plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
STUDI ETNOBOTANI PEMANFAATAN TUMBUHAN UPACARA
ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG DI KABUPATEN KUTAI BARAT
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Yeri Lona
091434028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
“Kata-kata dalam tulisan adalah kuat”
Karya Ilmiah ini saya persembahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yang telah
mendedikasikan seluruh hidup mereka demi tercapainya cita-cita yang saya
inginkan.
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan
berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum
banyak diungkap dan didata kedalam bentuk tulisan, khususnya pemanfaatan
tumbuh-tumbuhan untuk proses upacara adat. Suku Dayak Tunjung terdiri dari
beberapa Sub-suku, diantaranya adalah Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan
Suku Dayak Tunjung Tonyoi, yang memiliki kesamaan dalam pelaksanaan
upacara adat. Proses upacara adat Suku Dayak Tunjung menggunakan organ
tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai alat atau media dalam upacara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengungkap, serta mendata
Etnobotani masyarakat suku Dayak Tunjung, terkait dengan jenis tumbuhan yang
digunakan dalam proses upacara adat, organ tumbuhan yang digunakan, proses
mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan serta jenis upacara yang
mengunakan organ tumbuhan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi di 6 kampung, yaitu
Kampung Balok Asa, Kampung Linggang Melapeh, Kampung Linggang Bigung,
Kampung Bigung Baru, Kampung Linggang Mapan dan Kampung Linggang
Amer. Terdapat 57 informan dalam proses penelitian ini, 7 informan primer dan
50 informan sekunder. Analisis data dilakukan secara induktif, dimulai dari terjun
ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan hingga mendapatkan
data yang utuh.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Masyarakat Suku Dayak Tunjung
masih berpegang pada adat istiadat dalam mengatur tata-cara pemanfaatan sumber
daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, khususnya pemanfaatan tumbuhtumbuhan. Penelitian ini berhasil mendata tumbuhan yang digunakan dalam
proses upacara adat Suku Dayak Tunjung sebanyak 78 spesies tumbuhan, yang
terdiri 35 famili yang berbeda. Organ tumbuhan didapatkan dengan melakukan
ritual atau tanpa ritual, jenis organ tumbuhan yang digunakan terdiri dari akar, ubi,
batang, kulit batang, daun, bunga,buah, dan semua organ. Terdapat 17 Jenis
upacara adat Suku Dayak Tunjung yang berhasil didata.
Kata kunci : Etnobotani, Tumbuhan Upacara, Suku Dayak Tunjung, Upacara
Adat, Organ Tumbuhan.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Dayak Tunjung traditional culture in the West Kutai is rich of local
wisdom and actively participates in the preservation of the environment which has
not been revealed and recorded into written form, especially in relation to the
utilization of herbs for the traditional ceremony. Dayak Tunjung ethnic group
consists of several sub-ethnics, among them are the Dayak Tunjung Rentenungk
and Dayak Tunjung Tonyoi, which has similarities in the implementation of
traditional ceremonies. Dayak Tunjung ceremonial process is using organs of
plants which are used as a tools or medium in the ceremony.
This research aimed to find out, uncover, and record Ethnobotany of
Dayak Tunjung society, related to the type of plants used in traditional
ceremonies process, plant organs used, the process of obtaining organs of plants
used and the type of ceremony that uses the plant organs. This research is a
qualitative study using descriptive method. Data was collected through
observation, interview and documentation in six villages; namely Balok Asa,
Linggang Melapeh, Linggang Bigung, Bigung Baru, Linggang Mapan and
Linggang Amer. There are 57 informants in this research process, 7 primary
informants and 50 secondary informants. Data were analyzed inductively,
starting from the fieldwork, studying phenomena that exist in the field to get
complete data.
Research results showed that Dayak Tunjung Society still adhered to the
tradition in regulating procedure utilization natural resources to fulfill their
needs, especially the utilization of herbs. This research was managed to record
the plants used in the traditional ceremony of Dayak Tunjung as many as 78
species of plants, which comprise of 35 different family. Plant organs obtained by
performing a ritual or directly taken, the type of plant organs that are used
consist of roots, tubers, stems, bark, leaves, flowers, fruit, and all of organs. There
are 17 type Dayak Tunjung traditional ceremonies that were successfully
recorded.
Keywords: Ethnobotany,
Ceremony, Plant Organ.
Ceremony
Plant,
Dayak
Tunjung,
Traditional
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
yang berjudul “Studi Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Upacara Adat
Suku Dayak Tunjung Di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan
Timur” ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akedemik untuk
menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah memberikan
kontribusi besar, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan
sebagaimana mestinya. Karena itu, pada kesempatan ini, penulis
menghaturkan banyak terima kasih, khususnya kepada:
1. Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan
dan juga mendanai penulis untuk melaksanakan tugas belajar di Program
Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Kepala Kampung Linggang Bigung, Linggang Melapeh, Linggang Mapan,
Bigung Baru, Linggang Amer dan Balok Asa yang sudah membantu penulis
dalam pemberian izin penelitian dan juga memberikan informasi kepada
penulis terkait dengan penelitian yang dilakukan.
3. Pelaku Upacara adat, Dewan Adat dan Masayarakat Suku Dayak Tunjung
yang telah bersedia menjadi narasumber.
4. Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak Simson dan Ibu Murni Lawati Selaku Orang tua penulis dan adik kecil
ku Petrina yang tanpa batas dan tak kenal lelah meberikan dukungan,
bantuan, Doa,dan semangat kepada penulis.
6. Willy Mulyati Jelly, selaku kekasih dari penulis yang telah memberikan
dukungan moril dan doa kepada penulis.
7. Rebanon, selaku paman dari penulis yang menjadi relawan dan selalu
menemani penulis dalam proses perekaman data tumbuhan.
8. Nabe dan Alex dan Faldi yang telah terlibat dalam proses penelitian di Desa
Linggang Melapeh.
9. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dan seluruh Staf pada Program Pendidikan
Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
10. Teman-teman seperjuangan,yang selama ini selalu memberikan dukungan
moril kepada penulis (Adit Bantul, Fajar, Leo, Yoren, Jimmy Hendry, Yulius
Tri Kurniawan, dll) dan juga seluruh teman-teman dari pendidikan Biologi
USD angkatan 2009.
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................
vi
ABSTRAK ...............................................................................................
vii
ABSTRACT ...............................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ix
DAFTAR ISI ............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL.....................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xx
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah............................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
3
D. Batasan Penelitian............................................................................
4
E. Manfaat Penelitian ...........................................................................
4
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. ............................................................
6
A. Etnobotani .......................................................................................
6
B. Tumbuhan upacara adat ...................................................................
9
C. Suku Dayak Tunjung .......................................................................
11
BAB III. METODE PENELITIAN .........................................................
13
A. Jenis dan metode Penelitian ..................................................... .........
13
B. Subjek (informan) Penelitian ..........................................................
13
C. Tempat dan Waktu Penelitian. .........................................................
14
D. Data dan Sumber Data.... .................................................................
15
E. Teknik Pengumpulan Data. ..............................................................
15
F. Analisis Data. ..................................................................................
16
1.
2.
3.
4.
5.

Analisis data sebelum terjun ke lapangan .................................
Pengumpulan Data ....................................................................
Reduksi Data ............................................................................
Penyajian Data ..........................................................................
Menarik Kesimpulan/verifikasi .................................................
Bagan proses analisis data .........................................................
16
16
17
17
18
19
G. Instrumen Penelitian . ......................................................................
20
H. Alat – alat Penelitian ........................................................................
24
I. Bagan Alur Penelitian ......................................................................
25
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
A. Daerah Penelitian............................................................................
26
B. Suku Dayak Tunjung ......................................................................
29
C. Tumbuh-tumbuhan yanng digunakan dalam Upacara Adat
Suku Dayak Tunjung ......................................................................
34
1. Jojot (Musa sp)...........................................................................
45
2. Sempat .......................................................................................
46
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Juangk (Cordyline terminalis) .....................................................
47
4. Jeloq (Musa sp) ...........................................................................
48
5. Nancangk ....................................................................................
49
6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera) .....................................................
51
7. Tabak .........................................................................................
52
8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp).......................................................
54
9. Gaka malongk .............................................................................
55
10. Cahai/Kunyit (curcuma domestica) .............................................
57
11. Lejaq/Jahe (Zingiber officinale)...................................................
58
12. Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) ................................
59
13. Ntugaq ........................................................................................
61
14. Tempera ......................................................................................
62
15. Tokongk......................................................................................
63
16. Kuayant.......................................................................................
64
17. Tuuq/Tebu (Saccharum sp) .........................................................
66
18. Pangir/bungaq .............................................................................
67
19. Pujaq ...........................................................................................
69
20. Ami/ Uncaria gambir ..................................................................
70
21. Gaka Kedot .................................................................................
71
22. Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb) ........................................
72
23. Harump .......................................................................................
74
24. Komat/puring hijau .....................................................................
75
25. Engkapaq/ paku sarang burung (Asplenium nidus) .......................
76
26. Muungk/Hemuungk (Blumea balsamifera) ..................................
77
27. Kuncengk/Heredong (Melastoma polyanthum) ............................
78
28. Peridangk/Rumput teki (Cyperus rotundus) .................................
79
29. Paant/Pinang (Areca catechu) ......................................................
81
30. Sarap/Aren (Arenga pinnata) ......................................................
82
31. Rakap/Sirih (Piper betle) .............................................................
84
32. Wangun.......................................................................................
86
33. Nyelutui/Kayu gabus (Alstoniae cortex) ......................................
87
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34. Pengoq ........................................................................................
89
35. Pengoq peai.................................................................................
90
36. Sewet/pisang hutan......................................................................
92
37. Mawa ..........................................................................................
94
38. Puant/keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb) ..........................
95
39. Jiee..............................................................................................
96
40. Persiah .......................................................................................
98
41. Paku paramp (Polypodium vulgare) ............................................
99
42. Tu-tawa .......................................................................................
101
43. Memaliq/semeneo .......................................................................
102
44. Gaka ngelagit ..............................................................................
103
45. Lempung ngayo ..........................................................................
104
46. Rekep ..........................................................................................
106
47. Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado) ...................................
107
48. Gai sokak (Calamus caesius) .....................................................
109
49. Biruq ...........................................................................................
111
50. Terincingk/Nanas (Ananas comosus) ...........................................
112
51. Kumar/lempucant (Eleiodoxa conferta) ......................................
114
52. Telasih/Selasih (Ocimum basilicum)............................................
116
53. Ketapuq.......................................................................................
118
54. Pegangk lau .................................................................................
119
55. Bunglew ......................................................................................
121
56. Deraya ........................................................................................
123
57. Peringk taliq ................................................................................
124
58. Kuayant kuning ...........................................................................
126
59. Nturui .........................................................................................
127
60. Lunuk (Ficus benjamina) ...........................................................
129
61. Raja pengalah ..............................................................................
131
62. Pentar ..........................................................................................
132
63. Nggkuduq/Mengkudu (Morinda citrifolia L.) .............................
134
64. Lancingk senit (Ficus minahassae) .............................................
136
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65. Mermungk ..................................................................................
137
66. Engkehuyo (Chromolaena odorata) ...........................................
139
67. Tuuq salah...................................................................................
141
68. Geriq/Kemiri (Aleurites moluccana) ...........................................
142
69. Isak-isik ......................................................................................
145
70. Akar ............................................................................................
146
71. Ukor............................................................................................
148
72. Bemant/Bemban (Donax canniformis) ........................................
149
73. Botoq/Ramban (Trema orientalis) ...............................................
151
74. Niungk ........................................................................................
152
75. Jauq/Palem hutan ........................................................................
154
76. Belayant ......................................................................................
156
77. Ntrarant .......................................................................................
158
78. Biruq torungk ..............................................................................
159
D. Organ Tanaman Yang digunakan dalam proses upacara adat
Suku Dayak Tunjung ......................................................................
161
E. Tata cara mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak
Tunjung ..........................................................................................
165
F. Sumber Perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak
Tunjung dan Konservasi Lingkungan ..............................................
166
G. Pemanfaatan jenis tumbuhan upacara adat sebagai sumber
belajar biologi dan kaitannya dengan kebudayaan ...........................
167
H. Hambatan-hambatan dalam proses penelitian ..................................
170
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................
172
A. Kesimpulan ....................................................................................
172
B. Saran ..............................................................................................
172
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
174
LAMPIRAN.. ..........................................................................................
176
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian
untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung ...........................
15
Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian
untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan
sebagai sarana Upacara Adat.....................................................
15
Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan ......................
20
Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku
Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi
Kalimantan Timur.....................................................................
23
Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi ..........................................
36
Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku
Dayak Tunjung .........................................................................
37
Tabel 4.3 Jumlah organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara
adat Suku Dayak tunjung ..........................................................
161
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan proses analisa data ...................................................
19
Gambar 3.2 Bagan alur penelitian ..........................................................
25
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah
penelitian ...........................................................................
28
Gambar 4.2 Masyarakat Suku Dayak Tunjung sedang
mengumpulkan Latek .........................................................
32
Gambar 4.3 Daun Jojot muda ................................................................
45
Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya ........................................
47
Gambar 4.5 Hanjuang merah .................................................................
48
Gambar 4.6 Pisang (Musa sp) ................................................................
49
Gambar 4.7 Pohong mahang muda ........................................................
50
Gambar 4.8 Kelapa (Cocos nucifera).....................................................
51
Gambar 4.9 Tabak .................................................................................
53
Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp) ........................................................
54
Gambar 4.11 Gaka malongk ...................................................................
56
Gambar 4.12 Kunyit (curcuma domestica) .............................................
57
Gambar 4.13 Jahe (Zingiber officinale)...................................................
59
Gambar 4.14 Kayu Ulin..........................................................................
60
Gambar 4.15 Cabang kayu ntugaq dan daunnya......................................
61
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 4.16 Tempera ............................................................................
62
Gambar 4.17 Bunga tokongk ..................................................................
63
Gambar 4.18 Tokongk tumbuh dan berkembang menjadi
koloni yang dominan ..........................................................
54
Gambar 4.19 Batang kuayant ..................................................................
65
Gambar 4. 20 Tebu .................................................................................
67
Gambar 4.21 Tumbuan pangir ................................................................
68
Gambar 4.22 Tumbuhan pujaq ...............................................................
69
Gambar 4.23 Tumbuhan gambir .............................................................
70
Gambar 4.24 Gaka kedot .......................................................................
72
Gambar 4.25 Gai pelas ...........................................................................
73
Gambar 4.26 Harump ............................................................................
74
Gambar 4.27 Puring hijau .......................................................................
75
Gambar 4.28 Paku sarang burung ...........................................................
76
Gambar 4.29 Tumbuhan sembung ..........................................................
77
Gambar 4.30 Bunga/buah Heredong ......................................................
78
Gambar 4.31 Peridangk atau Rumput teki...............................................
80
Gambar 4.32 Pohong pinang ..................................................................
82
Gambar 4.33 Pohon aren (Arenga pinnata).............................................
83
Gambar 4.34 Rakap/Sirih (Piper betle) ...................................................
85
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun ...........................................................
87
Gambar 4.36 Kayu gabus (Alstoniae cortex) ...........................................
88
Gambar 4.37 pengoq ..............................................................................
90
Gambar 4.38 Pengoq peai .......................................................................
91
Gambar 4.39 Sewet ...............................................................................
92
Gambar 4.40 Mawa ................................................................................
94
Gambar 4.41 Keledang ...........................................................................
96
Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee ..................................................................
97
Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus ...................................
99
Gambar 4.44 Paku paramp (Polypodium vulgare) ...................................
100
Gambar 4.45 Tu-tawa .............................................................................
101
Gambar 4.46 Memaliq/Semeneo .............................................................
102
Gambar 4.47 Gaka ngelagit ....................................................................
104
Gambar 4.48 Lempung ngayo.................................................................
105
Gambar 4.49 Rekep ................................................................................
106
Gambar 4.50 Gai syi’it ...........................................................................
108
Gambar 4.51 Gai sokak ..........................................................................
110
Gambar 4.52 Biruq .................................................................................
111
Gambar 4.53 Nanas ................................................................................
114
Gambar 4.54 Kumar/ Lempucant (Eleiodoxa conferta) ..........................
115
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 4.55 Selasih...............................................................................
117
Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi .......................................................
118
Gambar 4.57 Pegangk lau .......................................................................
120
Gambar 4.58 Bunglew ............................................................................
122
Gambar 4.59 Deraya...............................................................................
124
Gambar 4.60 Peringk taliq ......................................................................
125
Gambar 4.61 Kuayant kuning .................................................................
126
Gambar 4.62 Nturui................................................................................
127
Gambar 4.63 Lunuk (Ficus benjamina) ..................................................
130
Gambar 4.64 Benalu (Loranthus sp) .......................................................
132
Gambar 4.65 Pentar ................................................................................
133
Gambar 4.66 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) .....................................
135
Gambar 4.67 lancingk senit ....................................................................
137
Gambar 4.68 mermungk .........................................................................
138
Gambar 4.69 Engkehuyo (Chromolaena odorata) ..................................
140
Gambar 4.70 Tuuq salah .........................................................................
141
Gambar 4.71 Kemiri (Aleurites moluccana)............................................
144
Gambar 4.72 Isak-isik ............................................................................
145
Gambar 4.73 Tumbuhan akar .................................................................
147
Gamabr 4.74 Ukor ..................................................................................
149
xx
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 4.75 Bemban (Donax canniformis) ............................................
150
Gambar 4.76 Ramban (Trema orientalis)................................................
151
Gambar 4,77 Niungk ..............................................................................
153
Gambar 4.78 Tumbuhan jauq .................................................................
155
Gambar 4.79 Tumbuhan belayant ..........................................................
157
Gambar 4.80 Batang tumbuhan Ntrarant ................................................
159
Gambar 4.81 Biruq Torungk ..................................................................
160
Gambar 4.82 Persentase organ tumbuhan yang digunakan dalam
upacara adat Suku Dayak tunjung ....................................
162
Gambar 4.83 Pemanfaatan Organ tumbuhan pisang dalam upacara
adat Suku Dayak tunjung .................................................
xxi
163
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
PETA WILAYAH PENELITIAN ....................................
176
LAMPIRAN 2
INFORMAN PRIMER ....................................................
178
LAMPIRAN 3
JENIS UPACARA ADAT SUKU DAYAK
TUNJUNG ......................................................................
180
ISTILAH DALAM UPACARA ADAT SUKU
DAYAK TUNJUNG ......................................................
184
TABEL KLASIFIKASI TUMBUHAN UPACARA
ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG.................................
187
LAMPIRAN 6
JUMLAH FAMILI YANG TERIDENTIFIKASI .............
191
LAMPIRAN 7
JUMLAH ORDO TUMBUHAN UPACARA ADAT
YANG TERIDENTIFIKASI ............................................
192
JUMLAH DEVISI DAN KELAS TUMBUHAN
UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI .............
193
LAMPIRAN 9 TABEL DATA TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN
DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK
TUNJUNG ......................................................................
194
LAMPIRAN 10 SILABUS ........................................................................
200
LAMPIRAN 11 RPP .................................................................................
204
LAMPIRAN 12 SURAT IJIN PENELITIAN ............................................
217
LAMPIRAN 13 BUKTI PEREKAMAN DATA ........................................
220
LAMPIRAN 14 SURAT KETERANGAN TELAH
MELAKSANAKAN PENELITIAN ................................
226
LAMPIRAN 15 DOKUMENTASI PENELITIAN.....................................
232
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 8
xxii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan pesatnya peningkatan pendidikan masyarakat
akan cenderung menjadikan generasi muda memandang kebudayaan leluhur
mereka sebagai ciri dari masyarakat yang terbelakang. Rasa rendah diri
(inferiory Complex) terhadap kebudayaan sendiri, akan mengakibatkan mereka
meninggalkan pola hidup tradisional dan lebih tertarik pada produk-produk
diluar wilayah budayanya (Attamimi,1997). Hal ini belum terjadi dalam
kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat, namun
tidak menutup kemungkinan akan terjadi seiring perjalanan waktu dan
perkembangan peradaban manusia yang kompleks.
Terus bertahannya budaya masyarakat Suku Dayak Tunjung di wilayah
Kaputaen Kutai Barat tidak lepas dari peranan lingkungan yang masih
menyediakan sumber daya untuk terus bertahannya kebudayaan masyarakat
secara utuh. Sumber daya yang disediakan oleh lingkungan salah satunya berupa
materi yaitu tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai media Upacara adat
Suku Dayak Tunjung.
Tidak ada data tertulis tentang Suku Dayak Tunjung, dari hasil obervasi di
lapangan data yang bisa diperoleh tentang asal-usul Suku Dayak Tunjung dan
budayanya hanya dari orang-orang tua dan para Pemuka adat. Informasi tentang
sejarah Suku Dayak Tunjung disampaikan secara lisan turun-temurun dari
nenek-moyang mereka, dengan demikian ada perubahan versi cerita dari setiap
generasi, hanya inti dari silsilah tersebut yang masih dipertahankan.
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
Kearifan lokal turut berperan dalam mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan yang semakin parah. Di mana para pemuka adat dan masyarakat
setempat menciptakan area hutan adat dan beberapa kebijakan bagaimana SDA
dapat dimanfaatkan dan bagaimana pelestariannya, tentunya jika hal tersebut
dilanggar maka akan dikenakan sangsi adat berupa denda ataupun ancaman
“murka” alam, semua sangsi disesuaikan dengan regulasi adat yang berlaku dan
dianut secara lisan.
Kearifan lokal merupakan permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut melalui
studi Etnobotani. Mawardi, (2000) menyatakan bahwa untuk mendapatkan data
tentang penggunaan tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat tradisional dari
suku bangsa dapat dilakukan dengan suatu survey etnobotani. Etnobotani berasal
dari bahasaYunani yaitu Ethnos (bangsa) dan Botany (tumbuhan). Etnobotani
adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara
menyeluruh antara masyarakat lokal dengan alam lingkungannya meliputi sistem
pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan.
Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan
berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum
banyak diungkap dan didata agar menjadi suatu acuan informasi yang relevan
dan dapat digunakan secara terus menerus di masa yang akan datang. Seiring
dengan berjalannya waktu dan berkembangnya budaya moderen terjadi
pengikisan budaya tradisonal yang membahayakan keberadaan dari budaya
tersebut untuk tetap berlanjut ditengah kehidupan masyarakat moderen. Oleh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
karena itu penelitian ini dirancang untuk mengkaji secara lebih mendalam,
tentang budaya masayarakat Suku Dayak Tunjung di kawasan Kecamatan
Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok, dalam proses pemanfaatan
tumbuh-tumbuhan untuk upacara adat. Tema dari penelitian ini adalah studi
Etnobotani pemanfaatan tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di
Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur
B. Rumusan Masalah
Dalam observasi di lapangan diketahui bahwa ada variasi tumbuhan yang
digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku
Dayak Tunjung?
2. Organ tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku
Dayak Tunjung?
3. Bagaimana proses mendapatkan tumbuhan tersebut dari lingkungan?
4. Jenis upacara apa saja yang menggunakan tumbuhan tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung
2. Organ tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak
Tunjung
3. Proses mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung
4. Upacara yang mengunakan tumbuhan upacara tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
D. Batasan Penelitian
Penelitian ini terfokus dan dibatasi oleh beberapa pokok berikut:
1. Studi entobotani hanya digunakan untuk mengetahui proses pemanfaatan
tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung.
2. Penelitian tentang Suku Dayak Tunjung hanya sebatas untuk mengetahui
sejarah, jenis upacara adat, sistem adat dan hubungannya dengan pelestarian
lingkungan.
3. Tumbuhan yang akan diteliti terbatas pada tumbuhan yang digunakan dalam
upacara adat Suku Dayak Tunjung.
4. Tumbuhan akan diidentifikasi, identifikasi tumbuhan dilakukan pada tingkat
famili hingga tingkat spesies
5. Variabel penelitian ini akan mengarahkan penelitian tentang bagaimana
pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung, bagian organ
tumbuhan yang digunakan dalam upacara, upacara apa saja yang
menggunakan tumbuhan tersebut, dan proses mendapatkan tumbuhan
tersebut.
E. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Dapat menjadi referensi dan menjembatani bagi peneliti selanjutnya
2. Memperkaya ranah ilmu nasional, khususnya di bidang ilmu etnobotani
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
3. Menjadi data tertulis tentang budaya Suku Dayak Tunjung, sehingga dapat
menjadi catatan dan referensi khususnya di bidang kebudayaan Kabupaten
Kutai Barat.
4. Hasilnya dapat dikaitkan dengan materi Keanekaragaman Hayati di Sekolah
Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Kutai Barat.
5. Dapat
memberi masukan kepada pemerintah setempat mengenai kondisi
lingkungan sehingga dapat diambil langkah konservatif bila perlu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etnobotani
Etnobotani merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara manusia dengan Sumber Daya Alam (SDA), awalnya istilah etnobotani
pertama kali muncul pada tanggal 5 Desember 1895 dalam satu artikel yang
diterbitkan oleh Evening Telegram pada suatu konferensi erkeolog J. W.
Harsberger (Castetter, 1944). Dan pada tahun berikutnya berikutnya terbit artikel
dari konferensi tersebut yang mengemukakan objek etnobotani yang meliputi :
1. Mengungkapkan situasi kultural suatu etnik yang memanfaatkan berbagai
jenis tumbuhan untuk bahan makanan, bahan bangunan dan bahan
sandang.
2. Mengungkapkan penyebaran jenis-jenis tumbuhan pada masa lampau.
3. Mengungkapkan jalur distribusi komersial suatu jenis turnbuhan.
4. Mengungkapkan berbagai jenis turnbuhan berguna.
Dalam publikasi tersebut Harsberger sendiri memberikan batasan bahwa
etnobotani adalah llmu yang mempelajari tentang pemanfaatan berbagai jenis
tumbuhan secara
tradisional
oleh masyarakat
primitif.
Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, etnobotani berkembang menjadi
cabang ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan surnber daya
alam, tumbuhan, dan Iingkungannya.
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
Pada kurun waktu 1873 sampai 1980an dianggap sebagai masa munculnya
disiplin ilmu baru, yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan berbagai jenis
tumbuhan oleh masyarakat lokal. Dan berkembang menjadi disiplin ilmu yang
diterima oleh masyarakat akademik. Dalam perkembangannya ilmu etnobotani
pada tahun 1980 telah dikenal oleh masyarakat di semua kalangan, baik
kalangan awam maupun akademik. Pada tahun1983 untuk pertama kali didirikan
perhimpunan masyarakat etnobotani yang diprakarsai oleh perhimpunan
arkeologi amerika. Di kawasan asia perkembangan etnobotani dimulai pada
tahun 1920 melalui publikasi tumbuhan obat dan selanjutnya
berkembang
hingga sekarang.
Seiring
dengan
perkembangannya,
etnobotani
dapat
digunakan
mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional tentang pemanfaatan
tumbuhan untuk menunjang kehidupanya. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh
masyarakat tradisional yang dapat dikaji melalui studi etnobotani antara lain:
a. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan makanan
b. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat-obatan
c. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan bangunan
d. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan upacara adat
e. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pewarna dan lain-lain.
Ruang lingkup etnobotani terus berkembang dan tidak hanya digunakan
untuk mengungkapkan pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan oleh
masyarakat tradisional, ruang lingkup etnobotani berkembang dengan pesat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dengan sangat luas
meliputi
berbagai
8
bidang. Purwanto (1999: 220)
menyatakan bahwa ruang lingkup etnobotani sekarang ini meliputi:
1) Etnoekologi : menitik beratkan pada pengetahuan tradisional tentang adaptasi
dan interaksi di antara organisme, dan pengaruh pengelolaan tradisional
lingkungan alam terhadap kualitas lingkungan.
2) Pertanian tradisional : pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan
sistem pertanian serta pengaruh alam dan lingkungan pada tanaman dan
pengelolaan lahan.
3) Etnobotani
kognitif
: persepsi tradisional terhadap sumber daya alam
tumbuhan, rnelalui analisis simbolik dalarn ritual dan mitos, dan konsekuensi
ekologisnya. Organisasi dari sistern
pengetahuan
melalui studi
etnotaksonomi.
4) Budaya materi : pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan dan
produk tumbuhan dalarn seni dan teknologi.
5) Fitokimia tradisional : pengetahuan tradisional penggunaan tumbuhan dan
kandungan bahan kirnianya, contohnya sebagai bahan insektisida lokal dan
tumbuhan obat-obatan.
6) Paleoetnobotani : interaksi masa lalu antara populasi manusia dengan
tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi peninggalan arkeologi.
Penelitian ini akan mengunakan studi etnobotani dengan ruang lingkup
etnobotani kognitif, dengan tema studi etnobotani pemanfaatan tumbuhan untuk
Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi
Kalimantan Timur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
B. Tumbuhan upacara adat
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan
juga keanekaragaman kultural dan pengetahuan tradisionalnya. Keankeragaman
hayati dan juga pengetahuan tradisional ini dipadu menjadi suatu budaya yang
khas bagi setiap suku di Indonesia. Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan khas
setempat yang tidak terdapat di daerah lain, sehingga jenis pemanfaatannya pun
khas dan hanya terdapat pada daerah tersebut. Dalam hal ini adalah pemanfaatan
tumbuh-tumbuhan sebagai sarana atau alat dalam upacara adat.
Wahyuni, (2011) menyatakan bahwa tumbuhan upcara adat merupakan
tumbuhan yang digunakan dalam setiap upacara adat, jenis tumbuhan yang
digunakan berbeda-beda, baik spesies dan juga organ tumbuhan yang digunakan.
Jenis upacara adat berbeda-beda setiap daerahnya tergantung dari kultur buadaya
yang lahir, dipercaya dan dijalankan di daerah tersebut. Dan setiap daerah
memiliki lebih dari satu jenis upacara adat dengan tujuan yang berbeda pula,
dalam setiap upacara adat jenis tumbuhan yang digunakan bisa berbeda-beda
dan juga tidak menutup kemungkinan tumbuhan yang sama digunakan dalam
jenis upacara dengan tujuan yang berbeda.
Organ tumbuhan yang digunakan dalam upcara adat tidak terbatas pada satu
organ tumbuhan saja,tergantung dari jenis upcara dan bagaimana keyakinan
masyarakat setempat tentang tata cara pembuatan alat-alat upacara tersebut.
Tidak ada data tertulis tentang bagaimana awalnya tumbuh-tumbuhan tersebut
digunakan dalam suatu kegiatan upacara adat, semua pengetahuan tentang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
upacara adat diwariskan turun-temurun secara lisan. Sedangkan Wahyudi Pantja
Sunjata, (1997) menyatakan fungsi dari setiap tumbuh-tumbuhan yang
digunakan dalam upacara tidak dapat digantikan, karena sudah terikat dengan
hukum adat yang apabila dilanggar akan medapatkan sangsi dari dewan adat
baik langsung maupun tidak langsung.
Upacara adat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok
masyarakat atau individu atas dasar keyakinan yang diwariskan secara turuntemurun dengan sebuah tujuan tertentu baik tujuan nyata maupun tidak nyata,
yang dengan sangsi langsung berdasarkan peraturan adat yang berlaku juga
sangsi tidak langsung berupa ancaman dari kepercayaan yang dianut berupa
nasib buruk jika proses upacara tidak dilaksanakan. Upacara adat sendiri
memiliki banyak tujuan seperti untuk menyembuhkan penyakit yang diderita
seseorang, penghormatan terhadap roh nenek-moyang yang telah meninggal
dunia, permintaan akan keselamatan dan lain-lain.
Upacara pada umumnya memiliki nilai sakral oleh masyarakat pendukung
kebudayaan tersebut (Wahyudi Pantja Sunjata, 1997: 1). Walapun jenis dan
tujuan dari upacara adat tesebut adalah sama, namun tata cara pelaksanaan dan
juga bahan-bahan yang digunakan akan berbeda setiap daerahnya. Dan apa saja
alat yang dibutuhkan dalam setiap upacara adat tidak semua masyarakat pelaku
adat mengetahuinya secara menyeluruh. Hanya para pemimpin dan pelaku
adatlah yang mengetahui secara detail apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan
dalam setiap pelaksanaan upacara adat. Orang-orang yang terlibat dalam
pelaksanaan upacara adalah mereka yang bertindak sebagai pemimpin jalanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
upacara dan
beberapa orang yang paham dalam
ritual
11
upacara adat
(Koentjaraningrat, 1967: 241)
C. Suku Dayak Tunjung
Suku Dayak Tunjung merupakan salah satu dari sekian banyak jenis sub-suku
Dayak yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan
Timur, tidak ada data resmi tentang Suku Dayak Tunjung. Dalam kehidupan
sehari-hari Suku Dayak Tunjung menggunakan bahasa daerah atau bahasa khas
Suku Dayak Tunjung untuk berkomunikasi dengan lawan biacara sesama Suku
Dayak Tunjung, atau Suku Dayak lainya yang masih memiliki keterkaitan baik
bahasa dan kebudayaan dengan Suku Dayak Tunjung, sehingga memungkinkan
terjadinya komunikasi dua arah dan tercapainya maksud dan tujuan dalam
komunikasi.
Untuk melakukan komunikasi dengan suku-suku lain, Suku Dayak Tunjung
menggunakan Bahasa Indonesia. Dewasa ini Suku Dayak Tunjung juga
menggunakan
Bahasa
Indonesia
dalam
kehidupan
sehari-hari
untuk
berkomunikasi, baik dengan sesama Suku Dayak Tunjung atau dengan lawan
bicara yang berbeda suku dan budayanya.
Dalam hal kebudayaan saat ini, Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada
tradisi dan budaya yang telah ada dan diwariskan turun-temurun secara lisan. Di
mana hukum dan aturan yang mengatur serta menjadi patokan dalam hubungan
kemasyarakatan adalah hukum adat, tentunya dengan masih berlakunya hukum
adat dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung maka secara tidak
langsung budaya-budaya yang ada masih terus terjaga dan tidak ditinggalkan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
Hal ini juga yang menyebabkan masih adanya proses pelaksanaan Upacara Adat
oleh Suku Dayak Tunjung, Suku Dayak Tunjung sangat peduli terhadap hal-hal
disekitar mereka termasuk keberadaan Sumber Daya Alam (SDA) beserta
kondisinya. Masyarakat Suku Dayak Tunjung yang masih berpegang pada adat
dan kebudayaan sebagai acuan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat akan
mengusahakan semampu mereka tanpa harus diminta oleh pihak-pihak tertentu
dalam melakukan pelestarian terhadap SDA, salah satu faktornya adalah karena
kaitan erat antara SDA dan kebudayaan, serta Upacara-upacara Adat Suku
Dayak Tunjung. Kehidupan ekonomi Suku Dayak Tunjung ditopang oleh sektor
perkebunan, di mana komoditas utama yang dibudidayakan adalah karet.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan metode penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor (1993: 30), Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang atau prilaku yang diamati. Menurut Prastowo (2012) metodologi
penelitian kualitatif mengutamakan kondisi sealamiah mungkin di lapangan
dalam proses pengamatan dan pengambilan data. Hakikat penelitian ini adalah
suatu penelitian atau kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah
lapangan, bukan dengan tujuan menguji atau membuktikan teori atau hipotesis.
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif.
B. Subjek (informan) penelitian
Data atau informasi dalam penelitian kualitatif tidak akan didapatkan jika
tidak ada informan atau narasumber. Narasumber berperan penting dalam
pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, dalam
penelitian ini, subjek penelitian adalah perorangan atau kelompok masyarakat
yang berasal dari Suku Dayak Tunjung. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi
dalam pemilihan subjek penelitian ini adalah sebagai berikut:
13
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
1. Berasal Suku Dayak Tunjung.
2. Memiliki pengetahuan yang luas akan budaya Suku Dayak Tunjung, dimana
pengetahuan yang dimiliki diakui keabsahaanya.
3. Terlibat dalam kegiatan upacara adat dalam waktu yang lama
4. Pelaku Upacara adat atau tokoh adat
5. Memiliki pengaruh dalam kebudayaan Suku Dayak Tunjung dan juga dalam
kehidupan masyarakat.
Dari kriteria tersebut diatas maka dalam proses penelitian, peneliti
menetapkan beberapa informan primer dalam penelitian ini yaitu para pelaku
atau tokoh upacara adat dan tokoh ada, tsedangkan informan lainnya adalah
informan sekunder. Karena dalam pengamatan langsung di lapangan, diketahui
bahwa hampir semua pelaku upacara mengetahui seluk-beluk upacara, termasuk
tanaman apa yang digunakan. Sedangkan para tokoh adat lainnya tidak
semuanya menguasai atau memiliki pengetahuan secara menyeluruh tentang
upacara adat Suku Dayak Tunjung.
C. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kabupaten Kutai Barat, Provinsi
Kalimantan Timur, dengan wilayah penelitian meliputi 2 kecamatan yaitu
Kecamatan Barong Tongkok dan Kecamatan Linggang Bigung. Sedangkan
spesifik kampung yang diteliti adalah Kampung Balok Asa, Kampung Linggang
Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung
Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Penelitian dilaksanakan pada
awal bulan Desember 2013 dan berakhir pada akhir bulan Februari 2014.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
D. Data dan sumber data
Data dan sumber data dalam penelitian ini meliputi:
Tabel 3.1. Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk
mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung
Data yang dibutuhkan
Sumber data
Teknik penelitian
Sejarah Suku Dayak Tunjung
Kehidupan Sosial dan
Budaya.
Hubungan antara Masyarakat
dengan Lingkungannya.




Tokoh adat
Pelaku Upacara
adat
Dokumen dan
Sumber lain yang
relevan.





Wawancara
Observasi
lapangan
Telaah pustaka
Telaah dokumen
Dokumentasi
Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk
mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan sebagai sarana Upacara
Adat.
Data yang dibutuhkan
Sumber data
Teknik penelitian
Jenis Tumbuhan yang
dimanfaatkan
Organ Tumbuhan yang
dimanfaatkan
Cara mendapatkan Organ
tumbuhan
Pengunaan Organ Tumbuhan
1. Pelaku Upacara
adat dan tokoh
terkait lainnya
yang relevan
2. Lingkungan dan
alam sekitar
Wawancara,
Observasi lapangan
dan Dokumentasi
E. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan agar data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian terpenuhi. Dalam proses penelitian di lapangan, peneliti menggunakan
tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik wawancara, teknik observasi dan
teknik dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dari
sumber data berupa Pelaku Upacara Adat dan tokoh-tokoh masyarakat terkait
lainnya. Sedangkan teknik observasi dilakukan untuk mendapatkan data dari
lapangan, yang termasuk mendapatkan data tumbuhan dari habitatnya, dan juga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
proses Upacara Adat. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti juga
mengunakan tiga teknik sekaligus dalam mendapatkan data, yaitu teknik
wawancara, teknik observasi yang kemudian ditunjang dengan teknik
dokumentasi,
agar
data
yang
dihasilkan
lebih
akurat
dan
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
F. Analisis data
Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif tidak dapat dihitung secara
matematis, karena data yang dihasilkan berupa keterangan verbal (kalimat dan
kata). Menurut Prastowo (2013: 237), analisis data dalam penelitian kualitatif
pada hahikatnya adalah suatu proses. Dengan pengertian bahwa pelaksanaan
analisis data harus dimulai sejak tahap pengumpulan data di lapangan dan
kemudian dilakukan dengan lebih intensif setelah data terkumpul seluruhnya.
Dalam penelitian ini, proses analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan
Analisis data sebelum terjun ke lapangan digunakan terhadap data hasil studi
yang sudah ada, dan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun
fokus penelitian dalam hal ini bersifat sementara dan akan berkembang setelah
proses analisis data dilapangan yang akan dilakukan pada tahapan analisis data
berikutnya.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian, pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
terjun langsung ke lapangan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan
kenyataan di lapangan dan tanpa perlakuan khusus terhadap sumber data, di
mana keadaan alamiah sumber data dipertahankan semaksimal mungkin. Data
harus dikumpulkan sebanyak mungkin untuk kemudian diolah pada tahap
analisis data selanjutnya. Dalam proses penelitian ini, penulis berhasil
mengumpulkan data yaitu 78 jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam
upcara adat Suku Dayak Tunjung, data yang terkumpul adalah data faktual tanpa
rekayasa.
3. Reduksi data
Reduksi data adalah proses di mana peneliti memproses data yang didapatkan
dari lapangan, data yang sudah ada masih berupa data mentah, sehingga pada
tahapan ini dilakukan pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengekstrakkan
data, dan juga penggabungan beberapa data terkait sehingga menjadi data yang
utuh untuk kemudian digunakan dalam proses selanjutnya. Dalam proses reduksi
data ini peneliti menyeleksi data, di mana data yang didapatkan tidak berkaitan
dengan fokus penelitian disingkirkan (diabaikan), tidak digunakan dalam proses
selanjutnya.
4. Penyajian data
Penyajian data merupakan tidak lajut terhadap data yang telah melewati tahap
reduksi data pada tahap sebelumnya, di mana data yang telah disusun
ditampilkan dengan bentuk penyajian data yang paling mudah dipahami.
Penyajian data memungkinkan diambil tindakan selanjutnya dan juga penarikan
kesimpulan. Dalam hal penyajian data penulis menggunakan beberapa model
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
penyajian data berupa teks naratif, grafik dan deskripsi. Dalam pemilihan
penggunaan model penyajian data, peneliti memilih 3 model penyajian data
diatas, kerena ketiganya merupakan model penyajian yang paling cocok dalam
menyajikan data dan mudah untuk dipahami.
5. Menarik kesimpulan/Verifikasi
Setelah data melewati tahap penyajian data, maka ditarik kesimpulan dari
data yang ada. Proses penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah proses di
mana data yang telah ada diambil intisarinya dan menjadi butir-butir informasi
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Informasi yang dihasilkan dapat
berupa deskripsi atau gambaran atas suatu objek. Dalam menarik kesimpulan,
peneliti mencari tahu tentang pola, tema, alur sebab-akibat, penjelasan, hal-hal
terkait yang sering muncul, hipotesis dan berbagai hal lainnya. Dalam proses
penelitian ini peneliti menemukan 5 butir kesimpulan dan 3 butir saran.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
 Bagan proses analisa data
Langkah 1:
Langkah 2:
Analisis data sebelum terjun
ke lapangan
Pengumpulan data
Langkah 4:
Langkah 3:
Penyajian data
Reduksi data
Langkah 5:
Menarik kesimpulan/Verifikasi
Gambar 3.1 Bagan alur proses analisa data
19
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
G. Instrumen penelitian
Pengumpulan data tentang pemanfaatan tumbuhan upacara adat suku Dayak
Tunjung di Kecamatan Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok,
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan dengan
mengunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan, berdasarkan konsep pertanyaan yang telah disusun oleh
peneliti. Pertanyaan yang diajukan tidak bersifat Text-book namun disesuaikan
dengan alur pembicaraan, di mana proses wawancara sepenuhnya berpegang
teguh pada poin-poin permasalahan yang telah disiapkan sebelumnya.
Penggunaan bahasa dalam pengambilan data disesuaikan dengan kondisi
narasumber atau sumber data dilapangan, sumber data yang mampu
berkomunikasi mengunakan bahasa indonesia secara lancar maka bahasa
indonesia yang digunakan. Pada sumber data yang tidak mampu berbahasa
indonesia dengan lancar, untuk memudahkan proses komunikasi maka peneliti
menggunakan bahasa daerah dalam proses wawancara. Adapun poin-poin yang
ditanyakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan
No
Poin pertanyaan
Tujuan
1
Bagaimana sejarah suku Dayak Tunjung?
Untuk mengetahui
tentang sejarah suku
Dayak Tunjung
2
Bagaimana kehidupan sosial dan budaya
suku Dayak Tunjung?
Untuk mengetahui
bagaimana kehidupan
sosial budaya suku
Dayak Tunjung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
No
Poin pertanyaan
Tujuan
3
Adakan perbedaan antara kehidupan sosial
dan budaya suku Dayak Tunjung jaman
dahulu dan sekarang?
Untuk mengetahui
perkembangan
kehidupan sosial dan
budaya Suku Dayak
Tunjung, apakah ada
pengaruhnya terhadap
proses upacara adat dan
bahan yang digunakan
dalam upacara, serta
pengaruhnya bagi
lingkungan sekitar.
4
Bagaimana keadaan lingkungan sekarang
menurut pandangan suku Dayak Tunjung?
(pertanyaan akan dikembangkan dilapangan
berdasarkan jawaban narasumber).
Untuk mengetahui
pandangan suku Dayak
Tunjung terhadap
keadaan lingkungan
sekitar
5
Adakah aturan tertentu yang diberlakukan
suku Dayak Tunjung dalam rangka
pelestarian lingkungan? Apakah aturan
tersebut merupakan regulasi wajib yang
harus ditaati oleh suku Dayak Tunjung
dalam melakukan interaksi dengan
lingkungan?
Untuk mengetahui
bagaimana suku Dayak
Tunjung melakukan
interaksi dengan
lingkungan sekitar
beserta peraturan
setempat. Mengetahui
upaya yang Suku Dayak
Tunjung ambil dalam
menghadapi keadaan
lingkungan yang
semakin rusak.
Dalam melakukan kegiatan upacara adat,
jenis tumbuhan apa saja yang digunakan
oleh suku Dayak Tunjung?
Untuk mengetahui
jenis-jenis tumbuhan
yang digunakan oleh
Suku Dayak Tunjung
dalam pelaksanaan
upacara adat.
6
Dalam melakukan upacara adat yang
tentunya memiliki tujuan yang berbedabeda, Organ tumbuhan apa saja yang
digunakan?
Untuk mengetahui
Organ tumbuhan yang
digunakan dalam
upacara adat suku
Dayak Tunjung.
7
Bagaimana cara mendapatkan Organ
Untuk mengetahui
21
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
No
8
Poin pertanyaan
Tumbuh-tumbuhan dalam pelaksanaan
upacara adat suku Dayak Tunjung? Apaka
dibutuhkan upacara khus untuk
mendapatkan organ tumbuhan, apakah
semua masyarakat Suku Dayak Tunjung
atau hanya orang tertentu saja yang dapat
mengambil tumbuhan upacara tersebut?
Bagaimana penggunaan organ tumbuhan
dalam upacara adat suku Dayak Tunjung?
Tujuan
bagaimana cara Suku
Dayak Tunjung
mendapatkan organ
tumbuhan yang
digunakan dalam
upacara adat.
Untuk mengetahui
bagaimana penggunaan
organ tumbuhan dalam
proses upacara adat
suku Dayak Tunjung.
22
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi
Kalimantan Timur
No
Umum
Nama
Daerah/
lokal
Ilmiah
(Spesies)
Famili
Organ
yang
digunakan
Cara
penggunaan
Sumber
prolehan
Ketersediaan di
lapangan
Jenis upacara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
H. Alat-alat penelitian
Dalam proses perekaman data di lapangan, peneliti menggunakan beberapa
alat untuk menunjang proses perekaman data di lapangan. Alat-alat yang
digunakan berupa media dokumentasi yang terdiri dari: kamera DSLR yang
digunakan untuk merekam video dan pangambilan gambar, telepon genggam
dan tablet yang digunakan untuk perekaman suara. Selain alat-alat dokumentasi,
dalam proses penelitian dan perekaman data, peneliti juga menggunakan alatalat tulis yang terdiri dari buku, pensil, spidol, polpen dan lain-lain untuk
mencatat hasil dari proses penelitian dan perekaman data.
Pada tahap proses wawancara dengan narasumber, peneliti juga menggunakan
instrumen penelitian berupa daftar poin-poin pertanyaan dan lembar perekaman
data, hal ini dimaksudkan agar proses wawanacara dapat berjalan dengan lancar,
dan semua data yang dibutuhkan dari informan terkumpul secara runtut dan
lengkap, karena pertanyaan disampaikan mengikuti alur poin pertanyaan yang
telah disiapkan sebelumnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
I. Bagan alur penelitian
Mulai
Mencari dan menentukan
masalah penelitian
Menentukan
metode
penelitian
Studi litelatur
Menyusun kajian pustaka
Menyusun waktu dan
lokasi penelitian
Pengurusan izin penelitian
Penelitian
lapangan
Pengumpulan
data
Tidak
Menentukan fokus
dan rumusan masalah
Menentukan tujuan
penelitian
Menyusun panduan
pengambilan data
Menentukan alat-alat
yang digunakan
Reduksi data
Ya
Penyajian data
Analisis data
Penarikan kesimpulan
dan saran
Data lengkap? Ya/tidak
Selesai
Gambar 3.2 Bagan alur penelitian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Daerah penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kutai Barat, yang merupakan
tempat berdomisili Suku Dayak Tunjung. Kabupaten Kutai Barat merupakan
sebuah kabupaten yang terletak di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, luas
wilayah setelah pemekaran 16,314 km2, dengan topografi lahan landai,
bergelombang dan curam.
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat menurut Soil Taxonomi
USDA, tergolong kedalam jenis tanah Ultisol, Entisol, Histosol, Incepticol dan
Mollisol, menurut data Lembaga Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah yang
teradpat di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari jenis tanah Podsolik, Alluvial,
Andosol dan Renzina. Kabupaten Kutai Barat memiliki karekteristik iklim hutan
tropika humida, di mana dengan iklim hutan tropika humida, tidak terdapat
perbedaan yang jelas antara muasim kemarau dan musim hujan. Curah hujan
tahunan di Kabupaten Kutai Barat berkisar antara 1000 – 3000 mm/tahun, di
mana curah hujan cukup tinggi pada bulan Oktober hingga bulan April. Suhu
rata-rata di Kabupaten Kutai Barat berkisar di 260 C, dengan perbedaan suhu
antara siang dan malam mencapai 5 – 7 0C.
Kabupaten Kutai Barat secara administratif memiliki 16 kecamatan yaitu
Kecamatan
Bongan,
Kecamatan
Jempang,
Kecamatan
Penyinggahan,
Kecamatan Muara Pahu, Kecamatan Muara Lawa, Kecamatan Damai,
Kecamatan Barong Tongkok, Kecamatan Melak, Kecamatan Long Iram,
26
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
Kecamatan Bentian Besar, Kecamatan Linggang Bigung, Kecamatan Nyuatan,
Kecamatan Siluq Ngurai, Kecamatan Manor Bulatn, Kecamatan Sekolaq Darat
dan Kecamatan Tering. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Barat masih
didominasi oleh hutan hujan tropis dengan kekayaan keanekeragaman hayati
yang komplek, dari tumbuh-tumbuhan Anggrek Hitam menjadi tumbuhan khas
Kabupaten Kutai barat, sedangkan dari jenis binatang diwakili oleh Berung
Madu, Macan Dahan, Ikan Pesut dan Burung Rangkong.
Penelitian ini dilakukan meliputi 6 Kampung yang termasuk kedalam 2
Kecamatan yang berbeda, dimana Kampung Balok Asa termasuk kedalam
wilayah Kecamatan Barong Tongkok, sedangkan Kapung Linggang Bigung,
Kampung Linggang Amer, Kampung Linggang Mapan, Kampung Melapeh
Lama dan Kampung Bigung Baru termasuk kedalam wilayah Kecamatan
Linggang Bigung. Kapung Balok Asa didominasi oleh Sub-Suku Dayak
Tunjung yaitu Suku Dayak Tunjung Tengah/Tonyoi, sedangkan
5 kapung
lainnya yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Linggang Bigung
didominasi oleh Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Suku Dayak Tunjung
Rentenungk. Perbedaan ini tidak banyak mempengaruhi bidang budaya
khususnya upacara adat. Upacara adat Suku Dayak Tunjung Tonyoi dan Suku
Dayak Tunjung Rentenungk masa kini adalah sama, karena telah terjadi
pelebutan budaya khususnya dibidang Upacara Adat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
Gambar 4.1 : Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian
Tidak ada data maupun fakta yang dapat dijadikan data otentik kapan
terjadinya peleburan budaya ini, hal ini tidak lepas dari proses perkawinan antar
suku dan interaksi berkesinambungan antara kedua suku tersebut. Proses
peleburan budaya ini dibuktikan dengan proses upacara adat yang sama di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
kedua suku, di mana pelaku upacara adat dari Suku Dayak Tunjung Tonyoi
dapat memimpin upacara adat Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan sebaliknya.
B. Suku Dayak Tunjung
Suku Dayak Tunjung meliputi beberapa Sub-Suku yang berdomisili di
Kabupaten Kutai Barat dan tidak ada batasan tertulis mengenai Suku mana saja
yang menjadi bagian dari Suku Dayak Tunjung, dalam penelitian ini peneliti
memfokuskan penelitian terhadap dua Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Dayak
Tunjung Tonyoi dan Dayak Tunjung Rentenungk.
Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah Suku dayak yang berdomisili di wilayah
Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa, Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa
Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan
Asa. Sedangkan Suku Dayak Tunjung Rentenungk adalah Suku Dayak yang
berdomisili di dataran Linggang yang meliputi wilayah Desa Linggang Bigung,
Desa Linggang melapeh, Desa Linggang Amer, Desa Kebut, Desa Bigung Baru,
Desa Melapeh Baru, Desa Linggang Mapan, Desa Tering dan Desa Muara
Lebandan Desa Mujan.
Data tertulis mengenai sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi dan Suku Dayak
Tunjung Rentenungk masih sanggat sedikit dan akurasi data tersebut masih perlu
diverifikasi kembali, hal ini merupakan permasalahan utama yang dihadapi
dalam melakukan penelitian ini. Data-data yang ada hanya berupa data lisan dari
beberapa
sumber
yang
kemudian diperkuat
dengan keterangan
yang
berhubungan dari sumber-sumber lainnya. Untuk saat ini sumber-sumber
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
dilapangan adalah para Pemuka Adat, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat dari
Suku Dayak Tunjung Sendiri.
Sejarah mengenai Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah permasalahan besar
dalam penelitian ini untuk mengetahui asal-usul terciptanya kebudayaan mereka,
tidak ada data akurat yang dapat menjadi acuan mengenai sejarah Suku Dayak
Tunjung Tonyoi. Berdasarkan data yang didapat dari lapangan, ada banyak
sekali persepsi tentang sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi.
Suku Dayak
Tonyoi adalah penduduk asli dari wilayah Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa,
Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau
Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan Asa. Dari data dilapangan, hanya ada
satu pernyataan mengenai asal-usul Suku Dayak Tonyoi. Pernyataan-pernytaan
ini menunjuk pada satu kesimpulan yaitu Suku Dayak Tonyoi berasal dari
“Dewa”, sejenis orang pada masa lalu yang dikenal dengan nama Tulur Aji
Jangkat, yang kemudian bermukim di daerah yang terletak di kawasan
Kecamatan Melak, darah ini dikenal dengan nama Sentawar. Dari Sentawar,
kemudian keturunan dari Tulur Aji Jangkat kemudian menyebar dan mendiami
daerah-daerah baru dan menetap disana hingga sekarang.
Berbeda dengan pandangan yang mengacu pada kesimpulan tunggal tentang
sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi, ada tiga pandangan berbeda tentang
sejarah Suku Dayak Tunjung Rentenungk atau yang dikenal pula sebagai Suku
Dayak Tunjung Linggang. Pandangan pandangan tersebut menghasilkan tiga
kesimpulan yang berbeda, dalam penelitian ini peneliti mengelompokan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
pandangan-pandangan tersebut menjadi tiga kesimpulan utuh. Dari hasil
penelitian di dilapangan, data tertulis tentang Suku Dayak Rentenungk juga tidak
memadai ketersediaannya. Dalam hal ini data hanya diperoleh melalui metode
wawancara secara menyeluruh terhadap narasumber yang mewakili setiap
lapisan masyarakat.
Padangan pertama menghasilkan kesimpulan bahwa Suku Dayak Rentenungk
bukanlah suku asli dari dataran Linggang melainkan berasal dari bagian hulu
sungai Mahakam, dan merupakan perpecahan dari Suku Dayak Penihing atau
Oaheng. Pandangan ini diperkuat dengan kesamaan pandangan dari para
Antropolog yang telah melakukan penelitian tentang Suku Dayak Tunjung
Linggang. Nieuwenhuis (1994), Mallinkrodt (1928), Sellato (1989), Coomans
(1987), Boyce (1986), dan Rosseau (1990) berpandangan bahwa suku Dayak
Tunjung Rentenungk merupakan Suku yang berpindah dari daerah perhuluan
sungai Mahakam. Diperkirakan bahwa Suku Dayak Rentenungk merupakan
bagian dari Suku Penihing yang terdesak oleh suku Dayak Bahau dam kemudian
bermigrasi dari daerah Apau Kayan di bagian utara Kalimantan Timur (sekarang
Kalimantan Utara), sekitar tahun 1700 – 1750.
Pernyataan kedua menyatakan bahwa Suku Dayak Rentenungk adalah Suku
asli dari dataran Linggang, hal ini merupakan pendapat dari masyarakat Suku
Dayak Rentenungk Linggang sendiri berdasarkan legenda dan cerita yang
berkembang secara turun temurun. Legenda tersebut menyatakan bahwa Suku
Dayak Rentenungk merupakan turunan dari delapan bersaudara sakti yang
mediami dataran Linggang, mereka adalah dewa yang kemudian menjadi cikal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
bakal Suku rentenungk, dalah legenda ini menunjukan kenapa adanya persamaan
budaya antara Suku Dayak Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi.
Dikatakan bahwa keturunan anak angkat dari delapan bersaudara tersebut yang
dikenal dengan nama Tulur Aji Jangkat, kemudian menjadi menjadi Suku Dayak
Tonyoi. Sedangkan keturunan asli dari delapan bersaudara tersebutlah yang
menjadi Suku dayak Rentenungk.
Pandangan ketiga mengatakan bahwa Suku Dayak Tunjung Rentenungk
merupakan suku yang berasal dari daerah Kalimantan Tengah, yang bermigrasi
ke dataran Linggang melalui perhuluan sungai Mahakam. Hal ini tentunya
berhubungan dengan pandangan pertama,
dimana
pandangan tersebut
menyebutkan bahwa Suku dayak Rentenungk berasal dari perhuluan sungai
Mahakam.
Gambar 4.2 : Masyarakat Suku Dayak Tunjung sedang mengumpulkan Latek
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
Sistem perekonomian Suku Dayak Tonyoi dan Rentenungk ditunjang oleh
sektor pertanian tradisional, dimana sistem perladangan tradisional memenang
peran penting dalam kehidupan ekonomi. Pada tahun 1988-1997 perkebunan
karet mulai diperkenalkan kepada Suku Dayak Tunjung, dan kemudian perlahan
sistem perladangan tradisional mulai ditinggalkan. Pada masa sekarang ini,
perekonomian Suku Dayak Tunjung ditunjang oleh perkebunan karet.
Flora dan fauna yang sangat melimpah dalam kehidupan Suku Dayak
Tunjung menyebabkan kehidupan Suku Dayak Tunjung sangat bergantung
dengan lingkungan sekitar dalam kesehariannya. Masyarakat Suku Dayak
Tunjung sejak dahulu sangat memperhatikan keadaan alam sekitar dan
bagaimana memanfaatkannya. Tata-cara pemanfaatan sumber daya alam diatur
dalam hukum adat dan diwariskan turun-termurun secara lisan. Aturan-aturan
tersebut berkaitan tentang tata cara membuka lahan pertanian, pengaturan batas
lahan, pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, tata-cara
berburu dan lain-lain.
Kebudayaan Suku Dayak Tunjung berhubungan erat dengan kepercayaan
mereka, dimana Suku Dayak Tunjung percaya bahwa terdapat Roh-Roh dan
Dewa-dewa yang mengarahkan kehidupan mereka menuju kemakmuran dan
keselamatan. Untuk memberikan penghormatan terhadap roh dan dewa tersebut,
maka lahir lah upacara-upacara adat. Hampir semua jenis tumbuhan yang
digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung dipercaya merupakan
pengetahuan yang didapat langsung dari roh dan dewa Suku Dayak Tunjung, di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
mana para Pelaku Upaca Adat dipercaya mampu berkomunikasi dengan dewa
dan roh-roh yang menjadi kepercayaan mereka.
Kepercayaan ini juga mempengaruhi sistem dan hukum adat yang berlaku, di
mana hukuman atas tidakan pelanggaran dibagi menjadi menjadi dua. Pertama
yaitu hukuman langsung berupa denda materil dan atau bisa berupa pencabutan
atas hak-hak yang dijatuhkan oleh dewan adat. Kedua, yaitu hukuman tidak
langsung atas pelanggaran yang dilakukan terhadap lingkungan sektar atau
kepada anggota masyarakat lainnya, di mana kesalahan tidak memiliki cukup
bukti bagi dewan adat untuk menjatuhkan sanksi, maka hukuman yang akan
diterima oleh yang bersangkutan adalah langsung oleh para roh dan dewa
kepercayaan Suku Dayak Tunjung.
C. Jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam proses pelaksanaan
Upacara Adat Suku Dayak Tunjung
Dalam proses penelitian dilapangan, penelitian ini berhasil mendata 78 jenis
tumbuhan yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam kegiatan upacara
adat (Tabel 4.1). Untuk mendapatkan data jenis-jenis tumbuhan yang digunakan
dalam proses upacara adat, peneliti melakukan wawancara terhdapat 7 informan
primer,dari 7 informan primer tersebut 5 diantaranya adalah pelaku upacara adat
dan sisanya merupakan pemuka adat Suku Dayak Tunjung. Untuk memperkuat
keakuratan data, peneliti juga melakukan wawancara terhadap 50 informan
sekunder, yang merupakan masyarakat Suku Dayak Tunjung yang memiliki
pemahaman tentang proses upacara adat ataupun sering terlibat dalam
pelaksanaan upacara adat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
Terdapat beberapa tumbuhan yang identik, yang digunakan dalam upacara
adat Suku Dayak Tunjung, namun fungsi dari tumbuhan tersebut dalam upacara
tidak dapat digantikan satu dengan yang lain.
Dari 78 jenis tumbuhan yang berhasil di data, 71 tumbuhan merupakan
bagian dari divisi Magnoliophyta, dan 1 tumbuhan dari devisi Pteridophyta.
Devisi Magnoliophyta terdiri dari dua kelas, yaitu kelas Magnoliopsida dengan
36 jenis tumbuhan, dan kelas Liliopsida terdiri dari 35 jenis tumbuhan. Devisi
Pteridophyta terdiri dari 1 kelas yaitu Pteridopsida.
Jenis tumbuhan yang
berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini terdiri dari Dari 23 ordo yang
berbeda, 72 jenis tumbuhan berhasil identifikasi hingga tingkat famili (Tabel
4.1), 53 jenis tumbuhan berhasil di indentifikasi hingga tingkat spesies. Tidak
semua jenis tumbuhan berhasil didata hingga tingkat spesies, hal ini disebabkan
minimnya data tentang tumbuhan tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
FAMILI
Musaceae
Cannabaceae
Moraceae
Zingiberaceae
Agavaceae
Euphorbiaceae
Arecoideae
Poaceae
Lauraceae
Urtiaceae
Rubiaceae
Apocynaceae
Fabaceae
Arecaceae
Acanthaceae
Polypodiaceae
Asteraceae
Melastomataceae
Cyperaceae
Piperaceae
Meliaceae
Sapindaceae
Leguminosae
Rhizophoraceae
Bromeliaceae
Lamiaceae
Moreceae
Loranthaceae
Marantaceae
Menispermaceae
Tidak teridentifikasi
Total
Jumlah
3
2
5
6
1
3
1
9
1
1
3
2
1
11
1
2
2
1
1
2
1
2
2
1
1
2
1
1
2
1
6
78
36
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung
(Istilah dalam proses upacara dan jenis dari masing-masing proses upacara adat dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4)
Nama
No
Famili
Organ yang
digunakan
Jenis dan
sumber
perolehan
Ketersediaan
di lapangan
Jenis upacara
Dijadikan patung, pembungkus
sesaji, dan juga media
penyampaian mantra.
Dijadikan patung
Liar
Melimpah
Papat
Penyembuhan, hajatan
Liar
Melimpah
Beliant Loangan
(Mantir)
Beliant Semur,
Beliant Bawo,
Beliant Sentiu,
Beliant Kencong
Penyembuhan
Cara penggunaan
Tujuan Upacara
Daerah
Umum
Ilmiah
1.
Jojot
Pisang hutan
Musa balbisiana
Musaceae
Daun, Batang,
Akar
2.
Sempat
-
-
Batang dan akar
3.
Juangk
Hanjuang
Merah
Cordyline
terminalis L
Zingiberacea
e
Agavaceae
Daun
- Dijadikan media penyampian
mantra dalam upacara adat
- Dijadikan Pengumak
Budiadaya
Kurang
4.
Jeloq
Pisang
Musa acuminata
Musaceae
Daun, Batang,
Akar
Budidaya
Melimpah
Semua Upacara
Adat
-
5.
Nancangk
Mahang
Macaranga
mappa
Euphorbiacea
e
Batang, Kulit
batang dan Daun
Liar
Melimpah
Timeq, Papat
Penyembuhan
6.
Nyoo
Kelapa
Cocos nucifera
Arecoideae
Buah dan Daun
Budidaya
Melimpah
Semua Upacara
Adat
-
7.
Tabak
-
-
Poaceae
Akar
Dijadikan patung, pembungkus
sesaji, dan juga media
penyampaian mantra.
Batang dijadikan bahan pembuat
balai, kulit batang dijadikan
ancak, daun sebagai alas dalam
meletakan sesaji pada balai.
Buah dijadikan alat dalam
upacara, sedangkan daun selain
sebagai alat juga dijadikan
pembungkus makanan wajib
dalam upacara seperti ketupat dll.
Dibakar dan dijadikan media
perantara antara pelaku upacara
dengan alam sekitar.
Budidaya/liar
Kurang
Semua Upacara
Adat
-
8.
Lutuq
Bambu
Bambusa Sp
Poaceae
Batang
Dijadikan media tempat memasak
sesaji, dan dijadikan media dalam
upacara adat
Liar
Melimpah
Semua Upacara
Adat
-
9.
Gaka
malongk
-
-
-
Batang
Dijadikan tali pengikat dalam
pembuatan alat-alat upacara
Liar
Melimpah
Papat, Pakant
Talunt
Penyembuhan, permintaan
pertolongan kpd alam,
penebusan kesalahan dan
permintaan maaf kpd alam
Penyembuhan dan hajatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
Nama
No
Famili
Organ yang
digunakan
Cara penggunaan
Jenis dan
sumber
perolehan
Ketersediaan
di lapangan
Jenis upacara
Tujuan Upacara
Daerah
Umum
Ilmiah
10.
Cahai
Kunyit
Curcuma
domestica
Zingiberacea
e
Umbi
Dijadikan pewarna dalam
pembuatan media upacara adat
Budidaya
Melimpah
Semua Upacara
Adat
-
11.
Lejaq
Jahe
Zingiber
officinale
Zingiberacea
e
Umbi
Dijadikan bumbu dalam
pembuatan sesaji upacara
Budidaya
Melimpah
Papat
12.
Teliant
Ulin
Eusideroxylon
zwageri
Lauraceae
Batang
Dijadikan patung dan juga tiang
balai dalam upacara adat
Liar
Langka
Papat, Hajat
Penyembuhan, permintaan
perlindungan &
keselamatan
Penyembuhan, Permintaan
akan suatu tujuan kpd alam
13.
Ntugaq
-
-
-
Batang dan Daun
Liar
Melimpah
Papat
14.
Tempera
-
-
Urtiaceae
Daun, Batang
Liar
Melimpah
15.
Tokongk
-
Amomum
aculeatum
Zingiberacea
e
Batang dan akar
Dijadikan patung dan juga tempat
menggantungkan ancak disetiap
sudut balai
Dijadikan tali pengikat dalam
pembuaran media upacara, jeak.
Dijadikan bahan pembuatan
Balai, rempah sesaji.
Liar
Melimpah
Papat, Pakant
Talunt. Dll.
Banyungk
16.
Kuayant
Bambu
Bambusa
arundinacea
Poaceae
Batang
Dijadikan Balai atau Pantiq
Liar
Melimpah
Upacara Adat Kenu
Pentabisan dan perkenalan
dengan alam
17.
Tuuq
Tebu
Saccharum sp.
Poaceae
Batang
Dijadikan Tiang pusat tari
upacara
Budidaya
Melimpah
Timeq, Gugu Taont
18.
Pangir/Bung
aq
-
Morinda sp.
Rubiaceae
Bunga
Liar/Budidaya
Kurang
Semua Upacara
Adat
19.
Pujaq
-
-
Apocynaceae
Daun
Liar/Budidaya
Langka
20.
Ami
Gambir
Uncaria gambir
Rubiaceae
Daun
Media dalam menyampaikan
“berkat” upacara kepada objek
upacara
Digunakan sebagai pewarna
atribut upacara
Dijadikan Jampiq
Penyembuhan,
pemeliharaan hubungan
dengan alam
-
Liar/Budidaya
Langka
Semua Upacara
Adat
Papat, Kenu,
Banyungk
Penyembuhan, permintaan,
perkenalam dengan alam
21.
Gaka kedot
Liana
-
Fabaceae
Batang
Liar
Melimpah
Banyungk
Penyembuhan
22.
Gai pelas
Rotan
Arecaceae
Batang
Liar
Kurang
Melas
Pentabisan & perkenalam
kpd alam
23.
Harump
-
Calamus
penicillatus
Roxb
-
Digunakan untuk mengikat dalam
pembuatan balai
Digunakan untuk
menggantungkan subbai
Acanthaceae
Daun
Digantung pada Longan Bayat
Liar/Budidaya
Kurang
Beliant Mantir
Penyembuhan
24.
Komat
Puring hijau
Codiaeum
variegatum.
Euphorbiacea
e
Daun dan Batang
Dijadikan pengasi
Liar/Budidaya
Melimpah
Beliant Semur
Penyembuhan
Penyembuhan, permintaan
perlindungan &
keselamatan
Penyembuhan
-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
Nama
No
Famili
Organ yang
digunakan
Cara penggunaan
Jenis dan
sumber
perolehan
Ketersediaan
di lapangan
Jenis upacara
Tujuan Upacara
Daerah
Umum
Ilmiah
25.
Ngkapaq
Paku sarang
burung
Asplenium nidus
Polypodiacea
e
Daun
Dijadikan anjat dalam upacara
adat
Liar
Melimpah
Beliant Bawo
Penyembuhan
26.
Muungk/He
mungk
Sembung
Blumea
balsamifera
Asteraceae
Daun dan Batang
Dijadikan pengasi
Liar
Melimpah
Beliant Semur
Penyembuhan
27.
Kuncengk
Heredong
Melastoma
affine
Melastomata
ceae
Bunga
Liar
Melimpah
Beliant Sentiu
Penyembuhan
28.
Peridangk
Rumput Teki
Cyperaceae
Daun
Lair
Melimpah
Banyungk
Penyembuhan
29.
Paatn
Pinang
Cyperus
rotundus
Areca catechu
Dijadikan minuman bagi pelaku
upacara yang mengalami
kesurupan.
Digunakan menjadi jeak
Arecaceae
Daun, Bunga,
Buah, Batang
Digunakan menjadi Kabungk
Budidaya, Liar
Melimpah
-
30.
Sarap
Aren
Arenga pinnata
Arecaceae
Daun Muda
Kabungk
Budiaya, Liar
Melimpah
31.
Rakap
Sirih
Piper betle
Piperaceae
Daun
Bahan pembuatan Jampi
Budidaya, Liar
Melimpah
32.
Wangunt
-
-
Meliaceae
Batang
Liar
Melimpah
33.
Nyelutui
Kayu Gabus
Alstoniae cortex
Apocynaceae
Batang
Liar
Melimpah
Beliant Semur
34.
Pengoq
-
-
Sapindaceae
Daun
Untuk Rautan (Reff), diletakan
pada Benawingk
Dijadikan patung dengan jenis
kelamin wanita
Dijadikan Jeak
Banyungk dan
haampir semua
upacara adat Suku
Dayak Tunjung
Timeq, Beliant
Bawo, Semur,
Sentiu
Hampir semua
upacara adat
Melas
Liar
Melimpah
35.
Pengoq peai
-
-
Piperaceae
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
36.
Sewet
Pisang Hutan
Musa Sp
Musaceae
Jantung buah,
Daun, Batang
Liar
Melimpah
37.
Mawa
-
-
Cannabaceae
Daun, Kulit
batang
Batang dijadikan patung, daun
dijadikan media penyampaian
matra dan pembungkus sesaji,
jantung dijadikan alat upacara
Daun dijadikan Jeak, Kulit batang
dijadikan Ancak
Semua Upacara
Adat
Semua Upacara
Adat
Beliant Nyenturuh
Bukur
Liar
Melimpah
Hampir semua
Upacara Adat
-
38.
Puant
Keledang
Moraceae
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Kurang
Semua Upacara
Adat
-
39.
Jiee
-
Artocarpus
lanceifolius
Roxb
-
-
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Semua Upacara
Adat
-
Penyembuhan
Perkenalan dengan alam
sekitar
Penyembuhan
Penyembuhan, penebusan
atas suatu kesalahan yang
dilakukan kepada alam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
Nama
No
Famili
Organ yang
digunakan
Cara penggunaan
Jenis dan
sumber
perolehan
Ketersediaan
di lapangan
Jenis upacara
Tujuan Upacara
Daerah
Umum
Ilmiah
40.
Persiah
-
-
Poaceae
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Semua Upacara
Adat
-
41.
Paku-paramp
-
Polypodium
vulgare
Polypodiacea
e
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Semua Upacara
Adat
-
42.
Tu-tawa
-
Costus speciosus
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
-
-
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
-
-
Leguminosae
Batang, daun
Liar
Melimpah
Liana
-
Daun
Liar
Melimpah
Melas
-
-
Rhizophorac
eae
Sapindaceae
Batang dijadikan patung, Daun
dijadikan Jeak
Daun dijadikan Jeak
46.
Memaliq/Sm
eneo
Gaka
Ngelagit
Lempung
ngayo
Rekep
Semua Upacara
Adat
Semua Upacara
Adat
Melas
-
43.
Zingiberacea
e
-
Batang
Untuk menyandarkan Benawingk
Budidaya, Liar
Kurang
Melas
47.
Gai syi‟it
Rotan
Arecaceae
Semua organ
tumbuhan (utuh)
Wuint awoi( digunakan utuh dari
akar sampai daun)
Lair
Langka
Timeq
48.
Gai sokak
Rotan
Calamus
balingensis
Furtado
Calamus caesius
Arecaceae
Batang
Dijadikan tali pengikat
Budidaya, Liar
Melimpah
Timeq
Penyembuhan
49.
Daun biruq
-
Livistona sp
Arecaceae
Daun
Daun dijadikan Wuint awooiy
Liar
Kurang
Timeq
Penyembuhan
50.
Terincingk
Nanas
Ananas comosus
Bromeliaceae
Dijadikan pencawangk
Budidaya, Liar
Melimpah
Beliant Bawo
Penyembuhan
51.
-
Digunakan sebagai pencawangk
Budidaya, Liar
Kurang
Ngawat
Selasih
Lamiaceae
Daun
Dijadikan pengasi
Budidaya, Liar
Kuarang
Penyembuhan (diagnosa
penyakit)
Penyembuhan
53.
Katapuq
-
Eleiodoxa
conferta
Ocimum
basilicum
Thymus vulgaris
Arecaceae
52.
Kumar/Lemp
ucant
Telasih
Batang, Daun,
Buah
Daun dan Batang
Lamiaceae
Daun
Dijadikan pengasi
Budidaya, Liar
Kuarang
54.
Pegangk Lau
Ilalang
55.
Bunglew
56.
57.
44.
45.
58.
Perkenalan dengan alam
sekitar
Perkenalan dengan alam
sekitar
Perkenalan dengan alam
sekitar
Penyembuhan
Poaceae
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
-
Imperata
brevifolia
-
Beliant Semur,
Beliant Bawo
Beliant Semur,
Beliant Bawo
Timeq
Moraceae
Daun
Daun dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Melas
Perkenalan dengan alam
Deraya
-
-
-
Batang
Liar
Melimpah
Papat
Penyembuhan, permintaan
Peringk
Taliq
Kuayant
-
Bambusa sp.
Poaceae
Batang
Dijadikan patung dengan jenis
kelamin laki-laki
Dijadikan Benakak
Liar
Melimpah
Melas
Perkenalan dengan alam
-
Bambusa
Poaceae
Batang
Digunakan untuk melakukan
Lair
Melimpah
Ritual Kenu,
Penyembuhan
Penyembuhan
Penyembuhan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
Nama
No
Daerah
Umum
Kuning
Famili
Ilmiah
Organ yang
digunakan
vulgaris Schard
Cara penggunaan
Jenis dan
sumber
perolehan
Ketersediaan
di lapangan
Jenis upacara
Tujuan Upacara
59.
60.
Nturui
Lunuk
Beringin
Artocarpus.sp
Ficus benjamina
Moreceae
Moraceae
Daun
Daun
ritual jika ada kesalahan dalam
melakukan upacara.
Dijadikan Jeak
Dijadikan Jeak
Beliant Semur
61.
Raja
Pengalah
Benalu
Loranthus sp.
Loranthaceae
Daun
Daun dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Timeq
Timeq, Beliant
Rantau Perangk,
Melas
Melas
62.
Pentar
-
Ficus carica
Moraceae
Daun
Lair
Melimpah
Banyungk
63.
Nggkuduq
Mengkudu
Rubiaceae
Daun
Lair
Melimpah
Banyungk
Penyembuhan
64.
Lancingk
senit
Langusei
Morinda
citrifolia
Ficus
minahassae
Moraceae
Daun dan Batang
Dijadikan makanan patung
(Kernyamp)
Dijadikan makanan patung
(Kernyamp)
Dijadikan jeak (pada batang
dijadikan patung)
Penyembuhan
Penyembuhan dan
perkenalan dengan alam &
lingkungan
Penyembuhan dan
perkenalan dengan alam &
lingkungan
Penyembuhan
Liar
Melimpah
Melas
65.
Mermungk
-
-
-
Buah
Lair
Kurang
Rantau perangk
66.
Engkehuyo
-
Asteraceae
Daun
Lair
Melimpah
Pejeak
67.
Tuq salah
Tebu
Chromolaena
odorata
Saccharum
officinarum L
Dijadikan sebagai sumpit dalam
uapcara adat
Jeak
Penyembuhan dan
perkenalan dengan alam &
lingkungan
Penyembuhan
Poaceae
Batang dan daun
Jeak
Budidaya, Lair
Kurang
Pejeak
68.
geriq
Kemiri
Aleurites
moluccana
Euphorbiacea
e
Buah
Buah digunakan sambil
membacakan mantra
(digunakan dalam tempurung
kelapa)
Budidaya, Liar
Melimpah
Beliant semur
(banci)
Penyembuhan
69.
Isak-isik
-
Ctenanthe sp.
Marantaceae
Daum
Dijadikan jeak
Liar
Melimpah
Melas, Timeq
70.
Akar
Liana
-
Leguminosae
Batang
Lair
Kurang
Semua jenis
upacara adat
71.
Ukor
-
-
Arecaceae
Liar
Kurang
Beliant Ngawat
72.
Bemant
Bemban
Donax
canniformis
Marantaceae
Batang, daun,
buah
Batang
Dijadikan sampo dalam ritual
membersihkan diri sebelum
upacara
Digunakan sebagai pencawangk
Penyembuhan, perkenalna
dengan alam
-
Dianyam menjadi Kelangkangk
burung
Liar
Melimpah
Beliant kencong
Liar
Liar
Kurang
Melimpah
Menghilangkan aura
negatif dari lingkungan
Menghilangkan aura
negatif dari lingkungan
Pencarian jenis penyakit,
Penyembuhan
Penyembuhan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
Nama
No
Famili
Organ yang
digunakan
Cara penggunaan
Jenis dan
sumber
perolehan
Ketersediaan
di lapangan
Jenis upacara
Tujuan Upacara
Daerah
Umum
Ilmiah
73.
Botoq
Ramban
Trema orientalis
Cannabaceae
Batang dan Daun
DijadikanTempusoq dan pondasi
pada Balai
Liar
Melimpah
Beliant Rantau
Perangk
Penyembuhan
74.
Niungk
-
-
Arecaceae
Tulang Daun
Liar
Kurang
Timeq
Penyembuhan
75.
Jauq
-
-
Arecaceae
Buah dan Daun
Dijadikan “pancing” dalam
uapcara adat
Digantung pada Longan Bayat
Liar
Kurang
Nalint taont, timeq
76.
Belayant
-
Tinospora
crispa
Menispermac
eae
Batang dan Daun
Dililitkan mengelilingi Lonngan
Liar
Melimpah
Beliant Nyumangk
Pemeliharaan hubungan
dengan alam,
Penyembuhan
Penyembuhan
77.
Ntrarant
-
Amomum sp.
Batang
Dijadikan longan
Liar
Kurang
Beliant Bawo
Penyembuhan
78.
Biruq
Torungk
-
Livistona sp
Zingiberacea
e
Arecaceae
Semua organ
tumbuhan secara
utuh
Dijadikan tongkat atau Alu
(penumbuk) dalam upacara adat
Liar
Kurang
Nalint taont
Pemeliharaan hubungan
dengan alam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa Suku Dayak Tunjung
memiliki kemampuan untuk mengenali tumbuhan berdasarkan habitat, bentuk
dan warna daun, warna dan jenis batang, jenis akar tumbuhan, warna bunga dan
juga aroma dari tumbuhan tersebut. Kemampuan mengenali tumbuhan yang
dimiliki oleh Suku Dayak Tunjung, lahir dari proses interaksi antara Suku Dayak
Tunjung dengan alam dalam kehidupan sehari-hari. Tumbuh-tumbuhan yang
telah dikenali kemudian diberi nama, dan nama tersebut diturunkan dari generasi
ke generasi secara lisan.
Penamaan tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung didasari oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah karakteristik morfologi tumbuhan dan
habitatnya, selain itu penamaan tumbuhan bisa
dipengaruhi oleh fungsi
tumbuhan tersebut dan dampak yang ditimbulkan oleh tumbuhan terhadap
makhluk hidup atau tumbuhan lain. Selain dua faktor di atas, penamaan
tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung juga bisa dipengaruhi oleh
faktor kesamaan bentuk tumbuhan tersebut dengan makhluk hidup lain.
Contoh penamaan tumbuhan yang dipengaruhi oleh ciri mofologi salah
satunya adalah pada tumbuhan Gaka ngelagit. Kata „Gaka‟ dalam dalam bahasa
Tunjung adalah sebutan untuk tumbuhan liar, khususnya yang memiliki batang
semu panjang dan lurus dengan ukuran maksimal 20 cm, sedangkan „Ngelagit‟
berasal dari kata „Agit‟ yang berarti alat pengait. Jadi nama Gaka ngelagit
merupakan penamaan untuk salah satu spesies tumbuhan dengan batang semu
yang panjang dan memiliki alat pengait (gambar 4.47).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
Contoh penaman tumbuhan berdasarkan fungsi tumbuhan tersebut dan
dampak yang ditumbulkan oleh tumbuhan terhadap makhluk hidup atau
tumbuhan lain adalah pada penamaan Raja pengalah pada tumbuhan benalu.
Kata „Raja‟ dalam bahasa Dayak Tunjung sama dengan arti kata raja dalam
bahasa Indonesia, yang dapat diartikan memiliki kekuatan atau kekuasaan lebih
dibandingkan dengan yang lain dalam ruang lingkup yang sama dengan dirinya,
sedangkan kata „Pengalah‟ dalam bahasa Indonesia memiliki arti Penakluk.
Berdasarkan penjelasan ini maka spesies tumbuhan dengan nama Raja pengalah
menunjuk pada sauatu tumbuhan yang memiliki kemampuan menguasai atau
mengalakan tumbuhan lainnya.
Dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung, sering dijumpai
penamaan tumbuhan yang identik. Sebagai contoh penamaan tumbuhan Pengoq
peay dan Pengoq. Dari pembahasan tumbuhan nomor 34 dan 35 jelas kedua
tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang berbeda, penamaan yang identik ini
berdasarkan organ tumbuhan yang paling menonjol. Pengoq peay dan pengoq
memiliki buah dengan warna dan bentuk morfologi yang hampir sama, hanya
saja ukuran buah pengoq peay lebih kecil dari pengoq, hal inilah yang menjadi
dasar pemberian nama yang identik terhadap kedua tumbuhan tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
Deskripsi dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku
Dayak Tunjung seperti yang terdapat pada tabel 4.1, adalah sebagai berikut :
1. Jojot (Musa sp)
Jojot atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pisang hutan (Musa
sp), merupakan jenis pisang yang tumbuh liar dihutan Kalimantan, khususnya di
wilayah Kabupaten Kutai Barat.
 Daun dan buah: Jojot sekilas mirip seperti pisang pada umumnya, hal yang
membedakan adalah buahnya yang berukuran kecil dan banyak terdapat
berbiji, pada daun jojot muda teradapat banyak bintik berwarna merah.
 Batang: Jojot umumnya tumbuh tegak jika dibandingkan dengan jenis pisang
yang ditanam pada umumnya, tinggi dapat mencapat 3,5 meter, dengan
diameter batang jojot dewasa berkisar antara 14 sampai 25 centi meter.
Gambar 4.3 Daun Jojot muda (Musa balbisiana)
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam segala jenis Upacara adat Suku
Dayak Tunjung, jojot merupakan komponen yang selalu ada. Bagian dari
tumbuhan yang dimanfaatkan berupa batang, akar, daun dan bahkan
tumbuhan ini secara utuh diambil dan gunakan dalam upacara. Batang beserta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
akar digunakan sebagai patung yang melambangkan manusia ataupun
roh/dewa yang dipuja dalam upacara tersebut. Daun Jojot digunakan sebagai
pembungkus sesaji, alas peralatan upacara dan juga dapat digunakan sebagai
jampi, yaitu alat untuk menyampaikan mantra kepada subjek upacara adat.
Jojot dapat digunakan secara utuh dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
jojot yang digunakan biasanya jojot muda dengan diameter batang 5 hingga 8
cm.
2. Sempat
Sempat merupakan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae, tumbuh
disemua tempat dan digolongkan sebagai tanaman liar. Sempat memiliki
kemiripan dengan kecombrang, daun dan batang identik dengan kecombarang.
 Batang dan akar: Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1 hingga
3,5 meter, memiliki batang semu tegak dengan diameter 2 hingga 4 cm.
Tumbuhan ini tumbuh bergerombol, dan membentuk akar rimpang yang
kemudian berbuah dari akar rimpang tersebut.
 Daun: Sempat berdaun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan lebar
berkisar antara 40-50 cm, lebar daun berkisar antara 8-10 cm. ujung dan
pangkal daun runcing, berwarna hijau.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, sempat digunakana sebagai patung, sama halnya dengan batang
pisang hutan, di mana bagian dari tumbuhan ini yang digunakan adalah
pangkal batang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya
3. Juangk (Cordyline terminalis)
Juangk atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama hanjuang merah
(Cordyline terminalis), tanaman ini pertama kali ditemukan di asia timur.
 Daun: Juangk dapat dikenali dengan ciri-ciri di mana daun berupa daun
tunggal, berbentuk lanset lebar, berwarna merah tua, merah muda ataupun
bisa berwarna hijau. Daun Juangk memili panjang antara 15-30 cm, dengan
lebar berkisar antara 14-15 cm.
 Buanga dan Buah: Bunga berbentuk malai, panjang berkisar antara 25
sampai 30 cm, berwarna hijau keunguan atau kuning muda. Buah berbentuk
bola, berwarna merah mengkilat.
 Batang: Tumbuhan Juangk memiliki batang semu tidak berkayu, tidak
memiliki kambium. Lebar batang antara 2 hingga 8 cm.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
Gambar 4.5 Hanjuang merah (Cordyline terminalis L)
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Hanjuang merah digunakan sebagai alat penyampaian mantra.
Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan batang.
Tanaman ini sudah dikenal hampir diseluruh wilayah Indonesia, di mana
pemanfaatan tanaman ini sebagian besar adalah sebagai tanaman hias, tanaman
pagar, dan ada juga yang memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman obat.
4. Jeloq (Musa sp)
Jeloq atau juga yang dikenal nangan nama umum pisang dalam bahasa
Indonesia merupakan tumbuhan dari Famili Musaceae. Tumbuhan terna ini
menghasilkan buah yang baik untuk konsumsi, sehingga menghasilkan nilai
ekonomis dalam perannya bagi kehidupan manusia, sehingga pisang pun
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kutai
Barat khususnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
Gambar 4.6 Pisang (Musa sp)
Pengunaan pisang dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah
sebagai media penyampaian mantra, pembungkus sesaji dan alas alat-alat
upacara dan juga bisa digunakan sebagai atribut upacara. Bagian dari tumbuhan
yang digunakan adalah daun, batang, dan tandan beserta buah dan jantung
pisang.
5. Nancangk
Nancangk atau yang juga dikenal dengan nama mahang (Macaranga mappa)
dalam bahasa Indonesia, merupakan tumbuhan dari keluarga Euphorbiaceae.
Daerah penyebaran mahang di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera dan
Kalimantan (Kartasujana dan Martawijaya, 1979 dalam Damiri dkk, 2009).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
 Batang: Mahang dapat tumbuh dengan ketinggian 10 hingga 35 meter,
batang bulat dan lurus, berwarna coklat abu-abu hingga keputih-putihan.
Mahang muda memiliki batang berongga pada bagian tengah, rongga ini di isi
oleh semut.
 Daun: Mahang berdaun tunggal berbentuk bulat telur, melebar dan pada
bagian ujung bercabang tiga meruncing pada bagian ujung. Permukaan bawah
daun putih, berbuku halus dengan urat daun menjari, sedangkan bagian atas
daun berwarna hijau.
Gambar 4.7 Pohong mahang muda (Macarangan mappa)
 Penggunaan dalam upacara adat: Mahang dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung digunakan dalam pembuatan Balai, Ancak dan pembungkus sesaji,
di mana sesaji yang dibungkus biasanya berupa nasi dan daging, atau bisa
juga dalam bentuk lainnya. Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit
batang dijadikan ancak, daun sebagai alas untuk meletakan sesaji pada balai.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
Pemanfaatan lebih jauh dari kayu mahang dalam kehidupan Suku Dayak
Tunjung adalah sebagai material untuk membangun pondok.
6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera)
Nyoo atau juga yang kita kenal dengan kelapa merupakan tumbuhan dari
famili Arecoideae, yang telah dikenal luas oleh masyarakat dunia.
 Batang dan akar: Kelapa memiliki batang tunggal, namun tidak menutup
kemungkinan bisa bercabang karena pengaruh lingkungan. Kelapa, yang
merupakan tumbuhan monokotil memiliki akar tipe akar serabut.
 Daun: Daun kelapa merupakan tipe daun mejemuk menyirip, dengan
penampang melintang pipih, unjung daun meruncing dengan panjang daun
hingga 110 Cm. Tulang daun sejajar, daging daun tipis dan cukup kaku,
permukaan daun licin dan berwarna hijau.
Gambar 4.8 Kelapa (Cocos nucifera)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
 Penggunaan dalam upacara adat: Nyoo atau kelapa digunakan sebagai
media upacara, ataupun pembungkus makanan dan atribut upacara. Buah
dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain sebagai alat juga
dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dan
sebagainya. Hampir semua jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung
melibatkan organ dari kelapa, baik daun, buah ataupun bunga yang biasa
disebut Lancangk.
7. Tabak
Tabak merupakan tumbuhan dari famili Poaceae, dapat dijumpai di daerah
yang memiliki kontur tanah kering.
 Batang: Batang tumbuhan tabak merupakan batang semu, batang tersusun
atas helaian daun.
 Daun: Tabak memiliki daun berwarna hijau, dengan tekstur permukaan daun
lembut. Tulang daun sejajar, penampang melintang pipih, daging daun tipis.
Tumbuhan tabak memiliki daun dengan lebar 2 hingga 3,5 cm, dengan
panjang daun berkisar antara 30 sampai 45 cm.
 Akar: Tumbuhan tabak memiliki sistem perakaran tipe akar serabut.
 Penggunaan dalam upacara adat: Tabak adalah salah satu tumbuhan
penting dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, dimana tabak wajib
ada dalam setiap proses upacara adat. Bagian dari tumbuhan ini yang
dimanfaatkan adalah akarnya, di mana akar tabak yang dibakar menghasilkan
aroma khas yang menjadi penghubung dari proses upacara atau pelaku
upacara beserta mantranya dengan roh/dewa yang dipuja dalam upacara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
tersebut. Sebuah upacra harus dimulai dengan pembakaran akar tabak, jika
tidak, dipercaya tujuan dari upacara tersebut tidak akan tercapai dan proses
upacara menjadi sia-sia.
Gambar 4.9 Tabak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp)
Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp)
Bambu adalah tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan membentuk
rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 21 meter.
 Batang: Batang bambu berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak
10-45 cm, permukaan batang bambu berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna
putih.
 Daun: Daun bambu berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar (broadly
triangular). panjang daun bambu berkisar antara 21 sampai 35 cm dan lebar
5-6 cm, dengan ujung rucing.
 Akar: Bambu memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya berada
dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, bambu digunakan untuk perabotan membuat Balai,
Telusuq,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
Lemang, Tara, tongkat dan lain-lain. Hampir semua jenis upacara adat Suku
Dayak Tunjung melibatkan komponen dari bambu dalam pelaksanaannya.
Setelah melaksakan upacara, pihak yang mengadakan upacara, pelaku
upacara dan semua yang menerima Burai, tidak dapat menyentuh bambu
untuk beberapa hari. Hal ini disebabkan bambu memiliki miang yang terasa
gatal apabila terkena kulit, hal ini menyebabkan penurunan makna atau
bahkan kegagalan pencapaian tujuan upacara yang dilaksanakan.
9. Gaka malongk
Gaka malongk merupakan tumbuhan jenis tumbuhan merambat yang tumbuh
dan merambat pada pohon-pohon besar di dalam hutan, khusunya hutan hujan
tropis Kalimantan Timur. Gaka malongk tumbuh dan berkembang diatas
pepohonan yang menjadi inang perkembangbiakannya, di mana gaka malongk
memiliki dua sumber makanan, pertama adalah dari tumbuhan inangnya dan dari
tanah.
Pada gaka malongk tua akan tumbuh batang semu yang merupakan
percabangan dari batang utamanya, batang semu ini akan menghasilkan tunas
gaka malongk baru. Batang semu gaka malongk akan bertumbuh menuju tanah
dari atas pohon inangnnya, di mana pada bagian ujung batang yang telah
mencapai tanah akan tumbuh akar, akar yang tumbuh adalah tipe akar serabut
yang kemudian digunakan untuk mendapatkan makan.
 Batang: Batang semu gaka malongk memiliki panjang yang tidak terbatas,
tergantung tinggi pohon inang yang di tempatinya dengan tanah. Batang ini
dilapisi oleh kulit batang berwarna coklat, teradapat lapisan kambium pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
batang gaka malongk. Batang gaka malongk tidak tampak lapisan usia,
dengan tekstur sangat lentur dan kuat menjadikan batang semu ini cocok
dijadikan tali untuk mengikat. Diameter dari batang gaka malongk bervariasi,
batang terbesar bisa mencapai 9 cm.
Gambar 4.11: Gaka malongk
 Daun: Daun gaka malongk berbentuk bundar dan meruncing pada ujungnya,
dengan tulang daun melengkung, berwarna hijau gelap.
 Akar: Sistem perakaran akar serabut
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
gaka malongk digunakan untuk mengikat alat-alat upacara, yang juga dikenal
dengan nama Ruyaq.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
10. Cahai/Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit merupakan tanaman rempah-rempah yang telah dikenal diseluruh
dunia, kunyit merupakan tanaman asli Asia Tenggara, yang kemudian menyebar
ke seluruh Dunia.
 Batang: Kunyit memiliki batang semu, memiliki akar rimpang yang tumbuh
membesar menjadi umbi pada bagian pangkal batang. Umbi bagian luar
berwarna cokelat, dan bagian dalam berwarna kekuningan.
 Daun dan Bunga: Memiliki daun tunggal berbentuk bulat telur (lanset),
memanjang hingga 40 cm, dengan lebar berkisar antara 7-14 cm, pertulangan
daun menyirip dan berwarna hijau. Memiliki bunga majemuk, dengan warna
putih kekuningan.
Gambar 4.12 : Kunyit (Curcuma domestica)
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, kunyit dimanfaatkan sebagai pewarna (kuning) pada sesaji dan juga
antribut upacara. Istilah mewarnai dalam Upacara Adat ini sering disebut
dengan istilah Noccou. Kunyit adalah bahan mutlak dalam proses pewarnaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
atribut dan bahan upacara, tidak dapat digantikan dengan zat-zat pewarna
buatan.
11. Lejaq/Jahe (Zingiber officinale)
Seperti halnya kunyit, jahe merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai
bumbu masakan, dengan demikian maka jahe sangat dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari dan sudah dikenal secara luas oleh masyarakat dunia.
 Batang: Jahe merupakan tanaman berbatang semu, berbentuk silindris
dengan tinggi tanaman berkisar antara 30 hingga70 cm. Memiliki rimpang
berwarna putih, putih kekuningan atau jingga, rimpang inlah yang kemudian
dimanfaatkan sebagai rempah atau bumbu dapur.
 Daun: Memiliki daun berpasangan tersusun berseling-seling secara teratur
dengan panjang 15 – 23 cm, lebar 1– 3 cm, dengan panjang tangkai daun
berkisar 2–4 mm. Tulang daun sejajar, permukaan daun bagian atas berbulu
putih. Ujung daun berbentuk runcing yang membulat pada bagian pangkal.
 Penggunaan dalam upacara adat: Jahe digunakan oleh Suku Dayak
Tunjung dalam upacara adat mereka sebagai rempah sesaji, di mana hewan
korban yang dipotong akan diambil hatinya untuk sesaji, sesaji ini dalam
pembuatannya diberi jahe dan garam kemudian panggang hingga setengah
matang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
Gambar 4.13 : Jahe (Zingiber officinale)
12. Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)
Kayu ulin merupakan tumbuhan khas dari Kalimantan dan Sumatra bagian
selatan, memiliki tekstur batang yang keras, padat dan berat membuat kayu ini
menjadi pilihan utama untuk bahan konstruksi bangunan, karena mampu
bertahan dalma waktu yang cukup lama bahkan dalam kondisi basah atau berada
di dalam tanah sekalipun. Kayu ulin dapat tumbuh hingga mencapai 80 meter,
dengan lebar pohon hinngga 3 meter. Pohon ulin dengan batang mencapai
diameter lebih dari 1 meter akan berlubang pada bagian tengahnya.
 Batang: Pohon ulin memiliki batang dengan kulit luar berwarna merah
kecolatan, dengan permukaan halus.
 Daun dan Buah: Tulang daun kayu ulin menyirip, bentuk daun oval dengan
panjang 6 -20 cm, dan lebar berkisar antara 8-14 cm. Daun kayu ulin
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
berwarna hijau, di mana ulin muda akan memiliki daun yang lebar, senakin
tua kayu ulin, semakin kecil daun yng ia miliki. Buah ulin dapat bertahan dari
segala kondisi lingkungan, hal ini disebabkan buah kayu ulin memiliki tiga
lapisan.
Gambar 4.14 : Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)
Lapisan terluar adalah kulit buah yang kemudian dilanjutkan dengan lapisan
dari zat yang sangat keras, yang melindungi inti buah dari kerusakan,
kemudian inti buah. Buah kayu ulin memiliki diameter kurang lebih 7 cm,
dengan panjang hingga 15 cm.
 Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan kayu ulin dalam upacara adat
Suku Dayak Tunjung adalah sebagai patung dan juga bahan pondasi dari
Balai.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
13. Ntugaq
Gambar 4.15 : Cabang kayu entugaq dan daunnya
 Batang: Ntugaq adalah jenis kayu endemik daerah Kalimantan, khususnya
Kutai Barat. Entugaq adalah jenis kayu berbatang keras, terdapat kambium,
kulit batang tipis dan berwarna hitam abu-abu dan terdapat corak keputihputihan. Batang entugaq dapat tumbuh dan berkembang mencapai ketinggian
10 meter, dengan lebar hingga 40 cm, setelah itu entugaq akan mati.
 Daun: Memiliki bunga lengkap, daun berwarna hijau sedangkan daun muda
berwarna merah atau ungu, lebar daun berkisar antara 4 sampai 7 cm, dengan
panjang 10 sampai 14 cm. Tulang daun dan urat daun sejajar, dengan bagian
atas daun halus dengan tekstur keras serta licin, ujung daun meruncing.
 Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan entugaq dalam upacara adat
Suku Dayak Tunjung adalah sebagai Reef, Tempusoq dan juga digunakan
sebagai tiang Ancakq.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
14. Tempera
Gambar 4.16 : Tempera
 Daun: Tempera merupaka tumbuhan merambat yang tumbuh di daerah yang
memiliki tanah dengan kandungan air yang sedikit. Tumbuhan ini memiliki
daun tunggal dengan tulang daun menjari sejajar. Daun lebar dengan bagian
ujung meruncing serta bergerigi pada bagian tepi. Memiliki daun dengan
lebar berkisar antara 11-17 cm, sengan panjang dapat mencapai 26 cm, bagian
bawah daun kasar dan berbulu. Bagian atas daun licin dan bergelombang.
 Batang dan Akar: Memiliki batang semu yang cukup lentur dengan dan kuat,
batang dilapisi kulit luar berwarna merah, bagian dalam putih dengan batang
pokok berserat. Memiliki akar tipe akar tunggang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam proses upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Tempera digunakan sebagai bahan pengikat atribut upacara atau
bisa juga digunakan sebagai Jeak. Bagian yang digunakan adalah batang
semu dan daun, daun bisa juga digunakan untuk mencuci alat upacara, di
mana fungsinya adalah sebagai pengganti spons.
15. Tokongk
Tokongk, merupakan tumbuhan dari famili Zingiberaceae, tumbuh dengan
batang semu, sekilas sangat mirip dengan tumbuhan kecombrang dan sempat.
Gambar 4.17 : Bunga tokongk (Amomum aceleatum)
 Batang: Tokongk tumbuh dengan batang semu dengan ketinggian dapat
mencapai 2 meter, diameter batang berkisar antara 2,5 hingga 4,5 cm.
 Daun: Daun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan panjang 40-50 cm,
lebar 8-10 cm, ujung dan pangkal daun runcing, memiliki daun tunggal
dengan tulang daun menjari.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
 Akar, Bunga, Buah: Tokongk memiliki akar rimpang dalam tanah yang
cukup banyak, dengan panjang dapat mencapai 2 hingga 3 meter. Akar
rimpang ini dapat menghasilkan bunga yang mucul ke permukaan tanah,
bunga dari tumbuhan tokongk termasuk bunga majemuk.
Gambar 4.18 : Tokongk (Amomum aceleatum), tumbuh dan
berkembang menjadi koloni yang dominan
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, tokongk digunakan sebagai bahan baku pembuatan Balai, di mana
bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah batang semu dari tokongk.
16. Kuayant
Kuayant adalah bambu hijau dengan ukuran lingkar batang lebih besar dari
bambu hijau biasa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
 Batang: Kuayant dapat dikenali dengan ukuran batangnya yang lebih besar
dari bambu pada umumnya dengan jarak internodus berkisar antara 30-50 cm,
kuayant memiliki diameter batang rata-rata 17 hingga 20 cm, dengan lebar
daging batang berkisar antara 1 hingga 1,5 cm.
 Daun: Daun lurus, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-7
cm dengan lebar
maksimal 5cm, ujung daun meruncing, berambut pada
kedua permukaan daun, daun berwarna hijau pucat keputih-putihan.
Gambar 4.19 : Batang kuayant (Bambusa sp)
 Akar: Akar serabut
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, kuayant dimanfaatkan sebagai Balai atau Pantiq, di mana bagian
yang dimanfaatkan adalah batang dari kuayant. Meskipun bambu memiliki
banyak jenis, dalam upacara adat telah ditentukan fungsi dan bahan dari alatalat yang digunakan sehingga tidak dapat diganti dengan bambu dari jenis
lainnya. Selain dalam upacara adat, kuayant juga banyak dimanfaatkan dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
kehidupan sehari-hari masyarakat Suku Dayak Tunjung, mengingat tebalnya
daging batang yang dimiliki, sehingga mampu bertahan dalam waktu yang
relatif lama.
17. Tuuq/Tebu (Saccharum sp)
Tebu merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam kelas rumput-rumputan,
dan hanya mampu tumbuh dan berkembang di daerah yang beriklim tropis.
Tumbuhan ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman industri, hal ini tidak
terlepas dari batang semu tebu yang banyak mengandung glukosa.
 Biji dan Akar: Tebu merupakan tumbuhan biji berkeping satu, sehingga
memiliki sistem perakaran akar serabut.
 Batang: Batang tumbuh tegak lurus beruas-ruas dan dapat mencapai
ketinggian hingga 3,8 meter, permukaan batang dilapisi lilin yang berwarna
putih keabu-abuan. Batang memiliki warna yang bervariasi, mulai dari hijau,
kuning hingga ungu, hal ini tergantung dari jenis spesies tebu itu sendiri.
 Daun: Daun tebu berbentuk lanset atau pita, dengan panjang dapat mecapai
1,5 meter dan lebar 5 sampai 7 cm. Daun tebu memiliki pelepah yang
menutupi sebagian batangnya, tulang daun sejajar dan bagian tengahnnya
berlekuk (midrip).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
Gambar 4. 20 : Tebu (Saccharum sp)
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, tebu digunakan sebagai tiang pusat upacara, dimana pelaku upacara
yang menjalankan ritual, akan mengelilingi tiang ini melakukan beberapa
tarian.
18. Pangir/bungaq
Pangir atau bungaq merupakan tumbuhan termasuk dalam famili rubiaceae,
tumbuhan ini memiliki bunga merah berkelompok dalam 1 tangkai bunga.
 Batang: Pangir memiliki batang yang keras dan berkambium, kulit batang
halus dan berwarna coklat atau abu-abu. Pangir dapat tumbuh hingga
mencapai ketinggian 5 meter, dan lebar batang hingga 25 cm.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
Gambar 4.21 : Tumbuan pangir (Morinda sp)
 Daun: Daun pangir berwarna hijau dengan pertulangan daun menyirip,
meruncing pada bagian ujung dan pangkal, bagian tepi daun rata. Lebar daun
berkisar antara 15 hingga 18 cm, dan panjang hingga 21 cm.
 Bunga: Bunga pangir berwarna merah, kelopak bunga merupakan perpaduan
warna merah dan putih, termasuk kedalam jenis bunga sejati.
 Penggunaan dalam upacara adat: Suku Dayak Tunjung menggunakan
bunga pangir dalam upacara adat sebagai media untuk menyampaikan berkat
upacara terhadap orang atau barang yang menjadi objek upacara.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
19. Pujaq
 Batang: Pujaq adalah tumbuhan semak dengan batang berkayu, batang
berwarna hijau, ukuran batang maksimal 0,4 cm.
 Bunga: Bunga banci berwarna merah, kelopak bunga berwarna merah atau
merah muda.
 Daun: Daun tunggal berulang sejajar, dengan lebar daun 3-5 cm dan panjag
berkisar antara 6 sampai 8 cm. pinggir daun datar, permukaan daun halus
dengan tekstur keras namun daun secara keseluruhan lentur. hingga 0,6 cm.
Daun berwarna hijau, daun duduk berhadapan.
Gambar 4.22 : Tumbuhan pujaq
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pujaq digunakan untuk mewarnai daun kelapa yang dikenal dengan
istilah Noccou. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun, di mana daun
pujaq dapat menghasilkan warna merah dari sari-sari daun yang telah
dihancurkan dan dicampurkan dengan air.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
20. Ami/ Uncaria gambir
Gambir (Uncaria gambir) secara tradisional digunakan untuk menyirih,
mengandung senyawa katekin yang digunakan di industri kesehatan untuk
berbagai keperluan, industri kosmetik, industri minuman dan makanan serta
sebagai pewarna alami. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan
ranting. Gambir tumbuh pada ketinggian 200 hingga 900 meter diatas
permukaan laut, termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang keras.
Gambar 4.23 : Tumbuhan gambir (Uncaria gambir)
 Batang: Batang tegak, bulat, percabangan simpodial, warna cokelat pucat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
 Daun: Daun tunggal, berhadapan, bentuk lonjong, tepi bergerigi, pangkal
bulat, ujung meruncing, panjang 8 - 13 cm, lebar 4-7 cm, warna hijau dengan
tulang daun sejajar.
 Bunga: Bunga majemuk, bentuk lonceng, terletak di ketiak daun, panjang
kurang lebih 5 cm, mahkota bunga 5 helai berbentuk lonjong, berwarna warna
ungu.
 Buah: Buah gambir berbentuk polong semu berpenampang dengan ukuran 2
cm dan penuh dengan biji-bijian halus yang berukuran rata-rata 1-2 mm. Pada
bagian luarnya terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar
cukup jauh dari pohonnya karena dibawa oleh angin.
 Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, gambir digunakan untuk membuat urapan upacara atau yang dikenal
dengan istilah Jampiq.
21. Gaka Kedot
Gaka dalam bahasa Suku Dayak Tunjung berarti tumbuhan merambat yang
memiliki batang semu, batang lentur dan tidak berkayu, hidup dengan membelit
tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar matahari. Gaka kedot termasuk kedalam
jenis tumbuhan liana, dimana gaka kedot membelikan batang semunya dan
merambat melalui batang bohon untuk mencapai kenopi hutan hujan tropis, hal
ini supaya gaka kedot mendapatkan cahaya yang cukup untuk mengolah
makanan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
Gambar 4.24 : Gaka kedot
 Daun: Gaka kedot memiliki daun yang lebar dengan pertulangan daun
menyirip, lebar daun dapat mencapai 15 cm dan panjang 21 cm. daun
merucing pada bagian ujung dan pangkal, tepi daun rata, berwarna biru,
memiliki tangkai daun dengan panjang rata-rata 15 cm.
 Batang: Gaka kedot memiliki batang berupa serat dengan alur seperti tali
pada bagian dalamnya, alur ini bersifat lentur dan kuat, alur inilah yang
dimanfaatkan sebagai tali pengikat atribut upacara. Batang gaka kedot
memiliki kulit luar berwarna coklat, bagian dalam putih kekuningan.
22. Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb)
Gai dalam bahasa Dayak Tunjung berarti rotan, sedangkan Pelas berasal dari
kata Melas, mengacu pada upacara pengukuhan atau peresmian, bisa juga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
diartikan sebagai penabisan. Gai pelas adalah jenis rotan yang digunakan dalam
acara Melas.
 Batang: Rotan ini dikenali dengan ciri-ciri berbatang kecil, dengan ukuran
batang 0,4 cm, dan panjang dapat mencapai 40 meter.
Gambar 4.25 : Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb)
 Daun: Gai pelas memiliki daun berbentuk lanset, dengan lebar daun berkisar
antara 4-7 cm dan panjang daun berkisar anatara 18 hingga 22 cm, tulang
daun sejajar, bagian tepi dan bawah daun berduri, tulang daun pada bagian
ujung daun memanjang membentuk alam pembelit dengan panjang hingga 1
meter, dengan duri-duri kecil dan kokoh.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, gai pelas digunakan untuk menggantungkan Subbai.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
23. Harump
 Batang: Harump merupakan tumbuhan dari famili Acanthaceae, memiliki
batang berkayu, dapat tumbuh hingga 1,7 meter dan berwarna ungu
kehitaman.
 Daun dan Bunga: Berdaun tunggal, tangkai daun pendek, bentuk tangkai
daun bulat, pertulangan daun menyirip, permukaan atas daun mengkilap dan
licin, tepi daun rata dan berwarna ungu, bunga harup merupakan bunga
majemuk.
Gambar 4.26 : Harump
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam proses upacara adat Suku Dayak
Tunjung, harump digunakan seagai alat upacara, di mana harump digantung
pada Longan bayat.
24. Komat/puring hijau
Puring merupakan tanaman asli Indonesia, termasuk kedalam jenis tumbuhan
perdu dengan ketinggian bisa mencapai 2 meter.
 Batang: Puring memiliki batang bulat berkayu, memiliki kulit batang dan
kambium, kulit batang puring berwarna coklat.
Gambar 4.27 : Puring hijau (Condieaum variegatum)
 Daun: Puring hijau memiliki daun dengan bintik kuning pada permukaan
daun, tulang daun menyirip dan bagian tepi daun rata serta meruncing pada
bagian pangkal dan ujung daun. Tumbuhan dari famili Euphorbiaceae ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
memiliki daun dengan lebar 5 hingga 7 cm, dan panjang daun berkisar antara
10 hingga 17 cm.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, puring hijau dijadikan Pengasi, di mana bagian tumbuhan yang
digunakan adalah daun hingga sebagian batang.
25. Engkapaq/ paku sarang burung (Asplenium nidus)
Merupakan jenis tumbuhan paku yang sering dijadikan sebagai tanaman hias
halaman. Tumbuhan ini memiliki ental (frond), dengan panjang dapat mencapai
1,5 meter, yang berguna untuk menyimpan cadangan air.
 Daun, Spora: Tulang daun menyirip tunggal, warna helai daun hijau cerah,
dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi
bawah helai daun, atau pada urat-urat daun bagian bawah. Sorus dilindungi
oleh semacam kantung dengan bentuk memanjang.
Gambar 4.28 : Paku sarang burung (Asplenium nidus)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, paku sarang burung dijadikan Anjat/Bakeq, yang penggunaannya
secara simbolis sebagai tas bagi pelaku upacara dalam melaksanaan jalannya
ritual upacara.
26. Muungk/Hemuungk (Blumea balsamifera)
Muungk dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan nama sembung, adalah
tumbuhan jenis perdu yang bisa digunakan sebagai obat-obatan.
Gambar 4.29 : Tumbuhan sembung (Blumea balsamifera)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
 Batang: Sembung memiliki batang dengan tinggi dapat mencapai 2 meter,
batang tegak, bagian atas batang berbulu, warna hijau abu-abu.
 Daun: Daun tunggal, tersebar, helai daun lonjong, pangkal dan ujung
meruncing, tepi bergerigi, permukaan daun bagian atas dan bawah berbulu,
berdaun lebar, lebar daun 14-16cm, panjang daun 21-24 cm, dengan
pertulangan daun menjari.
 Bunga dan Biji: Bunga berbentuk tandan, tumbuh diketiak daun dan ujung
batang, mahkota berwarna putih kekuningan. Buah kotak, bentuk silindris,
berambut warna putih kecokelatan. Biji pipih dan berwarna warna putih.
 Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, sembung digunakan sebagai pengasi.
27. Kuncengk/Heredong (Melastoma polyanthum)
Tanaman ini merupakan tanaman perdu yang tumbuh liar di dataran tinggi
yang banyak mendapat paparan sinar matahari.
 Batang: Batang
heredong berkayu, berbentuk bulat dan berbulu,
percabangan batang simpodial dan batang heredong berwarna coklat.
 Daun: Heredong berdaun tunggal, berbentuk bulat telur dengan panjang
panjang 2-20 cm, lebar daun kerang lebih 1-8 cm, duduk daun berhadapan,
ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, permukaan atas dan bawah daun
berbulu,daun bagian atas berwarna hijau, bagian bawah berwarna hijau pucat
dan abu-abu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
Gambar 4.30 : Bunga/buah Heredong (Melastoma polyanthum)
 Bunga: Bunga heredong majemuk, kelopak bunga berlekatan, memiliki daun
pelindung, berwarana ungu kemerahan, benang sari 8 sampai 12, panjang
kurang lebih 3 cm berwarna merah muda, memiliki satu putik, kepala putik
berbintik hijau, bakal buah beruang empat sampai enam, mahkota lima buah
berbentuk bulat telur berwarna ungu.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, heredong digunakan sebagai ramuan untuk diminum pelaku upacara
ketika proses upacara berlangsung dan pelaku upacara mengalami kerasukan.
28. Peridangk/Rumput teki (Cyperus rotundus)
Rumput teki atau yang dikenal dalam bahasa latin adalah Cyperus rotundus,
merupakan salah satu tumbuhan rumput semi menahun yang tingginya bisa
mencapai 10 hingga 95 cm.
 Batang: Rumput teki termasuk jenis tumbuhan terna yang memiliki batang
lunak, berbentuk segi tiga dan berwarna warna hijau. Rumput teki
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
membentuk umbi di pangkal batang, membentuk rimpang panjang yang
kemudian dapat membentuk tunas baru, daun-daun terdapat di pangkal
batang.
Gambar 4.31 : Peridangk atau Rumput teki (Cyperus rotundus)
 Daun: Daun Rumput teki memiliki pertulangan daun sejajar, permukaan
daun licin dan tidak berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan
permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang membujur di bagian
tengah, ujung daun meruncing. Daun rumput teki merupakan daun tunggal
berbentuk lanset dan berpelepah, pada bagian tepi daun tajan dan rata.
 Akar: Rumput teki memiliki sistem perakaran akar serabut.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung,rumput teki digunakan sebagai Jeak dalam upacara Banyungk.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
29. Paant/Pinang (Areca catechu)
 Batang: Pohon pinang meiliki batang yang lurus dan langsing, pohon pinang
dapat mencapai ketinggian 25 m dengan diameter 15 hingga 25cm.
 Daun: Tajuk tidak rimbun, pelepah daun membentuk tabung dengan panjang
80 cm, tangkai daun pendek, helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak
daun 85 x 5 cm, dengan ujung sobek dan bergerigi, bentuk daun lanset
dengan pertulangan daun sejajar, sistem perakaran pinang adalah akar
serabut.
 Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pinang digunakan sebagai Kabungk. Hampir semua upacara adat
Suku Dayak Tunjung melibatkan organ dari tumbuhan pinang, salah satu
jenis upacara yang menggunakan daun pinang adalah Banyungk.
Pinang saat ini dimanfaatkan sebagai tanaman konsumsi, di mana buah
pinang dimakan bersama dengan daun sirih dan kapur. Piang juga dimanfaatkan
sebagai tanaman industri, kini pinang dibudidayakan dalam sekala besar sebagai
komoditi ekspor dari Indonesia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
Gambar 4.32 : Pohong pinang (Areca catechu)
30. Sarap/Aren (Arenga pinnata)
Enau atau aren (Arenga pinnata), merupakan tumbuhan dari suku Arecaceae.
Aren adalah palma yang merupakan tanaman serba guna, penghasil gula dan
juga buah aren dapat dimanfaatkan sebagai makanan, yaitu kolang kaling. Aren
dapat tumbuh pada lahan mulai dari tanah liat, tanah berlumpur sampai dengan
berpasir, dengan kesamaan tanah rendah. Tempat tumbuh yang paling baik 500 –
800 m dpl, curah hujan lebih dari 1.200 mm/tahun.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
Gambar 4.33 : pohon aren (Arenga pinnata)
 Batang: Batang aren lurus, tinggi, dan ditutupi ijuk di bagian bawah pelepah
daun. Bagian dalam dari batang eran meiliki serat, dengan batang bagian luar
dilindungi oleh lapisan yang keras, batang bagian dalam lunak, batang aren
tidak memiliki kambium.
 Daun: Daun aren memiliki tulang daun menyirip, tangkai daun 1-1,5 m
dengan pelepah daun pada pangkalnya. Anak daun bentuk lanset, menyirip,
pangkal membulat, ujung runcing, bagian tepi rata, tangkai pendek.
 Buah: Buah aren seperti buah batu, bulat sampai bulat telur dengan panjang
5-8 cm, berdaging, terdiri dari 2 - 3 biji, hitam. Bunga aren jantan dan betina
berpisah, besar, tangkai perbungaan muncul dari batang, dengan panjang
berkisar antara 1 hingga 1,2 meter.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84
 Bunga: Bunga aren memiliki tandan, dengan malai bunga yang menggantung
pada tandan tersebut. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau
ruas-ruas batang bekas tempat tumbuh pelepah. Proses pembentukan bunga
mula- mula muncul dari pucuk, kemudian disusul oleh tunas-tunas berikutnya
ke arah bawah pohon. Dalam hal ini bunga aren tumbuh secara basiferal,
yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung paling atas batang, sedangkan
bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah.
Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari bunga betina. Sedangkan
yang di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga jantan. Tandan dari bunga
aren ini yang kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan zat cair yang
disebut Nira.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, daun aren digunakan sebagai Kabungk, dimana upacara adat yang
mengunakan kabungk adalah Belian Sentiu, Beliant Bawo dan Belian Semur.
31. Rakap/Sirih (Piper betle)
Piper bettle tumbuh di daerah hutan yang mempunyai curah hujan 2250 4750 mm/tahun. Tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 900 m dpl, dan
menyukai tempat yang teduh dan terlindung dari angin, serta pada daerah yang
kaya bahan organik dengan pH 7 – 7,5.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
Gambar 4.34 Rakap/Sirih (Piper betle)
 Batang: Batang sirih umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk
bulat, memiliki ruas, pada bagian ruas ini merupakan tempat tumbuhnya akar.
 Daun: Daun sirih berbentuk oval, tunggal, bagian ujung daun runcing,
tumbuh berselang seling, setiap daun memiliki tangkai pendek, panjang daun
berkisar 5-8 cm dengan lebar sekitar 2-5 cm.
 Bunga dan Akar: Bunga sirih majemuk berbentuk bulir, memiliki daun
pelindung kurang lebih 1 mm dengan bentuk bulat panjang, akar sirih
termasuk kedalam jenis akar serabut atau akar gantung.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
 Penggunaan dalam upacara adat:
86
Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, sirih digunakan untuk membuat Jampiq, yaitu alat penyampaian
mantra upacara. Selain digunakan sebagai jampiq, sirih juga digunakan dalam
kegiatan makan sirih, dimana daun sirih dimakan mentah dicampur dengan
kapur sirih, buah pinang dan gambir.
32. Wangun
Merupakan tumbuhan dari famili Meliaceae, tumbuhan ini merupakan jenis
tumbuhan berbatang keras, dan menghasilkan aroma yang khas dari daunnya
bila dibakar.
 Batang: Wangun memiliki batang berwarna coklat kehitaman pada bagian
luarnya, dengan batang berbentuk bulat, berkambium. Tumbuh lurus dan
jarang memiliki cabang, dapat mencapai tinggi 5 meter, dengan diameter
batang dapat mencapai 5 cm.
 Daun: Daun wangun adalah daun majemuk dengan tulang daun menyirip
genap, berwarna hijau cerah. Bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian
ujung dan pangkal daun, lebar daun berkisar antara 5 sampai 7 cm, dan
panjang daun berkisar antara 12 hingga 15 cm.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun
 Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, wangun digunakan untuk Reff, dan diletakan pada Benawingk, di
mana bagian tumbuhan yang digunakan adalah batang. Wangun juga
digunakan untuk mengusir hama di ladang, di mana daun wangun dibakar dan
menghasilkan aroma yang semerbak, aroma ini tidak disukai oleh hama
wereng dan belalang.
33. Nyelutui/Kayu gabus (Alstoniae cortex)
Merupakan tumbuhan dari famili Apocynaceae, tumbuhan ini tumbuh hampir
diseluruh wilayah Indonesia, dan dikenal dengan banyak nama.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
Gambar 4.36 Kayu gabus (Alstoniae cortex)
 Batang: Kayu gabus dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl,
memiliki batang dengan warna putih abu-abi pada bagian luar, memiliki getah
berwarna putih, batang lurus dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 100
meter dengan lebar batang dapat mencapai 1 hinggi 1,5 meter, memiliki
percabangan menggarpu.
 Daun: Daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9 helai, pertulangan daun
menyirip, bertangkai dengan panjang berkisar antara 7,5 – 15 cm, bentuknya
lanset atau lonjong, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata,
panjang 10 – 23 cm, lebar 3 – 7,5 cm, warna hijau.
 Bunga: Kayu gabus memiliki bunga majemuk tersusun dalam malai yang
bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau
terang sampai putih kekuningan, berambut halus dan rapat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
 Buang: Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50
cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 – 2 cm, berambut pada bagian
tepinya dan berjambul pada ujungnya.
 Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, kayu gabus digunakan menjadi patung, bagian yang digunakan
adalah batang, patung dari kayu gabus melambangkan dewa atau manusia
laki-laki.
34. Pengoq
Pengoq merupakan tumbuhan dari familli Sapindaceae, yang tumbuh dan
berkembang pada hutan hujan tropis. Pengoq dapat tumbuh dan berkembang
dengan ketinggian mencapai 15 meter.
 Batang: Pengoq memiliki batang bulat berkayu keras, tidak berbanir dan
memiliki kulit batang dengan tekstur halus berwarna coklat, batang
berkambium dengan diameter dapat mencapai 45 cm.
 Daun: Pengoq memiliki daun berwarna hijau tua dengan pertulangan daun
menyirip, bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung daun, bagian
bawah daun berwarna hijau pucat, permukaan daun licin dan halus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
Gambar 4.37 pengoq
 Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pengoq digunakan sebagai Jeak, oran tumbuhan yang digunakan
adalah daun hingga batang bagian atas. Terdapat dua jenis tumbuhan dengan
nama yang sama dan fungsi yang sama pula, yaitu pengoq dan pengoq peai,
namun tumbuhan ini berbeda jika dilihat dari ciri morfologinya. Fungsi
masing-masing tumbuhan dalam upacara adat tidak dapat digantikan satu
dengan yang lainnya.
35. Pengoq peai
 Batang: Pengoq peai merupakan tumbuhan dari famili piperaceae, memiliki
batang berkayu keras, dengan bagian luar batang berwarna putih, batang lurus
dan memiliki lapisan kambium. Pengoq peai dapat tumbuh hingga 2 meter
dengan lebar batang hingga 4 cm.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
 Daun: Daun tunggal dengan pertulangan daun melengkung, daun berwarna
hijau tua, bagian atas daun licin, bagian tepi daun rata dan bagian ujung daun
meruncing. Daun pengoq peai memiliki lebar 13 cm, dan panjang 17 hingga
20 cm.
 Akar dan Bunga: Pengoq peai memiliki sistem perakaran akar tunggang,
bunga banci tanpa hiasan bunga, terletak di ujung batang.
Gambar 4.38 Pengoq peai
 Penggunaan dalam upacara adat: Pengoq peai dalam upacara adat Suku
Dayak
Tunjung
digunakan
sebagai
Jeak,
yang
berfungai
untuk
menyingkirkan segala jenis hal-hal negatif yang ada disekitar tempat
berlangsungnya upacara ataupun pengaruh-pengaruh negatif yang timbul dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
proses upacara yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat disekitar
tempat upacara ataupun pelaku upacara itu sendiri.
36. Sewet/pisang hutan (Musa sp)
Sewet merupakan jenis pisang liar dari familli Musaceae yang tumbuh subur
pada daerah hutan hujan tropis, khususnya pada hutan hujan tropis Kabupaten
Kutai Barat.
Gambar 4.39 Sewet (Musa sp)
Sewet dapat dikenali dengan bentuk morfologinya yang tampak kokoh, baik
dari batang, pelepah dan juga pertulangan daun serta buah yang besar.
 Buah: Sewet memiliki buah yang cukup besar, dengan diameter buah 2,5
hingga 4 cm dan panjang 12 hingga 14 cm. Buah sewet memiliki biji yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93
sangat banyak, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Buah sewet
yang telah matang berwarna kuning, sedangkan buah muda berwarna hijau,
buah sewet yang telah matang memiliki rasa manis jika dikonsumsi.
 Batang: Sewet termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk
pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur, pada sewet,
diameter batang dapat mencapai 30 cm. Percabangan tanaman bertipe
simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu
buah. Bagian bawah batang sewet menggembung berupa umbi yang disebut
bonggol.
 Daun: Daun sewet bentuknya lanset memanjang, berbeda dengan daun
pisang pada umumnya, daun sewet tidak mudah mudah terkoyak, panjang
1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang
jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya
hijau.
 Bunga: Sewet memiliki bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus
oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke
tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara
normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang
dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Jantung
pisang ini harus dipangkas setelah selesai berubah. Tiap kelompok bunga
disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94
buah. Akar sewet termasuk dalam jenis akar serabut seperti jenis pisang
lainnya.
 Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
sewet digunakan untuk bahan pembuatan patung. Organ tumbuhan yang
digunakan adalah batang, yang kemudia dibentuk menjadi patung manusia.
Daun sewet digunakan untuk alas sesaji, pembungkus makanan dan lain-lain.
37. Mawa
Mawa merupakan tumbuhan dari familli Cannabaceae, tumbuh pada daerah
dengan ketinggian 400 hingga 900 dpl.
Gambar 4.40 Mawa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95
 Batang: Mawa merupakan tumbuhan berbatang keras, memiliki batang lurus
dan dapat tumbuh hingga 15 meter, kulit batang berwarna coklat kehitaman
dengan permukaan halus, batang berkambium.
 Akar: Sistem perakaran adalah akar tunggang.
 Daun: Daun mawa berbentuk segitiga, meruncing pada bagian ujung daun.
Daun bagian bawah berwarna kekuningan dan memiliki serbuk yang
menyerupai tepung halus, bagian permukaan atas daun berwarna hijau tua dan
licin. Tulang daun menjari, bagian tepi rata, lebar daun 10 hingga 14 cm dan
panjang daun 15 hingga 20 cm.
 Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
daun mawa digunakan menjadi Jeak, kulit batang dijadikan Ancakq.
38. Puant/keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb)
 Batang: Tumbuhan dengan batang sejati berkayu keras, tinggi tumbuhan ini
dapat tumbuh mencapai tinggi 36 m dengan batang lurus; memiliki cabang,
kulit batang berwarna coklat kehitaman dengan permukaan yang kasar,
memiliki lateks berwarna putih pucat dan kental.
Kayu teras keledang
berwarna cokelat-kekuningan jingga, kadang-kadang dengan kilauan hijauzaitun, menjadi lebih gelap bila terpapar cahaya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96
Gambar 4.41 Keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb)
 Daun: Keledang memiliki daun tunggal yang tersebar dan memiliki daun
penumpu, pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun rata dan berbentuk
lanset. Permukaan daun kasar dan berbulu, berwarna hijau, lebar daun 11
hingga 15 cm dengan panjang dapat mencapai 30 cm.
 Bunga: Bunga keledang berkelamin tunggal, tersusun dalam bunga majemuk
berbentuk periuk.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
organ tumbuhan keledang yang digunakan adalah daun, daun keledang
difungsikan sebagai Jeak. Daun yang digunakan dikenal dengan istilah
Rakas, hampir semua jenis upacara adat dengan durasi lebih dari 1 hari
menggunakan jeak, yang melibatkan daun tumbuhan keledang.
39. Jiee
Jiee merupakan tumbuhan yang memiliki hubungan dengan tumbuhan dari
suku paku-pauan, tumbuhan ini berkembang dengan cara bertunas.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97
Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee
 Akar dan Batang: Jiee memiliki sistem perakaran akar serabut, dengan
batang keras pada bagian luarnya, bagian dalam lunak. Tumbuhan ini tumbuh
dan berkembang dapat mencapai ketinggian 70 cm. batang berwarna hitam
kemerahan, bagian luar batang halus dan licin, sedangkan bagian dalam
batang berlendir jika dipotong, diameter maksimal batang hanya 0,4 cm,
menjadikan batang jiee tampak kurus seperti tali.
 Daun: Jiee memiliki daun tunggal berbentuk lanset yang duduk berhadapan,
dengan pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun berberigi. Permukaan
daun bagian atas rata dan halus, sedangkan bagian bawah akan terasa kasar
jika diraba dengan tangan. Daun tumbuhan jiee memiliki lebar 6 cm dan
panjang 20 cm. Tumbuhan jiee tidak memiliki bunga ataupun buah,
tumbuhan ini berkembang biak dengan cara bertunas.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung
jiee digunakan sebagai Jeak, oragan tumbuhan yang digunakan adalah daun
hingga batang.
40. Persiah
Persiah merupakan tumbuhan dari familli Poaceae, tumbuh dan berkembang
dalam koloni-koloni.
 Batang dan Akar: Tumbuhan persiah memiliki batang semu berbuku, dengan
sistem perakaran adalah akar serabut. Persiah mampu tumbuh di daerah yang
memiliki tanah kandungan unsur hara sedikit. Tumbuhan ini sekilas mirip
dengan rumput gajah, namun ukurannya jauh lebih kecil dari tumput gajah.
 Daun: Persiah memiliki daun berbentuk lanset dengan pertulangan daun
sejajar, bagian tepi daun tipis dan tajam. Ujung daun meruncing, permukaan
daun kasar, lebar daun dapat mencapai 3 cm dengan panjang daun 17 hingga
20 cm. Bunga persiah merupakan bunga banci, berukuran kecil dan tidak
menarik.
 Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
persiah digunakan Jeak, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta
batang semu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99
Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus
41. Paku paramp (Polypodium vulgare)
Paku paramp adalah tumbuhan dari jenis paku-pakuan yang tumbuh dan
berkembang pada daerah beriklim tropis.
 Daun: Tumbuhan ini memiliki bangun daun linier, pada bagian ujung daun
meruncing dan tepi daun beringgit. Ukuran daunnya isofil yakni mempunyai
ukuran sama atau serupa, sekitar kurang lebih 7,5 cm. Terdapat tangkai daun
dengan panjang 0,5-2 mm. Warna daun hijau muda, tekstur daun
pada Polypodium vulgare berupa helaian, permukaan daun halus dan
mempunyai ramenta, urat daun menyirip.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
 Batang: Batang Polypodium vulgare
100
bulat beralur dan berusuk secara
longitudinal. Pada permukaan batang terdapat rambut-rambut atau sisik
berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Batangnya sudah memiliki berkas
pengankut, tumbuh tegak, rimpang (batang saling mengait).
 Akar: Polypodium vulgare memiliki sistem perakaran serabut yang
bercabang cabang secara dikotom. Polypodium vulgare tumbuh di tanah
(epifit).
Gambar 4.44 Paku paramp (Polypodium vulgare)
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, paku paramp digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang
digunakan adalah daun. Dalam proses mendapatkan tumbuhan dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
habitatnya, paku param yang diambil adalah helaian daun yang mengarah
pada arah terbitnya matahari (timur).
42. Tu-tawa
Tu-tawa merupakan tumbuhan dari familli Commelinaceae yang tumbuh dan
berkembang pada daerah dengan kandungan air yang banyak, oleh karena itu
habitat tumbuhan ini adalah hutan hujan tropis dan tumbuh di darah pinggiraan
kali atau sungai.
Gambar 4.45 Tu-tawa (Costus speciosus)
 Batang: Tu-tawa memiliki batang semu dengan dan berbuku, daun tumbuh
dari buku tersebut. Batang tu-tawa memiliki warna hijau, batang bagian luar
halus dan licin, sedangkan bagian dalam batang berbentuk serat-serat.
 Daun: Daun tu-tawa berupa daun tunggal dengan pertulangan daun
melengkung berwarna hijau. Daun tebal dan elastis, bagian permukaan daun
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
sebelah atas halus dan lembut, sedangkan bagian bawahnya lebih kasar. Daun
tu-tawa memiliki daging daun yang banyak dan menyerupai daging daun
tumbuhan bakung. Tepi daun rata, daun meruncing pada bagian ujung, lebar
daun 10 hingga 13 cm, panjang daun 18-22 cm.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, daun dan batang tu tawa digunakan sebagai Jeak.
43. Memaliq/semeneo
Memaliq atau juga yang dikenal dengan nama semeneo oleh masyarakat Suku
Dayak Tunjung, merupakan tumbuhan yang tumbuh di semak belukar.
Tumbuhan ini bukan merupakan tumbuhan sejjati yang dapat hidup diatas 10
tahun, dan hanya akan tumbuh hingga 5 meter dengan lebar batang 10-15 cm.
Gambar 4.46 Memaliq/Semeneo
 Batang: Memaliq memiliki batang yang lurus dengan percabangan semu,
cabang atau ranting ini yang merupakan tempat tumbuhnya daun akan mati
dan terlepas dari batang utama pada saat memaliq bertambah tinggi. Batang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
memaliq berupa kayu keras, bagian tengah terdapat gabus yang kemudia
dimanfaatkan oleh semut sebagai tempat berkembang biak.
 Daun: Memaliq memiliki daun yang lebar, pertulangan daun menyirip dan
permukaan atas dan bawah daun kasar. Lebar daun memaliq berkisar antara
14 hingga 17 cm, dan panjang daun 20-22 cm. Permukaan daun berbulu,
bagian tepi daun bergerigi.
 Akar: Sistem perakaran memaliq adalah sistem perakaran akar tunggang.
 Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
memaliq digunakan sebagai jeak, bagian tumbuhan yang digunakan adalah
daun.
44. Gaka ngelagit
Gaka ngelagit adalah tumbuhan dari familli Leguminosae, berupa tumbuhan
liana yang mebutuhkan wadah atau tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar
matahari yang cukup.
 Batang: Gaka ngelagit memiliki batang yang keras dan berkayu, serta
memiliki latek. Memiliki kulit batang berwarna putih, memiliki cabang
dengan alat pengait pada ujung batang.
 Daun: Daun gaka ngelagit berupa daun tunggal dengan pertulangan daun
menyirip genap. Daun berawarna hijau muda kekuning-kuningan, bagian tepi
daun rata dan meruncing pada bagian ujung daun. Permukaan atas daun gaka
ngelagit rata dan halus, sedangkan bagian bawah terasa lebih kasar. Lebar
daun 4-6 cm dan panjang 11-15 cm.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104
Gambar 4.47 Gaka ngelagit
 Akar: Gaka ngelagit memiliki sistem perakaran akar tunggang.
 Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung,
oragan dari tumbuhan gaka ngelagit yang dimanfaatkana dalah batang dan
daun yang dijadikan properti Jeak.
45. Lempung ngayo
Lempung ngayo adalah tumbuhan khas daerah tropis, tumbuhan ini tumbuh di
pinggir sungai dan juga diatas bebatuan sungai. Tumbuh pada daerah yang di
tutupi oleh kanopi yang rimbun dan tidak terkena matahari langsung secara terus
menerus. Sekilas lempung ngayo sangat idetik secara pisik dengan tumbuhan
bakau, hanya saja ukurannya jauh lebih kecil.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105
Gambar 4.48 Lempung ngayo
 Daun: Lempung ngayo memiliki daun dengan pertulangan daun sejajar,
bagian tepi dain bergerigi dan meruncing pada bagian ujungnnya. Bagian atas
dan bawah daun halus dan sedikit kaku. Lebar daun 3 hingga 5 cm dan
panjang 8 hingga 11 cm.
 Akar: Akar tumbuhan lempung ngayo adalah perpaduan dari Akar
Pasak (Pneumatophore), Akar Lutut (Knee root), Akar Tunjang (Stilt root),
Akar Papan (Buttress root) dan Akar Gantung (aerial root). Sistem perakaran
ini berkembang sedemikian rupa sehingga mampu menembus lapisan kerikil
dasar sungai dan juga menyerap zat-zat yang ada sehingga lempung ngayo
mempu bertahan hidup diatas bebatuan sungai.
 Batang: Lempung ngayo memiliki batang berkayu yang sangat keras dan
padat, bagian luar batang dilapisi oleh kulit batang yang berwarna putih dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106
licin. Tumbuhan ini tumbuh dengan percabangan majemuk sehingga batang
tersembunyi oleh rimbunnya dedauan. Lempung ngayo dapat berkembang
hingga mencapai tinggi 1 meter dan lebar batang dapat mencapai 7 cm.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, lempung ngayo digunakan sebagai Jeak.
46. Rekep
Rekep adalah tumbuhan yang memiliki buah mirip dengan buah rambutan,
hanya ukuran buhanya yang lebih kecil dari buah rambutan pada umumnya.
Gambar 4.49 Rekep
 Daun: Rekep memiliki daun tunggal berbentuk lanset, pertulangan daun
menyirip genap, pada bagian tepi daun rata dan bagian ujung daun
meruncing. Daun berwarna hijau muda kekuningan, daun muda berwarna
merah tua kehitaman. Permukaan daun kasar, daun rekep muda memiliki
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107
lebar 10 cm dan panjang 20 cm, sedangkan rekep yang sudah berbuah
daunnya relatip lebih kecil, rekep memiliki daun penumpu.
 Buah: Buah tumbuhan ini sangat identik dengan buah rambutan pada
umumnya, namun ukurannya yang kecil dan bulu pada kulit buahnya lebih
kaku dari buah rambutan pada umunnya. Diameter buah rekep berkisar antara
2-2,5 cm, dan panjang 3 cm, berwana merah menyala dan terasa manis jika
dimakan, daging buah sangat tipis, dengan kisaran 0,1 mm.
 Batang: Rekep memiliki batang keras dengan kulit batang berwarna coklat
keputihan, memiliki kambium. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga 15 meter.
Sistem perakaran tumbuhan ini adalah sistem perakaran akar tunggang.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, rekep digunakan untuk meletakan atau sebagai sandaran
Benawingk, oragan tumbuhan yang digunakan adalah batang tumbuhan.
47. Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado)
Rotan ini ditemukan soliter, pada daerah kering datar maupun berbukit, pada
hutan primer atau sekunder tua. Merupakan tumbuhan yang sanagat sulit
dijumpai pada daerah kecamatan linggang bigung dan kecamatan barong
tongkok. Tingkat regenerasi rotan ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak
mudah tumbuh pada daerah yang memiliki tanah lembab, merupaka tumbuhan
yang langka dari jenisnya.
 Batang: Batang tanpa pelepah diameternya berkisar antara 1-2cm,
panjangnya dapat mencapai 40m, atau lebih, berunti, panjang ruas berkisar
antara 10-15cm, berwarna hijau, kecuali batang yang baru terlepas dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108
pelepah atau tertutup serasah berwarna putih. Diameter batang dengan
pelepah berkisar antara 1,5 hingga 2,3cm, berduri rapat berwarna kecoklatan.
Flagellum panjangnya dapat mencapai 10 m lebih.
Gambar 4.50 Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado)
 Daun: Panjang daun antara 1,5-2,5m panjang tangkai daun 40-50cm, jumlah
anak daun berkisar antara 40-50 helai tiap sisi rachis, berhadapan. Panjang
anak daun 25-30 x 1,5-2cm.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Gai syi‟it digunakan secara utuh mulai dari ujung daun hingga akar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109
Properti dari rotan syi‟it ini dinamakan Wuint awooiy, adalah hal wajib dalam
upacara adat Timeq.
48. Gai sokak (Calamus caesius)
Gai sokak (Calamus caesius) merupakan rotan yang paling terkenal diantara
semua jenis rotan yang ada di daerah Kabupaten kutai barat. Gai sokak telah
dikenal sejak 100 tahun yang lalu oleh nenek-moyang Suku Dayak Tunjung, gai
sokak dimnfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Gai sokak merupakan
rotan yang dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan berbagai macam kerajian
tangan, tali, dan juga hiasan pada sarung parang dan dinding rumah. Gai sokak
telah lama dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi, untuk saat ini
gai sokak telah menjadi salah satu rotan yang di ekspor keluar negeri.
 Batang: Gai sokak tumbuh pada daerah basah/rawa sampai tanah kering
berbukit, berumpun dan tiap rumpun jumlah batangnya bervariasi antara 10
sampai 60 tergantung kesuburan tanah. Panjang batang dapat mencapai 60
meter, sedang diameter tanpa pelepah antara 1 cm sampai 2 cm, berunti
(silica) yang bila batang dibengkokkan akan terlaepas/terlontar dengan
mengeluarkan suara “tik-tik”. Diameter batang dengan pelepah antara 1,5 cm
sampai 2,6 cm, berwarna hijau tua, berduri berbentuk segitiga dengan panjang
1 cm dan lebar 0,5 cm meruncing pada bagian ujung.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110
Gambar 4.51 Gai sokak (Calamus caesius)
Warna batang tanpa pelepah yang tua dan terbuka adalah hijau mengkilat,
sedang yang pelepahnya baru terbuka atau batang tertutup serasah atau tanah
adalah putih kekuningan mengkilat, panjang ruas 40 sampai 50 cm.
 Daun: Daun gai sokak memiliki panjang 30 hingga 45 cm, terdapat cirrus
(duri akit diujung daun) dengan panjang 50-75 cm.
 Buah: Buah bila masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna putih
dengan diameter 1 cm, panjang 1,5 cm, tersusun dalam tangkai yang axiliaris,
buah gai sokak ini dapat dimakan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, gai sokak dijadikan Simpai, dan juga digunakan dalam mengikat
berbagai atribut dan alat-alat upacara lainnya.
49. Biruq (Livistona sp)
Biruq atau yang juga disebut daun biruq merupakan tumbuhan dari familli
Arecaceae, tumbuhan ini hidup dan berkembang pada daerah yang memiliki
suhu lembab dengan tanah yang banyak mengandung unsur hara.
Gambar 4.52 Biruq (Livistona sp)
 Daun: Biruq sangat mudah dikenali dari ciri morfologinya, tumbuhan ini
memiliki daun yang sangat lebar dan terbentuk seperti kipas. Biruq memiliki
pelebah, berdaun tunggal dengan pertulangan daun sejajar. Bagian tepi daun
rata, bagian ujung daun rata dan meruncing pada arah pangkal daun. Duduk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112
daun tersebar menjari pada pelepah. Daun berwarna hijau tua. Lebar daun 4060 cm dan panjang daun 50-70 cm.
 Batang: Batang biruq merupakan batang semua yang tidak berkayu dan
ditutupi oleh pelepah daun palem. Tinggi tumbuhan dapat mencapai 50 cm.
 Akar: Sistem perakaran biruq adalah sistem perakaran akar serabut, seperti
palem jenis lainnya.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak
Tunjung,biruq digunakan untuk Wuint awooiy,organ tumbuhan yang
digunakan adalah daun.
50. Terincingk/Nanas (Ananas comosus)
Tanaman nanas tumbuh dan berbentuk semak, hidupnya bersifat tahunan
(perennial). Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, batang, bunga, buah
dan tunas-tunas.
 Akar: Akar nanas melekat pada pangkal batang dan merupakan tumbuhan
berakar serabut. Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak
lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang mencapai kedalaman 30
cm.
 Batang: Batang tanaman berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih, tebal
batang nanas berdiameter
2,0
hingga 3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku)
pendek. Batang sebagai tempat melekatnya akar, daun bunga, tunas dan
buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113
disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan
perpanjangan batang .
 Daun: Daun nanas panjang, liat dan tidak mempunyai tulang daun utama.
Daun nanans ada yang memiliki duri tajam pada bagian pinggir daun dan ada
yang tidak berduri. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap
ujung daun. Bentuk daun nanas lanset, tumbuh memanjang sekitar 130-150
cm, lebar antara 3-5 cm atau lebih, permukaan daun sebelah atas halus
mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau coklat kemerahmerahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputihputihan atau keperak-perakan. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat
bervariasi antara 70-80 helai, letaknya spiral, yaitu mengelilingi batang mulai
dari bawah hingga atas, dengan arah lingkaran yang jelas, arah kanan dan kiri.
 Bunga: Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya.
Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100-200, masing-masing
berkedudukan di ketiak daun pelindung.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, nanas
digunakan untuk Pencawangk, organ tumbuhan yang
digunakan adalah buah hingga batang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114
Gambar 4.53 Nanas (Ananas comosus)
51. Kumar/lempucant (Eleiodoxa conferta)
Kumar atau yang juga dikenal dengan nama daerah lempucant, merupakan
tumbuhan dari keluarga salak yang tumbuh liar di dalam hutan hujan tropis.
Kumar/lempucan sering juga dikenal dengan nama salak hutan, tumbuhan ini
meliki buah yang mirip dengan salak secara morfologi, buah berwarna merah
dengan daging yang terasa asam jika dikonsumsi.
 Akar dan Batang: Tubuhan kumar atau salak hutan berakar serabut dan
memiliki batang pohon menyerupai pohon palem dan terlihat seolah-olah
tidak berbatang, karena duduk batang rendah dan tegak dengan tinggi 50
hingga 1,7 meter. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh
pelepah daun yang tersusun rapat, pelepah dan tangkai daunnya berduri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115
panjang. Batang tumbuhan kumar lemah dan mudah rebah, tunas tumbuh dari
batang yang memiliki sistem perakaran sendiri sendiri, tunas-tunas tersebut
dapat tumbuh menjadi rumpun tanaman salak hutan.
Gambar 4.54 Kumar/ Lempucant (Eleiodoxa conferta)
 Daun: Kumar memiliki daun majemuk, tersusun roset, menyirip genap
terputus-putus, beranak daun gasal, pada bagian ujung 2 – 3 helai anak daun
menyatu, duduk daun tersebar berjejal di ujung batang, tangkai daun silinder,
panjang 100 – 200 cm, pada bagian bawah dan tepi tangkai daun berduri
banyak, tajam, pipih dengan panjang 4 – 5 cm, berwarna kelabu sampai
kehitaman, helai daun memiliki panjang 140 – 300 cm, poros daun berduri
temple, anak daun tipis berwarna hijau sampai kelabu, berbentuk garis lanset
50 x 4,5 cm dengan ujung meruncing, dan tepi berduri temple yang halus,
pada bagian bawah daun berlapis lilin.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
116
 Bunga, Buah, Biji: Tumbuhan Kumar berbunga banyak, tersusun dalam
tandan rapat dan bersisik dengan tandan bunga jantan dan tandan bunga
betina terletak pada pohon yang berlainan, sebagian tandan bunga terbungkus
oleh seludang atau tongkol yang berbentuk seperti perahu yang terletak
diketiak pelepah daun. Tongkol bunga jantan memiliki panjang 50 – 100 cm,
terdiri atas 4 – 12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7 –
15 cm, dengan banyak bunga kemerahan terletak di ketiak sisik-sisik yang
tersusun rapat, sedangkan tongkol bunga betina panjangnya antara 20 – 30
cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1 – 3 bulir yang panjangnya mencapai 10
cm. Buah kumar muda berwarna hitam kecoklatan dan berwarna merah ketika
masak, daging buah tipis, biji berwarna hitam.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, salak hutan atau kumar dijadikan atribut atau alat upacara yang
biasa dekenal dengan nama Pencawangk. Organ dari tumbuhan yang
digunakan adalah daun dan batang, tentunya tumbuhan kumar yang diambil
adalah tumbuhan kumar yang masih dalam masa pertumbuhan, karena
memiliki ukuran yang relatif lebih kecil.
52. Telasih/Selasih (Ocimum basilicum)
Tumbuhan selasih dapat ditemukan di tempat lembab dan teduh di dataran
rendah sampai ketinggian 450 m dpl. Tersebar di seluruh pulau di Indonesia,
bahkan di Asia, Eropa, dan Amerika Selatan.
 Batang: Selasih merupakan herba tegak, memiliki aroma yang sangat harum,
tinggi tumbuhan ini 0,6-1,6 m. Batang cokelat, berbentuk segi empat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117
 Daun: Daun tunggal berhadapan, bertangkai, panjang 0,5-2 cm, bulat telur,
ujung dan pangkal daun meruncing, permukaan daun halus dan memiliki
bintik-bintik kelenjar, tulang daun menyirip, tepi daun bergerigi, panjang
daun 3,5-7,5 cm dan lebar daun 1,5-2,5 cm, warna hijau tua.
Gambar 4.55 Selasih (Ocimum basilicum)
 Bunga: Bunga berwarna putih atau lembayung, kelopak sisi luar berambut,
bulat telur terbalik dengan tepi mengecil, tumbuhan selasih sepanjang tabung.
Biji keras, cokelat tua, bila dimasukkan dalam air akan mengembang.
 Pemanfaatan: Daun selasih dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan obatobatan herbal karena kandungan zat-zat yang terkandung di dalamnya. Daun
selasih mengandung asam kafeat, asam kumarat, Myresin, Rutin, Kuersetin.
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, selasih digunakan sebagai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118
Pengasi, organ yang dimanfaatkan adalah daun, karena daun selasih memiliki
aroma yang sangat harum.
53. Ketapuq
Ketapuq dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama herba timi, tumbuhan
ini berkembang secara spontan, terutama di kering dan penuh sinar matahari,
berbatu, pegunungan,
dapat tumbuh hingga ketinggian 1.400-1.500 meter
dpl. Tumbuhan herba timi dapat tumbuh hingga ketinggian 50 cm, memiliki
percabangan yang banyak sehingga menimbulkan kesan rimbun.
Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi
 Daun: Timi memiliki daun tunggal, pertulangan daun menyirip, panjang
daun 4-12 mm, lebar daun 3mm, memiliki tangkai daun yang sangat pendek.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
119
Daun berbentuk lonjong sampai bulat telur. Permukaan daun kasar dan
berbulu, bagian tepi daun rata.
 Bunga: Kelopak bunga berwarna putih, sering disertai bintik-bintik ungu,
dan berbentuk tubular. Setelah berbunga, tabung kelopak ditutup oleh
mahkota yang panjang dan berambut kaku. Mahkota bunga biasanya
berwarna kecoklatan dalam keadaan kering.
 Batang: Batang tumbuhan berurapa batang semu tidak berkayu, tidak
memiliki kambium. Diameter batang berkisar antara 0,2 hinga 1 cm.
berwarna hijau.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
herba
timi
dimanfaatkan
mejadi
Pengasi.
Organ
tumbuhan
yang
dimanfaatkan adalah daun.
54. Pegangk lau (Imperata brevifolia)
Pegangk lau merupakan jenis rumput dari keluarga ilalang, ternasuk jenis
rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah tanah.
Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau duri.
Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
120
Gambar 4.57 Pegangk lau (Imperata brevifolia)
 Daun: Helaian daun berbentuk garis (pita panjang) lanset berujung runcing,
dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk talang, panjang 12-80 cm,
berbeada dengean ilalang pada umumnya yang memiliki daun bertepi sangat
kasar dan bergerigi tajam, pegangk lau memiliki daun dengan permukaan
daun halus dan tepi daun yang hluas pula. Memiliki daun dengan lebar 3
sampai 4 cm, lebih lebar dari daun ilalalng pada umumnya dan lebih lentur.
Daun berambut panjang di pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan
pucat di tengahnya.
 Bunga: Karangan bunga dalam malai, 6-28 cm panjangnya, dengan anak
bulir berambut panjang (putih) dengan panjang 1 cm, sebagai alat melayang
bulir buah bila masak.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
121
 Perkembangbiakan: Pegangk lau dapat tumbuh mencapai 50 sampai 200
cm. Perkembangbiakan pegangk lau sama dengan ilalalang pada umumnya,
berkembang biak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan
rimpang. Tumbuhan ini dapat menghasilkan 3000 biji per tanaman.
Pembungaan umumnya terjadi pada musim kering atau setelah mengalami
stres seperti adanya kebakaran, penebasan atau kekeringan. Bijinya dapat
berkecambah dalam waktu 1 minggu dan mampu bertahan selama 1 tahun.
Alang - alang umumnya menyebar dengan rimpang yang di dalam tanah
membentuk tajuk baru setiap panjang rimpang 25-50 cm. Potongan rimpang
sepanjang 15 cm dapat menghasilkan 350 alang - alang baru hanya dalam
waktu 6 minggu.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pegangk lau digunalan sebagai Jeak, dalam upacara adat Timeq.
Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta batang.
55. Bunglew
Bunglew adalah jenis tumbuhan dari famili moraceae yang tumbuh dan
berkembang di hutan hujan tropis kalimantan. Ciri utama tumbuhan ini adalah
pada bagian ujung ranting memiliki bagian yang memanjang seperti tali, mirip
alat pengait pada tumbuhan liana. Organ tumbuhan ini memanjanghingga 1
meter, dan diameter 0,5cm, merupakan bagian dari modifikasi batang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122
Gambar 4.58 Bunglew
Batang dan Akar: Bunglew memiliki batang berkayu keras, berkambium dan
dapat tumbuh hingga ketinggian 15 meter, dengan diameter batang 20 hingga 30
cm. Kulit batang berwarna hitam atau coklat, berbulu dan memiliki latek
berwarna putih. Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran akar tunggang, dengan
sebagian akar gantung pada batangnya yang kemudian menghasilkan buah. Buah
bunglew berwarna merah, tumbuh pada akar gantung dan sebagian berada di
tanah.
Daun: Daun bunglew berbentuk lonjong, pertulangan daun menyirip,
berwarna hijau. Lebar daun bunglew berkisar antara 8 hingga 10 cm, panajng
daun berkisar antara 23 hingga 27 cm. bagian tepi daun rata, meruncing pada
bagian ujung dan pangkal daun. Permukaan daun bagian atas dan bawah kasar
dan berbulu tipis.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, bunglew dimanfaatkan sebagai Jeak dalam upacara Melas, oragan
tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun.
56. Deraya
Deraya merupakan tumbuhan hutan hujan tropis yang tumbuh pada daerahdaerah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dalam satu tahun.
Tumbuhan ini tumbuh pada daerah-daerah yang memiliki tanah dengan
kandungan unsur hara yang banyak.
 Penggunaan dalam upacara adat: Deraya dalam upacara adat suku Dayak
Tunjung digunakan menjadi patung yang melambangkan laki-laki. Tumbuhan
ini merupakan bahan untuk pembuatan patung karena memiliki getah atau
latek berwarna merah. Patung yang dihasilkan dari organ tumbuhan deraya
akan disandingkan dengan patung yang dibuat dari tumbuhan kayu gabus
yang memiliki latek berwarna putih.
 Batang: Deraya dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi 20 meter,
dengan lebar batang 30 hingga 40 cm. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
berkayu keras, berkambium. Deraya memiliki kulit batang halus, berwarna
hitam kecoklatan, permukaan kulit batang halus dan memiliki lajur
menyerupai parit. Batang muda dan daerah ujung percabangan yang
ditumbuhi daun memiliki bulu-bulu halus yang lembut berwarna putih.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
124
Gambar 4.59 Deraya
 Daun: Deraya memiliki daun lebar berwarna hijau tua, daun deraya memiliki
lebar 18 hingga 22 cm dan panjang daun gingga 25 cm. permukaan daun
sangat kasar dan berbulu halus, tepi daun rata dan meruncing pada bagian
pangkal dan ujung daun. Tangkai daun berwarna merah kehitaman dengan
panjang 3 hingga 5 cm, pertulangan daun menyirip.
57. Peringk taliq (Bambusa sp)
 Batang: Peringk taliq merupakan tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan
membentuk rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 15 meter.
Batang peringk taliq berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak 10-45
cm, permukaan batang peringk taliq berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna
putih. Dalam bahasa Dayak Tunjung, kata Taliq berarti tali atau tambang.
Penamaan peringk taliq kepada jenis bambu ini adalah karena bentuk
morfologi batangnnya yang kecil dan panjang menyerupai tali. Bambu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
125
peringk taliq memiliki batang bulat dengan diameter 2 hingga 3 meter, bagian
dalam batang berongga seperti bambu pada umumnya. Daging batang peringk
taliq memiliki tebal 0,8 hingga 1 cm.
 Daun: Daun berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular).
panjang daun berkisar antara 18 sampai 25 cm dan lebar 4 hingga 6 cm,
dengan ujung rucing.
 Akar: Peringk taliq memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya
berada dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang.
Gambar 4.60 Peringk taliq (Bambusa sp)
 Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan peringk taliq dalam upacara
adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai Benakak.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
126
58. Kuayant kuning (Bambusa sp)
Kuayant kuning adalah bambu dengan ukuran lingkar batang lebih besar dari
bambu hijau biasa.
Gambar 4.61 Kuayant kuning (Bambusa sp)
 Batang: Kuayant kuning dapat dikenali dengan ukuran batangnya yang lebih
besatr dari bambu pada umumnya dan dengan jarak internodus berkisar antara
30-50 cm, kuayant memiliki diameter batang rata-rata 17 hingga 20 cm,
dengan lebar daging batang berkisar antara 1 hingga 1,5 cm.
 Daun: Daun lurus, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-7
cm dengan lebar maksimal 4 cm, ujung daun meruncing, berambut pada
kedua permukaan daun, daun berwarna hijau pucat keputih-putihan. Batang
kuayant kuning berwarna kuning seperti namanya.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, organ tumbuhan bambu kuayant kuning yang digunakan adalah
batang. Batang bambu kuayant kuning dignakan sebagai Balai.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
127
59. Nturui (Artrocarpus sp)
Nturui adalah salah satu jenis tanaman dari famili moraceae yang tumbuh
secara liar pada hutan hujan tropis. Buahnya biasa dimanfaatkan pada waktu
masih muda sebagai bahan sayur.
Gambar 4.62 Nturui (Artrocarpus sp)
 Akar: Akar tumbuhan nturui berkayu, merupakan jenis akar tunjang,
berbentuk bulat, berwarna cokelat kehitam-hitaman. Kulit relatif mudah
terkelupas, beraroma spesifik, dan mudah mengeluarkan getah atau katek
berwarna putih. Nturui yang berasal dari perbanyakan generatif maupun
vegetatif membentuk suatu forma perakaran yang kuat menebus dan melekat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
128
pada tanah. Oleh karena itu, tanaman Nturui mampu tumbuh ditempat yang
kurang ideal, antara lain ditebing-tebing dan sungai.
 Batang: Tumbuhan nturui berkayu dengan warna kulit putih abu-abu, kulit
bertekstur keras dan tidak beraroma spesifik. Tinggi tanaman dapat mencapai
10 hingga 20 m. lebar tajuk pohon lebih dari 5 meter. Tumbuhan nturui pada
umumnya telah membentuk percabangan sejak ketinggian 50 cm dari atas
tanah.
 Daun: Pada ujung cabang dan ranting tumbuhan tumbuh tunas pucuk
sepanjang 10-20 cm. pucuk tersebut tertutup oleh selaput contong atau
seludang. Setelah tunas pucuk mekar, akan muncul daun muda, yang
kemudian tumbuh mencapai ukuran maksimal. Daun-daun nturui terletak
pada cabang atau ranting dengan teratur secara spiral, berjarak antara 2-10
cm. tangkai daun ranting dengan panjang antara 3-5 cm. daun tebal seperti
belulang, kaku, berwarna hijau tua, mengkilat di bagian atasnya dan berwarna
hijau pucat serta kasar karena berbulu di bagian bawahnya. Daun nturui
memiliki bulu berwarna putih, terletak di atas dan bawah daun tulang daun.
Ukuran daun bermacam-macam, panjang daun berkisar antara 30-60 cm da
lebar daun berkisar antara 20 hingga 40 cm, memiliki 7-9 lekuk dalam dengan
ujung yang menyempit. Pangkal daun utuh, dengan tulang daun menonjol.
Pertulangan daun nturui adalah jenis pertulangan daun menjari.
 Bunga: Bunga tumbuhan nturui berumah satu. tandan bunga jantan dan
bunga betina masing-masing terletak pada ketiak daun, bunga jantan
menyerupai busa, panjang mencapai 25 cm atau lebih, berwarna kuning,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
129
mirip ekor kucing, terkulai ke bawah. Tandan bunga jantan tersebut terdiri
atas kumpulan bunga kecil dengan stamen tunggal. Bunga betina berbentuk
bulat atau bulat telur, berwarna hijua. Bunga betina terletak tegak kaku, pada
tangkai tebal, yang memiliki panjang antara 4-8 cm. Bunga betina terdiri dari
kumpulan bunga kecil yang terletak pada dasar bunga dengn kelopak
berbentuk tabung. Bunga nturui berkembang dengan pernyerbukan silang dari
pohon yang sama.
 Buah: Buah nturui merupakan buah majemuk, berbentuk tandan, dengan
garis tengah antara 10-20 cm, berduri pendek, dan berwarna hijau dan kuning
pada saat matang. Di dalam buah terdapat biji berbentuk ginjal, panjang 3-5
cm, berwarna cokelat kehitaman.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, nturui digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang digunakan
adalah daun yang telah mati. Daun yang telah mati ini dikenal dengan nama
Rakas.
60. Lunuk (Ficus benjamina)
Lunuk atau beringin (Ficus benjamina) adalah tumbuhan yang memulai
hidupnya sebagai epifit ketika bijinya bersemai di celah atau retakan pohon
induknya (atau struktur seperti bangunan dan jembatan). Biji beringin
disebarkan oleh burung pemakan buah. Bijinya tumbuh dan akarnya
berkembang pada kulit tumbuhan induknya menuju tanah dan dapat
menyelubungi sebagian pohon inang atau struktur bangunan dengan akarnya,
memberikan kesan sebagai pohon pencekik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
130
Gambar 4.63 Lunuk (Ficus benjamina)
 Batang dan Daun: Sifat percabangannya adalah monopodial dengan arah
tumbuh batang tegak lurus, batangnya berbentuk bulat dengan permukaan
yang kasar. Bagian batang yang masih muda berwarna merah, daun penumpu
tunggal, bentuk lanset, bertangkai cukup panjang dan ujung meruncing, tepi
rata, permukaan bagian atas hijau tua dan mengkilat, permukaan daun bagian
bawah lebih muda dan buram berbintik-bintik.
 Buah: Buah Ficus kerapkali duduk berpasangan, pada permulaannya tertutup
dengan selundang, berwarna kuning kehijauan.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, lunuk dihunakan sebagai Jeak. organ tumbuhan yang digunakan
adalah daun. Selain digunakan sebagai Jeak, lunuk juga merupakan pohon
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131
yang sering dijadikan objek pemujaan ataupun tempat dilangsungkannya
suatu upacara adat.
61. Raja pengalah (Loranthus sp)
Benalu atau Raja pengalah dalam bahasa Suku Dayak Tunjung merupakan
tumbuhan parasit obligat yang hidup tumbuh di batang atau dahan tumbuhan
lain. Sebagai tumbuhan parasit, benalu hidup dengan mengambil nutrisi dasar
yang dimiliki oleh inang untuk selanjutnya diolah menjadi makanan dan energi
guna kepentingan tumbuh benalu tersebut.
 Daun: Benalu merupakan tumbuhan perdu yang bercabang banyak, memiliki
ranting dengan ruas yang membesar. Daun bertangkai pendek, eliptis sampai
bentuk lanset,kadang-kadang bulat telur, permukaan daun bagian atas dan
bawah gundul dengan panjang 3,5 hingga 17 cm, dan lebar 1,5-7 cm, ujung
daun meruncing, permukaan daun mengkilat berwarna hijau. Karangan bunga
5 hingga 7 di ketiak, kadang-kadang dalam berkas pada ruas yang tua.
Tangkai bunga pendek, tabung kelopak elipsoid, panjang lingkaran 3 mm,
pinggiran mahkota sangat pendek.
 Bunga: Mahkota sebagai tunas dewasa memiliki panjang 1 hingga 1,5 cm,
bagian bawah melebar, bungan berwarna kuning atau hijau kekuningan,
kuning sampai merah pada ujung. Taju mahkota pada akhirnya melengkung
jauh kembali dan terpuntir. Bagian yang bebas dari benang sari panjangnya 35 mm. Kepala putik bentuk gada.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
132
Gambar 4.64 Benalu (Loranthus sp)
 Buah: Buah bulat peluru, panjang 6mm, akhirnya coklat violet tua . Tumbuh
di atas berbagai jenis pohon.Tumbuh di dataran menengah sampai
pegunungan dari ketinggian 800-2300 meter diatas permukaan laut. Berbunga
pada bulan Juni hingga September.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, organ tumbuhan benalu yang digunakan adalah batang dan daun,
organ ini digunakan sebagai Jeak.
62. Pentar (Ficus carica)
Pentar adalah tumbuhan dari familli moraceae, merupakan tumbuhan yang
tumbuh dan berkembang pada semak belukar yang memiliki cukup sinar
matahari.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
133
Gambar 4.65 Pentar (Ficus carica)
 Batang: Tumbuhan pentar memiliki batang berkayu lunak dengan bagian
tengah batang bergabus. Pentar memiliki latek berwarna putih atau putih
kekuningan, dengan kulit kayu berwarna merah atau kecoklatan hingga
kehijau-hijauan. Batang lurus dan memiliki ruas-ruas yang kemudian menjadi
tempat munculnya buah pentar.
 Buah: Buah pentar tersembunyi di ketiak daun, dan tumbuh hingga
pertengahan batang. Bentuk buah bulat hingga bulat lonjong berwarna hijau
dan berwarna kuning hingga merah pada saat buah matang. Buah pentar pada
umumnya merupakan makanan bagi burung dan serangga, buah pentar baik
dimakan dan terasa manis. Buah memiliki panjang sekitar 1,5 hingga 2 cm,
dan lebar 1 hingga 1,5 cm.
 Daun: Daun pentar lebar dan berbentul palmate, pertulangan daun menjari.
Permukaan daun bagian atas kasar dan meiliki bulu-bulu halus, bagian bawah
halus. Daun berwarna hijau dan bagian ujung daun meruncing, tepi daun rata.
Panjang daun 17 hingga 20 cm, dan lebar daun 15 hingga 17 cm. memiliki
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tanggkai daun berwarna kecoklatan hingga
134
merah gelap dengan panjang
antara 5 hingga 8 cm.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pentar digunakan menjadi makanan patung atau yang juga dikenal
dengan istilah Kerenyamp. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun
yang masih muda.
63. Nggkuduq/Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
 Batang: Mengkudu merupakan tumbuhan berkayu keras, tinggi tumbuhan
antara 4-6 m. batang lurus dan memiliki bongol-bongol yang merupakan
bekas percabangan semu, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang
yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu–abuan atau cokelat
kekuning – kuningan , berbelah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya
bersegai empat. Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun.
 Daun: Mengkudu memiliki daun tebal mengkilap. Daun mengkudu duduk
berhadap–hadapan. Ukuran daun lebar, tebal, dan tunggal. Bentuknya joronglanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek.
Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap,
permukaan daun tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm.
Ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar.
 Bunga: Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm.
Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang
tumbuh normal. Bunganya berkelamin ganda. Mahkota bunga putih,
berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
135
mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak
berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum. Kelopak bunga tumbuh
menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter
7,5-10 cm.
Gambar 4.66 Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
 Buah: Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak)
yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau,
menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih
transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk
piramida, berwarna cokelat merah.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pentar digunakan menjadi makanan patung atau yang juga dikenal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
136
dengan istilah Kerenyamp. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun
yang masih muda.
64. Lancingk senit (Ficus minahassae)
 Batang: Lancingk senit merupakan pohon yang tumbuh dan berkembang
pada daerah dengan kontur tanah lembab dan banyak mengandung air. Pohon
lancingk senit (Ficus minahassae) berukuran sedang dengan tinggi sekitar 15
meter. Pohon lancingk senit rindang karena mempunyai banyak cabang dan
lebat. Permukaan kulit batangnya halus dan berwarna coklat kehitamhitaman, sedangkan batang pohon lancingk senit sendiri memiliki lateks
berwarna putih.
 Daun: Daun tumbuhan lancingk senit pertulangan daun menyirip, berwarna
hijau. Lebar daun berkisar antara 8 hingga 10 cm, panajng daun berkisar
antara 23 hingga 27 cm. bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung
dan pangkal daun. Permukaan daun bagian atas dan bawah kasar dan berbulu
tipis.
 Bunga: Perbungaannya muncul dari batangnya, sering dimulai dari dekat
tanah sampai pada cabang-cabang utamanya. Bunga ini tersusun menjuntai ke
bawah dengan panjang mencapai 1 meter lebih. Bunga-bunga lancingk senit
membentuk bongkol sehingga nampak seperti buahnya. Bunga sebenarnya
teradapat di dalam bongkol dan akan tampak jika bongkol dipotong secara
melintang dipotong secara melintang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
137
Gambar 4.67 lancingk senit (Ficus minahassae)
 Buah: Bunga yang ada di dalam bongkol kemudian menjadi buah. Buah
tunbuhan lancingk senit tidak akan gugur hingga buah tersebut masak. Di
dalam buah tersebut terdapat biji berukuran sangat kecil, buah bagina luar
berwarna coklat kekuningan pada saat muda dan berwarna merah pada saat
matang. Buah langcingk senit mengandung banyak air, dan dapat di
konsumsi.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, lancingk senit dijadikan Jeak, oragan tumbuhan yang digunakan
adalah daun.
65. Mermungk
 Pohon dan Batang: Mermungk merupakan tumbuhan hutan hujan tropis,
tubuh tinggi dengan batang lurus dan berbanir. Dapat tumbuh mencapai
tinggi 30 meter dan lebar batang dapat mencapai 50 cm.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
138
Gambar 4.68 mermungk
 Kulit batang: Mermungk memiliki kulit batang berwarna putih dengan motif
seperti sisik. Permukaan kulit batang kasar, dengan tebal kulit batang berkisar
antara 1 hingga 1,8 cm.
 Daun: Daun mermungk berukuran kecil, dengan panjang 7 hingga 11 cm dan
lebar daun 5 hingga 6,5 cm. permukaan daun halus, tepi daun rata dan
meruncing pada bagian ujung dan pangkal daun.
 Buah: Buah mermungk mirip seperti pipa dengan panjang berkisar antara 1
hingga 2,5 meter, dengan diameter antara 2,5 hingga 4 cm. Buah mermungk
memiliki kulit buah yang berbentuk memilit seperti cincin (Gambar 4.67),
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
139
bagian dalam buah yang telah gugur kosong. Buah pada saat muda berwarna
hijau hingga coklat, sedangkan buah yang telah matang dan gugur akan
berwarna coklat gelap kehitam-hitaman.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, oragan tumbuhan monengk yang digunakan adalah buah yang telah
gugur. Dalam penggunaannya monengk ini dijadikan sebagai Sumpit dalam
upacara adat.
66. Engkehuyo (Chromolaena odorata)
Engkehuyo (Chromolaena odorata) merupakan tumbuhan yang berasal dari
Amerika Selatan, tumbuh pada tanah lembab sampai kering, lokasi terbuka
maupun ternaung, penyebarannya meliputi 50-1000 meter diatas permukaan
laut.
 Daun: Bentuk daun oval dan bagian bawahnya lebih lebar, makin ke ujung
makin runcing. Panjang daun 6–10 cm dan lebarnya 3–6 cm. Tepi daun
bergerigi, menghadap ke pangkal, letaknya juga berhadap-hadapan. Bentuk
tulang-tulang daun yaitu daun bertulang melengkung. Dimana satu tulang di
tengah paling besar dan yang lain mengikuti tepi daun (melengkung).
 Bunga: Karangan bunga terletak di ujung cabang (terminal), dan setiap
karangan terdiri atas 20–35 bunga. Warna bunga pada saat muda kebirubiruan, semakin tua menjadi coklat. Waktu berbunga serentak pada musim
kemarau selama 3–4 minggu. Pada saat biji masak tumbuhan akan mengering
kemudian bijinya pecah dan terbang terbawa angin. Kurang lebih satu bulan
setelah awal musim hujan, potongan batang, cabang dan pangkal batang akan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
140
bertunas kembali. Biji-biji yang jatuh ke tanah juga mulai berkecambah
sehingga dalam waktu dua bulan berikutnya kecambah dan tunas-tunas telah
terlihat mendominasi area.
Gambar 4.69 Engkehuyo (Chromolaena odorata)
 Batang: Tinggi tumbuhan dewasa dapat mencapai lebih dari 5 m. Batang
muda agak lunak dan berwarna hijau kemudian berangsur-angsur menjadi
coklat dan keras (berkayu) apabila sudah tua. Letak cabang biasanya
berhadap hadapan dan jumlahnya sangat banyak. Cabangnya yang rapat
menyebabkan berkurangnya cahaya matahati kebagian bawah, sehingga
menghabat pertumbuhan spesies lain, termasuk rumput yang tumbuh di
bawahnya.
 Akar: Engkehuyo memiliki sususnan akar berupa akar tunggang, besar dan
dalam. Akar tunggang tersebut adalah akar tunggang bercabang. Akar ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
141
berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kedalam tanah, dan bercabang.
Warna akar kekuning-kuningan.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
egkehuyo digunakan sebagai Jeak, dimana organ tumbuhan yang digunakan
adalah daun.
67. Tuq salah (Saccharum officinarum L)
Tuq salah adalah tumbuhan dari familli poaceae yang juga dikenal dengan
nama Tebu dalam bahasa indonesia.
Gambar 4.70 Tuuq salah (Saccharum officinarum L)
 Daun: Tuq salah memiliki daun berbentuk lanset atau pita, dengan panjang
dapat mecapai 1,5 meter dan lebar 5 sampai 7 cm. Daun tebu memiliki
pelepah yang menutupi sebagian batangnya, tulang daun sejajar dan bagian
tengahnnya berlekuk (midrip).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
142
 Batang: Ciri khusus yang dimiliki tumbuhan ini dari tebu pada umumnya
adalah batang yang dapat tumbuh dan berkembang hingga mencapai 3,5
meter atau bahkan lebih. Batang berwarna kuning cerah, dengan diameter 3
hingga 4,5 cm. Tumbuhan ini mampu tumbuh dan berkembang pada lahan
yang dipenuhi tumbuhan gulma seperti rerumputan dan sejenisnya. Daya
tahan terhadapa lingkungan tinggi membuat tuuq salah mampu bertahan pada
kondisi lingkungan yang ekstrim.
 Akar: Akar serabut
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Tuuq salah digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang
digunakan adalah daun, adapun uapcara yang menggunakan organ tumbuhan
tebu adalah upacara adat Pejeak.
68. Geriq/Kemiri (Aleurites moluccana)
Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan
sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini merupakan kerabat
dari tumbuhan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Pohon kemiri
banyak dijumpai di daerah tropis yang lembab sampai ketinggian 1200 m di atas
permukaan laut. Di daerah yang berdekatan dengan garis khatulistiwa, kemiri
dapat tumbuh pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut.
 Daun: Tanaman kemiri pada masa sekrang ini sudah tersebar luas di daerahdaerah tropis. Tinggi tanaman ini mencapai 15-25 meter. Daunnya berwarna
hijau pucat. Kemiri mempunyai daun yang mudah dikenali dari bentuknya
yang khas, umumnya terdiri dari 3-5 helai daun dari pangkal, berselang-seling
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
143
dan pinggir daun bergelombang. Panjang satu helai daun sekitar 10-20 cm
dengan dua kelenjar di bagian perpotongan antara pangkal dan tangkai yang
mengeluarkan getah bening. Daun yang muda biasanya sederhana dan
berbentuk seperti delta atau oval. Bagian atas permukaan daun yang masih
muda berwarna putih mengkilap seperti perak, yang kemudian akan berubah
warna menjadi hijau seiring dengan bertambahnya umur tmbuhan.
Permukaan daun bagian bawah berbulu halus dan mengkilap seperti karat.
 Batang: Kemiri tergolong pohon yang berukuran sedang dengan tajuk lebar
yang dapat mencapai ketinggian sampai 25 m dan diameter setinggi dada
hingga 90 cm. Umumnya bentuk cabang pohon kemiri adalah berliku, tidak
beraturan, membentang lebar dan menggantung pada cabang bagian samping.
Pada lembah yang sempit, pohon kemiri biasanya memiliki sedikit
percabangan dan tumbuh menjulang tinggi. Kulit batangnya berwarna abuabu coklat dan bertekstur agak halus dengan garis-garis vertikal.
 Bunga: Kemiri memiliki bunga kelamin ganda, dimana bunga jantan dan
betina berada pada pohon yang sama. Bunga kemiri berwarna putih
kehijauan, harum dan tersusun dalam sejumlah gugusan sepanjang 10-15cm,
di mana terdapat banyak bunga jantan kecil mengelilingi bunga betina.
Mahkota bunga berwarna putih dengan lima kelopak bunga berwarna putih
kusam (krem), berbentuk lonjong dengan panjang 1,3 cm.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
144
Gambar 4.71 Kemiri (Aleurites moluccana)
 Buah: Kemiri memiliki buah berwarna hijau sampai kecoklatan, berbentuk
oval sampai bulat dengan panjang 5-6 cm dan lebar 5-7 cm. Satu buah kemiri
pada umumnya berisi 2-3 biji, tetapi pada buah jantan kemungkinan hanya
ditemukan satu biji. Biji kemiri dapat dimakan jika dipanggang terlebih
dahulu. Kulit biji kemiri umumnya kasar, hitam, keras, dan berbentuk bulat
panjang sekitar 2,5-3,5 cm. kemiri memiliki akar yang tunggang dan
berwarna coklat.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, organ tumbuhan kemiri yang digunakan adalah buah atau tepatnya
biji kemiri yang memilki cangkang keras. Biji kemiri ini diletakan di dalam
tempurung kelapa dan kemudia mantra dibacakan. Ritual upacara Beliant
Semur adalah jenis upacara adat yang menggunakan alat seprti ini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
145
69. Isak-isik (Ctenanthe sp)
Isak-isik adalah tumbuhan dari familli Marantaceae. Isak-isik merupakan
tumbuhan herba berizoma, tidak memiliki batang, atau batang bersifat subteranean (tertutup dalam tanah).
 Daun: Isak-isik tidak memiliki batang, tumbuh dengan tinggi berkisar antara
30 hingga 40 cm, dengan tangkai daun yang sangat panjang. Panjang tangkai
daun isak-isik dapat mencapai 25 cm. Daun isak-isik berwarna hijau terang,
permukaan bagian atas dan bawah halus dan licin. Pertulanagn daun
menyirip, struktur daun kaku. Ujung dan pangal daun meruncing. Lebar daun
berkisar antara 10 hingga 12 cm, dan panjang daun berkisar antara 18 hingga
23 cm.
Gambar 4.72 Isak-isik (Ctenanthe sp)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
146
 Akar: Akar isak-isik adalah tipe akar serabut, pangkal batang semu dan akar
berwarna merah.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang digunakan
menjadi Jeak dalam upacara Timeq dan Melas.
70. Akar
Akar adalah jenis tumbuhan liana yang tumbuh dan berkembang dalam hutan
hujan tropis, khususnya hutan dengan pohon-pohon besar yang membentuk
kanopi.
 Batang: Tumbuhan akar tumbuh dengan cara membelitkan batangnya pada
pepohonan untuk mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup. Batang
tumbuhan akar berwarna putih, dapat tumbuh dan berkembang mencapai
panjang 25 meter, dengan diameter batang 5 cm. batang tidak berkayu,
namun terdiri dari serat-serat berwarna putih kekuningan, kulit batang
berwarna putih. Batang tumbuhan akar menghasilkan cairan berwarna putih
yang akan terasa pedas jika terkena mata.
 Daun: Daun tumbuhan akar berukuran kecil, lebar daun berkisar antara 3
hingga 5,5 cm, dengan panjang daun 8 hingga 10 cm, berwarna hijau cerah.
Pertulangan daun menyirip, tepi daun rata, daun berbentuk oval, pada bagian
pangkal dan ujung daun meruncing.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
147
Gambar 4.73 Tumbuhan akar
 Penggunaan dalam upacara adat: Tumbuhan akar digunakan untuk
membersihkan diri, sebelum melakukan sebuah ritual upacara adat. Organ
tumbuhan yang digunakan adalah batang, karena batang memiliki cairan atau
getah bila dihancurkan, getah ini selanjutnya yang digunakan sebagai sampo.
Getah tumbuhan akar pada jaman dahulu kala digunakan oleh Nenek moyang
orang Suku Dayak Tunjung sebagai sampo untuk membunuh kutu yang
bersarang dalam rambut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
148
71. Ukor
Ukor adalah tumbuhan dari jenis palem yang tumbuh dan berkembang
secara liar pada hutan hujan tropis. Tumbuhan ukor merupaka tumbuhan dengan
ciri morfologi yang mirip dengan tumbuhan pinang dan aren.
 Batang: Ukor memiliki batang yang lurus dengan ketinggian dapat mencapai
10 meter, dan lebar batang 15 hingga 20 cm. batang bagian luar keras, tidak
berkayu dan berwarna putih pada bagian dalam, sedangkan bagian luar
berwarna kecoklatan. Batang berpelepah, dengan serat-serat ijuk tipis
mengelilingi pelepahnya ( gambar 4.73).
 Daun: Daun tumbuhan berbentuk segitiga, berwarna hijau, bagian tepi daun
rata, ujung daun bergelombang. Permukaan daun memiliki parit semu,
pertulangan duan sejajar.
 Akar: Ukor memiliki tipe akar serabut seperti jenis palem lainnya.
 Buah: Buah ukor tampak seperti buah aren, terdapat tandan atau tangkai buah
dengan panjang tandan berkisar antara 20 hingga 30 cm, hanya ukuran tandan
dan buah secara keseluruhan lebih kecil dari buah aren.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Ukor dijadikan sebagai Pencawangk dalam upacara atau ritual adat
Ngawat. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta pelepah daun
dan juga batang,tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan yang masih
muda.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
149
Gambar 4.74 Ukor
72. Bemant/Bemban (Donax canniformis)
Bemban (Donax canniformis), merupakan tumbuhan terna yang berumpun,
tumbuh dan berkembang pada daerah dengan ketinggian 1-1000 m dpl. Bemban
dapat tumbuh dan berkembang pada daerah dengan lahan yang banyak
mengandung air, seperti rawa dan daerah aliran sungai (DAS).
 Daun: Tumbuhan bemban dapat mencapai tinggi 1 sampai 3 m, bercabang
seperti semak, dengan batang bulat torak berwarna hijau tua, beruas panjangpanjang antara 1–2,5 m, diameter batang berkisar antara 2,5 hingga 4 cm.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
150
Gambar 4.75 Bemban (Donax canniformis)
 Daun: Daun-daun tunggal bertangkai 8–20 cm, dengan helaian bundar telur
lebar hingga jorong, 10–25 × 10–45 cm. tepi daun rata, ujung dan pangkal
daun meruncing, permukaan daun bagian atas halus dan licin, berwarna hijau
tua, bagigan bawah daun berwarna hijau pucat, pertulangan daun
melengkung.
 Bunga: Perbungaan sering bercabang di pangkal, panjang hingga 20 cm.
Kelopak berwarna putih, bundar telur menyegitiga, gundul, 3–3,5 mm.
Tabung mahkota 8–10 mm; taju mahkota bentuk garis, 1–1,4 cm × 2–3
mm. Buah putih hingga krem pucat, diameter 1–1,5 cm, kering, tidak
memecah. Biji 1 atau 2, coklat dan memiliki rambut halus.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Bemban (Donax canniformis) dimanfaatkan sebagai Kelangkangk
dalam upacara Beliant Kencong. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan adalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
151
batang, femanfaatannya dengan cara batang dibelah dan dijadikan bagian tipis
kemudian dianyam menyerupai keranjang.
73. Botoq/Ramban (Trema orientalis)
 Batang: Botoq atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama angrung
(Trema orientalis), adalah tumbuhan berkayu keras yang dapat tumbuh dan
berkembang dengan tinggi mencapai 15 hingga 20 meter. Botoq memiliki
batang tegak, berbentuk silindris, berkayu, permukaan kulit batang halus,
percabangan simpodial, kulit kayu berwarna hitam kecoklatan.
 Akar: Tipe akar botoq adalah akar tunggang.
Gambar 4.76 Ramban (Trema orientalis)
 Daun: Botoq memiliki daun majemuk, berseling, bentuk daun lonjong
dengan panjang 4,5 hingga 9 cm, lebar daun 2,5-3,5 cm, bagian tepi daun
rata, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, pertulangan daunmenyirip,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
152
tangkai silindris dengan panjang tangkai 1 hingga 1,5 cm, daun botoq
berwarna hijau cerah.
 Bunga: Bunga botoq adalah bunga majemuk, dan tumbuh di ketiak daun,
tangkaibunga silindris, dengan panjang panjang 0,3 hingga 0,5 cm, bunga
berwarna hijau pucat hingga putih, benang sari panjang 1 hingga 1,7 cm,
kepala sari bentuk ginjal dengan panjang ± 0,5 cm, mahkota bunga kecil
berwarna putih.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, botoq atau anggrung digunakan sebagai pondasi pembuatan Balai
organ yang dimanfaatkan adalah batang dan daun. Jenis upacara adat yang
menggunakan organ tumbuhan botoq dalam pelaksanaannya adalah Rantau
perangk.
74. Niungk
Niungk adalah tumbuhan dari keluarga Arecaceae yang tumbuh dan
berkembang di hutan kalimantan. Tumbuhan ini secara morfologi mirip dengan
morfologi rotan Ennau, hanya saja niungk memiliki batang yang tegak lurus
dengan duri-duri panjang dan tajam pada batangnnya.
 Batang: Niungk berbeda dengan rotan pada umumnya, niungk memiliki
batang yang tegak, berpelepah, tumbuh tunggal dan kemudiam bertunas.
Batang memiliki duri-duri yang tumbuh lebat diseluruh permukaan batang,
duri memiliki panjang 5 hingga 8 cm, dan lebar 0,5 meruncing pada bagian
ujung. Batang bagian dalam berwarna putih dan mengandung air jika
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
153
dipotong, berwarna putih. Permukaan batang secara keseluruhan berwarna
cokelat kehitaman.
Gambar 4.77 Niungk
 Daun: Daun niungk seperti daun rotan pada umumnya, berpelepah dan
berbentuk lanset meruncing pada bagian pangkal dan ujung daun. Pertulangan
daun sejajar, permukaan daun halus, tepi daun rata, lebar daun 2 hingga 3 cm,
panjang daun 70 hingga 80 cm.
 Akar: Jenis perakaran niungk adalah jenis perakaran serabut.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, niungk dimanfaatkan menjadi pancing dalam upacara adat Timeq,
oragan yang dimanfaatkan adalah bagian tulang daun yang memanjang dan
berdui, organ ini biasanya disebut Lawe dalam bahasa Suku Dayak Tunjung.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
154
75. Jauq/Palem hutan
Jauq adalah tumbuhan yang tumbuh dan berkembang secara liar pada hutan
kalimantan, khususnya daerah aliran sungai (DAS). Tumbuhan jauq tumbuh
tegak lurus dan merupakan raja dari jenis palem dalam ukuran besar dan tinggi
batang. Jauq dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi 50 meter dan lebar
batang hingga 80 cm.
 Daun: Daun jauq memiliki pelepah, tangkai, helain dan daun mempunyai
anak-anak daun. Jauq memiliki daun mirip daun ukor, yaitu bentuk daun
segitiga, berwarna hijau tua. Susunan tulang daun berbentuk sejajar, satu ibu
tulang daun membujur pada tengah daun, dari pangkal sampai ke ujung daun,
Sedangkan anak daunnya bertulang daun sejajar. Tepi daun rata, ujung daun
bergelombang. Permukaan daun jauq
jika di pegang terasa licin baik
permukaan atas bawah dan daging daunnya keras seperti kertas. Serta bagian
atas lebih hijau dari pada bagian bawah daunnya.
Gambar 4.78 Tumbuhan jauq
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
155
 Akar: Akar jauq berupa akar serabut. Radikula pada bibit terus tumbuh
memanjang menuju arah bawah. Akar primer terus berkembang. Susunan
akar terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertical ke dalam tanah dan
horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar
sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya cabang-cabang ini juga akan
bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran
jauq bisa mencapai 8 meter dan 16 meter ke arah horizontal
 Batang: Batang berbentuk bulat besar. Batang tidak bercabang dengan daun
di ujung batang seperti mahkota, batang bisa tinggi mencapai 50 m. Batang
ini juga mempunyai permukaan halus dan kadang terdapat bekas pelepah
daun yang gugur. Batangnya beruas-ruas dan tidak memiliki kambium sejati.
Bila diiris melintang, batangnya memperlihatkan saluran pembuluh yang
menyebar di bagian dalamnya. Luka batang ini cenderung tidak tertutup
kembali, justru malah membesar atau malah membusuk.
 Buah: Buah berbentuk bulat bulat. Buah jauq memiliki kulit luar yang relatif
tebal, yang menutupi bagian dalam (mesokarpium) yang berair atau berserat.
Buah terbentuk setelah penyerbukan dan pembuahan. Secara anatomi, buah
jauq terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian yang pertama adalah
perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokaprium, sedangkan yang
kedua adalah biji yang terdiri dari endokaprium, endosperm, dan lembaga
atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang kerak dan licin, sedangkan
mesokarpium yaitu daging buah yang berserabut mengandung minyak dengan
rendemen paling tinggi, Sedangkan lembaga merupakan bakal tanaman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
156
 Biji: Biji dilindungi oleh lapisan buah bagian dalam (endokarpium) yang
keras dan berkayu. Serat buah dikenal juga sebagai sabut. Di dalam batok
terdapat biji yang ketika buah masih muda relatif cair dan berangsur-angsur
membentuk endapan yang semakin lama mengeras. Endapan ini biasanya
mengandung banyak lemak dan protein.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, jauq dimanfaatkan sebagai ornamen pada Longan Bayat . Organ
tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun dan bunga.
76. Belayant (Tinospora crispa)
Belayant adalah jenis liana atau tumbuhan merambat yang tumbuh dan
berkembang pesat pada daerah beriklim tropis. Tumbuhan ini tumbuh dan
berkembang denngan biji dan tunas, dan menjadi gulma atau tanaman
penggangu pada lahan pertanian, karena dapat berkembang mendominasi
seluruh lahan dalam wangktu yang sangat singkat.
 Batang: Belayant memiliki batang semu dan memanjang mejadi sulur,
kemudian membelit tumbuh-tumbuhan lain dan bahkan pepohonan. Batang
semu berwarna hijau, lurus dan tidak berbuku, batang semu ditutupi oleh kulit
batang tipis. Batang bagian dalam memiliki serat-serat yang mengandung
latek atau getah berwarna putih. Batang dapat tumbuh mencapai panjang 20
meter dan menutupi tumbuhan atau pepohonan hingga tumbuhan inangnya
mati karena tidak mendapatkan sinar matahari.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
157
Gambar 4.79 Tumbuhan belayant (Tinospora crispa)
 Daun: Daun belayant berbentuk oval, dengan pertulangan daun melengkung,
memiliki getah atau latek berwarna putih. Daun memiliki batang daun dengan
pajang 6 hingga 8 cm. ujung daun meruncing tepi daun rata. Permukaan daun
bagian bawah adan atas rata dan licin, tepi daun rata. Lebar daun berkisar
antara 10 hingga 13 cm, dan panjang daun 13 hingga 16 cm.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, belayant digunakan menjadi menjadi ornamen yang dibelitkan
mengelilingi Logan Bayat dalam upacara adat Beliant Nyumangk.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
158
77. Ntrarant (Amomum sp)
Ntrarant merupakan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae, morfologi
secara keseluruhan sama dengan tumbuhan teniq/tokongk yang telah dibahas
dalam pembahasan ini (Gambar 4.18).
Perbedaan antara teniq/tokongk dengan ntrarant adalah pada ukuran
batangnya. Ukuran batang ntrarant lebuih besar, diameter batang dapat mencapai
5 cm dan tumbuhh dengan ketinggian mencapai 3,5 meter.
Ntrarant dapat ditemukan pada daerah dengan struktur tanah yang banayak
mengandung air dan kaya akan kandungan unsur-unsur hara. Tumbuhan ini
biasanya tumbuh pada daerah yang memiliki pohon-pohon besar dan belum
mengalami kerusakan, karena tumbuhan ini tidak dapat berkembang dengan baik
jika terkena paparan sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak tujung,
ntrarant digunakan untuk membuat Longan dalam upacara adat Beliant Bawo.
Organ tumbuhan yang digunakan adalah batang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
159
Gambar 4.80 batang tumbuhan Ntrarant (Amomum sp)
78. Biruq torungk (Livistona sp)
 Batang: Biruq torungk
atau yang juga disebut daun biruq merupakan
tumbuhan dari familli Arecaceae, tumbuhan ini merupakan saudara dari biruq
yang telah dibahas dalah pembahasan ini (Gambar 4.52). Perbedaan antara
biruq dengan biruq torungk adalah pada batang semunya, biruq torungk
memiliki batang semu yang dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi
2 meter, dan lebar batang 8 hingga 11 cm, lebih besar dari biruq biasa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
160
Gambar 4.81 Biruq Torungk (Livistona sp)
 Daun: Bagian tepi daun rata, bagian ujung daun rata dan meruncing pada
arah pangkal daun. Duduk daun tersebar menjari pada pelepah. Daun
berwarna hijau tua. Lebar daun 40-90 cm dan panjang daun 50-100 cm. Biruq
torungk memiliki sistem perakaran berupa akar serabut.
 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
biruq torungk digunakan untuk tongkat atau Alu (Penumbuk) dalam upcra
Nalint Taont. Organ tumbuhan yang digunakan adalah keseluruhan dari organ
tumbuhan, mulai dari akar, batang hingga daun.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
161
D. Organ tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku
Dayak Tunjung
Organ tumbuhan yang dimanfaatkan dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung bervariasi dalam setiap jenis upacara adat. Organ dari satu tumbuhan
dapat memiliki fungsi yang berbeda dalam setiap jenis upacara, namun ada juga
yang memiliki fungsi sama dalam setiap jenis upacara. Dari hasil penelitian
dapat diketahui bahwa organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat
Suku Dayak Tunjung meliputi akar, batang, kulit batang, daun, bunga dan buah.
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung terdapat beberapa tubuhan yang
digunakan dalam setiap upacara adat, tumbuhan-tumbuhan tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.1. Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa tumbuhan
tersebut memiliki peran penting dalam proses upacara adat, pemanfaatannya
antara lain sebagai pewarna alami, pembuatan Jampi, media penyampaian
mantra dan lain-lain, yang peran dari masing masing ini tidak dapat digantikan
oleh tumbhan lainnya.
Tabel 4.3 Jumlah organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat
Suku Dayak Tunjung
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis organ
tumbuhan
Akar
Umbi
Batang
Kulit batang
Daun
Bunga
Buah
Semua
organ
Jumlah
5
2
36
2
49
3
8
2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
162
Gambar 4.82 persentase organ tumbuhan yang digunakan dalam
upacara adat Suku Dayak Tunjung
Persentase pengunaan organ tumbuhan dalam upacara
adat Suku Dayak tunjung
2%
3%
7%
2%
5%
Akar
Umbi
Batang
33%
Kulit batang
Daun
Bunga
46%
Buah
2%
Semua organ
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pemanfaatan organ yang berasal
dari tumbuhan yang sama, berbeda fungsinya dalam upaca adat, dan organ yang
sama dari tumbuhan yang sama juga terkadang dimanfaatkan menjadi beberapa
alat atau media yang berbeda dalam upacara. Sebagai contoh, batang Jojot atau
pisang hutan dimanfaatkan menjadi talenan dalam membuat Tara, dan batang
jojot juga digunakan menjadi patung. Daun jojot digunakan menjadi Jampiq,
sedangkan sisanya dijadikan pembungkus sesaji, pembungkus penutup
Sempotant.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
163
Gambar 4.83 Pemanfaatan Organ tumbuhan pisang dalam upacara adat
Papat Suku Dayak Tunjung
Dalam pelaksanaan upacara adat, akar tumbuhan dalam upacara adat Suku
Dayak tunjug dimnfaatkan untuk beberapa alat upacara, namun akar tumbuhan
yang memiliki peran vital dalam semua upacara adalah akar tumbuhan tabak.
Akar tumbuhan tabak dimanfaatkan dalam upacara dengan cara dibakar, akar
tabak yang dibakar akan menghasilkan aroma yang khas, aroma ini dalam
pelaksanaan upacara dipercaya dapat memanggil roh-roh atau dewa yang
menjadi objek pemujaan dalam upacara, untuk hadir di tempat upacara. Akar
dari tumbuhan lain biasanya dimanfaatkan bersama-sama dengan tumbuhannya
secara utuh dalam proses upacara.
Umbi dalam upacara adat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna dan juga
bumbu sesaji. Batang tumbuhan yang miliki presentase pengunaan terbanyak
setelah daun, digunakan untuk berbagai alat upacara, di antaranya adalah
digunakan sebagai tongkat, patung, bahan pembuatan balai, alat memasak sesaji,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
164
tiang untuk menggantungkan sesaji dan lain-lain. Daun digunakan untuk
membungkus sesaji, digunakan untuk media penyampaian mantra atau berkat
dari upacara, pewarna dan lain-lain. Kulit batang digunakan untuk membuat
Kelangkangk, bunga digunakan sebagai Jeak, Pengasi dan lain-lain. Buah
dijadikan alat penyampaian mantra, perlengkapan pada Balai dan lain-lain.
Selain pengunaan organ tumbuhan secara terpisah, dalam pelaksanaan upacara
adat suku Dayak Tunjung, ada bebrapa alat upacara yang menggunakan
tumbuhan secara utuh, dari akar hingga daun dan bunga.
Istilah yang digunakan dalam upacara adat dan nama-nama alat yang
digunakan, yang berasal dari dari organ tumbuhan, memiliki arti yang sama
dalam setap upacara adat yang berbeda. Untuk istilah yang digunakan dan jenis
upacara dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.
Dalam pembuatan alat atau media upacara yang berasal dari tumbuhan,
menyisakan beberapa organ tumbuhan yang tidak dapat digunakan dalam
upacra. Sisa-sisa organ tumbuhan ini akan dibuang pada suatu tempat dan
diperlakukan secara khusus, dalam hal ini semua sisa organ tumbuhan akan
dibuang pada suatu tempat di alam bersama dengan alat-alat upacara lainnya
setelah upacara dilaksanakan. Organ tumbuhan dan juga sisa-sisa alat upacara
dan yang telah dibuang tidak dapat disentuh atau digunakan kembali jika telah
dibuang dan tidak digunakan. Membakar sisa-sisa organ tubuhan yang tidak
terpakai merupakan larangan dalam adat dan tata-cara upacara Suku Dayak
Tunjung.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
165
Menurut kepercayaan Suku Dayak Tunjung, setiap upacara menimbulkan
dampak atau hawa negatif bagi kehidupan manusia setelah upacara selesai
dilaksanakan, hal ini kemudian diatasi dengan Jeak, yaitu media pengusir hawa
negatif yang berasal dari proses upacara adat.
Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, teradapat 6 jenis tumbuhan
utama yang dijadikan alat atau media untuk mengusir efek negatif dari upacara
terhadap kehidupan manusia, yaitu Jeak (defisini jeak secara lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 4. Tumbuhan yang dijadikan jeak adalah Puant, Pengoq,
Mawa, Pakuq-paramp, Tu-tawa dan Tempoka/Persiah.
Jeak merupakan
kumpulan dari organ-organ tumbuhan yang kemudian dibentuk menjadi satu
kesatuan dalam bentuk alat atau media upacara. Organ tumbuhan yang paling
banyak digunakan dalam jeak adalah daun beserta pelepah atau juga sebagian
dari batang tumbuhan.
E. Tata cara mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung
Suku Dayak Tunjung percaya bahwa setiap tumbuhan memiliki peran
masing-masing dalam kehidupan, untuk itu sangat tidak dibenarkan jika
mengambil suatu organ tumbuhan, dan atau mengambil tumbuhan secara utuh
dari alam tanpa didasari tujuan dan maksud penggunaan yang jelas. Tumbuhan
dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung juga dipercaya sebagai milik dari alam,
maka untuk mengamil tumbuhan tersebut untuk kebutuhan upacara terkadang
harus dilakukan ritual-ritual, hal ini dimaksudkan agar fungsi dari tumbuhan
tersebut tercapai dalam penggunaannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
166
Sebagai contoh proses mendapatkan tumbuhan yang digunakan dalam
upacara Ngawai, bambu yang diambil adalah bambu yang telah mati atau patah
bagian atasnya, dan diambil dengan satu kali tebasan dengan parang, agat sisa
bambu yang ditinggalkan tidak rusak. Contoh lain adalah tumbuhan yang
digunakan dalam upacara dengan maksud mengobati biasanya diambil pada pagi
atau paling lambat siang hari, dan organ tumbuhan yang diambil adalah organ
tumbuhan yang mengarah ke arah matahari terbit, karena jika jika mengambil
tumbuhan dari alam disaat sore atau malam hari dipercaya memiliki dampak
negatif, begitu juga dengan mengambil organ tumbuhan yang mengarah pada
arah matahari terbenam.
F. Sumber perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung dan
Konservasi lingkungan
Ada dua sumber perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung,
yaitu liar dan budidaya. Masyarakat Dayak Tunjung mengenali dengan baik
semua jenis tumbuhan upacara adat yang akan mereka gunakan, dan dapat
dengan tepat menentukan daera-daerah yang menjadi habitat tumbuhan tersebut.
Terkadang ada beberapa tumbuhan yang sangat susah ditemui, hal ini
menyebabkan tumbuhan tersebut kemudian dijadikan tumbuhan budidaya. jika
tidak dibudidayakan, tumbuhan-tumbuhan yang masuk dalam kategori langka
akan dipelihara di habitatnya agar tidak mati dan punah.
Dalam kesehariannya, suku Dayak Tunjung akan memperhatikan jenis-jenis
tumbuhan yang ada disekitar mereka, baik tumbuhan upacara maupun tumbuhan
lain yang memiliki peran penting dalam kehidupan, jika tumbuhan tersebut
sangat susah untuk dijumpai, maka jika ada masyarakat yang menemukan,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
167
tumbuhan tersebut akan di pelihara, meskipun posisi tumbuh dari tumbuhan
tersebut menggangu dari aktivitas keseharian, misalnya tumbuhan tersebut
tumbuh di area hutan yang akan dijadikan ladang, maka hutan disekeliling
tumbuhan tersebut akan disisakan, jika tumbuhan tersebut tidak mungkin untuk
dibudidayakan atau dpindahkan karena beberapa faktor.
Dalam hal konservasi, pemanfaatan tumbuhan dan hewan, baik langka
ataupun yang masih melimpah keberadaannya bergantung pada kesadaran
individu Suku Dayak Tunjung, konservasi dilakukan dengan kesadaran masingmasing tanpa paksaan. Sebagai contoh, beberapa burung seperti tiung, betet,
Kappow (sejenis burung parkit), dan merak Kalimantan merupakn burung
langka yang tidak akan diburu atau dibunuh bila dijumpai, begitu juga dengan
tumbuh-tumbuhan seperti anggrek bulan, ulin, meranti dan lain-lain yang saat ini
sudah hampir punah akan dipelihara di alam atau akan dibudidayakan pada
habitat yang layak untuk tumbuhan tersebut tumbuh dan berkembang.
G. Pemanfaatan jenis tumbuh-tumbuhan upacara adat sebagai sumber
belajar biologi dan kaitannya dengan kebudayaan.
Tingkatan pengetahuan masyarakat Suku Dayak Tunjung tentang tumbuhtumbuhan dan keberadaannya di alam saat ini memang masih sangat tinggi,
namu tidak bagi anak-anak remaja dan pemuda. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa anak-anak remaja dan pemuda di wilayah Kabupaten Kutai Barat pada
umumnya dan khususnya remaja dan pemuda Suku Dayak Tujung sangat minim
pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar mereka dan terlebih
hubungan tumbuhan tersebut dengan kehidupan sehari-hari dan juga budaya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
168
Pada masa kini, hal-hal disekitar kehidupan anak-anak remaja dan pemuda
khususnya yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kutai Barat, kurang
diperhatikan. Pengetahuan tentang tumbuhan dan tindakan konservasi serung
dianggap hal yang tidak menguntungkan dan hanya menghabiskan waktu, anakanak remaja lebih tertarik dengan urusan teknologi dan juga perkembangan
dunia maya.
Kurangnya pemahaman tentang tumbuh-tumbuhan dan juga kaitannya
dengan budaya, yang dalam hal ini adalah para remaja yang beranjak dewasa,
perlu di tingkatkan. Dengan meningkatnya pemahaman dan pengetahuan tentang
lingkungan sekitar, khususnya tumbuh-tumbuhan dan juga kaitannya dengan
budaya, dapat menciptakan suatu tindakan konservasi di masa yang akan datang.
Kurangnya pemahaman tentang tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar oleh
anak-anak muda, khususnya di daerah Kabupaten Kutai Barat, perlu
ditingkatkan dengan mengaplikasikan materi baru yang disesuaikan, tentang
tumbuh-tumbuhan lokal yang ada di sekitar dan pemanfaatannya dalah
kehidupan sehari-hari kedalam materi pelajaran tikat satuan pendidikan SMP
maupun SMA.
Hasil dari penelitian ini merupakan rintisan dan data tertulis yang dapat
digunakan, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, dengan cara
menggunakan hasil dari penelitian ini sebagai sumber dan bahan kajian dalam
proses pembelajaran biologi. Hasil dari penelitian ini dapat diaplikaksikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kedalam
materi
keanekaragaman
hayati
pada
kompetensi
169
dasar
“Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya
bagi kelangsungan hidup di bumi”
di satuan pendidikan SMA kelas X
semester II (Silabus & RPP terlampir).
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan ajar bagi guru
dalam memberi dan menyampaikan materi pelajaran biologi, khususnya pada
pokok bahasan keanekaragaman hayati, sehingga siswa khususnya di daerah
kabupaten Kutai Barat, akan lebih mudah memahami, menemukan dan
mengenali jenis tumbuhan apa saja yang ada di sekitar mereka, dan
pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, dan khususnya dalam upacraupacara adat.
Dalam proses pembelajaran, khususnya untuk lebih mudah bagi siswa dalam
memahami, menemukan dan mengenali jenis tumbuhan apa saja yang ada
disekitar mereka serta pemanfaatannya sebagai tumbuh upacara, penerapan
model pendekatan Inquiry menjadi salah satu model pendekatan dalam
pembelajaran yang cocok digunakan. Dengan menggunakan model pendekatan
inquiry, guru tidak perlu menghabislkan semua jam pelajaran untuk menjelaskan
tentang tumbuh-tumbuhan. Proses pembelajaran dengan model pendekatan
inquiry
akan
memberikan
pengalaman
baru
bagi
siswa,
bagaimana
keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar, dan menemukan
langsung jawaban serta pemahaman di lapangan berdasarkan teori yang mereka
dapat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
170
Selain materi, pemberian tugas dan melakukan kegiatan praktikum juga
merupakan proses yang dapat meningkatkan pemahaman siswa tetang tumbuhtumbuhan. Adapaun salah satu tugas yang dapat diberikan adalah siswa diminta
untuk
menentukan
salah
satu
jenis
tumbuhan,
mendeskripsikan,
mengklasifikasikan, dan kemudian menemukan perannya dalam kehidupan
sehari-hari. Tentunya tugas tersebut diberikan beserta batasan waktu yang sesuai
dan memadai. Praktikum dapat dilakukan dengan membuat herbarium
berdasarkan tumbuhan yang dipilih secara mandiri oleh siswa pada tugas
terdahulu. Dengan proses pembelajaran seperti ini diharapkan siswa akan lebih
memahami tentang materi keanekaragaman hayati, terutama perannya dalam
terhadap kelangsungan hidup manusia, khususnya tumbuhan upacara.
Selainnya
meningkatkan pemahaman,
diharapkan
hasil
dari
proses
pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan kepedulian yang mendalam dalam
setiap pribadi siswa, tentang kondisi lingkungan, dan serta langkah-langkah yang
harus diambil ke depan, untuk melestarikan lingkungan sekitar, dalam hal ini,
peran guru saat mendampingi siswa sangat penting.
H. Hambatan-hambatan dalam proses penelitian
Dalam proses penelitian dilapangan, peneliti mangalami hambatan-hambatan
yang disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Kurangnnya data tertulis tentang Suku Dayak Tunjung dibidang budaya,
khususnya tentang proses upacara adat, pengetahuan lokal tentang tumbuhtumbuhan dan proses pemanfaatannya, dan bahkan sejarah dari Suku Dayak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
171
Tunjung itu sendiri masih sangat jarang dijumpai dalam bentuk data tertulis
baku. Semua data yang ada bersifat lisan.
2. Masih banyak tumbuh-tumbuhan endemik di daerah Kabupaten Kutai Barat,
khususnya di lingkungan masyarakat Suku Dayak Tunjung yang belum di
identifikasi, dan hanya dikenal dalam nama daerah.
3. Kurangnya pengetahuan kaula muda yang berasal dari Suku Dayak Tunjung
tentang tumbuh-tumbuhan endemik disekitarnya,
khususnya fungsi dan
pemanfaatan tumbuh-tumbuhan itu sendiri.
4. Hambatan yang terakhir adalah medan, dimana akses yaitu jalanan masih
sangat buruk kualitasnya untuk dilalui, untuk mencapai daerah-daerah yang
memiliki tingkat keanekaragaman tumbuhan yang cukup tinggi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
terdiri dari 78 spesies tumbuhan yang berbeda, 78 spesies ini merupakan
bagian dari 30 famili yang berbeda.
2. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan dalam upacara adat adalah akar, umbi,
batang, kulit batang, daun, bunga, buah dan semua organ.
3. Cara mendapatkan tumbuhan dari alam adalah dengan ritual khusus dan juga
tanpa ritual..
4. Pemanfaatan tumbuhan dalam upacara adat sebagian besar dijadikan bahan
pembuatan alat upacara, dijadikan media penyampaian mantra, bumbu sesaji,
dan pewarna alami dalam upacara penyembuhan, permohonan dan
pemeliharaan.
B. Saran
1. Penelitian ini merupakan rintisan bagi peneliti selanjutnya tentang
pemanfaatan tumbuhan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung,
karena masih banyak data-data yang tidak tercantum, penulis mengharapkan
peneliti selanjutnya untuk melengkapi kekurangan-kekurangan tersebut agar
pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan dalam bidang budaya,
khususnya upacara adat oleh Suku Dayak Tunjung,
172
dapat menjadi satu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
173
kesatuan data yang benar-benar utuh dan tidak akan hilang seiring
berjalannya waktu.
2. Saat penelitian ini dilaksanakan, peneliti menemukan fakta bahwa sangat
sedikit data tertulis tentang kebudayaan Suku Dayak Tunjung, khususnya
pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung,
sehingga dalam hal ini penulis menyarankan untuk diadakan suatu upaya
dokumentasi dan inventarisasi tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan baik
endemik maupun non endemik oleh Suku Dayak Tunjung, sehingga menjadi
suatu data yang kelak dapat digunakan dalam proses pelestarian lingkungan
dan juga tentunya kebudayaan Suku Dayak Tunjung itu sendiri.
3. Dalam bidang pendidikan, penulis menganjurkan agar diadakan materi
khusus yang disesuaikan, tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan lokal pada
satuan pendidikan SMP maupun SMA, baik kaitannya dalam bidang Bidang
budaya, khususnya pemnfaatan tumbu-tumbuhan dalam proses upacara adat,
maupun pemanfaatan tumbuhan pada bidang lainnya dalam kehidupan seharihari. Sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam,
tentang tumbuh-tumbuhan di sekitar mereka dan juga proses pemanfaatannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 20011. Penelitian Hutan Kita,Hidup Kita: Keanekatagaman hayati di
Gunung Eno. Jakarta: Badan Perancangan Pembangunan Daerah Kabupaten
Kutai Barat & TML
Anonim, 2010, The Plant List, www.theplantlist.org, diakses tanggal 12 mei 2014
Anonim, 2012, Your Plant Database, www.plantamor.com, diakses tanggal 10
juni 2014
Attamimi, F. 1997. Pengetahuan Masyarakat Suku Mooi Tentang Pemanfaatan
Sumber Daya Nabati di Dusun Maibo Desa Aimas Kabupaten Sorong.
Skripsi sarjana Kehutanan Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian
Universitas Cenderawasih Manokwari
Bogdan, Robert C. dan Steven J. Taylor. 1993. Kualitatif (Dasar-dasar
penelitian). Diterjemahkan oleh: A. Khozin Afandi. Surabaya: Usaha
Nasional.
Cunningham, A.B. 2001. Applied Ethnobotany (People, Wild Plant Use, and
Conservation). Earthscan. London
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II, BALITBANG
Kehutanan, Jakarta.
Lahajir Y. 2001. Etnoekologi perladangan orang Dayak Tunjung Linggang
(Etnografi lingkungan hidup di Dataran Tinggi Tunjung). Yogyakarta:
Galang Press.
Madrah D. 2001. Adat Sukat Dayak Benuaq dan Tonyooi. Jakarta: Puspa Swara
dan Yayasan Rio Tinto.
Nababan, A., 1995, Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan Hidup di
Indonesia. Jurnal : Kebudayaan, Kearifan Tradisional, dan Pelestarisn
Lingkungan. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies.
Nathanael, Lahajir Y, Kedoi Y, Dedy T, Nikolaus, Rindarwoko, Yustinus. 2010.
Kebudayaan Linggang. Linggang Melapeh. CERD/ Badan Perancangan
Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat.
Prastowo, A. 2012. Metode penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Jogjakarta: AR-Ruzz Media
Purwanto, Y.1999. Etnobotani-Bioteknologi : Keterkaitan system Pengetahuan
Tradisional dan Modern. Makalah Pada Seminar Ilmiah : Membangun
Lingungan Hidup yang Lestari Dengan Memanfaatkan Bioteknologi
Berbasis Keanekaragaman Hayati. Fak. Pertanian Univ. Janabadra. Fak.
Biologi dari Prodi Sosiologi Ffisip Universitas Atma Jaya dan Kehati.
Yogyakarta, 30 Juni 1999.
174
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
175
Rahail, J.P., 1995, Kearifan Budaya Masyarakat Lokal Melestarikan Lingkungan,
tahun XXIV, No. 6, November – Desember. Hal. 417 – 420. Jakarta: Centre
for Strategic and International Studies.
Runtunuwu, E, A. 2013. Studi Etnoekologi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh
Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang di Kabupaten Kutai Barat
Provinsi Kalimantan Timur. Skripsi Sarjana Biologi Jurusan Pendidikan
Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Silaban, R. 2013. Jenis Jenis Rotan. www.raymoon760.wordpress.com. Diakses
tanggal 12 April 2014.
Sirat, M., E, Djaenuderadjat, dan Budiono.1990. Pengobatan tradisional
padamasyarakat pedesaan daerah lampung. Eds Nurana dan Ahmad
Yunus. Depdikbud. Dirjen. Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah
Lampung.
Stenis. V.C.G.J. 1981. Flora Voor De Scholen In Indonesia. Sanduran. Suryo.
Dkk. Cet. II. Yogyakarta: Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas
Biologi Universitas gajah Mada Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan. Cet IX. Yogyakarta: Gajahmada
University Press.
Wahyudi P,S. (1997). Kupatan Jalasutera Tradisi, Makna dan Simboliknya.
Yogyakarta: Depdikbud.
Yati, K. 2004. Studi Etnobotani Tentang Bahan Obat Tradisional yang digunakan
oleh Masyarakat pada Tiga Kenagarian di Kabupaten Agam. Skripsi
Sarjana Biologi FMIPA UNAND.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 1
PETA WILAYAH PENELITIAN
176
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
177
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 2
INFORMAN PRIMER
Berikut ini merupakan data-data informan primer dalam penelitian ini:
1. Nama
Nama Panggilan
Domisili
Jenis kelamin
Umur
Agama
Jabatan
2. Nama
Nama Panggilan
Domisili
Jenis kelamin
Umur
Agama
Jabatan
Tradisional
: Ardin
: Taman Nani
: Kampung Linggang Bigung, Kec, Linggang
Bigung, Kab.Kutai Barat
: Laki-Laki
: 76 Tahun
: Kristen Protestan
: Ketua Dewan Adat Linggang
: Digot
: Taman Sawai/Boq Moq
: Kampung Linggang Bigung, Kec, Linggang
Bigung, Kab.Kutai Barat
: Laki-laki
: 105 Tahun
: Katolik
: Pelaku Upacara Adat dan Ahli Pengobatan
3. Nama
: Ibu Minah
Nama Panggilan
Domisili
Kab. KutaiBarat
Jenis kelamin
Umur
Agama
Jabatan
: Men Saban
: Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok,
4. Nama
Nama Panggilan
Domisili
Kab. KutaiBarat
Jenis kelamin
Umur
Agama
Jabatan
: Mpo Mong
:: Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok,
:
:
:
:
Perempuan
76 Tahun
Katolik
Pelaku Upacara Adat
: Laki-laki
: - *(berkisar Antara 94 Hingga 102) Tahun
: : Pelaku Upacara Adat Regional Kab. Kutai Barat
dan Guru dari Pelaku Upacara Lainnya
178
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
179
5. Nama
Nama Panggilan
Domisili
: Nata
:: Kampung Linggang Amer, Kec, Linggang
Bigung, Kab.Kutai Barat
Jenis kelamin
Umur
Agama
Jabatan
:
:
:
:
6. Nama
Nama Panggilan
Domisili
Kab. KutaiBarat
Jenis kelamin
Umur
Agama
Jabatan
: Jadi**
: Taman Saban
: Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok,
7. Nama
Nama Panggilan
Domisili
: Ngeliq
: Taman Seloi/Kakek Mapan
: Kampung Linggang Mapan, Kec.Linggang
Bigung, Kab. Kutai Barat
: Laki-Laki
: -*(Berkisar antara 67 hingga 77 Tahun)
: Katolik
: Sekretaris Desa Linggang Mapan, Anggota
Dewan Adat Linggang, Penasehat Dewan Adat
Linggang.
Jenis kelamin
Umur
Agama
Jabatan
:
:
:
:
Laki-Laki
- *(Berkisar Antara 60 Hingga 70) Tahun
Pelaku Upacara Adat
Laki-Laki
-*(Berkisar antara 67 hingga 80 tahun)
Katolik
Pelaku Upacara Adat
Catatan:
(*)
Masyarakat Suku Dayak Tunjung yang lahir sebelum tahun 45, tidak
mengingat atau mencatat tahun kelahiran mereka, sehingga pada masa
sekarang, banyak dari para tetua Suku Dayak Tunjung yang tidak
mengetahui secara tepat umur mereka.
(**) Narasumber atau informan primer yang telah meninggal,beberapa waktu
setelah penulis selesai melakukan perekaman data.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 3
JENIS UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG
Sebuah upacara adat memiliki tujuan dalam pelaksanaannya, begitu juga
upacara adat Suku Dayak Tunjung. Upacara adat Suku Dayak Tunjung
dilksanakan dengan tujuan penyembuhan suatu penyakit dan ganguan
kesehatan, permintaan bantuan serta perlindungan dan keselamatan kepada
alam, bersukur kepada alam, dan juga permintaan maaf kepada alam. Upacara
adat Suku Dayak Tunjung terbagi kedalam tiga jenis ketegori, yaitu upacara
kecil,sedang dan besar. Kategoti ini terbentuk berdasarkan jumlah dari alat,
sesaji, jumlah pelaku upacara, dan durasi upacara. Semakin lama durasi
upacara maka sesaji yang digunakan akan semakin banyak, jenis hewan yang
dikorbankan semakin besar dan banyak, dan jumlah pelaku upacara lebih dari
1 orang.
Berikut ini adalah deskripsi upacara adat Suku Dayak Tunjung.
1. Banyungk
Banyungk adalah upacara adat dengan durasi waktu upacara 1 hari dengan 1
orang pelaku upacara adat. Hewan kurban yang digunakan biasanya berupa
anjing dan ayam, dan upacara ini bertujuan untuk menyembuhkan atau
meminta pertolongan kepada alam. Upacara adat banyungk tergolong kedalam
upacara adat skala sedang dan pelaksanaanya adalah pada waktu siang hari.
2. Beliant Bawo
Beliat Bawo adalah upacara adat Suku Dayak tunjung yang bertujuan untuk
mengobati ataupun menemukan segala macam bentuk ganguan kesehatan
yang terjadi. Upacara ini dilaksanakan pada malam hari dengan 1 atau lebih
pelaku upacara, dan bisa dilaksanakan dalam durasi lebih dari 1 hari jika
penyebab gangguan kesehatan belum ditemukan. Meski demikian, upacara ini
merupakan upacara adat yang tergolong kedalam upacara adat skala sedang
yang berdasarkan alat dan sesaji upacara serta hewan yang dikorbankan dalam
upacara adat.
3. Beliant Kencong
Beliant Kencong adalah upacara adat dengan tujuan yang sama dengan
Beliant Bawo, yaitu penyembuhan. Upacara adat ini dilaksanakan malam hari
dengan durasi waktu 6 hingga 12 jam dalam keseluruhan waktu
pelaksanaannya. Beliant Kencong melibatkan 1 pelaku upacara dan tergolong
kedalam skala upacara menengah.
4. Beliant Loangan (Mantir)
Beliant Loawangan adalah jenis upacara yang bertujuan untuk penyembuhan
suatu penyakit dan sekaligus merupakan permintaan maaf kepada alam karena
individu yang menjadi objek upacara telah melakukan kesalahan kepada alam
dan untuk itu menderita suatu ganguan kesehatan. Durasi upacara ini hanya 1
hari dengan pelaku upacara tunggal, tergolong kedalam upacara berskala
menengah.
180
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
181
5. Beliant Nyenturuh Bukur
Beliant nyenturuh Bukur adalan upacara dengan tujuan penyembuhan.
Upacara dilaksanakan dalam durasi waktu lebih dari satu hari dan tergolong
dalam upacara berskala besar karena melibatkan banyak organ tumbuhan yang
dijadikan alat dan bahan dalam upacara, dan juga hewan yang dikorbankan
biasanya berupa babi, pelaku upacara tunggal.
6. Beliant Nyumangk
Beliant Nyumangk adalah proses upacara berskala sedang, dan dilaksanakan
dalam durasi waktu 1 hari. Pelaku upacara tunggal, adapun maksud dan tujuan
dari upacara adat ini adalah penyembuhan. Dalam pelaksanaannya upacara
adat Beliant Nyumangk dilaksanakan untuk mengobati orang yang mengalami
ganguan kepribadian dan mental.
7. Beliant Rantau Perangk
Beliant Rantau Perangk adalah proses upacara yang berskala besar,
dilaksanakan dalam durasi waktu 2 hari atau lebih dengan pelaku upacara
wanita tunggal, hewan yang dikorbankan berupa babi, dan mengukan banyak
alat dan juga media yang dibuat dari organ tumbuh-tumbuhan. Biasanya
orang-orang yang aktif dalam bidang kebudayaan, khususnya dewan adat
pada suatu desa Suku Dayak Tunjung yang sering menderita penyakit atau
gangguan kesehatan yang kemudian menjadi objek dari dilaksanakannya
proses upacara ini.
8. Beliant Semur
Beliant Semur adalah proses upacara adat yang bertujuan untuk mengobati
suatu penyakit, dan atau membayar suatu permintaan yang ditujukan kepada
alam. Proses upacara ini berlangsung dalam kurun waktu 2 hari, pelaku
upacara adalah laki-laki.
9. Beliant Sentiu
Beliant sentiu merupakan proses upacara yang hampir sama dengan Beliant
Semur, namun berbeda dalam gaya bahasa upacaranya. Merupakan
pengobatan dan penyampaian terima kasih kepada alam atas suatu
permintaan. Proses upacara dilaksanakan dalam waktu 2 hari atau lebih,
pelaku upacara tunggal dan merupakan proses upacara berskala menengah.
10. Gugu taont
Gugu taont adalah upacara berskala besar, yang biasanya dilakukan oleh
persatuan adat suatu kampung. Upacara adat ini bertujuan untuk
menyampaikan syukur kepada alam atas segala sumberdaya yang telah
disediakan, sehingga masyarakat dapat hidup dalam keadaan SDA yang
melimpah, sekaligus permohonan kepada alam agar terus dalam keadaan yang
stabil dan tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti bencana alam
dan lain-lain. upacara ini berlangsung dalam durasi waktu lebih dari 2 hari dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
182
melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara. Tempat pelaksanaannya biasanya di
hutan ataupun pada rumah adat Suku Dayak Tunjung yang dikenal dengan
nama Lamin Adat.
11. Hajat
Hajat adalah upacara yang dilakukan oleh satu keluarga atau individu dan
tergolong kedalam upacara berskala kecil. Hajat adalah upacara permintaan
kepada alam, baik permintaan atas keselamatan, kesembuhan, kemakmuran
dan lain-lain. Pelaku upacara dalam jenis upacara adat ini adalah pelaku
upacara tunggal, durasi waktu yang digunakan proses upacara tidak lebih dari
1 hari.
12. Ngawai
Ngawai adalah upacara adat yang bertujuan untuk menyembuhkan atau
menghilangkan suatu gangguan terhadap kesehatan individu ataupun
gangguan terhadap lahan pertanian berupa hama dan lain-lain. Gangguan yang
ditimbulkan kebanyakan berupa ulang iseng dari individu-individu dalam
masyarakat itu sendiri. Upacara ngawai adalah upacara adat berskala kecil
dengan durasi pelaksanaan hanya 3 hingga 4 jam. Pelaku upacara tunggal.
13. Pakant Talunt
Pakant Talunt adalah jenis upacara yang dilakukan oleh individu, organisasi
ataupun oleh dewan adat. Upacara adat ini bertujuan untuk menyampaikan
permintaan maaf kepada alam khususnya hutan. Upacara ini dilaksanakan
bisasanya setelah terjadi suatu perusakan alam, baik penebangan liar dan lainlain yang merusak hutan, bisa juga karena telah membunuh hewan tertentu
tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Segala perbuatan tersebut menimbulkan
murka alam sehingga terjadinya beberapa gangguan kepada pihak yang
bersangkutan secara terus menerus. Upacara pakant talunt juga bisa
merupakan permintaan izin kepada alam, untuk membuka lahan baru diarea
tersebut. Upacara pakant talunt merupakan upacara yang dilaksanakan dalam
durasi waktu 2 hari atau lebih, dan termasuk dalam upacara adat berskala
besar. Upacara adat pakant talunt melibatkan lebih atau hanya 1 pelaku
upacara.
14. Papat
Papat dalah jenis upacara adat yang bertujuan untuk meminta perlindungan
dan pertolongan kepada alam, biasanya permintaan yang diajukan kepada
alam berupa keselamatan. Pelaku upacara adat tunggal, upacara dilaksanakan
pada waktu siang hari dengan durasi waktu upacara 6 hingga 8 jam. Termasuk
upacara dengan skala sedang.
15. Timeq
Timeq adalah jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang bertujuan untuk
mengobati suatu penyakit, tergolong kedalam upacara dengan skala besar
karena dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama, durasi keseluruhan proses
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
183
upacara adat ini adalah 8 hari dan mengunakan banyak sekali organ tumbuhtumbuhan untuk menajadi alat dan juga media dalam pelaksanaanya. Timeq
melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara, dan memerlukan 8 ekor babi yang
nantinya dalam proses upacara akan dijadikan hewan korban.
16. Ngelakuq bangkai
Ngelakuq bangkai adalah upacara yang dilaksanakan untuk mengantarkan roh
orang-orang yang telah meninggal dunia ke peristirahatan terakhir mereka,
agar dapat beristirahat dengan tenang dan damai. Upacara ini dilaksanakan
dalam durasi waktu 1 minggu atau lebih. Upacara adat ngelakuq bangkai
merupakan upacara adat berskala besar, melibatkan hingga 3 pelaku upacara,
dan hewan yang dikorbankan biasanya berupa kerbau, babi dan ayam.
17. Sentangih
Sentangih adalah jenis upacara Suku Dayak Tunjung untuk melepaskan roh
orang yang telah meninggal ke alam lain, upacara ini dilaksanakan dalam
waktu 1 hingga 2 minggu, dan melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara.
Sentangih merupakan proses upacara berskala besar, dengan melibatkan
banyak media dan alat upacara yang berasal dari daun tumbuh-tumbuhan.
Hewan korban dalam proses upacara ini adalah babi dan ayam.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 4
ISTILAH DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG
Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, teradapat istilah- istilah yang
dalam bahasa tunjung yang menggambarkan suatu proses atau alat, berikut
definisi dari istilah-istikah tersebut.
1. Ancakq
Kulit kayu yang dianyam menjadi berbentuk keranjang atau nampan, ancakq
berfungi untuk meletakan sesaji dalam proses upacara adat.
2. Anjat/Bakeq
Anjat atau Bakeq adalah tas khas suku Dayak Tunjung, terbuat dari bahan dasar
rotan yang dianyam. Berbentuk kurang lebih seperti gentong air dengan tinggi
antara 30 hingga 70 cm dan dimeter berkisar antara 30 hingga 45 cm. Anjat
digunakan untuk membawa barang sehari-hari dengan cara dijinjing.
3. Burai
Burai dalam bahasa tunjung berarti bedak, biasanya terbuat dari tepung beras
dan dicampurkan dengan berbagai organ tumbuhan, untuk menghasilkan kasiat
tertentu.
4. Gaka
Gaka merupakan sebutan Dalam Bahasa Dayak Tunjung, untuk jenis tumbuhan
merambat yang memiliki akar semu, penambahan kata Gaka dibelakang nama
tumbuhan akan menggambarkan deskripsi tumbuhan tersebut sebagai tumbuhan
merambat atau liana.
5. Jampiq
Jampiq merupakan alat atau media dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung,
terbuat dari daun pisang yang dirobek kecil berbentuk pita, bisa juga berbentuk
cairan atau ramuan dari daun tumbuhan. Jampiq berfungsi untuk menyampaikan
mantera ataupun berkat upacara kepada subjek upacara.
6. Jeak
Jeak merupakan media untuk menghilangkan segala pengaruh negatif dari proses
upacara adat, selama dan setelah upacara adat berlangsung. Jeak merupakan
media yang dibuat dari gabungan beberapa organ tumbuhan dari berbagai
spesies, biasanya organ yang digunakan adalah daun dan sebagian kecil batang
atau ranting serta pelepah.
7. Kabungk
Kabungk adalah alat dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung yang dibuat dari
daun punang dan aren, dan dibentuk seperti pagar dan diletakan melintang atau
horizontal mengeliligi pusat upacara adat.
184
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
185
8. Kelangkangk
Kelangkangk merupakan alat untuk meletakan sesaji dalam upacara adat Suku
Dayak Tunjung, terbuat dari bambu yang dianyam berbentuk nampan segi empat
dengan ukuran 20x20 cm. kelangkangk hanya digunakan dalam upacara
kematian.
9. Kerenyamp.
Kerenyamp adalah patung yang terbuat dari bedak dan berbentuk manusia, dan
diletakan dalam beras, bedak ini berasal dari daun kayu yang dicampur dengan
tepung beras.
10. Lemang
Lemang merupakan makanan khas dari Suku Dayak Tunjung, yaitu nasi dari
beras ketan yang dimasak didalam bambu dan dicampurkan dengan santan.
Bambu bagian dalam dilapisi dengan daun pisang.
11. Longan Bayat
Kabungk adalah alat upacara adat Suku Dayak Tunjung yang dibuat dari batang
tumbuhan. Batang tumbuhan dibelah menyerupai pisau, dan kemudian dirangkai
bersilangan pada sebuah papan dengan panjang 50 cm. dipasang didalam rumah
dengan cara digantung.
12. Noccou
Proses mewarnai daun kelapa untuk alat atau keperluan kebudayaan, warna yang
dihasilkan biasanya merah dan kuning. Pewarna yang digunakan adalah pewarna
alami yang diciptakan dari organ tumbuh-tumbuhan lainnya.
13. Pantiq
Pantiq merupakan alat dalam upacara melas, pantiq diciptakan dari bambu
kuayant, dengan bentuk menyerupai kursi, berfungsi untuk tepat duduk objek
upacara dalam menerima berkat upacara.
14. Pencawangk
Sebuah alat upacara dari daun beserta pelepah Kumar (salak hutan), yang
kemudian ditancapkan di tanah. Kabungk ini sekilas tampak seperti pahon natal,
karena ada tumbuhan merambat atau liana yang dilitkan mengelilingi kabungk,
pada bagian bawah terdapat buah nanas yang digantungkan pada kabungk.
15. Pengasi
Pengasi adalah bunga ataupun daun tumbuh-tumbuhan yang dicampurkan
dengan air dalam suatu wadah, dan air ini dipercikan ataupun diteteskan kepada
peserta upacara, hal ini dimaksud untuk menyucikan peserta upacara tesebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
186
16. Pengumak
Pengumak adalam istilah untuk alat upacara yang dibuat dari daun hanjuang
merah dalam upacara ngawat, daun hanjunag merah ini digunakan sebagai
replika parang atau mandau yang melambangkan senjata dalam upacara adat.
17. Reef
Reef adalah sebutan untuk rautan dari batang tumbuh-tumbuhan. Biasanya
rautan ini dibuat dengan pisau raut khas Suku Dayak Tunjung yang disebut isa.
Selain dalam upacara adat, reef juga berfungsi untuk menyalakan api didalam
hutan, karena reef merupaka rautan tipis seperti pita,sehingga mudah terbakar.
Reef yang digunakan dalam upacara adat adalah reef yang dibiarkan melekat
pada batang tumbuhan tersebut.
18. Ruyaq
Ruyaq dalam bahasa dayak tunjung adalah kesatuan suatu alat untuk
menciptakan atau membangun sesuatu.
19. Simpai
Simpai merupakan anyaman dari rotan yang telah diraut halus, anyam ini
membentuk suatu simpul yang sangat kokoh.
20. Subbai
Subbai merupakan bambu panjang yang ditancap di tanah, pada seluruh batang
bambu ini diberi rautan dari batang tumbuhan (reef).
21. Tara
Tara adalah cara memasak makanan Suku Dayak tunjung yang hampir mirip
dengan Lemang, yaitu makanan dimasak didalam batang bambu. Biasa makanan
yang dimasak dengan cara ini bisa berupa daging atau beras. Hasil dari cara
memasak ini yang kemudian dikenal dengan istilah Tenara.
22. Telusuq
Telusuq adalah nasi yang dimasak dengan cara Tenara, setelah matang, bambu
dikupas bagian luarnya, bagian atas bambu diberi tutupan daun pisang/pisang
hutan. Nasi dalam bambu inilah yang disebut telusuq. Telusuq hanya dibuat
untuk sesaji upacara saja. Untuk konsumsi, nasi yang dimasak didalam bambu
setelah matang langsung dibelah dan dimakan, tidak perlu diberikan perlakuan
apapun lagi.
23. Wuint awooiy
Wuint awooiy adalah sebutan untuk alat upacara dari tumbuhan biruq dan
tumbuhan gai syi’it. Kedua tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan utama
dalam pembuatan wuint awooiy, tumbuhan digunakan secara utuh (semua organ
tumbuhan) . wuint awooiy diletakan didalam rumah atau pada pusat upacara
yang sedang berlangsung.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 5
TABEL KLASIFIKSI TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG
No
Daerah
Nama
Umum
Ilmiah
1.
Jojot
Pisang hutan
2.
Sempat
3.
Famili
Ordo
Musa balbisiana
Musaceae
Zingiberales
Liliopsida
Magnoliophyta
-
-
Zingiberaceae
Zingiberales
Liliopsida
Magnoliophyta
Juangk
Hanjuang Merah
Cordyline
terminalis L
Agavaceae
Liliales
Liliopsida
Magnoliophyta
4.
Jeloq
Pisang
Musa acuminata
Musaceae
Zingiberales
Liliopsida
Magnoliophyta
5.
Nancangk
Mahang
Euphorbiaceae
Malpighiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
6.
Nyoo
Kelapa
Macaranga
mappa
Cocos nucifera
Arecoideae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
7.
Tabak
-
-
Poaceae
Poales
Liliopsida
Magnoliophyta
8.
Lutuq
Bambu
Bambusa Sp
Poaceae
Poales
Liliopsida
Magnoliophyta
9.
Gaka malongk
-
-
-
-
-
-
10.
Cahai
Kunyit
Curcuma
domestica
Zingiberaceae
Zingiberales
Liliopsida
Magnoliophyta
11.
Lejaq
Jahe
Zingiber officinale
Zingiberaceae
Zingiberales
Liliopsida
Magnoliophyta
12.
Teliant
Ulin
Eusideroxylon
zwageri
Lauraceae
Laurales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
13.
Ntugaq
-
-
-
-
-
-
14.
Tempera
-
-
Urticaceae
Rosales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
15.
Tokongk
-
Amomum
aculeatum
Zingiberaceae
Zingiberales
Liliopsida
Magnoliophyta
16.
Kuayant
Bambu
Bambusa
arundinacea
Poaceae
Poales
Liliopsida
Magnoliophyta
17.
Tuuq
Tebu
Saccharum sp.
Poaceae
Poales
Liliopsida
Magnoliophyta
18.
Pangir/Bungaq
-
Morinda sp.
Rubiaceae
Rubiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
187
Kelas
divisi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
188
No
Daerah
Nama
Umum
Ilmiah
19.
Pujaq
-
20.
Ami
Gambir
21.
Gaka kedot
Liana
-
22.
Gai pelas
Rotan
Calamus
penicillatus Roxb
23.
Harump
-
-
24.
Komat
Puring hijau
25.
Ngkapaq
Paku sarang
burung
Codiaeum
variegatum.
Asplenium nidus
26.
Muungk/Hemungk
Sembung
27.
Kuncengk
28.
29.
Famili
Ordo
Kelas
divisi
-
Apocynaceae
Gentianales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Uncaria gambir
Rubiaceae
Gentianales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Fabaceae
Fabales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Arecaceae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
Acanthaceae
Scrophulariales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Euphorbiaceae
Euphorbiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Polypodiaceae
Polypodiales
Pteridopsida
Pteridophyta
Blumea
Balsamifera
Asteraceae
Asterales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Heredong
Melastoma affine
Melastomataceae
Myrtales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Peridangk
Rumput Teki
Cyperus rotundus
Cyperaceae
Cyperales
Liliopsida
Magnoliophyta
Paatn
Pinang
Areca catechu
Arecaceae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
30.
Sarap
Aren
Arenga pinnata
Arecaceae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
31.
Rakap
Sirih
Piper betle
Piperaceae
Piperales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
32.
Wangunt
-
-
Meliaceae
Sapindales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
33.
Nyelutui
Kayu Gabus
Alstoniae cortex
Apocynaceae
Gentianales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
34.
Pengoq
-
-
Sapindaceae
Sapindales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
35.
Pengoq peai
-
-
Piperaceae
Piperales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
36.
Sewet
Pisang Hutan
Musa Sp
Musaceae
Zingiberales
Liliopsida
Magnoliophyta
37.
Mawa
-
-
Cannabaceae
Urticales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
38.
Puant
Keledang
Moraceae
Urticales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
39.
Jiee
-
Artocarpus
lanceifolius Roxb
-
-
-
-
-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
189
No
Daerah
Nama
Umum
Ilmiah
40.
Persiah
-
41.
Paku-paramp
-
42.
Tu-tawa
43.
Memaliq/Smeneo
44.
45.
Famili
Ordo
Kelas
divisi
-
Poaceae
Poales
Liliopsida
Magnoliophyta
Polypodiaceae
Lamiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
-
Polypodium
vulgare
Costus speciosus
Zingiberaceae
Zingiberales
Liliopsida
Magnoliophyta
-
-
-
-
-
-
Gaka Ngelagit
-
-
Leguminosae
Fabales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Lempung ngayo
-
-
Rhizophoraceae
Myrtales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
46.
Rekep
-
-
Sapindaceae
Sapindales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
47.
Gai syi’it
Rotan
Arecaceae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
48.
Gai sokak
Rotan
Calamus
balingensis
Furtado
Calamus caesius
Arecaceae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
49.
Daun biruq
-
Livistona sp
Arecaceae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
50.
Terincingk
Nanas
Ananas comosus
Bromeliaceae
Bromeliales
Liliopsida
Magnoliophyta
51.
Kumar/Lempucant
-
Eleiodoxa
conferta
Arecaceae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
52.
Telasih
Selasih
Lamiaceae
Lamiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
53.
Katapuq
-
Ocimum
basilicum
Thymus vulgaris
Lamiaceae
Lamiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
54.
Pegangk Lau
Ilalang
Imperata
brevifolia
Poaceae
Poales
Liliopsida
Magnoliophyta
55.
Bunglew
-
-
Moraceae
Urticales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
56.
Deraya
-
-
-
-
-
-
57.
Peringk Taliq
-
Bambusa sp.
Poaceae
Poales
Liliopsida
Magnoliophyta
58.
Kuayant Kuning
-
Bambusa
vulgaris Schard
Poaceae
Poales
Liliopsida
Magnoliophyta
59.
Nturui
-
Artocarpus.sp
Moreceae
Urticales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
60.
Lunuk
Beringin
Ficus benjamina
Moraceae
Urticales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
190
No
Daerah
Nama
Umum
Ilmiah
61.
Raja Pengalah
Benalu
62.
Pentar
63.
64.
65.
Famili
Ordo
Kelas
divisi
Loranthus sp.
Loranthaceae
Santalales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
-
Ficus carica
Moraceae
Urticales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Nggkuduq
Mengkudu
Morinda citrifolia
Rubiaceae
Rubiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Lancingk senit
Langusei
Ficus minahassae
Moraceae
Urticales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Mermungk
-
-
-
-
-
-
66.
Engkehuyo
-
Asteraceae
Asterales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
67.
Tuq salah
Tebu
Poaceae
Poales
Liliopsida
Magnoliophyta
68.
geriq
Kemiri
Chromolaena
odorata
Saccharum
officinarum L
Aleurites
moluccana
Euphorbiaceae
Euphorbiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
69.
Isak-isik
-
Ctenanthe sp.
Marantaceae
Zingiberales
Liliopsida
Magnoliophyta
70.
Akar
Liana
-
Leguminosae
Fabales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
71.
Ukor
-
-
Arecaceae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
72.
Bemant
Bemban
Donax
canniformis
Marantaceae
Zingiberales
Liliopsida
Magnoliophyta
73.
Botoq
Ramban
Celtis australis
Cannabaceae
Urticales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
74.
Niungk
-
-
Arecaceae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
75.
Jauq
-
-
Arecaceae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
76.
Belayant
-
Tinospora crispa
Menispermaceae
Ranunculales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
77.
Ntrarant
-
Amomum sp.
Zingiberaceae
Zingiberales
Liliopsida
Magnoliophyta
78.
Biruq Torungk
-
Livistona sp
Arecaceae
Arecales
Liliopsida
Magnoliophyta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 6
TABEL JUMLAH FAMILI YANG TERIDENTIFIKASI
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
FAMILI
Musaceae
Cannabaceae
Moraceae
Zingiberaceae
Agavaceae
Euphorbiaceae
Arecoideae
Poaceae
Lauraceae
Urtiaceae
Rubiaceae
Apocynaceae
Fabaceae
Arecaceae
Acanthaceae
Polypodiaceae
Asteraceae
Melastomataceae
Cyperaceae
Piperaceae
Meliaceae
Sapindaceae
Leguminosae
Rhizophoraceae
Bromeliaceae
Lamiaceae
Moreceae
Loranthaceae
Marantaceae
Menispermaceae
Tidak teridentifikasi
Total
191
Jumlah
3
2
5
6
1
3
1
9
1
1
3
2
1
11
1
2
2
1
1
2
1
2
2
1
1
2
1
1
2
1
6
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 7
TABEL JUMLAH ORDO TUMBUAHN UPACARA ADAT YANG
TERIDENTIFIKASI
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Ordo
Zingiberales
Liliales
Malpighiales
Arecales
Poales
Laurales
Rosales
Rubiales
Gentianales
Fabales
Scrophulariales
Euphorbiales
Polypodiales
Myrtales
Cyperales
Piperales
Sapindales
Urticales
Lamiales
Bromeliales
Santalales
Asterales
Ranunculales
192
Jumlah
11
1
1
12
9
1
1
2
3
3
1
2
1
2
1
2
3
8
3
1
1
2
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 8
JUMLAH KELAS DAN DEVISI TUMBUHAN UPACARA ADAT YANG
TERIDENTIFIKASI
1.
2.
3.
1.
2.
JUMLAH KELAS
Liliopsida
Magnoliopsida
Pteridopsida
35
36
1
JUMLAH DEVISI YANG TERINDENTIFIKASI
Magnoliophyta
71
Pteridophyta
1
193
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 9
Tabel Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung
Nama
No
Organ yang
digunakan
Jenis upcara
Melimpah
Papat
Liar
Melimpah
Beliant Loangan
(Mantir)
- Dijadikan media penyampian
mantra dalam upacara adat
- Dijadikan Pengumak
Budiadaya
Kurang
Dijadikan patung, pembungkus
sesaji, dan juga media
penyampaian mantra.
Batang dijadikan bahan pembuat
balai, kulit batang dijadikan
ancak, daun sebagai alas dalam
meletakan sesaji pada balai.
Buah dijadikan alat dalam
upacara, sedangkan daun selain
sebagai alat juga dijadikan
pembungkus makanan wajib
dalam upacara seperti ketupat dll.
Dibakar dan dijadikan media
perantara antara pelaku upacara
dengan alam sekitar.
Dijadikan media tempat memasak
sesaji, dan dijadikan media dalam
upacara adat
Dijadikan tali pengikat dalam
pembuatan alat-alat upacara
Dijadikan pewarna dalam
pembuatan media upacara adat
Budidaya
Melimpah
Beliant Semur,
Beliant Bawo, Beliant
Sentiu, Beliant
Kencong
Semua Upacara Adat
Liar
Melimpah
Timeq, Papat
Budidaya
Melimpah
Semua Upacara Adat
Budidaya/li
ar
Kurang
Semua Upacara Adat
Liar
Melimpah
Semua Upacara Adat
Liar
Melimpah
Papat, Pakant Talunt
Budidaya
Melimpah
Semua Upacara Adat
Budidaya
Melimpah
Papat
Umum
Ilmiah
Famili
1.
Jojot
Pisang hutan
Musa
balbisiana
Musaceae
Daun,
Batang, Akar
Dijadikan patung, pembungkus
sesaji, dan juga media
penyampaian mantra.
2.
Sempat
-
-
Zingiberaceae
Batang dan
akar
Dijadikan patung
3.
Juangk
Hanjuang
Merah
Cordyline
terminalis L
Agavaceae
Daun
4.
Jeloq
Pisang
Musa
acuminata
Musaceae
Daun,
Batang, Akar
5.
Nancangk
Mahang
Macaranga
mappa
Euphorbiaceae
Batang, Kulit
batang dan
Daun
6.
Nyoo
Kelapa
Cocos nucifera
Arecoideae
Buah dan
Daun
7.
Tabak
-
-
Poaceae
Akar
8.
Lutuq
Bambu
Bambusa Sp
Poaceae
Batang
9.
-
-
-
Batang
10.
Gaka
malongk
Cahai
Kunyit
Curcuma
domestica
Zingiberaceae
Umbi
11.
Lejaq
Jahe
Zingiber
officinale
Zingiberaceae
Umbi
Cara penggunaan
Dijadikan bumbu dalam
pembuatan sesaji upacara
194
Jenis dan
sumber
perolehan
Liar
Ketersediaan
di lapangan
Daerah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
195
Nama
No
Daerah
Umum
Ilmiah
Famili
Organ yang
digunakan
12.
Teliant
Ulin
Eusideroxylon
zwageri
Lauraceae
Batang
Dijadikan patung dan juga tiang
balai dalam upacara adat
13.
Ntugaq
-
-
-
Batang dan
Daun
14.
Tempera
-
-
Urtiaceae
Daun, Batang
Dijadikan patung dan juga tempat
menggantungkan ancak disetiap
sudut balai
Dijadikan tali pengikat dalam
pembuaran media upacara, jeak.
15.
Tokongk
-
Amomum
aculeatum
Zingiberaceae
Batang dan
akar
16.
Kuayant
Bambu
Poaceae
17.
Tuuq
Tebu
Bambusa
arundinacea
Saccharum sp.
18.
Pangir/Bung
aq
-
19.
Pujaq
20.
Jenis dan
sumber
perolehan
Liar
Ketersediaan
di lapangan
Jenis upcara
Langka
Papat, Hajat
Liar
Melimpah
Papat
Liar
Melimpah
Papat, Pakant Talunt.
Dll.
Dijadikan bahan pembuatan
Balai, rempah sesaji.
Liar
Melimpah
Banyungk
Batang
Dijadikan Balai atau Pantiq
Liar
Melimpah
Upacara Adat Kenu
Poaceae
Batang
Budidaya
Melimpah
Timeq, Gugu Taont
Morinda sp.
Rubiaceae
Bunga
Liar/Budida
ya
Kurang
Semua Upacara Adat
-
-
Apocynaceae
Daun
Dijadikan Tiang pusat tari
upacara
Media dalam menyampaikan
“berkat” upacara kepada objek
upacara
Digunakan sebagai pewarna
atribut upacara
Liar/Budida
ya
Langka
Semua Upacara Adat
Ami
Gambir
Uncaria gambir
Rubiaceae
Daun
Dijadikan Jampiq
Langka
21.
Gaka kedot
Liana
-
Fabaceae
Batang
Digunakan untuk mengikat dalam
pembuatan balai
Liar/Budida
ya
Liar
Melimpah
Papat, Kenu,
Banyungk
Banyungk
22.
Gai pelas
Rotan
Arecaceae
Batang
Digunakan untuk
menggantungkan subbai
Liar
Kurang
Melas
23.
Harump
-
Calamus
penicillatus
Roxb
-
Acanthaceae
Daun
Digantung pada Longan Bayat
Liar/Budida
ya
Kurang
Beliant Mantir
24.
Komat
Puring hijau
Codiaeum
variegatum.
Euphorbiaceae
Daun dan
Batang
Dijadikan pengasi
Liar/Budida
ya
Melimpah
Beliant Semur
25.
Ngkapaq
Paku sarang
burung
Asplenium
nidus
Polypodiaceae
Daun
Dijadikan anjat dalam upacara
adat
Liar
Melimpah
Beliant Bawo
26.
Muungk/He
mungk
Sembung
Blumea
Balsamifera
Asteraceae
Daun dan
Batang
Dijadikan pengasi
Liar
Melimpah
Beliant Semur
Cara penggunaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
196
Nama
No
Daerah
Umum
Ilmiah
Famili
Organ yang
digunakan
27.
Kuncengk
Heredong
Melastoma
affine
Melastomataceae
Bunga
28.
Peridangk
Rumput Teki
Cyperaceae
Daun
29.
Paatn
Pinang
Cyperus
rotundus
Areca catechu
Arecaceae
Daun, Bunga,
Buah, Batang
30.
Sarap
Aren
Arenga pinnata
Arecaceae
31.
Rakap
Sirih
Piper betle
32.
Wangunt
-
33.
Nyelutui
34.
Pengoq
35.
Pengoq peai
36.
Sewet
37.
Mawa
38.
Jenis dan
sumber
perolehan
Liar
Ketersediaan
di lapangan
Jenis upcara
Melimpah
Beliant Sentiu
Lair
Melimpah
Banyungk
Digunakan menjadi Kabungk
Budidaya,
Liar
Melimpah
Daun Muda
Kabungk
Melimpah
Piperaceae
Daun
Bahan pembuatan Jampi
-
Meliaceae
Batang
Untuk Rautan (Reff), diletakan
pada Benawingk
Budiaya,
Liar
Budidaya,
Liar
Liar
Melimpah
Banyungk dan
haampir semua
upacara adat Suku
Dayak Tunjung
Timeq, Beliant Bawo,
Semur, Sentiu
Hampir semua
upacara adat
Melas
Kayu Gabus
Alstoniae cortex
Apocynaceae
Batang
Liar
Melimpah
Beliant Semur
-
-
Sapindaceae
Daun
Dijadikan patung dengan jenis
kelamin wanita
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Semua Upacara Adat
-
-
Piperaceae
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Semua Upacara Adat
Pisang Hutan
Musa Sp
Musaceae
Jantung buah,
Daun, Batang
Liar
Melimpah
Beliant Nyenturuh
Bukur
-
-
Cannabaceae
Liar
Melimpah
Puant
Keledang
Moraceae
Liar
Kurang
Hampir semua
Upacara Adat
Semua Upacara Adat
39.
Jiee
-
Artocarpus
lanceifolius
Roxb
-
Daun, Kulit
batang
Daun
Batang dijadikan patung, daun
dijadikan media penyampaian
matra dan pembungkus sesaji,
jantung dijadikan alat upacara
Daun dijadikan Jeak, Kulit batang
dijadikan Ancak
Dijadikan Jeak
-
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Semua Upacara Adat
40.
Persiah
-
-
Poaceae
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Semua Upacara Adat
41.
Paku-paramp
-
Polypodiaceae
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Semua Upacara Adat
42.
Tu-tawa
-
Polypodium
vulgare
-
Commelinaceae
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Semua Upacara Adat
43.
Memaliq/Sm
eneo
-
-
-
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Semua Upacara Adat
Cara penggunaan
Dijadikan minuman bagi pelaku
upacara yang mengalami
kesurupan.
Digunakan menjadi jeak
Melimpah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
197
Nama
No
Daerah
Umum
Ilmiah
Famili
Organ yang
digunakan
44.
Gaka
Ngelagit
-
-
Leguminosae
Batang, daun
Batang dijadikan patung, Daun
dijadikan Jeak
45.
Liana
-
Rhizophoraceae
Daun
Daun dijadikan Jeak
46.
Lempung
ngayo
Rekep
-
-
Sapindaceae
Batang
47.
Gai syi’it
Rotan
Calamus
balingensis
Furtado
Arecaceae
48.
Gai sokak
Rotan
Calamus
caesius
49.
Daun biruq
-
50.
Terincingk
Nanas
51.
-
52.
Kumar/Lemp
ucant
Telasih
Selasih
53.
Katapuq
-
54.
Pegangk Lau
55.
Jenis dan
sumber
perolehan
Liar
Ketersediaan
di lapangan
Jenis upcara
Melimpah
Melas
Liar
Melimpah
Melas
Untuk menyandarkan Benawingk
Budidaya,
Liar
Kurang
Melas
Semua organ
tumbuhan
(utuh)
Wuint awoi( digunakan utuh dari
akar sampai daun)
Lair
Langka
Timeq
Arecaceae
Batang
Dijadikan tali pengikat
Budidaya,
Liar
Melimpah
Timeq
Livistona sp
Arecaceae
Daun
Daun dijadikan Wuint awooiy
Liar
Kurang
Timeq
Ananas
comosus
Eleiodoxa
conferta
Ocimum
basilicum
Thymus
vulgaris
Bromeliaceae
Dijadikan pencawangk
Beliant Bawo
Digunakan sebagai pencawangk
Kurang
Ngawat
Kuarang
Lamiaceae
Daun
Dijadikan pengasi
Budidaya,
Liar
Budidaya,
Liar
Budidaya,
Liar
Budidaya,
Liar
Melimpah
Lamiaceae
Batang,
Daun, Buah
Daun dan
Batang
Daun
Beliant Semur,
Beliant Bawo
Beliant Semur,
Beliant Bawo
Ilalang
Imperata
brevifolia
Poaceae
Daun
Dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Timeq
Bunglew
-
-
Moraceae
Daun
Daun dijadikan Jeak
Liar
Melimpah
Melas
56.
Deraya
-
-
-
Batang
Liar
Melimpah
Papat
57.
Peringk
Taliq
Kuayant
Kuning
-
Bambusa sp.
Poaceae
Batang
Dijadikan patung dengan jenis
kelamin laki-laki
Dijadikan Benakak
Liar
Melimpah
Melas
-
Bambusa
vulgaris Schard
Poaceae
Batang
Lair
Melimpah
Ritual Kenu, Beliant
Semur
Nturui
Lunuk
Beringin
Artocarpus.sp
Ficus
benjamina
Moreceae
Moraceae
Daun
Daun
Digunakan untuk melakukan
ritual jika ada kesalahan dalam
melakukan upacara.
Dijadikan Jeak
Dijadikan Jeak
Liar
Liar
Kurang
Melimpah
Timeq
Timeq, Beliant Rantau
Perangk, Melas
58.
59.
60.
Arecaceae
Cara penggunaan
Dijadikan pengasi
Kuarang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
198
Nama
No
Daerah
Umum
Ilmiah
Famili
Organ yang
digunakan
Cara penggunaan
61.
Raja
Pengalah
Benalu
Loranthus sp.
Loranthaceae
Daun
Daun dijadikan Jeak
62.
Pentar
-
Ficus carica
Moraceae
Daun
63.
Nggkuduq
Mengkudu
Morinda
citrifolia
Rubiaceae
Daun
Dijadikan makanan patung
(Kernyamp)
Dijadikan makanan patung
(Kernyamp)
64.
Langusei
Ficus
minahassae
-
Moraceae
65.
Lancingk
senit
Mermungk
-
Daun dan
Batang
Buah
66.
Engkehuyo
-
Asteraceae
67.
Tuq salah
Tebu
Poaceae
68.
geriq
Kemiri
Chromolaena
odorata
Saccharum
officinarum L
Aleurites
moluccana
69.
Isak-isik
-
Ctenanthe sp.
Marantaceae
Daum
70.
Akar
Liana
-
Leguminosae
Batang
71.
Ukor
-
-
Arecaceae
72.
Bemant
Bemban
Marantaceae
73.
Botoq
Ramban
Donax
canniformis
Celtis australis
Batang, daun,
buah
Batang
Cannabaceae
74.
Niungk
-
-
Arecaceae
75.
Jauq
-
-
Arecaceae
76.
Belayant
-
Menispermaceae
77.
Ntrarant
-
Tinospora
crispa
Amomum sp.
-
Euphorbiaceae
Zingiberaceae
Jenis dan
sumber
perolehan
Liar
Ketersediaan
di lapangan
Jenis upcara
Melimpah
Melas
Lair
Melimpah
Banyungk
Lair
Melimpah
Banyungk
Dijadikan jeak (pada batang
dijadikan patung)
Dijadikan sebagai sumpit dalam
uapcara adat
Liar
Melimpah
Melas
Lair
Kurang
Daun
Jeak
Lair
Melimpah
Pejeak
Batang dan
daun
Buah
Jeak
Budidaya,
Lair
Budidaya,
Liar
Kurang
Pejeak
Melimpah
Beliant semur (banci)
Batang dan
Daun
Tulang Daun
Buah dan
Daun
Batang dan
Daun
Batang
Buah digunakan sambil
membacakan mantra
(digunakan dalam tempurung
kelapa)
Dijadikan jeak
Liar
Melimpah
Melas, Timeq
Dijadikan sampo dalam ritual
membersihkan diri sebelum
upacara
Digunakan sebagai pencawangk
Lair
Kurang
Semua jenis upacara
adat
Liar
Kurang
Beliant Ngawat
Dianyam menjadi Kelangkangk
burung
DijadikanTempusoq dan pondasi
pada Balai
Dijadikan “pancing” dalam
uapcara adat
Digantung pada Longan Bayat
Liar
Melimpah
Beliant kencong
Liar
Melimpah
Liar
Kurang
Beliant Rantau
Perangk
Timeq
Liar
Kurang
Nalint taont, timeq
Dililitkan mengelilingi Lonngan
Liar
Melimpah
Beliant Nyumangk
Dijadikan longan
Liar
Kurang
Beliant Bawo
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
199
Nama
No
78.
Daerah
Umum
Ilmiah
Famili
Biruq
Torungk
-
Livistona sp
Arecaceae
Organ yang
digunakan
Semua organ
tumbuhan
secara utuh
Cara penggunaan
Dijadikan tongkat atau Alu
(penumbuk) dalam upcara adat
Jenis dan
sumber
perolehan
Liar
Ketersediaan
di lapangan
Jenis upcara
Kurang
Nalint taont
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 10
SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN
SATUAN PENDIDIKAN
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
: SMA
: BIOLOGI
: X/II
MATERI POOKOK
ALOKASI WAKTU
: Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia
: 2  45 menit
KI 1
:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2
:
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
KI 3
:
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4
:
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
200
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
201
Kompetensi Dasar
1.3 Peka dan peduli
terhadap
permasalahan
lingkungan hidup,
menjaga dan
menyayangi
lingkungan sebagai
manisfestasi
pengamalan ajaran
agama yang
dianutnya.
2.2 Peduli terhadap
keselamatan diri dan
lingkungan dengan
menerapkan prinsip
keselamatan kerja
saat melakukan
kegiatan
pengamatan dan
percobaan di
laboratorium dan di
lingkungan sekitar.
3.7 Menerapkan prinsip
klasifikasi untuk
menggolongkan
tumbuhan ke dalam
divisio berdasarkan
pengamatan
morfologi dan
metagenesis
tumbuhan serta
mengaitkan
peranannya dalam
kelangsungan
kehidupan di bumi
4.7 Menyajikan data
tentang morfologi
dan peran tumbuhan
pada berbagai aspek
Indikator Pencapaian
Kompetensi
1.3.1 Menerapkan sikap
peduli terhadap
permasalah di
lingkungan sekitar
2.2.1Mengutamakan
keselamatan kerja saat
melakukan pengamatan.
3.7.1. Mengidentifikasi ciriciri umum Plantae
3.7.2. Membandingkan
ciri morfologi
antara tumbuhan
Bryophyta,
3.7.3 Mengidentifikasi
pemanfaatan
tumbuhan Bryophyta,
Pteridophyta, dan
Spermatophyta dalam
kehidupan manusia
4.7.1 Mempresentasikan ciriciri umum Plantae.
4.7.2 Mempresentasikan
perbedaan antara
Materi
Pembelajaran
 Ciri-ciri umum
plantae dan
peranya dalam
kehidupan manusia
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
(10 menit)
Salam pembuka &do’a

Siswa diminta untuk
menjawab pertanyaan:
Ada yang pernah
memperhatikan
tumbuhan di sekitar
kita?
Adakah perbedaan
antara tumbuhan satu
dengan yang lainnya?
Guru menanggapi jawaban
siswa, kemudian
menampilkan materi pokok
: Ciri-ciri umum plantae
dan pemanfaatannya
dalam kehidupan manusia
serta tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
Kegiatan inti
(60 menit)
Mengamati:
 Siswa diminta untuk
mengamati hubungan antara
penomena di lingkungan
sekitar (dalam bentuk teori)
dan hubungannya dengan
materi pembelajaran.
Guru menyampaikan materi
secara singkat dengan cara yang
interaktif, menarik namun
disiplin kepada siswa sehingga
menciptakan hubungan
komunikasi, antara guru dengan
siswa, dan siswa dengan siswa.
Penilaian
Jenis penilaian : tes
(uraian) dan non tes
( kinerja )
1. Tes (uraian) :
 Soal uji
kompetensi/evalu
asi
2. Non tes
(kinerja):
 Sikap ingin tahu
 Tanggung jawab
 Kedisiplinan
 Laporan hasil
pengamatan dan
diskusi.
Alokasi
Waktu
2  45 menit
Sumber Belajar

Buku Biologi X, Dyah
Aryulina dkk, Esis,
BAB VIII

Buku Kerja Biologi
IB, Ign. Kristiyono
P.S, Esis

Pengamatan lapangan
dan sumber belajar lain
yang relevan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
202
Kompetensi Dasar
kehidupan dalam
bentuk laporan
tertulis.
Indikator Pencapaian
Kompetensi
antara tumbuhan
Bryophyta,
Pteridophyta, dan
Spermatophyta
4.7.3 Mempresentasikan
proses pemanfaatan
tumbuhan dalam
kehidupan
manusia.
Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Menanya:
Siswa dimotivasi untuk bertanya
terkait dengan materi ciri-ciri
umum plantae dan
pemanfaatannya dalam
kehidupan manusia.
Mengumpulkan data
(Eksplorasi/ekperimen):
 Dalam kelompok, siswa
melakukan
pengamatan
diluar
kelas
untuk
mendapatkan data.
Setelah melakukan pengamatan
di luar kelas, siswa kemudian
menelaah litelatur dan sumbersumber terkait topik bahasan
pembelajaran yang relevan untuk
melengkapi data yang telah
didapatkan.
Mengasosiasikan:
Dalam kelompok, siswa
mendiskusikan hasil pengamatan
diluar kelas, untuk menemukan
konsep terstruktur sehubungan
dengan hasil pengamatan yang
dilakukan.
Mengkomunikasi:
Siswa mempresentasikan konsep
hasil diskusi kelompok di depan
kelas. Diikuti dengan sesi tanya
jawab antar kelompok.
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
203
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Penutup
(10 menit)
Melakukan refleksi dan
evaluasi:
- Siswa diminta menyampaikan
manfaat dari pembelajaran
yang telah dilakukan dan
merangkum butir-butir
pembelajaran.
- Penugasan pembuatan laporan
pengamatan secara lengkap
dan terstruktur
(Salam penutup)
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 11
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester : X (Sepuluh)/II
Alokasi waktu
: 2 Jam Pelajaran (2 x 45 Menit)
Materi Pokok
: Ciri-ciri umum plantae dan
pemanfaatannya dalam
kehidupan manusia
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, peduli, santun,
responsif, dan pro aktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta menerapkan pengetahuan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, berdasarkan rasa ingintahuannya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dan humanoira dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar & Indikator Pencapaian Kompetensi
Kopentensi dasar
1.3 Peka dan peduli
terhadap permasalahan
lingkungan hidup,
menjaga dan
menyayangi lingkungan
sebagai manisfestasi
pengamalan ajaran
agama yang dianutnya.
2.2 Peduli terhadap
keselamatan diri dan
lingkungan dengan
menerapkan prinsip
keselamatan kerja saat
melakukan kegiatan
pengamatan dan
Indikator
1.3.1:
Menerapkan sikap peduli terhadap
permasalah di lingkungan sekitar
2.2.1:
Mengutamakan keselamatan kerja saat
melakukan pengamatan.
204
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kopentensi dasar
percobaan di
laboratorium dan di
lingkungan sekitar.
3.7 Menerapkan prinsip
klasifikasi untuk
menggolongkan
tumbuhan ke dalam
divisio berdasarkan
pengamatan morfologi
dan metagenesis
tumbuhan serta
mengaitkan peranannya
dalam kelangsungan
kehidupan di bumi
4.7 Menyajikan data
tentang morfologi
dan peran tumbuhan
pada berbagai aspek
kehidupan dalam
bentuk laporan
tertulis.
205
Indikator
3.7.1. Mengidentifikasi ciri-ciri umum
Plantae
3.7.2. Membandingkan ciri morfologi
antara tumbuhan Bryophyta,
3.7.3 Mengidentifikasi pemanfaatan
tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta,
dan Spermatophyta dalam
kehidupan manusia
4.7.1:
Mempresentasikan ciri-ciri umum
Plantae.
4.7.2:
Mempresentasikan perbedaan antara
antara tumbuhan Bryophyta,
Pteridophyta, dan Spermatophyta
4.7.3:
Mempresentasikan proses pemanfaatan
tumbuhan dalam kehidupan manusia.
C. Tujuan Pembelajaran
 1.3.1.1 Siswa dapat menerapkan sikap peduli terhadap permasalahan
yang terjadi di sekitarnya, baik di lingkungan sekolah atau
dalam lingkungan masyarakat.
 2.2.1.1 Siswa mampu mengutamakan keselamatan kerja saat
melakukan pengamatan.
 3.7.1.1 Siswa mampu Mengidentifikasi ciri-ciri umum Kingdom
Plantae
 3.7.2.1 Melalui pengamatan, siswa dapat mengetahui perbedaan ciri
morfologi antara tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan
Spermatophyta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
206
 3.7.3.1 Melalui Pengamatan dan studi litelatur, siswa dapat mengetahui
jenis-jenis pemanfaatan tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta,
dan Spermatophyta dalam kehidupan manusia
 4.7.1.1 Siswa mampu menyebutkan ciri-ciri umum Kingdom Plantae.
 4.7.2.1 Siswa mampu Menjelaskan perbedaan antara antara tumbuhan
Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta
 4.7.3.1 Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pemanfaatan tumbuhan
dalam kehidupan manusia.
D. Materi pembelajaran
 Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia
Model Pembelajaran
1. Model pembelajaran
 Pembelajaran kooperatif
2. Metode pembelajaran
 Diskusi
 Ceramah,
 eksperimen
 pengamatan
E. Kegiatan pembelajaran
Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan
manusia
Waktu : 2 jam pelajaran (2 x 45 Menit)
Kegiatan
Fase
Kegiatan guru dan siswa
Salam
Salam dan Do’a
Kegiatan
Pendahuluan pembuka,Membangkitkan  Siswa diminta untuk menjawab
minat dan perhatian,
pertanyaan:
(10 menit)
melakukan apersepsi,
- Ada yang pernah
menyampaikan tujuan
memperhatikan tumbuhan di
dan memotivasi siswa
sekitar kita?
- Adakah perbedaan antara
tumbuhan satu dengan yang
lainnya?
 Guru menanggapi jawaban siswa,
kemudian menampilkan materi
pokok : Ciri-ciri umum plantae
dan pemanfaatannya dalam
kehidupan manusia serta tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kegiatan
Fase
Kegiatan inti Mengamati:
(60 menit)
Menanya:
207
Kegiatan guru dan siswa
 Siswa diminta untuk mengamati
hubungan antara penomena di
lingkungan sekitar (dalam bentuk
teori) dan hubungannya dengan
materi pembelajaran.
 Guru menyampaikan materi
secara singkat dengan cara yang
interaktif, menarik namun
disiplin kepada siswa sehingga
menciptakan hubungan
komunikasi, antara guru dengan
siswa, dan siswa dengan siswa.
 Siswa dimotivasi untuk bertanya
terkait dengan materi ciri-ciri
umum plantae dan
pemanfaatannya dalam
kehidupan manusia.
Mengumpulkan data
(Eksplorasi/ekperimen)
 Dalam kelompok, siswa
melakukan pengamatan diluar
kelas untuk mendapatkan data.
 Setelah melakukan pengamatan
di luar kelas, siswa kemudian
menelaah litelatur dan sumbersumber terkait topik bahasan
pembelajaran yang relevan
untuk melengkapi data yang
telah didapatkan.
Mengasosiasikan
 Dalam kelompok, siswa
mendiskusikan hasil
pengamatan diluar kelas, untuk
menemukan konsep terstruktur
sehubungan dengan hasil
pengamatan yang dilakukan.
Mengkomunikasikan
 Siswa mempresentasikan
konsep hasil diskusi kelompok
di depan kelas. Diikuti dengan
sesi tanya jawab antar
kelompok.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kegiatan
Penutup
(10 menit)
Fase
Melakukan refleksi dan
evaluasi
Salam penutup
208
Kegiatan guru dan siswa
 Siswa diminta menyampaikan
manfaat dari pembelajaran yang
telah dilakukan dan merangkum
butir-butir pembelajaran
 Salam penutup dan penugasan
pembuatan laporan pengamatan
secara lengkap dan terstruktur
F. Sumber dan media pembelajaran
 Sumber
- Buku Biologi X, Dyah Aryulina dkk, Esis, BAB VIII
- Buku Kerja Biologi IB, Ign. Kristiyono P.S, Esis
- Pengamatan lapangan dan sumber belajar lain yang relevan.
 Media pembelajaran
- Power point
- LKS
G. Penilaian
Jenis penilaian : tes (uraian) dan non tes ( kinerja )
1. Tes (uraian) :
 Soal uji kompetensi/evaluasi
2. Non tes (kinerja):
 Sikap ingin tahu
 Tanggung jawab
 Kedisiplinan
 Laporan hasil pengamatan dan diskusi.

Mengetahui,
Kepala Sekolah ..........................
…..,…………………… 20 …….
Guru MaPel Ilmu Pengetahuan Alam
(__________________________)
NIP/NIK :
(_______________________)
NIP/NIK :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
209
KISI-KISI SOAL EVALUASI
Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia
Indikaotor esensial
Ciri-ciri umum
Kingdom Plantae
Perbedaan ciri
morfologi antara
tumbuhan
Bryophyta,
Pteridophyta, dan
Spermatophyta
Jenis-jenis
pemanfaatan
tumbuhan dalam
kehidupan manusia
Jenis soal
Ingatan
(C 1)
Uraian
B1
Uraian
B4
Uraian
Keterangan: B = Butir/Nomor soal
Pemahaman
(C 2)
B2
B5
Aspek
Penerapan
Analisis
(C 3)
(C 4)
Evaluasi
(C 5)
B3
Mencipta
(C 6)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
210
SOAL EVALUASI
Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan
manusia
Nama
Kelas
Mata Pelajaran
Tanggal
No Presensi
:
:
:
:
:
Jawablah pertanyaan berikut secara singkat padat dan jelas!
1. Sebutkan minimal 2 (dua) ciri-riri umum dari Kingdom plantae? (Skor 10)
2. Apa peran dari kingdom plantae dalam ekosistem? Jawablah
disertai dengan bagan rantai makanan! (Skor 20)
3. Berdasarkan ciri-cirinya, Apa perbedaan dari Bryophyta,
Pteridophyta, dan Spermatophyta! (skor 20)
4. Lengkapilah bagan Bagan metagenesis tumbuhan paku berikut:
(Skor 30)
5. Apa saja jenis pemanfaatan tumbuhan dari devisi Bryophyta, Pteridophyta,
dan Spermatophyta yang ada disekitar mu! (Skor 20)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
211
Kunci jawaban
1. Sebutkan minimal 2 (dua) ciri-riri umum dari Kingdom plantae? (skor 10)
 Kingdom Plantae anggota kelompoknya terdiri atas organisme yang telah
mempunyai membran inti dan terdiri atas banyak sel (multiseluler).
 Mampu meciptakan makanan sendiri melalui proses fotosintesis.
 Tumbuhan bersifat stasioner atau tidak bisa berpindah atas kehendak
sendiri, meskipun beberapa alga hijau bersifat motil (mampu berpindah)
karena memiliki flagelum.
2. Apa peran dari kingdom plantae dalam ekosistem? Jawablah disertai
dengan bagan rantai makanan! (Skor 20)
(3)
Konsumen
(Hewan)
(1)
(2)
Dekomposer
Produsen
(Bakteri/Jamur)
(Tumbuhan)
3. Berdasarkan ciri-cirinya, apa perbedaan dari Bryophyta, Pteridophyta, dan
Spermatophyta! (skor 20)
A. BRYOPHYTA
- Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis
- Belum memiliki akar, batang, dan daun sejati.
- Mengalami metagenesis
- Atrakeophyta yaitu belum memiliki pembuluh pengangkut.
- Habitat di tempat lembap.
B. PTERIDOPHYTA
- Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis
- Kormophyta yaitu memiliki akar, batang, dan daun sejati.
- Mengalami metagenesis.
- Trakeophyta yaitu memiliki pembuluh pengangkut.
- Habitat di tempat lembap.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. SPERMATOPHYTA
- Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis
- Kormophyta yaitu memiliki akar, batang, dan daun sejati.
- Berkembang-biak dengan biji/tunas
- Trakeophyta yaitu memiliki pembuluh pengangkut.
- Habitat: Air, Tempat lembab dan tempat kering
4. Lengkapilah bagan Bagan metagenesis tumbuhan paku berikut:
(Skor 30)
212
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
213
5. Apa saja jenis pemanfaatan tumbuhan dari devisi Bryophyta, Pteridophyta,
dan Spermatophyta dalam kehidupan manusia yang ada disekitar mu!
(Skor 20)
- Bryophyta:
Pemanfaatan Bryophyta contohnya adalah penggunaan organ
tumbuhan lumut dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung,
yaitu dimanfaatkan sebagai alat penyampaian mantra upacara.
-
Pteridophyta:
Contoh pemanfaatan Pteridophyta salah satunya adalah pada proses
upacara Pejeak (upacara pengukuhan/penghilang aura negatif) oleh
Suku Dayak Tunjung. Tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan
paku, sedangkan organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang
digunakan untuk menyampaikan mantra.
-
Spermatophyta:
Contoh sederhana dari pemanfaatan tumbuhan dari divisi
Spermatophyta adalah pengunaan daun pisang sebagai pembungkus
makanan. Jahe dan kunyit yang dijadikan bumbu masakan serta masih
banyak lagi.
Pedoman Penilaian:
𝑵𝑺
𝑻𝑵
x4 = Nilai
Keterangan: NS= Nilai yang diperoleh siswa, TN= Nilai
Maksimum dari soal
Tabel konversi nilai
Huruf
A
AB+
B
B-
Nilai angka
3,67 – 4.00
3,34 – 3,66
3,01 – 3,33
2,67 – 3,00
2,34 – 2,66
Huruf
C+
C
CD+
D
Nilai angka
2,01 – 2,33
1,67 – 2,00
1,34 – 1,66
1,01 – 1,33
< 1,00
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
214
Penilaian Sikap Disiplin
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik
dalam kedisiplinan. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap
disiplin yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai
berikut :
Ya
= Apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai aspek
pengamatan
Tidak = Apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan sesuai
aspek pengamatan.
Nama Peserta Didik
Kelas
Tanggal Pengamatan
Materi Pokok
No
1
2
3
4
5
6
: ………………….
: ………………….
: …………………..
: …………………..
Sikap yang diamati
Melakukan
Ya Tidak
Masuk kelas tepat waktu
Mengumpulkan tugas tepat waktu
Memakai seragam sesuai tata tertib
Mengerjakan tugas yang diberikan
Tertib dalam mengikuti pembelajaran
Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah
yang ditetapkan
Petunjuk Penskoran :
Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
215
PENILAIAN SIKAP TANGGUNG JAWAB
Nama Peserta Didik :
………………….
Kelas
:
………………….
Materi Pokok
:
………………….
Tanggal
:
………………….
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik
dalam tanggung jawab. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap
tanggung jawab yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria
sebagai berikut :
4 = Apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = Apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
kadang-kadang tidak melakukan
2 = Apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = Apabila tidak pernah melakukan
No
Aspek Pengamatan
1
Mengerjakan tugas-tugas individu dengan baik
2
Berani menerima resiko atas tindakan yang
dilakukan
Bertanggung jawab dalam mengunakan
barang/fasilitas umum dan atau inventaris sekolah
Berani meminta maaf jika melakukan kesalahan
yang merugikan orang lain
Bertangung jawab dalam kelompok
3
5
6
Skor
1 2 3 4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
216
Petunjuk Penskoran
𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑥 4 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Contoh:
Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 6 pernyataan = 24, maka skor akhir :
14
𝑥 4 = 2,3
24
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor No 81A
Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai sebagai berikut :
Sangat Baik : Apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik
: Apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup
: Apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33
Kurang
: Apabila memperoleh skor : skor ≤ 1,33
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 12
SURAT IJIN PENELITIAN
217
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
218
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
219
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 13
BUKTI PEREKAMAN DATA
220
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
221
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
222
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
223
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
224
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
225
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 14
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
1. Desa Linggang Bigung
226
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Desa Linggang Melapeh
227
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Desa Linggang Mapan
228
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Desa Bigung Baru
229
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Desa Balok Asa
230
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6. Desa Linggang Amer
231
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 15
DOKUMENTASI PROSES PENELITIAN
Proses wawancara dengan narasumber
Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan
232
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
233
Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan
Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
234
Proses observasi vegetasi di Hutan Gelongk. Pada poto,
tampak beberapa relawan yang membantu peneliti
melakukan proses observasi.
Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan di Linggang
Amer
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
235
Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan didampingi oleh ahli tumbuhan dari Suku Dayak Tunjung. Poto (kanan), ahli
tumbuh-tumbuhan dan peneliti harus memanjat diding batu untuk menemukan salah satu tumbuhan yang digunakan
dalam proses upacara adat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
236
Pelaku upacara adat sedang memulai proses upacara
adat
Proses upacara adat sedang berlangsung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
237
Proses pembuatan Lemang
Proses memasak Lemang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
238
Ancak, salah satu alat dalam proses upacara Suku Dayak Tunjung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
239
Kelangkangk, salah satu alat upacara kematian Suku Dayak Tunjung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
240
Alat upacara kematian Suku Dayak Tunjung.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
241
Telusuq, beras yang dimasak didalam bambu dan digunakan sebagai sesaji dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
242
Balai, merupakan pusat dari proses salah satu upacara
adat Suku Dayak Tunjung
Patung yang terbuat dari kayu ulin, merupakan tugu
beringatan akan suatu peristiwa bersejarah dalam kehidupan
Suku Dayak Tunjung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
243
Pisang hutan (Jojot), yang dimanfaatkan secara keselurun meliputi semua organ dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
244
Sesaji beserta berbagai macam alat upacara yang diletakan pada Balai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
245
Salah satu sesaji dalam upacara Pakant Talunt. Telur ayam diletakan pada batang tumbuhan yang dibelah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
246
Balai, tempat melaksanakan proses upacara Pakant Talunt, daun pinang digunakan menjadi pagar atau yang dikenal
dengan istilah Kabungk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
247
Miniatur pondok yang dikenala dengan istilah Dangau Umaq, dibuat dari kulit kayu dan merupakan alat dari upacara
Pakant Talunt.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
248
Kemah yang digunakan peneliti saat bermalam dihutan dalam proses pendataan tumbuh-tumbuhan upacara bersama satu
orang ahli tumbuh-tumbuhan dari Suku Dayak Tunjung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
249
Kiangk, alat yang digunakan oleh suku dayak tunjung dalam membawa peralatan atau mengangkat beban yang berat.
Kiangk memiliki kapasitas muatan berkisar antara 60 hingga 90 Liter.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
250
Peneliti sedang menikmati santap malam dihutan sebelum beristirahat setelah melakukan pendataan tumbuhan upacara
adat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
251
Aktivitas Minguq Hojant, merupakan aktivitas klasik dari Suku Dayak Tunjung. Yaitu proses mengumpulkan buah durian
yang berbuah secara musiman dari hutan. Aktivitas ini telah ada sejak dahulu kala.
Download