1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga sangat penting dalam mempertahankan kebugaran dan kesehatan,
meningkatkan metabolisme, meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta mengurangi
stres sehingga tubuh terhindar dari berbagai macam penyakit. Olahraga memberikan
manfaat dalam pemeliharaan kepadatan tulang, kekuatan otot, mobilitas sendi,
peningkatan pasokan oksigen dalam tubuh, kelancaran darah ke otak sehingga kinerja
otak menjadi lebih baik, pengurangan stres dan penundaan proses penuaan. Olahraga
yang dilakukan setiap hari dapat menurunkan berat badan karena mampu membakar
lemak dalam tubuh, selain itu olahraga memiliki keuntungan tambahan yaitu hidup
lebih panjang serta kematiannya berkurang tiga kali lipat pada orang yang bugar
dibanding orang yang tidak terlalu bugar. Olahraga juga dapat mengurangi risiko
penyakit jantung, strok, hipertensi, diabetes melitus tipe II (Barker, 2012). Olahraga
dapat memberikan keuntungan dan kerugian pada sistem kekebalan tergantung pada
intensitas, durasi dan jenis latihan (Wolach, 2012). Olahraga teratur dengan intensitas
sedang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Beberapa orang rentan terhadap
penyakit seperti infeksi saluran pernapasan atas karena sistem kekebalannya yang
menurun (Nieman, 2008).
Infeksi saluran pernapasan atas merupakan penyakit yang sering terjadi di
dunia dan disebabkan oleh virus. The U.S Center for Disease Control and Prevention
1
2
memperkirakan lebih dari satu juta penduduk Amerika Serikat mengalami infeksi
saluran pernapasan atas (Nieman, 2008). Di Indonesia, data berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi infeksi
saluran pernapasan atas sebanyak 25,50%, paling tinggi di Kaimana 63,8% dan yang
terendah di Seram bagian Barat 3,9% (Riskesdas, 2008). Khusus di Daerah Istimewa
Yogyakarta berdasarkan survey aksesbilitas JPK Gakin DIY 2008, pasien rawat jalan
di puskesmas karena infeksi saluran pernapasan atas sebanyak 70.942 orang dan
presentasi infeksi saluran pernapasan atas di setiap kabupaten/kota antara 31-39%
dari seluruh penyakit (Dinkes DIY, 2009). Pada tahun 2010 di Daerah Istimewa
Yogyakarta pasien infeksi saluran pernapasan atas (influensa) sebanyak 97.484 orang
(Dinkes DIY, 2011), tahun 2011 pasien rawat jalan di Rumah Sakit sebanyak 44.961
orang dan pasien rawat jalan di Puskesmas sebanyak 67.995 orang (Dinkes DIY,
2012).
Olahraga intensitas sedang yang dilakukan setiap hari memberikan respon
yang positif terhadap sistem kekebalan tubuh dalam waktu yang lama. Orang yang
berjalan setiap hari, selama 40 menit dapat mengurangi infeksi saluran pernapasan
atas (Quinn, 2011). Survey pada Runner World tahun 1989 melaporkan 700 pelari
mengalami penurunan infeksi saluran pernapasan atas/ pilek dan 170 pelari maraton
dilaporkan sekitar 90% jarang sakit. Pada lansia secara fisiologis terjadi penurunan
sistem kekebalan, karena orang tua rentan terhadap penyakit, tetapi dengan olahraga
teratur dapat meningkatkan sistem kekebalan. Penelitian pada lansia dengan olahraga
3
teratur selama 40 menit, 5 kali seminggu dalam 12 minggu dapat menurunkan infeksi
saluran pernapasan atas sekitar 21% (Nieman, 1995; Akimoto et al., 2003).
Olahraga dengan intensitas berat dapat menyebabkan penurunan fungsi
kekebalan tubuh yang mengakibatkan banyaknya mikroorganisme yang menyerang
tubuh sehingga terjadi infeksi (Pedersen et al., 1999). Olahraga dengan intensitas
lebih 90%, rentan terhadap penyakit dan terjadi 72 jam setelah latihan. Olahraga
intensitas berat, bisa mengakibatkan stres fisiologi, karena adanya peningkatan
hormon stres seperti kortisol yang dapat menekan sistem kekebalan. Selain itu bisa
juga terjadi stres psikologis, seperti pada penelitian yang dilakukan di Ohio State
ditemukan stres pada pengasuh penderita Alzheimer sehingga meningkatkan infeksi
saluran pernapasan atas seperti pilek (Quinn, 2011).
Imunoglobulin A adalah molekul glikoprotein yang diproduksi oleh sel
plasma dan berfungsi sebagai antibodi, terdiri atas imunoglobulin yang terdapat
dalam serum dan mukosa. IgA merupakan garis pertahanan pertama terhadap
berbagai macam patogen yang masuk pada permukaan mukosa (Mayer, 2009;
Nieman, 2005). Sekresi IgA dapat dirangsang oleh olahraga, tergantung dari
intensitas dan durasi serta jenis olahraga. Olahraga dengan intensitas sedang dapat
meningkatkan konsentrasi IgA dan mengurangi kerentanan terhadap penyakit infeksi
(Trochimiak & Wozniak, 2012; Inagawa et al., 2012). Olahraga dengan intensitas
berat akan menurunkan konsentrasi IgA. Rendahnya sekresi IgA ini berhubungan
dengan peningkatan terjadinya infeksi saluran pernapasan atas, karena banyaknya
patogen yang masuk sehingga mudah terjadi infeksi (Koch, 2010; Li Li& Rush,
4
2009). Olahraga pada 45 orang laki-laki, atlet dan tidak atlet dengan menggunakan
treadmill kecepatan 1,6 km/jam, kemiringan 10% menunjukkan konsentrasi IgA yang
menurun tetapi terjadi peningkatan pada infeksi saluran pernapasan atas (Ramezani et
al,. 2012). Pemain sepakbola Spanyol yang bertanding selama 70 menit menunjukkan
penurunan konsentrasi IgA (Reynolds, 2009). Penelitian pada pemain sepakbola yang
bermain sepakbola selama satu tahun juga menunjukkan penurunan IgA dan
peningkatan infeksi saluran pernapasan atas (Brolinson & Elliot, 2007).
Dalam dua dekade ini, respon sistem kekebalan terhadap olahraga telah
berkembang dengan pesat dan menjadi topik yang signifikan bagi para profesional
kesehatan dan olahraga serta mendapat perhatian untuk dilakukan penelitian (Buford
& Rossi, 2009). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh
olahraga teratur pada tikus Rattus novergicus (Sprague Dawley) terhadap kadar
Imunoglobulin A (IgA) serum.
B. Perumusan Masalah
Olahraga memberikan efek positif maupun negatif dalam sistem kekebalan
tubuh. Olahraga teratur dengan intensitas sedang dapat memberikan keuntungan
dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai macam penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus. Olahraga dengan intensitas berat menurunkan
sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap penyakit.
5
Pertanyaan penelian
1. Apakah olahraga intensitas sedang dan berat dapat mempengaruhi
Imunoglobulin A (IgA) serum pada tikus Rattus novergicus (Sprague Dawley)
C. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji efek olahraga terhadap sistem pertahanan tubuh yang spesifik (IgA)
pada tikus Rattus novergicus (Sprague Dawley).
D. Keaslian Penelitian
1. Akimoto et al., (2003) meneliti tentang efek sekretorik IgA pada olahraga
yang dilakukan selama 12 bulan dengan subjek lansia berjumlah 45 orang
laki-laki dan perempuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan peningkatan
konsentrasi SIgA.
2. Sugiura et al., (2000) meneliti tentang efek perbedaan durasi olahraga pada
fungsi makrofag, subjek mencit umur 4 minggu dengan berat badan 10-12
gram. Olahraga dilakukan 5 kali seminggu selama 12 minggu, menggunakan
treadmill, kecepatan 13 m/menit. Hasil penelitian ini, menunjukkan
peningkatan fungsi fagosit makrofag pada olahraga dengan durasi 30 menit,
sedangkan untuk durasi 120 menit terjadi penurunan fungsi fagosit makrofag.
3. Drela et al., (2004) meneliti tentang pengaruh olahraga intensitas sedang
yang dapat mengurangi terjadinya imunosenescense, pada subjek lansia,
perempuan, mengikuti latihan selama 2 tahun, 2 kali seminggu. Hasil
penelitian ini menunjukkan peningkatan konsentrasi IL2.
6
4. Saygin et al., (2006) meneliti tentang efek olahraga aerobik dan anaerobik
pada imun humoral yang dilakukan pada atlet. Subyeknya atlet voli laki-laki,
40 orang, latihan 3 kali seminggu. Hasil dari penelitian ini, terjadi
peningkatan konsentrasi IgA, IgM, IgG.
5. Klentrou et al., (2002) meneliti tentang efek olahraga intensitas sedang pada
IgA dan resiko infeksi pada manusia. Olahraga ini terdiri dari 2 kelompok,
kelompok dengan olahraga intensitas sedang dan kelompok kontrol. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan peningkatan IgA dan penurunan risiko infeksi
saluran pernapasan atas pada kelompok olahraga.
6. Chennaoui et al., (2009) meneliti tentang perubahan imun dan hormonal,
subjek laki-laki dari Frensh Military Officer School of Coetquidan in Brittany.
Olahraga dilakukan selama 3 minggu di tambah dengan olahraga tempur
selama 5 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan infeksi saluran
pernapasan atas, peningkatan IL 6, peningkatan norepinefrin, penurunan NK
sel dan penurunan IgA.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dan belum ditemukan
artikel-artikel yang berhubungan dengan pengaruh olahraga teratur pada tikus Rattus
novergicus (Sprague Dawley) terhadap kadar Imunoglobulin A (IgA) serum.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat dapat menambah pengetahuan tentang olahraga teratur
terhadap sistem kekebalan immunoglobulin A (IgA).
2. Bagi ilmu pengetahuan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
Download