PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS INKUIRI TERBIMBING DAN EFEKTIVITASNYA TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 2 MALANG PADA KOMPETENSI EKOSISTEM 1Muchammad Andi Ali Ridho, 2Susriyati Mahanal, dan 3Siti Imroatul Maslikah Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Email: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas modul berbasis inkuiri terbimbing terhadap motivasi dan hasil belajar kognitif peserta didik. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan metode inkuiri terbimbing, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode konvensional, untuk analisis pada data menggunakan analisis kovarian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan motivasi dan hasil belajar kognitif antara peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan tersebut terlihat dari rata-rata nilai pada motivasi dan hasil tes kemampuan kognitif, pada kelas eksperimen rata-rata motivasi dan hasil belajarnya adalah 92,12 dan 86,92; sedangkan rata-rata motivasi dan hasil tes kemampuan kognitif pada kelas kontrol adalah 81,77 dan 76,51. Kata kunci: Inkuiri terbimbing, motivasi, hasil belajar kognitif, ekosistem. Kebijakan pemerintah yang tersurat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 158 Tahun 2014, untuk menggunakan sistem kredit semester (SKS) pada tingkat pendidikan dasar (SMP sederajat) dan tingkat pendidikan menengah (SMA sederajat), memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bisa menempuh jenjang pendidikan SMP atau SMA dalam waktu kurang dari tiga tahun. Kebijakan SKS direspons oleh musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS) Kota Malang dengan mempersiapkan sepuluh SMA yang menggunakan SKS dan akan mulai diimplementasikan pada tahun pelajaran 20152016. Sesuai dengan aturan SKS, peserta didik di SMAN 2 Malang setiap semesternya mendaftar rencana studi dengan bimbingan guru pendamping akademik. Selain penyempurnaan sistem administrasi sekolah, yang perlu diperhatikan untuk menunjang program pelaksanaan SKS adalah penggunaan bahan ajar yang tepat. Berdasarkan wawancara pada tanggal 20 Mei 2015 dengan guru Biologi SMAN 2 Malang, Dra. Ruchimah Achmad, M. Pd. menyatakan bahwa pada Tahun 2009-2011 semua kegiatan pembelajaran sudah menggunakan modul. Penggunaan bahan ajar modul kemudian berhenti dikarenakan pemerintah mencanangkan program buku gratis dan buku sekolah elektronik untuk setiap sekolah. Pemerintah melarang sekolah untuk memungut biaya dari buku/bahan ajar yang disiapkan oleh sekolah, sehingga modul sekolah yang dikembangkan oleh musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) internal SMAN 2 Malang tidak lagi digunakan oleh peserta didik. Praktik belajar mengajar kemudian hanya menggunakan buku yang berasal dari Dinas Pendidikan. 1 Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang Dosen Pembimbing I dan Staf Pengajar Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang 3 Dosen Pembimbing II dan Staf Pengajar Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang 2 2 Hasil Perbandingan jumlah buku yang dibagikan oleh pemerintah dan jumlah peserta didik tidak berimbang, menyebabkan tidak semua peserta didik bisa memanfaatkan fasilitas buku gratis. Peserta didik kelas X dari program lintas minat Biologi sempat memberikan paparan pada sesi wawancara pada tanggal 11 Juni 2015 mengenai pengalaman belajar Biologi. Peserta didik yang bersangkutan menyatakan pengalaman belajar selama satu tahun di sekolah dengan cara yang cukup beragam. Penyampaian materi dari guru berupa ceramah, presentasi power point, dan tugas untuk diskusi presentasi. Penyampaian materi berupa ceramah dan power point oleh guru sering dilakukan karena jumlah buku pegangan dari pemerintah jumlahnya terbatas. Peserta didik yang tidak mendapatkan buku pegangan materi ajar Biologi membuat catatan dari ceramah guru. Catatan individu peserta didik tidak seragam satu sama lain, hanya mereka yang cepat mencatat memiliki catatan cukup lengkap berisi konsep penting. Peserta didik yang tidak cepat mencatat akan tertinggal, akibatnya ada beberapa bagian yang tidak lengkap dan mempengaruhi konsep yang mereka dapat. Proses belajar klasikal secara terus menerus, berupa ceramah dan presentasi melalui power point membuat peserta didik merasa bosan, menjadi pasif, dan kurang termotivasi dengan kegiatan pembelajarannya. Kurangnya motivasi belajar peserta didik kelas lintas minat dapat dilihat dari beberapa peserta didik yang bermain handphone, bercanda dengan teman sebangkunya, menggambar di buku tulis, dan mengantuk. Sikap yang kurang positif ini merupakan masalah dalam belajar, karena akan memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan (Aunurrahman, 2009). Pelaksanaan proses pembelajaran dengan cara klasikal memang memiliki keuntungan berupa kecepatan penyampaian materi yang seragam untuk peserta didik dalam satu kelas yang sama, tetapi praktik pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan amanat awal program SKS dan kurang memotivasi peserta didik untuk aktif belajar. Upaya untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dapat dilakukan dengan cara mengganti metode pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan belajar. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode berbasis inkuiri terbimbing yang sesuai dengan amanat program SKS akan mampu melibatkan peserta didik untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Inkuiri terbimbing memiliki karakter khusus yaitu kegiatan belajar berpusat pada peserta didik. Kegiatan yang dilakukan peserta didik antara lain belajar aktif membangun pengetahuannya sendiri, membandingkan informasi baru dengan pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik, kemudian peserta didik akan mencapai pemahaman baru (Eggen & Kauchak, 1994). Peranan guru dalam praktik metode inkuiri terbimbing terbatas pada membuat berbagai pertanyaan yang tujuannya untuk mengarahkan, menggiring, menuntun, dan membimbing peserta didik sehingga menemukan konsep baru (Sutisna, 2009). Pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar 3.9 terkait ekosistem dan semua interaksi yang berlangsung didalamnya. SMAN 2 Malang sebagai sekolah adiwiyata memiliki fasilitas berupa taman, kolam, tempat pembiakan siput, dan greenhouse sebagai tempat observasi oleh peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran terkait ekosistem dapat dilaksanakan dengan cara mengadakan observasi di luar kelas. Kegiatan tersebut akan memberikan pengalaman belajar baru bagi peserta didik. 3 METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang dapat digunakan oleh peserta didik. Model penelitian dan pengembangan berdasarkan hasil pengembangan Thiagarajan dan Semmel (1974). Model penelitian dan pengembangan meliputi tahap 4D yaitu tahap pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan pendiseminasian (disseminate). Tahap disseminate (penyebaran) tidak dilakukan dalam skala luas karena terbatas oleh waktu dan biaya penelitian, sehingga alternatifnya hanya dilaksanakan di satu kelas saja. Uji coba ini ditujukan untuk melihat efektivitas penggunaan modul terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik. Upaya untuk mengetahui efektivitas penggunaan modul terhadap peserta didik dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif quasi experiment. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre-test post-test nonequivalent control group design yaitu memberikan perlakuan khusus pada satu kelompok (kelas eksperimen), sedangkan kelompok yang lain diberikan perlakuan seperti biasa (kelas kontrol). Rancangan penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 1 Rancangan Penelitian untuk Pre-test Post-test Nonequivalent Control Group Design Subjek Pre-test ER O1 CR O3 (Sumber: Tuckman, 1978) Perlakuan X1 X2 Post-test O2 O4 Keterangan ER : Kelompok Eksperimen CR : Kelompok Kontrol X1 : Modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi ekosistem X2 : Metode ceramah dan diskusi kelompok O1,2 : Pre-test O3,4 : Post-test Pemilihan kelas X-LMT Biologi dan X-LMT KIR Biologi sebagai sampel penelitian berdasarkan teknik pengambilan purposive sampling. Pemilihan kedua kelas tersebut berdasarkan nilai rata-rata ujian tengah semester yang didapat dari guru Biologi yang mengampu kelas tersebut. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini meliputi instrumen perlakuan dan pengukuran.Instrumen perlakuan pembelajaran terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kegiatan belajar peserta didik yang terdapat dalam modul. Instrumen pengukuran lembar keterlaksanaan pembelajaran, lembar motivasi belajar, dan lembar tes hasil belajar kognitif. Bentuk soal tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda yang berjumlah 45 butir. Soal dalam tes yang akan diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah analisis statistik menggunakan analisis kovarian dengan bantuan program SPSS versi 22.0 for windows yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. 4 HASIL PENGEMBANGAN A. Tahap Analisis Kondisi Awal (Define) Pada tahap ini dilakukan beberapa analisis yang akan digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan produk berupa modul berbasis inkuiri terbimbing. analisis situasi awal meliputi: konteks kurikulum; identifikasi KI, KD, dan indikator kompetensi pembelajaran; kondisi peserta didik; kondisi sekolah; teori dan filosofi pembelajaran; perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; isu-isu saat ini; refleksi peserta didik; refleksi guru. B. Tahap Perancangan (Design) Tujuan utama tahap perancangan adalah merancang perangkat pembelajaran sehingga diperoleh silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen validasi modul. C. Tahap Pengembangan (Develop) Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar yang tervalidasi setelah melakukan revisi berdasarkan pendapat, komentar, kritik, dan saran dari para pakar ahli/praktisi. D. Hasil Validasi Modul dan Revisi Produk Validasi modul dilakukan oleh ahli pendidikan, ahli materi, dan ahli praktisi lapangan (guru). Modul akan diuji oleh validator dengan menggunakan instrumen angket validasi. Data kuantitatif berasal dari transformasi skala Likert menggunakan persentase, sedangkan data kuantitatif berasal dari komentar dan saran validator. Angka rerata untuk validitas modul guru adalah sebesar 96,58% dan untuk validitas modul peserta didik adalah sebesar 94,77%, keduanya memiliki tingkat validitas sangat valid. Angka rerata untuk validitas modul guru adalah sebesar 94,64%. Hasil validasi oleh validator menunjukkan bahwa modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi ekosistem untuk Kelas X SMAN 2 Malang sangat layak untuk digunakan di sekolah dalam proses kegiatan belajar dan mengajar. Uji keterbacaan dilakukan kepada 31 orang responden dari kelas eksperimen dan kelas kontrol karena guru Biologi SMAN 2 Malang menyarankan agar kelas kontrol juga diberikan modul untuk menambah referensi belajar. Uji keterbacaan modul kepada peserta didik menunjukkan bahwa respon peserta didik terhadap modul sangat bagus. Rerata untuk uji keterbacaan adalah sebesar 93,27%, sehingga modul masuk dalam kriteria sangat valid. E. Hasil Analisis Motivasi Belajar Peserta Didik 1. Analisis Deskriptif Data motivasi belajar diperoleh dari jawaban angket peserta didik menurut Likert, kemudian ditransformasi dengan skala 1-100. Hasil rata-rata motivasi belajar awal peserta didik pada kelas eksperimen adalah sebesar 75,84 dan ratarata motivasi belajar akhir peserta didik adalah sebesar 92,12. Hasil rata-rata motivasi belajar awal peserta didik pada kelas kontrol adalah sebesar 76,05 dan rata-rata motivasi belajar akhir peserta didik adalah sebesar 81,77. 2. Analisis Inferensial Angka yang tertera pada variabel strategi pembelajaran, memiliki nilai Fhitung sebesar 48,176 dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05), dengan demikian H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan motivasi belajar pada kompetensi ekosistem antara peserta didik yang menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang diajarkan menggunakan 5 metode konvensional. Sumbangan perlakuan dengan penggunaan modul berbasis inkuiri terbimbing dalam meningkatkan motivasi peserta didik di kelas eksperimen yang tertera pada kolom partial eta-squared adalah sebesar 0,632, artinya penggunaan modul berbasis inkuiri terbukti mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelompok ekperimen sebesar 63,2%. Tabel 2 Ringkasan Anakova Hasil Penghitungan Data Motivasi Belajar Awal dan Motivasi Belajar Akhir Peserta Didik berdasarkan Indikator Lembar Motivasi Belajar Variabel Terikat : Motivasi Belajar Akhir Jumlah Derajat Sumber Kuadrat Bebas Model Terkoreksi 863,581a 2 Intersepsi 0,900 1 Kelas 835,019 1 Motivasi Belajar Awal 40,823 1 Galat 485,316 28 Total 238412,730 31 Total Terkoreksi 1348,897 30 *PE-S adalah Partial Eta-Squared Mean Square 431,791 0,900 835,019 40,823 17,333 Nilai F Hitung 24,912 0,052 48,176 2,355 Taraf Signifikansi 0,000 0,821 0,000 0,136 PE-S 0,640 0,002 0,632 0,078 F. Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik 1. Analisis Deskriptif Rata-rata hasil belajar awal peserta didik pada kelas eksperimen adalah sebesar 46,14 dan rata-rata hasil belajar akhir peserta didik adalah sebesar 86,92. Rata-rata hasil belajar awal peserta didik pada kelas kontrol adalah sebesar 49,53 dan rata-rata hasil belajar akhir peserta didik adalah sebesar 76,51. 2. Analisis Inferensial Pada variabel strategi pembelajaran, diperoleh Fhitung sebesar 47,325 dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05), dengan demikian H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar pada kompetensi ekosistem antara peserta didik yang menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang diajarkan menggunakan metode konvensional. Sumbangan perlakuan dengan penggunaan modul berbasis inkuiri terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik di kelas eksperimen yang tertera pada kolom partial eta-squared adalah sebesar 0,628, artinya penggunaan modul berbasis inkuiri terbukti mampu meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik kelompok ekperimen sebesar 62,8%. Tabel 4.20 Ringkasan Anakova Hasil Penghitungan Data Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik berdasarkan Hasil Pre-Test dan Post-Test Variabel Terikat : Post-test Jumlah Sumber Kuadrat Model Terkoreksi 1025,800a Intersepsi 1438,157 Kelas 1002,510 Pre-test 193,934 Galat 593,134 Total 211196,070 Total Terkoreksi 1618,934 *PE-S adalah Partial Eta-Squared Derajat Bebas 2 1 1 1 28 31 30 Mean Square 512,900 1438,157 1002,510 193,934 21,183 Nilai F Hitung 24,212 67,891 47,325 9,155 Taraf Signifikansi 0,000 0,000 0,000 0,005 PE-S 0,634 0,708 0,628 0,246 6 KAJIAN DAN SARAN A. Kajian Produk yang Telah Direvisi 1. Kajian Bahan Ajar yang Telah Direvisi Hasil validasi dari ahli pendidikan (dosen) dan ahli praktisi lapangan (guru) diperoleh nilai 94,77% untuk modul peserta didik dan nilai 96,58% untuk modul guru, keduanya memiliki tingkat validitas sangat valid dan sangat layak untuk digunakan di sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar Kelas X SMAN 2 Malang. Komponen modul berbasis inkuiri terbimbing pada kompetensi ekosistem untuk peserta didik terdiri dari 4 bagian, yaitu bagian pelengkap yang terdiri dari: identitas pemilik, kata pengantar, daftar isi, dan daftar gambar; bagian pendahuluan yang terdiri dari: petunjuk penggunaan modul, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dan peta konsep; bagian isi yang terdiri dari: kegiatan belajar 1, kegiatan belajar 2, dan kegiatan belajar 3; serta bagian penutup yang terdiri dari: evaluasi akhir kompetensi, link halaman website, daftar rujukan, glosarium, dan kesan selama pembelajaran. Komponen modul untuk guru sebenarnya hampir identik dengan modul untuk peserta didik, yang membedakan hanya pada perangkat pembelajaran dan kunci jawaban yang tercantum didalamnya saja. Perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, serta soal dan kisi-kisi soal pre-test dan post-test. 2. Pengembangan Modul Biologi Berbasis Inkuiri Terbimbing dan Efektivitasnya terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas X SMAN 2 Malang pada Kompetensi Ekosistem Hasil analisis data berupa uji analisis kovarian (anacova) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar pada kompetensi ekosistem antara peserta didik yang menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang diajarkan menggunakan metode konvensional, dengan didukung nilai probabilitas 0,000 < 0,05. Hasil uji lanjut BNT setelah dilakukan uji anacova, menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Motivasi adalah faktor penting yang menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Prinsip motivasi yang tedapat dalam proses pembelajaran antara lain seperti perhatian, relevansi, kepercayaan diri, dan kepuasan (Trilukman, 2007). Perhatian peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung didorong oleh rasa ingin tahu, pemicu rasa ingin tahu peserta didik berasal dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan belajarnya. Stimulus bisa diberikan kepada peserta didik dalam bentuk elemen-elemen yang baru, kompleks, dan berbeda dengan kegiatan belajar sebelumnya. Bentuk stimulus yang diberikan kepada peserta didik adalah modul yang kegiatan ajarnya berupa metode inkuiri terbimbing. Hasil berupa data kualitatif yang didapat dari pesan dan kesan peserta didik menunjukkan bahwa mereka mendapatkan pengalaman belajar baru setelah menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing. Elemen motivasi berikutnya adalah relevansi. Minat peserta didik akan terpelihara apabila mereka menemukan kemanfaatan belajar terhadap kebutuhan pribadi mereka. Kebutuhan pribadi dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu motif pribadi, motif instrumental, dan motif kultural. Menurut Trilukman (2007), motif nilai pribadi mencakup tiga hal antara lain: (a) kebutuhan untuk berprestasi, (b) kebutuhan untuk berkuasa, (c) dan kebutuhan untuk berafiliasi. Kebutuhan untuk berprestasi dapat diketahui oleh peserta didik sendiri melalui umpan balik 7 pemahaman yang ada setiap kegiatan belajar modul berakhir. Modul sifatnya dapat mengukur kemampuan peserta didik, sehingga setiap diakhir kegiatan pembelajaran peserta didik bisa mengetahui ketercapaian belajar mereka dan kemudian termotivasi untuk belajar lebih giat. Penggunaan modul berbasis inkuiri terbimbing membuat peserta didik lebih percaya diri untuk mengungkapkan gagasan dan ide selama proses pembelajaran. Kegiatan observasi lingkungan sekolah yang terdapat pada subbahasan kegiatan 1, 2, dan 3 dirancang untuk memotivasi peserta didik dalam menyampaikan gagasan. Tahapan diskusi dan presentasi melatih peserta didik mengkomunikasikan gagasan dan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Hal ini dapat dijadikan indikator bahwa pembelajaran menggunakan modul inkuiri mampu meningkatkan reaksi peserta didik terhadap informasi, mengasimilasi ide dan gagasan yang mereka dapatkan selama proses ber-inkuiri, serta mengakomodasi segala informasi yang dijumpai di lingkungannya selama proses ber-inkuiri. Piaget (dalam Amin, 1987) menyampaikan hal yang serupa, bahwa kegiatan belajar yang baik adaah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengasimilasi informasi dengan melewati tahap proses mental yang lebih tinggi tingkatannya seperti merumuskan masalah, merencakan eksperimen/ebservasi, mengumpulkan data, menganalisis data dan kemudian membuat kesimpulan. Elemen motivasi yang ke-empat adalah kepuasan, keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran menghasilkan kepuaasan. Ketercapaian tujuan akhir pembelajaran dapat diketahui dari tingkat pemahaman peserta didik terhadap sub-bahasan modul. Peserta didik termotivasi untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dan lebih baik dari sub-bahasan sebelumnya. Berdasarkan temuan pada saat proses pembelajaran modul kegiatan 1, beberapa peserta didik bahkan sudah mengisi uji kompetensi pemahaman kegiatan 2 dan 3. Temuan tersebut merupakan pengalaman berharga bagi peneliti, karena secara empiris membuktikan bahwa motivasi belajar peserta didik yang tinggi dapat mendorong peserta didik untuk berusaha lebih keras mencapai tujuan. Pendapat yang sama disampaikan oleh Wuruwu (2006) dan Manzilatusifa (2009), bahwa peserta didik akan termotivasi belajar dan terus belajar ketika materi pembelajaran dirasa bermakna dan menyenangkan bagi dirinya, dan kemudian akan membangkitkan hasrat untuk berusaha memahami materi dan menggali informasi. 3. Pengembangan Modul Biologi Berbasis Inkuiri Terbimbing dan Efektivitasnya terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X SMAN 2 Malang pada Kompetensi Ekosistem Hasil analisis data berupa uji analisis kovarian (ANAKOVA) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar pada kompetensi ekosistem antara peserta didik yang menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang diajarkan menggunakan metode konvensional, dengan didukung nilai probabilitas 0,000 < 0,05. Hasil uji lanjut BNT setelah dilakukan uji anacova, menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji BNT menunjukkan bahwa penggunaan modul Biologi berbasis inkuiri terbimbing secara signifikan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi ekosistem dibanding peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan cara konvensional. Peserta didik yang difasilitasi dengan modul berbasis inkuiri terbimbing menampilkan 8 penguasaan konsep yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang difasilitasi pembelajaran konvensional. Temuan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik menangkap makna atau konsep (materi yang dipelajari). Penguasaan konsep tidak hanya sekedar mengingat konsep yang telah dipelajari, tetapi peserta didik mampu menerapkan konsep-konsep tersebut ke dalam suatu rangkaian permasalahan (Mahanal, 2009). Peserta didik yang sudah menguasai konsep suatu objek pembelajaran ketika dihadapkan pada permasalahan yang serupa/mirip atau memiliki pola-pola dengan konsep yang dimiliki sebelumnya, akan lebih mudah dan lebih cepat dalam mengatasi suatu permasalahan. Modul berbasis inkuiri terbimbing yang digunakan peserta didik dapat melatih kemampuan mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri, mengaplikasikan konsep dan pengalaman dari kegiatan belajar sebelumnya, hingga kemampuan mengevaluasi masalah. Hal ini didukung oleh pendapat Dickinson & Jackson (2008) yang menyatakan bahwa kegiatan berinkuiri dapat membantu peserta didik membangun pemahaman terhadap suatu konsep secara mandiri. 4. Kekuatan dan Kelemahan dari Modul yang Dikembangkan Kekuatan Poin pertama kekuatan dalam pembelajaran menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi ekosistem ini, adalah mengajak peserta didik untuk melatih kemampuan observasi suatu objek dari lingkungannya. Peserta didik melakukan kegiatan observasi diawal pembelajaran sebagai tahap untuk mengeksplorasi informasi yang ada disekitar mereka. Poin kekuatan modul berbasis inkuiri ini dikuatkan juga oleh pendapat Bruner (dalam Dahar, 1978) yang menyatakan bahwa kegiatan inkuiri menghasilkan aspek-aspek yang baik. Pertama, meningkatkan potensi intelektual peserta didik karena mereka mendapat kesempatan untuk mencari dan melakukan observasi. Kedua, peserta didik mendapat kesempatan untuk menemukan keteraturan dari kegiatan eksperimen/observasi yang mereka lakukan sendiri. Ketiga, peserta didik dapat belajar mengenai proses melakukan penemuan, dan keempat, pembelajaran yang dilaksanakan oleh peserta didik akan lebih bermakna. Poin kedua kekuatan dalam pembelajaran menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi ekosistem ini memberikan kesempatan kepada peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi untuk menuntaskan kegiatan belajarnya lebih awal. Hal ini didukung oleh teori konstruktivistik Piaget (dalam Dahar, 1989) bahwa kegiatan berinkuiri adalah pembelajaran yang aktif dengan percepatan dan elaborasi kegiatan belajar oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan untuk mendapatkan konsep belajar dengan cara yang benar. Poin ketiga kekuatan dalam pembelajaran menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi ekosistem ini terletak pada kegiatan belajar berkelompok pada kegiatan observasi, diskusi, dan presentasi. Vygotsky (dalam Budiningsih, 2005) menekankan peran interaksi sosial dalam pembelajaran. Peserta didik akan bekerja secara berkelompok dalam melaksanakan berinkuiri, mereka bekerja dan bertindak sebagai seorang saintis. Peserta didik yang bekerja dalam kelompok biasanya belajar lebih baik daripada belajar sendiri. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan sebelumnya, penggunaan modul mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik ditinjau dari taksonomi 9 Bloom dan proses berinkuiri selama proses pembelajaran. Peserta didik yang menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing pada proses pembelajaran kompetensi ekosistem mengalami peningkatan hasil belajar yang signifikan yaitu sebesar 62,8% dan mengalami peningkatan sebesar 63,2% untuk motivasi belajar. Implikasi dari temuan penelitian ini dalam pembelajaran adalah peningkatan penguasaan konsep peserta didik dapat dilakukan melalui kegiatan berinkuiri, pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing, dan memberikan lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan problem solving secara kolaboratif bersama teman-temannya. Kelemahan Modul ini dikembangkan hanya berdasarkan analisis kebutuhan awal yang dilaksanakan di SMAN 2 Malang. Modul yang dikembangkan dan dilengkapi perangkat pembelajaran pada bagian lampiran ini hanya mampu mengukur efektivitas penggunaannya dari segi motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas X kelompok eksperimen saja. Untuk mengetahui efektivitas terhadap kelas lain maka modul ini perlu kembali diujikan di kelas yang berbeda. Aspek yang terukur hanya pada motivasi dan hasil belajar saja, untuk mengetahui aspek yang lain misalnya sikap peserta didik, kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking), dan lain-lain harus dikembangkan terlebih dahulu instrumen untuk mengukur aspek yang dikehendaki oleh peneliti. B. Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut 1. Saran untuk Keperluan Pemanfaatan Produk Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan modul terbukti efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik, sehingga direkomendasikan untuk diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran Biologi. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, sebaiknya guru memilih menggunakan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk aktif membangun konsep pemahaman mereka sendiri. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar, direkomendasikan kepada guru untuk menggunakan strategi pembelajaran yang memungkinkan interaksi antar peserta didik atau interaksi antar kelompok peserta didik selama kegiatan belajar mengajar terkait materi yang membahas lingkungan hidup dan permasalahnnya. 2. Saran untuk Diseminasi Produk ke Sasaran yang Lebih Luas Penggunaan modul untuk umum dapat dilakukan setelah melalui tahap uji coba skala besar melibatkan seluruh peserta didik kelas X di suatu sekolah, kemudian mengajukan permohonan untuk mengurus ISBN. Modul yang telah mendapatkan ISBN dapat direvisi sesuai dengan perkembangan pengetahuan. Modul ini kemungkinan sesuai dengan karakteristik siswa SMA/MA lainya, tetapi kemungkinan juga tidak sesuai. Hal ini mengindikasikan bahwa ada peluang untuk mengimplementasikan modul pada SMA lainnya. Alangkah baiknya apabila peneliti lain berkeinginan untuk melakukan diseminasi dan implementasi pada peserta didik di sekolah lain terlebih dahulu dilaksanakan uji coba skala besar pada peserta didik kelas X di SMAN 2 Malang. Tujuan uji coba skala besar ini adalah untuk meningkatkan kepercayaan terhadap modul dalam lingkup sasaran yang lebih luas. 10 3. Saran untuk Pengembangan Lebih Lanjut Penelitian ini mengkaji efektivitas modul berbasis inkuiri terbimbing terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik pada kompetensi ekosistem. Oleh karena itu, peneliti yang lain dapat menguji pengaruh penerapan modul berbasis inkuiri terbimbing pada kompetensi ekosistem terhadap variabel yang lain, misalnya perbedaan sikap peserta didik, kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking), kemampuan literasi, kemampuan recall memory, dan kemampuan berpikir kritis. Penggunaan modul untuk umum dapat dilakukan setelah melalui tahap uji coba skala besar melibatkan seluruh peserta didik kelas X di suatu sekolah, kemudian mengajukan permohonan untuk mengurus ISBN. Modul yang telah mendapatkan ISBN dapat direvisi sesuai dengan perkembangan pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Budiningsih, A., 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya. Dahar, R.W. 1978. Metodologi Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika. Tidak diterbitkan. IKIP Bandung. Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dickinson, G. & Jackson, J.K. 2008. Planning for success: How to design and implement project- based science activities. The Science Teacher Jounal, 75(8), 29-32. Eggen, P. & Kauchak, D. 1994. Educational Psychology: Classroom Connections. New York: Merrill. Mahanal, S., Ericka Darmawan, A. D. Corebima, Siti Zubaidah. 2009. Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada Materi Ekosistem terhadap Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang. [online]. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 1, No. 1, Mei 2010. (http://library.unej.ac.id/client/en_US/default/ search/results;jsessionid=). 4 Juni 2015. Manzilatusifa, U. 2009. Pemberian Motivasi Guru dalam Pembelajaran. EduCare: Jurnal Pendidikan dan Budaya. Vol 4 (2) : 16-40. Sutisna. 2009. Teori Belajar Kognitif. (Online), (http://www.sutisna.wordpress.com/2009/01/Teori.html), diakses 21Januari 2013. Trilukman, H. 2007. Belajar dan Motivasinya. Jakarta, at. http://heritl.com/2007/12/2/belajar_dan_motivasinya/html. [On line ]. accessed 4-6-2015. Waruwu, F. 2006. Belajar dan Motivasi Bagaimana Mengembangkan Motivasi Internal. Jurnal Provitae Vol 2 (2) : 21-26.