PROPOSAL SKRIPSI

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha untuk mencapai tingkat kedewasan secara susila.
Batasan tentang kedewasaan bersifat fleksibel yang tidak hanya ditentukan oleh usia,
bahkan dengan berkembangnya konsep pendidikan seumur hidup menjadikan tugas
pendidikan menjadi tidak terbatas. Pendidikan Nasional berdasarkan UU No.2 tahun
1989 bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Mencerdaskan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya adalah dua dimensi dalam tujuan pendidikan nasional yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.
Geografi adalah ilmu pengetahuan tentang persamaan dan perbedaan gejala
alam dan kehidupan di muka bumi serta interaksi antara manusia dengan lingkungan
dalam studi keruangan. Dalam pengajaran Geografi penggunaan media peta mutlak
diperlukan karena hampir semua aspek Geografi akan selalu berhubungan dengan
peta. Peta dapat memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter
dari suatu daerah, selain itu banyak unsur-unsur yang dapat disadap dari peta antara
lain jarak, arah, lokasi, luas,ketinggian dan lereng.
Selama PPL di SMP Negeri 24 Surakarta, peneliti menemukan masalahmasalah tentang pengetahuan perpetaan siswa, yang ditandai dengan:
1. Siswa kurang memahami cara mengitung jarak sebenarnya di lapangan, jika jarak
di peta dan skala peta diketahui.
2. Siswa kurang memahami cara mengitung skala peta, jika jarak di peta dan jarak
sebenarnya di lapangan diketahui.
3. Siswa masih kebingungan tentang arah mata angin pada peta.
1
2
4. Siswa belum dapat menentukan lokasi absolut dan lokasi relatif suatu tempat
melalui peta.
5. Siswa kurang dapat membandingkan luas wilayah yang satu dengan wilayah
yang lain malalui peta.
6. Siswa masih kebingungan mencari ketinggian tempat tertentu dengan mengamati
peta ketinggian wilayah.
7. Siswa tidak dapat membedakan lereng yang terjal dan yang landai pada peta.
Semua masalah tersebut di atas hampir dialami oleh siswa SMP Negeri 24
Surakarta khususnya siswa Kelas II D sebagai obyek Penelitian Tindakan Kelas.
Berdasarkan analisis masalah yang didapatkan peneliti, peneliti memilih masalah
tentang peningkatan pemahaman pengetahuan perpetaan siswa. Masalah ini diambil
karena pemahaman pengetahuan perpetaan siswa merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas peserta didik.
Dari pokok permasalahan yang diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan
penyebab timbulnya masalah yang ada. Timbulnya masalah tersebut di atas
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1.
Penggunaan metode pembelajaran yang tidak relevan.
Metode mengajar dikatakan relevan jika dapat mengantarkan siswa mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan melalui pengajaran.
2.
Penggunaan media peta yang belum optimal, padahal dalam pengajaran Geografi
media peta sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan perpetaan siswa.
Metode mengajar ada bermacam-macam, misalnya ceramah, diskusi,
demonstrasi, inkuiri, resitasi dan masih banyak lagi. Metode mengajar identik dengan
teknik penyajian. Adapun teknik penyajian menurut Roestiyah (2001: 1) mempunyai
pengertian yaitu “teknik yang dikuasai guru untuk mengajarkan atau menyajikan
bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap,
dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik”. Pada dasarnya tidak ada metode
mengajar yang dianggap paling baik dibandingkan metode mengajar yang lain.
Setiap metode mengajar mempunyai karakteristik tertentu dengan kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Metode mengajar dikatakan relevan jika dapat
mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan melalui
2
3
pengajaran, dalam hal ini
tujuannya
adalah untuk meningkatkan pemahaman
pengetahuan perpetaan siswa. Untuk itu guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran diantaranya adalah dengan menerapkan
metode yang tepat dan penggunaan media peta secara optimal.
Pada dasarnya guru cenderung menggunakan metode pembelajaran
konvensional yang lebih banyak menitikberatkan pada kegiatan pengajaran dengan
metode ceramah karena selain sederhana dan relatif mudah dilaksanakan, metode ini
juga tidak memakan banyak waktu. Dalam metode ceramah, guru menerangkan
kemudian siswa mencatat. Model pembelajaran satu arah seperti ini memberi kesan
bahwa siswa cenderung hanya sebagai objek dan membatasi siswa untuk berperan
aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka ada beberapa pilihan yang dapat
dilaksanakan dalam mengatasi masalah, yaitu: menggunakan metode resitasi dalam
kegiatan pembelajaran dan penggunaan media peta secara optimal. “Dalam Metode
Resitasi murid diberi tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok individual
yang harus dipertanggungjawabkan secara lisan atau tertulis dengan tujuan
mengaktifkan murid berpikir dan mempertanggungjawabkan pemikirannya secara
logis dan obyektif”. (Soewardi, 1987: 15). Dalam pelaksanaan resitasi ini peneliti
mengambil pokok bahasan Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Indonesia, dengan
sub pokok bahasan meliputi: pertanian, peternakan dan perikanan untuk siklus yang
pertama, sedang siklus kedua sub pokok bahasannya adalah kehutanan dan
pertambangan. Pada pembelajaran ini siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal
secara kelompok dengan menggunakan media peta.
Adapun fungsi peta antara lain, untuk memberikan informasi pokok dari
informasi keruangan tentang karakter dari suatu daerah. (Sinaga, 1999: 7). Dalam
pengajaran Geografi metode resitasi sangat diperlukan, yaitu selain untuk mengatasi
banyaknya materi yang diberikan dengan waktu yang tidak memadai, juga berperan
sebagai sarana pengembangan potensi individu siswa. Pengembangan pengajaran
Geografi sangat bertalian dengan watak, karakter dan metode yang digunakan guru.
Setiap pengajaran mencerminkan sesuatu yang orisinil dan khas dari pribadi seorang
3
4
guru. Guru Geografi yang ingin berhasil usahanya perlu melengkapi diri dengan
teknik mengajar yang sebaik-baiknya.
Dalam kenyataan di lapangan banyak peserta didik yang masih mengalami
kesulitan dalam mendalami konsep-konsep Geografi sehingga terjadi kesalahan
penafsiran. Hal ini juga tidak terlepas dari kurangnya waktu yang tersedia bagi
peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Masih ada peserta didik yang tidak
mau melengkapi materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Terlepas dari
masalah di atas, guru Geografi harus lebih mandiri.
Memperhatikan pentingnya metode resitasi, maka perlu dilaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Hopkins (1993) dalam Sugiyanto (2005)
“Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap kondisi dimana praktek pembelajaran dilakukan”. Maksud dari penelitian
yang dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
pemahaman perpetaan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam melalui penggunaan
metode resitasi bagi siswa kelas II SMP Negeri 24 Surakarta.
Dengan melihat paparan di atas, maka dilakukan penelitian pada siswa Kelas
II D SMP Negeri 24 Surakarta dengan judul “UPAYA PENINGKATAN
PENGETAHUAN
PERPETAAN
MELALUI
PENGGUNAAN
METODE
RESITASI BAGI SISWA KELAS II SMP NEGERI 24 SURAKARTA TAHUN
AJARAN 2005/2006”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1.
Masih banyaknya guru yang mempertahankan model belajar konvensional
sehingga kurang memacu keterlibatan siswa untuk ikut aktif dalam
pembelajaran.
4
5
2.
Masih rendahnya pengetahuan perpetaan siswa yang dimungkinkan karena
dalam proses pembelajaran pemilihan metode kurang tepat dan penggunaan
media peta belum optimal.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada , tidak efektif bila dalam
penelitian ini tidak dibatasi. Maka agar lebih jelas dan terarah penelitian ini
membatasi diri pada upaya peningkatan pemahaman pengetahuan perpetaan melalui
penggunaan metode resitasi disertai media peta bagi siswa kelas II SMP Negeri 24
Surakarta.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: Apakah penggunaan metode resitasi disertai media peta dapat meningkatkan
pemahaman pengetahuan perpetaan bagi siswa kelas II SMP Negeri 24 Surakarta.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah penggunaan metode resitasi disertai media peta dapat meningkatkan
pemahaman pengetahuan perpetaan bagi siswa kelas II SMP Negeri 24 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan hasil penelitian yang diperoleh
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan untuk menambah khasanah pustaka baik ditingkat Program,
Fakultas maupun Universitas.
2. Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi penelitian
berikutnya, serta dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan dalam
penelitian sejenis.
3. Memberikan masukan kepada guru atau calon guru geografi dalam menentukan
metode yang tepat, yang dapat menjadi alternatif lain selain metode yang biasa
5
6
digunakan (metode konvensional) untuk membelajarkan perpetaan sehingga
pemahaman pengetahuan perpetaan siswa bisa meningkat.
4. Memberikan informasi kepada guru untuk lebih menekankan keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar.
6
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.
a.
Metode Resitasi
Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang dan perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha. Sejak lahir
manusia telah melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhannya sekaligus
mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, belajar sebagai suatu kegiatan telah
dikenal dan bahkan disadari atau tidak telah dilakukan oleh manusia.
Purwanto (2002: 84) mengemukakan beberapa definisi belajar, antara lain:
Hegard dan Bower (1975): Belajar berhubungan dengan tingkah laku
seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu
tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.
Morgan (1978): Belajar adalah perubahan yang relatif mantap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Whiterington (1982): Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau pengertian.
Winkel (1996: 53) berpendapat bahwa “Belajar merupakan suatu aktivitas
mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan
dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas”.
Suryabrata (2002: 232) menyimpulkan beberapa pendapat para ahli tentang
belajar yaitu:
1) Bahwa belajar itu membawa perubahan.
2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.
Kegiatan belajar sendiri tidak dapat dipaksakan dari seseorang kepada orang
lain, belajar harus dilakukan sendiri oleh individu secara aktif. Keterlibatan siswa
secara langsung sangat penting dalam kegiatan belajar.
7
8
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar di atas, dapat
dikatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental yang menghasilkan
perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh suatu pengalaman dan dipengaruhi
oleh lingkungan. Perubahan tersebut bersifat tetap atau konstan dan perubahan
tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan individu.
Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja yang dilakukan oleh
guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan
ekstern. Seseorang yang melakukan kegiatan pembelajaran harus membawa siswa ke
arah perubahan tingkah laku. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam melaksanakan
tugasnya seorang guru tidak hanya menyampaikan informasi semata, tetapi juga
membimbing siswa menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Dalam proses
pembelajaran, keaktifan siswa lebih diutamakan sehingga siswa mempunyai
kebebasan yang bertanggungjawab untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang
pada akhirnya pemahaman siswa tentang materi akan lebih tertanam dengan
sendirinya dalam pikirannya.
b.
Metode Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus mempunyai strategi agar
tujuan pengajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Salah satu strategi yang
dapat dilakukan adalah dengan memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode
pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.
Metode pembelajaran terkadang juga disebut sebagai teknik penyajian. Adapun
teknik penyajian menurut Roestiyah (2001: 1) mempunyai pengertian yaitu “teknik
yang dikuasai guru untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pelajaran kepada
siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan
digunakan oleh siswa dengan baik”.
Metode mengajar banyak sekali macamnya. Masing-masing metode
mempunyai sifat, baik mengenai kebaikan-kebaikannya maupun kelemahankelemahannya. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk
situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat masing-masing
metode tersebut.
8
9
Pada masa sekarang ini, guru biasanya mengajar dengan metode ceramah,
sedangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar masih
sangat kurang. Hal ini menyebabkan siswa menjadi jenuh, bosan dan cenderung pasif
dalam belajar. Guru yang progresif dituntut untuk menguasai dan berani mencobacoba untuk menerapkan berbagai metode mengajar yang baru sehingga kegiatan
belajar tidak berlangsung monoton dan siswa dapat lebih berperan aktif dalam
belajar. Pemakaian metode pembelajaran yang tepat selain tidak membosankan juga
dapat mengatasi atau memperkecil kekurangan guru dalam mengajar, untuk itu
pengetahuan dan penguasaan mengenai berbagai metode mengajar yang ada saat ini
sangat penting bagi seorang guru.
Winarno Surakhmad (1990: 97) dalam Djamarah dan Zain (2002: 89-93)
mengatakan bahwa, pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa
faktor, sebagai berikut:
1) Anak didik
Perbedaan individu anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang akan digunakan oleh
guru, dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang baik demi tercapainya
tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Dengan demikian
kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi dan menentukan metode
pengajaran.
2) Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan
dalam pendidikan dan pengajaran memiliki bermacam-macam jenis dan fungsi.
Tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan
pembelajaran, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan
nasional.
3) Situasi
Situasi belajar mengajar yang diciptakan guru tidak selamanya sama dari hari ke
hari. Dalam memilih metode mengajar, guru harus menyesuaikan situasi yang
diciptakan.
9
10
4) Fasilitas
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah.
Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode
mengajar.
5) Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar belakang pendidikan
guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap
berbagai jenis metode menjadi kendala dalam menentukan metode.
Pelaksanaan metode mengajar harus tepat atau sesuai dengan materi
pelajaran yang disampaikan. Karena jika tidak sesuai, maka prosas belajar mengajar
tidak akan berjalan lancar dan hal itu berakibat tujuan dari pembelajaran tidak
tercapai. Selain itu dalam menggunakan metode mengajar harus memperhatikan
waktu yang tersedia, agar proses balajar mengajar sesuai dengan rencana pengajaran.
Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien, yaitu
penerapan metode mengajar yang memerlukan waktu dan tenaga yang kecil tetapi
memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Metode mengajar yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode resitasi dengan menggunakan media peta.
Berhasil tidaknya penggunaan metode dan media tersebut akan ditandai dengan
ketuntasan belajar siswa.
Nasution (2000: 36) mengemukakan “Belajar tuntas adalah tujuan proses
belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya
oleh murid. Ini disebut mastery learning atau belajar tuntas artinya penguasaan
penuh”. Strategi belajar tuntas dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Bakat untuk mempelajari.
2) Mutu pelajaran.
3) Kesanggupan untuk memahami pelajaran.
Untuk mempermudah pelajaran diantaranya:
a)
Belajar kelompok, belajar bersama,atau saling membantu dalam pelajaran.
b) Bantuan tutor yaitu orang dapat membantu murid secara individual.
c)
Buku pelajaran, hendaknya ada beberapa buku yang berlainan tentang
bidang studi yang sama.
10
11
d) Buku kerja, untuk membantu murid menangkap dan mengolah buah pikiran
pokok dari buku pelajaran.
e)
Pelajaran berprogam, ini merupakan bantuan agar murid menguasai bahan
pelajaran melalui langkah-langkah pendek tanpa bantuan guru.
f)
Alat
audio-visual,
dapat
membantu
anak-anak
belajar
dengan
menyajikannya dalam bentuk yang lebih konkrit.
4) Ketekunan
5) Waktu yang tersedia
(Nasution, 2000: 38)
c.
Metode Resitasi
1) Pengertian Metode Resitasi
Menurut Karo-Karo (1981: 39) bahwa “Resitasi atau recitation
adalah penyajian kembali apa-apa yang dimiliki, diketahui atau dipelajari”.
Pendapat tentang resitasi juga disampaikan oleh Djamarah dan Zain (1996:
98-99) yang menyatakan bahwa “Metode resitasi (penugasan) adalah
metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar”.
Menurut Soewardi (1987: 15) “Dalam metode resitasi murid diberi
tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok individual yang harus
dipertanggungjawabkan
secara
lisan
atau
tertulis
dengan
tujuan
mengaktifkan murid berpikir dan mempertanggungjawabkan pemikirannya
secara logis dan obyektif”.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, metode
resitasi adalah cara mengajar dengan memberikan tugas-tugas kepada anak
kemudian hasil tugasnya itu dipertanggungjawabkan. Karena tugas yang
dikerjakan pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan maka siswa akan
terdorong
untuk
mengerjakannya
secara
sungguh-sungguh.
Teknik
pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa
memiliki hasil belajar yang lebih mantap. Karena siswa melaksanakan
latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam
11
12
mempelajari sesuatu dapat lebih mendalam. Hal ini disebabkan siswa
mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda pada waktu menghadapi
masalah-masalah baru. Apalagi bila dalam melaksanakan tugas ditunjang
dengan minat dan perhatian siswa, serta kejelasan tujuan mereka belajar.
Dengan demikian siswa dapat mengembangkan daya berfikir sendiri, daya
kreatif, tanggung jawab dan melatih kemandirian.
2) Langkah-langkah Menggunakan Metode Resitasi
a) Fase Pemberian Tugas
Tujuan yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:
(1) Tujuan yang akan dicapai.
(2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga mengerti apa yang
ditugaskan tersebut.
(3) Sesuai dengan kemampuan siswa.
(4) Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
(5) Ketersediaan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
b) Langkah Pelaksanaan Tugas
(1) Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru.
(2) Diberikan dorongan sehingga anak mau belajar.
(3) Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh
orang lain.
(4) Dilanjutkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan
baik dan sistematis.
c) Fase Mempertanggungjawabkan Tugas
Hal yang harus dikerjakan pada fase ini:
(1) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah
dikerjakannya.
(2) Ada tanya jawab/diskusi kelas.
(3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes
atau cara lainnya.
(Djamarah dan Zain, 2002: 97-98)
12
13
3) Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi
Setiap metode tertentu mempunyai kebaikan dan kelemahan
sendiri-sendiri, tergantung pada situasi seperti apa metode tersebut
digunakan. Adapun kelebihan dan kekurangan metode resitasi yaitu:
a) Kelebihan Metode Resitasi
(1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar
individual maupun kelompok.
(2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan
guru.
(3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
(4) Dapat mengembangkan kreativitas siswa.
b) Kekurangan Metode Resitasi
(1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas
ataukah orang lain.
(2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan
dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan
anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.
(3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan
individu siswa.
(4) Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat
menimbulkan kebosanan siswa.
(Djamarah dan Zain, 2002: 98-99)
Metode resitasi yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan metode
resitasi secara berkelompok. Resitasi kelompok adalah suatu metode mengajar yang
memberikan tugas kepada siswa yang dapat dikerjakan dimana saja secara
berkelompok yang kemudian dilaporkan secara kelompok atau individual dengan
tujuan memperdalam pelajaran yang telah diterima.
Mata pelajaran Geografi bukanlah materi pelajaran yang bersifat khayalan.
Siswa tidak dapat belajar hanya dengan ceramah dari guru. Untuk itu di dalam
pelajaran Geografi perlu di kembangkan keterampilan pengalaman langsung dan tak
langsung. Maka jelas bahwa tepat sekali bila guru menggunakan metode resitasi
13
14
yang memberikan kesempatan siswa berbuat lebih dari pada sekedar mendengarkan
atau menerima secara pasif.
Tujuan pengajaran Geografi adalah agar siswa mampu memahami gejala
lingkungan alam dan kehidupan di muka bumi serta ciri khas satuan wilayah dan
permasalahan yang dihadapi sebagai akibat saling mempengaruhi antara manusia dan
lingkungannya. Target yang harus dicapai dalam pembelajaran pemahaman
perpetaan adalah dapat menggunakan peta yang meliputi aspek yang bisa disadap
dari peta yaitu: jarak, arah, lokasi, luas, ketinggian dan lereng. Peneliti mengambil
pokok bahasan: “Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Indonesia”, dengan tujuan di
samping dapat menunjukkan daerah-daerah persebaran sumber daya alam di
Indonesia juga dapat meningkatkan pemahaman pengetahuan perpetaan.
2.
Media Peta
Dalam proses pembelajaran berlangsung terjadi proses komunikasi yang
berupa penyampaian pesan guru kepada siswa. Proses pembelajaran akan menarik
minat siswa bila disampaikan dengan menggunakan media. Media diartikan sebagai
alat, metode dan teknik yang dimanfaatkan dalam meningkatkan komunikasi dan
interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah (Hamalik, 1994:
12).
Dalam proses belajar mengajar, penggunaan media sangat diperlukan.
Demikian juga dalam pembelajaran Geografi yaitu terutama bagi pengembangan
pengertian tempat dan ruang. Geografi berhubungan erat dengan unsur-unsur yang
terletak atau tersusun pada kesamaan tempat dan waktu. Untuk itu, maka peta
merupakan alat paling tepat untuk menyatakannya karena dengan bahasa saja belum
cukup. Peta merupakan kenampakan grafis yang dituangkan dalam bentuk simbol
atau tanda dilukiskan pada bidang datar. Dalam pengajaran khususnya pengajaran
Geografi peta mutlak diperlukan, jadi guru harus kreatif dan memiliki imajinasi
yang tinggi sehingga dapat membuat lingkungan menjadi hidup melalui penyajian
peta. Adapun kegunaan peta menurut Sinaga (1999: 40) antara lain: dapat
mengetahui arah dan lokasi suatu tempat, dapat menghitung luas dan jarak, dapat
14
15
mengetahui ketinggian suatu wilayah dan dapat mengetahui lereng yang terjal dan
yang landai.
Dalam menggunakan media guru harus mengetahui manfaat dari media
tersebut. Dalam kepentingan praktis media bermanfaat untuk:
1) Memungkinkan
terjadinya
interaksi
langsung
antara
siswa
dengan
lingkungannya.
2) Memberi kesamaan dalam pengamatan.
3) Memberi pengertian yang sebenarnya secara nyata dan lebih teliti.
4) Membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar siswa.
5) Membangkitkan keinginan dan minat baru.
6) Memberikan pengalaman yang menyeluruh.
(Hamalik, 1994: 2).
3.
a.
Pengetahuan Perpetaan
Pengertian Peta
Menurut
ICA
dalam
Sinaga
(1999:
5)
“Peta
adalah
suatu
representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kanampakan abstrak, yang
dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi
atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar
dan diperkecil/diskalakan”.
Peta merupakan suatu gambaran dari roman muka bumi yang diperkecil
menurut aturan yang tertentu. Gambaran tersebut dapat bersifat alamiah, bersifat
kultural, atau kedua-duanya. Pada peta dapat menunjukkan gambaran-gambaran
yang bersifaf alamiah, seperti: bukit, gunung api, sungai, danau dan rawa,
sedangkan gambaran yang bersifat kultural, yaitu yang merupakan hasil budaya
manusia, seperti: kota, sawah dan selokan. Karena banyaknya pengetahuan
tentang peta, maka timbul pengetahuan yang khusus mempelajari peta, yang
dinamakan perpetaan.
15
16
b.
Klasifikasi Peta
Dasar pengklasifikasian peta secara umum menurut Bos (1997) dalam
Sinaga (1999: 7-8) adalah:
1) Klasifikasi Peta Berdasarkan Skala.
Klasifikasi peta berdasarkan skala dapat digolongkan menjadi
empat golongan, yaitu:
a) Peta Berskala Sangat Besar
Yang di maksud peta berskala sangat besar adalah peta yang
mempunyai skala > 1 : 10.000.
b) Peta Berskala Besar
Yang di maksud peta berskala besar adalah peta yang
mempunyai skala < 1 : 100.000 - 1 : 10.000.
c) Peta Berskala Sedang
Yang di maksud peta berskala sedang adalah peta yang
mempunyai skala 1 : 100.000 - 1 : 1.000.000.
d) Peta Berskala Kecil
Yang di maksud peta berskala kecil adalah peta yang
mempunyai skala > 1 : 1.000.000.
2) Klasifikasi Peta Berdasarkan Maksud/Tujuan.
Klasifikasi peta berdasarkan maksud/tujuan yaitu:
a) Peta untuk tujuan pendidikan
b) Peta untuk tujuan ilmu pengetahuan
c) Peta untuk Informasi umum
d) Peta turis
e) Peta navigasi
f)
Peta aplikasi teknik
g) Peta perencanaan
16
17
3) Klasifikasi Peta Berdasarkan Isi.
Klasifikasi peta berdasarkan isi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a) Peta Topografi
Peta
topografi
merupakan
peta
yang
memperlihatkan
gambaran roman muka bumi, dan dibuat tiga dimensi yaitu panjang,
lebar dan tinggi, di mana dimensi yang terakhir ini digambarkan dengan
garis kontur.
b) Peta Tematik
Peta tematik merupakan peta yang berisikan keteranganketerangan khusus untuk bidang tertentu. Contohnya: Peta Iklim dan
Peta Geologi.
c) Peta Navigasi
Peta navigasi merupakan peta yang menunjukkan lintas
perhubungan laut yang dibuat oleh Departemen Perhubungan.
c.
Informasi Penting Yang Ada Dalam Peta
1) Judul Peta
Judul peta memberikan informasi tentang nama daerah yang
dipetakan.
2) Skala peta
Skala peta merupakan perbandingan jarak dalam peta dengan jarak
dilapangan. Berdasarkan bentuknya, skala dibagi menjadi tiga yaitu skala
angka, skala grafis dan skala yang dinyatakan dalam kalimat.
3) Legenda
Legenda merupakan keterangan-keterangan simbol yang digunakan
pada peta.
4) Grid dan Gratikul
Grid dan gratikul merupakan garis lintang dan garis bujur pada
peta.
17
18
5) Indeks Peta
Indeks peta digunakan untuk menunjukkan sistem pemberian
nomor pada tiap lembar peta, sehingga dengan demikian dapat diketahui
lokasi dari peta.
6) Sumber dan Tahun Pembuatan Peta.
Sumber peta dicantumkan untuk mengetahui kualitas dan
kelemahan peta. Peta dasar harus dibuat oleh lembaga yang berwenang
membuat peta. Tahun pembuatan dicantumkan karena peta yang dibuat
menggambarkan
keadaan
wilayah
obyek
dan
gejala
tahun
yang
bersangkutan dan tahun-tahun sebelumnya.
(Sinaga, 1999: 35)
d.
Unsur-unsur yang dapat disadap dari peta
1) Jarak
Faktor jarak hanya merupakan faktor skala. Untuk mencari jarak
sebenarnya di lapangan adalah dengan mengalikan rarak di peta demgan
skala peta. Tetapi perlu diingat bahwa jarak yang didapatkan ini adalah jarak
horisontal/mendatar.
2) Arah
Pembacaan arah biasanya dinyatakan dengan sudut yang mengambil
garis utara-selatan sebagai garis pangkal dan diikatkan pada suatu titik atau
tempat yang diketahui.
3) Lokasi
Cara menentukan lokasi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu:
a) Lokasi suatu titik dinyatakan berdasarkan paralel dan meridiannya.
b) Lokasi suatu titik ditentukan berdasarkan jarak dan arah terhadap suatu
titik atau tempat yang diketahui.
c) Lokasi suatu titik ditentukan berdasarkan jarak dan jarak dari titik
tertentu yang dianggap titik (0,0).
d) Lokasi suatu titik diikatkan pada dua titik lain yang diketahui.
18
19
4) Luas
Pada peta jika bangun dari luasan yang akan diukur berbentuk teratur
misalnya segitiga, bujur sangkar dan trapesium maka kita tinggal mengukur
panjang sisi bangun yang bersangkutan dan dimasukkan dalam rumusan
luas. Tetapi apabila bentuk wilayah yang akan diukur tidak teratur maka
luas wilayah dapat diukur dengan cara: pembuatan kisi atau kotak,
pembuatan garis potong, pembuatan segitiga dan dengan alat pengukur luas
atau planimeter.
5) Tinggi dan Lereng
Untuk pembacaan tinggi ini kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara
pencerminan rupa bumi ke dalam peta. Bentuk rupa bumi bisa digambarkan
dengan garis tinggi, kemudian itik-titik pada ketinggian yang sama
dihubungkan dengan garis yang disebut garis kontur.
(Sinaga, 1999: 40-47)
e.
Penggunaan Peta
Ada tiga tahap dalam penggunaan peta, yaitu:
1) Pembacaan Peta
Pada tahap pertama dalam penggunaan peta pengguna mencoba
mengidentifikasi simbol, membaca apa arti simbol. Untuk ini pengguna
harus mengetahui terlebih dahulu bahasa peta. Bahasa peta yang dimaksud
adalah informasi tepi peta, yang meliputi: judul, nomor lembar peta, skala,
orientasi, sumber pembuat peta, proyeksi dan legenda.
2) Analisa Peta
Apabila sudah mengetahui apa yang digambarkan dalam peta,
langkah selanjutnya adalah mengukur atau mencari nilai dari unsur-unsur
tersebut.
3) Interpretasi Peta
Pada tahap ketiga dalam penggunaan peta atau yang disebut
interpretasi peta, pengguna berusaha mencari jawab mengapa dibagian
tertentu terjadi pengelompokan (pola) yang berbeda dengan pola di bagian
lain dari peta yang sama. (Sinaga, 1999: 39-40).
19
20
B. Kerangka Berpikir
Metode mengajar ada bermacam-macam, misalnya metode proyek,
eksperimen, resitasi, diskusi, sosiodrama, demonstrasi, tanya jawab dan metode
ceramah. Metode mengajar identik dengan teknik penyajian yaitu teknik yang
dikuasai guru untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh
siswa dengan baik. Pada dasarnya tidak ada metode mengajar yang dianggap paling
baik dibandingkan metode mengajar yang lain. Setiap metode mengajar mempunyai
karakteristik tertentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Metode yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa metode
mengajar yang relevan. Metode mengajar dikatakan relevan jika dapat mengantarkan
siswa mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan melalui pengajaran, sehingga
guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
diantaranya adalah dengan menerapkan metode yang tepat dan penggunaan media
secara optimal.
Media pengajaran termasuk sarana pendidikan yang tersedia, sangat
berpengaruh terhadap pemilihan strategi belajar mengajar. Keberhasilan program
pengajaran tidak tergantung dari canggih tidaknya media yang digunakan, tetapi dari
ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh guru. Dalam pengajaran
Geografi media peta mutlak diperlukan karena peta memberikan informasi pokok
dari aspek keruangan tentang karakter dari suatu daerah. Untuk menunjang
peningkatan pengetahuan tentang Geografi perlu adanya penguasaan pengetahuan
tentang perpetaan, karena hampir di semua aspek Geografi akan selalu berhubungan
dengan peta.
Dalam pembelajaran Geografi di SMP Negeri 24 Surakarta, peneliti
menemukan permasalahan tentang pengetahuan perpetaan siswa terutama di Kelas II
D, yang ditandai dengan: Siswa belum dapat menentukan arah dan jarak pada peta,
siswa masih kebingungan menentukan luas, lokasi, ketinggian dan lereng suatu
tempat. Untuk itu diterapkan metode yang tepat dalam menangani permasalahan
tersebut. Cara yang ditempuh untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan
perpetaan siswa pada pokok bahasan “Pemanfaatan Sumberdaya Alam di Indonesia”
20
21
sub pokok bahasan Pertanian, Peternakan, Perikanan, Kehutanan dan Pertambangan
adalah dengan menggunakan metode resitasi disertai media peta. Penelitian ini dibagi
menjadi dua siklus, untuk siklus pertama dibahas sub pokok bahasan Pertanian,
Peternakan dan Perikanan. Sedangkan siklus kedua membahas sub pokok bahasan
Kehutanan dan Pertambangan.
Adanya media peta yang digunakan pada masing-masing siklus diharapkan
dalam mengerjakan tugas siswa dapat menggunakan peta secara optimal sehingga
pengetahuan perpetaan siswa dapat meningkat. Pengetahuan perpetaan di sini
meliputi unsur yang dapat disadap dari peta yaitu: jarak, arah, lokasi,luas, ketinggian
dan lereng.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pokok-pokok uraian dalam kajian teori di atas dapat disusun
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan metode resitasi
disertai media peta dapat meningkatkan pemahaman perpetaan bagi siswa kelas II
SMP Negeri 24 Surakarta”.
21
22
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN
A. Setting Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan untuk penelitian direncanakan di SMP Negeri 24
Surakarta.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I (satu) tahun ajaran 2005/2006,
Dalam penelitian ini akan dilakukan dua siklus dengan satu pokok bahasan, yaitu
“Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Indonesia”. Siklus pertama membahas sub
pokok bahasan pertanian, peternakan dan perikanan, sedangkan siklus kedua
membahas sub pokok bahasan kehutanan dan pertambangan. Dalam setiap siklus
dibantu oleh guru IPS Geografi Kelas II D SMP Negeri 24 Surakarta.
3.
Subyek Penelitian
Kelas yang diambil sebagai obyek penelitian adalah kelas II D SMP Negeri
24 Surakarta dengan jumlah siswa 38 anak, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan
26 siswa perempuan. Dalam hal pengetahuan perpetaan kelas II D mempunyai ratarata kelas paling rendah dibandingkan dengan kelas yang lain. Keadaan kelas II D ini
dipelajari oleh peneliti pada Semester I tahun ajaran 2005/2006 karena peneliti
melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 24 Surakarta.
B. Prosedur Penelitian
1.
Penetapan Fokus Masalah
Penetapan fokus masalah berawal dari permasalahan yang dirasakan
mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pembelajaran, sehingga
berdampak tidak baik terhadap kegiatan belajar mengajar dan prestasi belajar.
Peneliti secara sendiri maupun dengan guru mitra menetapkan fokus permasalahan
secara lebih tajam berdasarkan observasi yang telah dilakukan.
22
23
2.
Perencanaan Tindakan Kelas
Kegiatan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, terlebih dahulu
dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:
a.
Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran Geografi,
Wali Kelas II D, Petugas BP dan Siswa Kelas II D untuk kelancaran penelitian;
b.
Menetapkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang digunakan untuk
kegiatan penelitian;
c.
Membuat rencana pembelajaran;
d.
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu;
1) Atlas Sumberdaya Indonesia
2) Peta Produksi Padi dan Palawija
3) Peta Produksi Ternak
4) Peta Produksi Perikanan
5) Peta Liputan Lahan
6) Peta Persebaran Bahan Galian Batubara, Gambut, Minyak dan Migas
7) Peta Jenis Tanah
8) Peta Geologi
9)
Peta Ketinggian Wilayah
10) LKS IPS Geografi Kelas II
11) Buku Paket IPS Geografi Kelas II
12) Buku Paket IPS Geografi Kelas II lainnya yang relevan
e.
Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati proses belajar mengajar yang
sedang dilaksanakan.
f.
Menyiapkan alat evaluasi berupa lembaran soal-soal tes untuk keperluan
penelitian hasil atau prestasi belajar.
g.
Menyiapkan lembar angket siswa untuk mendapatkan informasi pendapat siswa
tentang penggunaan metode resitasi.
23
24
3.
Implementasi Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi:
a.
Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan metode
resitasi sesuai dengan langkah-langkah KBM yang telah dijelaskan dalam
Rencana Pembelajaran (RP).
b.
Melakukan kegiatan pemantauan proses belajar mengajar melalui observasi
langsung dan angket siswa dengan tidak mengganggu konsentrasi dan aktivitas
siswa.
c.
Memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman perpetaan siswa.
4.
a.
Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan
Pemantauan tindakan penelitian menggunakan dua alat, yaitu observasi dan
angket siswa.
1) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam observasi sebagai berikut:
a) Menyiapkan
guru
IPS
Geografi
untuk
membantu
melakukan
pengamatan terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
b) Pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh guru IPS Geografi dan peneliti
sendiri.
c) Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi.
d) Mendiskusikan dengan guru IPS Geografi terhadap hasil pengamatan
setelah proses belajar mengajar selesai.
e) Membuat kesimpulan hasil pengamatan.
2) Langkah-langkah yang dilakukan terhadap angket yang telah diisi oleh
siswa sebagai berikut:
a) Membagikan
lembar
angket
siswa
setelah
pertemuan
selesai
dilaksanakan.
b) Mempersiapkan siswa untuk mengisi/menjawab semua pertanyaan
dalam lembar angket sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
c) Mengumpulkan lembar angket yang telah diisi oleh siswa.
d) Membuat kesimpulan hasil angket siswa.
24
25
b.
Evaluasi
Langkah-langkah evaluasi yag dilaksanakan dalam penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Menyiapkan alat-alat evaluasi soal-soal post tes.
2) Melaksanakan evaluasi dilakukan setelah Kegiatan Belajar Mengajar..
3) Melaksanakan analisis hasil evaluasi.
c.
Indikator Kinerja
Dengan menggunakan metode resitasi dan media peta akan dapat
meningkatkan pengetahuan perpetaan siswa yang ditandai dengan:
1) Siswa dapat memahami cara mengitung jarak sebenarnya di lapangan, jika
jarak di peta dan skala peta diketahui.
2) Siswa dapat memahami cara mengitung skala peta, jika jarak di peta dan
jarak sebenarnya di lapangan diketahui.
3) Siswa dapat menunjukkan arah mata angin pada peta.
4) Siswa dapat menentukan lokasi absolut dan lokasi relatif suatu tempat
melalui peta.
5) Siswa dapat membandingkan luas wilayah yang satu dengan yang lain
melalui peta.
6) Siswa dapat mencari ketinggian tempat tertentu dengan mengamati peta
ketinggian wilayah.
7) Siswa dapat mengetahui lereng yang terjal dan yang landai pada peta.
5.
a.
Analisis dan Refleksi
Analisis
Langkah-langkah dalam kegiatan analisis dapat dilakukan sebagai
berikut:
1) Menganalisis tanggapan siswa pada lembar angket.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dinyatakan menarik apabila ada 85% dari seluruh siswa dalam kelas
tindakan menyatakan tertarik dan menambah kejelasan.
25
26
2) Mencocokkan hasil pengamatan oleh guru pada lembar monitoring.
Apabila hasil pengamatan ternyata siswa mengikuti pelajaran dengan
antusias yaitu siswa aktif, perhatian siswa tertuju pada pelajaran, siswa
merespon dan terjadi komunikasi dua arah, maka model kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan dinyatakan menarik dan dapat meningkatkan
pengetahuan perpetaan siswa.
b.
Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan ini adalah memikirkan ulang untuk
mencari dan menemukan kekurangan-kekurangan yang dilakukan mulai dari
tahap persiapan sampai pelaksanaan tindakan kelas. Refleksi dilaksanakan agar
tidak terjadi kesalahan yang terulang pada tindakan kelas berikutnya.
6.
Perencanaan Tindak Lanjut
Dari keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan tindakan yang tertuang
dalam refleksi maka peneliti dengan guru mitra mengadakan diskusi untuk
mengambil kesepakatan menentukan tindakan perbaikan berikutnya dalam proses
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh peneliti.
26
27
Secara lebih rinci, prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
digambarkan sebagai berikut:
Alternatf Pemecahan
(Rencana Tindakan)
Permasalahan
Pelaksanaan
Tindakan I
Siklus I
Terselesaikan
Analisis Data I
Refleksi I
Belum
Terselesaikan
Alternatf Pemecahan
(Rencana Tindakan) II
Observasi
Pelaksanaan
Tindakan II
Siklus II
Terselesaikan
Analisis Data II
Refleksi II
Belum
Terselesaikan
Observasi
SIKLUS SELANJUTNYA
(Tim PGSM, 1999: 70)
7.
Perencanaan Siklus I
Dalam siklus I, dibahas pokok bahasan “Pemanfaatan Sumber Daya Alam di
Indonesia dengan sub pokok bahasan Pertanian, Peternakan dan Perikanan, dengan
waktu dua jam pelajaran (2 X 45 menit). Adapun rincian pelaksanaan siklus I dapat
dijelaskan pada tabel di bawah ini:
27
28
Tabel 1.
No
1
Rincian Prosedur Penelitian Siklus I
Langkah
pokok
Persiapan
Kegiatan Pengajar
a.
b.
c.
d.
2
Pelaksanaan
resitasi
a.
b.
3
Pembahasan a.
resitasi
Kegiatan Siswa
Peneliti mempersiapkan
a.
instrumen yang diperlukan
untuk melaksanakan resitasi,
yaitu: soal resitasi, soal post
test, lembar angket dan lembar
pengamatan siswa.
Peneliti mempersiapkan media
yang diperlukan untuk
melaksanakan resitasi, yaitu:
Atlas Sumberdaya Indonesia,
Peta Ketinggian Wilayah, Peta
Jenis Tanah, Peta Produksi
Padi dan Palawija, Peta
Produksi Ternak dan Peta
Produksi Perikanan.
Peneliti mempersiapkan
sumber pembelajaran untuk
melaksanakan resitasi, yaitu:
LKS IPS Geografi Kelas II,
Buku Paket IPS Geografi Kelas
2 dan Buku Paket IPS Geografi
lain yang relevan.
Peneliti membantu
b.
pembentukan kelompok.
Peneliti membagikan soal-soal
resitasi pada tiap-tiap
kelompok.
Peneliti dibantu guru IPS
mengamati aktivitas siswa
setiap 10 menit.
Peneliti mendengarkan
presentasi dari masing-masing
kelompok dan memberi
tanggapan serta merangsang
semua siswa untuk berperan
aktif dengan mengemukakan
pendapatnya mengenai
presentasi yang disajikan.
28
Siswa
5 menit
mempersiapkan
buku baik
buku tulis,
buku
panduan/buku paket,
atlas dan
alat tulis
yang
diperlukan.
Siswa
membentuk
kelompok
untuk
melaksanakan resitasi
Siswa
mengerjakan
soal resitasi
secara
kelompok.
a.
Waktu
Setiap
kelompok
mempresentasikan hasil
resitasi
melalui ketua kelompoknya.
30
menit
30
menit
29
b.
c.
4
5
Evaluasi
Tindak
lanjut
Peneliti mencatat hasil jawaban
setiap kelompok.
Peneliti membantu siswa dalam b.
membuat kesimpulan.
a.
Peneliti membagi soal-soal
post test pada masing-masing
siswa.
b. Peneliti berkeliling dari
kelompok satu ke kelompok
yang lain dalam rangka
membangkitkan semangat
dalam melakukan resitasi.
c. Peneliti membagi lembar
angket pada masing-masing
siswa untuk mengetahui sejauh
mana ketertarikan siswa
terhadap metode mengajar
yang digunakan dan materimateri apa saja yang sulit
dipahami.
Peneliti menilai hasil resitasi dan
post test serta menyimpulkan
jawaban lembar angket untuk
dijadikan bahan pertimbangan
selanjutnya.
a.
b.
Siswa
mencatat
dan
membuat
kesimpulan
dari hasil
resitasi.
Masingmasing
siswa
mengerjakan post test
pada lembar
yang telah
disiapkan.
Siswa
mengisi
angket
dengan
jujur.
25
menit
Dasar pembuatan refleksi pada siklus pertama ini adalah pengamatan selama
proses pembelajaran berlangsung, baik hasil pengamatan terhadap proses
pembelajaran terhadap peneliti, siswa, hasil post test dan lembar angket siswa.
Dalam petunjuk pelaksanaan penilai (Depdikbud, 1994) disebutkan pelaksanaan
penilai berhasil secara individu dalam penilaian formatif jika mencapai taraf
penguasaan sekurang-kurangnya 65 % dari tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata
lain belajar tuntas dalam tes formatif seseorang siswa harus mendapatkan nilai
sekurang-kurangnya 6,5 atau 65 %. Sedangkan belajar tuntas siswa secara klasikal
ditentukan apabila 85 % siswa mendapat nilai 6,5 ke atas. Dalam hal ini secara
29
30
bersama, peneliti dan guru mata pelajaran IPS Geografi melaksanakan musyawarah
dari hasil pengamatan yang diperoleh, baik dari hasil pengamatan terhadap proses
pembelajaran, terhadap peneliti, siswa, hasil post test dan lembar angket siswa. Dari
hasil pembahasan tersebut digunakan sebagai bahan perencanaan dalam upaya
perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran serta prestasi belajar siswa
berikutnya.
8.
Perencanaan Siklus II
Dalam siklus II, dibahas Pokok Bahasan “Pemanfaatan Sumber Daya Alam
di Indonesia dengan sub pokok bahasan Kehutanan dan Pertambangan, dengan waktu
dua jam pelajaran (2 X 45 menit). Bertitik tolak dari hasil refleksi dari pembelajaran
yang pertama, selanjutnya diadakan perencanaan pembelajaran dengan perbaikan,
guna meningkatkan kualitas pembelajaran maupun peningkatan prestasi belajar siswa
pada proses pembelajaran dalam pokok bahasan “Pemanfaatan Sumber Daya Alam
di Indonesia”. Dengan perbaikan-perbaikan tersebut diharapkan pada siklus kedua ini
dapat diperoleh hasil yang lebih tinggi dibanding siklus pertama. Tindakan yang
kedua ini sangat memperhatikan kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan
yang dirasakan pada putaran pertama serta diusahakan cara mengatasinya. Adapun
rincian pelaksanaan siklus II dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.
No
1
Rincian Prosedur Penelitian Siklus II
Langkah
pokok
Persiapan
Kegiatan Pengajar
a.
b.
Kegiatan Siswa
Peneliti mempersiapkan
a.
instrumen yang diperlukan
untuk melaksanakan resitasi,
yaitu: soal resitasi, soal post
test, lembar angket dan lembar
pengamatan siswa.
Peneliti mempersiapkan media
yang diperlukan untuk
melaksanakan resitasi, yaitu:
Atlas Sumberdaya Indonesia,
Peta Ketinggian Wilayah, Peta
Jenis Tanah, Peta Geologi, Peta
Liputan Lahan dan Peta
30
Siswa
mempersiapkan
buku baik
buku tulis,
buku
panduan/bu
ku paket,
atlas dan
alat tulis
yang
diperlukan.
Waktu
5 menit
31
c.
d.
2
Pelaksanaan
resitasi
a.
b.
c.
d.
3
Pembahasan a.
resitasi
b.
c.
Sebaran Bahan Galian
Batubara, Gambut dan Migas.
Peneliti mempersiapkan
sumber pembelajaran untuk
melaksanakan resitasi, yaitu:
LKS IPS Geografi Kelas II,
Buku Paket IPS Geografi Kelas
2 dan Buku Paket IPS Geografi
lain yang relevan.
Peneliti membantu
b.
pembentukan kelompok.
Peneliti membagikan soal-soal
resitasi pada tiap-tiap
kelompok.
Peneliti memberikan
penjelasan tugas yang akan
dikerjakan tiap-tiap kelompok.
Peneliti menjelaskan masalah
yang mungkin terjadi dan cara
pemecahannya
Peneliti dibantu guru IPS
Geografi mengamati aktivitas
siswa setiap 10 menit.
a.
b.
Peneliti mendengarkan
a.
presentasi dari masing-masing
kelompok dan memberi
tanggapan serta merangsang
semua siswa untuk berperan
aktif dengan mengemukakan
pendapatnya mengenai
presentasi yang disajikan.
Peneliti mencatat hasil jawaban
setiap kelompok
Peneliti membantu siswa dalam b.
membuat kesimpulan.
31
Siswa
membentuk
kelompok
untuk
melaksanakan resitasi.
Siswa
mendengarkan penjelasan guru
agar tidak
kebingungan dalam
mengerjakan soalsoal resitasi.
Siswa
mengerjakan soal
resitasi
secara
kelompok.
Setiap
kelompok
mempresentasikan hasil
resitasi
melalui
ketua
kelompoknya.
Mencatat
dan
menyimpulkan hasil
resitasi.
30
menit
30
menit
32
4
5
Evaluasi
Tindak
lanjut
a.
Peneliti membagi soal-soal
post test pada masing-masing
siswa.
b. Peneliti berkeliling dari
kelompok satu ke kelompok
yang lain dalam rangka
membangkitkan semangat
dalam melakukan resitasi.
c. Peneliti membagi lembar
angket pada masing-masing
siswa untuk mengetahui sejauh
mana ketertarikan siswa
terhadap metode mengajar
yang digunakan dan materimateri apa saja yang sulit
dipahami.
Peneliti menilai hasil resitasi dan
post test serta menyimpulkan
jawaban lembar angket untuk
dijadikan bahan pertimbangan
selanjutnya.
a.
b.
Masingmasing
siswa
mengerjakan post test
pada lembar
yang telah
disiapkan.
Siswa
mengisi
angket
dengan
jujur.
25
menit
Jika dalam tindakan pembelajaran kedua ini masih ditemui hambatan dan
kekurangan baik dalam instrumen pembelajaran maupun dalam proses pembelajaran,
maka dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dengan pokok bahasan yang sama.
Hal ini dilakukan guna meningkatkan prestasi belajar siswa sampai semaksimal
mungkin, dan peningkatan proses belajar mengajar yang lebih optimal dari proses
pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian dapat diketahui sampai sejauh mana
pemahaman pengetahuan perpetaan dengan menggunakan metode resitasi dan media
peta bagi siswa kelas II D SMP Negeri 24 Surakarta.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S. B. dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Rineka Cipta.
Karo-karo, Ulih Bukit. 1981. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Erlangga.
Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Oemar, Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bakti.
Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Roestiyah, N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sinaga, Maruli. 1999. Pengetahuan Peta. Yogyakarta: UGM Press.
Soewardi. 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: Sinar Baru.
Sugiyanto. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Laporan Penelitian. Surakarta: UNS
Press.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Undang-undang RI No.2 Th. 1989. Sistem Pendidikan Nasional Beserta
Pelaksanaannya. 1992. Semarang: Media Wiyata.
Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
33
Download