SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN KANKER DALAM MENJALANI KEMOTERAPI DI RSU DR. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2015 Oleh MASDIA JAPIT SYAH PUTRA 11 02 024 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015 SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN KANKER DALAM MENJALANI KEMOTERAPI DI RSU DR. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2015 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Oleh MASDIA JAPIT SYAH PUTRA 11 02 024 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015 PERNYATAAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KANKER DALAM MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2015 SKRIPSI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya tulis saya sendiri dan belum pernah di ajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis yang dicantumkan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, 11 Juli 2015 Peneliti, (Masdia Japit Syah Putra) DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS Nama Lengkap : MASDIA JAPIT SYAH PUTRA Jenis Kelamin : Laki - laki Tempat, tanggal lahir : Kuta cane, 06 juni 1993 Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Ayah : Alm. JAMIDAN S.pd Ibu : FITRIANI Alamat : Jl. Ngalengko Lr. Toba No.5 Medan No.Telp/Hp : 082165650366 Email : [email protected] II. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Tahun 1999-2005 : SD Negeri Impres 2. Tahun 2005-2008 : SMP Negeri Percontohan. 3. Tahun 2006-2011 : SMA Negeri Perisai. 4. Tahun 2011-2015 : Sedang mengikuti pendidikan S1keperatan di Program Studi NersFakultas Ilmu Keperatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia medan i PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN Skripsi, Juli 2015 Masdia Japit Syah Putra Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasa Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemoterapi di RSUD DR.Pirngadi Kota Medan. xii + 61 hal + 5 tabel + 2 skema + 10 lampiran ABSTRAK Kanker merupakan pertumbuhan sel abnormal yang dwasebabkan oleh adanya mutasi gen di dalam tubuh manusia yang dapat berubah menjadi keganasan. Salah satu terapi yang digunakan dalam menekan pertumbuhan sel kanker adalah Kemoterapi. Kemoterapi bertujuan menghambat pertumbuhan sel yang abnormal dan tidak jarang juga merusak sel yang normal. Salah satu dampak kemoterapi adalah timbulnya kecemasan akibat efek samping yang ditimbulkan dari Kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUD DR.Pirngadi Kota Medan. Jenis penelitian adalah analitik korelatif dengan rancangan cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 143 dan jumlah Sampel penelitian sebanyak 59 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Zung Self Rating Scale (ZSAS). Hasil penelitian mayoritas dukungan keluarga adalah baik sebanyak 27 responden (45,8%) dengan tingkat kecemasan mayoritas ringan sebanyak 26 responden (44,1%), hasil uji statistik menggunakan uji Spearmen, menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi p-value 0,002 r=0,389. Sehingga diwasarankan kepada keluarga agar memberikan dukungan kepada pasien kanker terutama saat menjalani kemoterapi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker dan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan pelayanan kepada penderita kanker dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan spiritual melalui pendidikan kesehatan dan konseling kepada penderita maupun keluarga. Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Tingkat kecemasan, Kemoterapi Daftar Fustaka : 28 (2007-2014) ii PROGRAM OF NURSING FACULTY OF NURSING AND MIDWIFERY SARI MUTIARA INDONESIA UNIVERSITY OF MEDAN Scription, July 2015 Masdia Japit Syah Putra The Correlation between the family support and anxiety level of The patient with cancer who undergoing chemotherapy at General Hospital Doctor Pirngadi Medan x + 61 page + 5 table + 2 schema + 10 attachment ABSTRACT Cancer was abnormal growth of cell caused by mutation of gen in the human body to be malignant cell. One of therapy applied in minimize the growth of cancer cell was chemotherapy. Chemotherapy aims to minimize the abnormal growth of celland also damage the normal cell. One of impact of chemotherapy was anxiety as aside effect of chemotherapy. This reseach aims to study a correlation between the family support ang the anxiety level of patient with cancer who undergoing the chemotherapy at General Hospital Doctor Pirngadi Medan. This research was a analitic correlative with cross sectional desaign. The populations were 143 respondents. The sample in this reseach were 59 respondents with the accidental sampling. The data was collected by using Zung Self Rating Scale (XZAS) questionnaire. The results of research indicates that more of family support was good for 27 respondens (45.8%), with the anxiety level was mild for 26 respondens (44.1%), the result of statistical test using spearmen test, indicates there was a correlation of family support with the anxiety level to the patient cancer who undergoing chemotherapy P-value 0,002 r=0,389. Therefore, it was suggested to the family to provide the patient with cancer with support specially when take chemotherapy to up their life level quality of patient with cancer and the health officer to increase the service to the patient with cancer to give attention to the biological-psychologic-sosiologic and spritual need through health education and counseling to the patient although the patient’s family. Keywords : Family Support, level of anxiety, chemotherapy Refference : 28 (2007-2014) iii KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada penulis, dan atas berkat rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015. Selama proses penyusunan skripsi penelitian ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang penulis terima demi kelancaran penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia Medan. 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. 3. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan. 4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan. 5. Ns. Marthalena Simamora, M.Kep, selaku Ketua Penguji yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Ns. Amila, M.Kep, Sp.KMB, selaku Penguji I yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberi saran, masukan demi kelengkapan skripsi. iv 7. Ns. Normi Sipayung, M.Kep, selaku Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberi saran, masukan demi kelengkapan skripsi. 8. Ns. Laura Mariati Siregar, M.Kep, selaku pembimbing III yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Dr. H. Amran Lubis, Sp. JP selaku derektur RSUD DR.Pirngadi Kota Medan serta staf bagian penelitian dan diklat yang telah banyak memberikan izin dalam pengambilan data. 10. Para dosen dan staf di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. 11. Keluarga penulis terutama almarhum ayah dan ibu saya tercinta yang telah memberikan dukungan doa, semangat, material maupun moril. 12. Teman-teman serta semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya profesi keperawatan. Diharapkan skripsi ini memberikan kotribusi bagi pengembangan keperatan kritis. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasi. Medan, 11 Juli 2015 Penulis (Masdia Japit Syah putra) v DAFTAR ISI Hal DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... ABSTRAK ......................................................................................................... ABSTRACT ........................................................................................................ KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................. DAFTAR SKEMA ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... i ii iii iv vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. A. Latar Belakang............................................................................. B. Perumusan Masalah ..................................................................... C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 1. Tujuan Umum ......................................................................... 2. Tujuan Khusus ........................................................................ D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 1. Bagi pasien.............................................................................. 2. Bagi keluarga .......................................................................... 3. Bagi perawat pelaksana .......................................................... 4. Bagi peneliti selanjutnya ......................................................... 1 1 6 6 6 6 6 6 6 7 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... A. Kanker .......................................................................................... 1. Pengertian ............................................................................... 2. Etiologi kanker ....................................................................... 3. Klasifikasi Kanker .................................................................. 4. Faktor resiko / penyebab kanker ............................................. 5. Patogenesis Terjadinya Penyakit Kanker ............................... 6. Gejala kanker .......................................................................... 7. Tahap dan Derajat atau Stadium Kanker ................................ B. Kemoterapi ................................................................................... 1. Pengertian ............................................................................... 2. Tujuan kemoterapi .................................................................. 3. Klasifikasi kemoterapi ............................................................ 4. Persiapan dan syarat kemoterapi ............................................ 5. Obat kemoterapi pada kanker ................................................. 6. Fase kemoterapi ...................................................................... 7. Efek samping kemoterapi ....................................................... 8. Bentuk Kemoterapi ................................................................. 9. Cara Pemberian Kemoterapi ................................................... 10. Siklus Kemoterapi .................................................................. 8 8 8 9 9 10 13 14 15 16 16 17 17 18 19 20 21 22 22 23 vi C. Keluarga........................................................................................ 1. Pengertian ............................................................................... 2. Struktur Keluarga ................................................................... 3. Tugas-Tugas Keluarga............................................................ 4. Fungsi Pokok keluarga ........................................................... 5. Peranan Keluarga.................................................................... D. Dukungan keluarga ....................................................................... 1. Pengertian ............................................................................... 2. Komponen dukungan keluarga ............................................... 3. Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga ..................................... E. Cemas ........................................................................................... 1. Pengertian cemas .................................................................... 2. Tingkat kecemasan ................................................................. 3. Penyebab dan Presipitasi Terjadinya Kecemasan .................. 4. Gejala Klinis ........................................................................... 5. Kecemasan pada pasien kanker dan kemoterapi .................... F. Kerangka konsep .......................................................................... G. Hipotesis ....................................................................................... 24 24 25 26 26 27 27 27 28 31 32 32 33 38 41 42 42 43 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ A. Jenis Dan Rencangan Penelitian ................................................... B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ....................................... 1. Lokasi penelitian .................................................................... 2. Waktu penlitian ...................................................................... C. Populasi dan Sempel penelitian .................................................... 1. Populasi .................................................................................. 2. Sempel penelitian ................................................................... D. Metode pengumpulan data............................................................ 1. Data primer ............................................................................. 2. Data sekunder ......................................................................... E. Defenisi Operasional .................................................................... F. Aspek Pengukuran ........................................................................ 1. Dukungan keluarga ................................................................. 2. Tingkat Kecemasan ................................................................ G. Etika Penelitian ............................................................................. H. Tehnik Pengolahan Data ............................................................... I. Analisa Data ................................................................................. 1. Analisis Univariat ................................................................... 2. Analisi Bivariat ....................................................................... 44 44 44 44 44 44 44 44 46 46 47 49 50 50 50 51 53 54 54 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... A. Gambaran Lokasi Penelitian........................................................ B. Hasil Penelitian ............................................................................ 1. Analisa Univariat .................................................................. 2. Analisa Bivariat .................................................................... C. Pembahasan ................................................................................. 55 55 56 56 58 55 vii 1. Dukungan Keluarga Pada Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan tahun 2015 ................................................................ 2. Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemoterapi Di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015 ............................................................... 3. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemoterapi di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015 ................ D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... BAB V 59 60 61 65 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 66 A. Kesimpulan .................................................................................. 66 B. Saran ............................................................................................ 66 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1 Defenisi Operasional ........................................................................ 38 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin Dan Siklus Kemoterapi Di RSUD DR.Pirngadi Kota Medan 2015 ....................................................... 51 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Keluarga Dalam Menjalani Kemoterapi Di Rsud Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2015 ................................................................. 52 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanTingkat Kecemasan Dalam Menjalani Kemoterapi Di Rsud Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2015 .................................................................. 52 Tabel 4.4 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemoterapi Di Rsud Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2015 ................................ 53 ix DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1 Rentang Kecemasan .......................................................................... 38 Skema 2.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 42 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Pernyataan Menjadi Responden Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian Lampiran 4 : Surat Izin Memperoleh Data Dasar dari Universitas Sari Mutiara Indonesia Lampiran 5 : Surat Balasan Izin Memperoleh Data Dasar dari RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Dari Universitas Sari Mutiara Indonesia Lampiran 7 : Surat Selesai Penelitian Dari RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Lampiran 8 : Master Data Lampiran 9 : Lembar Output Lampiran 10 : Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi Lampiran 11 : Lembar Perbaikan Skripsi xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan pertumbuhan sel abnormal yang disebabkan oleh adanya mutasi gen di dalam tubuh manusia, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (metastasi) (Amila, 2009 dalam Utami dkk, 2013). Kanker terjadi karena adanya sel yang bersifat mutagenik. Sel kanker dapat menjadi sel mutagenik karena adanya mutasi genetik pada sel somatik dan sel germinal. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor baik faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Sel mutagenik bersifat infiltratif (menginfiltrasi jaringan sekitarnya) serta destruktif (merusak jaringan sekitar). Hal ini menyebabkan sel tersebut membelah secara tidak terkendali dan akhirnya akan menyerang sel lainnya. Selanjutnya hal ini akan menyebabkan perubahan metabolisme yang pada akhirnya akan mengganggu fungsi-fungsi fisiologis tubuh (Price & Wilson, 2005). Dewasa ini, kanker menjadi salah satu penyakit pembunuh utama di dunia, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Situasi sekarang di negara-negara maju seperti Amerika, Canada dan Jepang dalam tiga orang terdapat seorang meninggal karena kanker. American Cancer Sociaty (ACS, 2010), menyebutkan terdapat 1.529.560 orang dengan diagnosa baru yaitu kanker kulit, dan semakin hari semakin bertambah, dari empat kematian di Amerika satu diantaranya adalah karena kanker.Di dunia, 12 persen dari seluruh kematian disebabkan oleh kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Bank Dunia, memperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. 1 2 Wilayah Asia Tenggara, kanker membunuh lebih dari 1,1 juta orang setiap tahun. WHO memperkirakan kanker akan menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia pada tahun 2030 mendatang (Depkes RI, 2013). Berdasarkan sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, di Indonesia kanker menjadi penyebab kematian nomer 3 dengan kejadian 7,7% dari seluruh penyebab kematian karena penyakit tidak menular setelah penyakit jantung dan stroke (Depkes RI, 2013). Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi, jumlah penderita kanker pada tahun 2010 tercatat 475 kasus, tahun 2011 sebanyak 548 kasus dan tahun 2012 sebanyak 681 kasus. Di rumah sakit pemerintah di kota Medan khususnya di RSUD DR. Pirngadi Medan pada tahun 2011 terdapat 51 kasus dan tahun 2012 terdapat 58 kasus dan RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011 jumlah penderita kanker sebanyak 148 orang dan tahun 2012 jumlah penderita kanker sebanyak 300 orang sedangkan pada tanggal 1 Januari 2013-30 November 2013 sebanyak 318 orang. Diperkirakan jumlah pasien kanker dari data tersebut akan terus meningkat setiap tahunnya. Kanker harus ditangani secara berkualitas karena jika tidak ditangani dengan baik maka akan mempengaruhi kualitas hidup dan berdampak pada peningkatan mortalitas. Penanganan kanker pada umumnya terbagi dua yaitu secara farmakologi dan non farmakologi. Penanganan secara farmakologi diantaranya bertujuan untuk mengendalikan jumlah dan penyebaran sel-sel kanker (Otto, S, 2001 dalam Simamora, 2014). Menurut National Cancer Institute (NCI) tahun 2011, penanganan kanker meliputi kemoterapi, terapi biologi, terapi radiasi dan pembedahan. Efektifitas setiap terapi masih terus diteliti, berdasarkan literature kemoterapi mempunyai efektifitas yang tinggi. Kemoterapi merupakan metode terapi sistemik terhadap kanker sistemik (misalnya; leukimia, mieloma, limfoma, dll) dan kanker dengan metastasis 3 klinis maupun subklinis (Otto, 2001). Kemoterapi bekerja pada fase-fase pembelahan sel antara lain fase G1 (first gap phase), fase S (synthetis phase), fase G2 (second gap phase), fase mitosis (M), dan fase G0 (rest phase). Selsel kanker mempunyai waktu siklus sel yang singkat dan tumbuh secara cepat. Secara umum kemoterapi bekerja dengan merusak proses pembentukan sel kanker pada fase-fase tersebut hasilnya adalah siklus sel kanker terganggu dan pembelahannya terhambat. Prinsip kerja kemoterapi adalah membunuh sel-sel kanker yang bekerja dengan cepat, namun kemoterapi juga menimbulkan efek samping yaitu selain membunuh sel-sel kanker juga membunuh sel-sel yang sehat. Efek samping yang sering terjadi pada pasien yang menjalani kemoterapi adalah depresi sumsum tulang, diare, kerontokan rambut, masalah kulit, mual muntah, serta gangguan kesehatan mulut. (Simamora, 2014). Selain efek samping fisiologis, kemoterapi juga dapat menimbulkan dampak bagi psikologis penderita hipertensi diantaranya adalah timbulnya kecemasan. Kecemasan atau ansietas merupakan suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan (Craig, 2009). Bila kondisi ini berlangsung lama dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, antara lain lemas, pingsan atau dapat memperburuk keadaan dan bisa menghambat proses pengobatan. Kecemasan yang berlarut-larut dan tidak terkendali dapat mendorong terjadinya respon defensive sehingga menghambat mekanisme kerja obat dan koping yang adaptif (Stuart, 2006). Menurut Mulyadi (2008), setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan. Penderita kanker akan mengalami tekanan psikologis pasca terdiagnosis kanker, seperti informasi kanker yang diterima dari masyarakat bahwa apabila seseorang terdiagnosis mengidap kanker berarti vonis mati yang hanya tinggal menunggu waktu (Mangan, 2003). Tekanan yang sering muncul adalah kecemasan, insomnia, 4 sulit berkonsentrasi, tidak nafsu makan, dan merasa putus asa yang berlebihan, hingga hilangnya semangat hidup. Respon emosional yang secara umum mungkin muncul pada saat dokter mendiagnosis seseorang menderita penyakit berbahaya (kronis) seperti kanker, yaitu penolakan, kecemasan, dan depresi (Lubis, 2009). Data dari ruang kemoterapi Rumah Sakit Roemani Semarang, dalam dua bulan terakhir, dari bulan Februari sampai Maret 2015, terdapat 53 pasien yang mengikuti program kemoterapi, kehadiran setiap pasien bisa mencapai 3-4 kali dalam sebulan (Catatan Medis RS Roemani Semarang, 2013). Pasien kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi, biasanya akan mengalami efek samping yang tidak menyenangkan seperti mual-mual, rambut rontok, nyeri seluruh tubuh, keletihan stomatitis, demam, menopause dini, sterilitas permanen, disfungsi seksual, penurunanm daya tubuh, dan kulit kering, dimana efek tersebut dapat menimbulkan kecemasan pada pasien kanker, selain cemas akan kematian (Nisman, 2011; Smeltzer & Bare, 2002 dalam Sari 2012). Cemas yang akan ditimbulkan mulai dari kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat sampai mengalami kepanikansehingga dalam hal ini pasien kanker sangat membutuhkan dukungan dari keluarga. Menurut (Haryono dalam Rachmawati 2009 dalam Sari 2012) mengatakan peran keluarga amat penting dalam pengambilan keputusan untuk menjalani kemoterapi dan jenis terapi lain bagi penderita. Dukungan keluarga terhadap pasien kanker sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mental dan semangat hidup pasien kanker. (Ahli onkologi Cora Llave, MD dan Denky Dela Rosa, MD, dalam Hakim 2013), mengatakan keluarga adalah teman terbaik bagi pasien kanker dalam menghadapi "pertempuran" dengan penyakitnya. Setiap orang yang terkena kanker, akan berpengaruh juga kepada seluruh keluarga baik berupa emosional, psikologis, 5 finansial, maupun fisik (Mikail 2011 dalam Hakim 2013).Dukungan yang diterima oleh pasien kanker yang menjalani kemoterapi dari lingkungan sosial, terutama keluarga, akan membuat pasien merasa diperhatikan dan tidak merasa sendirian dalam menjalani kemoterapi sehingga menjadi kekuatan bagi pasien dalam menjalani rangkaian proses kemoterapi (Hartati 2002 dalam Setyaningsih 2011). Dukungan yang diterima oleh pasien kanker yang menjalani kemoterapi pada akhirnya akan membuat pasien tidak akan berpikir bahwa kemoterapi yang sedang dijalani sebagai sebuah situs yang mengacam. Hasil penelitian yang mendukung pendapat ini adalah yang di lakukan oleh Dewi utami, dkk, 2013) yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan Kemoterapi pada pasien kanker serviksdi peroleh terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan kemoterapi pasien kanker serviks dibuktikan dengan nilai z hitung (4,63) > z tabel (1,96) atau nilai p: 0,000 < 0,05. Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah yang di lakukan Nurpeti.,dkk yang meneliti tentanghubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara (ca mamae) di ruang angsoka III RSUP Sanglah Denpasar diperoleh hasi terdapat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara (ca mammae) dengan nilai p-value 0,000 (p< 0,005). Hasil Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan diperoleh data jumlah pasien kanker yang menjalani kemoterapi tahun 2014 adalah sebanyak 1726 orang dengan rata-rata jumlah pasien per bulan adalah 143 orang. Hasil obsevasi langsung yang dilakukan di RSUD DR. Pirgadi Kota Medan di peroleh hasil pasien yang menjalani kemoterapai menunjukkan respon cemas terutama pada pasien yang baru pertama kali 6 menjalani kemoterapi. Hal ini dapat dilihat dari seringnya bertanya tanya dan pasien juga tampak sering bertanya tanya dan hasil pengukuran TTV diperoleh TD: 130/100 mmhg, HR: 23x/menit, RR: 70x/menit terjadi peningkatan dan menunjukan adaya respon cemas dengan terjadinya perubahan fisikologis tubuh.Berdasarkan fenomena diataspeneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemoterapi Di Rsu Dr Pirgadi Medan Tahun 2015”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah“Bagaimana Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien KankerDalam Menjalani Kemotrapi Di RSUD DR. PirgadiKota Medan tahun 2015” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemoterapi Di RSUD DR. Pirgadi Kota Medan tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui dukungan keluarga pada pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUD DR. Pirgadi Kota Medan tahun 2015. b. Mengetahui tingkat kecemasan pada pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUD DR. Pirgadi Kota Medan tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pasien Dapat digunakan sebagai imformasi bagi pasien tentang pentingnya dukungan keluarga saat pasien menjalani kemoterapi 7 2. Bagi Keluarga Sebagai masukan bagi keluarga agar selalu memberi dukungan kepada pasien yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Dr.Pirgadi Kota Medan untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien. 3. Bagi Perawat Pelaksana Sebagai masukan dalam asuhan keperawatan dalam mengurangi tingkat kecemasan pasien dengan cara dukungan yang baik. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang, Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemotrapi. Sekaligus sebagai bahan masukan atau sumber data penelitian selanjutnya dan mendorong pihak melakukan penelitian lebih lanjut. yang berkempentinga untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker 1. Pengertian Kanker merupakan pertumbuhan sel abnormal yang di sebabkan oleh adanya mutasi gen di dalam tubuh manusia, baik dengan pertubuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (metastasi) (Amila, 2009 dalam Utami dkk, 2013). Kanker adalah istilah yang digunakan untuk suatu kondisi di mana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali (Dinas Kesehatan Kab Bone Bolango, 2007). Terdapat lebih dari pada 100 jenis kanker dan setiapnya diklasifikasi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Sejalan dengan pertumbuhan dan kembang biaknya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan sehat di sekitarnya yang dikenal sebagai invasif. Di samping itu, sel kanker dapat menyebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lainnya yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening sehingga tumbuh kanker baru di tempat lain dan hasilnya adalah suatu kondisi serius yang sangat sulit untuk diobati. Jenis kanker sering berbeda antara pria dan wanita di mana pada pria kanker yang sering adalah kanker paru, lambung, hepar, kolorektal, esofagus, dan prostat manakala pada wanita adalah kanker payudara, paru, lambung, kolorektal, dan serviks (WHO, 2008). Apabila penyakit ini dapat dideteksi pada tahap awal, maka lebih daripada separuh penyakit kanker dapat dicegah, bahkan dapat disembuhkan dan perlu redefinisi dalam pelayanan kesehatan dari pengobatan ke promosi dan preventif (DETAK, 2007). Tetapi hasil diagnosis kanker menyatakan bahwa 80% penderita kanker ditemukan pada stadium lanjut yaitu 8 9 stadium 3 dan stadium 4 (Kompas, 2002). Pada tahap ini kanke sudah menyebar ke bagian-bagian lain didalam tubuh sehingga semakin kecil peluang untuk sembuh dan pulih. Keadaan di atas menjadi salah satu penyebab meningkatnya penyakit kanker di Indonesia. 2. Etiologi Kanker Sel kanker menyebar ke bagian tubuh lain melalui 3 cara, yaitu melalui jaringan (sel kanker menginvasi ke jaringan normal sekitar), melalui sistem kelenjar limfa (sel kanker menginvasi ke kelenjar limfa dan menyebar melalui kelenjar limfa ke bagian tubuh lain) dan melalui darah (sel kanker menginvasi ke vena dan kapiler dan menyebar melalui pembuluh darah ke bagian tubuh lain). Ketika sel kanker berpisah dari tumor primer dan menyebar melalui kelenjar limfa atau pembuluh darah ke bagian tubuh lain, tumor sekunder dapat timbul. Tumor sekunder (metastase) ini merupakan tumor yang sama dengan tumor primer. Contohnya, jika sel kanker payudara menyebar ke tulang, maka sel kanker pada tulang sebenarnya adalah sel kanker payudara. Tumor pada tulang itu adalah metastasis dari kanker payudara, bukan kanker tulang. 3. Klasifikasi Kanker Ada lima kelompok besar yang digunakan untuk mengklasifikasikan kanker yaitu karsinoma, sarkoma, limfoma, adenoma dan leukemia (National Cancer Institute, 2009). a. Karsinoma ialah kanker yang berasal dari kulit atau jaringan yang menutupi organ internal. b. Sarkoma ialah kanker yang berasal dari tulang, tulang rawan, lemak, otot, pembuluh darah, atau jaringan ikat. 10 c. Limfoma ialah kanker yang berasal dari kelenjar getah bening dan jaringan sistem kekebalan tubuh. d. Adenoma ialah kanker yang berasal dari tiroid, kelenjar pituitari, kelenjar adrenal, dan jaringan kelenjar lainnya. e. Leukemia ialah kanker yang berasal dari jaringan pembentuk darah seperti sumsum tulang dan sering menumpuk dalam aliran darah. 4. Faktor Resiko / Penyebab Kanker Terdapat empat faktor penyebab kanker seperti biologis, lingkungan, makanan dan psikologis. Keempat-empat faktor penyebab kanker tersebut dijelaskan seperti berikut: a. Biologis 1) Keturunan Sejumlah penelitian menemukan bahwa sekitar 5% dari kasus kanker diakibatkan oleh faktor keturunan. Faktor keturunan ini memang susah untuk dihindari (Arief, I, 2009). 2) Hormon Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan dan kanker payudara. Sedang hormon progesteron dapat mencegah timbulnya kanker endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker payudara. Kedua jenis hormon tersebut banyak digunakan sebagai bahan pil KB maupun terapi hormon pada wanita menopause. Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi resiko kanker kandungan dan endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker payudara dan kanker hepar (Kusmawan, E, 2009). 3) Virus dan kuman Virus human papilloma (HPV), merupakan penyebab utama kanker leher rahim dan dapat meningkatkan resiko timbulnya kanker jenis lain. Virus hepatitis B dan hepatitis C dapat 11 memicu timbulnya kanker hati. Virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV-1) meningkatkan resiko limfoma dan leukemia. Virus human immunodefisiensi (HIV) yang dikenal sebagai penyebab AIDS ini meningkatkan resiko limfoma dan Kaposi’s sarcoma. Virus Epstein-Barr meningkatkan resiko terjangkitnya limfoma. Virus human herpes 8 (HHV8) dapat menyebabkan Kaposi’s sarcoma. Helicobacter pylori penyebab luka lambung dan usus juga dapat menimbulkan kanker di sepanjang saluran pencernaan. Untuk mengurangi kemungkinan tertular virus/bakteri tersebut, hindari berganti-ganti pasangan seksual, juga jangan saling bertukar sikat gigi, jarum, sisir, peralatan makan, dan sebagainya (Kusmawan, E, 2009) b. Lingkungan (DETAK, 2007 dan Harnawatia, 2008) 1) Tembakau Asap rokok/tembakau yang dihirup baik perokok aktif maupun perokok pasif dapat menyebabkan kanker paru, pita suara, mulut, tenggorokan, ginjal, kandung kencing, kerongkongan, perut, pankreas, leukemia, dan leher rahim. Bukan hanya asapnya, bahkan sering menghirup aroma tembakau serta mengunyahnya juga dapat menyebabkan kanker. 2) Penyinaran yang berlebihan Sinar matahari pagi baik untuk kesehatan. Tetapi sinar matahari siang yang banyak mengandung ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit. Sinar ultraviolet dapat menembus kaca, pakaian yang tipis, juga dapat dipantulkan oleh pasir, air, salju, dan es. Perlu diingat bahwa lampu-lampu ultraviolet yang banyak dijual di toko juga dapat menyebabkan kanker. 12 3) Polusi udara Menurut Chen Zichou, seorang ahli Institut Penelitian Kanker mengatakan, penyebab utama meningkatnya jumlah kanker di China disebabkan polusi udara, lingkungan, dan kondisi air yang kian hari kian memburuk. c. Makanan Banyak zat kimia yang ditambahkan dalam makanan dapat menjadi pemicu kanker, misalnya zat pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan dan perasa buatan. Padahal, hampir semua makanan/minuman produksi pabrik atau yang dijual di restoran mengandung zat-zat tambahan tersebut. Selain itu, kebanyakan sayur-sayuran dan buah-buahan ditanam dengan mengandalkan pupuk buatan dan pestisida. Makanan yang dipanggang, dibakar, atau digoreng dengan minyak jelantah juga berpotensi menyebabkan kanker (Cancer Helps, 2009). d. Psikologis 1) Stress Kondisi stress dapat melemahkan respon imunitas tubuh. Menurunnya sistem imunitas ini mempermudah sel-sel kanker menyerang tubuh karena kemampuan sel imun untuk mengenal dan melawan musuh tidak dapat berfungsi secara baik. e. Lingkungan hidup Lingkungan hidup mencakup semua keadaan didaerah tempat hidup kita baik alamiah maupun biologi, seperti pekerjaan, tempat tinggal dan gaya hidup. 1) Pekerjaan Kontak dengan pekerjaan umumnya karena radiasi ionisasi atau karena karsinogen kimia yang terdapat dalam tempat pekerjaan. 13 2) Tempat tinggal Dalam lingkungan tempat tinggal terdapat banyak karsinogen atau zat karsinogennya tinggi dalam tanah, air atau udara. 3) Gaya hidup Gaya hidup mempengaruhi terjadinya kanker, karena gaya hidup itu meliputi nutrisi (alkohol, makanan asin, diasap, dipanggang dan pengawet makanan), minuman keras, merokok, menginang, terik sinar matahari, kawin muda (memudahkan timbulnya kanker servik), dan sirkumsisi mengurangi kemungkinan mendapat kanker penis. 5. Patogenesis Terjadinya Penyakit Kanker Semua kanker bermula dari sel, yang merupakan unit dasar kehidupan tubuh. Untuk memahami kanker, sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi ketika sel-sel normal menjadi sel kanker. Tubuh terdiri dari banyak jenis sel. Sel-sel tumbuh dan membelah secara terkontrol untuk menghasilkan lebih banyak sel seperti yang dibutuhkan untuk menjaga tubuh sehat. Ketika sel menjadi tua atau rusak, mereka mati dan diganti dengan sel-sel baru. Kematian sel terprogram ini disebut apoptosis, dan ketika proses ini rusak, kanker mulai terbentuk. Sel dapat mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali jika ada kerusakan atau mutasi pada DNA. Empat jenis gen yang bertanggung jawab untuk proses pembelahan sel yaitu onkogen yang mangatur proses pembahagian sel, gen penekan tumor yang menghalang dari pembahagian sel, suicide gene yang kontrol apoptosis dan gen DNAperbaikan menginstruksikan sel untuk memperbaiki DNA yang rusak. Maka, kanker merupakan hasil dari mutasi DNA onkogen dan gen penekan tumor sehingga menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali (National Cancer Institute, 2009). 14 Sel-sel tambahan ini dapat membentuk massa jaringan yang disebut tumor. Namun, tidak semua jenis tumor itu kanker. Tumor dapat dibagikan sebagai tumor jinak dan ganas di mana yang jinak dapat dihapus dan tidak menyebar ke bagian tubuh lain manakala tumor ganas merupakan kanker yang dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke bagian tubuh lain. Beberapa kanker tidak membentuk tumor misalnya leukemia (National Cancer Institute, 2009). 6. Gejala Kanker Gejala kanker cukup bervariasi dan tergantung lokasi kanker, tahap penyebaran, dan saiz tumor. Beberapa kanker dapat dirasakan atau dilihat melalui kulit seperti benjolan pada payudara atau testikel dan dapat dijadikan indicator lokasi kanker tersebut. Kanker kulit sering diidentifikasi dengan perubahan kutil atau tahi lalat pada kulit. Beberapa kanker mulut memberikan gambaran bercak putih di dalam mulut atau bintik putih di lidah. Jenis kanker lain memiliki gejala yang kurang jelas secara fisik. Beberapa tumor otak cenderung menampilkan gejala awal penyakit karena mereka mempengaruhi fungsi kognitif penting. Kanker pankreas biasanya terlalu kecil untuk menyebabkan gejala sehingga rasa sakit terjadi akibat dorongan terhadap saraf terdekat. Selain daripada itu, ia juga mengganggu fungsi hati sehingga tampilan kulit dan mata menguning yang dikenal sebagai ikterus. Gejala juga dapat terjadi akibat tumor yang menyebabkan penekanan terhadap organ dan pembuluh darah. Misalnya, kanker kolon dapat menyebabkan gejala seperti sembelit, diare, dan perubahan ukuran tinja. Kanker kandung kemih atau prostat dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi kandung kemih (American Cancer Society, 2010). 15 Disebabkan sel kanker menggunakan energi tubuh dan mengganggu fungsi normal hormon, terdapat kemungkinan besar untuk memperlihatkan gejala seperti demam, lelah, keringat berlebihan, anemia, dan penurunan berat badan tanpa sebab. Pada pasien kanker paru-paru atau tenggorokan akan presentasi simptom seperti batuk dan suara serak (American Cancer Society, 2010). Ketika kanker menyebar atau bermetastasis, gejala tambahan dapat dilihat di area baru yang terkena dampak. Bengkak atau pembesaran kelenjar getah bening merupakan gejala awal. Jika kanker menyebar ke otak, pasien mungkin mengalami vertigo, sakit kepala, atau kejang manakala penyebaran ke paru-paru dapat menyebabkan batuk dan sesak napas. Selain itu, hati dapat membesar dan menyebabkan penyakit kuning dan tulang bisa rapuh, dan mudah patah. Gejala metastasis akhirnya tergantung pada lokasi kanker menyebar (Fayed, L, 2009). 7. Tahap dan Derajat atau Stadium Kanker Suatu evaluasi diagnostik yang lengkap termasuk mengidentifikasi tahap dan derajat keganasan. Pilihan pengobatan dan prognosa ditentukan dengan dasar pentahapan dan penderajatan (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Sari, 2012). Pentahapan menentukan ukuran tumor dan keberadaan metastasis. Sistem TNM sering digunakan dalam menggambarkan keganasan kanker. Dalam sistem ini T mengacu pada keluasan tumor primer, N mengacu pada keterlibatan nodus limfe, M mengacu pada keluasan metastasis. Penderajatan mengacu pada klasifikasi sel-sel tumor. Sistem penderajatan digunakan untuk menentukan jenis jaringan yang menjadi asal dari tumor dan tingkat sel-sel mempertahankan fungsi dan 16 karakteristik histologis dari jaringan asal. Penderajatan dituliskan dengan nilai numerik dengan rentang I sampai IV. Tumor derajat I dikenal sebagai tumor yang berdiferensia baik, struktur dan fungsinya hampir menyerupai jaringan asal. Sedangkan tumor yang tidak menyerupai jaringan sal dalam struktu atau fungsinya disebut tumor berdiferensiasi buruk atau tidak bisa berdiferensiasi disebut tumor derajat IV. Sel tumor tersebut cenderung agresif dan kurang responsif terhadap pengobatan sehingga menambah tingkat kecemasan pada pasien. B. Kemoterapi 1. Pengertian Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan pemakaian obat-obatan khusus yang dapat menghambat dan mematikan pertumbuhan atau perkembangan sel kanker.Kemoterapi merupakan pengunaan zat kimia untuk perawatan penyakit didalamnya terkandung obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker. Sitostatika adalah kelompok obat (bersifat sitotoksik) yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Obat sitotoksik adalah obat yang sifatnya membunuh atau merusakkan sel-sel propaganda. Obat ini termasuk obat-obat berbahaya (OB), yaitu obat-obat yang genotoksik, karsinogenik, dan teratogenik, dan atau menyebabkan kerusakan fertilisasi. Kemotrapi adalah salah satu pengobatan kanker yang memasukkan obat-obatan anti kanker ketubuh pasien. Kemoterapi terkadang merupakan pilihan pertama untuk menangani kanker. Kemoterapi bersifat sistematik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat setempat, karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang mungkin sudah menjalar dan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penggunaan kemoterapi berbeda-beda pada setiap pasien, kadang-kadang sebagai pengobatan utama, pada kasus lain 17 dilakukan sebelum atau setelah operasi dan radiasi. Tingkat keberhasilan kemoterapi juga berbeda-beda tergantung jenis kankernya. Kemoterapi biasa dilakukan di rumah sakit, klinik swasta, tempat praktek dokter, ruang operasi dan juga di rumah (Crosta, P, 2010). 2. Tujuan Kemoterapi Tujuan dari kemoterapi adalah penyembuhan, pengontrolan dan paliatif sehingga realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan medikasi yang digunakan dan keagresifan rencana pengobatan. Obat yang digunakan untuk mengobati kanker menghambat mekanisme proliferasi sel, obat ini bersifat toksik bagi sel tumor maupun sel normal yang berproliferasi khususnya pada sumsum tulang, epitel gastrointestinal, dan folikel rambut (Neal, 2006). 3. Klasifikasi Kemoterapi Menurut Sarwono (2006), Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon. Dan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon untuk membunuh sel- sel tumor. Berdasarkan alasan utama dilakukan, kemoterapi dibedakan atas tiga yaitu : a. Kemoterapi paliatif Jenis kemoterapi yang dilakukan dengan alasan untuk mengendalikan atau melenyapkan tumor untuk meringankan gejala kanker seperti rasa sakit. b. Kemoterapi adjuvant Jenis kemoterapi yang dilakukan dengan alasan untuk mencegah kemunculan kembali sel-sel kanker setelah pembedahan atau terapi radiasi untuk mengontrol tumor. Cara kerja kemoterapi ini adalah 18 dengan membidik dan melenyapkan sel kanker yang berkembang dengan sangat cepat di dalam tubuh. c. Kemorerpai Neo-adjuvant, kemoterapi yang dilakukan dengan alasan untuk mengurangi tumor sehingga mudah dioperasi yang diberikan sebelum operasi. 4. Persiapan dan Syarat Kemoterapi Persiapan sebelum pengobatan dimulai, terlebih dahulu pemeriksaan yang dilakukan meliputi: a. Pemeriksaan darah tepi (Hb, Leokosit, Trombosit) b. Pemeriksaan fungsi hepar (Bilirubin, SGOT, SGPT,Alkali fosfase) c. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum, kreatinin) d. Audiograp terutama pada pemeriksaan cis platinum e. EKG terutama pemberian adrymicin dan epirubisin Sedangkan syarat pemberian kemoterapi : a. Keadaan umum cukup baik b. Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping yang akan terjadi c. Faal ginjal dan hati yang baik d. Diagnosa histopatik e. Jenis kanker yang cukup sensitif terhadap kemoterapi f. Riwayat pengobatan g. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb>10%, >5000/mm, trombosit >150000/mm (Rasijid, 2007) leokosit 19 5. Obat Kemoterapi Pada Kanker a. Alkylating agent Alkilatyang mempengaruhi molekul DNA, yaitu mengubah struktur atau fungsinya sehingga tidak dapat berkembang baik, contoh lain obat golongan ini adalah Basolvon dan Cisplatin. Obat ini biasanya digunakan dalam kasus leukemia, limfoma non-Hodgkin, mieloma multipel dan melanoma malignan. Efek sampingnya adalah mual muntah, rambut rontok, iritasi kandung kemih (sistitis) disertai darah ddalam air kemih, jumlah sel darah putih, sel darah merah dan trombosit menurun, jumlah sperma berkurang (pada peria mungkin terjadi kemandulan yang menetap). b. Antimetabolit Antimetabolit adalah sekumpulan obat yang mempengaruhi sistensis (pembuatan) DNA atau RNA dan mencegah pekembangbiakan sel. Efek samping sama dengan alkylating agent. Efek samping tambahan terjadi ruam kulit, warnakulit menjadi lebih gelap (meningkatkan pigmentasi), atau gagal ginjal. Contoh obat ini adalah Methotrexate, Gemcitabine, yang digunakan pada kanker leukimia serta tumor payudara, ovarium dan saluran pencernaan. c. Mitrosureas Obat ini mencegah produksi enzim-enzim yang diperlukan untuk perbaikan DNA, contoh; Carmostin dan Lomostin, digunakan dalam kasus otak, limpoma non-hodgin (kanker sistem getah bening), mieloma multipel, dan melanoma maligna. d. Antibiotik antitumor Obat ini mempengaruhi DNA dan mencegah tumor berkembang biak dan dengan kimiawi mencegah produksi enzim-enzim serta 20 mengubah membran sel. Contoh adalah Pleomycin dan Idarubicin yang digunakan sebagai macam jenis kanker. Efek sampingnya sama dengan alkylating agent, kepada penderita leukimia limpoblastik akut dapat diberikan Asparaginanse, suatu enzim yang membuang Asparagin asam amino dari darah, sehinga pertubuhan kanker terhenti Asparagin diperlukan oleh leukemia untuk melangsungkan hidupnya. e. Inhibitor mitotic Cara kerjanya dengan mencegah produksi enzim-enzim yang menggantikan sintesis protein yang diperlukan untuk produksi sel, contohnya ; Paclitaxel Docetaxel (Rasjidi, 2007). 6. Fase Kemoterapi Kemoterapi akan diberikan dalam suatu siklus tertentu. Menurut Bowden, Dicky & Greenberg, (1998) siklus kemoterapi terdiri dari beberapa fase yaitu fase induksi, fase konsolidasi, fase pemeliharaan (maintance) dan fase observasi. Fase induksi merupakan fase awal dimana terapi diberikan secara intensif, tujuannya untuk membunuh sel-sel kanker sehingga dapat tercapai remisi. Remisi terjadi ketika sel memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi baik respon sementara maupun respon permanen. Remisi ditandai dengan terjadinya penurunan tingkat keganasan atau bahkan berhentinya proses keganasan. Fase kedua adalah fase konsolidasi. Pada fase ini terapi diberikan secara intensif untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang masih ada. Selanjutnya pasien akan mendapat fase pemeliharaan (maintance) yaitu fase lanjutan untuk membunuh sel-sel kanker yang masih ada. Fase ini dapat berlangsung selama beberapa tahun. Fase terakhir adalah fase observasi. Selama fase ini, terapi akan diakhiri dan pasien akan terus 21 diawasi terhadap kemungkinan kekambuhan (relaps) serta efek samping kemoterapi. 7. Efek Samping Kemoterapi Efek samping fisik kemoterapi yang umum adalah pasien akan mengalami a. mual dan muntah b. perubahan rasa kecap c. rambut rontok (alopesia) d. mukositis e. dermatitis f. keletihan g. kulit menjadi kering bahkan kuku dan kulit bisa sampai menghitam h. tidak nafsu makan i. dan ngilu pada tulang j. penurunan sel darah merah k. penurunan sel darah putih dan trombosit (Nisman, 2011; Smeltzer & Bare, 2002). Efek samping yang ditimbulkan dalam fsikologis membuat pasien: a. merasa tidak nyaman b. takut c. cemas d. malas e. bahkan bisa sampai frustasi atau putus asa dengan pengobatan yang dijalani. 22 8. Bentuk Kemoterapi Menurut Ganiswarna (2004) pemberian kemoterapi dapat diberikan dapat diberikan dengan satu macam atau dengan kombinasi, sehingga dikenal tiga macam bentuk kemoterapi kanker yaitu : a. Monoterapi (Kemoterapi Tunggal). Monoterapi yaitu kemoterapi yang dilakukan dengan satu macam sitostatika. Sekarang banyak ditinggalkan, karena polikemoterapi memberi hasil yang lebih memuaskan. b. Polikemoterapi (kemoterapi Kombinasi) Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi adalah obat-obat yang diberikan sudah diketahui memberikan hasil yang baik bila diberikan secara tunggal, tetapi masing-masing obat bekerja pada fase siklus sel yang berbeda, sehingga akan lebih banyak sel kanker yang terbunuh. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker adalah untuk mendapatkan sinergisme tanpa menambah toksisitas. Kemoterapi kombinasi juga dapat mencegah atau menunda terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini. c. Kemoterapi Lokal Kemoterpi lokal digunakan untuk: pengobatan terhadap efusi akibat kanker, pengobatan langsung intra dan peri tumor serta pengobatan intratekal. 9. Cara Pemberian Kemoterapi Menurut (Rasjidi, 2007) obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara : a. Oral Obat kemoterapi diberikan secara oral, yaitu dalam bentuk tablet atau kapsul, harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan 23 b. Intramuskuler Caranya dengan menyuntikkan ke dalm otot, pastikan untuk pindah tempat penyuntikan untuk setiap dosis, karena tempat yang sudah pernah mengalami penusukan membutuhkan waktu tertentu dalam penyembuhannya. c. Intratekal Caranya obat dimasukkan ke lapisan sub arakhnoid di dalam otak atau disuntikkan ke dalam cairan tulang belakang. d. Intrakavitas Memasukkan obat ke dalam kandung kemih melalui kateter dan atau melalui selang dada ke dal rongga pleura. e. Intravena Diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena perifer, cara ini paling banyak digunakan. 10. Siklus Kemoterapi Dalam pemberian kemoterapi ada yang disebut dengan istilah “siklus kemoterapi”. Siklus kemoterapi adalah waktu yang diperlukan untuk pemberian satu kemoterapi. Untuk satu siklus umumnya setiap 3 atau 4 minggu sekali, namun ada juga yang setiap minggu. Sudah ditentukan untuk masing-masing jenis kanker berapa siklus harus diberikan dan berapa interval waktu antar siklusnya. Sebagai contoh, kanker payudara umumnya diberikan 6 siklus kemoterapi dengan interval antar siklus adalah setiap 3 minggu. Ini artinya penderita kanker payudara tersebut harus menjalani 6 kali kemoterapi sampai kemoterapinya selesai diberikan. Misalkan kemoterapi pertama diberikan pada tanggal 1 Okober 2011, maka penderita tersebut harus 24 dilakukan kemoterapi kedua pada tanggal 22 Oktober 2011, demikian pula seterusnya untuk kemoterapi ke 3, 4, 5, 6, penderita harus datang setiap 3 minggu sekali ke rumah sakit (Heriyadi, 2010). Jumlah pemberian kemoterapi juga sudah ditetapkan untuk masingmasing kanker. Ada yang 4 kali, 6 kali, 12 kali, dsb. Jumlah pemberian ini tidak boleh ditawar-tawar, misalkan hanya diberikan satu atau dua kali saja lalu berhenti. Hukumnya dalam pemberian kemoterapi adalah diberikan semuanya atau tidak sama sekali. Bila diberikan hanya satu atau dua kali saja, tidak ada manfaatnya, karena kanker tidak akan dapat disembuhkan bahkan menjadi lebih tahan atau resisten terhadap pemberian kemoterapi berikunya, selain itu efek sampingnya juga hebat namun tidak memberikan manfaat, juga secara ekonomi memboroskan biaya yang tidak perlu dan hanya membuang-buang waktu saja (Heriyadi, 2010) C. Keluarga 1. Pengertian Keluarga adalah persekutuan orang dua orang atau lebih individu yng terkait oleh darah, perkawinan atau adobsi yang membetuk satu rumah tangga, saling berhubungan dalam lingkup peraturan keluarga serta saling menciptakan dan memelihara budaya (tnkhan & voorhies, 1977). Depenisi yang lain keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama yang lain saling terikat secara imosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam satu daerah yang berdekatan (Friedman, 2002). Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kumpulan dari dua individu atau lebih yang terikat oleh darah, perkawinan, atau adobsi yang tinggal dalam satu rumah atau jika terpisah tetap memperhatikansatu sama yang lain (Muhlisin Abi, 2012). 25 WHO (1969) mendefinisikan keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling behubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Mubarak, 2006). Menurut Dep. Kes RI (1988) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati, 2008). Adapun tipe keluarga menurut Muhlisin Abi (2012) dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi). 2. Struktur Keluarga a. Patrilinear : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari senak saudara sedarah dalam beberapa generasi. b. Matilinear : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi diman hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu c. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah suami d. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri e. Keluarga kawin : adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karna adanya hubungan dengan suami atau istri. (Muhlisin Abi, 2012) 26 3. Tugas-Tugas Keluarga Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut: a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing d. Sosialisasi antar anggota keluarga e. Pengaturan jumlah anggota keluarga f. Pemeliharan ketertiban anggota keluarga g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendi, 1998). 4. Fungsi Pokok Keluarga Secara urmun fungsi keluarga adalah sebagai berikut: a. Fungsi efektif, fungsi keluargayang utara untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. b. Fungsi sosialisasi, fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan prang lain di luar rumah. c. Fungsi reproduksi, untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d. Fungsi ekonomi, keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan, untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga produktivitas tinggi (Friedman, 1998). agar tetap memiliki 27 5. Peranan Keluarga Manakala keluarga tahu bahwa salah satu anggotanya menderita kanker, maka lazimnya pihak keluarga tidak dapat melepaskan diri dari keterlibatan dalam menghadapi penderitaan ini. Sebahagian keluarga menunjukkan rasa simpati dan kasihan, namun sebahagian lain bersikap menolak akan kenyatan ini. Peranan keluarga amat penting, pihak keluarga yang penuh pengertian dan operatif dengan pihak perawatan dan memberikan dorongan moril penuh kepada penderita, akan banyak membantu dalam penatalaksanaan penderita kanker. Dalam banyak hal, temyata respon penderita terhadap pengobatan banyak sedikitnya ditentukan oleh faktor keluarga dan lainnya dalam memberikan reaksi terhadap penyakit yang dideritanya (Dadang, 2004). Dalam pengalaman praktek sering di jumpai sikap negativistik (penolakan) dari pihak keluarga. Mungkin karena ketidaktahuan (ignorancy) ataupun kepercayaan tradisional tentang penyebab dan pengobatan kanker, maka dokter seringkali kehilangan peluang yang baik (momentum) untuk melakukan tindakan ini (Dadang, 2004). D. Dukungan Keluarga 1. Pengertian (Friedman 1998 dalam Murniasih 2007) menyatakan Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika di perlukan. Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan (Setiadi, 2008). Menurut Smet (1994) dalam 28 Christine (2010) Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya . Dukungan keluarga terhadap pasien kanker sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mental dan semangat hidup pasien kanker. (Ahli onkologi Cora Llave, MD dan Denky Dela Rosa, MD, dalam Hakim 2013), mengatakan keluarga adalah teman terbaik bagi pasien kanker dalam menghadapi "pertempuran" dengan penyakitnya. Setiap orang yang terkena kanker, akan berpengaruh juga kepada seluruh keluarga baik berupa emosional, psikologis, finansial, maupun fisik (Mikail 2011 dalam Hakim 2013). 2. Komponen Dukungan Keluarga Komponen-komponen dukungan keluarga menurut (Sarafino 2010 dalam Christine, 2008) terdiri dari : a. Dukungan emosional Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat, mengurangi putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan akibat dari ketidakmampuan fisik (penurunan kesehatan yang dialaminya). Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam 29 bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosional dapat berupa ungkapan empati, perhatian, maupun kepedulian terhadap penderita kanker yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi. Dukungan emosi memberikan rasa nyaman, jaminan, kepemilikan dan dicintai ketika seseorang dalam situasi stress saat menjalani pengobatannya. Keberadaan dukungan emosional dari partisipasi keluarga maka pasien kanker tidak akan merasa sendiri dan akan merasa bebannya berkurang karena dapat mencurahkan segala yang dirasakannya (Saragih, 2010). b. Dukungan informasi Keluarga berfungsi sebagai sebuah pengumpul dan penyebar informasi. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Dukungan informasi merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam bentuk memberikan saran dan masukan, nasehat atau arahan dan memberikan informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan klien. Dukungan berupa nasihat, saran, pengetahuan, informasi serta petunjuk mengenai penyakit dan pengobatan. Menjelaskan kepada penderita tentang kankernya, kemungkinan kedepannya dan memberikan kesempatan pada penderita dan keluarga untuk bertanya tentang kanker dan pengobatan kemoterapinya. Dukungan informasi bertujuan untuk mencegah terjadinya kecemasan pasien yang ditimbulkan akibat proses kemoterapi (Fajriati, 2013). 30 c. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya, kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat dan terhindarnya pasien dari kelelahan. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan klien dalam menyampaikan perasaannya. Pada dasarnya biaya untuk pengobatan kemoterapi tidak murah, kadang penderita dengan finansial yang terbatas dan sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah pun sering tidak menuntaskan pengobatannya karena jarak dari rumah sampai rumah sakit jauh atau biaya selama berada di rumah sakit yang tidak sedikit. Dukungan ini mencakup bantuan langsung misal berupa bantuan uang bisa juga berupa bantuan dalam pekerjaan sehari-hari untuk bisa meringankan biaya pengobatan yang sangat tinggi juga mempengaruhi kepatuhan pasien untuk dapat terus menjalani kemoterapi (Alle, Hardjanta & Suharsono, 2006). d. Dukungan penghargaan Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Terjadi lewat ungkapan rasa hormat (pengharapan) serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga. Diantaranya adalah memberikan penghargaan dan perhatian saat klien menjalani rehabilitasi. Dukungan berupa ungkapan hormat (penghargaan) untuk orang lain atau individu yang bersangkutan, dorongan atau persetujuan dengan 31 gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif individu tersebut dengan orang lain. Memberikan support kepada penderita kanker yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi agar dapat menuntaskan pengobatannya. Adanya motivasi kesembuhan pada pasien akan meningkatkan harapan dan keinginan pasien untuk sembuh (Alle, Hardjanta & Suharsono, 2006). 3. Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga Orford (1992) dan Sarafino (2002) mengatakan untuk menjelaskan bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu, ada dua model yang digunakan : a. Buffering Hypothesis Sarafini (2002) mengatakan bahwa melalui model buffering hypothesis ini, dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan pdikologis individu dengan melindungi efek negatif yang timbul dari tekanan-tekanan yang dialaminya dan pada kondisi tekanannya lemah atau kecil, dukungan sosial tidak bermanfaat. b. Main Effect Hipothesis / Direct Effect Hipothesis Dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik dan pdikologis individu dengan adanya ataupun tampa ada tekanan, denga kata lain seseorang yang menerima dukunga sosial atau tampa adanya tekanan ataupun stres akan cenderung lebih sehat. Melalui model ini dukunga sosial meberikan manfaat yang sama baiknya dalam kondisi penuh tekanan maupun tidak ada tekanan (Sarafino, 2002). 32 E. Cemas 1. Pengertian Cemas Kecemasan atau ansietas merupakan suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan (Craig, 2009). Bila kondisi ini berlangsung lama dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, antara lain lemas, pingsan atau dapat memperburuk keadaan dan bisa menghambat proses pengobatan. Kecemasan yang berlarut-larut dan tidak terkendali dapat mendorong terjadinya respon defensive sehingga menghambat mekanisme kerja obat dan koping yang adaptif (Stuart, 2006). Cemas dalam istilah medisnya sering disebut ansietas. Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Ansietas dapat diartikan sebagai salah satu respon perasaan yang tidak berdaya dan tidak terkendali (Muwarni, 2008). Kecemasan adalah repon emosional terhadap penilaian. Cemas yaitu perasaan tidak menyenangkan disebabkan oleh sumber yang tidak jelas atau tidak spesifik (Tarwoto, 2010). Dan menurut Rasmun (2004) cemas adalah perasaan yang tidak menyenangkan tidak menentu dari individu. Sedangkan menurut Suliswati (2005) dan Trismiati (2004) dalam Marlindawani, dkk (2012) menyatakan ansietas merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangan yang dialami oleh setiap makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Ansietas merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Ansietas merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang 33 diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernapasan. Ansietas melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain ansietas adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya. Cemas merupakan suatu respon emosional dari rasa takut, tertekan, dan khawatir yang secara subjektif dialami oleh seseorang dengan objek tidak spesifik atau tidak jelas, terutama oleh adanya pengalaman baru termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan atau operasi yang berpengaruh terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan kehidupannya sendiri (Atree & Merchant, 1996 dalam Christine, 2010). 2. Tingkat Kecemasan Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) kecemasan memiliki 4 tingkatan yaitu a. Cemas Ringan Perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individumemfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut : 1) Respons fisik ï‚· Ketegangan otot ringan ï‚· Sadar akan lingkungan ï‚· Rileks atau sedikit gelisah ï‚· Penuh perhatian ï‚· Rajin 34 2) Respon kognitif ï‚· Lapang persepsi luas ï‚· Terlihat tenang, percaya diri ï‚· Perasaan gagal sedikit ï‚· Waspada dan memperhatikan banyak hal ï‚· Mempertimbangkan informasi ï‚· Tingkat pembelajaran optimal 3) Respons emosional ï‚· Perilaku otomatis ï‚· Sedikit tidak sadar ï‚· Aktivitas menyendiri ï‚· Terstimulasi ï‚· Tenang b. Cemas sedang Perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut : 1) Respon fisik : ï‚· Ketegangan otot sedang ï‚· Tanda-tanda vital meningkat ï‚· Pupil dilatasi, mulai berkeringat ï‚· Sering mondar-mandir, memukul tangan ï‚· Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi ï‚· Kewaspadaan dan ketegangan menigkat ï‚· Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung 35 2) Respons kognitif ï‚· Lapang persepsi menurun ï‚· Tidak perhatian secara selektif ï‚· Fokus terhadap stimulus meningkat ï‚· Rentang perhatian menurun ï‚· Penyelesaian masalah menurun ï‚· Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan 3) Respons emosional ï‚· Tidak nyaman ï‚· Mudah tersinggung ï‚· Kepercayaan diri goyah ï‚· Tidak sabar ï‚· Gembira c. Cemas berat Yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut : 1) Respons fisik ï‚· Ketegangan otot berat ï‚· Hiperventilasi ï‚· Kontak mata buruk ï‚· Pengeluaran keringat meningkat ï‚· Bicara cepat, nada suara tinggi ï‚· Tindakan tanpa tujuan dan serampangan ï‚· Rahang menegang, mengertakan gigi ï‚· Mondar-mandir, berteriak ï‚· Meremas tangan, gemetar 36 2) Respons kognitif ï‚· Lapang persepsi terbatas ï‚· Proses berpikir terpecah-pecah ï‚· Sulit berpikir ï‚· Penyelesaian masalah buruk ï‚· Tidak mampu mempertimbangkan informasi ï‚· Hanya memerhatikan ancaman ï‚· Preokupasi dengan pikiran sendiri ï‚· Egosentris 3) Respons emosional ï‚· Sangat cemas ï‚· Agitasi ï‚· Takut ï‚· Bingung ï‚· Merasa tidak adekuat ï‚· Menarik diri ï‚· Penyangkalan ï‚· Ingin bebas d. Panik Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut : 1) Respons fisik ï‚· Flight, fight, atau freeze ï‚· Ketegangan otot sangat berat ï‚· Agitasi motorik kasar 37 ï‚· Pupil dilatasi ï‚· Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun ï‚· Tidak dapat tidur ï‚· Hormon stress dan neurotransmiter berkurang ï‚· Wajah menyeringai, mulut ternganga 2) Respons kognitif ï‚· Persepsi sangat sempit ï‚· Pikiran tidak logis, terganggu ï‚· Kepribadian kacau ï‚· Tidak dapat menyelesaikan masalah ï‚· Fokus pada pikiran sendiri ï‚· Tidak rasional ï‚· Sulit memahami stimulus eksternal ï‚· Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi 3) Respon emosional ï‚· Merasa terbebani ï‚· Merasa tidak mampu, tidak berdaya ï‚· Lepas kendali ï‚· Mengamuk, putus asa ï‚· Marah, sangat takut ï‚· Mengharapkan hasil yang buruk ï‚· Kaget, takut ï‚· Lelah 38 Rentang respon kecemasan menurut (videbeck, 2008 didalam Prabowo, E 2014) : Rentang Respon Kecemasan Skema 2.1 Rentang Respon Kecemasan 3. Penyebab dan Presipitasi Terjadinya Kecemasan Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan penyebab dari gangguan kecemasan. Antara lain teori psikodinamik, faktor-faktor sosial dan lingkungan, faktor-faktor kognitif dan emosional dan faktor biologis (Greene 2003 ). a. Teori psikodinamika menjelaskan bahwa gangguan kecemasan sebagai usaha ego untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls yang mengancam ke kesadaran. Perasaan kecemasan adalah tandatanda peringatan bahwa impuls-impuls yang mengancam mendekat ke kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan diri untuk mengalihkan impuls-impuls tersebut, yang kemudian mengarah menjadi gangguan kecemasan lainnya (Greene 2003). b. Faktor-faktor lingkungan dan sosial yang menyebabkan terjadinya gangguan kecemasan didapatkan dari pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis, mengamati respon takut pada orang lain dan kurangnya mendapat dukungan sosial. Termasuk dalam dukungan sosial adalah dukungan perawat dan dukungan keluarga (Smeltzer & Bare, 2002). 39 c. Faktor-faktor kognitif dan emosional menadi penyebab gangguan kecemasan disebabkan konflik psikologis yang tidak terselesaikan, prediksi berlebih tentang ketakutan, keyakinan-keyakinan yang tidak rasional, sensitivitas yang berlebihan tentang ancaman, salah mengartikan dari sinyal-sinyal tubuh (Greene 2003).. d. Faktor-faktor biologis menjadi penyebab gangguan kecemasan diperoleh dari predisposisi genetik, dan ketidakseimbangan biokimia di otak. Sebagai faktor predisposisi kondisi kesehatan umum seperti kondisi penderita kanker sangat berhubungan dengan penyebab kecemasan (Ibrahim, 2003 ). Kecemasan pada pasien sebagai individu dapat dicetuskan oleh adanya ancaman. Faktor-faktor presipitasi yang dapat menyebabkan terjadinya masalah kecemasan dapat berupa ancaman terhadap integritas biologi dan ancaman terhadap konsep diri dan harga diri (Hawari, 2001). Ancaman terhadap integritas biologi dapat berupa penyakit trauma fisik. Ancaman terhadap konsep diri dan harga diri seperti: proses kehilangan, perubahan peran, perubahan hubungan, lingkungan dan status sosial. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan yaitu: 1) Faktor internal a) Potensi stressor Merupakan setiap menyebabkan kehidupan keadaan stressor seseorang atau psikososial sehingga peristiwa yang perubahan dalam orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Nisma, 2012). b) Maturitas 40 Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur memiliki daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan. c) Pendidikan dan status ekonomi Pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah baru (Stuart, 2006). d) Keadaan fisik Seseorang yang mengalami gangguan fisik, penyakit kronis, penyakit keganasan akan mudah mengalami kelelahan fisik, sehingga akan mudah mengalami kecemasan. e) Tipe kepribadian Tidak semua orang mengalami stressor psikososial akan menderita gangguan kecemasan, hal ini juga tergantung pada struktur atau tipe kepribadian seseorang. Orang yang berkepribadian A akan lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Ciri-ciri orang berkepribadian A adalah : tidak sabar ambisius menginginkan kesempurnaan, merasa teburu-buru waktu, mudah gelisah. Sedang orang tipe B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti dan rutinitas. (Stuart, 2001). 41 2) Faktor eksternal Dukungan sosial dapat mempengaruhi kemampuan koping seseorang dalam mengatasi masalah, termasuk dalam hal kecemasan, selain itu dukungan sosial juga membuat pasien merasa diperhatikan dan dicintai oleh orang lain, merasa dirinya dianggap dan dihargai, dan membuat seseorang merasa bahwa dirinya bagian dari jaringan komunikasi oleh anggotanya. termasuk diantara dukungan sosial meliputi dukungan keluarga dan dukungan orang lain (termasuk perawat) yang bermakna dalam membantu pasien mengatasi masalah (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Nisma, 2012). a) Dukungan keluarga Dukungan keluarga ialah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. b) Dukungan perawat Selain dukungan keluarga, salah satu dukungan sosial yang penting bagi pasien adalah dukungan perawat. Peran perawat sangat penting untuk memberikan suport atau dukungan dan penyuluhan terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien. 4. Gejala Klinis Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut (Hawari Dadang, 2013): a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah tersingung c. Takut sendirian, takut keramaian dan banyak orang d. Ganggua pola tidur, mimpi-impi menegangkan 42 e. Gangguan kosentrasi dan daya ingat f. Keluh-keluhan somati, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang (tinitus), berdebar-debar, sesak napas,gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain-lain sebagainya. 5. Kecemasan Pada Pasien Kanker dan Kemoterapi Menurut Nurachmah (1999) kanker merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Setiap jenis pengobatan pada penyakit ini dapat menimbulkan berbagai masalah baik fisiologis, psikologis, maupun sosial pada klien. Perubahan citra tubuh yang dialami klien merupakan pukulan terberat bagi klien itu sendiri. Kondisi ini membuat para klien mengalami kecemasan terhadap proses pengobatan, sehingga cenderung mempengaruhi konsep diri yang pada akhirnya akan mempengaruhi hubungan interpersonal dengan orang lain termasuk dengan pasangan. F. Kerangka Konsep Skema 2.2 Kerangka Konsep Dependen Independen Dukungan keluarga Tingkat kecemasan : 1. 2. 3. 4. Normal Ringan Sedang Berat G. Hipotesis Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien kanker yang menjalani kemoterapi. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rencangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik korelatif dengan disain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSU Dr. Pirgadi Kota Medan 2015 (Notoatmodjo, 2012). B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSU DR. Pirngadi Kota Medan di bagian Unit Kemoterapi Lantai 6 (enam) dengan alasan sebegai berikut : 1. Merupakan rumah sakit rujukan negeri tipe B. 2. Prevalensi pasien kanker yang meningkat. 2. Waktu Penlitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari - Juli 2015 C. Populasi dan Sempel penelitian 1. Populasi Seluruh pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan yang berjumlah 143 orang. 2. Sampel penelitian Sempel dalam penelitian ini diambil dari populasi yaitu pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan sebanyak 143 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik Accidental Sampling, dalam menentukan sampel dapat ditentukan dengan 43 44 menggunakan rumus yang dikembangkan dari Isaac dan Michael (Sugiyono, 2013) dengan rumus: λ2.N.P.Q s= d2(N-1) + λ2.P.Q Keterangan : λ2= harga tabel chi-kuadrat untuk α tertentu = 1 P = Q = proporsi dalam populasi = 0,5 d = ketelitian (error) = 5% = 0,05 s = jumlah sampel N= jumlah populasi Berdasarkan rumus maka diketahui jumlah sampelnya adalah sebagai berikut : 12.143.0,5.0,5 s= 0,052(143-1) + 12.0,5.0,5 35,75 s= 0,0025.142 + 0,25 35,75 s= 0,355 + 0,25 35,75 s= 0,605 s = 59 orang Sampel dalam penelitian ini adalah 59 orang Kriteria sampel : 1. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi siklus I-siklus VI 2. Pasien bersedia menjadi responden penelitian 45 D. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Alat Ukur Peneliti menggunakan alat pengumpul data (instrumen penelitian) berupa kuesioner, yang terdiri atas : a. Data demografi kuesioner berisi data demografi responden. Data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi: nomor responden, usia, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga. b. Kuesioner dukungan keluarga mengadopsi dari kuesioner penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Kusuma (2011), yang meliputi: dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental dan dukungan penghargaan menggunakan skala Likert. Kuesioner tersebut telah dimodifikasi oleh peneliti dan melakukan uji validitas dan reliabilitas kembali dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pernyataan) dengan skor total kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang digunakan yaitu, korelasi product moment (r) (Notoatmodjo, 2012). Uji validitas dilakukan pada tanggal 25 April 2015 pada 20 orang penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan, dengan taraf signifikansi 5% (0,05) nilai r tabel adalah 0,444. Dari hasil uji validitas terdapat 2 item yang tidak valid dengan nilai koefisien korelasi validitas < 0,444 (item 4: variabel dukungan emosional dengan r hitung 0,289 dengan pernyataan keluarga memberi semangat setiap saya menjalani kemoterapi& item 14: variabel dukungan instrumental dengan r hitung 0,186 dengan pernyataan keluarga berusaha memenuhi semua obat-obatan yang akan saya konsumsi) lalu kedua item tersebut dibuang. Kemudian peneliti mengubah pernyataan untuk item nomor 4 dan 14, lalu diuji validitas kembali pada tanggal 28 April 2015 didapat nilai koefisien korelasi validitas ≥ 0,444 dan koefisien reliabilitas alpha cronbach 0,920 > r tabel (0,444), hasil ini menunjukkan instrumen valid dan reliabel untuk digunakan. 46 c. Kuesioner tingkat kecemasan Untuk mengukur tingkat kecemasan , penulis menggunakan kuisioner yang dikembangkan oleh William W.K. Zung tahun 1971 dengan menggunakan skala ukur ZSAS (Zung Self Rating Anxiety Scale) yang telah diuji dengan nilai reliabilitas koefisien 0,8 dan validitas signifikan sebesar 21-60 . Kuisioner ini terdiri atas 20 (dua puluh) pernyataan dengan alternative jawaban jika selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan sangat jarang diberi skor 1. Selanjutnya data yang diperoleh dikategorikan menjadi: 20-44(Normal), 54-59 (Ringan), 60-74 (Sedang), 75-80 (Berat) (Aspuah, 2013). 2. Prosedur Pengumpulan Data a. Data Primer Data primer diperoleh secara langsung kepada calon responden dengan mengunakan kuesioner, yaitu dengan memberikan peryataan dan pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk mendapakan tanggapan atau jawaban. Dimana terdapat beberapa tahapan prosedur yang dilakukan : 1) Peneliti mengajukan surat izin memperoleh data dasar dari Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Univesitas Sari Mutiara Indonesia ke Kasi penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. 2) Peneliti mendapatkan izin memperoleh data dasar dari bagian rekam medik RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. 3) Peneliti mendapatkan data jumlah pasien kanker yang menjalani proses kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. 4) Peneliti pergi ke ruangan unit kemoterapi untuk menemui kepala ruangan dan menjelaskan tujuan penelitian serta minta ijin untuk bertemu kepada calon responden. 5) Pada saat pembagian kuosioner, peneliti akan memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian serta meminta 47 persetujuan menjadi responden. Apabila calon responden setuju maka akan diberi informed concent untuk di tandatangani, Pada tahap akhir lembar kuesioner yang telah terkumpul siap untuk dilakukan perhitungan dan dianalisis. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari pihak rekam medik RSUD DR. Pirngadi 48 E. Defenisi Operasional No 1 2 Variabel Dukungan keluarga Kecemasan Defenisi Oprasional Pengukuran Suatu bentuk sikap, Kuesioner tindakan dan penerimaan terhadap pasien. Ada 4 bentuk dukungan keluarga: 1. dukungan informatif: Dukungan yang berupa bantuan informasi agar dapat menghilangkan kecemasan karena salah konsepsi 2. dukungan penilaian: Bentuk penghargaan yang diberikan atas kondisi pasien 3. dukungan instrumental: Dukungan yang berupa penyediaan perlengkapan yang memadai bagi pasien 4. dukungan emosional: Dukungan berupa simpati. rasa cinta, kepercayaan, berempati membantu masalah yang dihadapi Suatu keadaan dimana seseorang merasa tidak nyaman, aman, Kuesioner ketakutan, dengan sumber yang tidak spesifik dan kurangnya pengetahuan dalam menghadapi kemoterapi. Hasil Ukur a. Baik : 60-80 b. Cukup : 40-59 c. Kurang : 20-39 a. Normal 20-44 b. Cemas Ringan 45-59 c. Cemas Sedang 60-74 d. Cemas Berat 75-80 Skala Ordinal Ordinal 49 F. Aspek Pengukuran 1. Dukungan Keluarga Untuk mengukur dukungan keluarga diajukan pernyataan 20 dengan alternative jawaban selalu diberi skor 4, jika jawaban sering diberi skor 3, jika menjawab kadang-kadang diberi skor 2, jika menjawab tidak pernah 1, maka sekor tertinggi untuk dukungan keluarga adalah 80 dan skor terendah adalah 20. Rumus kategori pengukuran : Skala Tertinggi – Skala Terendah P= Panjang Kelas 80 - 20 P= 3 P = 20 Keterangan : P = panjang kelas R = skala tertinggi- skala terendah BK = banyak kategori Maka kategori dukungan keluarga : a. Baik : 60-80 b. Cukup : 40-59 c. Kurang : 20-39 3. Tingkat Kecemasan Untuk mengukur tingkat kecemasan , penulis menggunakan kuisioner yang dikembangkan oleh William W.K. Zung tahun 1971 dengan menggunakan skala ukur ZSAS (Zung Self Rating Anxiety Scale) yang telah diuji dengan nilai reliabilitas koefisien 0,8 dan validitas signifikan 50 sebesar 21-60 . Kuisioner ini terdiri atas 20 (dua puluh) pernyataan dengan alternative jawaban jika selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan sangat jarang diberi skor 1 (Aspuah, 2013) dengan kategori sebagai berikut : a. Normal jika responden memiliki skor 20-44 b. Cemas Ringan jika responden memiliki 45-59 c. Cemas Sedang jika responden memiliki 60-74 d. Cemas Berat jika responden memiliki 75-80 G. Etika Penelitian Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini sebelum peneliti mendatangi calon partisipan untuk meminta kesediaan menjadi partisipan penelitian. Peneliti harus melalui beberapa tahap pengurusan perijinan sebagai berikut: peneliti meminta surat ijin dari Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan untuk mengambil data survey awal di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2014, setelah mendapatkan ijin dari dekan fakultas keperawatan & kebidanan, peneliti meminta ijin kepada direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan 2015 untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan ijin, peneliti meminta ijin kepada kepala bidang keperawatan untuk melakukan penelitian di ruang unit kemoterapi, di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan kemudian peneliti mendatangi calon partisipan dan meminta persetujuan calon partisipan untuk menjadi partisipan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan barulah dilaksanakan penelitian dengan memperhatikan etika-etika dalam melakukan penelitian yaitu : 51 1. Informed Concent Peneliti memberikan lembar persetujuan (informed concent) kepada responden dan menjelaskan kepada responden tujuan dari penelitian.Setelah peneliti menjelaskan lembar lembar persetujuan (informed concent) kepada responden, peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk membaca dan bertanya sehubungan dengan isi lembar lembar persetujuan (informed concent). Setelah peneliti bersedia untuk menjadi responden, peneliti baru melanjutkan penelitian. 2. Anonimity Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan. 3. Confidentiality Setelah peneliti mendapatkan informasi dari responden, peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitiannya dalam bentuk kuesioner, hanya hasil penelitian yang sudah diolah dengan program komputer yang dilaporkan dan memberikan nomor responden sehingga dalam penelitian tidak mempublikasikan identitas berupa nama. 4. Justice Yaitu peneliti memberikan perlakuan yang adil untuk semua responden dan tidak adanya diskriminasi bagi mereka yang menjadi responden maupun yang menolak 52 H. Tehnik Pengolahan Data Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui tahap : 1. Editing Editing yaitu pengecekan dan pengoreksian dat kuesioner yang telah di iisi respon termasuk kelengkapan dan mengelompokkan kuesioner tersebut dengan aspek pengukuran data. 2. Koding Koding yaitu hasil jawaban kuesioner dari setiap pertanyaan kuesioner diberi kode sesuai petunjuk. Kegunaan koding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. Pada data demografi responden, usia diberi kode 1 apabila <45 tahun, 2 apabila >46 tahu. Pada jenis kelamin diberi kode 1 apabila jenis kelamin laki-laki, apabila 2 berjenis kelamin perempuan. Pada siklus kemoterapi diberi kode 1 siklus I, apabila 2 siklus II, apabila 3 siklus III, apabila 4 siklus IV, apabila 5 siklus V dan apabila 6 berarti siklus VI. Pada lembar kuisioner dukungan keluarga, diberi kode 4 apabila selalu, kode 3 apabila sering, kode 2 apabila kadang-kadang dan kode 1 apabila tidak pernah. Pada kuesioner tingkat kecemasan diberi kode 4 apabila selalu, kode 3 apabila sering, kode 2 apabila kadangkadang dan kode 1 apabila tidak pernah. 3. Entry Data Entry data yaitu Penyusunan data agar mudah dijumlahkan dan disusun untuk dianalisis dan memasukkan data ke dalam tabel sesuai dengan kriteria pada komputer. Selanjutnya dilakukan entry data dengan menggunakan komputerisasi yakni program komputer. 53 4. Tabulasi Tabulasi yaitu untuk mempermudah analisa data, pengolahan data serta mengambil kesimpulan data dimasukan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi. I. Analisa Data Data penelitian yang telah dikumpulkan dianalisa dengan mengunakan : 1. Analisis Univariat Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan dukungan keluarga dan tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemotarapi dalam bentuk distribusi frekuensi tentang karakteristik responden (usia, jenis kelamin dan siklus kemoterapi). 2. Analisi Bivariat Analisis ini digunakan untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasanpasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi spearman corelationdengan tingkat kepercayaan 95%yaitu untuk mengukur hubungan berdasarkan urutan rangking dua variabel skala atau ordinal. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi terdiri dari beberapa ruangan termasuk Unit Kemoterapi di Lantai 6 dengan nama Tulip 601-619 yang merupakan ruang rawat inap pasien yang akan menjalani proses kemoterapi dan ruang inap pasien yang menjalani proses pemulihan pasca proses kemoterapi. Setiap bulan terjadi peningkatan pasien kanker yang dirawat disana. Ruangan ini terdiri dari satu kepala ruangan dan beberapa perat yang dibagi menjadi dua tim. Tim pertama berperan sebagai petugas untuk menangani pasien yaitu pada tahap persiapan seperti memberi obat anti mual muntah dan anti alergi, memberi imformasi untuk setiap efeksamping obat kemoterapi yang akan masuk kedalam tubuh pasien serta berperan saat pemberian obat kemoterapi. Tim kedua bertugas menangani pasien pasca pemulihan kondisi pasien, mengatur jadwal kemoterapi selanjutnya serta memberi pendidikan kesehatan pada pasien rawat jalan. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat akan menguraikan gambaran karakteristik responden, sedangkan analisis bivariat akan menguraikan hubungan antara dukungan keluarga yang meliputi : dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi. Penelitian dilakukan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang kemoterapi RSUD Dr. Pirngadi Medan, secara umum semua responden kooperatif, meskipun ada juga beberapa responden yang merasa kurang nyaman akibat beberapa efek samping yang mulai muncul pada saat proses 54 55 kemoterapi berlangsung seperti mual muntah, lemas dan ketidakmampuan untuk menjawab sendiri beberapa pernyataan sehingga peneliti ikut berperan dalam membaca beberapa pernyataan dan responden hanya mengungkapkan jawabannya. B. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Siklus Kemoterapi Tabel 4.1 Distribusi FrekuensiKarakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin Dan Siklus Kemoterapi Di RSUD DR.Pirngadi Kota Medan 2015 (n 59) Karakteristik Responden Umur Jenis Kelamin Siklus Kemoterapi n % < 45 Tahun 23 39% > 46 Tahun Laki-Laki 36 19 61% 32,2% Perempuan I 40 10 67,8% 16,9% II III IV V VI 18 22 5 3 1 30,5% 37,3% 8,5% 5,1% 1,7% Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas usia responden dalam penelitian ini adalah usia > 46 tahun sebanyak 36 responden (61%), berdasarkan Jenis Kelamin mayoritas adalah perempuan sebanyak 40 responden (67,8%). Berdasarkan Siklus kemoterapi mayoritas responden berada pada siklus kemoterapi III sebanyak 22 responden (37,3%). 56 b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Keluarga Dalam Menjalani Kemoterapi Di RSUD Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2015 (n 59) Dukungan Keluarga Kurang Cukup Baik n 9 23 27 % 15,3% 39,0% 45.8% Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dukungan keluarga pada pasien kanker dalam menjalani kemoterapiadalah mayoritas baik yaitu sebanyak 27 responden (45,8%) dan dukungan kurang sebanyak 9 (15,3%) responden Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanTingkat Kecemasan Dalam Menjalani Kemoterapi Di RSUD Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2015 (n 59) Tingkat Kecemasan N % Normal Ringan Sedang Berat 16 26 12 5 27,1% 44,1% 20,3% 8,5% Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi di RSDU Dr Pirngadi Kota Medan mayoritas ringan 26 responden (44,1%) dan terdapat 5 responden (8,5%) dengan tingkat kecemasan berat. 57 2. Analisa Bivariat Tabel 4.4 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemoterapi Di RSUD Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2015 (n 59) Dukungan Keluarga Tingkat Kecemasan Normal Ringan Sedang PValue 0,38 9 0,002 Berat % Total Jlh % Jlh % Jlh % Jlh Kurang 4 6,8% 4 6,8% 1 1,7 % 0 0,0% 9(15,3%) Cukup 9 15,3% 10 16,9% 3 5,1% 1 1,7% 23 (39,0%) Baik 3 5,1% 12 20,3% 8 13,6% 4 6,8% 27 (45,8%) Total 16 27,1% 26 44,1% 12 20,3% 5 8,5% 59 (100%) Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 9 responden (15,3%) dengan dukungan keluarga kurang terdapat, 4 responden (6,8%) dengan tingkat kecemasan normal, 4 responden (6,8%) dengan tingkat kecemasan ringan dan 1 responden (1,7%) dengan tingkat kecemasan sedang. Dari 23 responden (39,0%) dukungan keluarga cukup terdapat 9 responden (15,3%) tingkat kecemasan normal, 10 responden (16,9%) dengan tingkat kecemasan ringan dan 3 resonden (5,1%) dengan tingkat kecemasan sedang dan 1 responden (1,7%) dengan tingkat kecemasan berat. Dari 27 responden (45,8%) dengan dukungan keluarga baik terdapat 3 responden (5,1%) dengan tingkat kecemasan normal, 12 responden (20,3%) dengan tingkat kecemasan ringan dan 8 responden (13,6%) dengan tingkat kecemsan sedang dan 4 responden (6,8%) dengan tingkat kecemasan berat. Hasil uji statistik menggunakan uji speramen diperoleh nilai p-value 0,002, r=0,389 (p<0,005) hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang siknipikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUD DR.Pirngadi Kota Medan. R 58 C. Pembahasan 1. Dukungan Keluarga Pada Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan tahun 2015 Berdasarkan tabel distribudi frekuensi dukungan keluarga terdapat pasien kanker di SRUD DR. Pirngdi Kota Medan ( Tabel 4.2) diperoleh hasil bahwa mayoritas dukungan keluarga adalah baik sebanyak 27 responden (45,8%) dan 9 responden (15,3%) dengan dukungan kurang. Hal ini menurut asumsi peneliti disebabkan karna mayoritas keluarga pasien mengerti akan terapi yang harus dijalani pasien kanker di mana terapi ini bisa mengakibatkan banyak memberikan efeksamping yang negatif maka dari itu keluarga pasien selalu memotivasi pasien untuk menjalani terapi atau kemoterapi sekalipun perawatan paliatif. Defenisi perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah, pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam dan meringankan penderitaan melalui identipikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lain baik fisik, psikososial maupun spiritual. Misgyanto (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif. Hal ini didukung oleh penelitian oleh Utami dkk (2013) yang meneliti tentang dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien kanker serviks diperoleh hasil mayoritas dukungan keluarga baik 76 responden (80%). Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan (Setiadi, 2008). Menurut Smet (1994) dalam Christine (2010) Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang 59 diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Hal ini didukung oleh hasil obsevasi langsung yang dilakukan peneliti terhadap kelurga saat mendampingi pasien kemoterapi. Keluarga sangat memperhatikan keluarga yang sedang sakit dengan memberikan sentuhan, meberikan dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman terhadap pasien, memberikan dukungan informasi berupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam bentuk memberikan saran dan masukan terhadap pasien, dan meberikan dukungan instrumental berupa bantuan lansung terhadap pasien dalam beraktifitas dan dukungan penghargaan diman memberikan saran terhadap pasien agar tetap semangat dalam menjalani pengobatan kemoterapi. Menurut (Hartati, 2002), dukungan yang diterima oleh pasien kanker yang menjalani kemoterapi dari lingkungan sosial, terutama keluarga, akan membuat pasien merasa diperhatikan dan tidak sendirian dalam menjalani kemoterapi sehingg menjadi kekuatan bagi pasien dalam menjalani rangkaian proses kemoterapi. 2. Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemoterapi Di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015 Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada pasien kanker dalam menjalani kemoterapi (Tabel 4.3) diperoleh mayoritas tingkat kecemasan pasien dalam menjalani kemoterapi adalah mayoritas ringan sebanyak 26 responden (44,1%). Menurut peneliti hal ini disebabkan karena selain dukungan keluarga yang baik, mayoritas 60 responden yang menjalani kemoterapi adalah berada pada siklus kemoterapi ke III sehinga tingkat kecemasan pasien sudah mulai berkurang. Didukung penelitian yang dilakukan oleh Adipo dkk (2014), berdasarkan siklus didapat hasil bahwa mayoritas siklus yang ke 3. Siklus 3 ini adalah lanjutan pengobatan kemoterapi yang dimulai dari kemoterapi siklus 1, 2 dan berakhir pada siklus 6. Menurut Utami dkk (2013) Siklus kemoterapi juga berpengaruh dalam meningkat tingkat kecemasan pasien kemoterapi, karena semakin lama menjalani kemoterapi semakin mengetahui efek samping kemoterapi itu sendiri dan bisa menurunkan tingkat kecemasan pasien saat menjalani kemoterapi. Tingkat kecemasan responden dalam kategori rendah, hal ini dikarenakan sebagian besar responden sudah lebih dari 1x menjalani kemoterapi, sehingga tingkat kecemasan saat pengobatan lebih rendah. Selain faktor siklus kemoterapi, tingkat kecemasan juga dipengaruhi oleh faktor usia. Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien dalam menjalani kemoterapi adalah usia pasien. Pengalaman pasien dalam menjalani pengobatan juga merupakan salah satu faktor instrinsik yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien.Hal ini didukung oleh hasil penelitian Utami ddk (2013) menunjukkan bahwa dari 95 orang responden sebagian besar responden berada dalam kecemasan ringan yaitu sebanyak 58 responden (61,1%), hal ini dikarenakan sebagian besar pasien berada pada usia lebih 40 tahun dan berjenis kelamin wanita. 3. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemoterapi di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 9 responden (15,3%) dengan dukungan keluarga kurang terdapat, 4 responden (6,8%) dengan 61 tingkat kecemasan normal, 4 responden (6,8%) dengan tingkat kecemasan ringan dan 1 responden (1,7%) dengan tingkat kecemasan sedang. Dari 23 responden (39,0%) dukungan keluarga cukup terdapat 9 responden (15,3%) tingkat kecemasan normal, 10 responden (16,9%) dengan tingkat kecemasan ringan dan 3 resonden (5,1%) dengan tingkat kecemasan sedang dan 1 responden (1,7%) dengan tingkat kecemasan berat. Dari 27 responden (45,8%) dengan dukungan keluarga baik terdapat 3 responden (5,1%) dengan tingkat kecemasan normal, 12 responden (20,3%) dengan tingkat kecemasan ringan dan 8 responden (13,6%) dengan tingkat kecemsan sedang dan 4 responden (6,8%) dengan tingkat kecemasan berat.Hasil uji statistik hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien didapat nilai p=0,002 r=0,389 (p<0,005) hal ini menunjukan terdapat hubungan yang siknifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien kanker. Berdasarkan tabulasi silang dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker dalam menjalani kemoterapi diperoleh hasil buruk yaitu sebanyak 4 responden (6,8%). Hal ini menunjukan bahwa sekalipun dukungan keluarga baik, masih merasakan kecemasan. Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena pasien kanker yang menjalani kemoterapi cemas akan efek samping dari kemoterapi itu sendiri, diantaranya adalah seperti mual-mual, rambut rontok, nyeri seluruh tubuh, keletihan stomatitis, demam, menopause dini, sterilitas permanen, disfungsi seksual, penurunan daya tubuh, dan kulit kering, dimana efek tersebut dapat menimbulkan kecemasan pada pasien kanker, selain cemas akan kematian (Nisman, 2011; Smeltzer & Bare, 2002 dalam Sari 2012). Menurut (Greene 2003 ) Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang 62 matur memiliki daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan. Dari teori tersebut menunjukan usia sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan hal ini sesuai dengan distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia dibawah <45 tahun sebanyak 23 responden (39%). Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan pasien kanker, bahwa pasien kanker merasa takut atau cemas akan efek samping yang ditimbulkan kemoterapi, sekalipun sudah mendapatkan imformasi dari petugas medis mengenai efek samping yang ditimbulkan kemoterapi. Tetapi dengan dukungan keluarga yang baik ataupun dukungan yang terus menerus yang dilakukan keluarga terhadap pasien kanker dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien tersebut. Hal ini dipertegas hasil penelitian utami dkk (2013) yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien kanker serviks diperoleh hasil p value (0,000) < α (0,05) terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan kemoterapi pada pasien kanker serviks. Dengan tingkat kecemasan negatif menunjukkan semakin tinggi dukungan keluarga maka tingkat kecemasannya semakin turun atau rendah. Penelitian yang dilakukan (Hartati 2002 dalam Setyaningsih 2011), dukungan yang diterima oleh pasien kanker yang menjalani kemoterapi dari lingkungan sosial, terutama keluarga, akan membuat pasien merasa diperhatikan dan tidak merasa sendirian dalam menjalani kemoterapi sehingga menjadi kekuatan bagi pasien dalam menjalani rangkaian proses kemoterapi. 63 Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan (Setiadi, 2008). Menurut Smet (1994) dalam Christine (2010) Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Hal ini dipertegas peneliti sebelumnya (Ahli onkologi Cora Llave, MD dan Denky Dela Rosa, MD, dalam Hakim 2013), mengatakan keluarga adalah teman terbaik bagi pasien kanker dalam menghadapi "pertempuran" dengan penyakitnya. Setiap orang yang terkena kanker, akan berpengaruh juga kepada seluruh keluarga baik berupa emosional, psikologis, finansial, maupun fisik (Mikail 2011 dalam Hakim 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Wulan (2008) memperlihatkan kedekatan keluarga dengan pasien kemoterapi terdapat hubungan yang bermakna, karena keluarga yang mendampingi pasien saat menjalani kemoterapi meberi dampak yang positif dalam proses penyembuhan pasien, penelitian Hasan (2005) menyatakan bahwa 4 dari 10 orang pasien yang selalu didampingi keluarga saat melakukan keoterapi memiliki kepercayaan diri yang positif denga tidak didampingi keluarga. Dukungan keluarga penting bagi pasien, dalam hal ini adalah pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Hal ini sesuai dengan pendapat baron dan byrne (1994) dan sheridan & Radmacher (1992) pasien yang sedang berada pada masa penyembuhan akan lebih cepat sembuh apabila memiliki keluarga yang bersedia menolong. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya maka keluarga sangat dibutuhkan berperan aktif 64 dalam membantu pasien menjalani kemoterapi. Dengan adanya peran keluarga menunjukan bahwa dukungan keluarga terus-menerus terhadap pasien kanker dalam menjalani kemoterapi secara emosional pasien merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya dengan ahirya tingkat kecemasan pasien akan menurun. D. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: 1. Mayoritas pasien keadaan lemah dalam menjalani kemoterapi sehingga menghambat proses penelitian dan memerlukan waktu untuk melakukan pendekatan yang signifikan. 2. Penelitian ini hanya berfokus pada dukungan keluarga yang dirasakan menurut pasien itu sendiri dan tidak meneliti dengan stadium kanker. 3. Jumlah sampel yang terlalu sedikit BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di lakukan tentang “hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUD DR Pirngadi Kota Medan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Dukungan keluarga pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi adalah mayoritas baik 27 responden 2. Tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUD DR Pirngadi Kota Medan adalah mayoritas kecemasan ringan 26 responden 3. Terdapat hubungan yang signifikan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUD DR.Pirngadi Kota Medan dengan nilai p-value 0,002 r=0,389 (p< 0,05) B. Saran 1. Bagi Pasien Kanker Diharapkan pada penderita kanker dalam menjalani kemoterapi agar tetap mempunyai semangat yang kuat dalam melawan penyakit yang dideritanya dan tetap memiliki keinginan untuk sembuh serta berpikir positif. 2. Bagi Keluarga Keluarga diharapkan perlu meningkatkan pengetahuan melalui penerimaan berbagai informasi-informasi tentang penyakit kanker payudara agar pencegahan kanker payudara dapat dilakukan. Dan 65 66 disarankan kepada keluarga untuk lebih memperhatikan keadaan pasien dan untuk terus memotivasi dalam menjalankan kemoterapi. 3. Bagi Perawat Diharapkan bagi perawat agar memberikan penyuluhan atau informasi kepada keluarga pasien kanker tentang pentingnya dukungan keluarga terhadap pasien kanker dalam menjalani proses kemoterapi, agar pasien dapat lebih termotivasi dalam menjalani kemoterapi. 4. Bagi Rumah Sakit Diharapkan kepada Manajemen Rumah Sakit agar mengembangkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam peningkatan kualitas pelayanan, khususnya bagi pasien kanker dalam menjalani kemoterapi karena pasien memerlukan perhatian yang lebih dan memberikan informasi yang terbaru tentang kemoterapi dan penyakit kanker agar bisa menurunkan tingkat kecemasan pasien dalam menjalani proses kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneruskan penelitian ini dimana peneliti selanjutnya lebih menekankan saling percaya terhadap pasien dan mengontrak waktu terhadap pasien terlebih dahulu agar penelitian selanjutnya lebih berjalan dengan lancar. Sehingga akan mengurangi subjektivitas dalam pengisian kuesioner dukungan keluarga dan disarankan agar peneliti selanjutnya meneliti dengan stadium kanker dan jumlah sampel yang semakin banyak. DAFTAR PUSTAKA Adipo dkk. (2014).hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi di ruang anyelir rsud arifin achmadrovinsi riau.Di download tanggal 07 Juli 2015. American Cancer Sosiaty. (2010). Best Practic Guid Lines For The Managemaent Of Oral Complications From Cancer Therapy. Calipornia. American. Cancer Sosiaty. Diakses Tanggal 16 Januari 2015. http:/www. Cancercare.ns.Ca Aspuah, S, (2013). Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan. Cetakan I. Nuha Medika. Yogyakarta. Baradero, M, (2008). Seri Asuhan Keperawatan PasienKlien Kanker. Cetakan I. EGC. Jakarta. Christine, M. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah Terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan.http://repository.usu.ac.id. diperoleh 1 Maret 2015. Depkes RI. (2013). Seminar sehari dalam rangka memperingati hari kanker sedunia(2010). Diakses 9 februari 2015. http:/www.depkes. go. id/in dex.php/berita/press-release/2233-seminar-sehai-dalam-rangkamemperingati-hari-kanker-sedunia-2013.html. Doni, N. (2011). Pengaruh pelayanan kebutuhan spiritual oleh Perawat terhadap tingkat kecemasan pasien pre Operasi di ruang rawat rsu siti rahmahhttp://repository.unand.ac.id/17404/1/SKRIPSI.pdf. Di download tanggal 26 februari 2015. Hakim, R, Dkk. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Kraton Pekalongan. http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstreampdf&fid=425&bid=480. Di download tanggal 18 februari 2015. Hawari, D. (2013). Stress, Cemas, dan Depresi. Ed 2. Jakarta : FKUI. Jong de Wim. (2005). Kanker Apakah Itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga. Cetakan I. Editor Lilian Juwono. Jakarta. Arcan. Kusuma, H. 2011. Hubungan Antara Depresi Dan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS Yang Menjalani Perawatan di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. http://lib.ui.ac.id. diperoleh 20 April 2015. Lutpa, U, dkk, (2008). Dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien dalam tindakan kemoterapi di rumah sakit dr.moewardi surakarta. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/509/4g.pdf?s equence=1. Di download tanggal 16 februari 2015. Misgiyanto dkk. (2014).hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif. Di download tanggal 07 Juli 2015. Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Kelurga. Cetakan pertama. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Mutmainah, dkk, (2012). Hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. http://www.e-skripsi.stikesmuhpkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstream-pdf&fid=339&bid=394. Di download tanggal 19 februari 2015. Nasional cancer intiture. (2011). Surveilence, epidemiology and end result (SEER). Diakses tangga 24 februari 2015. http:// www.seer. Cancer. gov./cangue/incidence. Html. Notoatmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT BINEKA CIPTA. Notoatmojo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Ed Revisi Cetakan Pertama. Jakarta : PT BINEKA CIPTA. Otto, S. (2001). Oncology Nursing. Fourth Edition. Mosby. Pandiangan, H. (2013). Pengaruh Efek Samping Kemoterapi Terhadap Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Payudara Di Unit Kemoterapi Lantai VI RSUD DR. PIRNGADI Medan. SKRIPSI. Di kutip tanggal 6 April 2015. Pradana. (2012). Hubungan Kualitas Hidup Dengan Kebutuhan Perawatan Paliatif Pada Pasien Kanker Di Rsup Sanglah Denpasar. Di download tanggal 26 maret 2015. Price, S.A.& Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Rasjidi, I. (2007). Kemoterai Kanker Ginekologi Dalam Praktek Sehari-Hari. Cetakan I. Jakarta. Salim. ( 2014) rumah perawatan paliatif pada wanita penderita kanker di surabaya. Di download tanggal 07 Juli 2015. Saragi, R. (2010). Peranan dukungan keluarga dan koping pasiendengan penyakit kanker terhadap pengobatan kemoterapi di rb 1 rumah sakit umum pusat haji adam malik medan.http://uda.ac.id/jurnal/files/Rosita%20Saragih2. pdf. Di download tanggal 17 februari 2015. Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Cetakan 16. Bandung. Alfabeta, cv. Surtarna, S. (2014). Hubungan Dengan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Depresi Lansia Di Desa Kuala II Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah. SKRIPSI. Di akses tanggal 4 Afril 2015. Veny, A. (2014). Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasa Pasien pre operasi di ruang bedah rsud Padang panjanghttp://jurnal.umsb.ac.id/ wp-content/uploads/2014/09/JURNAL-VENNY-AYUNI-CHANDRA-S.Kep_.pdf.Di download tanggal 27 februari 2015. Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama/NIM : Masdia Japit Syahputra Tempat Institusi Pendidikan : Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Dalam Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015. Sehubungan dengan penyusunan laporan penelitian yang akan saya lakukan dengan judul tersebut diatas yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Keperawatan ( S.Kep) di Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia, untuk itu saya memohon kesediaan bapak/ibu untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya.Jawaban bapak/ibu dijamin kerahasiannya. Demikian permohonan saya ini, atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Medan, Mei 2015 Hormat Saya (Masdia Japit Syah putra) Sehubungan dengan penjelasan diatas , dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini dengan sukarela. Hormat Saya Responden (........................................) Lampiran 2 PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Alamat : Menyatakan bahwa saya bersedia manjadi responden dalam penelitian yang berjudul Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUD DR Pirngadi Kota Medan. Saya tidak akan menuntuttrhadap segala kemungkinan yang akan terjadi dalam penelitian ini. Demikian surat pernyataan persetujuan ini saya sampaikan secara sadardan tanpa ada paksa siapapun. Responden ( Peneliti ) (Masdia Japit Syah Putra) Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN KANKER DALAM MENJALANI KEMOTERAPI DI RSU DR. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2015 A. Data Demograpi Nama : Umur : Jenis Kelamin : Siklus : B. Petunjuk Kuesioner 1. Responden diharap mengisi pertanyaan/pernyataan sesuai petunjuk pengisian dan keadaan yang dirasakan sebenar-benarnya 2. Beri tanda ( utuk pilihan yang sesuai dengan apa yang saudaa/i lakukan ketika menghadapi masalah dengan ketentuan sebagai berikut 3. Bila saudara/i menjawab pertanyaan/pernyataan yang salah cukup memberi tanda (=) kemudian tentukan lagi jawaban yang ada anginkan dan beri tanda pada jawaban yang anda anggap benar 4. Semua pertanyaan/pernyataan yang terdapat pada kuesioner merupakan tindakan tau hal yang ada rasakan ketika mengalami masalah dalam penanganan kanker dalam menjalani kemoterapi 1. Kuesioner Dukungan Keluarga Petunjuk pengisian : berikan tanda check list (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang anda alami. Keterangan : SL = Selalu SR = Sering KD = Kadang-kadang TP = Tidak Pernah No Pernyataan Dukungan Emosional 1. Keluarga tetap mencintai dan memperhatikan keadaan saya selama saya sakit 2. Keluarga memberikan perhatian yang baik setiap saya membutuhkan bantuan 3. Keluarga menghibur bila saya terlihat sedang sedih dengan penyakit yang saya hadapi 4. Keluarga melibatkan saya dalam pengambilan keputusan mengenai pengobatan /perawatan yang akan saya jalani 5. Keluarga melibatkan saya dalam pengambilan keputusan tentang hal-hal yang menyangkut masalah keluarga Dukungan Informasi Selalu Sering (SL) (SR) Kadang- Tidak Kadang Pernah (KD) (TP) 6. Tanpa saya minta, keluarga saya menunjukkan kepeduliannya dengan mengajak saya untuk membicarakan penyakit yang saya hadapi 7. Keluarga memberitahu tentang hasil pemeriksaan dan pengobatan dari dokter/perawat yang merawat saya 8. Keluarga mengingatkan saya untuk jadwal kemoterapi selanjutnya, istirahat, dan makan makanan sehat 9. Keluarga mengingatkan saya tentang perilaku-perilaku yang dapat memperburuk penyakit saya 10. Keluarga menjelaskan kepada saya setiap saya bertanya halhal yang tidak jelas tentang penyakit dan proses kemoterapi yang saya jalani Dukungan Instrumental 11. Keluarga mendampingi saya dalam menjalani pengobatan 12. Keluarga menyediakan waktu dan fasilitas jika saya menjalani pengobatan 13. Keluarga sangat berperan aktif dalam setiap pengobatan dan perawatan penyakit saya 14. Keluarga bersedia membiayai biaya perawatan dan pengobatan penyakit saya 15. Keluarga berusaha untuk mencari kekurangan akan setiap kebutuhan dalam proses pengobatan saya Dukungan Penghargaan 16. Keluarga mengerti bahwa sakit yang saya alami sebagai suatu musibah 17. Keluarga siap membantu saya dalam melakukan aktivitas sehari-hari bila saya masih merasa lelah akibat proses kemoterapi 18. Keluarga memberikan pujian bila saya mengikuti kemoterapi dengan teratur sesuai jadwal 19. Keluarga melibatkan saya dalam aktivitas sosial 20. Keluarga tidak melarang saya untuk berhubungan dengan teman 2. KUESIONER TINGKAT KECEMASAN Petunjuk pengisian : beri tanda check list ( pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang anda alami. Keterangan : 1 = Sangat jarang (SJ) 2 = Kadang-kadang (KK) 3 = Sering (S) 4 = Selalu (SL) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Pernyataan Saya sering merasakan grogi dan cemas setiap saat Saya merasa kawatir jika tidak ada alasan saat say bersalah Saya mudah sekali bingung dan merasa panik Saya sering merasakan jatuh dan jauh dari suasana damai Saya sering merasakan segala sesuatu tanpa masalah dan tidak terjadi apa-apa Tangan dan kaki sering merasa gemetar Saya merasa terganggu dengan sakit kepala, sakit leher dan pinggang Saya mudah lemah dan cepat lelah Saya merasa tenang dan daat duduk dengan mudah Saya merasa jantungku berdenyut kencang Saya merasa takut dan pusing Saya merasa pingsan dan merasa seperti ini Saya merasa dapat bernapas dan keluar dengan mudah Saya merasa mati rasa dan kesemutan ada jari-jari dan tangan Sangat Jarang (SJ) Kadang Kadang (KK) Serin g (S) Selalu (SL) 15 16 17 18 19 20 Saya sring merasa sakit perut dan mengalami gangguan pencernaan Saya ingin cepat mengosongkan kandung kemih Tanganku basa cepat kering dan hangat Mukaku cepat panas dan kusam Saya merasa tidak bisa tidur dengan cepat dan istirahat dengan baik Saya sering mengalami mimpi buruk Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 9 Lembar Output Umur Pasien Valid <45 >46 Total Frequency 23 36 59 Percent 39,0 61,0 100,0 Valid Percent 39,0 61,0 100,0 Cumulative Percent 39,0 100,0 Jenis Kelamin Pasien Valid laki-laki perempuan Total Frequency 19 40 59 Percent 32,2 67,8 100,0 Valid Percent 32,2 67,8 100,0 Cumulative Percent 32,2 100,0 Siklus Kemoterapi Pasien Valid Siklus I Siklus II Siklus III Siklus IV Siklus V Siklus VI Total Frequency 10 18 22 5 3 1 59 Percent 16,9 30,5 37,3 8,5 5,1 1,7 100,0 Valid Percent 16,9 30,5 37,3 8,5 5,1 1,7 100,0 Cumulative Percent 16,9 47,5 84,7 93,2 98,3 100,0 Dukungan Keluarga Pasien Frequency Valid kurang cukup baik Total 9 23 27 59 Percent 15,3 39,0 45,8 100,0 Valid Percent 15,3 39,0 45,8 100,0 Cumulative Percent 15,3 54,2 100,0 Tingkat Kecemasan Pasien Valid normal ringan sedang berat Total Frequency 16 26 12 5 59 Percent 27,1 44,1 20,3 8,5 100,0 Valid Percent 27,1 44,1 20,3 8,5 100,0 Cumulative Percent 27,1 71,2 91,5 100,0 Correlations Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Tingkat Dukungan Kecema Keluarga san Spearman's rho Dukungan Correlation 1,000 ,389** Keluarga Coefficient Sig. (2-tailed) . ,002 N 59 59 Tingkat Correlation ,389** 1,000 Kecemasan Coefficient Sig. (2-tailed) ,002 . N 59 59 Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Lampiran 10 Lampiran 11