BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengendalian Internal II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Amin Widjaja Tunggal (2007:75) pengendalian internal yaitu : Suatu proses yang dipengaruhi oleh Board of Director, manajemen dan personil yang lain, yang didesain untuk mendapatkan keyakinan memadai (reasonably assurance) tentang pencapaian dalam hal-hal berikut : a. Kesudahan laporan keuangan (realibility of financial reporting). b. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku (compliance with appliacable laws and regulations) c. Efektivitas dan efisiensi operasi Menurut Dasaratha V. Rama, Fredrick L. Jones yang diterjemahkan oleh M. Slamet Wibowo (2008:132) pengendalian internal yaitu : Suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut : efektivitas dan efisiensi operasi; keandalan pelaporan keuangan; dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. II.1.2 Tujuan Pengendalian Internal Tujuan pengendalian internal menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark E. Beasley (2003:4) adalah sebagai berikut : 1. Adanya transaksi yang dicatat (keberadaan) Struktur pengendalian internal tidak boleh memungkinkan dimasukannya transaksi fiktif atau transaksi yang tidak ada dalam jurnal atas catatan akuntansi lain. 8 2. Transaksi yang terjadi telah dicatat (kelengkapan) Prosedur yang ada harus dapat mencegah penghilangan transaksi ke dalam catatan. 3. Transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar (akurasi) 4. Transaksi digolongkan dengan benar (klasifikasi) Klasifikasi perkiraan yang sesuai dengan bagaimana perkiraan yang dibuat dalam jurnal, jika laporan keuangan ingin dikatakan wajar, klasifikasi juga mencakup kategori seperti divisi dan produk. 5. Transaksi yang dicatat pada tanggal yang benar (tepat waktu) Pencatatan transaksi baik sebelum atau sesudah waktu terjadinya, memperbesar kemungkinan transaksi yang belum dicatat dalam jumlah tidak pantas. Jika terjadi pencatatan terlebih dahulu atau terlambat pada akhir periode laporan keuangan akan menjadi salah saji. 6. Transaksi yang dicatat kemudian disertakan dengan benar dalam berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran) II.1.3 Komponen Pengendalian Internal Menurut COSO (The Committe of Sponsoring Organization of the Treadway Committee) terdapat 5 (lima) komponen pengendalian internal, yaitu : 1. Lingkungan pengendalian (Control environment) Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:79) : Lingkungan pengendalian yaitu menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal, menyediakan dispilin dan struktur. Adapun unsur-unsur lingkungan pengendalian menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:79), yaitu: 9 a. b. c. d. e. f. g. Integritas dan nilai etika Komitmen terhadap kompetensi Partisipasi dewan komisaris atau komite audit Filosofi dan gaya operasi manajemen Struktur organisasi Pemberian wewenang dan tanggung jawab Kebijakan dan praktik sumber daya manusia 2. Risk assessment (Penaksiran Risiko) Menurut Arens, Elder dan Beasley (2006:277) tentang penaksiran resiko yaitu: Risk assessment for financial reporting is managements identifications, and analysis, of risk relevant to the preparation of financial statements in conformity with GAAP. (Penetapan atau perkiraan risiko untuk pelaporan keuangan adalah pengidentifikasian, penganalisisan dan pengelolaan risiko-risiko yang relevan terhadap penyiapan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam pencapaian tujuannya) Unsur-unsur penilaian risiko menurut Arens, Elder dan Beasley (2006:278), yaitu: 2.1 Perubahan dalam lingkungan operasi Perubahan dilingkungan eksternal organisasi, antara lain perubahan situasi politik, ekonomi, sosial serta lingkungan dalam persaingan yang sangat ketat. Perubahan situasi internal organisasi meliputi visi, misi, strategi, struktur organisasi dan teknologi. Oleh karena itu, perlu adanya penilaian resiko atas hal ini agar organisasi harus mengetahui bagianbagian organisasi yang harus diubah agar tetap dapat bertahan dalam lingkungan yang terus berubah. 2.2 Personel baru Adanya personel baru dalam perusahaan dapat merubah kinerja perusahaan, perubahan positif ataupun perubahan negatif. Perubahan positif tercapai apabila personel baru tersebut bekerja dengan baik dan sesuai dengan acuan yang ada, dan sebaliknya perubahan negatif terjadi apabila personel baru tersebut tidak dapat bekerja sesuai standar yang telah ditetapkan. 10 2.3 Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki Dalam perusahaan dibutuhkan sistem informasi untuk membantu kinerja manajemen dalam proses bisnis yang diterapkan maupun dalam proses pembukuan. Apabila terjadi pembaharuan sistem ataupun ada sistem yang rusak, maka perusahaan perlu melakukan persiapan yang memadai agar tidak mengganggu kegiatan perusahaan. 2.4 Restrukturisasi korporasi Perubahan yang terjadi dalam restrukturisasi korporasi dapat berpengaruh pada kinerja manajemen karena kebijakan yang akan diterapkan dalam strukturisasi baru dengan strukturisasi yang lama. Oleh karena itu hal ini perlu diperhatikan untuk penilaian risiko selanjutnya. 3. Information and Communication (Informasi dan Komunikasi) Informasi dan komunikasi menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:81) adalah Untuk memulai, merekam, memproses dan melaporkan transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas untuk aktiva yang bersangkutan. Informasi dan komunikasi menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:81) yaitu mencakup: a. Pengidentifikasian b. Perangkapan c. Pertukaran 4. Control activities (Aktivitas pengendalian) Menurut Sunarto (2003: 148): Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dijalankan. 11 Kebijakan dan prosedur ini memberi keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas.Aktivitas pengendalian memiliki berbagai macam tujuan dan diterapkan dalam berbagai tingkat dan fungsi organisasi. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat digolongkan ke dalam berbagai kelompok Salah satu cara penggolongannya menurut Sunarto (2003:148), yaitu: Pengendalian pengolahan informasi, meliputi : a. Pengendalian umum b. Pengendalian aplikasi : b.1 Otorisasi yang memadai Di dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, di dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. b.2 Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan memadai Formulir merupakan media yang digunakan untuk merekam penggunaan wewenang untuk memberikan otorisasi terlaksananya transaksi di dalam organisasi. Oleh karena itu, penggunaan formulir harus diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi. Di lain pihak, formulir merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk pencatatan transaksi di dalam catatan akuntansi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam di dalam formulir dicatat di dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalan yang tinggi. b.3 Pemisahan fungsi yang memadai Tujuan pokok pemisahan fungsi ini adalah untuk mencegah dan untuk dapat dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan 12 ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada seseorang. Pembagian tugas di dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: 1. Pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dari fungsi akuntansi 2. Pemisahan fungsi otorisasi transaksi dari fungsi penyimpanan aktiva yang bersangkutan 3. Pemisahan fungsi otorisasi dari fungsi akuntansi b.4 Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan Cara yang paling baik dalam perlindungan kekayaan dan catatan adalah dengan menyediakan perlindungan secara fisik. Perlindungan fisik juga diperlukan untuk catatan dan dokumentasi. 5.Monitoring (Pemantauan) Sebagian lembaga mengemukakan pendapat mengenai pengertian monitoring (pemantauan), salah satunya adalah BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan). Lembaga milik negara yang memiliki tugas mengawasi pengelolaan perusahaan negara dibawah thesauri jenderal pada Kementrian Keuangan ini mengemukakan (2007:78) : Monitoring adalah pengawasan oleh manajemen dan pegawai lain yang ditunjuk atas pelaksanaan tugas sebagai penilaian terhadap kualitas dan efektivitas sistem pengendalian manajemen. Monitoring terhadap sistem pengendalian manajemen bertujuan untuk meyakinkan bahwa pengendalian telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan diperbaiki sesuai dengan kebutuhan. Unsur-unsur monitoring menurut BPKP (2007:79) yaitu : 5.1 Monitoring kegiatan yang sedang berjalan Monitoring atas pengendalian manajemen yang sedang berjalan menyatu pada kegiatan rutin dan berulang. Monitoring ini mencakup setiap komponen sistem pengendalian manajemen dan kegiatan untuk 13 mencegah terjadinya sesuai yang tidak lazim, tidak etis, tidak ekonomis, tidak efisien dan tidak efektif dalam pelaksanaan kegiatan. 5.2 Evaluasi yang terpisah Evaluasi terpisah adalah penilaian secara periodik atas kinerja organisasi dibandingkan dengan standar pengukuran yang ada atau yang telah disepakati. Ruang lingkup dan frekuensi evaluasi yang terpisah bergantung pada penilaian risiko dan efektivitas prosedur monitoring ang sedang diterapkan. Evaluasi ini bermanfaat untuk memusatkan secara langsung kepada efektivitas pengendalian pada suatu waktu tertentu dan dapat berbentuk penilaian mandiri (self assessment). 5.3 Tindak lanjut atas temuan audit Tindak lanjut atas temuan audit dilakukan untuk memastikan bahwa temuan audit dan reviu lainnya segera diselesaikan. II.1.4 Keterbatasan Pengendalian Internal Menurut Alvin A. Arens, Elder, R. J., Mark S. Besley (2008:291) adalah sebagai berikut: Internal controls can never be completely effective, regardless of the care followed in their design and implementation. Even if systems personel can design an ideal system, its effectiveness depends on the competency and dependability of the people using it. Even if the count is correct, management might override the procedure and instruct an employee to increase the count to improve reported earnings. (Struktur pengendalian intern yang efektif harus memperhatikan rancangan dan implementasi. Namun hal itu saja belum cukup, karena sistem ideal juga bergantung pada kompetensi dan tanggung jawab dari manusia yang menjalankan pengendalian tersebut). Menurut Boynton, Johnson, dan Kell (2005:376) ada lima keterbatasan pengendalian internal yaitu: 14 1. Poor Judgement (Kesalahan dalam Pertimbangan) Kadang-kadang, manajemen dan personel lainnya dapat melakukan pertimbangan yang buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin karena informasi yang tidak mencukupi. 2. Breakdowns (Gangguan) Gangguan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi ketika personal salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan.Perubahan sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem atau prosedur juga dapat berkontribusi pada terjadinya gangguan. 3. Management override (Pengabaian oleh Manajemen) Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan pribadi atau presentasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas yang dinaikkan atau status ketaatan (misalnya, menaikkan laba yang dilaporkan untuk menaikkan pembayaran bonus atau nilai pasar dari saham entitas, atau menyembunyikan pelanggaran dari perjanjian hutang atau ketidaktaatan hukum dan peraturan). Praktik pengabaian (override) termasuk membuat penyajian yang salah dengan sengaja kepada auditor dan lainnya, seperti menerbitkan dokumen palsu untuk mendukung pencatatan transaksi penjualan fiktif. 4. Collusion (Kolusi) Individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting bertindak bersama dengan karyawan yang lain, konsumen atau pemasok, dapat melakukan sekaligus menutupi kecurangan sehingga tidak dideteksi oleh pengendalian internal (misalnya, kolusi antar tiga karyawan mulai dari departemen personel, manufaktur dan penggajian untuk membuat pembayaran kepada karyawan fiktif, atau jadwal pembayaran kembali kepada seorang karyawan dalam departemen pembelian dan pemasok atau antara seorang karyawan di departemen penjualan dengan pelanggan). 5. Cost versus Benefit (Biaya Lawan Manfaat) Biaya pengendalian internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan untuk diperoleh. Pengukuran yang tepat baik dari biaya dan manfaat biasanya tidak memungkinkan, manajemen harus 15 membuat sendiri estimasi kuantitatif maupun mengevaluasi hubungan antara biaya dan manfaat. kualitatif dalam Beberapa saran Sukrisno Agus (2004:229) untuk mencegah terjadinya kecurangan : 1. Tingkatkan pengendalian internal 2. Lakukan seleksi pegawai secara ketat 3. Tingkatkan keandalan internal audit departemen 4. Pemberian imbalan untuk para pegawai 5. Lakukan rotasi jabatan 6. Lakukan pembinaan rohani 7. Berikan sanksi yang tegas 8. Tumbuhkan iklim keterbukaan di dalam perusahaan 9. Pemberian contoh yang baik oleh manajemen 10. Buatlah kebijakan tertulis mengenai fair deadling II.2 Sistem Akuntansi II.2.1 Pengertian Sistem Definisi sistem menurut Mulyadi (2008:2) : Sistem adalah sekelompok unsure yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:7) sistem adalah Suatu sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitive untuk melakukan suatu atau sekelompok aktivitas. Dapat diambil kesimpulan dari pendapat beberapa ahli bahwa sistem adalah suatu komponen yang terdiri dari dua atau lebih yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang sama. 16 II.2.2 Pengertian Sistem Akuntansi Definisi sistem akuntansi menurut Mulyadi (2008:3) adalah Organisasi, formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasikan sedemiki an rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi merupakan suatu prosedur yang digunakan dalam menyampaikan data kegiatan perusahaan terutama yang berhubungan dengan informasi keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Adapun unsur dari sistem akuntansi adalah formulir, catatan, peralatan yang digunakan untuk mengolah data dalam menghasilkan informasi keuangan yang diperlukan oleh manajemen II.2.3 Tujuan Sistem Akuntansi Menurut Mulyadi (2008:19), tujuan sistem akuntansi adalah sebagai berikut: 1) Untuk penyediaan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru 2) Untuk memperbaiki yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasi 3) Untuk memperbaiki akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban perlindungan kekayaan perusahaan 4) Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi 17 II.3 Penggajian II.3.1 Pengertian Penggajian Menurut Sembiring (2008:23) : Setiap karyawan berhak atas imbalan (remunerasi) sebagai imbalan jasa atas pekerjaan yang dilakukan perusahaan. Atas jasa yang telah dilakukan oleh karyawan perusahaan memberikan imbalan yang biasanya berupa gaji atau upah. Pengertian gaji menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2010:494), adalah Salaries are often expressed in terms of spesific amount per year or per month rather than an hourly rate. (Gaji merupakan bayaran yang diberikan kepada karyawan, yang digolongkan dalam aturan kepegawaian dan biasanya tidak menerima overtime pay, per bulan atau per tahun) Gaji merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu perusahaan untuk mendorong karyawan agar termotivasi guna meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perusahaan II.3.2 Arus Sistem Transaksi Penggajian Menurut William C. Boynton, Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell (2003:182), pemrosesan transaksi penggajian melibatkan fungsi-fungsi penggajian sebagai berikut: 1. Memulai transaksi penggajian, yang mencakup: Mengangkat karyawan dan melakukan otorisasi perubahan gaji dan upah. 2. Penerimaan jasa, yang mencakup: Menyiapkan data kehadian dan pencatatan waktu. 3. Pencatatan transaksi penggajian, yang mencakup: Menyiapkan daftar serta mencatat gaji dan upah. 18 4. Pembayaran gaji dan upah, yang mencakup: Membayar gaji dan upah serta menjaga upah yang belum diambil serta menyerahkan SPT pajak gaji dan upah. II.3.3 Aktivitas Dasar Penggajian Sistem penggajian terdiri dari berbagai aktivitas. Aktivitas-aktivitas terkait penggajian diantaranya menurut Romney dan Steinbart (2009:523): a. Update Payroll Master File Aktivitas pertama dalam penggajian yakni memperbaharui Payroll Master File karena adanya perubahan-perubahan seperti penerimaan karyawan baru, penghentian karyawan, perubahan tingkat gaji dan perubahan pengurang gaji yang bersifat discretionary, misalnya absensi karyawan. Bagian Personel atau bagian Personalia yang menyediakan informasi perubahan-perubahan tersebut dan memiliki akses untuk memperbaharui Payroll Master File saat perubahan terjadi meski pembayaran gaji dilakukan secara batch agar perubahan tersebut tercermin dalam periode pembayaran gaji yang sesuai. b. Update tax rates and deductions Bagian Payroll memperbaharui informasi terkait tarif pajak dan pengurang gaji lain, misalnya tarif asuransi, karena menerima notifikasi perubahan kebijakan dari pemerintah dan atau instansi terkait. Bagian Payroll harus memperhatikan perubahan-perubahan peraturan atau kebijakan pajak dan pengurang gaji lain dan memperbaharui tarif terkait, meski perubahan pada tarif pajak dan pengurang gaji lainnya jarang terjadi. c. Validate time and attendance data Data kehadiran bagi karyawan yang memperoleh gaji tetap umumnya berguna untuk menentukan apakah karyawan tersebut berhak untuk menerima gaji penuh atau harus dipotong akibat ketidakhadirannya. Supervisor biasanya mengawasi kehadiran karyawan tersebut dan pengesahan Supervisor atas keabsahan data kehadiran dibutuhkan untuk memulai persiapan dan penghitungan gaji karyawan. Bagian Time keeping mencocokkan antara Clock Card dengan daftar hadir untuk memeriksa akurasi kehadiran karyawan. Bila Clock Card melebihi jam kerja, maka perlu diperiksa apakah ada data pendukung berupa Surat Perintah Lembur yang berguna sebagai verifikasi untuk menambah gaji karena lembur. 19 d. Prepare payroll Bagian Payroll menerima Clock Card dan daftar hadir yang telah melalui verifikasi, serta informasi tarif gaji dari Payroll Master File. Persiapan gaji karyawan dimulai dengan memasukkan data sesuai dalam daftar hadir yang telah disahkan ke dalam database sesuai urutan dalam Payroll Master File. Setelah memasukkan data kehadiran karyawan pada periode tersebut, dilakukan perhitungan gaji kotor karyawan. Komisi, bonus, lembur, dan atau insentif lainnya termasuk dalam gaji kotor karyawan. Perhitungan pengurang gaji dilakukan setelah menghitung gaji kotor. Pengurang gaji terbagi menjadi dua kategori, yakni pajak penghasilan dan voluntary deductions. Contoh voluntary deductions adalah asuransi jiwa, asuransi kesehatan, iuran dana pensiun, dan lain-lain. Jumlah gaji bersih diperoleh dari hasil pengurangan antara gaji kotor dengan pengurang gaji. Ketiga komponen tersebut akan digunakan untuk memperbaharui Payroll Master File. Setelah Payroll Master File diperbaharui kembali, aktivitas yang dilakukan selanjutnya adalah mencetak Cek/Slip Gaji dan Payroll Register. Payroll Register merupakan laporan yang berisi gaji kotor, pengurang gaji, dan gaji bersih setiap karyawan di perusahaan. Payroll Register umumnya dilengkapi dengan Deduction Register yang merupakan laporan yang berisi rincian voluntary deductions setiap karyawan. Selama pengolahan transaksi gaji karyawan, alokasi biaya dilakukan hingga seluruh transaksi yang berkaitan dengan gaji karyawan pada suatu periode selesai diolah sistem. Total di setiap kolom pada payroll register akan dicatat dalam General Ledger setelah Cek/Slip Gaji dicetak. e. Disburse payroll Aktivitas yang selanjutnya dilakukan setelah mempersiapkan Cek/Slip Gaji yaitu mengirim Payroll Register ke bagian AccountsPayable untuk diperiksa kembali dan disetujui. Bagian Accounts Payable kemudian membuat Disbursement Voucher untuk mengesahkan pengiriman dana dari rekening umum perusahaan ke rekening khusus yang menyimpan dana untuk pembayaran gaji di bank. Disbursement Voucher dan Payroll Register kemudian diberikan ke bagian Keuangan yang bertugas memeriksa kembali Payroll Register dan Disbursement Voucher, kemudian mempersiapkan, menandatangani cek pemindahan dana ke rekening khusus pembayaran gaji dan menyetorkan cek ke bank. Bagian Keuangan pun memeriksa kembali kesesuaian Payroll Register dengan Slip Gaji, menandatangani, dan membagikan Slip Gaji kepada karyawan. Payroll Register kemudian dikembalikan ke bagian Payroll yang akan mengarsipkan dokumen tersebut bersama dengan Time Cards berdasarkan tanggal. Disbursement Voucher diberikan ke bagian Akuntansi yang akan menggunakannya untuk memperbaharui General Ledger. 20 f. Calculate employer-paid benefits and taxes Perusahaan umumnya membayar pajak penghasilan, iuran pensiun, asuransi, dan tunjangan lain untuk karyawan sesuai dengan jabatannya secara langsung kepada instansi yang bersangkutan. Saat penggajian dilaksanakan, perusahaan akan menghitung berapa jumlah uang yang harus dibayar kemudian memperbaharui General Ledger dan Payroll Master File. Sejumlah dana yang dikeluarkan harus sesuai dengan peraturan atau kebijakan pemerintah yang berlaku serta kesepakatan dengan instansi yang bersangkutan. Hasil perhitungan akan dilaporkan pada departemendepartemen lain dan departemen Sumber Daya Manusia. Bagian Personnel di departemen Sumber Daya Manusia akan memperbaharui Payroll Master File karena laporan tunjangan dan pajak penghasilan karyawan pada periode tersebut. g. Disburse payroll taxes and miscellaneous deductions Aktivitas terakhir dalam penggajian adalah membayar pajak penghasilan dan voluntary deductions lain setiap karyawan. Setiap perusahaan umumnya secara periodik membayar kewajibannya tersebut melalui cek atau transfer dana secara elektronik, sesuai dengan ketentuan pemerintah dan atau kesepakatan dengan instansi lain seperti pihak asuransi, dana pensiun, dan lain-lain. Bukti pembayaran perlu dilaporkan pula kepada instansi terkait atas pembayaran yang telah dilakukan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. II.3.4 Risiko dalam Proses Penggajian Kegiatan perusahaan tidak terlepas dari risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Beberapa ancaman dalam siklus penggajian yang dikemukakan Romney dan Steinbart (2009:533), dalam terjemahan bebas, diantaranya: a. Perubahan Payroll Master File oleh pihak yang tidak berwenang Apabila gaji, upah, dan atau komisi dasar pada Payroll Master File yang digunakan untuk menentukan kompensasi karyawan dipalsukan, beban gaji akan meningkat. Pembebanan gaji yang tidak sesuai dengan kenyataan akan menghasilkan laporan labor cost yang tidak akurat sehingga mendorong pengambilan keputusan yang salah. 21 b. Data jam kerja dan kehadiran yang tidak akurat Data kerja dan kehadiran yang tidak akurat dapat mempengaruhi perusahaan. Apabila data jam kerja dan kehadiran yang tercatat lebih besar dari kenyataan, maka beban gaji terlalu besar dan laporan gaji tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. c. Pengolahan gaji yang tidak akurat Pengurang gaji kotor biasanya merupakan pajak dan iuran atau premi kepada instansi lain diluar perusahaan. Perubahan peraturan atau kebijakan-kebijakan terkait pengurang gaji yang tidak diikuti dengan pembaharuan tarif dapat menyebabkan kesalahan perhitungan gaji. Kesalahan dalam perhitungan gaji menyebabkan bagian Payroll harus memperbaiki sistem pengolahan gaji dan melakukan perhitungan ulang gaji. Apabila perhitungan ulang tidak dapat diselesaikan secepatnya, maka pembagian gaji karyawan menjadi terhambat. Keterlambatan pembagian gaji atau pembayaran gaji yang tidak sesuai dengan yang seharusnya dapat mempengaruhi moral dan motivasi kerja karyawan. Kesalahan perhitungan pengurang gaji, misalnya pajak, dapat menimbulkan denda bagi perusahaan karena perusahaan gagal melaporkan dan membayar pajak dengan jumlah yang tepat. d. Pencurian atau penipuan saat pembagian cek gaji Ancaman lain yang dapat terjadi dalam siklus penggajian adalah mengeluarkan Cek Gaji pada seseorang yang tidak bekerja diperusahaan atau pembayaran gaji yang masih berlanjut pada karyawan yang telah diberhentikan. Hal ini biasanya terjadi bila karyawan yang telah diberhentikan tidak dilaporkan kepada bagian HRD. Siklus penggajian merupakan aktivitas yang memiliki nilai transaksi yang signifikan dalam laporan laba rugi. Gaji yang diterima oleh karyawan harus akurat dan tepat waktu karena dapat mempengaruhi motivasi karyawan dalam bekerja, sehingga diperlukan pengendalian dalam siklus penggajian. 22 Romney dan Steinbart (2009:532) menyatakan bahwa pengendalian intern yang memadai dalam siklus penggajian dan kepegawaian harus mencapai tujuan-tujuan berikut ini : a. b. c. d. e. Otorisasi yang tepat pada semua transaksi penggajian. Semua transaksi yang tercatat sah. Semua transaksi penggajian yang sah telah dicatat. Semua transaksi penggajian telah dicatat secara akurat. Mematuhi dan melaksanakan peraturan pemerintah yang berlaku mengenai penyetoran pajak dan pelaporan gaji. f. Aset-aset telah dilindungi dari pencurian. g. Aktivitas siklus penggajian dan kepegawaian telah dilakukan secara efektif dan efisien. II.3.5 Komposisi Perhitungan Gaji Gaji pada dasarnya merupakan bentuk imbalan atau kompensasi dari perusahaan kepada karyawan atas partisipasinya dalam kegiatan perusahaan.Achmad S. Ruky (2006:10) mengelompokkan imbalan menjadi dua kelompok besar, yaitu: a. Imbalan langsung yang diterima secara langsung dan rutin oleh karyawan. Imbalan ini dapat berupa gaji/ upah pokok, tunjangan tunai sebagai suplemen yang diterima setiap bulan, tunjangan hari keagamaan, bonus yang dikaitkan dengan prestasi kerja, insentif sebagai penghargaan untuk prestasi, dan segala jenis pembagian yang diterima secara rutin. b. I mbalan tidak langsung yang tidak diterima secara rutin, yang diterima “nanti” atau “bila terjadi sesuatu” pada karyawan. Imbalan jenis ini dapat berupa lembur, fasilitas dan kemudahan transportasi serta pemeliharaan kesehatan, gaji/ upah yang tetap diterima karyawan selama cuti dan izin meninggalkan pekerjaan, bantan dan santunan untuk musibah, bantuan biaya pendidikan cuma-cuma, iuran JAMSOSTEK yang dibayarkan perusahaan, iuran dana pensiun yang dibayarkan perusahaan, dan premi asuransi jiwa. 23 II.3.6 Peran Siklus Penggajian dalam Perusahaan Arens, Elder, Beasley (2010:660), menyatakan bahwa siklus penggajian merupakan aktivitas yang penting dalam organisasi karena: a. Gaji merupakan beban yang berjumlah besar di semua perusahaan, b. Kesalahan perhitungan, pembayaran, dan alokasi gaji menyebabkan kesalahan material pada laba bersih perusahaan dapat c. Penggajian merupakan area yang rentan pemborosan sumber daya yang disebabkan inefisiensi atau pencurian melalui fraud. Kesalahan perhitungan, pembayaran, dan alokasi gaji karyawan dapat mempengaruhi moral karyawan. Pengeluaran terkait gaji juga harus tunduk pada regulasi pemerintah dan berhubungan dengan pembayaran pajak penghasilan karyawan sehingga berdampak signifikan pada laba bersih hampir di seluruh perusahaan. II.3.7 Prosedur Penggajian Menurut Mulyadi (2008:382) dalam prosedur penggajian ada beberapa fungsi yang terkait, yaitu : a) Fungsi kepegawaian b) Fungsi pencatat waktu c) Fungsi pembuat daftar gaji dan upah d) Fungsi akuntansi e) Fungsi keuangan Mulyadi menambahkan, prosedur pembayaran gaji terbagi dalam beberapa cara, yaitu : a) Gaji dibayar dengan uang tunai 24 Jika gaji dibayar dengan uang tunai maka daftar gaji serta catatan untuk karyawan diserahkan kepada kasir. Kasir harus meneliti dan memastikan bahwa daftar gaji sesuai dengan catatan karyawan. Kemudian kasir akan mengambil uang dari rekening khusus gaji di bank, dan mengalokasikan uang tersebut sesuai daftar gaji dan catatan pada karyawan. Kasir memasukkan uang gaji ke amplop dan melekatkan masing-masing catatan ke amplop terkait dan kemudian membagikannya kepada masing-masing karyawan dan meminta tanda tangan masing pada kolom yang telah disediakan. b) Gaji dibayar dengan cek atas nama karyawan yang bersangkutan Jika gaji dibayar dengan cek maka bagian Pengolahan Data Elektronik akan menyediakan cek untuk setiap karyawan. Cek dikeluarkan oleh bagian Pengolahan Data Elektronik bersama-sama dengan pencetakan daftar gaji catatan untuk karyawan. Nilai harus sama dengan nilai neto gaji untuk masing-masing karyawan. Daftar gaji, kumpulan cek dan kumpulan catatan karyawan akan diserahkan ke kasir, kemudian kasir akan membandingkan daftar gaji dengan kumpulan cek. Jika tidak terdapat kekeliruan maka kasir akan menandatangani daftar gaji dan membagikan cek kepada karyawan. c) G aji disetorkan langsung ke rekening pegawai Dalam hal gaji disetorkan langsung kepada karyawan, bagian Pengolahan Data Elektronik dapat membuat satu lembar dokumen permintaan pemindah bukuan berikut daftar gaji tambahan yang akan diserahkan ke bank. Kasir akan menyampaikan slip gaji untuk masing-masing karyawan sebagai bukti bahwa gaji karyawan yang bersangkutan sudah tersimpan di rekening yang diinginkan. Kemudian kasir akan menandatangani daftar gaji dan membagikan slip gaji yang berarti bahwa uang karyawan yang terdapat di rekening tabungan telah bertambah secara otomatis. Bank akan menyampaikan slip setoran ke satuan Pengawas Intern dan bank juga akan menyerahkan rekening koran periodic atas rekening khusus gaji sebagai bahan untuk menyusun rekonsiliasi. Setoran langsung ini adalah cara untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya pemrosesan. II.4 Audit Internal II.4.1 Pengertian Audit Internal 25 Menurut Konsorsium organisasi profesi Auditor Internal di Indonesia dalam Amin Widjaja Tunggal (2012:1) : Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. Profesor Gerald Vinten yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal (2012:2) : “Internal auditing is the recurrent comprehensive investigation into apparently healthy organizations with the objective of achieving an insight into the state of the organization and also its environment with the objective of achieving better control over its future operations”. (Audit internal adalah investigasi komprehensif berulang menjadi organisasi yang tampak sehat dengan tujuan untuk mencapai wawasan tentang keadaan organisasi dan juga lingkungannya dengan tujuan untuk mencapai kontrol lebih baik atas operasi masa depan). Amin Widjaja Tunggal (2012:1) menambahkan, fungsi audit internal adalah Fungsi audit internal mencakup departemen audit internal dan setiap departemen yang lain, aktivitas atau outsource jasa yang memenuhi peranan audit internal. II.4.2 Jenis-Jenis Audit Internal Menurut Sukrisno Agus (2004:9-11) jenis-jenis audit internal dibagi 3 macam yaitu : 1. Audit Operasional Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efisien, efektif dan ekonomis. 2. Audit Ketaatan 26 Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah, Bapepam LK, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak dan lain-lain) 3. Audit Keuangan Pemeriksaan yang dilakukan bagian internal perusahaan terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan II.4.3 Contoh Laporan Audit Internal Dari Kepala Bagian Internal Audit Kepada Direksi PT RENIKU Perihal Temuan Pemeriksaan Mengenai Uang Muka Perjalanan Tahun 2002 Periode Kondisi Kriteria Penyebab Terdapat uang muka perjalanan yang jumlahnya melampaui batas yang diperbolehkan. Kami menemukan 133 uang muka perjalanan dari 175 uang muka yang kami periksa, jumlahnya melampaui jumlah yang diperbolehkan, yaitu Rp 2.500.000,-. Jumlah tersebut berkisar antara Rp 2.640.000,- s/d Rp 4.750.000,- dengan total kelebihan kurang lebih Rp 300.000.000,Kebijakan tertulis dari direktur keuangan dinyatakan bahwa uang muka perjalanan dinas maksimum sebesar Rp. 2.500.000,Kepala bagian keuangan memberikan uang muka berdasarkan formulir permintaan uang muka yang sudah diotorisasi oleh marketing atau sales supervisor. Otorisasi supervisor biasanya diberikan dengan mudah tanpa memperhatikan batas maksimum yang biasa diberikan 27 Akibat Komentar Manajemen Banyak salesman yang meminta uang muka perjalanan melebihi jumlah yang dibutuhkan dan pertanggungjawabannya terlambat. Bahkan ada salesman yang sudah berhenti, tetapi masih belum mempertanggungjawabkan uang mukanya Bagian akuntansi akan menindak lanjuti masalah uang muka perjalanan yang melampaui batas maksimum dan yang lama belum dipertanggungjawabkan. Supervisor akan diinstruksikan untuk lebih ketat dalam mengotorisasi uang muka perjalanan Sumber : Sukrisno Agus (2004:242) contoh laporan internal auditor II.5 Keterkaitan Pengendalian Internal dengan Audit Internal Audit Internal merupakan salah satu bentuk pengawasan yang ada di perusahaan, yang dapat membantu dalam proses pencapaian tujuan. Fungsi ini membantu pihak manajemen dalam proses pengendalian internal operasional perusahaan yang sangat rentan terhadap berbagai risiko tertentu. Bagi perusahaan, audit internal merupakan proses yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan pengendalian internal pengelolaan perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan mempunyai tujuan agar risiko dalam pengoperasiaan kinerja dapat diminamalisir dengan melakukan audit operasional. II.6 Penelitian Terdahulu Pada penelitian yang penulis lakukan, proses penggajian dalam suatu perusahaan merupakan komponen penting, ini dikarenakan menyangkut kinerja karyawan dan 28 berakibat pada operasional perusahaan tersebut. Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mencoba mengacu pada penelitian sebelumnya, yang ditulis oleh Bimo (2011). Penelitian Bimo mengangkat judul “Evaluasi Pengendalian Internal Atas Siklus Penggajian Pada PT Asuransi Purna Artanugraha”. Penelitian tersebut menggunakan salah satu komponen COSO, yaitu Control Environment (Lingkungan Pengendalian). Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Bimo, penulis menggunakan TOC (Test Of Control) yang merupakan penilaian atas control pada sebuah perusahaan apakah sudah efektif dan efisien terhadap risiko-risiko yang ada, serta mengevaluasi pengendalian internalnya berdasarkan lima komponen COSO. 29