Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Diskriminasi merupakan

advertisement
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Diskriminasi merupakan faktor yang merusak kerja sama antarmanusia maupun
komunikasi di antara mereka. Biasanya perlakuan diskriminatif tidak disadari oleh
subjek atau orang yang menerima perlakuan diskriminasi tersebut dan oleh yang
memperlakukan tindakan diskriminasi tersebut. Praktek diskriminasi merupakan
tindakan pembedaan untuk mendapatkan hak dan pelayanan kepada masyarakat
dengan didasarkan warna kulit, golongan, suku, etnis, agama, bangsa, jenis kelamin,
dan sebagainya (Liliweri, 2005:218).
Theodorson & Theodorson dalam Danandjaja (2003 :2) mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap
perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau
atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau
keanggotaan kelas-kelas sosial. Istilah tersebut biasanya untuk melukiskan suatu
tindakan dari pihak mayoritas yang dominan dalam hubungannya dengan minoritas
yang lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak
bermoral dan tidak demokrasi.
Diskriminasi tidak hanya terjadi di Indonesia ataupun di satu negara saja, namun
sebagian besar terjadi juga di seluruh negara. Jepang, merupakan negara yang maju,
modern dan terkenal akan teknologi baik dari segi robot ataupun mesin-mesin
lainnnya yang setiap tahun selalu meluncurkan produk baru dan sudah memasarkan
produknya sampai ke luar negeri. Namun dibalik kehebatan negara Jepang,
diskriminasi juga sering terjadi di negara ini.
1
Dalam Nusantara News (2009), dikatakan bahwa diskriminasi di Jepang banyak
dilakukan terhadap warga imigran, gender, warna kulit, dan yang menjadi masalah
besar di dalam negeri Jepang sampai saat ini adalah diskriminasi terhadap kelompok
minoritas di Jepang. Nusantara News (2009) mengatakan kaum minoritas kini
menjadi sebuah kelompok minoritas bukan karena keinginan mereka, namun karena
kelompok mayoritas masyarakat sudah menduduki sebagian besar tempat tinggalnya.
Menurut Wirth dalam Liliweri (2005:106) pengertian kelompok minoritas adalah
diartikan sebagai kelompok yang karena memiliki karakteristik fisik dan budaya
yang sama, kemudian ditunjukkan kepada orang lain dimana mereka hidup dan
berada. Akibatnya, kelompok itu diperlakukan secara tidak adil sehingga mereka
merasa bahwa kelompoknya dijadikan obyek sasaran diskriminasi. Keberadaan
minoritas dalam suatu masyarakat mewujudkan pula hubungan mereka dengan
eksistensi kelompok mayoritas yang lebih kaya, lebih sehat, lebih berpendidikan,
sehingga mempunyai kedudukan yang lebih besar. Perilaku dan karakteristik dari
kelompok minoritas selalu dipelesetkan dan distigmatisasi oleh kelompok dominan
atau kelompok mayoritas. Melalui konsep mayoritas dan minoritas itu dapat
menetapkan kriteria kelompok minoritas (1) relatif kurang berpengaruh; (2)
menunjukkan diferensiasi yang berbeda dengan mayoritas; (3) selalu di stereotip
dengan negatif; (4) diperlakukan secara tidak adil.
Kelompok minoritas terbesar di Jepang terdiri dari kaum Ainu, Burakumin,
Zainichi Kankokujin, Chinese, Ryukyuan dan Okinawan. Salah satu kelompok
minoritas yang memiliki jumlah terbesar di Jepang adalah kaum burakumin.
Pengertian burakumin menurut Menton (2003:251) adalah, burakumin adalah
suatu kelompok minoritas sosial di Jepang. Secara fisik, mereka tidak berbeda
dengan masyarakat Jepang lainnya, mereka juga menggunakan bahasa yang sama.
2
Burakumin merupakan kelompok minoritas yang menduduki kelas terendah dalam
kelas sosial di Jepang. Mereka melakukan pekerjaan yang dianggap "tercemar"
karena berhubungan dengan kematian atau ketidakbersihan seperti tukang daging,
pembuat sepatu, pengurus jenasah, atau penyamak kulit. Di daerah tertentu di Jepang,
masih terdapat stigma yang melekat pada penduduk wilayah-wilayah tertentu,
termasuk diskriminasi berkepanjangan dalam hal seperti perkawinan dan pekerjaan.
Jika membicarakan masyarakat Jepang, maka pasti ada kaitannya dengan budaya
Jepang. Kebudayaan Jepang saat ini sangat beragam, karena negara Jepang telah
menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain. Kebudayaan Jepang telah
memberikan banyak pengaruh bagi kesusasteraan Jepang, seperti yang dikatakan
Darsimah, et. al (1992:4) yaitu bahwa awal mula kesusasteraan Jepang sebenarnya
tidak terlepas dari pengaruh sifat dan bentuk kebudayaan pertanian di Jepang.
Jepang memiliki banyak sekali karya sastra yang terkenal sampai di mancanegara.
Karya sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan diri tentang
masalah manusia, kemanusiaan dan semesta. Menurut Purba (2010:7), karya sastra
adalah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, emosi, selain itu juga sebagai hasil
ekspresi individual penulisnya. Oleh karena itu kepribadian, emosi dan kepercayaan
penulis akan tertuang di dalam karya sastranya.
Dalam dunia sastra, terdapat istilah sosiologi sastra. Menurut Wahyuningtyas dan
Santosa (2011:23-24), sosiologi sastra merupakan karya sastra yang unik karena
merupakan perpaduan imajinasi pengarang dengan kehidupan sosial yang kompleks.
Oleh sebab itu sering kali dikatakan bahwa karya sastra dapat dianggap sebagai
cermin kehidupan sosial masyarakatnya karena masalah yang dilukiskan dalam karya
sastra merupakan masalah-masalah yang ada di lingkungan kehidupan pengarangnya
sebagai anggota masyarakat.
3
Menurut Darsimah, et. al (1992:4-5) dalam bidang sastra Jepang, pada awalnya
kita mengenal adanya sastra lisan, seperti uta (nyanyian), katari (cerita), dan odori
(tarian). Setelah kesusasteraan lisan berkembang, maka muncullah kesusasteraan
tulisan, dan terjadilah pengelompokkan dalam kesusasteraan Jepang. Berdasarkan
adanya kesamaan unsur-unsurnya maka nyanyian dikelompokkan dalam puisi, cerita
dikelompokkan dalam prosa, dan tarian dikelompokkan dalam drama. Sejak zaman
kuno, cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut berkembang menjadi prosa, pada
awalnya katari berawal dari mitologi, kemudian pada zaman Heian, katari
disempurnakan hingga menjadi bentuk prosa yang disebut monogatari. Lalu muncul
juga katari yang dikategorikan dalam esai yaitu Makura no Soshi, Hojoki, dan
Tsurezure Gusa. Selain katari, berkembang pula nikki, buku harian yang timbul pada
kesusasteraan zaman Heian dan akhirnya berkembang menjadi novel pada zaman
modern.
Menurut Sumardjo dalam Nurgiantoro (2004:82), novel adalah cerita fiktif yang
panjang. Bukan hanya panjang dalam arti fisik, tetapi juga isinya. Novel terdiri dari
satu cerita yang pokok, dijalin dengan beberapa cerita sampingan yang lain, banyak
tokoh, banyak kejadian dan terkadang banyak masalah. Semua itu harus merupakan
sebuah kesatuan yang bulat.
Novel merupakan salah satu karya sastra Jepang yang banyak di hasilkan oleh
sastrawan-sastrawan Jepang. Kita pasti mengenal nama-nama sastrawan Jepang yang
sudah terkenal seperti, Haruki Murakami, Akutagawa Ryunnosuke, Natsuo Kirino,
Shusaku Endo, dan masih banyak lagi. Di antara banyaknya novelis Jepang, ada
seorang novelis Jepang bernama Nakagami Kenji. Ia menulis suatu novel yang
berjudul Misaki (The Cape).
4
Nakagami Kenji merupakan salah satu novelis yang unik, dikatakan unik karena
ia bukanlah seorang masyarakat Jepang pada umumnya, yang membedakan ia
dengan novelis lainnya adalah bahwa ia merupakan seorang dari keluarga
berketurunan burakumin, yang menurut teori di atas dikatakan bahwa seorang
burakumin selalu mendapatkan tindakan diskriminasi dari kelompok mayoritas di
Jepang. Ia lahir pada tahun 1946 di kota Shingu, Wakayama, Jepang. Ia adalah
orang pertama dari daerah tempat tinggalnya yang mendapatkan pendidikan dengan
sistem pendidikan baru. Pada tahun 1965, Nakagami Kenji pindah ke Tokyo pada
usianya yang 19 tahun, untuk bekerja. Ia seorang kritikus Jepang, penyair dan penulis
novel. Ia meninggal karena kanker ginjal pada 12 Agustus 1992 di usia 46. Sebelum
meninggal ia telah meningalkan banyak karya yang terkenal seperti Misaki (The
Cape), Ja’in (The Cape and Snakelust), Karekinada (The Sea of Withered Trees),
dan masih banyak lagi. Ia telah meraih Akutagawa Prize untuk karya yang berjudul
Misaki. Ia menulis novel tersebut karena terinspirasi akan kehidupan kaum
burakumin. Nakagami Kenji telah membuat semua teman-temannya bangga terhadap
dirinya karena meskipun ia seorang burakumin namun karena tekadnya yang kuat
untuk keluar dari tindakan diskriminasi, maka telah membuat ia menjadi seorang
novelis yang terkenal di mancanegara.
Novelnya yang terkenal salah satunya adalah yang berjudul Misaki (The Cape)
Dalam novel ini mengangkat kisah sekelompok keluarga burakumin, yang diliputi
dengan berbagai konflik dan kekerasan. Dalam novel ini dikisahkan terdapat satu
keluarga burakumin yaitu keluarga Akiyuki. Akiyuki memiliki adik perempuan yang
bernama Mie. Mereka tinggal di suatu gang sempit yang dekat dengan rel kereta api
dan dekat dengan sungai, laut dan gunung bersama dengan keluarga lainnya, setiap
hari Akiyuki harus bekerja dengan susah payah dari matahari terbit sampai matahari
5
terbenam. Pendidikan keluarganya pun rendah. Setiap hari setelah bekerja, ia
bersama teman-temannya akan minum bir untuk menghilangkan lelah. Mereka
seringkali menggunakan kata-kata kasar dalam berbicara. Keluarganya berantakan
dimana sebenarnya ia dan adiknya Mie bukanlah saudara kandung. Ayah dan ibu
mereka berbeda. Oleh masyarakat sekitar ia sering menjadi bahan pembicaraan.
Banyak orang yang memandang rendah terhadap keluarga ini khususnya pada saat
menjalani kehidupan mereka.
Selain Nakagami Kenji yang menulis tentang kehidupan burakumin adalah
Shimazaki Toson yang merupakan seorang novelis terkenal juga menulis sebuah
novel
tentang
kehidupan
burakumin
yang
berjudul
Hakai
(The
Broken
Commandment). Shimazaki Toson lahir pada tanggal 25 Maret 1872 di Nakatsugawa,
Gifu Prefektur dan menghabiskan masa kecilnya di Distrik Kiso. Ia lulus dari
universitas Meiji Gakuin pada tahun 1891, setelah itu ia bekerja sebagai guru Inggris
di Meiji Women's School. Di tahun inilah, ia mulai tertarik dengan dunia sastra. Ia
kemudian bergabung dengan kelompok sastra yang terkait dengan majalah sastra
Bungakukai dan ia juga mulai bergabung dalam menerjemahkan untuk Jogaku
Zasshi.
Pada awalnya ia menulis karya sastra bertemakan cinta, namun setelah itu ia
menulis tema naturalisme. Ia dipuji para kritikus sastra akan karya-karyanya yang
bertemakan romantisme di jaman Meiji. Ia menerbitkan empat koleksi di antaranya
puisi, namun setelah pergantian abad, ia mulai berpaling terhadap fiksi prosa. Novel
yang pertama ia tulis adalah Hakai (The Broken Commandment). Novel ini
merupakan novel naturalisme pertama di Jepang yang menceritakan seorang guru
sekolah berketurunan burakumin, yang merahasiakan statusnya dari masyarakat
6
sekitar. Selain novel Hakai, ia menulis berbagai novel seperti Haru, Ie, Shinsei,
Yoakemae, dan masih banyak lagi.
Novel Hakai karya Shimazaki Toson, sama dengan novel Misaki karya Nakagami
Kenji yang juga menggambarkan kehidupan burakumin. Diceritakan bahwa
Ushimatsu Segawa berencana pindah tempat tinggal, karena Ohinata, yang
merupakan keturunan burakumin dan yang selama ini tinggal bersama Ushimatsu
telah dikucilkan karena oleh masyarakat telah diketahui bahwa ia adalah keturunan
burakumin. Ushimatsu juga merupakan keturunan burakumin. Ia bekerja sebagai
seorang guru. Statusnya sebagai burakumin, tidak pernah ia beritahukan kepada
siapapun, karena hal tersebut merupakan perintah dari ayahnya.
Suatu hari Ushimatsu berencana untuk tidak lagi merahasiakan jati dirinya kepada
teman-temannya, gurunya dan murid-muridnya. Ia sudah tak ragu lagi melanggar
perintah ayahnya untuk mengakui sebenarnya dia adalah burakumin. Akhirnya
Ushimatsu memberitahu kepada murid-muridnya bahwa guru yang mengajar mereka
selama ini adalah burakumin. Kemudian Ushimatsu mengucapakan salam perpisahan
dan meminta maaf kepada murid-muridnya karena selama ini sudah tidak jujur.
Setelah itu Ushimatsu mengadakan acara perpisahan dengan para sahabatnya, dan
merencanakan pergi ke Texas bersama Ohinata untuk memulai hidup baru.
Melihat fenomena sosial tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti karya
sastra tersebut. Penulis menganggap bahwa dalam dunia sastra kita bisa melihat
berbagai macam aspek, yang mungkin tersembunyi di dalam kata-kata si pengarang.
Dalam kedua karya sastra tersebut, pengarang menggabungkan kehidupan
masyarakat dengan sastra, sehingga kita tidak hanya melihat dari segi sastra saja,
namun juga bisa melihat kehidupan masyarakat Jepang. Melalui kedua novel tersebut,
penulis tertarik untuk meneliti diskriminasi yang terjadi di dalam kehidupan kaum
7
burakumin. Penulis memilih kedua novel tersebut karena penulis tertarik akan
kehidupan masyarakat Jepang, khususnya masyarakat yang dianggap terhina oleh
masyarakat Jepang mayoritas yang selama ini kurang terekspos oleh masyarakat luas.
Dalam kedua karya sastra tersebut terlihat bahwa adanya keterkaitan antara
kehidupan burakumin, meskipun dari novel yang berbeda. Dalam skripsi ini penulis
ingin meneliti diskriminasi apa saja yang diterima kaum burakumin. Sebagai bahan
penilitian, penulis akan menggunakan novel Misaki dan novel Hakai dalam dua versi,
yakni versi Bahasa Jepang dan versi Bahasa Inggris.
1.2 Rumusan Permasalahan
Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis diskriminasi yang dialami para
burakumin di Jepang.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Ruang lingkup permasalahan dalam skripsi ini adalah menganalisis diskriminasi
yang dilakukan terhadap burakumin yang terdapat dalam novel Misaki karya
Nakagami Kenji dan novel Hakai karya Shimazaki Toson.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberi gambaran yang jelas
mengenai kehidupan diskriminasi yang dialami para burakumin dalam novel Misaki
dan Hakai.
Manfaat penelitian ini diharapkan agar pembaca dapat semakin memahami
mengenai diskriminasi yang dilakukan terhadap kaum burakumin di Jepang
khususnya dalam novel Misaki dan Hakai.
8
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan saya gunakan dalam skripsi ini adalah metode
kepustakaan dan deskriptif analitis. Metode kepustakaan yang dimaksud adalah
metode yang sumber datanya adalah kepustakaan. Menurut Zed (2004:1), studi
pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan
data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Dalam
skripsi ini, penulis akan menggunakan data dari novel, buku, jurnal baik jurnal
nasional maupun jurnal internasional dan juga data-data dari internet. Metode
deskriptif analitis yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan cara memaparkan
suatu hal atau kejadian seperti apa adanya sesuai dengan sumber data yang ada.
Menurut Nazir (2003:71), metode deskriptif analitis merupakan penggambaran atau
pelukisan secara otomatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang di selidiki secara terperinci untuk menghasilkan
rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang. Dalam skripsi ini penulis akan
memaparkan mengenai diskriminasi yang terjadi terhadap kaum burakumin serta
penulis akan memaparkan kehidupan kaum burakumin yang terdapat di dalam novel
Misaki dan Hakai.
Data utama yang akan saya gunakan adalah novel yang berbahasa Jepang dan
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yaitu novel “Misaki” atau dalam
terjemahannya berjudul “The Cape” karya Nakagami Kenji yang diterjemahkan oleh
Eve Zimmerman dan novel “Hakai” atau dalam terjemahannya berjudul “The Broken
Commandment” karya Shimazaki Toson yang diterjemahkan oleh Kenneth. Selain
data utama, penulis akan mengunakan data penunjang seperti data dari internet,
jurnal internasional dan domestik, buku yang berisi mengenai teori diskriminasi, dan
teori burakumin serta teori lainnya yang mendukung.
9
1.6 Sistematika Penulisan
Bab satu, yaitu pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang
pemilihan topik dalam skripsi, selain itu terdapat pula rumusan permasalahan, ruang
lingkup permasalahan serta terdapat pula metode penelitian yang akan digunakan.
Bab dua, yaitu landasan teori. Dalam bab ini berisi teori-teori yang penulis
gunakan untuk menganalisis suatu data khususnya teori mengenai diskriminasi dan
juga terdapat teori lainnya seperti teori mengenai burakumin.
Bab tiga, yaitu analisis data. Dalam bab ini pembahasan yang akan dipaparkan
adalah mengenai analisis tindakan diskriminasi yang dilakukan masyarakat Jepang
terhadap kaum burakumin khususnya yang terdapat dalam novel ”Misaki” karya
Nakagami Kenji dan novel ”Hakai” karya Shimazaki Toson.
Bab empat, yaitu simpulan. Dalam bab ini tidak hanya terdapat simpulan dari isi
skripsi saja yang menjelaskan hasil secara singkat dalam pembahasan, namun
terdapat juga saran yang dimaksudkan agar para pembaca mengerti mengenai topik
skripsi ini dan dapat berguna kelak.
Bab lima, yaitu ringkasan. Dalam ringkasan, akan dibahas mengenai isi skripsi
secara keseluruhan dimana semuanya akan diulang kembali dari bab satu sampai
dengan bab empat secara singkat dan padat.
10
Download