kemudia dibentuk menjadi patung manusia. Daun sewet digunakan untuk alas sesaji, pembungkus makanan dan lain-lain. 37. Mawa Mawa merupakan tumbuhan dari familli Cannabaceae, tumbuh pada daerah dengan ketinggian 400 hingga 900 dpl. Gambar 4.40 Mawa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 Batang: Mawa merupakan tumbuhan berbatang keras, memiliki batang lurus dan dapat tumbuh hingga 15 meter, kulit batang berwarna coklat kehitaman dengan permukaan halus, batang berkambium. Akar: Sistem perakaran adalah akar tunggang. Daun: Daun mawa berbentuk segitiga, meruncing pada bagian ujung daun. Daun bagian bawah berwarna kekuningan dan memiliki serbuk yang menyerupai tepung halus, bagian permukaan atas daun berwarna hijau tua dan licin. Tulang daun menjari, bagian tepi rata, lebar daun 10 hingga 14 cm dan panjang daun 15 hingga 20 cm. Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, daun mawa digunakan menjadi Jeak, kulit batang dijadikan Ancakq. 38. Puant/keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb) Batang: Tumbuhan dengan batang sejati berkayu keras, tinggi tumbuhan ini dapat tumbuh mencapai tinggi 36 m dengan batang lurus; memiliki cabang, kulit batang berwarna coklat kehitaman dengan permukaan yang kasar, memiliki lateks berwarna putih pucat dan kental. Kayu teras keledang berwarna cokelat-kekuningan jingga, kadang-kadang dengan kilauan hijauzaitun, menjadi lebih gelap bila terpapar cahaya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96 Gambar 4.41 Keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb) Daun: Keledang memiliki daun tunggal yang tersebar dan memiliki daun penumpu, pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun rata dan berbentuk lanset. Permukaan daun kasar dan berbulu, berwarna hijau, lebar daun 11 hingga 15 cm dengan panjang dapat mencapai 30 cm. Bunga: Bunga keledang berkelamin tunggal, tersusun dalam bunga majemuk berbentuk periuk. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, organ tumbuhan keledang yang digunakan adalah daun, daun keledang difungsikan sebagai Jeak. Daun yang digunakan dikenal dengan istilah Rakas, hampir semua jenis upacara adat dengan durasi lebih dari 1 hari menggunakan jeak, yang melibatkan daun tumbuhan keledang. 39. Jiee Jiee merupakan tumbuhan yang memiliki hubungan dengan tumbuhan dari suku paku-pauan, tumbuhan ini berkembang dengan cara bertunas. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97 Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee Akar dan Batang: Jiee memiliki sistem perakaran akar serabut, dengan batang keras pada bagian luarnya, bagian dalam lunak. Tumbuhan ini tumbuh dan berkembang dapat mencapai ketinggian 70 cm. batang berwarna hitam kemerahan, bagian luar batang halus dan licin, sedangkan bagian dalam batang berlendir jika dipotong, diameter maksimal batang hanya 0,4 cm, menjadikan batang jiee tampak kurus seperti tali. Daun: Jiee memiliki daun tunggal berbentuk lanset yang duduk berhadapan, dengan pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun berberigi. Permukaan daun bagian atas rata dan halus, sedangkan bagian bawah akan terasa kasar jika diraba dengan tangan. Daun tumbuhan jiee memiliki lebar 6 cm dan panjang 20 cm. Tumbuhan jiee tidak memiliki bunga ataupun buah, tumbuhan ini berkembang biak dengan cara bertunas. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung jiee digunakan sebagai Jeak, oragan tumbuhan yang digunakan adalah daun hingga batang. 40. Persiah Persiah merupakan tumbuhan dari familli Poaceae, tumbuh dan berkembang dalam koloni-koloni. Batang dan Akar: Tumbuhan persiah memiliki batang semu berbuku, dengan sistem perakaran adalah akar serabut. Persiah mampu tumbuh di daerah yang memiliki tanah kandungan unsur hara sedikit. Tumbuhan ini sekilas mirip dengan rumput gajah, namun ukurannya jauh lebih kecil dari tumput gajah. Daun: Persiah memiliki daun berbentuk lanset dengan pertulangan daun sejajar, bagian tepi daun tipis dan tajam. Ujung daun meruncing, permukaan daun kasar, lebar daun dapat mencapai 3 cm dengan panjang daun 17 hingga 20 cm. Bunga persiah merupakan bunga banci, berukuran kecil dan tidak menarik. Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, persiah digunakan Jeak, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta batang semu. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99 Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus 41. Paku paramp (Polypodium vulgare) Paku paramp adalah tumbuhan dari jenis paku-pakuan yang tumbuh dan berkembang pada daerah beriklim tropis. Daun: Tumbuhan ini memiliki bangun daun linier, pada bagian ujung daun meruncing dan tepi daun beringgit. Ukuran daunnya isofil yakni mempunyai ukuran sama atau serupa, sekitar kurang lebih 7,5 cm. Terdapat tangkai daun dengan panjang 0,5-2 mm. Warna daun hijau muda, tekstur daun pada Polypodium vulgare berupa helaian, permukaan daun halus dan mempunyai ramenta, urat daun menyirip. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Batang: Batang Polypodium vulgare 100 bulat beralur dan berusuk secara longitudinal. Pada permukaan batang terdapat rambut-rambut atau sisik berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Batangnya sudah memiliki berkas pengankut, tumbuh tegak, rimpang (batang saling mengait). Akar: Polypodium vulgare memiliki sistem perakaran serabut yang bercabang cabang secara dikotom. Polypodium vulgare tumbuh di tanah (epifit). Gambar 4.44 Paku paramp (Polypodium vulgare) Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, paku paramp digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun. Dalam proses mendapatkan tumbuhan dari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101 habitatnya, paku param yang diambil adalah helaian daun yang mengarah pada arah terbitnya matahari (timur). 42. Tu-tawa Tu-tawa merupakan tumbuhan dari familli Commelinaceae yang tumbuh dan berkembang pada daerah dengan kandungan air yang banyak, oleh karena itu habitat tumbuhan ini adalah hutan hujan tropis dan tumbuh di darah pinggiraan kali atau sungai. Gambar 4.45 Tu-tawa (Costus speciosus) Batang: Tu-tawa memiliki batang semu dengan dan berbuku, daun tumbuh dari buku tersebut. Batang tu-tawa memiliki warna hijau, batang bagian luar halus dan licin, sedangkan bagian dalam batang berbentuk serat-serat. Daun: Daun tu-tawa berupa daun tunggal dengan pertulangan daun melengkung berwarna hijau. Daun tebal dan elastis, bagian permukaan daun PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102 sebelah atas halus dan lembut, sedangkan bagian bawahnya lebih kasar. Daun tu-tawa memiliki daging daun yang banyak dan menyerupai daging daun tumbuhan bakung. Tepi daun rata, daun meruncing pada bagian ujung, lebar daun 10 hingga 13 cm, panjang daun 18-22 cm. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, daun dan batang tu tawa digunakan sebagai Jeak. 43. Memaliq/semeneo Memaliq atau juga yang dikenal dengan nama semeneo oleh masyarakat Suku Dayak Tunjung, merupakan tumbuhan yang tumbuh di semak belukar. Tumbuhan ini bukan merupakan tumbuhan sejjati yang dapat hidup diatas 10 tahun, dan hanya akan tumbuh hingga 5 meter dengan lebar batang 10-15 cm. Gambar 4.46 Memaliq/Semeneo Batang: Memaliq memiliki batang yang lurus dengan percabangan semu, cabang atau ranting ini yang merupakan tempat tumbuhnya daun akan mati dan terlepas dari batang utama pada saat memaliq bertambah tinggi. Batang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103 memaliq berupa kayu keras, bagian tengah terdapat gabus yang kemudia dimanfaatkan oleh semut sebagai tempat berkembang biak. Daun: Memaliq memiliki daun yang lebar, pertulangan daun menyirip dan permukaan atas dan bawah daun kasar. Lebar daun memaliq berkisar antara 14 hingga 17 cm, dan panjang daun 20-22 cm. Permukaan daun berbulu, bagian tepi daun bergerigi. Akar: Sistem perakaran memaliq adalah sistem perakaran akar tunggang. Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung memaliq digunakan sebagai jeak, bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun. 44. Gaka ngelagit Gaka ngelagit adalah tumbuhan dari familli Leguminosae, berupa tumbuhan liana yang mebutuhkan wadah atau tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup. Batang: Gaka ngelagit memiliki batang yang keras dan berkayu, serta memiliki latek. Memiliki kulit batang berwarna putih, memiliki cabang dengan alat pengait pada ujung batang. Daun: Daun gaka ngelagit berupa daun tunggal dengan pertulangan daun menyirip genap. Daun berawarna hijau muda kekuning-kuningan, bagian tepi daun rata dan meruncing pada bagian ujung daun. Permukaan atas daun gaka ngelagit rata dan halus, sedangkan bagian bawah terasa lebih kasar. Lebar daun 4-6 cm dan panjang 11-15 cm. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104 Gambar 4.47 Gaka ngelagit Akar: Gaka ngelagit memiliki sistem perakaran akar tunggang. Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, oragan dari tumbuhan gaka ngelagit yang dimanfaatkana dalah batang dan daun yang dijadikan properti Jeak. 45. Lempung ngayo Lempung ngayo adalah tumbuhan khas daerah tropis, tumbuhan ini tumbuh di pinggir sungai dan juga diatas bebatuan sungai. Tumbuh pada daerah yang di tutupi oleh kanopi yang rimbun dan tidak terkena matahari langsung secara terus menerus. Sekilas lempung ngayo sangat idetik secara pisik dengan tumbuhan bakau, hanya saja ukurannya jauh lebih kecil. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105 Gambar 4.48 Lempung ngayo Daun: Lempung ngayo memiliki daun dengan pertulangan daun sejajar, bagian tepi dain bergerigi dan meruncing pada bagian ujungnnya. Bagian atas dan bawah daun halus dan sedikit kaku. Lebar daun 3 hingga 5 cm dan panjang 8 hingga 11 cm. Akar: Akar tumbuhan lempung ngayo adalah perpaduan dari Akar Pasak (Pneumatophore), Akar Lutut (Knee root), Akar Tunjang (Stilt root), Akar Papan (Buttress root) dan Akar Gantung (aerial root). Sistem perakaran ini berkembang sedemikian rupa sehingga mampu menembus lapisan kerikil dasar sungai dan juga menyerap zat-zat yang ada sehingga lempung ngayo mempu bertahan hidup diatas bebatuan sungai. Batang: Lempung ngayo memiliki batang berkayu yang sangat keras dan padat, bagian luar batang dilapisi oleh kulit batang yang berwarna putih dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106 licin. Tumbuhan ini tumbuh dengan percabangan majemuk sehingga batang tersembunyi oleh rimbunnya dedauan. Lempung ngayo dapat berkembang hingga mencapai tinggi 1 meter dan lebar batang dapat mencapai 7 cm. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, lempung ngayo digunakan sebagai Jeak. 46. Rekep Rekep adalah tumbuhan yang memiliki buah mirip dengan buah rambutan, hanya ukuran buhanya yang lebih kecil dari buah rambutan pada umumnya. Gambar 4.49 Rekep Daun: Rekep memiliki daun tunggal berbentuk lanset, pertulangan daun menyirip genap, pada bagian tepi daun rata dan bagian ujung daun meruncing. Daun berwarna hijau muda kekuningan, daun muda berwarna merah tua kehitaman. Permukaan daun kasar, daun rekep muda memiliki PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107 lebar 10 cm dan panjang 20 cm, sedangkan rekep yang sudah berbuah daunnya relatip lebih kecil, rekep memiliki daun penumpu. Buah: Buah tumbuhan ini sangat identik dengan buah rambutan pada umumnya, namun ukurannya yang kecil dan bulu pada kulit buahnya lebih kaku dari buah rambutan pada umunnya. Diameter buah rekep berkisar antara 2-2,5 cm, dan panjang 3 cm, berwana merah menyala dan terasa manis jika dimakan, daging buah sangat tipis, dengan kisaran 0,1 mm. Batang: Rekep memiliki batang keras dengan kulit batang berwarna coklat keputihan, memiliki kambium. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga 15 meter. Sistem perakaran tumbuhan ini adalah sistem perakaran akar tunggang. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, rekep digunakan untuk meletakan atau sebagai sandaran Benawingk, oragan tumbuhan yang digunakan adalah batang tumbuhan. 47. Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado) Rotan ini ditemukan soliter, pada daerah kering datar maupun berbukit, pada hutan primer atau sekunder tua. Merupakan tumbuhan yang sanagat sulit dijumpai pada daerah kecamatan linggang bigung dan kecamatan barong tongkok. Tingkat regenerasi rotan ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak mudah tumbuh pada daerah yang memiliki tanah lembab, merupaka tumbuhan yang langka dari jenisnya. Batang: Batang tanpa pelepah diameternya berkisar antara 1-2cm, panjangnya dapat mencapai 40m, atau lebih, berunti, panjang ruas berkisar antara 10-15cm, berwarna hijau, kecuali batang yang baru terlepas dari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108 pelepah atau tertutup serasah berwarna putih. Diameter batang dengan pelepah berkisar antara 1,5 hingga 2,3cm, berduri rapat berwarna kecoklatan. Flagellum panjangnya dapat mencapai 10 m lebih. Gambar 4.50 Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado) Daun: Panjang daun antara 1,5-2,5m panjang tangkai daun 40-50cm, jumlah anak daun berkisar antara 40-50 helai tiap sisi rachis, berhadapan. Panjang anak daun 25-30 x 1,5-2cm. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, Gai syi‟it digunakan secara utuh mulai dari ujung daun hingga akar. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109 Properti dari rotan syi‟it ini dinamakan Wuint awooiy, adalah hal wajib dalam upacara adat Timeq. 48. Gai sokak (Calamus caesius) Gai sokak (Calamus caesius) merupakan rotan yang paling terkenal diantara semua jenis rotan yang ada di daerah Kabupaten kutai barat. Gai sokak telah dikenal sejak 100 tahun yang lalu oleh nenek-moyang Suku Dayak Tunjung, gai sokak dimnfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Gai sokak merupakan rotan yang dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan berbagai macam kerajian tangan, tali, dan juga hiasan pada sarung parang dan dinding rumah. Gai sokak telah lama dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi, untuk saat ini gai sokak telah menjadi salah satu rotan yang di ekspor keluar negeri. Batang: Gai sokak tumbuh pada daerah basah/rawa sampai tanah kering berbukit, berumpun dan tiap rumpun jumlah batangnya bervariasi antara 10 sampai 60 tergantung kesuburan tanah. Panjang batang dapat mencapai 60 meter, sedang diameter tanpa pelepah antara 1 cm sampai 2 cm, berunti (silica) yang bila batang dibengkokkan akan terlaepas/terlontar dengan mengeluarkan suara “tik-tik”. Diameter batang dengan pelepah antara 1,5 cm sampai 2,6 cm, berwarna hijau tua, berduri berbentuk segitiga dengan panjang 1 cm dan lebar 0,5 cm meruncing pada bagian ujung. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110 Gambar 4.51 Gai sokak (Calamus caesius) Warna batang tanpa pelepah yang tua dan terbuka adalah hijau mengkilat, sedang yang pelepahnya baru terbuka atau batang tertutup serasah atau tanah adalah putih kekuningan mengkilat, panjang ruas 40 sampai 50 cm. Daun: Daun gai sokak memiliki panjang 30 hingga 45 cm, terdapat cirrus (duri akit diujung daun) dengan panjang 50-75 cm. Buah: Buah bila masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna putih dengan diameter 1 cm, panjang 1,5 cm, tersusun dalam tangkai yang axiliaris, buah gai sokak ini dapat dimakan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, gai sokak dijadikan Simpai, dan juga digunakan dalam mengikat berbagai atribut dan alat-alat upacara lainnya. 49. Biruq (Livistona sp) Biruq atau yang juga disebut daun biruq merupakan tumbuhan dari familli Arecaceae, tumbuhan ini hidup dan berkembang pada daerah yang memiliki suhu lembab dengan tanah yang banyak mengandung unsur hara. Gambar 4.52 Biruq (Livistona sp) Daun: Biruq sangat mudah dikenali dari ciri morfologinya, tumbuhan ini memiliki daun yang sangat lebar dan terbentuk seperti kipas. Biruq memiliki pelebah, berdaun tunggal dengan pertulangan daun sejajar. Bagian tepi daun rata, bagian ujung daun rata dan meruncing pada arah pangkal daun. Duduk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112 daun tersebar menjari pada pelepah. Daun berwarna hijau tua. Lebar daun 4060 cm dan panjang daun 50-70 cm. Batang: Batang biruq merupakan batang semua yang tidak berkayu dan ditutupi oleh pelepah daun palem. Tinggi tumbuhan dapat mencapai 50 cm. Akar: Sistem perakaran biruq adalah sistem perakaran akar serabut, seperti palem jenis lainnya. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,biruq digunakan untuk Wuint awooiy,organ tumbuhan yang digunakan adalah daun. 50. Terincingk/Nanas (Ananas comosus) Tanaman nanas tumbuh dan berbentuk semak, hidupnya bersifat tahunan (perennial). Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, batang, bunga, buah dan tunas-tunas. Akar: Akar nanas melekat pada pangkal batang dan merupakan tumbuhan berakar serabut. Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang mencapai kedalaman 30 cm. Batang: Batang tanaman berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih, tebal batang nanas berdiameter 2,0 hingga 3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku) pendek. Batang sebagai tempat melekatnya akar, daun bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113 disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang . Daun: Daun nanas panjang, liat dan tidak mempunyai tulang daun utama. Daun nanans ada yang memiliki duri tajam pada bagian pinggir daun dan ada yang tidak berduri. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap ujung daun. Bentuk daun nanas lanset, tumbuh memanjang sekitar 130-150 cm, lebar antara 3-5 cm atau lebih, permukaan daun sebelah atas halus mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau coklat kemerahmerahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputihputihan atau keperak-perakan. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 70-80 helai, letaknya spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah hingga atas, dengan arah lingkaran yang jelas, arah kanan dan kiri. Bunga: Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya. Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100-200, masing-masing berkedudukan di ketiak daun pelindung. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, nanas digunakan untuk Pencawangk, organ tumbuhan yang digunakan adalah buah hingga batang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114 Gambar 4.53 Nanas (Ananas comosus) 51. Kumar/lempucant (Eleiodoxa conferta) Kumar atau yang juga dikenal dengan nama daerah lempucant, merupakan tumbuhan dari keluarga salak yang tumbuh liar di dalam hutan hujan tropis. Kumar/lempucan sering juga dikenal dengan nama salak hutan, tumbuhan ini meliki buah yang mirip dengan salak secara morfologi, buah berwarna merah dengan daging yang terasa asam jika dikonsumsi. Akar dan Batang: Tubuhan kumar atau salak hutan berakar serabut dan memiliki batang pohon menyerupai pohon palem dan terlihat seolah-olah tidak berbatang, karena duduk batang rendah dan tegak dengan tinggi 50 hingga 1,7 meter. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh pelepah daun yang tersusun rapat, pelepah dan tangkai daunnya berduri PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115 panjang. Batang tumbuhan kumar lemah dan mudah rebah, tunas tumbuh dari batang yang memiliki sistem perakaran sendiri sendiri, tunas-tunas tersebut dapat tumbuh menjadi rumpun tanaman salak hutan. Gambar 4.54 Kumar/ Lempucant (Eleiodoxa conferta) Daun: Kumar memiliki daun majemuk, tersusun roset, menyirip genap terputus-putus, beranak daun gasal, pada bagian ujung 2 – 3 helai anak daun menyatu, duduk daun tersebar berjejal di ujung batang, tangkai daun silinder, panjang 100 – 200 cm, pada bagian bawah dan tepi tangkai daun berduri banyak, tajam, pipih dengan panjang 4 – 5 cm, berwarna kelabu sampai kehitaman, helai daun memiliki panjang 140 – 300 cm, poros daun berduri temple, anak daun tipis berwarna hijau sampai kelabu, berbentuk garis lanset 50 x 4,5 cm dengan ujung meruncing, dan tepi berduri temple yang halus, pada bagian bawah daun berlapis lilin. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116 Bunga, Buah, Biji: Tumbuhan Kumar berbunga banyak, tersusun dalam tandan rapat dan bersisik dengan tandan bunga jantan dan tandan bunga betina terletak pada pohon yang berlainan, sebagian tandan bunga terbungkus oleh seludang atau tongkol yang berbentuk seperti perahu yang terletak diketiak pelepah daun. Tongkol bunga jantan memiliki panjang 50 – 100 cm, terdiri atas 4 – 12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7 – 15 cm, dengan banyak bunga kemerahan terletak di ketiak sisik-sisik yang tersusun rapat, sedangkan tongkol bunga betina panjangnya antara 20 – 30 cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1 – 3 bulir yang panjangnya mencapai 10 cm. Buah kumar muda berwarna hitam kecoklatan dan berwarna merah ketika masak, daging buah tipis, biji berwarna hitam. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, salak hutan atau kumar dijadikan atribut atau alat upacara yang biasa dekenal dengan nama Pencawangk. Organ dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan batang, tentunya tumbuhan kumar yang diambil adalah tumbuhan kumar yang masih dalam masa pertumbuhan, karena memiliki ukuran yang relatif lebih kecil. 52. Telasih/Selasih (Ocimum basilicum) Tumbuhan selasih dapat ditemukan di tempat lembab dan teduh di dataran rendah sampai ketinggian 450 m dpl. Tersebar di seluruh pulau di Indonesia, bahkan di Asia, Eropa, dan Amerika Selatan. Batang: Selasih merupakan herba tegak, memiliki aroma yang sangat harum, tinggi tumbuhan ini 0,6-1,6 m. Batang cokelat, berbentuk segi empat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117 Daun: Daun tunggal berhadapan, bertangkai, panjang 0,5-2 cm, bulat telur, ujung dan pangkal daun meruncing, permukaan daun halus dan memiliki bintik-bintik kelenjar, tulang daun menyirip, tepi daun bergerigi, panjang daun 3,5-7,5 cm dan lebar daun 1,5-2,5 cm, warna hijau tua. Gambar 4.55 Selasih (Ocimum basilicum) Bunga: Bunga berwarna putih atau lembayung, kelopak sisi luar berambut, bulat telur terbalik dengan tepi mengecil, tumbuhan selasih sepanjang tabung. Biji keras, cokelat tua, bila dimasukkan dalam air akan mengembang. Pemanfaatan: Daun selasih dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan obatobatan herbal karena kandungan zat-zat yang terkandung di dalamnya. Daun selasih mengandung asam kafeat, asam kumarat, Myresin, Rutin, Kuersetin. Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, selasih digunakan sebagai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118 Pengasi, organ yang dimanfaatkan adalah daun, karena daun selasih memiliki aroma yang sangat harum. 53. Ketapuq Ketapuq dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama herba timi, tumbuhan ini berkembang secara spontan, terutama di kering dan penuh sinar matahari, berbatu, pegunungan, dapat tumbuh hingga ketinggian 1.400-1.500 meter dpl. Tumbuhan herba timi dapat tumbuh hingga ketinggian 50 cm, memiliki percabangan yang banyak sehingga menimbulkan kesan rimbun. Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi Daun: Timi memiliki daun tunggal, pertulangan daun menyirip, panjang daun 4-12 mm, lebar daun 3mm, memiliki tangkai daun yang sangat pendek. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119 Daun berbentuk lonjong sampai bulat telur. Permukaan daun kasar dan berbulu, bagian tepi daun rata. Bunga: Kelopak bunga berwarna putih, sering disertai bintik-bintik ungu, dan berbentuk tubular. Setelah berbunga, tabung kelopak ditutup oleh mahkota yang panjang dan berambut kaku. Mahkota bunga biasanya berwarna kecoklatan dalam keadaan kering. Batang: Batang tumbuhan berurapa batang semu tidak berkayu, tidak memiliki kambium. Diameter batang berkisar antara 0,2 hinga 1 cm. berwarna hijau. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, herba timi dimanfaatkan mejadi Pengasi. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun. 54. Pegangk lau (Imperata brevifolia) Pegangk lau merupakan jenis rumput dari keluarga ilalang, ternasuk jenis rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah tanah. Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau duri. Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120 Gambar 4.57 Pegangk lau (Imperata brevifolia) Daun: Helaian daun berbentuk garis (pita panjang) lanset berujung runcing, dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk talang, panjang 12-80 cm, berbeada dengean ilalang pada umumnya yang memiliki daun bertepi sangat kasar dan bergerigi tajam, pegangk lau memiliki daun dengan permukaan daun halus dan tepi daun yang hluas pula. Memiliki daun dengan lebar 3 sampai 4 cm, lebih lebar dari daun ilalalng pada umumnya dan lebih lentur. Daun berambut panjang di pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan pucat di tengahnya. Bunga: Karangan bunga dalam malai, 6-28 cm panjangnya, dengan anak bulir berambut panjang (putih) dengan panjang 1 cm, sebagai alat melayang bulir buah bila masak. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121 Perkembangbiakan: Pegangk lau dapat tumbuh mencapai 50 sampai 200 cm. Perkembangbiakan pegangk lau sama dengan ilalalang pada umumnya, berkembang biak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan rimpang. Tumbuhan ini dapat menghasilkan 3000 biji per tanaman. Pembungaan umumnya terjadi pada musim kering atau setelah mengalami stres seperti adanya kebakaran, penebasan atau kekeringan. Bijinya dapat berkecambah dalam waktu 1 minggu dan mampu bertahan selama 1 tahun. Alang - alang umumnya menyebar dengan rimpang yang di dalam tanah membentuk tajuk baru setiap panjang rimpang 25-50 cm. Potongan rimpang sepanjang 15 cm dapat menghasilkan 350 alang - alang baru hanya dalam waktu 6 minggu. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pegangk lau digunalan sebagai Jeak, dalam upacara adat Timeq. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta batang. 55. Bunglew Bunglew adalah jenis tumbuhan dari famili moraceae yang tumbuh dan berkembang di hutan hujan tropis kalimantan. Ciri utama tumbuhan ini adalah pada bagian ujung ranting memiliki bagian yang memanjang seperti tali, mirip alat pengait pada tumbuhan liana. Organ tumbuhan ini memanjanghingga 1 meter, dan diameter 0,5cm, merupakan bagian dari modifikasi batang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122 Gambar 4.58 Bunglew Batang dan Akar: Bunglew memiliki batang berkayu keras, berkambium dan dapat tumbuh hingga ketinggian 15 meter, dengan diameter batang 20 hingga 30 cm. Kulit batang berwarna hitam atau coklat, berbulu dan memiliki latek berwarna putih. Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran akar tunggang, dengan sebagian akar gantung pada batangnya yang kemudian menghasilkan buah. Buah bunglew berwarna merah, tumbuh pada akar gantung dan sebagian berada di tanah. Daun: Daun bunglew berbentuk lonjong, pertulangan daun menyirip, berwarna hijau. Lebar daun bunglew berkisar antara 8 hingga 10 cm, panajng daun berkisar antara 23 hingga 27 cm. bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung dan pangkal daun. Permukaan daun bagian atas dan bawah kasar dan berbulu tipis. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, bunglew dimanfaatkan sebagai Jeak dalam upacara Melas, oragan tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun. 56. Deraya Deraya merupakan tumbuhan hutan hujan tropis yang tumbuh pada daerahdaerah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dalam satu tahun. Tumbuhan ini tumbuh pada daerah-daerah yang memiliki tanah dengan kandungan unsur hara yang banyak. Penggunaan dalam upacara adat: Deraya dalam upacara adat suku Dayak Tunjung digunakan menjadi patung yang melambangkan laki-laki. Tumbuhan ini merupakan bahan untuk pembuatan patung karena memiliki getah atau latek berwarna merah. Patung yang dihasilkan dari organ tumbuhan deraya akan disandingkan dengan patung yang dibuat dari tumbuhan kayu gabus yang memiliki latek berwarna putih. Batang: Deraya dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi 20 meter, dengan lebar batang 30 hingga 40 cm. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan berkayu keras, berkambium. Deraya memiliki kulit batang halus, berwarna hitam kecoklatan, permukaan kulit batang halus dan memiliki lajur menyerupai parit. Batang muda dan daerah ujung percabangan yang ditumbuhi daun memiliki bulu-bulu halus yang lembut berwarna putih. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124 Gambar 4.59 Deraya Daun: Deraya memiliki daun lebar berwarna hijau tua, daun deraya memiliki lebar 18 hingga 22 cm dan panjang daun gingga 25 cm. permukaan daun sangat kasar dan berbulu halus, tepi daun rata dan meruncing pada bagian pangkal dan ujung daun. Tangkai daun berwarna merah kehitaman dengan panjang 3 hingga 5 cm, pertulangan daun menyirip. 57. Peringk taliq (Bambusa sp) Batang: Peringk taliq merupakan tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan membentuk rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 15 meter. Batang peringk taliq berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak 10-45 cm, permukaan batang peringk taliq berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna putih. Dalam bahasa Dayak Tunjung, kata Taliq berarti tali atau tambang. Penamaan peringk taliq kepada jenis bambu ini adalah karena bentuk morfologi batangnnya yang kecil dan panjang menyerupai tali. Bambu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125 peringk taliq memiliki batang bulat dengan diameter 2 hingga 3 meter, bagian dalam batang berongga seperti bambu pada umumnya. Daging batang peringk taliq memiliki tebal 0,8 hingga 1 cm. Daun: Daun berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular). panjang daun berkisar antara 18 sampai 25 cm dan lebar 4 hingga 6 cm, dengan ujung rucing. Akar: Peringk taliq memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya berada dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang. Gambar 4.60 Peringk taliq (Bambusa sp) Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan peringk taliq dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai Benakak. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126 58. Kuayant kuning (Bambusa sp) Kuayant kuning adalah bambu dengan ukuran lingkar batang lebih besar dari bambu hijau biasa. Gambar 4.61 Kuayant kuning (Bambusa sp) Batang: Kuayant kuning dapat dikenali dengan ukuran batangnya yang lebih besatr dari bambu pada umumnya dan dengan jarak internodus berkisar antara 30-50 cm, kuayant memiliki diameter batang rata-rata 17 hingga 20 cm, dengan lebar daging batang berkisar antara 1 hingga 1,5 cm. Daun: Daun lurus, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-7 cm dengan lebar maksimal 4 cm, ujung daun meruncing, berambut pada kedua permukaan daun, daun berwarna hijau pucat keputih-putihan. Batang kuayant kuning berwarna kuning seperti namanya. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, organ tumbuhan bambu kuayant kuning yang digunakan adalah batang. Batang bambu kuayant kuning dignakan sebagai Balai. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127 59. Nturui (Artrocarpus sp) Nturui adalah salah satu jenis tanaman dari famili moraceae yang tumbuh secara liar pada hutan hujan tropis. Buahnya biasa dimanfaatkan pada waktu masih muda sebagai bahan sayur. Gambar 4.62 Nturui (Artrocarpus sp) Akar: Akar tumbuhan nturui berkayu, merupakan jenis akar tunjang, berbentuk bulat, berwarna cokelat kehitam-hitaman. Kulit relatif mudah terkelupas, beraroma spesifik, dan mudah mengeluarkan getah atau katek berwarna putih. Nturui yang berasal dari perbanyakan generatif maupun vegetatif membentuk suatu forma perakaran yang kuat menebus dan melekat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128 pada tanah. Oleh karena itu, tanaman Nturui mampu tumbuh ditempat yang kurang ideal, antara lain ditebing-tebing dan sungai. Batang: Tumbuhan nturui berkayu dengan warna kulit putih abu-abu, kulit bertekstur keras dan tidak beraroma spesifik. Tinggi tanaman dapat mencapai 10 hingga 20 m. lebar tajuk pohon lebih dari 5 meter. Tumbuhan nturui pada umumnya telah membentuk percabangan sejak ketinggian 50 cm dari atas tanah. Daun: Pada ujung cabang dan ranting tumbuhan tumbuh tunas pucuk sepanjang 10-20 cm. pucuk tersebut tertutup oleh selaput contong atau seludang. Setelah tunas pucuk mekar, akan muncul daun muda, yang kemudian tumbuh mencapai ukuran maksimal. Daun-daun nturui terletak pada cabang atau ranting dengan teratur secara spiral, berjarak antara 2-10 cm. tangkai daun ranting dengan panjang antara 3-5 cm. daun tebal seperti belulang, kaku, berwarna hijau tua, mengkilat di bagian atasnya dan berwarna hijau pucat serta kasar karena berbulu di bagian bawahnya. Daun nturui memiliki bulu berwarna putih, terletak di atas dan bawah daun tulang daun. Ukuran daun bermacam-macam, panjang daun berkisar antara 30-60 cm da lebar daun berkisar antara 20 hingga 40 cm, memiliki 7-9 lekuk dalam dengan ujung yang menyempit. Pangkal daun utuh, dengan tulang daun menonjol. Pertulangan daun nturui adalah jenis pertulangan daun menjari. Bunga: Bunga tumbuhan nturui berumah satu. tandan bunga jantan dan bunga betina masing-masing terletak pada ketiak daun, bunga jantan menyerupai busa, panjang mencapai 25 cm atau lebih, berwarna kuning, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129 mirip ekor kucing, terkulai ke bawah. Tandan bunga jantan tersebut terdiri atas kumpulan bunga kecil dengan stamen tunggal. Bunga betina berbentuk bulat atau bulat telur, berwarna hijua. Bunga betina terletak tegak kaku, pada tangkai tebal, yang memiliki panjang antara 4-8 cm. Bunga betina terdiri dari kumpulan bunga kecil yang terletak pada dasar bunga dengn kelopak berbentuk tabung. Bunga nturui berkembang dengan pernyerbukan silang dari pohon yang sama. Buah: Buah nturui merupakan buah majemuk, berbentuk tandan, dengan garis tengah antara 10-20 cm, berduri pendek, dan berwarna hijau dan kuning pada saat matang. Di dalam buah terdapat biji berbentuk ginjal, panjang 3-5 cm, berwarna cokelat kehitaman. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, nturui digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang telah mati. Daun yang telah mati ini dikenal dengan nama Rakas. 60. Lunuk (Ficus benjamina) Lunuk atau beringin (Ficus benjamina) adalah tumbuhan yang memulai hidupnya sebagai epifit ketika bijinya bersemai di celah atau retakan pohon induknya (atau struktur seperti bangunan dan jembatan). Biji beringin disebarkan oleh burung pemakan buah. Bijinya tumbuh dan akarnya berkembang pada kulit tumbuhan induknya menuju tanah dan dapat menyelubungi sebagian pohon inang atau struktur bangunan dengan akarnya, memberikan kesan sebagai pohon pencekik. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130 Gambar 4.63 Lunuk (Ficus benjamina) Batang dan Daun: Sifat percabangannya adalah monopodial dengan arah tumbuh batang tegak lurus, batangnya berbentuk bulat dengan permukaan yang kasar. Bagian batang yang masih muda berwarna merah, daun penumpu tunggal, bentuk lanset, bertangkai cukup panjang dan ujung meruncing, tepi rata, permukaan bagian atas hijau tua dan mengkilat, permukaan daun bagian bawah lebih muda dan buram berbintik-bintik. Buah: Buah Ficus kerapkali duduk berpasangan, pada permulaannya tertutup dengan selundang, berwarna kuning kehijauan. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, lunuk dihunakan sebagai Jeak. organ tumbuhan yang digunakan adalah daun. Selain digunakan sebagai Jeak, lunuk juga merupakan pohon PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131 yang sering dijadikan objek pemujaan ataupun tempat dilangsungkannya suatu upacara adat. 61. Raja pengalah (Loranthus sp) Benalu atau Raja pengalah dalam bahasa Suku Dayak Tunjung merupakan tumbuhan parasit obligat yang hidup tumbuh di batang atau dahan tumbuhan lain. Sebagai tumbuhan parasit, benalu hidup dengan mengambil nutrisi dasar yang dimiliki oleh inang untuk selanjutnya diolah menjadi makanan dan energi guna kepentingan tumbuh benalu tersebut. Daun: Benalu merupakan tumbuhan perdu yang bercabang banyak, memiliki ranting dengan ruas yang membesar. Daun bertangkai pendek, eliptis sampai bentuk lanset,kadang-kadang bulat telur, permukaan daun bagian atas dan bawah gundul dengan panjang 3,5 hingga 17 cm, dan lebar 1,5-7 cm, ujung daun meruncing, permukaan daun mengkilat berwarna hijau. Karangan bunga 5 hingga 7 di ketiak, kadang-kadang dalam berkas pada ruas yang tua. Tangkai bunga pendek, tabung kelopak elipsoid, panjang lingkaran 3 mm, pinggiran mahkota sangat pendek. Bunga: Mahkota sebagai tunas dewasa memiliki panjang 1 hingga 1,5 cm, bagian bawah melebar, bungan berwarna kuning atau hijau kekuningan, kuning sampai merah pada ujung. Taju mahkota pada akhirnya melengkung jauh kembali dan terpuntir. Bagian yang bebas dari benang sari panjangnya 35 mm. Kepala putik bentuk gada. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132 Gambar 4.64 Benalu (Loranthus sp) Buah: Buah bulat peluru, panjang 6mm, akhirnya coklat violet tua . Tumbuh di atas berbagai jenis pohon.Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari ketinggian 800-2300 meter diatas permukaan laut. Berbunga pada bulan Juni hingga September. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, organ tumbuhan benalu yang digunakan adalah batang dan daun, organ ini digunakan sebagai Jeak. 62. Pentar (Ficus carica) Pentar adalah tumbuhan dari familli moraceae, merupakan tumbuhan yang tumbuh dan berkembang pada semak belukar yang memiliki cukup sinar matahari. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133 Gambar 4.65 Pentar (Ficus carica) Batang: Tumbuhan pentar memiliki batang berkayu lunak dengan bagian tengah batang bergabus. Pentar memiliki latek berwarna putih atau putih kekuningan, dengan kulit kayu berwarna merah atau kecoklatan hingga kehijau-hijauan. Batang lurus dan memiliki ruas-ruas yang kemudian menjadi tempat munculnya buah pentar. Buah: Buah pentar tersembunyi di ketiak daun, dan tumbuh hingga pertengahan batang. Bentuk buah bulat hingga bulat lonjong berwarna hijau dan berwarna kuning hingga merah pada saat buah matang. Buah pentar pada umumnya merupakan makanan bagi burung dan serangga, buah pentar baik dimakan dan terasa manis. Buah memiliki panjang sekitar 1,5 hingga 2 cm, dan lebar 1 hingga 1,5 cm. Daun: Daun pentar lebar dan berbentul palmate, pertulangan daun menjari. Permukaan daun bagian atas kasar dan meiliki bulu-bulu halus, bagian bawah halus. Daun berwarna hijau dan bagian ujung daun meruncing, tepi daun rata. Panjang daun 17 hingga 20 cm, dan lebar daun 15 hingga 17 cm. memiliki PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tanggkai daun berwarna kecoklatan hingga 134 merah gelap dengan panjang antara 5 hingga 8 cm. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pentar digunakan menjadi makanan patung atau yang juga dikenal dengan istilah Kerenyamp. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang masih muda. 63. Nggkuduq/Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Batang: Mengkudu merupakan tumbuhan berkayu keras, tinggi tumbuhan antara 4-6 m. batang lurus dan memiliki bongol-bongol yang merupakan bekas percabangan semu, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu–abuan atau cokelat kekuning – kuningan , berbelah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun. Daun: Mengkudu memiliki daun tebal mengkilap. Daun mengkudu duduk berhadap–hadapan. Ukuran daun lebar, tebal, dan tunggal. Bentuknya joronglanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, permukaan daun tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. Ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Bunga: Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin ganda. Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135 mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum. Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Gambar 4.66 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Buah: Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pentar digunakan menjadi makanan patung atau yang juga dikenal PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136 dengan istilah Kerenyamp. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang masih muda. 64. Lancingk senit (Ficus minahassae) Batang: Lancingk senit merupakan pohon yang tumbuh dan berkembang pada daerah dengan kontur tanah lembab dan banyak mengandung air. Pohon lancingk senit (Ficus minahassae) berukuran sedang dengan tinggi sekitar 15 meter. Pohon lancingk senit rindang karena mempunyai banyak cabang dan lebat. Permukaan kulit batangnya halus dan berwarna coklat kehitamhitaman, sedangkan batang pohon lancingk senit sendiri memiliki lateks berwarna putih. Daun: Daun tumbuhan lancingk senit pertulangan daun menyirip, berwarna hijau. Lebar daun berkisar antara 8 hingga 10 cm, panajng daun berkisar antara 23 hingga 27 cm. bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung dan pangkal daun. Permukaan daun bagian atas dan bawah kasar dan berbulu tipis. Bunga: Perbungaannya muncul dari batangnya, sering dimulai dari dekat tanah sampai pada cabang-cabang utamanya. Bunga ini tersusun menjuntai ke bawah dengan panjang mencapai 1 meter lebih. Bunga-bunga lancingk senit membentuk bongkol sehingga nampak seperti buahnya. Bunga sebenarnya teradapat di dalam bongkol dan akan tampak jika bongkol dipotong secara melintang dipotong secara melintang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137 Gambar 4.67 lancingk senit (Ficus minahassae) Buah: Bunga yang ada di dalam bongkol kemudian menjadi buah. Buah tunbuhan lancingk senit tidak akan gugur hingga buah tersebut masak. Di dalam buah tersebut terdapat biji berukuran sangat kecil, buah bagina luar berwarna coklat kekuningan pada saat muda dan berwarna merah pada saat matang. Buah langcingk senit mengandung banyak air, dan dapat di konsumsi. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, lancingk senit dijadikan Jeak, oragan tumbuhan yang digunakan adalah daun. 65. Mermungk Pohon dan Batang: Mermungk merupakan tumbuhan hutan hujan tropis, tubuh tinggi dengan batang lurus dan berbanir. Dapat tumbuh mencapai tinggi 30 meter dan lebar batang dapat mencapai 50 cm. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138 Gambar 4.68 mermungk Kulit batang: Mermungk memiliki kulit batang berwarna putih dengan motif seperti sisik. Permukaan kulit batang kasar, dengan tebal kulit batang berkisar antara 1 hingga 1,8 cm. Daun: Daun mermungk berukuran kecil, dengan panjang 7 hingga 11 cm dan lebar daun 5 hingga 6,5 cm. permukaan daun halus, tepi daun rata dan meruncing pada bagian ujung dan pangkal daun. Buah: Buah mermungk mirip seperti pipa dengan panjang berkisar antara 1 hingga 2,5 meter, dengan diameter antara 2,5 hingga 4 cm. Buah mermungk memiliki kulit buah yang berbentuk memilit seperti cincin (Gambar 4.67), PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139 bagian dalam buah yang telah gugur kosong. Buah pada saat muda berwarna hijau hingga coklat, sedangkan buah yang telah matang dan gugur akan berwarna coklat gelap kehitam-hitaman. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, oragan tumbuhan monengk yang digunakan adalah buah yang telah gugur. Dalam penggunaannya monengk ini dijadikan sebagai Sumpit dalam upacara adat. 66. Engkehuyo (Chromolaena odorata) Engkehuyo (Chromolaena odorata) merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika Selatan, tumbuh pada tanah lembab sampai kering, lokasi terbuka maupun ternaung, penyebarannya meliputi 50-1000 meter diatas permukaan laut. Daun: Bentuk daun oval dan bagian bawahnya lebih lebar, makin ke ujung makin runcing. Panjang daun 6–10 cm dan lebarnya 3–6 cm. Tepi daun bergerigi, menghadap ke pangkal, letaknya juga berhadap-hadapan. Bentuk tulang-tulang daun yaitu daun bertulang melengkung. Dimana satu tulang di tengah paling besar dan yang lain mengikuti tepi daun (melengkung). Bunga: Karangan bunga terletak di ujung cabang (terminal), dan setiap karangan terdiri atas 20–35 bunga. Warna bunga pada saat muda kebirubiruan, semakin tua menjadi coklat. Waktu berbunga serentak pada musim kemarau selama 3–4 minggu. Pada saat biji masak tumbuhan akan mengering kemudian bijinya pecah dan terbang terbawa angin. Kurang lebih satu bulan setelah awal musim hujan, potongan batang, cabang dan pangkal batang akan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140 bertunas kembali. Biji-biji yang jatuh ke tanah juga mulai berkecambah sehingga dalam waktu dua bulan berikutnya kecambah dan tunas-tunas telah terlihat mendominasi area. Gambar 4.69 Engkehuyo (Chromolaena odorata) Batang: Tinggi tumbuhan dewasa dapat mencapai lebih dari 5 m. Batang muda agak lunak dan berwarna hijau kemudian berangsur-angsur menjadi coklat dan keras (berkayu) apabila sudah tua. Letak cabang biasanya berhadap hadapan dan jumlahnya sangat banyak. Cabangnya yang rapat menyebabkan berkurangnya cahaya matahati kebagian bawah, sehingga menghabat pertumbuhan spesies lain, termasuk rumput yang tumbuh di bawahnya. Akar: Engkehuyo memiliki sususnan akar berupa akar tunggang, besar dan dalam. Akar tunggang tersebut adalah akar tunggang bercabang. Akar ini PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141 berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kedalam tanah, dan bercabang. Warna akar kekuning-kuningan. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung egkehuyo digunakan sebagai Jeak, dimana organ tumbuhan yang digunakan adalah daun. 67. Tuq salah (Saccharum officinarum L) Tuq salah adalah tumbuhan dari familli poaceae yang juga dikenal dengan nama Tebu dalam bahasa indonesia. Gambar 4.70 Tuuq salah (Saccharum officinarum L) Daun: Tuq salah memiliki daun berbentuk lanset atau pita, dengan panjang dapat mecapai 1,5 meter dan lebar 5 sampai 7 cm. Daun tebu memiliki pelepah yang menutupi sebagian batangnya, tulang daun sejajar dan bagian tengahnnya berlekuk (midrip). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142 Batang: Ciri khusus yang dimiliki tumbuhan ini dari tebu pada umumnya adalah batang yang dapat tumbuh dan berkembang hingga mencapai 3,5 meter atau bahkan lebih. Batang berwarna kuning cerah, dengan diameter 3 hingga 4,5 cm. Tumbuhan ini mampu tumbuh dan berkembang pada lahan yang dipenuhi tumbuhan gulma seperti rerumputan dan sejenisnya. Daya tahan terhadapa lingkungan tinggi membuat tuuq salah mampu bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim. Akar: Akar serabut Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, Tuuq salah digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun, adapun uapcara yang menggunakan organ tumbuhan tebu adalah upacara adat Pejeak. 68. Geriq/Kemiri (Aleurites moluccana) Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini merupakan kerabat dari tumbuhan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Pohon kemiri banyak dijumpai di daerah tropis yang lembab sampai ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di daerah yang berdekatan dengan garis khatulistiwa, kemiri dapat tumbuh pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut. Daun: Tanaman kemiri pada masa sekrang ini sudah tersebar luas di daerahdaerah tropis. Tinggi tanaman ini mencapai 15-25 meter. Daunnya berwarna hijau pucat. Kemiri mempunyai daun yang mudah dikenali dari bentuknya yang khas, umumnya terdiri dari 3-5 helai daun dari pangkal, berselang-seling PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143 dan pinggir daun bergelombang. Panjang satu helai daun sekitar 10-20 cm dengan dua kelenjar di bagian perpotongan antara pangkal dan tangkai yang mengeluarkan getah bening. Daun yang muda biasanya sederhana dan berbentuk seperti delta atau oval. Bagian atas permukaan daun yang masih muda berwarna putih mengkilap seperti perak, yang kemudian akan berubah warna menjadi hijau seiring dengan bertambahnya umur tmbuhan. Permukaan daun bagian bawah berbulu halus dan mengkilap seperti karat. Batang: Kemiri tergolong pohon yang berukuran sedang dengan tajuk lebar yang dapat mencapai ketinggian sampai 25 m dan diameter setinggi dada hingga 90 cm. Umumnya bentuk cabang pohon kemiri adalah berliku, tidak beraturan, membentang lebar dan menggantung pada cabang bagian samping. Pada lembah yang sempit, pohon kemiri biasanya memiliki sedikit percabangan dan tumbuh menjulang tinggi. Kulit batangnya berwarna abuabu coklat dan bertekstur agak halus dengan garis-garis vertikal. Bunga: Kemiri memiliki bunga kelamin ganda, dimana bunga jantan dan betina berada pada pohon yang sama. Bunga kemiri berwarna putih kehijauan, harum dan tersusun dalam sejumlah gugusan sepanjang 10-15cm, di mana terdapat banyak bunga jantan kecil mengelilingi bunga betina. Mahkota bunga berwarna putih dengan lima kelopak bunga berwarna putih kusam (krem), berbentuk lonjong dengan panjang 1,3 cm. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 144 Gambar 4.71 Kemiri (Aleurites moluccana) Buah: Kemiri memiliki buah berwarna hijau sampai kecoklatan, berbentuk oval sampai bulat dengan panjang 5-6 cm dan lebar 5-7 cm. Satu buah kemiri pada umumnya berisi 2-3 biji, tetapi pada buah jantan kemungkinan hanya ditemukan satu biji. Biji kemiri dapat dimakan jika dipanggang terlebih dahulu. Kulit biji kemiri umumnya kasar, hitam, keras, dan berbentuk bulat panjang sekitar 2,5-3,5 cm. kemiri memiliki akar yang tunggang dan berwarna coklat. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, organ tumbuhan kemiri yang digunakan adalah buah atau tepatnya biji kemiri yang memilki cangkang keras. Biji kemiri ini diletakan di dalam tempurung kelapa dan kemudia mantra dibacakan. Ritual upacara Beliant Semur adalah jenis upacara adat yang menggunakan alat seprti ini. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 145 69. Isak-isik (Ctenanthe sp) Isak-isik adalah tumbuhan dari familli Marantaceae. Isak-isik merupakan tumbuhan herba berizoma, tidak memiliki batang, atau batang bersifat subteranean (tertutup dalam tanah). Daun: Isak-isik tidak memiliki batang, tumbuh dengan tinggi berkisar antara 30 hingga 40 cm, dengan tangkai daun yang sangat panjang. Panjang tangkai daun isak-isik dapat mencapai 25 cm. Daun isak-isik berwarna hijau terang, permukaan bagian atas dan bawah halus dan licin. Pertulanagn daun menyirip, struktur daun kaku. Ujung dan pangal daun meruncing. Lebar daun berkisar antara 10 hingga 12 cm, dan panjang daun berkisar antara 18 hingga 23 cm. Gambar 4.72 Isak-isik (Ctenanthe sp) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 146 Akar: Akar isak-isik adalah tipe akar serabut, pangkal batang semu dan akar berwarna merah. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang digunakan menjadi Jeak dalam upacara Timeq dan Melas. 70. Akar Akar adalah jenis tumbuhan liana yang tumbuh dan berkembang dalam hutan hujan tropis, khususnya hutan dengan pohon-pohon besar yang membentuk kanopi. Batang: Tumbuhan akar tumbuh dengan cara membelitkan batangnya pada pepohonan untuk mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup. Batang tumbuhan akar berwarna putih, dapat tumbuh dan berkembang mencapai panjang 25 meter, dengan diameter batang 5 cm. batang tidak berkayu, namun terdiri dari serat-serat berwarna putih kekuningan, kulit batang berwarna putih. Batang tumbuhan akar menghasilkan cairan berwarna putih yang akan terasa pedas jika terkena mata. Daun: Daun tumbuhan akar berukuran kecil, lebar daun berkisar antara 3 hingga 5,5 cm, dengan panjang daun 8 hingga 10 cm, berwarna hijau cerah. Pertulangan daun menyirip, tepi daun rata, daun berbentuk oval, pada bagian pangkal dan ujung daun meruncing. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 147 Gambar 4.73 Tumbuhan akar Penggunaan dalam upacara adat: Tumbuhan akar digunakan untuk membersihkan diri, sebelum melakukan sebuah ritual upacara adat. Organ tumbuhan yang digunakan adalah batang, karena batang memiliki cairan atau getah bila dihancurkan, getah ini selanjutnya yang digunakan sebagai sampo. Getah tumbuhan akar pada jaman dahulu kala digunakan oleh Nenek moyang orang Suku Dayak Tunjung sebagai sampo untuk membunuh kutu yang bersarang dalam rambut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 148 71. Ukor Ukor adalah tumbuhan dari jenis palem yang tumbuh dan berkembang secara liar pada hutan hujan tropis. Tumbuhan ukor merupaka tumbuhan dengan ciri morfologi yang mirip dengan tumbuhan pinang dan aren. Batang: Ukor memiliki batang yang lurus dengan ketinggian dapat mencapai 10 meter, dan lebar batang 15 hingga 20 cm. batang bagian luar keras, tidak berkayu dan berwarna putih pada bagian dalam, sedangkan bagian luar berwarna kecoklatan. Batang berpelepah, dengan serat-serat ijuk tipis mengelilingi pelepahnya ( gambar 4.73). Daun: Daun tumbuhan berbentuk segitiga, berwarna hijau, bagian tepi daun rata, ujung daun bergelombang. Permukaan daun memiliki parit semu, pertulangan duan sejajar. Akar: Ukor memiliki tipe akar serabut seperti jenis palem lainnya. Buah: Buah ukor tampak seperti buah aren, terdapat tandan atau tangkai buah dengan panjang tandan berkisar antara 20 hingga 30 cm, hanya ukuran tandan dan buah secara keseluruhan lebih kecil dari buah aren. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, Ukor dijadikan sebagai Pencawangk dalam upacara atau ritual adat Ngawat. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta pelepah daun dan juga batang,tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan yang masih muda. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 149 Gambar 4.74 Ukor 72. Bemant/Bemban (Donax canniformis) Bemban (Donax canniformis), merupakan tumbuhan terna yang berumpun, tumbuh dan berkembang pada daerah dengan ketinggian 1-1000 m dpl. Bemban dapat tumbuh dan berkembang pada daerah dengan lahan yang banyak mengandung air, seperti rawa dan daerah aliran sungai (DAS). Daun: Tumbuhan bemban dapat mencapai tinggi 1 sampai 3 m, bercabang seperti semak, dengan batang bulat torak berwarna hijau tua, beruas panjangpanjang antara 1–2,5 m, diameter batang berkisar antara 2,5 hingga 4 cm. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 150 Gambar 4.75 Bemban (Donax canniformis) Daun: Daun-daun tunggal bertangkai 8–20 cm, dengan helaian bundar telur lebar hingga jorong, 10–25 × 10–45 cm. tepi daun rata, ujung dan pangkal daun meruncing, permukaan daun bagian atas halus dan licin, berwarna hijau tua, bagigan bawah daun berwarna hijau pucat, pertulangan daun melengkung. Bunga: Perbungaan sering bercabang di pangkal, panjang hingga 20 cm. Kelopak berwarna putih, bundar telur menyegitiga, gundul, 3–3,5 mm. Tabung mahkota 8–10 mm; taju mahkota bentuk garis, 1–1,4 cm × 2–3 mm. Buah putih hingga krem pucat, diameter 1–1,5 cm, kering, tidak memecah. Biji 1 atau 2, coklat dan memiliki rambut halus. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, Bemban (Donax canniformis) dimanfaatkan sebagai Kelangkangk dalam upacara Beliant Kencong. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan adalah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 151 batang, femanfaatannya dengan cara batang dibelah dan dijadikan bagian tipis kemudian dianyam menyerupai keranjang. 73. Botoq/Ramban (Trema orientalis) Batang: Botoq atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama angrung (Trema orientalis), adalah tumbuhan berkayu keras yang dapat tumbuh dan berkembang dengan tinggi mencapai 15 hingga 20 meter. Botoq memiliki batang tegak, berbentuk silindris, berkayu, permukaan kulit batang halus, percabangan simpodial, kulit kayu berwarna hitam kecoklatan. Akar: Tipe akar botoq adalah akar tunggang. Gambar 4.76 Ramban (Trema orientalis) Daun: Botoq memiliki daun majemuk, berseling, bentuk daun lonjong dengan panjang 4,5 hingga 9 cm, lebar daun 2,5-3,5 cm, bagian tepi daun rata, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, pertulangan daunmenyirip, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 152 tangkai silindris dengan panjang tangkai 1 hingga 1,5 cm, daun botoq berwarna hijau cerah. Bunga: Bunga botoq adalah bunga majemuk, dan tumbuh di ketiak daun, tangkaibunga silindris, dengan panjang panjang 0,3 hingga 0,5 cm, bunga berwarna hijau pucat hingga putih, benang sari panjang 1 hingga 1,7 cm, kepala sari bentuk ginjal dengan panjang ± 0,5 cm, mahkota bunga kecil berwarna putih. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, botoq atau anggrung digunakan sebagai pondasi pembuatan Balai organ yang dimanfaatkan adalah batang dan daun. Jenis upacara adat yang menggunakan organ tumbuhan botoq dalam pelaksanaannya adalah Rantau perangk. 74. Niungk Niungk adalah tumbuhan dari keluarga Arecaceae yang tumbuh dan berkembang di hutan kalimantan. Tumbuhan ini secara morfologi mirip dengan morfologi rotan Ennau, hanya saja niungk memiliki batang yang tegak lurus dengan duri-duri panjang dan tajam pada batangnnya. Batang: Niungk berbeda dengan rotan pada umumnya, niungk memiliki batang yang tegak, berpelepah, tumbuh tunggal dan kemudiam bertunas. Batang memiliki duri-duri yang tumbuh lebat diseluruh permukaan batang, duri memiliki panjang 5 hingga 8 cm, dan lebar 0,5 meruncing pada bagian ujung. Batang bagian dalam berwarna putih dan mengandung air jika PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 153 dipotong, berwarna putih. Permukaan batang secara keseluruhan berwarna cokelat kehitaman. Gambar 4.77 Niungk Daun: Daun niungk seperti daun rotan pada umumnya, berpelepah dan berbentuk lanset meruncing pada bagian pangkal dan ujung daun. Pertulangan daun sejajar, permukaan daun halus, tepi daun rata, lebar daun 2 hingga 3 cm, panjang daun 70 hingga 80 cm. Akar: Jenis perakaran niungk adalah jenis perakaran serabut. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, niungk dimanfaatkan menjadi pancing dalam upacara adat Timeq, oragan yang dimanfaatkan adalah bagian tulang daun yang memanjang dan berdui, organ ini biasanya disebut Lawe dalam bahasa Suku Dayak Tunjung. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 154 75. Jauq/Palem hutan Jauq adalah tumbuhan yang tumbuh dan berkembang secara liar pada hutan kalimantan, khususnya daerah aliran sungai (DAS). Tumbuhan jauq tumbuh tegak lurus dan merupakan raja dari jenis palem dalam ukuran besar dan tinggi batang. Jauq dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi 50 meter dan lebar batang hingga 80 cm. Daun: Daun jauq memiliki pelepah, tangkai, helain dan daun mempunyai anak-anak daun. Jauq memiliki daun mirip daun ukor, yaitu bentuk daun segitiga, berwarna hijau tua. Susunan tulang daun berbentuk sejajar, satu ibu tulang daun membujur pada tengah daun, dari pangkal sampai ke ujung daun, Sedangkan anak daunnya bertulang daun sejajar. Tepi daun rata, ujung daun bergelombang. Permukaan daun jauq jika di pegang terasa licin baik permukaan atas bawah dan daging daunnya keras seperti kertas. Serta bagian atas lebih hijau dari pada bagian bawah daunnya. Gambar 4.78 Tumbuhan jauq PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 155 Akar: Akar jauq berupa akar serabut. Radikula pada bibit terus tumbuh memanjang menuju arah bawah. Akar primer terus berkembang. Susunan akar terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertical ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran jauq bisa mencapai 8 meter dan 16 meter ke arah horizontal Batang: Batang berbentuk bulat besar. Batang tidak bercabang dengan daun di ujung batang seperti mahkota, batang bisa tinggi mencapai 50 m. Batang ini juga mempunyai permukaan halus dan kadang terdapat bekas pelepah daun yang gugur. Batangnya beruas-ruas dan tidak memiliki kambium sejati. Bila diiris melintang, batangnya memperlihatkan saluran pembuluh yang menyebar di bagian dalamnya. Luka batang ini cenderung tidak tertutup kembali, justru malah membesar atau malah membusuk. Buah: Buah berbentuk bulat bulat. Buah jauq memiliki kulit luar yang relatif tebal, yang menutupi bagian dalam (mesokarpium) yang berair atau berserat. Buah terbentuk setelah penyerbukan dan pembuahan. Secara anatomi, buah jauq terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian yang pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokaprium, sedangkan yang kedua adalah biji yang terdiri dari endokaprium, endosperm, dan lembaga atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang kerak dan licin, sedangkan mesokarpium yaitu daging buah yang berserabut mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi, Sedangkan lembaga merupakan bakal tanaman. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 156 Biji: Biji dilindungi oleh lapisan buah bagian dalam (endokarpium) yang keras dan berkayu. Serat buah dikenal juga sebagai sabut. Di dalam batok terdapat biji yang ketika buah masih muda relatif cair dan berangsur-angsur membentuk endapan yang semakin lama mengeras. Endapan ini biasanya mengandung banyak lemak dan protein. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, jauq dimanfaatkan sebagai ornamen pada Longan Bayat . Organ tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun dan bunga. 76. Belayant (Tinospora crispa) Belayant adalah jenis liana atau tumbuhan merambat yang tumbuh dan berkembang pesat pada daerah beriklim tropis. Tumbuhan ini tumbuh dan berkembang denngan biji dan tunas, dan menjadi gulma atau tanaman penggangu pada lahan pertanian, karena dapat berkembang mendominasi seluruh lahan dalam wangktu yang sangat singkat. Batang: Belayant memiliki batang semu dan memanjang mejadi sulur, kemudian membelit tumbuh-tumbuhan lain dan bahkan pepohonan. Batang semu berwarna hijau, lurus dan tidak berbuku, batang semu ditutupi oleh kulit batang tipis. Batang bagian dalam memiliki serat-serat yang mengandung latek atau getah berwarna putih. Batang dapat tumbuh mencapai panjang 20 meter dan menutupi tumbuhan atau pepohonan hingga tumbuhan inangnya mati karena tidak mendapatkan sinar matahari. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 157 Gambar 4.79 Tumbuhan belayant (Tinospora crispa) Daun: Daun belayant berbentuk oval, dengan pertulangan daun melengkung, memiliki getah atau latek berwarna putih. Daun memiliki batang daun dengan pajang 6 hingga 8 cm. ujung daun meruncing tepi daun rata. Permukaan daun bagian bawah adan atas rata dan licin, tepi daun rata. Lebar daun berkisar antara 10 hingga 13 cm, dan panjang daun 13 hingga 16 cm. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, belayant digunakan menjadi menjadi ornamen yang dibelitkan mengelilingi Logan Bayat dalam upacara adat Beliant Nyumangk. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 158 77. Ntrarant (Amomum sp) Ntrarant merupakan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae, morfologi secara keseluruhan sama dengan tumbuhan teniq/tokongk yang telah dibahas dalam pembahasan ini (Gambar 4.18). Perbedaan antara teniq/tokongk dengan ntrarant adalah pada ukuran batangnya. Ukuran batang ntrarant lebuih besar, diameter batang dapat mencapai 5 cm dan tumbuhh dengan ketinggian mencapai 3,5 meter. Ntrarant dapat ditemukan pada daerah dengan struktur tanah yang banayak mengandung air dan kaya akan kandungan unsur-unsur hara. Tumbuhan ini biasanya tumbuh pada daerah yang memiliki pohon-pohon besar dan belum mengalami kerusakan, karena tumbuhan ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terkena paparan sinar matahari langsung dalam waktu yang lama. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak tujung, ntrarant digunakan untuk membuat Longan dalam upacara adat Beliant Bawo. Organ tumbuhan yang digunakan adalah batang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 159 Gambar 4.80 batang tumbuhan Ntrarant (Amomum sp) 78. Biruq torungk (Livistona sp) Batang: Biruq torungk atau yang juga disebut daun biruq merupakan tumbuhan dari familli Arecaceae, tumbuhan ini merupakan saudara dari biruq yang telah dibahas dalah pembahasan ini (Gambar 4.52). Perbedaan antara biruq dengan biruq torungk adalah pada batang semunya, biruq torungk memiliki batang semu yang dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi 2 meter, dan lebar batang 8 hingga 11 cm, lebih besar dari biruq biasa. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 160 Gambar 4.81 Biruq Torungk (Livistona sp) Daun: Bagian tepi daun rata, bagian ujung daun rata dan meruncing pada arah pangkal daun. Duduk daun tersebar menjari pada pelepah. Daun berwarna hijau tua. Lebar daun 40-90 cm dan panjang daun 50-100 cm. Biruq torungk memiliki sistem perakaran berupa akar serabut. Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, biruq torungk digunakan untuk tongkat atau Alu (Penumbuk) dalam upcra Nalint Taont. Organ tumbuhan yang digunakan adalah keseluruhan dari organ tumbuhan, mulai dari akar, batang hingga daun. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 161 D. Organ tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung Organ tumbuhan yang dimanfaatkan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung bervariasi dalam setiap jenis upacara adat. Organ dari satu tumbuhan dapat memiliki fungsi yang berbeda dalam setiap jenis upacara, namun ada juga yang memiliki fungsi sama dalam setiap jenis upacara. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung meliputi akar, batang, kulit batang, daun, bunga dan buah. Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung terdapat beberapa tubuhan yang digunakan dalam setiap upacara adat, tumbuhan-tumbuhan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1. Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa tumbuhan tersebut memiliki peran penting dalam proses upacara adat, pemanfaatannya antara lain sebagai pewarna alami, pembuatan Jampi, media penyampaian mantra dan lain-lain, yang peran dari masing masing ini tidak dapat digantikan oleh tumbhan lainnya. Tabel 4.3 Jumlah organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Jenis organ tumbuhan Akar Umbi Batang Kulit batang Daun Bunga Buah Semua organ Jumlah 5 2 36 2 49 3 8 2 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 162 Gambar 4.82 persentase organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung Persentase pengunaan organ tumbuhan dalam upacara adat Suku Dayak tunjung 2% 3% 7% 2% 5% Akar Umbi Batang 33% Kulit batang Daun Bunga 46% Buah 2% Semua organ Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pemanfaatan organ yang berasal dari tumbuhan yang sama, berbeda fungsinya dalam upaca adat, dan organ yang sama dari tumbuhan yang sama juga terkadang dimanfaatkan menjadi beberapa alat atau media yang berbeda dalam upacara. Sebagai contoh, batang Jojot atau pisang hutan dimanfaatkan menjadi talenan dalam membuat Tara, dan batang jojot juga digunakan menjadi patung. Daun jojot digunakan menjadi Jampiq, sedangkan sisanya dijadikan pembungkus sesaji, pembungkus penutup Sempotant. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 163 Gambar 4.83 Pemanfaatan Organ tumbuhan pisang dalam upacara adat Papat Suku Dayak Tunjung Dalam pelaksanaan upacara adat, akar tumbuhan dalam upacara adat Suku Dayak tunjug dimnfaatkan untuk beberapa alat upacara, namun akar tumbuhan yang memiliki peran vital dalam semua upacara adalah akar tumbuhan tabak. Akar tumbuhan tabak dimanfaatkan dalam upacara dengan cara dibakar, akar tabak yang dibakar akan menghasilkan aroma yang khas, aroma ini dalam pelaksanaan upacara dipercaya dapat memanggil roh-roh atau dewa yang menjadi objek pemujaan dalam upacara, untuk hadir di tempat upacara. Akar dari tumbuhan lain biasanya dimanfaatkan bersama-sama dengan tumbuhannya secara utuh dalam proses upacara. Umbi dalam upacara adat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna dan juga bumbu sesaji. Batang tumbuhan yang miliki presentase pengunaan terbanyak setelah daun, digunakan untuk berbagai alat upacara, di antaranya adalah digunakan sebagai tongkat, patung, bahan pembuatan balai, alat memasak sesaji, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 164 tiang untuk menggantungkan sesaji dan lain-lain. Daun digunakan untuk membungkus sesaji, digunakan untuk media penyampaian mantra atau berkat dari upacara, pewarna dan lain-lain. Kulit batang digunakan untuk membuat Kelangkangk, bunga digunakan sebagai Jeak, Pengasi dan lain-lain. Buah dijadikan alat penyampaian mantra, perlengkapan pada Balai dan lain-lain. Selain pengunaan organ tumbuhan secara terpisah, dalam pelaksanaan upacara adat suku Dayak Tunjung, ada bebrapa alat upacara yang menggunakan tumbuhan secara utuh, dari akar hingga daun dan bunga. Istilah yang digunakan dalam upacara adat dan nama-nama alat yang digunakan, yang berasal dari dari organ tumbuhan, memiliki arti yang sama dalam setap upacara adat yang berbeda. Untuk istilah yang digunakan dan jenis upacara dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Dalam pembuatan alat atau media upacara yang berasal dari tumbuhan, menyisakan beberapa organ tumbuhan yang tidak dapat digunakan dalam upacra. Sisa-sisa organ tumbuhan ini akan dibuang pada suatu tempat dan diperlakukan secara khusus, dalam hal ini semua sisa organ tumbuhan akan dibuang pada suatu tempat di alam bersama dengan alat-alat upacara lainnya setelah upacara dilaksanakan. Organ tumbuhan dan juga sisa-sisa alat upacara dan yang telah dibuang tidak dapat disentuh atau digunakan kembali jika telah dibuang dan tidak digunakan. Membakar sisa-sisa organ tubuhan yang tidak terpakai merupakan larangan dalam adat dan tata-cara upacara Suku Dayak Tunjung. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 165 Menurut kepercayaan Suku Dayak Tunjung, setiap upacara menimbulkan dampak atau hawa negatif bagi kehidupan manusia setelah upacara selesai dilaksanakan, hal ini kemudian diatasi dengan Jeak, yaitu media pengusir hawa negatif yang berasal dari proses upacara adat. Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, teradapat 6 jenis tumbuhan utama yang dijadikan alat atau media untuk mengusir efek negatif dari upacara terhadap kehidupan manusia, yaitu Jeak (defisini jeak secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Tumbuhan yang dijadikan jeak adalah Puant, Pengoq, Mawa, Pakuq-paramp, Tu-tawa dan Tempoka/Persiah. Jeak merupakan kumpulan dari organ-organ tumbuhan yang kemudian dibentuk menjadi satu kesatuan dalam bentuk alat atau media upacara. Organ tumbuhan yang paling banyak digunakan dalam jeak adalah daun beserta pelepah atau juga sebagian dari batang tumbuhan. E. Tata cara mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung Suku Dayak Tunjung percaya bahwa setiap tumbuhan memiliki peran masing-masing dalam kehidupan, untuk itu sangat tidak dibenarkan jika mengambil suatu organ tumbuhan, dan atau mengambil tumbuhan secara utuh dari alam tanpa didasari tujuan dan maksud penggunaan yang jelas. Tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung juga dipercaya sebagai milik dari alam, maka untuk mengamil tumbuhan tersebut untuk kebutuhan upacara terkadang harus dilakukan ritual-ritual, hal ini dimaksudkan agar fungsi dari tumbuhan tersebut tercapai dalam penggunaannya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 166 Sebagai contoh proses mendapatkan tumbuhan yang digunakan dalam upacara Ngawai, bambu yang diambil adalah bambu yang telah mati atau patah bagian atasnya, dan diambil dengan satu kali tebasan dengan parang, agat sisa bambu yang ditinggalkan tidak rusak. Contoh lain adalah tumbuhan yang digunakan dalam upacara dengan maksud mengobati biasanya diambil pada pagi atau paling lambat siang hari, dan organ tumbuhan yang diambil adalah organ tumbuhan yang mengarah ke arah matahari terbit, karena jika jika mengambil tumbuhan dari alam disaat sore atau malam hari dipercaya memiliki dampak negatif, begitu juga dengan mengambil organ tumbuhan yang mengarah pada arah matahari terbenam. F. Sumber perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung dan Konservasi lingkungan Ada dua sumber perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung, yaitu liar dan budidaya. Masyarakat Dayak Tunjung mengenali dengan baik semua jenis tumbuhan upacara adat yang akan mereka gunakan, dan dapat dengan tepat menentukan daera-daerah yang menjadi habitat tumbuhan tersebut. Terkadang ada beberapa tumbuhan yang sangat susah ditemui, hal ini menyebabkan tumbuhan tersebut kemudian dijadikan tumbuhan budidaya. jika tidak dibudidayakan, tumbuhan-tumbuhan yang masuk dalam kategori langka akan dipelihara di habitatnya agar tidak mati dan punah. Dalam kesehariannya, suku Dayak Tunjung akan memperhatikan jenis-jenis tumbuhan yang ada disekitar mereka, baik tumbuhan upacara maupun tumbuhan lain yang memiliki peran penting dalam kehidupan, jika tumbuhan tersebut sangat susah untuk dijumpai, maka jika ada masyarakat yang menemukan, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 167 tumbuhan tersebut akan di pelihara, meskipun posisi tumbuh dari tumbuhan tersebut menggangu dari aktivitas keseharian, misalnya tumbuhan tersebut tumbuh di area hutan yang akan dijadikan ladang, maka hutan disekeliling tumbuhan tersebut akan disisakan, jika tumbuhan tersebut tidak mungkin untuk dibudidayakan atau dpindahkan karena beberapa faktor. Dalam hal konservasi, pemanfaatan tumbuhan dan hewan, baik langka ataupun yang masih melimpah keberadaannya bergantung pada kesadaran individu Suku Dayak Tunjung, konservasi dilakukan dengan kesadaran masingmasing tanpa paksaan. Sebagai contoh, beberapa burung seperti tiung, betet, Kappow (sejenis burung parkit), dan merak Kalimantan merupakn burung langka yang tidak akan diburu atau dibunuh bila dijumpai, begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan seperti anggrek bulan, ulin, meranti dan lain-lain yang saat ini sudah hampir punah akan dipelihara di alam atau akan dibudidayakan pada habitat yang layak untuk tumbuhan tersebut tumbuh dan berkembang. G. Pemanfaatan jenis tumbuh-tumbuhan upacara adat sebagai sumber belajar biologi dan kaitannya dengan kebudayaan. Tingkatan pengetahuan masyarakat Suku Dayak Tunjung tentang tumbuhtumbuhan dan keberadaannya di alam saat ini memang masih sangat tinggi, namu tidak bagi anak-anak remaja dan pemuda. Dari hasil penelitian diketahui bahwa anak-anak remaja dan pemuda di wilayah Kabupaten Kutai Barat pada umumnya dan khususnya remaja dan pemuda Suku Dayak Tujung sangat minim pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar mereka dan terlebih hubungan tumbuhan tersebut dengan kehidupan sehari-hari dan juga budaya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 168 Pada masa kini, hal-hal disekitar kehidupan anak-anak remaja dan pemuda khususnya yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kutai Barat, kurang diperhatikan. Pengetahuan tentang tumbuhan dan tindakan konservasi serung dianggap hal yang tidak menguntungkan dan hanya menghabiskan waktu, anakanak remaja lebih tertarik dengan urusan teknologi dan juga perkembangan dunia maya. Kurangnya pemahaman tentang tumbuh-tumbuhan dan juga kaitannya dengan budaya, yang dalam hal ini adalah para remaja yang beranjak dewasa, perlu di tingkatkan. Dengan meningkatnya pemahaman dan pengetahuan tentang lingkungan sekitar, khususnya tumbuh-tumbuhan dan juga kaitannya dengan budaya, dapat menciptakan suatu tindakan konservasi di masa yang akan datang. Kurangnya pemahaman tentang tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar oleh anak-anak muda, khususnya di daerah Kabupaten Kutai Barat, perlu ditingkatkan dengan mengaplikasikan materi baru yang disesuaikan, tentang tumbuh-tumbuhan lokal yang ada di sekitar dan pemanfaatannya dalah kehidupan sehari-hari kedalam materi pelajaran tikat satuan pendidikan SMP maupun SMA. Hasil dari penelitian ini merupakan rintisan dan data tertulis yang dapat digunakan, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, dengan cara menggunakan hasil dari penelitian ini sebagai sumber dan bahan kajian dalam proses pembelajaran biologi. Hasil dari penelitian ini dapat diaplikaksikan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kedalam materi keanekaragaman hayati pada kompetensi 169 dasar “Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi” di satuan pendidikan SMA kelas X semester II (Silabus & RPP terlampir). Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan ajar bagi guru dalam memberi dan menyampaikan materi pelajaran biologi, khususnya pada pokok bahasan keanekaragaman hayati, sehingga siswa khususnya di daerah kabupaten Kutai Barat, akan lebih mudah memahami, menemukan dan mengenali jenis tumbuhan apa saja yang ada di sekitar mereka, dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, dan khususnya dalam upacraupacara adat. Dalam proses pembelajaran, khususnya untuk lebih mudah bagi siswa dalam memahami, menemukan dan mengenali jenis tumbuhan apa saja yang ada disekitar mereka serta pemanfaatannya sebagai tumbuh upacara, penerapan model pendekatan Inquiry menjadi salah satu model pendekatan dalam pembelajaran yang cocok digunakan. Dengan menggunakan model pendekatan inquiry, guru tidak perlu menghabislkan semua jam pelajaran untuk menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan. Proses pembelajaran dengan model pendekatan inquiry akan memberikan pengalaman baru bagi siswa, bagaimana keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar, dan menemukan langsung jawaban serta pemahaman di lapangan berdasarkan teori yang mereka dapat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 170 Selain materi, pemberian tugas dan melakukan kegiatan praktikum juga merupakan proses yang dapat meningkatkan pemahaman siswa tetang tumbuhtumbuhan. Adapaun salah satu tugas yang dapat diberikan adalah siswa diminta untuk menentukan salah satu jenis tumbuhan, mendeskripsikan, mengklasifikasikan, dan kemudian menemukan perannya dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya tugas tersebut diberikan beserta batasan waktu yang sesuai dan memadai. Praktikum dapat dilakukan dengan membuat herbarium berdasarkan tumbuhan yang dipilih secara mandiri oleh siswa pada tugas terdahulu. Dengan proses pembelajaran seperti ini diharapkan siswa akan lebih memahami tentang materi keanekaragaman hayati, terutama perannya dalam terhadap kelangsungan hidup manusia, khususnya tumbuhan upacara. Selainnya meningkatkan pemahaman, diharapkan hasil dari proses pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan kepedulian yang mendalam dalam setiap pribadi siswa, tentang kondisi lingkungan, dan serta langkah-langkah yang harus diambil ke depan, untuk melestarikan lingkungan sekitar, dalam hal ini, peran guru saat mendampingi siswa sangat penting. H. Hambatan-hambatan dalam proses penelitian Dalam proses penelitian dilapangan, peneliti mangalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh hal-hal berikut: 1. Kurangnnya data tertulis tentang Suku Dayak Tunjung dibidang budaya, khususnya tentang proses upacara adat, pengetahuan lokal tentang tumbuhtumbuhan dan proses pemanfaatannya, dan bahkan sejarah dari Suku Dayak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 171 Tunjung itu sendiri masih sangat jarang dijumpai dalam bentuk data tertulis baku. Semua data yang ada bersifat lisan. 2. Masih banyak tumbuh-tumbuhan endemik di daerah Kabupaten Kutai Barat, khususnya di lingkungan masyarakat Suku Dayak Tunjung yang belum di identifikasi, dan hanya dikenal dalam nama daerah. 3. Kurangnya pengetahuan kaula muda yang berasal dari Suku Dayak Tunjung tentang tumbuh-tumbuhan endemik disekitarnya, khususnya fungsi dan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan itu sendiri. 4. Hambatan yang terakhir adalah medan, dimana akses yaitu jalanan masih sangat buruk kualitasnya untuk dilalui, untuk mencapai daerah-daerah yang memiliki tingkat keanekaragaman tumbuhan yang cukup tinggi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung terdiri dari 78 spesies tumbuhan yang berbeda, 78 spesies ini merupakan bagian dari 30 famili yang berbeda. 2. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan dalam upacara adat adalah akar, umbi, batang, kulit batang, daun, bunga, buah dan semua organ. 3. Cara mendapatkan tumbuhan dari alam adalah dengan ritual khusus dan juga tanpa ritual.. 4. Pemanfaatan tumbuhan dalam upacara adat sebagian besar dijadikan bahan pembuatan alat upacara, dijadikan media penyampaian mantra, bumbu sesaji, dan pewarna alami dalam upacara penyembuhan, permohonan dan pemeliharaan. B. Saran 1. Penelitian ini merupakan rintisan bagi peneliti selanjutnya tentang pemanfaatan tumbuhan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, karena masih banyak data-data yang tidak tercantum, penulis mengharapkan peneliti selanjutnya untuk melengkapi kekurangan-kekurangan tersebut agar pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan dalam bidang budaya, khususnya upacara adat oleh Suku Dayak Tunjung, 172 dapat menjadi satu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 173 kesatuan data yang benar-benar utuh dan tidak akan hilang seiring berjalannya waktu. 2. Saat penelitian ini dilaksanakan, peneliti menemukan fakta bahwa sangat sedikit data tertulis tentang kebudayaan Suku Dayak Tunjung, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung, sehingga dalam hal ini penulis menyarankan untuk diadakan suatu upaya dokumentasi dan inventarisasi tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan baik endemik maupun non endemik oleh Suku Dayak Tunjung, sehingga menjadi suatu data yang kelak dapat digunakan dalam proses pelestarian lingkungan dan juga tentunya kebudayaan Suku Dayak Tunjung itu sendiri. 3. Dalam bidang pendidikan, penulis menganjurkan agar diadakan materi khusus yang disesuaikan, tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan lokal pada satuan pendidikan SMP maupun SMA, baik kaitannya dalam bidang Bidang budaya, khususnya pemnfaatan tumbu-tumbuhan dalam proses upacara adat, maupun pemanfaatan tumbuhan pada bidang lainnya dalam kehidupan seharihari. Sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam, tentang tumbuh-tumbuhan di sekitar mereka dan juga proses pemanfaatannya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Anonim. 20011. Penelitian Hutan Kita,Hidup Kita: Keanekatagaman hayati di Gunung Eno. Jakarta: Badan Perancangan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat & TML Anonim, 2010, The Plant List, www.theplantlist.org, diakses tanggal 12 mei 2014 Anonim, 2012, Your Plant Database, www.plantamor.com, diakses tanggal 10 juni 2014 Attamimi, F. 1997. Pengetahuan Masyarakat Suku Mooi Tentang Pemanfaatan Sumber Daya Nabati di Dusun Maibo Desa Aimas Kabupaten Sorong. Skripsi sarjana Kehutanan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih Manokwari Bogdan, Robert C. dan Steven J. Taylor. 1993. Kualitatif (Dasar-dasar penelitian). Diterjemahkan oleh: A. Khozin Afandi. Surabaya: Usaha Nasional. Cunningham, A.B. 2001. Applied Ethnobotany (People, Wild Plant Use, and Conservation). Earthscan. London Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II, BALITBANG Kehutanan, Jakarta. Lahajir Y. 2001. Etnoekologi perladangan orang Dayak Tunjung Linggang (Etnografi lingkungan hidup di Dataran Tinggi Tunjung). Yogyakarta: Galang Press. Madrah D. 2001. Adat Sukat Dayak Benuaq dan Tonyooi. Jakarta: Puspa Swara dan Yayasan Rio Tinto. Nababan, A., 1995, Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia. Jurnal : Kebudayaan, Kearifan Tradisional, dan Pelestarisn Lingkungan. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies. Nathanael, Lahajir Y, Kedoi Y, Dedy T, Nikolaus, Rindarwoko, Yustinus. 2010. Kebudayaan Linggang. Linggang Melapeh. CERD/ Badan Perancangan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Prastowo, A. 2012. Metode penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: AR-Ruzz Media Purwanto, Y.1999. Etnobotani-Bioteknologi : Keterkaitan system Pengetahuan Tradisional dan Modern. Makalah Pada Seminar Ilmiah : Membangun Lingungan Hidup yang Lestari Dengan Memanfaatkan Bioteknologi Berbasis Keanekaragaman Hayati. Fak. Pertanian Univ. Janabadra. Fak. Biologi dari Prodi Sosiologi Ffisip Universitas Atma Jaya dan Kehati. Yogyakarta, 30 Juni 1999. 174 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 175 Rahail, J.P., 1995, Kearifan Budaya Masyarakat Lokal Melestarikan Lingkungan, tahun XXIV, No. 6, November – Desember. Hal. 417 – 420. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies. Runtunuwu, E, A. 2013. Studi Etnoekologi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Skripsi Sarjana Biologi Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Silaban, R. 2013. Jenis Jenis Rotan. www.raymoon760.wordpress.com. Diakses tanggal 12 April 2014. Sirat, M., E, Djaenuderadjat, dan Budiono.1990. Pengobatan tradisional padamasyarakat pedesaan daerah lampung. Eds Nurana dan Ahmad Yunus. Depdikbud. Dirjen. Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung. Stenis. V.C.G.J. 1981. Flora Voor De Scholen In Indonesia. Sanduran. Suryo. Dkk. Cet. II. Yogyakarta: Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas gajah Mada Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan. Cet IX. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Wahyudi P,S. (1997). Kupatan Jalasutera Tradisi, Makna dan Simboliknya. Yogyakarta: Depdikbud. Yati, K. 2004. Studi Etnobotani Tentang Bahan Obat Tradisional yang digunakan oleh Masyarakat pada Tiga Kenagarian di Kabupaten Agam. Skripsi Sarjana Biologi FMIPA UNAND. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 1 PETA WILAYAH PENELITIAN 176 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 177 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 2 INFORMAN PRIMER Berikut ini merupakan data-data informan primer dalam penelitian ini: 1. Nama Nama Panggilan Domisili Jenis kelamin Umur Agama Jabatan 2. Nama Nama Panggilan Domisili Jenis kelamin Umur Agama Jabatan Tradisional : Ardin : Taman Nani : Kampung Linggang Bigung, Kec, Linggang Bigung, Kab.Kutai Barat : Laki-Laki : 76 Tahun : Kristen Protestan : Ketua Dewan Adat Linggang : Digot : Taman Sawai/Boq Moq : Kampung Linggang Bigung, Kec, Linggang Bigung, Kab.Kutai Barat : Laki-laki : 105 Tahun : Katolik : Pelaku Upacara Adat dan Ahli Pengobatan 3. Nama : Ibu Minah Nama Panggilan Domisili Kab. KutaiBarat Jenis kelamin Umur Agama Jabatan : Men Saban : Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok, 4. Nama Nama Panggilan Domisili Kab. KutaiBarat Jenis kelamin Umur Agama Jabatan : Mpo Mong :: Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok, : : : : Perempuan 76 Tahun Katolik Pelaku Upacara Adat : Laki-laki : - *(berkisar Antara 94 Hingga 102) Tahun : : Pelaku Upacara Adat Regional Kab. Kutai Barat dan Guru dari Pelaku Upacara Lainnya 178 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 179 5. Nama Nama Panggilan Domisili : Nata :: Kampung Linggang Amer, Kec, Linggang Bigung, Kab.Kutai Barat Jenis kelamin Umur Agama Jabatan : : : : 6. Nama Nama Panggilan Domisili Kab. KutaiBarat Jenis kelamin Umur Agama Jabatan : Jadi** : Taman Saban : Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok, 7. Nama Nama Panggilan Domisili : Ngeliq : Taman Seloi/Kakek Mapan : Kampung Linggang Mapan, Kec.Linggang Bigung, Kab. Kutai Barat : Laki-Laki : -*(Berkisar antara 67 hingga 77 Tahun) : Katolik : Sekretaris Desa Linggang Mapan, Anggota Dewan Adat Linggang, Penasehat Dewan Adat Linggang. Jenis kelamin Umur Agama Jabatan : : : : Laki-Laki - *(Berkisar Antara 60 Hingga 70) Tahun Pelaku Upacara Adat Laki-Laki -*(Berkisar antara 67 hingga 80 tahun) Katolik Pelaku Upacara Adat Catatan: (*) Masyarakat Suku Dayak Tunjung yang lahir sebelum tahun 45, tidak mengingat atau mencatat tahun kelahiran mereka, sehingga pada masa sekarang, banyak dari para tetua Suku Dayak Tunjung yang tidak mengetahui secara tepat umur mereka. (**) Narasumber atau informan primer yang telah meninggal,beberapa waktu setelah penulis selesai melakukan perekaman data. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 3 JENIS UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG Sebuah upacara adat memiliki tujuan dalam pelaksanaannya, begitu juga upacara adat Suku Dayak Tunjung. Upacara adat Suku Dayak Tunjung dilksanakan dengan tujuan penyembuhan suatu penyakit dan ganguan kesehatan, permintaan bantuan serta perlindungan dan keselamatan kepada alam, bersukur kepada alam, dan juga permintaan maaf kepada alam. Upacara adat Suku Dayak Tunjung terbagi kedalam tiga jenis ketegori, yaitu upacara kecil,sedang dan besar. Kategoti ini terbentuk berdasarkan jumlah dari alat, sesaji, jumlah pelaku upacara, dan durasi upacara. Semakin lama durasi upacara maka sesaji yang digunakan akan semakin banyak, jenis hewan yang dikorbankan semakin besar dan banyak, dan jumlah pelaku upacara lebih dari 1 orang. Berikut ini adalah deskripsi upacara adat Suku Dayak Tunjung. 1. Banyungk Banyungk adalah upacara adat dengan durasi waktu upacara 1 hari dengan 1 orang pelaku upacara adat. Hewan kurban yang digunakan biasanya berupa anjing dan ayam, dan upacara ini bertujuan untuk menyembuhkan atau meminta pertolongan kepada alam. Upacara adat banyungk tergolong kedalam upacara adat skala sedang dan pelaksanaanya adalah pada waktu siang hari. 2. Beliant Bawo Beliat Bawo adalah upacara adat Suku Dayak tunjung yang bertujuan untuk mengobati ataupun menemukan segala macam bentuk ganguan kesehatan yang terjadi. Upacara ini dilaksanakan pada malam hari dengan 1 atau lebih pelaku upacara, dan bisa dilaksanakan dalam durasi lebih dari 1 hari jika penyebab gangguan kesehatan belum ditemukan. Meski demikian, upacara ini merupakan upacara adat yang tergolong kedalam upacara adat skala sedang yang berdasarkan alat dan sesaji upacara serta hewan yang dikorbankan dalam upacara adat. 3. Beliant Kencong Beliant Kencong adalah upacara adat dengan tujuan yang sama dengan Beliant Bawo, yaitu penyembuhan. Upacara adat ini dilaksanakan malam hari dengan durasi waktu 6 hingga 12 jam dalam keseluruhan waktu pelaksanaannya. Beliant Kencong melibatkan 1 pelaku upacara dan tergolong kedalam skala upacara menengah. 4. Beliant Loangan (Mantir) Beliant Loawangan adalah jenis upacara yang bertujuan untuk penyembuhan suatu penyakit dan sekaligus merupakan permintaan maaf kepada alam karena individu yang menjadi objek upacara telah melakukan kesalahan kepada alam dan untuk itu menderita suatu ganguan kesehatan. Durasi upacara ini hanya 1 hari dengan pelaku upacara tunggal, tergolong kedalam upacara berskala menengah. 180 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 181 5. Beliant Nyenturuh Bukur Beliant nyenturuh Bukur adalan upacara dengan tujuan penyembuhan. Upacara dilaksanakan dalam durasi waktu lebih dari satu hari dan tergolong dalam upacara berskala besar karena melibatkan banyak organ tumbuhan yang dijadikan alat dan bahan dalam upacara, dan juga hewan yang dikorbankan biasanya berupa babi, pelaku upacara tunggal. 6. Beliant Nyumangk Beliant Nyumangk adalah proses upacara berskala sedang, dan dilaksanakan dalam durasi waktu 1 hari. Pelaku upacara tunggal, adapun maksud dan tujuan dari upacara adat ini adalah penyembuhan. Dalam pelaksanaannya upacara adat Beliant Nyumangk dilaksanakan untuk mengobati orang yang mengalami ganguan kepribadian dan mental. 7. Beliant Rantau Perangk Beliant Rantau Perangk adalah proses upacara yang berskala besar, dilaksanakan dalam durasi waktu 2 hari atau lebih dengan pelaku upacara wanita tunggal, hewan yang dikorbankan berupa babi, dan mengukan banyak alat dan juga media yang dibuat dari organ tumbuh-tumbuhan. Biasanya orang-orang yang aktif dalam bidang kebudayaan, khususnya dewan adat pada suatu desa Suku Dayak Tunjung yang sering menderita penyakit atau gangguan kesehatan yang kemudian menjadi objek dari dilaksanakannya proses upacara ini. 8. Beliant Semur Beliant Semur adalah proses upacara adat yang bertujuan untuk mengobati suatu penyakit, dan atau membayar suatu permintaan yang ditujukan kepada alam. Proses upacara ini berlangsung dalam kurun waktu 2 hari, pelaku upacara adalah laki-laki. 9. Beliant Sentiu Beliant sentiu merupakan proses upacara yang hampir sama dengan Beliant Semur, namun berbeda dalam gaya bahasa upacaranya. Merupakan pengobatan dan penyampaian terima kasih kepada alam atas suatu permintaan. Proses upacara dilaksanakan dalam waktu 2 hari atau lebih, pelaku upacara tunggal dan merupakan proses upacara berskala menengah. 10. Gugu taont Gugu taont adalah upacara berskala besar, yang biasanya dilakukan oleh persatuan adat suatu kampung. Upacara adat ini bertujuan untuk menyampaikan syukur kepada alam atas segala sumberdaya yang telah disediakan, sehingga masyarakat dapat hidup dalam keadaan SDA yang melimpah, sekaligus permohonan kepada alam agar terus dalam keadaan yang stabil dan tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti bencana alam dan lain-lain. upacara ini berlangsung dalam durasi waktu lebih dari 2 hari dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 182 melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara. Tempat pelaksanaannya biasanya di hutan ataupun pada rumah adat Suku Dayak Tunjung yang dikenal dengan nama Lamin Adat. 11. Hajat Hajat adalah upacara yang dilakukan oleh satu keluarga atau individu dan tergolong kedalam upacara berskala kecil. Hajat adalah upacara permintaan kepada alam, baik permintaan atas keselamatan, kesembuhan, kemakmuran dan lain-lain. Pelaku upacara dalam jenis upacara adat ini adalah pelaku upacara tunggal, durasi waktu yang digunakan proses upacara tidak lebih dari 1 hari. 12. Ngawai Ngawai adalah upacara adat yang bertujuan untuk menyembuhkan atau menghilangkan suatu gangguan terhadap kesehatan individu ataupun gangguan terhadap lahan pertanian berupa hama dan lain-lain. Gangguan yang ditimbulkan kebanyakan berupa ulang iseng dari individu-individu dalam masyarakat itu sendiri. Upacara ngawai adalah upacara adat berskala kecil dengan durasi pelaksanaan hanya 3 hingga 4 jam. Pelaku upacara tunggal. 13. Pakant Talunt Pakant Talunt adalah jenis upacara yang dilakukan oleh individu, organisasi ataupun oleh dewan adat. Upacara adat ini bertujuan untuk menyampaikan permintaan maaf kepada alam khususnya hutan. Upacara ini dilaksanakan bisasanya setelah terjadi suatu perusakan alam, baik penebangan liar dan lainlain yang merusak hutan, bisa juga karena telah membunuh hewan tertentu tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Segala perbuatan tersebut menimbulkan murka alam sehingga terjadinya beberapa gangguan kepada pihak yang bersangkutan secara terus menerus. Upacara pakant talunt juga bisa merupakan permintaan izin kepada alam, untuk membuka lahan baru diarea tersebut. Upacara pakant talunt merupakan upacara yang dilaksanakan dalam durasi waktu 2 hari atau lebih, dan termasuk dalam upacara adat berskala besar. Upacara adat pakant talunt melibatkan lebih atau hanya 1 pelaku upacara. 14. Papat Papat dalah jenis upacara adat yang bertujuan untuk meminta perlindungan dan pertolongan kepada alam, biasanya permintaan yang diajukan kepada alam berupa keselamatan. Pelaku upacara adat tunggal, upacara dilaksanakan pada waktu siang hari dengan durasi waktu upacara 6 hingga 8 jam. Termasuk upacara dengan skala sedang. 15. Timeq Timeq adalah jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang bertujuan untuk mengobati suatu penyakit, tergolong kedalam upacara dengan skala besar karena dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama, durasi keseluruhan proses PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 183 upacara adat ini adalah 8 hari dan mengunakan banyak sekali organ tumbuhtumbuhan untuk menajadi alat dan juga media dalam pelaksanaanya. Timeq melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara, dan memerlukan 8 ekor babi yang nantinya dalam proses upacara akan dijadikan hewan korban. 16. Ngelakuq bangkai Ngelakuq bangkai adalah upacara yang dilaksanakan untuk mengantarkan roh orang-orang yang telah meninggal dunia ke peristirahatan terakhir mereka, agar dapat beristirahat dengan tenang dan damai. Upacara ini dilaksanakan dalam durasi waktu 1 minggu atau lebih. Upacara adat ngelakuq bangkai merupakan upacara adat berskala besar, melibatkan hingga 3 pelaku upacara, dan hewan yang dikorbankan biasanya berupa kerbau, babi dan ayam. 17. Sentangih Sentangih adalah jenis upacara Suku Dayak Tunjung untuk melepaskan roh orang yang telah meninggal ke alam lain, upacara ini dilaksanakan dalam waktu 1 hingga 2 minggu, dan melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara. Sentangih merupakan proses upacara berskala besar, dengan melibatkan banyak media dan alat upacara yang berasal dari daun tumbuh-tumbuhan. Hewan korban dalam proses upacara ini adalah babi dan ayam. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 4 ISTILAH DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, teradapat istilah- istilah yang dalam bahasa tunjung yang menggambarkan suatu proses atau alat, berikut definisi dari istilah-istikah tersebut. 1. Ancakq Kulit kayu yang dianyam menjadi berbentuk keranjang atau nampan, ancakq berfungi untuk meletakan sesaji dalam proses upacara adat. 2. Anjat/Bakeq Anjat atau Bakeq adalah tas khas suku Dayak Tunjung, terbuat dari bahan dasar rotan yang dianyam. Berbentuk kurang lebih seperti gentong air dengan tinggi antara 30 hingga 70 cm dan dimeter berkisar antara 30 hingga 45 cm. Anjat digunakan untuk membawa barang sehari-hari dengan cara dijinjing. 3. Burai Burai dalam bahasa tunjung berarti bedak, biasanya terbuat dari tepung beras dan dicampurkan dengan berbagai organ tumbuhan, untuk menghasilkan kasiat tertentu. 4. Gaka Gaka merupakan sebutan Dalam Bahasa Dayak Tunjung, untuk jenis tumbuhan merambat yang memiliki akar semu, penambahan kata Gaka dibelakang nama tumbuhan akan menggambarkan deskripsi tumbuhan tersebut sebagai tumbuhan merambat atau liana. 5. Jampiq Jampiq merupakan alat atau media dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, terbuat dari daun pisang yang dirobek kecil berbentuk pita, bisa juga berbentuk cairan atau ramuan dari daun tumbuhan. Jampiq berfungsi untuk menyampaikan mantera ataupun berkat upacara kepada subjek upacara. 6. Jeak Jeak merupakan media untuk menghilangkan segala pengaruh negatif dari proses upacara adat, selama dan setelah upacara adat berlangsung. Jeak merupakan media yang dibuat dari gabungan beberapa organ tumbuhan dari berbagai spesies, biasanya organ yang digunakan adalah daun dan sebagian kecil batang atau ranting serta pelepah. 7. Kabungk Kabungk adalah alat dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung yang dibuat dari daun punang dan aren, dan dibentuk seperti pagar dan diletakan melintang atau horizontal mengeliligi pusat upacara adat. 184 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 185 8. Kelangkangk Kelangkangk merupakan alat untuk meletakan sesaji dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, terbuat dari bambu yang dianyam berbentuk nampan segi empat dengan ukuran 20x20 cm. kelangkangk hanya digunakan dalam upacara kematian. 9. Kerenyamp. Kerenyamp adalah patung yang terbuat dari bedak dan berbentuk manusia, dan diletakan dalam beras, bedak ini berasal dari daun kayu yang dicampur dengan tepung beras. 10. Lemang Lemang merupakan makanan khas dari Suku Dayak Tunjung, yaitu nasi dari beras ketan yang dimasak didalam bambu dan dicampurkan dengan santan. Bambu bagian dalam dilapisi dengan daun pisang. 11. Longan Bayat Kabungk adalah alat upacara adat Suku Dayak Tunjung yang dibuat dari batang tumbuhan. Batang tumbuhan dibelah menyerupai pisau, dan kemudian dirangkai bersilangan pada sebuah papan dengan panjang 50 cm. dipasang didalam rumah dengan cara digantung. 12. Noccou Proses mewarnai daun kelapa untuk alat atau keperluan kebudayaan, warna yang dihasilkan biasanya merah dan kuning. Pewarna yang digunakan adalah pewarna alami yang diciptakan dari organ tumbuh-tumbuhan lainnya. 13. Pantiq Pantiq merupakan alat dalam upacara melas, pantiq diciptakan dari bambu kuayant, dengan bentuk menyerupai kursi, berfungsi untuk tepat duduk objek upacara dalam menerima berkat upacara. 14. Pencawangk Sebuah alat upacara dari daun beserta pelepah Kumar (salak hutan), yang kemudian ditancapkan di tanah. Kabungk ini sekilas tampak seperti pahon natal, karena ada tumbuhan merambat atau liana yang dilitkan mengelilingi kabungk, pada bagian bawah terdapat buah nanas yang digantungkan pada kabungk. 15. Pengasi Pengasi adalah bunga ataupun daun tumbuh-tumbuhan yang dicampurkan dengan air dalam suatu wadah, dan air ini dipercikan ataupun diteteskan kepada peserta upacara, hal ini dimaksud untuk menyucikan peserta upacara tesebut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 186 16. Pengumak Pengumak adalam istilah untuk alat upacara yang dibuat dari daun hanjuang merah dalam upacara ngawat, daun hanjunag merah ini digunakan sebagai replika parang atau mandau yang melambangkan senjata dalam upacara adat. 17. Reef Reef adalah sebutan untuk rautan dari batang tumbuh-tumbuhan. Biasanya rautan ini dibuat dengan pisau raut khas Suku Dayak Tunjung yang disebut isa. Selain dalam upacara adat, reef juga berfungsi untuk menyalakan api didalam hutan, karena reef merupaka rautan tipis seperti pita,sehingga mudah terbakar. Reef yang digunakan dalam upacara adat adalah reef yang dibiarkan melekat pada batang tumbuhan tersebut. 18. Ruyaq Ruyaq dalam bahasa dayak tunjung adalah kesatuan suatu alat untuk menciptakan atau membangun sesuatu. 19. Simpai Simpai merupakan anyaman dari rotan yang telah diraut halus, anyam ini membentuk suatu simpul yang sangat kokoh. 20. Subbai Subbai merupakan bambu panjang yang ditancap di tanah, pada seluruh batang bambu ini diberi rautan dari batang tumbuhan (reef). 21. Tara Tara adalah cara memasak makanan Suku Dayak tunjung yang hampir mirip dengan Lemang, yaitu makanan dimasak didalam batang bambu. Biasa makanan yang dimasak dengan cara ini bisa berupa daging atau beras. Hasil dari cara memasak ini yang kemudian dikenal dengan istilah Tenara. 22. Telusuq Telusuq adalah nasi yang dimasak dengan cara Tenara, setelah matang, bambu dikupas bagian luarnya, bagian atas bambu diberi tutupan daun pisang/pisang hutan. Nasi dalam bambu inilah yang disebut telusuq. Telusuq hanya dibuat untuk sesaji upacara saja. Untuk konsumsi, nasi yang dimasak didalam bambu setelah matang langsung dibelah dan dimakan, tidak perlu diberikan perlakuan apapun lagi. 23. Wuint awooiy Wuint awooiy adalah sebutan untuk alat upacara dari tumbuhan biruq dan tumbuhan gai syi’it. Kedua tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan utama dalam pembuatan wuint awooiy, tumbuhan digunakan secara utuh (semua organ tumbuhan) . wuint awooiy diletakan didalam rumah atau pada pusat upacara yang sedang berlangsung. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 5 TABEL KLASIFIKSI TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG No Daerah Nama Umum Ilmiah 1. Jojot Pisang hutan 2. Sempat 3. Famili Ordo Musa balbisiana Musaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta - - Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta Juangk Hanjuang Merah Cordyline terminalis L Agavaceae Liliales Liliopsida Magnoliophyta 4. Jeloq Pisang Musa acuminata Musaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 5. Nancangk Mahang Euphorbiaceae Malpighiales Magnoliopsida Magnoliophyta 6. Nyoo Kelapa Macaranga mappa Cocos nucifera Arecoideae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 7. Tabak - - Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 9. Gaka malongk - - - - - - 10. Cahai Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 11. Lejaq Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 12. Teliant Ulin Eusideroxylon zwageri Lauraceae Laurales Magnoliopsida Magnoliophyta 13. Ntugaq - - - - - - 14. Tempera - - Urticaceae Rosales Magnoliopsida Magnoliophyta 15. Tokongk - Amomum aculeatum Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 16. Kuayant Bambu Bambusa arundinacea Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 18. Pangir/Bungaq - Morinda sp. Rubiaceae Rubiales Magnoliopsida Magnoliophyta 187 Kelas divisi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 188 No Daerah Nama Umum Ilmiah 19. Pujaq - 20. Ami Gambir 21. Gaka kedot Liana - 22. Gai pelas Rotan Calamus penicillatus Roxb 23. Harump - - 24. Komat Puring hijau 25. Ngkapaq Paku sarang burung Codiaeum variegatum. Asplenium nidus 26. Muungk/Hemungk Sembung 27. Kuncengk 28. 29. Famili Ordo Kelas divisi - Apocynaceae Gentianales Magnoliopsida Magnoliophyta Uncaria gambir Rubiaceae Gentianales Magnoliopsida Magnoliophyta Fabaceae Fabales Magnoliopsida Magnoliophyta Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta Acanthaceae Scrophulariales Magnoliopsida Magnoliophyta Euphorbiaceae Euphorbiales Magnoliopsida Magnoliophyta Polypodiaceae Polypodiales Pteridopsida Pteridophyta Blumea Balsamifera Asteraceae Asterales Magnoliopsida Magnoliophyta Heredong Melastoma affine Melastomataceae Myrtales Magnoliopsida Magnoliophyta Peridangk Rumput Teki Cyperus rotundus Cyperaceae Cyperales Liliopsida Magnoliophyta Paatn Pinang Areca catechu Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 31. Rakap Sirih Piper betle Piperaceae Piperales Magnoliopsida Magnoliophyta 32. Wangunt - - Meliaceae Sapindales Magnoliopsida Magnoliophyta 33. Nyelutui Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Gentianales Magnoliopsida Magnoliophyta 34. Pengoq - - Sapindaceae Sapindales Magnoliopsida Magnoliophyta 35. Pengoq peai - - Piperaceae Piperales Magnoliopsida Magnoliophyta 36. Sewet Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 37. Mawa - - Cannabaceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 38. Puant Keledang Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 39. Jiee - Artocarpus lanceifolius Roxb - - - - - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 189 No Daerah Nama Umum Ilmiah 40. Persiah - 41. Paku-paramp - 42. Tu-tawa 43. Memaliq/Smeneo 44. 45. Famili Ordo Kelas divisi - Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta Polypodiaceae Lamiales Magnoliopsida Magnoliophyta - Polypodium vulgare Costus speciosus Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta - - - - - - Gaka Ngelagit - - Leguminosae Fabales Magnoliopsida Magnoliophyta Lempung ngayo - - Rhizophoraceae Myrtales Magnoliopsida Magnoliophyta 46. Rekep - - Sapindaceae Sapindales Magnoliopsida Magnoliophyta 47. Gai syi’it Rotan Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 48. Gai sokak Rotan Calamus balingensis Furtado Calamus caesius Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 50. Terincingk Nanas Ananas comosus Bromeliaceae Bromeliales Liliopsida Magnoliophyta 51. Kumar/Lempucant - Eleiodoxa conferta Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 52. Telasih Selasih Lamiaceae Lamiales Magnoliopsida Magnoliophyta 53. Katapuq - Ocimum basilicum Thymus vulgaris Lamiaceae Lamiales Magnoliopsida Magnoliophyta 54. Pegangk Lau Ilalang Imperata brevifolia Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 55. Bunglew - - Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 56. Deraya - - - - - - 57. Peringk Taliq - Bambusa sp. Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 58. Kuayant Kuning - Bambusa vulgaris Schard Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 59. Nturui - Artocarpus.sp Moreceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 60. Lunuk Beringin Ficus benjamina Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 190 No Daerah Nama Umum Ilmiah 61. Raja Pengalah Benalu 62. Pentar 63. 64. 65. Famili Ordo Kelas divisi Loranthus sp. Loranthaceae Santalales Magnoliopsida Magnoliophyta - Ficus carica Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta Nggkuduq Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae Rubiales Magnoliopsida Magnoliophyta Lancingk senit Langusei Ficus minahassae Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta Mermungk - - - - - - 66. Engkehuyo - Asteraceae Asterales Magnoliopsida Magnoliophyta 67. Tuq salah Tebu Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 68. geriq Kemiri Chromolaena odorata Saccharum officinarum L Aleurites moluccana Euphorbiaceae Euphorbiales Magnoliopsida Magnoliophyta 69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 70. Akar Liana - Leguminosae Fabales Magnoliopsida Magnoliophyta 71. Ukor - - Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 72. Bemant Bemban Donax canniformis Marantaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 73. Botoq Ramban Celtis australis Cannabaceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 74. Niungk - - Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 75. Jauq - - Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 76. Belayant - Tinospora crispa Menispermaceae Ranunculales Magnoliopsida Magnoliophyta 77. Ntrarant - Amomum sp. Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 78. Biruq Torungk - Livistona sp Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 6 TABEL JUMLAH FAMILI YANG TERIDENTIFIKASI No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. FAMILI Musaceae Cannabaceae Moraceae Zingiberaceae Agavaceae Euphorbiaceae Arecoideae Poaceae Lauraceae Urtiaceae Rubiaceae Apocynaceae Fabaceae Arecaceae Acanthaceae Polypodiaceae Asteraceae Melastomataceae Cyperaceae Piperaceae Meliaceae Sapindaceae Leguminosae Rhizophoraceae Bromeliaceae Lamiaceae Moreceae Loranthaceae Marantaceae Menispermaceae Tidak teridentifikasi Total 191 Jumlah 3 2 5 6 1 3 1 9 1 1 3 2 1 11 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 6 78 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 7 TABEL JUMLAH ORDO TUMBUAHN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Ordo Zingiberales Liliales Malpighiales Arecales Poales Laurales Rosales Rubiales Gentianales Fabales Scrophulariales Euphorbiales Polypodiales Myrtales Cyperales Piperales Sapindales Urticales Lamiales Bromeliales Santalales Asterales Ranunculales 192 Jumlah 11 1 1 12 9 1 1 2 3 3 1 2 1 2 1 2 3 8 3 1 1 2 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 8 JUMLAH KELAS DAN DEVISI TUMBUHAN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI 1. 2. 3. 1. 2. JUMLAH KELAS Liliopsida Magnoliopsida Pteridopsida 35 36 1 JUMLAH DEVISI YANG TERINDENTIFIKASI Magnoliophyta 71 Pteridophyta 1 193 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 9 Tabel Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung Nama No Organ yang digunakan Jenis upcara Melimpah Papat Liar Melimpah Beliant Loangan (Mantir) - Dijadikan media penyampian mantra dalam upacara adat - Dijadikan Pengumak Budiadaya Kurang Dijadikan patung, pembungkus sesaji, dan juga media penyampaian mantra. Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit batang dijadikan ancak, daun sebagai alas dalam meletakan sesaji pada balai. Buah dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dll. Dibakar dan dijadikan media perantara antara pelaku upacara dengan alam sekitar. Dijadikan media tempat memasak sesaji, dan dijadikan media dalam upacara adat Dijadikan tali pengikat dalam pembuatan alat-alat upacara Dijadikan pewarna dalam pembuatan media upacara adat Budidaya Melimpah Beliant Semur, Beliant Bawo, Beliant Sentiu, Beliant Kencong Semua Upacara Adat Liar Melimpah Timeq, Papat Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat Budidaya/li ar Kurang Semua Upacara Adat Liar Melimpah Semua Upacara Adat Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat Budidaya Melimpah Papat Umum Ilmiah Famili 1. Jojot Pisang hutan Musa balbisiana Musaceae Daun, Batang, Akar Dijadikan patung, pembungkus sesaji, dan juga media penyampaian mantra. 2. Sempat - - Zingiberaceae Batang dan akar Dijadikan patung 3. Juangk Hanjuang Merah Cordyline terminalis L Agavaceae Daun 4. Jeloq Pisang Musa acuminata Musaceae Daun, Batang, Akar 5. Nancangk Mahang Macaranga mappa Euphorbiaceae Batang, Kulit batang dan Daun 6. Nyoo Kelapa Cocos nucifera Arecoideae Buah dan Daun 7. Tabak - - Poaceae Akar 8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Batang 9. - - - Batang 10. Gaka malongk Cahai Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Umbi 11. Lejaq Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Umbi Cara penggunaan Dijadikan bumbu dalam pembuatan sesaji upacara 194 Jenis dan sumber perolehan Liar Ketersediaan di lapangan Daerah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 195 Nama No Daerah Umum Ilmiah Famili Organ yang digunakan 12. Teliant Ulin Eusideroxylon zwageri Lauraceae Batang Dijadikan patung dan juga tiang balai dalam upacara adat 13. Ntugaq - - - Batang dan Daun 14. Tempera - - Urtiaceae Daun, Batang Dijadikan patung dan juga tempat menggantungkan ancak disetiap sudut balai Dijadikan tali pengikat dalam pembuaran media upacara, jeak. 15. Tokongk - Amomum aculeatum Zingiberaceae Batang dan akar 16. Kuayant Bambu Poaceae 17. Tuuq Tebu Bambusa arundinacea Saccharum sp. 18. Pangir/Bung aq - 19. Pujaq 20. Jenis dan sumber perolehan Liar Ketersediaan di lapangan Jenis upcara Langka Papat, Hajat Liar Melimpah Papat Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt. Dll. Dijadikan bahan pembuatan Balai, rempah sesaji. Liar Melimpah Banyungk Batang Dijadikan Balai atau Pantiq Liar Melimpah Upacara Adat Kenu Poaceae Batang Budidaya Melimpah Timeq, Gugu Taont Morinda sp. Rubiaceae Bunga Liar/Budida ya Kurang Semua Upacara Adat - - Apocynaceae Daun Dijadikan Tiang pusat tari upacara Media dalam menyampaikan “berkat” upacara kepada objek upacara Digunakan sebagai pewarna atribut upacara Liar/Budida ya Langka Semua Upacara Adat Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Daun Dijadikan Jampiq Langka 21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Batang Digunakan untuk mengikat dalam pembuatan balai Liar/Budida ya Liar Melimpah Papat, Kenu, Banyungk Banyungk 22. Gai pelas Rotan Arecaceae Batang Digunakan untuk menggantungkan subbai Liar Kurang Melas 23. Harump - Calamus penicillatus Roxb - Acanthaceae Daun Digantung pada Longan Bayat Liar/Budida ya Kurang Beliant Mantir 24. Komat Puring hijau Codiaeum variegatum. Euphorbiaceae Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar/Budida ya Melimpah Beliant Semur 25. Ngkapaq Paku sarang burung Asplenium nidus Polypodiaceae Daun Dijadikan anjat dalam upacara adat Liar Melimpah Beliant Bawo 26. Muungk/He mungk Sembung Blumea Balsamifera Asteraceae Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar Melimpah Beliant Semur Cara penggunaan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 196 Nama No Daerah Umum Ilmiah Famili Organ yang digunakan 27. Kuncengk Heredong Melastoma affine Melastomataceae Bunga 28. Peridangk Rumput Teki Cyperaceae Daun 29. Paatn Pinang Cyperus rotundus Areca catechu Arecaceae Daun, Bunga, Buah, Batang 30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae 31. Rakap Sirih Piper betle 32. Wangunt - 33. Nyelutui 34. Pengoq 35. Pengoq peai 36. Sewet 37. Mawa 38. Jenis dan sumber perolehan Liar Ketersediaan di lapangan Jenis upcara Melimpah Beliant Sentiu Lair Melimpah Banyungk Digunakan menjadi Kabungk Budidaya, Liar Melimpah Daun Muda Kabungk Melimpah Piperaceae Daun Bahan pembuatan Jampi - Meliaceae Batang Untuk Rautan (Reff), diletakan pada Benawingk Budiaya, Liar Budidaya, Liar Liar Melimpah Banyungk dan haampir semua upacara adat Suku Dayak Tunjung Timeq, Beliant Bawo, Semur, Sentiu Hampir semua upacara adat Melas Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Batang Liar Melimpah Beliant Semur - - Sapindaceae Daun Dijadikan patung dengan jenis kelamin wanita Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat - - Piperaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Jantung buah, Daun, Batang Liar Melimpah Beliant Nyenturuh Bukur - - Cannabaceae Liar Melimpah Puant Keledang Moraceae Liar Kurang Hampir semua Upacara Adat Semua Upacara Adat 39. Jiee - Artocarpus lanceifolius Roxb - Daun, Kulit batang Daun Batang dijadikan patung, daun dijadikan media penyampaian matra dan pembungkus sesaji, jantung dijadikan alat upacara Daun dijadikan Jeak, Kulit batang dijadikan Ancak Dijadikan Jeak - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 40. Persiah - - Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 41. Paku-paramp - Polypodiaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 42. Tu-tawa - Polypodium vulgare - Commelinaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 43. Memaliq/Sm eneo - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat Cara penggunaan Dijadikan minuman bagi pelaku upacara yang mengalami kesurupan. Digunakan menjadi jeak Melimpah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 197 Nama No Daerah Umum Ilmiah Famili Organ yang digunakan 44. Gaka Ngelagit - - Leguminosae Batang, daun Batang dijadikan patung, Daun dijadikan Jeak 45. Liana - Rhizophoraceae Daun Daun dijadikan Jeak 46. Lempung ngayo Rekep - - Sapindaceae Batang 47. Gai syi’it Rotan Calamus balingensis Furtado Arecaceae 48. Gai sokak Rotan Calamus caesius 49. Daun biruq - 50. Terincingk Nanas 51. - 52. Kumar/Lemp ucant Telasih Selasih 53. Katapuq - 54. Pegangk Lau 55. Jenis dan sumber perolehan Liar Ketersediaan di lapangan Jenis upcara Melimpah Melas Liar Melimpah Melas Untuk menyandarkan Benawingk Budidaya, Liar Kurang Melas Semua organ tumbuhan (utuh) Wuint awoi( digunakan utuh dari akar sampai daun) Lair Langka Timeq Arecaceae Batang Dijadikan tali pengikat Budidaya, Liar Melimpah Timeq Livistona sp Arecaceae Daun Daun dijadikan Wuint awooiy Liar Kurang Timeq Ananas comosus Eleiodoxa conferta Ocimum basilicum Thymus vulgaris Bromeliaceae Dijadikan pencawangk Beliant Bawo Digunakan sebagai pencawangk Kurang Ngawat Kuarang Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Budidaya, Liar Budidaya, Liar Budidaya, Liar Melimpah Lamiaceae Batang, Daun, Buah Daun dan Batang Daun Beliant Semur, Beliant Bawo Beliant Semur, Beliant Bawo Ilalang Imperata brevifolia Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq Bunglew - - Moraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas 56. Deraya - - - Batang Liar Melimpah Papat 57. Peringk Taliq Kuayant Kuning - Bambusa sp. Poaceae Batang Dijadikan patung dengan jenis kelamin laki-laki Dijadikan Benakak Liar Melimpah Melas - Bambusa vulgaris Schard Poaceae Batang Lair Melimpah Ritual Kenu, Beliant Semur Nturui Lunuk Beringin Artocarpus.sp Ficus benjamina Moreceae Moraceae Daun Daun Digunakan untuk melakukan ritual jika ada kesalahan dalam melakukan upacara. Dijadikan Jeak Dijadikan Jeak Liar Liar Kurang Melimpah Timeq Timeq, Beliant Rantau Perangk, Melas 58. 59. 60. Arecaceae Cara penggunaan Dijadikan pengasi Kuarang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 198 Nama No Daerah Umum Ilmiah Famili Organ yang digunakan Cara penggunaan 61. Raja Pengalah Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Daun Daun dijadikan Jeak 62. Pentar - Ficus carica Moraceae Daun 63. Nggkuduq Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae Daun Dijadikan makanan patung (Kernyamp) Dijadikan makanan patung (Kernyamp) 64. Langusei Ficus minahassae - Moraceae 65. Lancingk senit Mermungk - Daun dan Batang Buah 66. Engkehuyo - Asteraceae 67. Tuq salah Tebu Poaceae 68. geriq Kemiri Chromolaena odorata Saccharum officinarum L Aleurites moluccana 69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Daum 70. Akar Liana - Leguminosae Batang 71. Ukor - - Arecaceae 72. Bemant Bemban Marantaceae 73. Botoq Ramban Donax canniformis Celtis australis Batang, daun, buah Batang Cannabaceae 74. Niungk - - Arecaceae 75. Jauq - - Arecaceae 76. Belayant - Menispermaceae 77. Ntrarant - Tinospora crispa Amomum sp. - Euphorbiaceae Zingiberaceae Jenis dan sumber perolehan Liar Ketersediaan di lapangan Jenis upcara Melimpah Melas Lair Melimpah Banyungk Lair Melimpah Banyungk Dijadikan jeak (pada batang dijadikan patung) Dijadikan sebagai sumpit dalam uapcara adat Liar Melimpah Melas Lair Kurang Daun Jeak Lair Melimpah Pejeak Batang dan daun Buah Jeak Budidaya, Lair Budidaya, Liar Kurang Pejeak Melimpah Beliant semur (banci) Batang dan Daun Tulang Daun Buah dan Daun Batang dan Daun Batang Buah digunakan sambil membacakan mantra (digunakan dalam tempurung kelapa) Dijadikan jeak Liar Melimpah Melas, Timeq Dijadikan sampo dalam ritual membersihkan diri sebelum upacara Digunakan sebagai pencawangk Lair Kurang Semua jenis upacara adat Liar Kurang Beliant Ngawat Dianyam menjadi Kelangkangk burung DijadikanTempusoq dan pondasi pada Balai Dijadikan “pancing” dalam uapcara adat Digantung pada Longan Bayat Liar Melimpah Beliant kencong Liar Melimpah Liar Kurang Beliant Rantau Perangk Timeq Liar Kurang Nalint taont, timeq Dililitkan mengelilingi Lonngan Liar Melimpah Beliant Nyumangk Dijadikan longan Liar Kurang Beliant Bawo PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 199 Nama No 78. Daerah Umum Ilmiah Famili Biruq Torungk - Livistona sp Arecaceae Organ yang digunakan Semua organ tumbuhan secara utuh Cara penggunaan Dijadikan tongkat atau Alu (penumbuk) dalam upcara adat Jenis dan sumber perolehan Liar Ketersediaan di lapangan Jenis upcara Kurang Nalint taont PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 10 SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER : SMA : BIOLOGI : X/II MATERI POOKOK ALOKASI WAKTU : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia : 2 45 menit KI 1 : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia KI 3 : 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KI 4 : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan 200 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 201 Kompetensi Dasar 1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 2.2 Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar. 3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi 4.7 Menyajikan data tentang morfologi dan peran tumbuhan pada berbagai aspek Indikator Pencapaian Kompetensi 1.3.1 Menerapkan sikap peduli terhadap permasalah di lingkungan sekitar 2.2.1Mengutamakan keselamatan kerja saat melakukan pengamatan. 3.7.1. Mengidentifikasi ciriciri umum Plantae 3.7.2. Membandingkan ciri morfologi antara tumbuhan Bryophyta, 3.7.3 Mengidentifikasi pemanfaatan tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta dalam kehidupan manusia 4.7.1 Mempresentasikan ciriciri umum Plantae. 4.7.2 Mempresentasikan perbedaan antara Materi Pembelajaran Ciri-ciri umum plantae dan peranya dalam kehidupan manusia Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan (10 menit) Salam pembuka &do’a Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan: Ada yang pernah memperhatikan tumbuhan di sekitar kita? Adakah perbedaan antara tumbuhan satu dengan yang lainnya? Guru menanggapi jawaban siswa, kemudian menampilkan materi pokok : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kegiatan inti (60 menit) Mengamati: Siswa diminta untuk mengamati hubungan antara penomena di lingkungan sekitar (dalam bentuk teori) dan hubungannya dengan materi pembelajaran. Guru menyampaikan materi secara singkat dengan cara yang interaktif, menarik namun disiplin kepada siswa sehingga menciptakan hubungan komunikasi, antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Penilaian Jenis penilaian : tes (uraian) dan non tes ( kinerja ) 1. Tes (uraian) : Soal uji kompetensi/evalu asi 2. Non tes (kinerja): Sikap ingin tahu Tanggung jawab Kedisiplinan Laporan hasil pengamatan dan diskusi. Alokasi Waktu 2 45 menit Sumber Belajar Buku Biologi X, Dyah Aryulina dkk, Esis, BAB VIII Buku Kerja Biologi IB, Ign. Kristiyono P.S, Esis Pengamatan lapangan dan sumber belajar lain yang relevan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 202 Kompetensi Dasar kehidupan dalam bentuk laporan tertulis. Indikator Pencapaian Kompetensi antara tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta 4.7.3 Mempresentasikan proses pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan manusia. Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Menanya: Siswa dimotivasi untuk bertanya terkait dengan materi ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia. Mengumpulkan data (Eksplorasi/ekperimen): Dalam kelompok, siswa melakukan pengamatan diluar kelas untuk mendapatkan data. Setelah melakukan pengamatan di luar kelas, siswa kemudian menelaah litelatur dan sumbersumber terkait topik bahasan pembelajaran yang relevan untuk melengkapi data yang telah didapatkan. Mengasosiasikan: Dalam kelompok, siswa mendiskusikan hasil pengamatan diluar kelas, untuk menemukan konsep terstruktur sehubungan dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Mengkomunikasi: Siswa mempresentasikan konsep hasil diskusi kelompok di depan kelas. Diikuti dengan sesi tanya jawab antar kelompok. Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 203 Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penutup (10 menit) Melakukan refleksi dan evaluasi: - Siswa diminta menyampaikan manfaat dari pembelajaran yang telah dilakukan dan merangkum butir-butir pembelajaran. - Penugasan pembuatan laporan pengamatan secara lengkap dan terstruktur (Salam penutup) Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 11 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : X (Sepuluh)/II Alokasi waktu : 2 Jam Pelajaran (2 x 45 Menit) Materi Pokok : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, peduli, santun, responsif, dan pro aktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menerapkan pengetahuan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humanoira dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar & Indikator Pencapaian Kompetensi Kopentensi dasar 1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 2.2 Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan Indikator 1.3.1: Menerapkan sikap peduli terhadap permasalah di lingkungan sekitar 2.2.1: Mengutamakan keselamatan kerja saat melakukan pengamatan. 204 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kopentensi dasar percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar. 3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi 4.7 Menyajikan data tentang morfologi dan peran tumbuhan pada berbagai aspek kehidupan dalam bentuk laporan tertulis. 205 Indikator 3.7.1. Mengidentifikasi ciri-ciri umum Plantae 3.7.2. Membandingkan ciri morfologi antara tumbuhan Bryophyta, 3.7.3 Mengidentifikasi pemanfaatan tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta dalam kehidupan manusia 4.7.1: Mempresentasikan ciri-ciri umum Plantae. 4.7.2: Mempresentasikan perbedaan antara antara tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta 4.7.3: Mempresentasikan proses pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan manusia. C. Tujuan Pembelajaran 1.3.1.1 Siswa dapat menerapkan sikap peduli terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya, baik di lingkungan sekolah atau dalam lingkungan masyarakat. 2.2.1.1 Siswa mampu mengutamakan keselamatan kerja saat melakukan pengamatan. 3.7.1.1 Siswa mampu Mengidentifikasi ciri-ciri umum Kingdom Plantae 3.7.2.1 Melalui pengamatan, siswa dapat mengetahui perbedaan ciri morfologi antara tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 206 3.7.3.1 Melalui Pengamatan dan studi litelatur, siswa dapat mengetahui jenis-jenis pemanfaatan tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta dalam kehidupan manusia 4.7.1.1 Siswa mampu menyebutkan ciri-ciri umum Kingdom Plantae. 4.7.2.1 Siswa mampu Menjelaskan perbedaan antara antara tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta 4.7.3.1 Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan manusia. D. Materi pembelajaran Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia Model Pembelajaran 1. Model pembelajaran Pembelajaran kooperatif 2. Metode pembelajaran Diskusi Ceramah, eksperimen pengamatan E. Kegiatan pembelajaran Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia Waktu : 2 jam pelajaran (2 x 45 Menit) Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa Salam Salam dan Do’a Kegiatan Pendahuluan pembuka,Membangkitkan Siswa diminta untuk menjawab minat dan perhatian, pertanyaan: (10 menit) melakukan apersepsi, - Ada yang pernah menyampaikan tujuan memperhatikan tumbuhan di dan memotivasi siswa sekitar kita? - Adakah perbedaan antara tumbuhan satu dengan yang lainnya? Guru menanggapi jawaban siswa, kemudian menampilkan materi pokok : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kegiatan Fase Kegiatan inti Mengamati: (60 menit) Menanya: 207 Kegiatan guru dan siswa Siswa diminta untuk mengamati hubungan antara penomena di lingkungan sekitar (dalam bentuk teori) dan hubungannya dengan materi pembelajaran. Guru menyampaikan materi secara singkat dengan cara yang interaktif, menarik namun disiplin kepada siswa sehingga menciptakan hubungan komunikasi, antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Siswa dimotivasi untuk bertanya terkait dengan materi ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia. Mengumpulkan data (Eksplorasi/ekperimen) Dalam kelompok, siswa melakukan pengamatan diluar kelas untuk mendapatkan data. Setelah melakukan pengamatan di luar kelas, siswa kemudian menelaah litelatur dan sumbersumber terkait topik bahasan pembelajaran yang relevan untuk melengkapi data yang telah didapatkan. Mengasosiasikan Dalam kelompok, siswa mendiskusikan hasil pengamatan diluar kelas, untuk menemukan konsep terstruktur sehubungan dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Mengkomunikasikan Siswa mempresentasikan konsep hasil diskusi kelompok di depan kelas. Diikuti dengan sesi tanya jawab antar kelompok. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kegiatan Penutup (10 menit) Fase Melakukan refleksi dan evaluasi Salam penutup 208 Kegiatan guru dan siswa Siswa diminta menyampaikan manfaat dari pembelajaran yang telah dilakukan dan merangkum butir-butir pembelajaran Salam penutup dan penugasan pembuatan laporan pengamatan secara lengkap dan terstruktur F. Sumber dan media pembelajaran Sumber - Buku Biologi X, Dyah Aryulina dkk, Esis, BAB VIII - Buku Kerja Biologi IB, Ign. Kristiyono P.S, Esis - Pengamatan lapangan dan sumber belajar lain yang relevan. Media pembelajaran - Power point - LKS G. Penilaian Jenis penilaian : tes (uraian) dan non tes ( kinerja ) 1. Tes (uraian) : Soal uji kompetensi/evaluasi 2. Non tes (kinerja): Sikap ingin tahu Tanggung jawab Kedisiplinan Laporan hasil pengamatan dan diskusi. Mengetahui, Kepala Sekolah .......................... …..,…………………… 20 ……. Guru MaPel Ilmu Pengetahuan Alam (__________________________) NIP/NIK : (_______________________) NIP/NIK : PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 209 KISI-KISI SOAL EVALUASI Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia Indikaotor esensial Ciri-ciri umum Kingdom Plantae Perbedaan ciri morfologi antara tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta Jenis-jenis pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan manusia Jenis soal Ingatan (C 1) Uraian B1 Uraian B4 Uraian Keterangan: B = Butir/Nomor soal Pemahaman (C 2) B2 B5 Aspek Penerapan Analisis (C 3) (C 4) Evaluasi (C 5) B3 Mencipta (C 6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 210 SOAL EVALUASI Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia Nama Kelas Mata Pelajaran Tanggal No Presensi : : : : : Jawablah pertanyaan berikut secara singkat padat dan jelas! 1. Sebutkan minimal 2 (dua) ciri-riri umum dari Kingdom plantae? (Skor 10) 2. Apa peran dari kingdom plantae dalam ekosistem? Jawablah disertai dengan bagan rantai makanan! (Skor 20) 3. Berdasarkan ciri-cirinya, Apa perbedaan dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta! (skor 20) 4. Lengkapilah bagan Bagan metagenesis tumbuhan paku berikut: (Skor 30) 5. Apa saja jenis pemanfaatan tumbuhan dari devisi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta yang ada disekitar mu! (Skor 20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 211 Kunci jawaban 1. Sebutkan minimal 2 (dua) ciri-riri umum dari Kingdom plantae? (skor 10) Kingdom Plantae anggota kelompoknya terdiri atas organisme yang telah mempunyai membran inti dan terdiri atas banyak sel (multiseluler). Mampu meciptakan makanan sendiri melalui proses fotosintesis. Tumbuhan bersifat stasioner atau tidak bisa berpindah atas kehendak sendiri, meskipun beberapa alga hijau bersifat motil (mampu berpindah) karena memiliki flagelum. 2. Apa peran dari kingdom plantae dalam ekosistem? Jawablah disertai dengan bagan rantai makanan! (Skor 20) (3) Konsumen (Hewan) (1) (2) Dekomposer Produsen (Bakteri/Jamur) (Tumbuhan) 3. Berdasarkan ciri-cirinya, apa perbedaan dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta! (skor 20) A. BRYOPHYTA - Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis - Belum memiliki akar, batang, dan daun sejati. - Mengalami metagenesis - Atrakeophyta yaitu belum memiliki pembuluh pengangkut. - Habitat di tempat lembap. B. PTERIDOPHYTA - Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis - Kormophyta yaitu memiliki akar, batang, dan daun sejati. - Mengalami metagenesis. - Trakeophyta yaitu memiliki pembuluh pengangkut. - Habitat di tempat lembap. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI C. SPERMATOPHYTA - Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis - Kormophyta yaitu memiliki akar, batang, dan daun sejati. - Berkembang-biak dengan biji/tunas - Trakeophyta yaitu memiliki pembuluh pengangkut. - Habitat: Air, Tempat lembab dan tempat kering 4. Lengkapilah bagan Bagan metagenesis tumbuhan paku berikut: (Skor 30) 212 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 213 5. Apa saja jenis pemanfaatan tumbuhan dari devisi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta dalam kehidupan manusia yang ada disekitar mu! (Skor 20) - Bryophyta: Pemanfaatan Bryophyta contohnya adalah penggunaan organ tumbuhan lumut dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, yaitu dimanfaatkan sebagai alat penyampaian mantra upacara. - Pteridophyta: Contoh pemanfaatan Pteridophyta salah satunya adalah pada proses upacara Pejeak (upacara pengukuhan/penghilang aura negatif) oleh Suku Dayak Tunjung. Tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan paku, sedangkan organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang digunakan untuk menyampaikan mantra. - Spermatophyta: Contoh sederhana dari pemanfaatan tumbuhan dari divisi Spermatophyta adalah pengunaan daun pisang sebagai pembungkus makanan. Jahe dan kunyit yang dijadikan bumbu masakan serta masih banyak lagi. Pedoman Penilaian: 𝑵𝑺 𝑻𝑵 x4 = Nilai Keterangan: NS= Nilai yang diperoleh siswa, TN= Nilai Maksimum dari soal Tabel konversi nilai Huruf A AB+ B B- Nilai angka 3,67 – 4.00 3,34 – 3,66 3,01 – 3,33 2,67 – 3,00 2,34 – 2,66 Huruf C+ C CD+ D Nilai angka 2,01 – 2,33 1,67 – 2,00 1,34 – 1,66 1,01 – 1,33 < 1,00 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 214 Penilaian Sikap Disiplin Petunjuk : Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kedisiplinan. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : Ya = Apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan Tidak = Apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan. Nama Peserta Didik Kelas Tanggal Pengamatan Materi Pokok No 1 2 3 4 5 6 : …………………. : …………………. : ………………….. : ………………….. Sikap yang diamati Melakukan Ya Tidak Masuk kelas tepat waktu Mengumpulkan tugas tepat waktu Memakai seragam sesuai tata tertib Mengerjakan tugas yang diberikan Tertib dalam mengikuti pembelajaran Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan Petunjuk Penskoran : Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 215 PENILAIAN SIKAP TANGGUNG JAWAB Nama Peserta Didik : …………………. Kelas : …………………. Materi Pokok : …………………. Tanggal : …………………. Petunjuk : Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam tanggung jawab. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = Apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = Apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = Apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = Apabila tidak pernah melakukan No Aspek Pengamatan 1 Mengerjakan tugas-tugas individu dengan baik 2 Berani menerima resiko atas tindakan yang dilakukan Bertanggung jawab dalam mengunakan barang/fasilitas umum dan atau inventaris sekolah Berani meminta maaf jika melakukan kesalahan yang merugikan orang lain Bertangung jawab dalam kelompok 3 5 6 Skor 1 2 3 4 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 216 Petunjuk Penskoran 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 Contoh: Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 6 pernyataan = 24, maka skor akhir : 14 𝑥 4 = 2,3 24 Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor No 81A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai sebagai berikut : Sangat Baik : Apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00 Baik : Apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33 Cukup : Apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33 Kurang : Apabila memperoleh skor : skor ≤ 1,33 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 12 SURAT IJIN PENELITIAN 217 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 218 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 219 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 13 BUKTI PEREKAMAN DATA 220 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 221 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 222 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 223 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 224 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 225 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 14 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 1. Desa Linggang Bigung 226 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Desa Linggang Melapeh 227 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Desa Linggang Mapan 228 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. Desa Bigung Baru 229 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Desa Balok Asa 230 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6. Desa Linggang Amer 231 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 15 DOKUMENTASI PROSES PENELITIAN Proses wawancara dengan narasumber Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan 232 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 233 Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 234 Proses observasi vegetasi di Hutan Gelongk. Pada poto, tampak beberapa relawan yang membantu peneliti melakukan proses observasi. Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan di Linggang Amer PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 235 Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan didampingi oleh ahli tumbuhan dari Suku Dayak Tunjung. Poto (kanan), ahli tumbuh-tumbuhan dan peneliti harus memanjat diding batu untuk menemukan salah satu tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 236 Pelaku upacara adat sedang memulai proses upacara adat Proses upacara adat sedang berlangsung PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 237 Proses pembuatan Lemang Proses memasak Lemang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 238 Ancak, salah satu alat dalam proses upacara Suku Dayak Tunjung PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 239 Kelangkangk, salah satu alat upacara kematian Suku Dayak Tunjung PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 240 Alat upacara kematian Suku Dayak Tunjung. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 241 Telusuq, beras yang dimasak didalam bambu dan digunakan sebagai sesaji dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 242 Balai, merupakan pusat dari proses salah satu upacara adat Suku Dayak Tunjung Patung yang terbuat dari kayu ulin, merupakan tugu beringatan akan suatu peristiwa bersejarah dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 243 Pisang hutan (Jojot), yang dimanfaatkan secara keselurun meliputi semua organ dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 244 Sesaji beserta berbagai macam alat upacara yang diletakan pada Balai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 245 Salah satu sesaji dalam upacara Pakant Talunt. Telur ayam diletakan pada batang tumbuhan yang dibelah. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 246 Balai, tempat melaksanakan proses upacara Pakant Talunt, daun pinang digunakan menjadi pagar atau yang dikenal dengan istilah Kabungk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 247 Miniatur pondok yang dikenala dengan istilah Dangau Umaq, dibuat dari kulit kayu dan merupakan alat dari upacara Pakant Talunt. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 248 Kemah yang digunakan peneliti saat bermalam dihutan dalam proses pendataan tumbuh-tumbuhan upacara bersama satu orang ahli tumbuh-tumbuhan dari Suku Dayak Tunjung PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 249 Kiangk, alat yang digunakan oleh suku dayak tunjung dalam membawa peralatan atau mengangkat beban yang berat. Kiangk memiliki kapasitas muatan berkisar antara 60 hingga 90 Liter. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 250 Peneliti sedang menikmati santap malam dihutan sebelum beristirahat setelah melakukan pendataan tumbuhan upacara adat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 251 Aktivitas Minguq Hojant, merupakan aktivitas klasik dari Suku Dayak Tunjung. Yaitu proses mengumpulkan buah durian yang berbuah secara musiman dari hutan. Aktivitas ini telah ada sejak dahulu kala.