BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah Dasar Ilmu pengetahuan sosial adalah terjemahan atau adaptasi dalam Bahasa Indonesia yang berasal dari istilah bahasa Inggris “Sosial Studies”. Yang merupakan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu pendekatan terhadap hal-hal yang berkenaan dengan manusia masyarakat dan lingkungan, karena ilmu sosial mempelajari tentang aspek-aspek sosial, spiritual, emosional, intelektual, rasional dan global dengan memadukan konsep-konsep serta bahan kajian tradisional dengan bidang-bidang kajian baru. Yang berisikan aspekaspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, pisikologi, dan filsafat yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi. 1. Karekteristik Pembelajaran IPS Dari pengertian di atas kita dapat menemukan karakteristik dari pendidikan IPS Dikemukakan oleh somantri ( Dalam Nana Supriyatna dkk 2007:2). ‘Pendidikan IPS bukan hanya harus mampu mensintesiskan konsep-konsep yang relevan diantara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial melainkan, juga tujuan pendidikan dan pembangunan. Serta masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakat yang sering disebut Ipoleksobudhankam. Karekteristik dari pendidikan IPS sendiri adalah pada upaya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik. Organisasi materi pendidikan IPS pada tingkat SD, menggunakan pendekatan secara ifusi’. Materi pendidikan IPS yang disajikan di SD tidak menunjukan label dari masingmasing disiplin ilmu sosial. Materi disajikan secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi disekitar siswa. Demikian juga halnya tema-tema sosial yang dikaji berangkat dari fenomena-fenomena serta aktivitas sosial yang terjadi di sekitar siswa. Tematema ini kemudian semakin meluas pada lingkungan yang semakin jauh dari lingkaran 10 kehidupan siswa. Pendekatan ini dikenal dengan model pendekatan kemasyarakatan meluas (Expending community opproach) jadi yang menjadi pusat kajian adalah siswa. Karekteristik pembelajaran IPS yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu sosial lainya (geogerafi, sejarah, ekonomi,hukum dll). Ciri dan sifat utama dari pembelajaran IPS yang dikemukakan oleh A.Kosasaih Djahiri (Dalam Sapriya dkk 2009:8) adalah : a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu) b. Penelaah dan pembahasan IPS tidak hanya dari suatu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komferehensif (meluas dari berbagai ilmu sosial dan lainya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadau) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema.topik. Pendekatan seperti ini disebut dengan pendekatan integrated, juga pendekatan broadfield, dan multife resources (banyak sumber). c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analitis. d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan /menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainya dengan kehidupan nyata dimasyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memperoyeksikanya kepada kehidupan masa depan baik dari lingkungan fisik/ alam maupun budayanya. e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat. 11 f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antara manusia yang bersifat manusawi. g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata juga nilai dan keterampilanya. h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajaran dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat kehidupannya. i. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri. 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS Tujuan pendidikan IPS di sekolah Dasar adalah agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa sekarang. Tujuan pendidikan IPS tersebut, merupakan penjabaran dari tujuan kurikuler secara umum tujuan pendidikan IPS di Sekolah Dasar, menurut Kosasih Djahiri (Dalam Sapriya dkk. 2009:13) antara lain : a. Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generealisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner/komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial. b. Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktekan keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial . c. Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultur maupun individual. 12 d. Membina siswa kearah turut mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan serta juga dapat mengembangkan menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya . e. Membina siswa untuk berartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga negara. 3. Hambatan Dalam Pembelajaran IPS Hambatan yang ada dalam pembelajaran IPS berasal dari faktor internal dan eksternal guru. Faktor internal berkaitan dengan lingkungan guru seperti sekolah dan siswa yang terbiasa dengan pengajaran tradisional. Faktor eksternal berkaitan dengan sistem yang selama ini berlaku sistem ujian yang sentralistis dengan menggunakan model test yang direncanakan dari luar B. Metode Dalam Pembelajaran IPS Pembahasan mengenai metode dipandang penting karena para guru yang bertugas mengajar di sekolah-sekolah dengan sendirinya pernah menggunakan sejumlah metode dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penggunaan metode secara tepat dan memungkinkan apa yang disampaikan dalam proses pembelajaran akan mudah dipahami siswa dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Menurut Mulyani Sumantri & Johar Permana (1998:134) ”Metode adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan”. 1. Pengertian Metode Simulasi 13 Simulasi berasal dari kata simulate yang berati berpura-pura atau berbuat seolah-olah atau simulation yang berarti tiruan yang hanya berpura-pura saja. Metode simulasi diartikan sebagai cara penyajian pengajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk menggambarkan situasi sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang hakekat suatu konsep, prinsip atau keterampilan tertentu Ada yang harus diperhatikan menurut Davies (Dalam Dede Mulyanah, 2009 : 16) yaitu ‘bila menggunakan metode simulasi memerlukan persiapan yang matang tanpa persiapan yang matang ada kemungkinan hanya menjadi permainan yang kekanak-kanakan saja’. Persiapan yang pertama adalah memahami prinsip-prinsip pemakaian metode simulasi. Prinsip-prinsipnya yaitu : a. Simulasi dilakukan oleh kelompok siswa. Tiap kelompok siswa mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau berbeda dan semua harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing. b. Penentuan topik simulasi dapat membicarakan dengan para siswa dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dan situasi setempat. c. Peraturan dan petunjuk simulasi dapat terlebih dahulu disiapkan secara terinci atau secara garis besarnya saja tergantung dari bentuk simulasi dan tugasnya. d. Harus diingatkan bahwa simulasi dimaksudkan untuk latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik. Hal ini menuntut agar simulasi dapat menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi sesungguhnya. e. Dalam simulasi hendaknya dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu serta terjadinya berbagai proses seperti sebab akibat pemecahan masalah dan yang lainya. 14 Metode simulasi merupakan format interaksi belajar mengajar dalam pembelajaran IPS yang didalamnya menampakan adanya prilaku pura-pura (simulasi) dari orang yang terlibat dalam proses pembelajaran, atau suatu peniruan situasi tertentu sehingga siswa dapat memahami konsep, prinsip-prinsip, keterampilan, nilai dan sikap dini sesuatu yang sedang disimulasikan (kondisi yang sedang ditiru). 2. Jenis-Jenis Simulasi adalah a. Permainan simulasi (Simulation game) b. Permainan peran (role playing) c. Sosio drama dan psykodrama 3. Tujuan Penggunaan Metode Simulasi a. Melatih keterampilan tertentu yang bersifat praktis bagi kehidupan sehari-hari. b. Membantu mengembangkan sikap percaya diri peserta didik. c. Mengembangkan persuasi dan komunikasi. d. Melatih peserta didik memecahkan masalah, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang dapat digunakan memecahkan masalah. e. Meningkatkan pemahaman tentang konsep dan prinsip yang dipelajari. f. Meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan peserta didik dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian sebenarnya. 4. Alasan Penggunaan Metode Simulasi a. Ada situasi atau peristiwa yang tidak dapat dihadirkan secara nyata dalam situasi yang sebenarnya. 15 b. Terdapat konsep-konsep yang harus diresapi dan dirasakan peserta didik secara langsung. c. Menanamkan sikap-sikap normatif kepada peserta didik yang harus direfleksikan dalam apresiasi jiwa. d. Agar peserta didik dapat berperan dan berkomunikasi secara baik. 5. Kelebihan metode Simulasi Kelebihan dari penggunaan metode simulasi ini, adalah : a. Menciptakan kegairahan peserta didik untuk belajar b. Memupuk daya cipta peserta didik c. Memupuk keberanian dan kemantapan penampilan peserta didik didepan orang banyak d. Peserta didik memiliki kesempatan untuk menyalurkan perasaan yang terpendam sehingga mendapat kepuasan, kesegaran serta kesehatan jiwa e. Simulasi dapat dijadikan bekal bagi kehidupanya dimasyarakat f. Mengurangi hal-hal yang bersifat abstrak dengan menampilkan kegiatan yang nyata g. Dapat ditemukan bakat-bakat baru dalam berperan atau berakting 6. Kelemahan Metode Simulasi Kelemahan metode simulasi ini adalah : a. Memerlukan pengelompokan peserta didik yang fleksibel, serta ruang dan fasilitas yang tidak selalu tersedia dengan baik. 16 b. Pengalaman yang disimulasikan tidak selalu tepat dan sempurna dengan kenyataan di lapangan atau dalam kehidupan c. Simulasi sebagai alat pelajaran kadang terabaikan menjadi alat hiburan d. Rasa malu, ragu dan tidak percaya diri akan mengakibatkan simulasi tidak berjalan /terhambat e. Simulasi memerlukan imajinasi guru dan peserta didik yang tinggi 7. Pelaksanaan Metode Simulasi a. Memilih situasi masalah atau pemain yang tepat b. Mengorganisasikan kegiatan sehingga jelas dan tepat c. Memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa yang menjadi simulator d. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada kaitanya dengan materi pelajaran e. Membantu mempersiapkan para pemain. C. Budaya Tradisional Budaya atau kebudayaan menurut Isjoni (www.Google.com) berasal dari bahasa sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin colere, yaitu mengelolah atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengelolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. 17 Radisi bahasa latin traditio, “diteruskan” atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi, yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Dalam suatu masyarakat muncul semacam penilaian bahwa cara-cara yang sudah ada merupakan cara yang terbaik untuk menyelesaikan persoalan Biasanya sebuah tradisi tetap saja dianggap sebagai cara atau model terbaik selagi belum ada alternatif lain. Selanjutnya dari konsep tradisi akan lahir istilah tradisional. Tradisional merupakan sikap mental dalam merespon berbagai persoalan dalam masyarakat. Didalamnya terkandung metodologi atau cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai dan norma yang belaku dalam masyarakat. Dengan kata lain setiap tindakan dalam menyelesaikan persoalan berdasarkan tradisi. Benda-benda tradisional yang secara turun temurun diwariskan di lingkungan masyarakat adalah : 1. Rumah 2. Pakaian 3. Senjata 4. Makanan 5. Tarian 6. Upacara 18 Aspek-aspek tersebut dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran karena banyak sekali ditemukan di lingkungan masyarakat/ lingkungan tempat tinggal siswa. Menurut Wijaya Kusuma (www.google.com) Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber belajar. Murdijati Gardjito (www.google.com) Makanan tradisional itu adalah makanan yang bahannya berasal dari lingkungan kita sendiri. Memiliki dua fungsi, yaitu sebagai ketahanan pangan dan sebagai budaya. Kalau masalah kuliner, memang cenderung terkait dengan manufaktur, yaitu terkait dengan bagaimana menghasilkan bentuk yang sama, dalam jumlah banyak dan secara cepat. Di luar manufaktur, ada banyak mulut yang harus menikmati hasil-hasil kuliner. Pemanfaatan makanan tradisional sangat banyak sekali manfaatnya yaitu : a. Sebagai bahan makanan b. Sebagai mata pencaharian c. Ciri khas suatu daerah d. Merupakan warisan budaya yang secara turun temurun Dalam penelitian ini makanan tradisional adalah media yang dipakai atau digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPS yang dihasilkan dari sumber daya alam yang ada di lingkungan tempat tinggal siswa yang berupa emping, opak dan raginang. D. Hasil Belajar Abin Syamsudin M ( dalam Hefi Tusilawati, 2009 :23) mengemukakan bahwa ‘Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada perilaku dan pribadi siswa setelah mengalami dan melalui proses belajar’. Ada juga yang mengemukakan bahwa 19 ‘Hasil belajar merupakan kemampuan melakukan sesuatu secara permanent, dapat diulangulang dengan hasil yang sama’. Hasil belajar merupakan perilaku yang dimiliki peserta didik sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya dan berupa suatu konsep yang bersifat umum didalamnya tercakup prestasi. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif dan pisikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS. Dalam pembelajaran IPS, hasil proses pembelajaran yang penting yakni sesuai dengan tujuan/sasaran hasil pembelajaran atau standar kompetensi dan kompetensi dasar tertuang dalam silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang terjabarkan pada silabus tersebut dan guru pun menyusun beberapa indikator yang dapat menjelaskan dan menunjukan jenis-jenis tingkah laku yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, dan tercapai tidaknya indikator tersebut baru dapat diketahui setelah dilakukan serangkaian tes. 20