1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk mencapai tingkat kedewasan secara susila. Batasan tentang kedewasaan bersifat fleksibel yang tidak hanya ditentukan oleh usia, bahkan dengan berkembangnya konsep pendidikan seumur hidup menjadikan tugas pendidikan menjadi tidak terbatas. Pendidikan Nasional berdasarkan UU No.2 tahun 1989 bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya adalah dua dimensi dalam tujuan pendidikan nasional yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Geografi adalah ilmu pengetahuan tentang persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi serta interaksi antara manusia dengan lingkungan dalam studi keruangan. Dalam pengajaran Geografi penggunaan media peta mutlak diperlukan karena hampir semua aspek Geografi akan selalu berhubungan dengan peta. Peta dapat memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari suatu daerah, selain itu banyak unsur-unsur yang dapat disadap dari peta antara lain jarak, arah, lokasi, luas,ketinggian dan lereng. Selama PPL di SMP Negeri 24 Surakarta, peneliti menemukan masalahmasalah tentang pengetahuan perpetaan siswa, yang ditandai dengan: 1. Siswa kurang memahami cara mengitung jarak sebenarnya di lapangan, jika jarak di peta dan skala peta diketahui. 2. Siswa kurang memahami cara mengitung skala peta, jika jarak di peta dan jarak sebenarnya di lapangan diketahui. 3. Siswa masih kebingungan tentang arah mata angin pada peta. 1 2 4. Siswa belum dapat menentukan lokasi absolut dan lokasi relatif suatu tempat melalui peta. 5. Siswa kurang dapat membandingkan luas wilayah yang satu dengan wilayah yang lain malalui peta. 6. Siswa masih kebingungan mencari ketinggian tempat tertentu dengan mengamati peta ketinggian wilayah. 7. Siswa tidak dapat membedakan lereng yang terjal dan yang landai pada peta. Semua masalah tersebut di atas hampir dialami oleh siswa SMP Negeri 24 Surakarta khususnya siswa Kelas II D sebagai obyek Penelitian Tindakan Kelas. Berdasarkan analisis masalah yang didapatkan peneliti, peneliti memilih masalah tentang peningkatan pemahaman pengetahuan perpetaan siswa. Masalah ini diambil karena pemahaman pengetahuan perpetaan siswa merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Dari pokok permasalahan yang diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan penyebab timbulnya masalah yang ada. Timbulnya masalah tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1. Penggunaan metode pembelajaran yang tidak relevan. Metode mengajar dikatakan relevan jika dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan melalui pengajaran. 2. Penggunaan media peta yang belum optimal, padahal dalam pengajaran Geografi media peta sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan perpetaan siswa. Metode mengajar ada bermacam-macam, misalnya ceramah, diskusi, demonstrasi, inkuiri, resitasi dan masih banyak lagi. Metode mengajar identik dengan teknik penyajian. Adapun teknik penyajian menurut Roestiyah (2001: 1) mempunyai pengertian yaitu “teknik yang dikuasai guru untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik”. Pada dasarnya tidak ada metode mengajar yang dianggap paling baik dibandingkan metode mengajar yang lain. Setiap metode mengajar mempunyai karakteristik tertentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode mengajar dikatakan relevan jika dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan melalui 2 3 pengajaran, dalam hal ini tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan perpetaan siswa. Untuk itu guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran diantaranya adalah dengan menerapkan metode yang tepat dan penggunaan media peta secara optimal. Pada dasarnya guru cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional yang lebih banyak menitikberatkan pada kegiatan pengajaran dengan metode ceramah karena selain sederhana dan relatif mudah dilaksanakan, metode ini juga tidak memakan banyak waktu. Dalam metode ceramah, guru menerangkan kemudian siswa mencatat. Model pembelajaran satu arah seperti ini memberi kesan bahwa siswa cenderung hanya sebagai objek dan membatasi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan uraian masalah di atas, maka ada beberapa pilihan yang dapat dilaksanakan dalam mengatasi masalah, yaitu: menggunakan metode resitasi dalam kegiatan pembelajaran dan penggunaan media peta secara optimal. “Dalam Metode Resitasi murid diberi tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok individual yang harus dipertanggungjawabkan secara lisan atau tertulis dengan tujuan mengaktifkan murid berpikir dan mempertanggungjawabkan pemikirannya secara logis dan obyektif”. (Soewardi, 1987: 15). Dalam pelaksanaan resitasi ini peneliti mengambil pokok bahasan Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Indonesia, dengan sub pokok bahasan meliputi: pertanian, peternakan dan perikanan untuk siklus yang pertama, sedang siklus kedua sub pokok bahasannya adalah kehutanan dan pertambangan. Pada pembelajaran ini siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal secara kelompok dengan menggunakan media peta. Adapun fungsi peta antara lain, untuk memberikan informasi pokok dari informasi keruangan tentang karakter dari suatu daerah. (Sinaga, 1999: 7). Dalam pengajaran Geografi metode resitasi sangat diperlukan, yaitu selain untuk mengatasi banyaknya materi yang diberikan dengan waktu yang tidak memadai, juga berperan sebagai sarana pengembangan potensi individu siswa. Pengembangan pengajaran Geografi sangat bertalian dengan watak, karakter dan metode yang digunakan guru. Setiap pengajaran mencerminkan sesuatu yang orisinil dan khas dari pribadi seorang 3 4 guru. Guru Geografi yang ingin berhasil usahanya perlu melengkapi diri dengan teknik mengajar yang sebaik-baiknya. Dalam kenyataan di lapangan banyak peserta didik yang masih mengalami kesulitan dalam mendalami konsep-konsep Geografi sehingga terjadi kesalahan penafsiran. Hal ini juga tidak terlepas dari kurangnya waktu yang tersedia bagi peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Masih ada peserta didik yang tidak mau melengkapi materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Terlepas dari masalah di atas, guru Geografi harus lebih mandiri. Memperhatikan pentingnya metode resitasi, maka perlu dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Hopkins (1993) dalam Sugiyanto (2005) “Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap kondisi dimana praktek pembelajaran dilakukan”. Maksud dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman perpetaan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam melalui penggunaan metode resitasi bagi siswa kelas II SMP Negeri 24 Surakarta. Dengan melihat paparan di atas, maka dilakukan penelitian pada siswa Kelas II D SMP Negeri 24 Surakarta dengan judul “UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN PERPETAAN MELALUI PENGGUNAAN METODE RESITASI BAGI SISWA KELAS II SMP NEGERI 24 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Masih banyaknya guru yang mempertahankan model belajar konvensional sehingga kurang memacu keterlibatan siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. 4 5 2. Masih rendahnya pengetahuan perpetaan siswa yang dimungkinkan karena dalam proses pembelajaran pemilihan metode kurang tepat dan penggunaan media peta belum optimal. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada , tidak efektif bila dalam penelitian ini tidak dibatasi. Maka agar lebih jelas dan terarah penelitian ini membatasi diri pada upaya peningkatan pemahaman pengetahuan perpetaan melalui penggunaan metode resitasi disertai media peta bagi siswa kelas II SMP Negeri 24 Surakarta. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan metode resitasi disertai media peta dapat meningkatkan pemahaman pengetahuan perpetaan bagi siswa kelas II SMP Negeri 24 Surakarta. E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan metode resitasi disertai media peta dapat meningkatkan pemahaman pengetahuan perpetaan bagi siswa kelas II SMP Negeri 24 Surakarta. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan untuk menambah khasanah pustaka baik ditingkat Program, Fakultas maupun Universitas. 2. Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi penelitian berikutnya, serta dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan dalam penelitian sejenis. 3. Memberikan masukan kepada guru atau calon guru geografi dalam menentukan metode yang tepat, yang dapat menjadi alternatif lain selain metode yang biasa 5 6 digunakan (metode konvensional) untuk membelajarkan perpetaan sehingga pemahaman pengetahuan perpetaan siswa bisa meningkat. 4. Memberikan informasi kepada guru untuk lebih menekankan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. 6 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. a. Metode Resitasi Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang dan perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha. Sejak lahir manusia telah melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhannya sekaligus mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal dan bahkan disadari atau tidak telah dilakukan oleh manusia. Purwanto (2002: 84) mengemukakan beberapa definisi belajar, antara lain: Hegard dan Bower (1975): Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Morgan (1978): Belajar adalah perubahan yang relatif mantap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Whiterington (1982): Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau pengertian. Winkel (1996: 53) berpendapat bahwa “Belajar merupakan suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas”. Suryabrata (2002: 232) menyimpulkan beberapa pendapat para ahli tentang belajar yaitu: 1) Bahwa belajar itu membawa perubahan. 2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. 3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja. Kegiatan belajar sendiri tidak dapat dipaksakan dari seseorang kepada orang lain, belajar harus dilakukan sendiri oleh individu secara aktif. Keterlibatan siswa secara langsung sangat penting dalam kegiatan belajar. 7 8 Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar di atas, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh suatu pengalaman dan dipengaruhi oleh lingkungan. Perubahan tersebut bersifat tetap atau konstan dan perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan individu. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern. Seseorang yang melakukan kegiatan pembelajaran harus membawa siswa ke arah perubahan tingkah laku. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak hanya menyampaikan informasi semata, tetapi juga membimbing siswa menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa lebih diutamakan sehingga siswa mempunyai kebebasan yang bertanggungjawab untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang pada akhirnya pemahaman siswa tentang materi akan lebih tertanam dengan sendirinya dalam pikirannya. b. Metode Pembelajaran Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus mempunyai strategi agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode pembelajaran terkadang juga disebut sebagai teknik penyajian. Adapun teknik penyajian menurut Roestiyah (2001: 1) mempunyai pengertian yaitu “teknik yang dikuasai guru untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik”. Metode mengajar banyak sekali macamnya. Masing-masing metode mempunyai sifat, baik mengenai kebaikan-kebaikannya maupun kelemahankelemahannya. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat masing-masing metode tersebut. 8 9 Pada masa sekarang ini, guru biasanya mengajar dengan metode ceramah, sedangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar masih sangat kurang. Hal ini menyebabkan siswa menjadi jenuh, bosan dan cenderung pasif dalam belajar. Guru yang progresif dituntut untuk menguasai dan berani mencobacoba untuk menerapkan berbagai metode mengajar yang baru sehingga kegiatan belajar tidak berlangsung monoton dan siswa dapat lebih berperan aktif dalam belajar. Pemakaian metode pembelajaran yang tepat selain tidak membosankan juga dapat mengatasi atau memperkecil kekurangan guru dalam mengajar, untuk itu pengetahuan dan penguasaan mengenai berbagai metode mengajar yang ada saat ini sangat penting bagi seorang guru. Winarno Surakhmad (1990: 97) dalam Djamarah dan Zain (2002: 89-93) mengatakan bahwa, pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut: 1) Anak didik Perbedaan individu anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang akan digunakan oleh guru, dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang baik demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Dengan demikian kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi dan menentukan metode pengajaran. 2) Tujuan Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran memiliki bermacam-macam jenis dan fungsi. Tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. 3) Situasi Situasi belajar mengajar yang diciptakan guru tidak selamanya sama dari hari ke hari. Dalam memilih metode mengajar, guru harus menyesuaikan situasi yang diciptakan. 9 10 4) Fasilitas Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. 5) Guru Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam menentukan metode. Pelaksanaan metode mengajar harus tepat atau sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan. Karena jika tidak sesuai, maka prosas belajar mengajar tidak akan berjalan lancar dan hal itu berakibat tujuan dari pembelajaran tidak tercapai. Selain itu dalam menggunakan metode mengajar harus memperhatikan waktu yang tersedia, agar proses balajar mengajar sesuai dengan rencana pengajaran. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien, yaitu penerapan metode mengajar yang memerlukan waktu dan tenaga yang kecil tetapi memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Metode mengajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode resitasi dengan menggunakan media peta. Berhasil tidaknya penggunaan metode dan media tersebut akan ditandai dengan ketuntasan belajar siswa. Nasution (2000: 36) mengemukakan “Belajar tuntas adalah tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid. Ini disebut mastery learning atau belajar tuntas artinya penguasaan penuh”. Strategi belajar tuntas dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1) Bakat untuk mempelajari. 2) Mutu pelajaran. 3) Kesanggupan untuk memahami pelajaran. Untuk mempermudah pelajaran diantaranya: a) Belajar kelompok, belajar bersama,atau saling membantu dalam pelajaran. b) Bantuan tutor yaitu orang dapat membantu murid secara individual. c) Buku pelajaran, hendaknya ada beberapa buku yang berlainan tentang bidang studi yang sama. 10 11 d) Buku kerja, untuk membantu murid menangkap dan mengolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran. e) Pelajaran berprogam, ini merupakan bantuan agar murid menguasai bahan pelajaran melalui langkah-langkah pendek tanpa bantuan guru. f) Alat audio-visual, dapat membantu anak-anak belajar dengan menyajikannya dalam bentuk yang lebih konkrit. 4) Ketekunan 5) Waktu yang tersedia (Nasution, 2000: 38) c. Metode Resitasi 1) Pengertian Metode Resitasi Menurut Karo-Karo (1981: 39) bahwa “Resitasi atau recitation adalah penyajian kembali apa-apa yang dimiliki, diketahui atau dipelajari”. Pendapat tentang resitasi juga disampaikan oleh Djamarah dan Zain (1996: 98-99) yang menyatakan bahwa “Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”. Menurut Soewardi (1987: 15) “Dalam metode resitasi murid diberi tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok individual yang harus dipertanggungjawabkan secara lisan atau tertulis dengan tujuan mengaktifkan murid berpikir dan mempertanggungjawabkan pemikirannya secara logis dan obyektif”. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, metode resitasi adalah cara mengajar dengan memberikan tugas-tugas kepada anak kemudian hasil tugasnya itu dipertanggungjawabkan. Karena tugas yang dikerjakan pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan maka siswa akan terdorong untuk mengerjakannya secara sungguh-sungguh. Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap. Karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam 11 12 mempelajari sesuatu dapat lebih mendalam. Hal ini disebabkan siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda pada waktu menghadapi masalah-masalah baru. Apalagi bila dalam melaksanakan tugas ditunjang dengan minat dan perhatian siswa, serta kejelasan tujuan mereka belajar. Dengan demikian siswa dapat mengembangkan daya berfikir sendiri, daya kreatif, tanggung jawab dan melatih kemandirian. 2) Langkah-langkah Menggunakan Metode Resitasi a) Fase Pemberian Tugas Tujuan yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: (1) Tujuan yang akan dicapai. (2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga mengerti apa yang ditugaskan tersebut. (3) Sesuai dengan kemampuan siswa. (4) Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa. (5) Ketersediaan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b) Langkah Pelaksanaan Tugas (1) Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru. (2) Diberikan dorongan sehingga anak mau belajar. (3) Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain. (4) Dilanjutkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematis. c) Fase Mempertanggungjawabkan Tugas Hal yang harus dikerjakan pada fase ini: (1) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya. (2) Ada tanya jawab/diskusi kelas. (3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya. (Djamarah dan Zain, 2002: 97-98) 12 13 3) Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi Setiap metode tertentu mempunyai kebaikan dan kelemahan sendiri-sendiri, tergantung pada situasi seperti apa metode tersebut digunakan. Adapun kelebihan dan kekurangan metode resitasi yaitu: a) Kelebihan Metode Resitasi (1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual maupun kelompok. (2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru. (3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. (4) Dapat mengembangkan kreativitas siswa. b) Kekurangan Metode Resitasi (1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain. (2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. (3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. (4) Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa. (Djamarah dan Zain, 2002: 98-99) Metode resitasi yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan metode resitasi secara berkelompok. Resitasi kelompok adalah suatu metode mengajar yang memberikan tugas kepada siswa yang dapat dikerjakan dimana saja secara berkelompok yang kemudian dilaporkan secara kelompok atau individual dengan tujuan memperdalam pelajaran yang telah diterima. Mata pelajaran Geografi bukanlah materi pelajaran yang bersifat khayalan. Siswa tidak dapat belajar hanya dengan ceramah dari guru. Untuk itu di dalam pelajaran Geografi perlu di kembangkan keterampilan pengalaman langsung dan tak langsung. Maka jelas bahwa tepat sekali bila guru menggunakan metode resitasi 13 14 yang memberikan kesempatan siswa berbuat lebih dari pada sekedar mendengarkan atau menerima secara pasif. Tujuan pengajaran Geografi adalah agar siswa mampu memahami gejala lingkungan alam dan kehidupan di muka bumi serta ciri khas satuan wilayah dan permasalahan yang dihadapi sebagai akibat saling mempengaruhi antara manusia dan lingkungannya. Target yang harus dicapai dalam pembelajaran pemahaman perpetaan adalah dapat menggunakan peta yang meliputi aspek yang bisa disadap dari peta yaitu: jarak, arah, lokasi, luas, ketinggian dan lereng. Peneliti mengambil pokok bahasan: “Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Indonesia”, dengan tujuan di samping dapat menunjukkan daerah-daerah persebaran sumber daya alam di Indonesia juga dapat meningkatkan pemahaman pengetahuan perpetaan. 2. Media Peta Dalam proses pembelajaran berlangsung terjadi proses komunikasi yang berupa penyampaian pesan guru kepada siswa. Proses pembelajaran akan menarik minat siswa bila disampaikan dengan menggunakan media. Media diartikan sebagai alat, metode dan teknik yang dimanfaatkan dalam meningkatkan komunikasi dan interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah (Hamalik, 1994: 12). Dalam proses belajar mengajar, penggunaan media sangat diperlukan. Demikian juga dalam pembelajaran Geografi yaitu terutama bagi pengembangan pengertian tempat dan ruang. Geografi berhubungan erat dengan unsur-unsur yang terletak atau tersusun pada kesamaan tempat dan waktu. Untuk itu, maka peta merupakan alat paling tepat untuk menyatakannya karena dengan bahasa saja belum cukup. Peta merupakan kenampakan grafis yang dituangkan dalam bentuk simbol atau tanda dilukiskan pada bidang datar. Dalam pengajaran khususnya pengajaran Geografi peta mutlak diperlukan, jadi guru harus kreatif dan memiliki imajinasi yang tinggi sehingga dapat membuat lingkungan menjadi hidup melalui penyajian peta. Adapun kegunaan peta menurut Sinaga (1999: 40) antara lain: dapat mengetahui arah dan lokasi suatu tempat, dapat menghitung luas dan jarak, dapat 14 15 mengetahui ketinggian suatu wilayah dan dapat mengetahui lereng yang terjal dan yang landai. Dalam menggunakan media guru harus mengetahui manfaat dari media tersebut. Dalam kepentingan praktis media bermanfaat untuk: 1) Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya. 2) Memberi kesamaan dalam pengamatan. 3) Memberi pengertian yang sebenarnya secara nyata dan lebih teliti. 4) Membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar siswa. 5) Membangkitkan keinginan dan minat baru. 6) Memberikan pengalaman yang menyeluruh. (Hamalik, 1994: 2). 3. a. Pengetahuan Perpetaan Pengertian Peta Menurut ICA dalam Sinaga (1999: 5) “Peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kanampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan”. Peta merupakan suatu gambaran dari roman muka bumi yang diperkecil menurut aturan yang tertentu. Gambaran tersebut dapat bersifat alamiah, bersifat kultural, atau kedua-duanya. Pada peta dapat menunjukkan gambaran-gambaran yang bersifaf alamiah, seperti: bukit, gunung api, sungai, danau dan rawa, sedangkan gambaran yang bersifat kultural, yaitu yang merupakan hasil budaya manusia, seperti: kota, sawah dan selokan. Karena banyaknya pengetahuan tentang peta, maka timbul pengetahuan yang khusus mempelajari peta, yang dinamakan perpetaan. 15 16 b. Klasifikasi Peta Dasar pengklasifikasian peta secara umum menurut Bos (1997) dalam Sinaga (1999: 7-8) adalah: 1) Klasifikasi Peta Berdasarkan Skala. Klasifikasi peta berdasarkan skala dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu: a) Peta Berskala Sangat Besar Yang di maksud peta berskala sangat besar adalah peta yang mempunyai skala > 1 : 10.000. b) Peta Berskala Besar Yang di maksud peta berskala besar adalah peta yang mempunyai skala < 1 : 100.000 - 1 : 10.000. c) Peta Berskala Sedang Yang di maksud peta berskala sedang adalah peta yang mempunyai skala 1 : 100.000 - 1 : 1.000.000. d) Peta Berskala Kecil Yang di maksud peta berskala kecil adalah peta yang mempunyai skala > 1 : 1.000.000. 2) Klasifikasi Peta Berdasarkan Maksud/Tujuan. Klasifikasi peta berdasarkan maksud/tujuan yaitu: a) Peta untuk tujuan pendidikan b) Peta untuk tujuan ilmu pengetahuan c) Peta untuk Informasi umum d) Peta turis e) Peta navigasi f) Peta aplikasi teknik g) Peta perencanaan 16 17 3) Klasifikasi Peta Berdasarkan Isi. Klasifikasi peta berdasarkan isi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: a) Peta Topografi Peta topografi merupakan peta yang memperlihatkan gambaran roman muka bumi, dan dibuat tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi, di mana dimensi yang terakhir ini digambarkan dengan garis kontur. b) Peta Tematik Peta tematik merupakan peta yang berisikan keteranganketerangan khusus untuk bidang tertentu. Contohnya: Peta Iklim dan Peta Geologi. c) Peta Navigasi Peta navigasi merupakan peta yang menunjukkan lintas perhubungan laut yang dibuat oleh Departemen Perhubungan. c. Informasi Penting Yang Ada Dalam Peta 1) Judul Peta Judul peta memberikan informasi tentang nama daerah yang dipetakan. 2) Skala peta Skala peta merupakan perbandingan jarak dalam peta dengan jarak dilapangan. Berdasarkan bentuknya, skala dibagi menjadi tiga yaitu skala angka, skala grafis dan skala yang dinyatakan dalam kalimat. 3) Legenda Legenda merupakan keterangan-keterangan simbol yang digunakan pada peta. 4) Grid dan Gratikul Grid dan gratikul merupakan garis lintang dan garis bujur pada peta. 17 18 5) Indeks Peta Indeks peta digunakan untuk menunjukkan sistem pemberian nomor pada tiap lembar peta, sehingga dengan demikian dapat diketahui lokasi dari peta. 6) Sumber dan Tahun Pembuatan Peta. Sumber peta dicantumkan untuk mengetahui kualitas dan kelemahan peta. Peta dasar harus dibuat oleh lembaga yang berwenang membuat peta. Tahun pembuatan dicantumkan karena peta yang dibuat menggambarkan keadaan wilayah obyek dan gejala tahun yang bersangkutan dan tahun-tahun sebelumnya. (Sinaga, 1999: 35) d. Unsur-unsur yang dapat disadap dari peta 1) Jarak Faktor jarak hanya merupakan faktor skala. Untuk mencari jarak sebenarnya di lapangan adalah dengan mengalikan rarak di peta demgan skala peta. Tetapi perlu diingat bahwa jarak yang didapatkan ini adalah jarak horisontal/mendatar. 2) Arah Pembacaan arah biasanya dinyatakan dengan sudut yang mengambil garis utara-selatan sebagai garis pangkal dan diikatkan pada suatu titik atau tempat yang diketahui. 3) Lokasi Cara menentukan lokasi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu: a) Lokasi suatu titik dinyatakan berdasarkan paralel dan meridiannya. b) Lokasi suatu titik ditentukan berdasarkan jarak dan arah terhadap suatu titik atau tempat yang diketahui. c) Lokasi suatu titik ditentukan berdasarkan jarak dan jarak dari titik tertentu yang dianggap titik (0,0). d) Lokasi suatu titik diikatkan pada dua titik lain yang diketahui. 18 19 4) Luas Pada peta jika bangun dari luasan yang akan diukur berbentuk teratur misalnya segitiga, bujur sangkar dan trapesium maka kita tinggal mengukur panjang sisi bangun yang bersangkutan dan dimasukkan dalam rumusan luas. Tetapi apabila bentuk wilayah yang akan diukur tidak teratur maka luas wilayah dapat diukur dengan cara: pembuatan kisi atau kotak, pembuatan garis potong, pembuatan segitiga dan dengan alat pengukur luas atau planimeter. 5) Tinggi dan Lereng Untuk pembacaan tinggi ini kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara pencerminan rupa bumi ke dalam peta. Bentuk rupa bumi bisa digambarkan dengan garis tinggi, kemudian itik-titik pada ketinggian yang sama dihubungkan dengan garis yang disebut garis kontur. (Sinaga, 1999: 40-47) e. Penggunaan Peta Ada tiga tahap dalam penggunaan peta, yaitu: 1) Pembacaan Peta Pada tahap pertama dalam penggunaan peta pengguna mencoba mengidentifikasi simbol, membaca apa arti simbol. Untuk ini pengguna harus mengetahui terlebih dahulu bahasa peta. Bahasa peta yang dimaksud adalah informasi tepi peta, yang meliputi: judul, nomor lembar peta, skala, orientasi, sumber pembuat peta, proyeksi dan legenda. 2) Analisa Peta Apabila sudah mengetahui apa yang digambarkan dalam peta, langkah selanjutnya adalah mengukur atau mencari nilai dari unsur-unsur tersebut. 3) Interpretasi Peta Pada tahap ketiga dalam penggunaan peta atau yang disebut interpretasi peta, pengguna berusaha mencari jawab mengapa dibagian tertentu terjadi pengelompokan (pola) yang berbeda dengan pola di bagian lain dari peta yang sama. (Sinaga, 1999: 39-40). 19 20 B. Kerangka Berpikir Metode mengajar ada bermacam-macam, misalnya metode proyek, eksperimen, resitasi, diskusi, sosiodrama, demonstrasi, tanya jawab dan metode ceramah. Metode mengajar identik dengan teknik penyajian yaitu teknik yang dikuasai guru untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Pada dasarnya tidak ada metode mengajar yang dianggap paling baik dibandingkan metode mengajar yang lain. Setiap metode mengajar mempunyai karakteristik tertentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa metode mengajar yang relevan. Metode mengajar dikatakan relevan jika dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan melalui pengajaran, sehingga guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran diantaranya adalah dengan menerapkan metode yang tepat dan penggunaan media secara optimal. Media pengajaran termasuk sarana pendidikan yang tersedia, sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi belajar mengajar. Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh guru. Dalam pengajaran Geografi media peta mutlak diperlukan karena peta memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari suatu daerah. Untuk menunjang peningkatan pengetahuan tentang Geografi perlu adanya penguasaan pengetahuan tentang perpetaan, karena hampir di semua aspek Geografi akan selalu berhubungan dengan peta. Dalam pembelajaran Geografi di SMP Negeri 24 Surakarta, peneliti menemukan permasalahan tentang pengetahuan perpetaan siswa terutama di Kelas II D, yang ditandai dengan: Siswa belum dapat menentukan arah dan jarak pada peta, siswa masih kebingungan menentukan luas, lokasi, ketinggian dan lereng suatu tempat. Untuk itu diterapkan metode yang tepat dalam menangani permasalahan tersebut. Cara yang ditempuh untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan perpetaan siswa pada pokok bahasan “Pemanfaatan Sumberdaya Alam di Indonesia” 20 21 sub pokok bahasan Pertanian, Peternakan, Perikanan, Kehutanan dan Pertambangan adalah dengan menggunakan metode resitasi disertai media peta. Penelitian ini dibagi menjadi dua siklus, untuk siklus pertama dibahas sub pokok bahasan Pertanian, Peternakan dan Perikanan. Sedangkan siklus kedua membahas sub pokok bahasan Kehutanan dan Pertambangan. Adanya media peta yang digunakan pada masing-masing siklus diharapkan dalam mengerjakan tugas siswa dapat menggunakan peta secara optimal sehingga pengetahuan perpetaan siswa dapat meningkat. Pengetahuan perpetaan di sini meliputi unsur yang dapat disadap dari peta yaitu: jarak, arah, lokasi,luas, ketinggian dan lereng. C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan pokok-pokok uraian dalam kajian teori di atas dapat disusun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan metode resitasi disertai media peta dapat meningkatkan pemahaman perpetaan bagi siswa kelas II SMP Negeri 24 Surakarta”. 21 22 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian direncanakan di SMP Negeri 24 Surakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester I (satu) tahun ajaran 2005/2006, Dalam penelitian ini akan dilakukan dua siklus dengan satu pokok bahasan, yaitu “Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Indonesia”. Siklus pertama membahas sub pokok bahasan pertanian, peternakan dan perikanan, sedangkan siklus kedua membahas sub pokok bahasan kehutanan dan pertambangan. Dalam setiap siklus dibantu oleh guru IPS Geografi Kelas II D SMP Negeri 24 Surakarta. 3. Subyek Penelitian Kelas yang diambil sebagai obyek penelitian adalah kelas II D SMP Negeri 24 Surakarta dengan jumlah siswa 38 anak, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Dalam hal pengetahuan perpetaan kelas II D mempunyai ratarata kelas paling rendah dibandingkan dengan kelas yang lain. Keadaan kelas II D ini dipelajari oleh peneliti pada Semester I tahun ajaran 2005/2006 karena peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 24 Surakarta. B. Prosedur Penelitian 1. Penetapan Fokus Masalah Penetapan fokus masalah berawal dari permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pembelajaran, sehingga berdampak tidak baik terhadap kegiatan belajar mengajar dan prestasi belajar. Peneliti secara sendiri maupun dengan guru mitra menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam berdasarkan observasi yang telah dilakukan. 22 23 2. Perencanaan Tindakan Kelas Kegiatan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut: a. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran Geografi, Wali Kelas II D, Petugas BP dan Siswa Kelas II D untuk kelancaran penelitian; b. Menetapkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang digunakan untuk kegiatan penelitian; c. Membuat rencana pembelajaran; d. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu; 1) Atlas Sumberdaya Indonesia 2) Peta Produksi Padi dan Palawija 3) Peta Produksi Ternak 4) Peta Produksi Perikanan 5) Peta Liputan Lahan 6) Peta Persebaran Bahan Galian Batubara, Gambut, Minyak dan Migas 7) Peta Jenis Tanah 8) Peta Geologi 9) Peta Ketinggian Wilayah 10) LKS IPS Geografi Kelas II 11) Buku Paket IPS Geografi Kelas II 12) Buku Paket IPS Geografi Kelas II lainnya yang relevan e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati proses belajar mengajar yang sedang dilaksanakan. f. Menyiapkan alat evaluasi berupa lembaran soal-soal tes untuk keperluan penelitian hasil atau prestasi belajar. g. Menyiapkan lembar angket siswa untuk mendapatkan informasi pendapat siswa tentang penggunaan metode resitasi. 23 24 3. Implementasi Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: a. Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan metode resitasi sesuai dengan langkah-langkah KBM yang telah dijelaskan dalam Rencana Pembelajaran (RP). b. Melakukan kegiatan pemantauan proses belajar mengajar melalui observasi langsung dan angket siswa dengan tidak mengganggu konsentrasi dan aktivitas siswa. c. Memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman perpetaan siswa. 4. a. Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan Pemantauan tindakan penelitian menggunakan dua alat, yaitu observasi dan angket siswa. 1) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam observasi sebagai berikut: a) Menyiapkan guru IPS Geografi untuk membantu melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. b) Pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh guru IPS Geografi dan peneliti sendiri. c) Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi. d) Mendiskusikan dengan guru IPS Geografi terhadap hasil pengamatan setelah proses belajar mengajar selesai. e) Membuat kesimpulan hasil pengamatan. 2) Langkah-langkah yang dilakukan terhadap angket yang telah diisi oleh siswa sebagai berikut: a) Membagikan lembar angket siswa setelah pertemuan selesai dilaksanakan. b) Mempersiapkan siswa untuk mengisi/menjawab semua pertanyaan dalam lembar angket sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. c) Mengumpulkan lembar angket yang telah diisi oleh siswa. d) Membuat kesimpulan hasil angket siswa. 24 25 b. Evaluasi Langkah-langkah evaluasi yag dilaksanakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Menyiapkan alat-alat evaluasi soal-soal post tes. 2) Melaksanakan evaluasi dilakukan setelah Kegiatan Belajar Mengajar.. 3) Melaksanakan analisis hasil evaluasi. c. Indikator Kinerja Dengan menggunakan metode resitasi dan media peta akan dapat meningkatkan pengetahuan perpetaan siswa yang ditandai dengan: 1) Siswa dapat memahami cara mengitung jarak sebenarnya di lapangan, jika jarak di peta dan skala peta diketahui. 2) Siswa dapat memahami cara mengitung skala peta, jika jarak di peta dan jarak sebenarnya di lapangan diketahui. 3) Siswa dapat menunjukkan arah mata angin pada peta. 4) Siswa dapat menentukan lokasi absolut dan lokasi relatif suatu tempat melalui peta. 5) Siswa dapat membandingkan luas wilayah yang satu dengan yang lain melalui peta. 6) Siswa dapat mencari ketinggian tempat tertentu dengan mengamati peta ketinggian wilayah. 7) Siswa dapat mengetahui lereng yang terjal dan yang landai pada peta. 5. a. Analisis dan Refleksi Analisis Langkah-langkah dalam kegiatan analisis dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Menganalisis tanggapan siswa pada lembar angket. Metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dinyatakan menarik apabila ada 85% dari seluruh siswa dalam kelas tindakan menyatakan tertarik dan menambah kejelasan. 25 26 2) Mencocokkan hasil pengamatan oleh guru pada lembar monitoring. Apabila hasil pengamatan ternyata siswa mengikuti pelajaran dengan antusias yaitu siswa aktif, perhatian siswa tertuju pada pelajaran, siswa merespon dan terjadi komunikasi dua arah, maka model kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dinyatakan menarik dan dapat meningkatkan pengetahuan perpetaan siswa. b. Refleksi Refleksi dalam penelitian tindakan ini adalah memikirkan ulang untuk mencari dan menemukan kekurangan-kekurangan yang dilakukan mulai dari tahap persiapan sampai pelaksanaan tindakan kelas. Refleksi dilaksanakan agar tidak terjadi kesalahan yang terulang pada tindakan kelas berikutnya. 6. Perencanaan Tindak Lanjut Dari keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan tindakan yang tertuang dalam refleksi maka peneliti dengan guru mitra mengadakan diskusi untuk mengambil kesepakatan menentukan tindakan perbaikan berikutnya dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh peneliti. 26 27 Secara lebih rinci, prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai berikut: Alternatf Pemecahan (Rencana Tindakan) Permasalahan Pelaksanaan Tindakan I Siklus I Terselesaikan Analisis Data I Refleksi I Belum Terselesaikan Alternatf Pemecahan (Rencana Tindakan) II Observasi Pelaksanaan Tindakan II Siklus II Terselesaikan Analisis Data II Refleksi II Belum Terselesaikan Observasi SIKLUS SELANJUTNYA (Tim PGSM, 1999: 70) 7. Perencanaan Siklus I Dalam siklus I, dibahas pokok bahasan “Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Indonesia dengan sub pokok bahasan Pertanian, Peternakan dan Perikanan, dengan waktu dua jam pelajaran (2 X 45 menit). Adapun rincian pelaksanaan siklus I dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini: 27 28 Tabel 1. No 1 Rincian Prosedur Penelitian Siklus I Langkah pokok Persiapan Kegiatan Pengajar a. b. c. d. 2 Pelaksanaan resitasi a. b. 3 Pembahasan a. resitasi Kegiatan Siswa Peneliti mempersiapkan a. instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan resitasi, yaitu: soal resitasi, soal post test, lembar angket dan lembar pengamatan siswa. Peneliti mempersiapkan media yang diperlukan untuk melaksanakan resitasi, yaitu: Atlas Sumberdaya Indonesia, Peta Ketinggian Wilayah, Peta Jenis Tanah, Peta Produksi Padi dan Palawija, Peta Produksi Ternak dan Peta Produksi Perikanan. Peneliti mempersiapkan sumber pembelajaran untuk melaksanakan resitasi, yaitu: LKS IPS Geografi Kelas II, Buku Paket IPS Geografi Kelas 2 dan Buku Paket IPS Geografi lain yang relevan. Peneliti membantu b. pembentukan kelompok. Peneliti membagikan soal-soal resitasi pada tiap-tiap kelompok. Peneliti dibantu guru IPS mengamati aktivitas siswa setiap 10 menit. Peneliti mendengarkan presentasi dari masing-masing kelompok dan memberi tanggapan serta merangsang semua siswa untuk berperan aktif dengan mengemukakan pendapatnya mengenai presentasi yang disajikan. 28 Siswa 5 menit mempersiapkan buku baik buku tulis, buku panduan/buku paket, atlas dan alat tulis yang diperlukan. Siswa membentuk kelompok untuk melaksanakan resitasi Siswa mengerjakan soal resitasi secara kelompok. a. Waktu Setiap kelompok mempresentasikan hasil resitasi melalui ketua kelompoknya. 30 menit 30 menit 29 b. c. 4 5 Evaluasi Tindak lanjut Peneliti mencatat hasil jawaban setiap kelompok. Peneliti membantu siswa dalam b. membuat kesimpulan. a. Peneliti membagi soal-soal post test pada masing-masing siswa. b. Peneliti berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain dalam rangka membangkitkan semangat dalam melakukan resitasi. c. Peneliti membagi lembar angket pada masing-masing siswa untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan siswa terhadap metode mengajar yang digunakan dan materimateri apa saja yang sulit dipahami. Peneliti menilai hasil resitasi dan post test serta menyimpulkan jawaban lembar angket untuk dijadikan bahan pertimbangan selanjutnya. a. b. Siswa mencatat dan membuat kesimpulan dari hasil resitasi. Masingmasing siswa mengerjakan post test pada lembar yang telah disiapkan. Siswa mengisi angket dengan jujur. 25 menit Dasar pembuatan refleksi pada siklus pertama ini adalah pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, baik hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran terhadap peneliti, siswa, hasil post test dan lembar angket siswa. Dalam petunjuk pelaksanaan penilai (Depdikbud, 1994) disebutkan pelaksanaan penilai berhasil secara individu dalam penilaian formatif jika mencapai taraf penguasaan sekurang-kurangnya 65 % dari tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain belajar tuntas dalam tes formatif seseorang siswa harus mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 6,5 atau 65 %. Sedangkan belajar tuntas siswa secara klasikal ditentukan apabila 85 % siswa mendapat nilai 6,5 ke atas. Dalam hal ini secara 29 30 bersama, peneliti dan guru mata pelajaran IPS Geografi melaksanakan musyawarah dari hasil pengamatan yang diperoleh, baik dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran, terhadap peneliti, siswa, hasil post test dan lembar angket siswa. Dari hasil pembahasan tersebut digunakan sebagai bahan perencanaan dalam upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran serta prestasi belajar siswa berikutnya. 8. Perencanaan Siklus II Dalam siklus II, dibahas Pokok Bahasan “Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Indonesia dengan sub pokok bahasan Kehutanan dan Pertambangan, dengan waktu dua jam pelajaran (2 X 45 menit). Bertitik tolak dari hasil refleksi dari pembelajaran yang pertama, selanjutnya diadakan perencanaan pembelajaran dengan perbaikan, guna meningkatkan kualitas pembelajaran maupun peningkatan prestasi belajar siswa pada proses pembelajaran dalam pokok bahasan “Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Indonesia”. Dengan perbaikan-perbaikan tersebut diharapkan pada siklus kedua ini dapat diperoleh hasil yang lebih tinggi dibanding siklus pertama. Tindakan yang kedua ini sangat memperhatikan kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan yang dirasakan pada putaran pertama serta diusahakan cara mengatasinya. Adapun rincian pelaksanaan siklus II dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 2. No 1 Rincian Prosedur Penelitian Siklus II Langkah pokok Persiapan Kegiatan Pengajar a. b. Kegiatan Siswa Peneliti mempersiapkan a. instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan resitasi, yaitu: soal resitasi, soal post test, lembar angket dan lembar pengamatan siswa. Peneliti mempersiapkan media yang diperlukan untuk melaksanakan resitasi, yaitu: Atlas Sumberdaya Indonesia, Peta Ketinggian Wilayah, Peta Jenis Tanah, Peta Geologi, Peta Liputan Lahan dan Peta 30 Siswa mempersiapkan buku baik buku tulis, buku panduan/bu ku paket, atlas dan alat tulis yang diperlukan. Waktu 5 menit 31 c. d. 2 Pelaksanaan resitasi a. b. c. d. 3 Pembahasan a. resitasi b. c. Sebaran Bahan Galian Batubara, Gambut dan Migas. Peneliti mempersiapkan sumber pembelajaran untuk melaksanakan resitasi, yaitu: LKS IPS Geografi Kelas II, Buku Paket IPS Geografi Kelas 2 dan Buku Paket IPS Geografi lain yang relevan. Peneliti membantu b. pembentukan kelompok. Peneliti membagikan soal-soal resitasi pada tiap-tiap kelompok. Peneliti memberikan penjelasan tugas yang akan dikerjakan tiap-tiap kelompok. Peneliti menjelaskan masalah yang mungkin terjadi dan cara pemecahannya Peneliti dibantu guru IPS Geografi mengamati aktivitas siswa setiap 10 menit. a. b. Peneliti mendengarkan a. presentasi dari masing-masing kelompok dan memberi tanggapan serta merangsang semua siswa untuk berperan aktif dengan mengemukakan pendapatnya mengenai presentasi yang disajikan. Peneliti mencatat hasil jawaban setiap kelompok Peneliti membantu siswa dalam b. membuat kesimpulan. 31 Siswa membentuk kelompok untuk melaksanakan resitasi. Siswa mendengarkan penjelasan guru agar tidak kebingungan dalam mengerjakan soalsoal resitasi. Siswa mengerjakan soal resitasi secara kelompok. Setiap kelompok mempresentasikan hasil resitasi melalui ketua kelompoknya. Mencatat dan menyimpulkan hasil resitasi. 30 menit 30 menit 32 4 5 Evaluasi Tindak lanjut a. Peneliti membagi soal-soal post test pada masing-masing siswa. b. Peneliti berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain dalam rangka membangkitkan semangat dalam melakukan resitasi. c. Peneliti membagi lembar angket pada masing-masing siswa untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan siswa terhadap metode mengajar yang digunakan dan materimateri apa saja yang sulit dipahami. Peneliti menilai hasil resitasi dan post test serta menyimpulkan jawaban lembar angket untuk dijadikan bahan pertimbangan selanjutnya. a. b. Masingmasing siswa mengerjakan post test pada lembar yang telah disiapkan. Siswa mengisi angket dengan jujur. 25 menit Jika dalam tindakan pembelajaran kedua ini masih ditemui hambatan dan kekurangan baik dalam instrumen pembelajaran maupun dalam proses pembelajaran, maka dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dengan pokok bahasan yang sama. Hal ini dilakukan guna meningkatkan prestasi belajar siswa sampai semaksimal mungkin, dan peningkatan proses belajar mengajar yang lebih optimal dari proses pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian dapat diketahui sampai sejauh mana pemahaman pengetahuan perpetaan dengan menggunakan metode resitasi dan media peta bagi siswa kelas II D SMP Negeri 24 Surakarta. 32 33 DAFTAR PUSTAKA Djamarah, S. B. dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta. Karo-karo, Ulih Bukit. 1981. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Erlangga. Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Oemar, Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bakti. Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Roestiyah, N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sinaga, Maruli. 1999. Pengetahuan Peta. Yogyakarta: UGM Press. Soewardi. 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: Sinar Baru. Sugiyanto. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Laporan Penelitian. Surakarta: UNS Press. Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Undang-undang RI No.2 Th. 1989. Sistem Pendidikan Nasional Beserta Pelaksanaannya. 1992. Semarang: Media Wiyata. Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. 33