The Fountain of Love Credit union

advertisement
Kelompok 6
Arinal Fashli | 1006692556
Edwin Arief Nugroho | 1006692650
Hafizh Anditya Putra | 1006692732
Hania Alifa Adzhani | 1006664376
Zulfikar | 1006692985



The Fountain of Love Credit Union Credit Union
(FLCU) berdiri tanggal 28 Mei 1987 di
Pontianak, Kalimantan Barat.
Tahun 2005 meraih penghargaan dari
Pemerintah Indonesia dengan kategori Usaha
Menengah terbaik.
FLCU membimbing Masyarakat Dayak
tentang perekonomian dan memberi rasa
aman pada Masyarakat Dayak yang hidup
dalam etnis yang saling bermusuhan.
Visi
Misi
• Menjadi Credit
Union Masyarakat
Dayak yang terdepan dan
berkesinambungan di
Kalimantan Barat.
• Meningkatkan
kesejahteraan sosial
ekonomi anggota melalui
pendidikan dan pelatihan
yang menghasilkan
perubahan pada aspek
fisik, mental, emosional
dan spiritual, serta
pelayanan keuangan yang
profesional dan ramah.
2012
2009
2004
Aset Rp 110
Milyar
1987
Aset Rp
167.000
Anggota
61 Orang
Anggota
28.300
Orang
Aset Rp 729
Milyar
Anggota
79.944
Orang
Aset Rp 1,2
Triliun
Anggota
106.008
Orang

Indikator financial performance:
1. Dilihat dari cakupan geografis dan jumlah
anggota.
2. Dilihat dari kondisi keuangan dan
kemampuan institusi microfinance untuk
membiayai kegiatan mereka sendiri.
3. Dilihat dari jumlah persentase kredit yang
bermasalah.

FLCU dilihat dari tiga indikator financial
performance.
1. FLCU memiliki lebih dari 106.000 anggota,
karena kedekatan lokasi.
2. Asetnya mencapai Rp 1,2 Triliun (2012) dan
semua kegiatan dilakukan tanpa bantuan
pemerintah maupun lembaga donor.
3. Persentase kredit bermasalah hanya 5%.
1.
2.
3.
Lokasi FLCU dekat dengan tempat tinggal
anggota dan memiliki 35 cabang yang berada di
berbagai provinsi.
FLCU mengandalkan anggotanya sendiri untuk
memobilisasi dana tanpa bantuan lembaga
donor maupun bantuan pemerintah.
FLCU memiliki suku bunga yang lebih kecil,
yakni 18% pertahun. Sedangkan BPR mencapai
30-36%.
Bagian utara berbatasan dengan Serawak,
bagian timur berbatasan dengan Kalimantan
Tengah
• Terdiri dari delapan wilayah dan dua kota madya
• Ibukota provinsi, Pontianak terletak di muara
sungai Kapuas
• Provinsi yang kaya akan sumber daya, menjadi
kunci dalam membantu ekonomi nasional
• Keragaman etnis > tempat kontestasi
mematikan bagi etnis-etnis yang ada (1967 &
1999)
•


Era Soeharto: sebelas insiden kekerasan etnis
mematikan & kejahatan etnis lain yang tak
terhitung lainnya terjadi di Kalimantan Barat
Faktor pemicu (sangat sederhana) :
perkelahian kelompok kecil pada konser
musik/ruang publik; hal yang mendasarinya
tidak sesederhana itu
2003



Jumlah penduduk Kalimantan Barat 3.732.950 jiwa
Rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun 2,18% (melebihi
rata-rata pertumbuhan penduduk nasional: 1,37%)
Komposisi etnis:
 Melayu (Kalimantan Barat) (33,75%)
 Dayak (33,75%)
 Cina (10,01%)
 Jawa (9,41%)
 Madura (5,51%)
 Bugis (3,29%)
 Banjar (Melayu) (0,66%)
 Batak (0,56%)
 etnis lain (1,85%)
Hasil sensus penduduk 2003: kompromi politik
birokrat BPS dengan elit etnis Dayak
 Hasil obyektif BPS:

 Melayu (19,42%)
 Dayak (15,33%)
Protes & kritik Dayak: BPS menyederhanakan 10 suku
Dayak yang ada menjadi hanya dua suku saja >
tingginya jumlah kategori ‘lainnya’
 Protes Melayu: mempertanyakan kategorisasi Melayu
dan Sambas
 Refleksi konflik laten panjang antara dua kelompok
etnis terbesar > hasil sensus penduduk 2009
Kalimantan Barat tidak dipublikasikan BPS lokal &
nasional

•
Sejarah: HAE Kalimantan Barat diwarnai tegangan
sosial
– Cina dengan etnis lain (era Soekarno tahun 50-an)
– Madura dengan Melayu; Dayak dengan Madura
(pertengahan tahun 60-an)
Melayu dan Dayak (dua kelompok etnis terbesar)
tidak pernah berperang secara terbuka > perang
dingin
• Melayu mendominasi birokrasi pemerintahan, Dayak
menonjol di sektor pertanian & perhutanan
• Bentangan HAE yang terjadi ketika FLCU didirikan
tahun 1987 oleh intelektual dan aktivis Dayak
•
Era Soeharto: identitas Dayak terlepas
Pengelolaan tanah dan hutan: hak adat Dayak
> Program pengembangan hutan pemerintah (besarbesaran): mengundang perusahaan swasta untuk
berinvestasi pada tambang hutan, perkebunan, &
pertambangan; Tanah-tanah hutan juga ditandai
sebagai lokasi transmigrasi
• > Program melanggar hak adat Dayak (menurut
sejarah dikelola oleh mereka)
• Mendorong Dayak untuk mengatur gerakan
perlawanan terhadap pemerintah dan pihak swasta
• Dipimpin oleh aktivis The Fountain of Love Foundation
> cikal bakal kemunculan solidaritas sosial etnis Dayak
> berkontribusi terhadap pengembangan FLCU
•
•
•
Pendirian FLCU: tandem dengan gerakan sosial jangka
panjang untuk merevitalisasi identitas sosial etnis Dayak
 Berusaha mengembalikan hukum adat Dayak
(pengelolaan sumber daya alam)
 Dipimpin oleh People Empowerment for the Management
of Natural Resources (PEMNR), anak organisasi dari FLCU

Dilakukan dalam dua tahap
 Tahap pertama: pemetaan perlawanan
 Menentukan batas hutan mengacu pada hukum adat Dayak
 Memberdayakan komunitas untuk melawan pihak-pihak
penghancur sumber daya alam
 2004, mengatur pemetaan hutan di 263 pedesaan di 9
kabupaten (7,58% dari keseluruhan provinsi)
Mengumpulkan pihak yang berhubungan dengan
komunitas Dayak ; & pemimpin-pemimpin yang
berasal dari berbagai area pedesaan kemudian
melatih pemetaan tanah hutan adat (ditempati
perusahaan pertambangan hutan & perkebunan)
• Mengatur forum diskusi dampak ‘bad laws’ terhadap
kehidupan ekonomi budaya masyarakat Dayak
pedesaan
• Tahap pertama berkontribusi terhadap munculnya
kesadaran politik Dayak > sebagai pembuka jalan
tahap kedua: demonstrasi massal dan sabotase
•

Solidaritas sosial makro harus diciptakan
sebelum mendirikan institusi keuangan
Ungkapan salah satu pendiri FLCU:
“Intervensi ekonomi seharusnya dilakukan melalui
usaha-usaha kultural dan penelitian akademis,
terutama pada daerah dominasi dayak di
Kalimantan Barat. Sasarannya adalah untuk
meningkatkan harga diri serta identitas sosial.
Tanpa dua usaha ini, pendirian institusi keuangan
mikro tidak akan berhasil”
Kelahiran, pengembangan, dan keberhasilan
FLCU disebabkan oleh konglomerasi dengan
Fountain of Love Foundation (FLF)
 Peran penting yang dimainkan oleh FLF:
1. Sebagai gerakan pembebasan sekaligus
sebagai pemberdayaan.
2. Mengatur serangkaian organisasi sosial dan
ekonomi.

Membangun kondisi yang lebih baik bagi
masyarakat Dayak secara keseluruhan,
berdasarkan semangat solidaritas dan
kemandirian, dalam rangka memupuk dasar
budaya yang kuat.
 Menumbuhkan kebanggan masyarakat
Dayak
FLF menyentuh hampir setiap jalan hidup,
mencakup pendidikan, penelitian, perbankan,
bisnis ritel, media, dan percetakan.
 FLF merupakan lembaga pemberdayaan
masyarakat, sebuah media, dan bahkan sebuah
kelompok lobi yang kuat, dalam waktu yang
bersamaan.
 Setiap daerah aktivitasnya memiliki organisasi
yang berbadan hukum sah, dan bekerja sama
dalam kemitraan.

Dahulu
Hanya berfokus pada penyediaan simpan pinjam
jasa kepada klien.
• Sekarang
1. Menggabungkan layanan keuangan dengan
pemberdayaan ekonomi dan program
pembangunan pedesaan.
2. Membentuk dan terlibatan dalam jaringan
organisasi keuangan mikro (microfinance):
- Intra Jaringan (sister organization)
- Antar Jaringan (other credit union)
•
1.
-
2.


People Economic Empowerment (PEE)
Pelatihan potensi dan memberikan bantuan teknis
kepada klien FLCU
Mempromosikan dan memfasilitasi pengembangan bisnis
klien FLCU
Membantu dengan inovasi produksi dan pemasaran dari
pinjaman yg diberikan kepada kelompok tertentu (klien)
Kalimantan Review Monthly Magazine
Perkembangan terakhir Credit Union baik di tingkat lokal
maupun internasional.
Klien Credit Union merupakan pasar strategis (80%
pelanggan).



Bersama-sama mereka mendirikan sebuah
asosiasi serikat kredit yang disebut Regional
Coordinating Body for Credit Cooperatives (RCB).
Menurut data RCB, badan ini sekarang telah
melayani 32 lembaga credit union di Kalimantan
Barat, mencakup lebih dari 300.000 klien dengan
aset di atas Rp 1,5 triliun.
Tanggung jawab utama dari RCB adalah untuk
mengubah manajemen Credit Union dari
tradisional ke modern, menekankan kebutuhan
untuk menjadi lebih transparan dan akuntabel.


Awalnya hanya memberikan layanan simpan
pinjam kepada guru sekolah dasar
Kemudian memperluas jangkauan:
Mengubah
Pola
Perilaku
Pentingnya
microfinance
institutions
Pelatihan
oleh
fasilitator

Element didalam organisasi yang mendorong performa
keuangan FLCU:
Credible
Leadership
Peer
Selection
and
Enforcement
Successful
Financial
Performance
Financial
Product
•
•
•
•
FLCU mengembangkan ekonomi lokal
Dalam mengelola keuangan rumah tangga
Konsumtif  Produktif
Menginspirasikan berdirinya puluhan credit
unions lainnya
Memberi kontribusi yang signifikan dalam
struktur keuangan pasar dilevel provinsi
1.
kontribusi dari FLCU yang menyebabkan
adanya stratifikasi pada ekonomi local.
–
–
2.
keterlibatan masyarakat miskin pada serikat kredit,
dan hubungan antar-etnis
Perubahan pada kebijakan
–
–
UU 1992 tentang koperasi, telah memangkas
kekuasaan pemerintah untuk campur tangan dalam
pembentukan, pemantauan dan penutupan
koperasi.
Hukum perbankan tahun 1998 telah membuat
lembaga keuangan mikro menjadi bank komersil jika
asset mereka melebihi Rp. 1 miliar.

Otonomi daerah

Rancangan RUU yang mengubah manajemen
serikat kredit secara radikal


Lembaga keuangangan mikro lain bnyak
gagal. Kenapa FLCU berhasil memiliki
anggota yg bnyak. Bagaimana??
Inter-etnic relation, tdk ada pembahasan
yang terkait dgn FLCUnya sendiri
Download