Bab 3 Analisis Data Novel Misaki dan Hakai menceritakan tentang kehidupan kaum burakumin yang penuh dengan perlakuan diskriminatif. Menurut Yoshino dan Murakoshi (1993:146), burakumin merupakan kelompok minoritas terbesar di Jepang, memiliki ras, budaya dan nasionalisme yang sama dengan masyarakat Jepang. Secara fisik mereka tidak berbeda dengan masyarakat Jepang lainnya, mereka bercampur dalam populasi, namun ketika mereka teridentifikasi sebagai burakumin, maka mereka akan menjadi subjek diskriminasi dan prasangka. Diskriminasi merupakan kecenderungan untuk memberikan respons yang berbeda terhadap dua atau lebih stimulus yang mirip. Selain itu diskriminasi bisa dikatakan sebagai tindakan memperlakukan orang lain tidak adil 1hanya karena dia berasal dari kelompok sosial tertentu. (Fulthoni, et.al , 2009:9 – 10) Dalam bab ini penulis akan menganalisis diskriminasi terhadap burakumin baik diskriminasi langsung maupun diskriminasi tidak langsung dengan korpus data novel Misaki dan novel Hakai. Analisis yang dilakukan akan berupa kutipan-kutipan yang menggambarkan perlakuan diskriminatif tersebut. Penulis akan membagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Analisis diskriminasi dalam novel Misaki 2. Analisis diskriminasi dalam novel Hakai 3.1 Analisis Diskriminasi Dalam Novel Misaki Novel Misaki merupakan novel yang dikarang oleh Nakagami Kenji. Novel ini menggambarkan kehidupan keluarga burakumin yang penuh dengan perjuangan 27 melawan kerasnya hidup yang mereka alami selama hidup mereka. Mereka mengalami diskriminasi khususnya dalam bidang pekerjaan dan kehidupan seharihari. Menurut Mucks (2010:38), diskriminasi terjadi karena didukung oleh nilai-nilai sosial modern yaitu nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat modern seperti garis keturunan keluarga yang dapat memperkuat prasangka dan kebencian masyarakat terhadap burakumin. Meskipun dalam novel ini terdapat lebih dari satu tokoh, namun penulis akan membahas tokoh utama dalam novel ini yaitu Akiyuki dan juga keluarga Akiyuki, hal ini disebabkan karena tokoh lainnya hanya merupakan tokoh tambahan saja. Oleh karena itu dalam bagian ini penulis akan membagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Analisis diskriminasi pekerjaan yang dialami tokoh Akiyuki 2. Analisis diskriminasi tempat tinggal yang dialami keluarga Akiyuki 3.1.1 Analisis Diskriminasi Pekerjaan Yang Dialami Tokoh Akiyuki Dikisahkan bahwa Akiyuki dilahirkan sebagai burakumin. Ia dianggap keturunan burakumin karena menurut Reber dalam Gottlieb (2006:53), orang-orang yang pada saat lahir, dibesarkan dan tinggal di daerah buraku disebut burakumin. Kehidupan burakumin pada umumnya tidaklah sebaik masyarakat Jepang lainnya. Menurut Teraki (1997:99), di zaman sekarang burakumin masih mengalami diskriminasi meskipun tidak separah masa lalu, khususnya di bidang pernikahan, kehidupan masyarakat, pekerjaan dan kehidupan sekolah. Akiyuki merupakan keturunan burakumin yang tinggal di daerah buraku. Ia mendapat tindakan diskriminasi secara langsung yang berarti tindakan membatasi suatu wilayah tertentu, seperti membatasi pemukiman, jenis pekerjaan, fasilitas umum, dan semacamnya, bagi ras / etnik tertentu. Dalam hal berikut ini, diskriminasi 28 yang dimaksud adalah pada bidang pekerjaan bahwa salah satu pekerjaan burakumin adalah sebagai pekerja konstruksi. Diskriminasi terjadi karena didukung nilai-nilai sosial modern yaitu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat modern seperti garis keturunan keluarga yang dapat memperkuat prasangka dan kebencian masyarakat terhadap burakumin. Suatu hari ketika Akiyuki sedang memikirkan ayahnya yang entah pergi kemana, tiba-tiba ia berpikir bahwa ia merupakan keturunan ayahnya yang merupakan burakumin, dahulu ayahnya juga merupakan pekerja kontruksi, jadi sebagai keturunannya maka sudah wajar bahwa ia juga bekerja sebagai pekerja konstruksi. 土方の家で育つ土方だ。それが一番てっとり早い。足早に、彼は、歩 いた。幾種類もの兄弟、幾種類もの父や母に、自分がとりかこまれて いるのに、自分のような気持ちの人間が、たった一人だということが、 嘘のような気がした。(中上、2002 : 197) Terjemahan : Anak dari para pekerja konstruksi rumahan akan menjadi pekerja konstruksi juga. Itu hal yang mudah untuk diterka. Akiyuki mengambil langkah cepat. Tapi ia bahkan dikelilingi oleh semua saudara-saudara dan orang tuanya, dia tidak dapat percaya bahwa dia satu-satunya orang yang mengalami hal seperti ini. Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa diskriminasi terjadi karena adanya garis keturunan antara Akiyuki dan ayahnya, maka sebagai apa ayahnya bekerja dahulu, anaknya pun akan sama seperti dia. Disini terlihat bahwa adanya diskriminasi langsung yaitu adanya pembatasan dalam hal pekerjaan, yaitu bahwa Akiyuki yang memang seorang burakumin dibatasi oleh pekerjaan yang memang diperuntukkan untuk para burakumin yaitu sebagai pekerja konstruksi. Hal itu diperkuat lagi bahwa ia juga dibatasi oleh hubungan darah antara ia dan ayahnya. Pekerjaan konstruksi dianggap cocok dengan Akiyuki, Pekerjaan konstruksi yang dimaksud bukanlah pekerjaan konstruksi di kota-kota besar pada umumnya seperti membuat sebuah gedung bertingkat, mall, dan sebagainya, namun pekerjaan 29 konstruksi yang dikerjakan Akiyuki adalah pekerjaan seperti membuat beton dan memperbaiki jalan, seperti pada kutipan berikut ini : 一日、土をほじくり、すくいあげる。ミキサーを使って、砂とバラス とセメントと水を入れ、コンクリをこねる時もある。ミキサーを運べ ない現場では、鉄板にそれらをのせ、スコップでこねる。でこぼこ道 のならしをする時もある。(中上、2002 : 198) Terjemahan : Sepanjang hari ia menggali dan menyekop tanah. Kadang dia membuat beton dengan menggunakan pasir, kerikil dan juga semen yang diaduk, ia membuat beton di atas besi plat dengan menggunakan sekop. Terkadang ia dan para pekerja yang lainnya memperbaiki jalan yang tidak rata. Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa pekerjaan konstruksi begitu berat karena dalam satu hari ia harus menggali dan menyekop tanah, Akiyuki juga harus mengaduk semen. Melihat apa yang dikerjakan oleh Akiyuki pastilah pekerjaan tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan, pekerjaan tersebut bisa dikatakan pekerjaan yang berbahaya, seperti yang dikatakan dalam kutipan berikut ini : コンクリを打つ時の要にあたる現場だった。柔らかくも固くもなく、 コンクリをつくった。親方は、よく、天下一品だとそのコンクリをほ めた。だが、今日はまるっきり勝手が違っていた。コンクリを打ち終 わったのは、五時をまわってしまっていた。最後まで、いつもの調子 を取りほどすことができなかった。(中上、2002:212) Terjemahan : Pekerjaan membuat beton adalah pekerjaan yang berbahaya. Adukannya tidak halus dan juga tidak kasar. Bossnya sering memujinya karena hasil betonnya memuaskan. Tapi sekarang, tidak sama seperti kemarin. Sudah jam lima saat mereka menyelesaikan pekerjaannya, tapi mereka tidak pernah mendapatkan ketetapan yang benar. Pekerjaan konstruksi dikhususkan untuk para burakumin karena pekerjaan ini dianggap sebagai pekerjaan yang cukup berbahaya yang memang diperuntukkan untuk burakumin seperti yang diungkapkan Kitaguchi (1999:18) yaitu pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan yang cukup berbahaya karena menguras tenaga, dan termasuk pekerjaan yang beresiko. Seorang burakumin dipaksa untuk bekerja di 30 bidang yang berhubungan dengan tanah khususnya saat ini bekerja di bidang konstruksi. Selain itu kadang Akiyuki harus bekerja di tanjakan gunung yang tanahnya tidak stabil dan selain membuat beton, mengaduk semen, memperbaiki jalan, Akiyuki sebagai pekerja konstruksi juga harus membuat parit. Hal tersebut seperti pada kutipan berikut ini : 汗が裸の体から吹き出るのが、ここちよかった。つるはしを、彼は土に うちつける、現場が、小高い山の中ほどにあるせいか、土が他の所と違 って柔らかく先から根元まで、土の中にすっぽりのめってしまう。他表 は白く乾いている。だが、堀り起した土は、黒々と湿っている。それを シャベルですくいあげ、外に出す。側溝をつくるためだった。掘り方を 終えると、すぐ、コンクリを打つ作業にかかるはずだった。(中上、 2002:184) Terjemahan : Akiyuki suka merasakan keringat di kulit telanjangnya. Dia mengarahkan pencungkil ke dalam tanah. Mungkin karena situs itu terletak di sebuah tanjakan kecil gunung, tanahnya tidak selembut biasanya, dan pencungkil itu tenggelam ke dalamnya. Warna permukaan tanah putih. Tetapi bagian bawah tanah warnanya hitam dan lembap. Dia mulai menyekop. Kru telah meletakkan sebuah parit kering. Segera, setelah mereka selesai menggali, mereka harus langsung menunangkan semen. Tanjakan gunung meskipun merupakan tanjakan kecil, namun tetap saja berbahaya. Disini semakin terlihat bahwa pekerjaan Akiyuki sebagai pekerja konstruksi sungguh melelahkan dan sangat berbahaya. Selain itu Akiyuki bisa dikatakan sebagai seorang pekerja keras yang berusaha hidup ditengah kerasnya kehidupan bagi para burakumin. Ia harus melakukan pekerjaan yang kotor, yang telah ditetapkan sebagai pekerjaan seorang burakumin yaitu ia harus membersihkan selokan yang penuh dengan kotoran binatang dan sampah-sampah yang bau. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini : 区切りがつくまで、堀りすすめた。彼は、土方仕事が好きだった。彼の 仕事や商売よりも、貴いと思っていた。朝、日と共に働きはじめ、夕、 日と共に働き止める。単純で、泥まみれになる仕事だが、思いがけない 31 事にも出会う。豚小屋のそばの大溝を、さらって、石垣を築いた時だっ た。豚の屎尿が、底にたまっていた。体中が濡れた。屎尿にまみれた。 屎尿のにおいと、ぬるぬるした汚物そのものに、親方も人夫たち皆んな も、打ちのめされだが、彼は平気だった。(中上、2002:186) Terjemahan : Akiyuki menggali sedalam yang dia mampu. Dia suka bekerja seperti ini. Ini adalah bentuk paling murni dari sebuah pekerjaan. Dimulai dari saat matahari terbit dan selesai disaat matahari terbenam. Sungguh sederhana walaupun kotor, dan kadang-kadang kamu bisa menemukan hal-hal yang bahkan tak pernah terpikirkan olehmu. Suatu kali mereka harus membersihkan parit dekat kandang babi sehingga mereka bisa membangun sebuah dinding batu di sana. Segumpal kotoran babi menggenang di atas parit itu. Mereka kebasahan, membersihkan selokan itu. Bau dari kotoran itu dan semua sampah-sampah kotor lainnya sangat mengganggu bosnya dan para pria lainnya. Terlihat dalam kutipan di atas bahwa pekerjaan sebagai pekerja konstruksi selain berhubungan dengan kotoran yang dianggap tabu bagi masyarakat Jepang, mereka kadang juga harus bertemu dengan kotoran hewan. Hal tersebut dianggap tabu bagi masyarakat Jepang karena ketidakbersihan dianggap dosa oleh agama Shinto. Selain itu daging binatang dianggap kotor. Pada saat bekerja membuat parit, Akiyuki sering menemukan kotoran binatang yang sudah pasti tidak bersih, selain itu sudah pasti harus menghirup bau yang tidak sedap. Bisa terlihat bahwa karena adanya kebijakankebijakan dalam masyarakat, maka burakumin harus bekerja di antaranya sebagai pekerja konstruksi, maka apapun keadaannya, Akiyuki harus melakukannya dengan senang hati. Analisis : Akiyuki merupakan seorang keturunan burakumin. Keturunan burakumin merupakan hal yang membuatnya menerima tindakan diskriminasi. Tindakan diskriminasi tersebut adalah tindakan yang merugikan bagi yang terdiskriminasi, sesuai dengan yang diungkapkan Shadily dalam Reslawati (2007:11), perbedaan yang dimaksud adalah adanya pembatasan di beberapa bidang khususnya dalam hal 32 pekerjaan. Akiyuki harus bekerja sebagai pekerja konstruksi. Hal tersebut merupakan tindakan diskriminasi tidak langsung yaitu adanya aturan yang mengandung bias diskriminasi yang tidak tampak (Liliweri, 2005:221). Aturan yang dimaksud adalah aturan-aturan yang dibuat masyarakat Jepang tentang pekerjaan burakumin, yaitu mengharuskan bekerja pada pekerjaan yang kotor. Ditambah lagi diskriminasi terjadi karena didukung nilai-nilai sosial modern yaitu nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat modern seperti garis keturunan keluarga yang dapat memperkuat prasangka dan kebencian masyarakat terhadap burakumin (Mucks, 2010:38). Hal itu terbukti karena Akiyuki memiliki garis keturunan burakumin, sehingga meskipun pekerjaan itu cocok terhadap Akiyuki namun, sebenarnya Akiyuki tidak pernah percaya bahwa ia mengalami diskriminasi yang paling dasar yaitu dari garis keturunan, sehingga ia harus bekerja sebagai pekerja konstruksi yang harus bekerja dari matahari terbit sampai matahari terbenam, dan harus membuat parit, beton, memperbaiki jalan dan sebagainya. Menurut Nishimura (2010:122), burakumin bekerja pada area yang penuh polusi, berbahaya, penuh sampah, tempat pembuangan mayat dan kotoran, krematorium, pemotongan hewan, dan masih banyak lagi. Pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh Akiyuki termasuk pekerjaan yang berbahaya, karena berada di tanah yang mungkin saja bisa terjadi kecelakaan kerja seketika dan juga perlu fisik yang kuat. Seperti yang diungkapkan Kitaguchi (1999:18), pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan yang cukup berbahaya karena menguras tenaga, dan termasuk pekerjaan yang kurangnya keamanan kerja. Selain itu pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang bersih, setiap hari Akiyuki harus menemui kotoran, baik tanah, maupun kotoran hewan. Selain itu ia harus membersihkan parit yang penuh dengan sampah dan bau yang tidak sedap. Itu semua harus dilakukan Akiyuki demi kelangsungan hidup Akiyuki sendiri. Semua hal yang 33 ditemui Akiyuki dalam bidang pekerjaannya itu, dalam agama Shinto percaya bahwa ketidakbersihan merupakan dosa (Thomas, 1996:76) dan kotoran-kotoran tersebut, baik sampah maupun kotoran hewan semuanya dianggap tidak bersih, jadi mereka di diskriminasi karena melakukan pekerjaan yang kotor, yang terpaksa dilakukan karena adanya kebijakan yang tidak adil. Kebijakan-kebijakan tersebut yaitu seperti yang diungkapkan oleh Henshall (1999:50) mengatakan bahwa diskriminasi terhadap burakumin dalam pekerjaan, mereka melakukan pekerjaan terbatas pada pekerjaan dahulu kala atau pada pekerjaan di bagian konstruksi atau pun di pabrik-pabrik. Selain itu Lie (2004:179 – 180) mengatakan bahwa burakumin dipaksa untuk bekerja di bidang tanah, yaitu pekerjaan seperti kerajinan yang berhubungan dengan alas kaki, atau bekerja di pasar tenaga kerja sekunder terutama dalam konstruksi dan tambang batu bara. Pekerjaan tersebut membuat kehidupan burakumin menjadi semakin miskin karena penghasilan yang mereka peroleh harus dipotong setengah dari penghasilan per kapita negara. Singkatnya, bahwa burakumin memegang pekerjaan terburuk. Oleh karena itu, selain diskriminasi tidak langsung, Akiyuki juga menerima tindakan diskriminasi langsung yaitu tindakan membatasi suatu wilayah tertentu (Liliweri, 2005:221), yaitu bahwa Akiyuki dibatasi pada pekerjaan sebagai pekerja konstruksi. Dengan kata lain tindakan diskriminasi yang diterima Akiyuki adalah tindakan yang bertujuan untuk membatasi kelompok lain dalam hal pekerjaan. Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan Doob dalam Liliweri (2005:218), diskriminasi merupakan perilaku yang ditujukan untuk mencegah suatu kelompok atau membatasi kelompok lain. Selain itu, diskriminasi yang diterima Akiyuki disebabkan oleh corak sosialisasi seperti yang diungkapkan Yahya (2006:248-249), yaitu fenomena yang dipelajari dari proses sosialisasi yang nantinya membentuk pandangan stereotip tentang suatu masyarakat yaitu berkenaan mengenai cara hidup 34 mereka. Jadi, masyarakat sudah berpandangan bahwa Akiyuki yang merupakan burakumin dianggap kotor sehingga cara pandang tersebut selalu ada dalam pikiran masayarakat Jepang sehingga muncullah aturan-aturan yang mengikat burakumin dalam hal pekerjaan. 3.1.2 Analisis Diskriminasi Tempat Tinggal Yang Dialami Keluarga Akiyuki Burakumin karena dianggap sebagai manusia buangan maka sesama burakumin akan menetap di suatu komunitas buraku yang komunitas tersebut memiliki keadaan geografi yang buruk, sehingga masyarakat Jepang umumnya tidak ingin tinggal di daerah tersebut. Akiyuki bersama seluruh keluarganya tinggal di daerah buraku yang memiliki standar hidup yang rendah yaitu di daerah Kishu. Mereka tinggal di dekat tanggul pantai. 浜の提防のそばだった。近くに防風林があり、共同墓地があった。 (中上、2002:176) Terjemahan : Rumah itu terletak di dekat beton tanggul pantai. Tak jauh dari sana ada hutan yang dibangun sebagai penahan angin dan pemakaman. Tinggal di dekat beton tanggul pantai, bukanlah keadaan yang menguntungkan karena apabila terjadi bencana, lokasi inilah yang kemungkinan besar mendapatkan bencana terlebih dahulu. Mereka juga tinggal di dekat pemakaman, yang berarti jika ada kematian, mereka mau tidak mau harus melihat hal tersebut dan harus berhubungan dengan kematian tersebut, padahal menurut agama Shinto kematian dianggap tidak bersih, sehingga mereka yang tinggal di dekat pemakaman dianggap tidak bersih. Lagipula tempat tinggal mereka jauh dari kota, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di rumah mereka apabila mereka harus pergi ke kota. 振り返るとそこから、市の全体がみわたせた。駅が、ちょうど真中に あった。駅から、十文字に道路がのびて人家がかたまっていた。商店 35 街もみえた。駅の左脇に小高い丘があり、その下が姉の家のある路地 になっていた。そこから、彼の家まで、線路に沿った道をたどり、田 圃の道を行く。歩いて十分ほどの距離だった。彼の家から防風林まで、 道が枝別れしながら一本ついている。防風林のすぐそばに墓地があっ た。そのならびに、古市の家がある。日を受けて白い屋根がみえる。 防風林のむこうに、浜が見えた。海がみえた。町は海にむかって開い たバケツの形をしていた。日が当っていた。彼は不思議に思った。万 遍なく日が当っている。とどこおりなく、今、すべてが息をしている。 こんな狭いところで、わらい、喜び、呻き、ののしり、蔑まれている 人間も、また、平然としている。。。この狭い所で生きているのだ。 愕然とする。息がつまった。彼は、ことごとくが、うっとうしかった。 この土地が、山々と川に閉ざされ、海にも閉ざされていて、そこで人 間が、虫のように、犬のように生きている。(中上、2002:187 -188) Terjemahan : Membalikkan badan kesekelilingnya, dia dapat melihat seluruh kota tersebar di bawahnya. Stasiun itu ada di pusat, dan dari sana jalanan tersebar di antara rumah-rumah. Dia juga bisa melihat kawasan bisnis juga. Ada satu sungai kecil di sebelah kiri stasiun, dan dibawahnya adalah lorong menuju rumah saudara perempuannya. Dari sana, untuk menuju kerumahnya, hanya perlu menelusuri rel kereta api dan setapak jalan melewati persawahan. Sekitar sepuluh menit perjalanan. Kemudian, dari rumahnya, jalanan itu terus menuju hutan dengan masing-masing cabang jalan menuju tempat lain. Dekat hutan itu ada krematorium, dan rumah Furuichi ada di sebelahnya yang beratap putih tertimpa cahaya matahari. Di dekat hutan, ada sebuah pantai. Kemudian laut. Kota itu terbentuk seperti sebuah buket yang terbuka menghadap ke air. Matahari terbenam dan terlihat aneh baginya. Semua hal bermandikan cahaya yang sama. Semuanya bernafas dengan ritme yang sama. Disini, di perempatan terdekat, mereka tertawa, bersenang-senang, berteriak, bertengkar dan saling mengerjai satu sama lain. Bahkan orang yang paling dibenci pun mendapat tempat disini...... Mereka tinggal di tempat kecil yang kumuh ini. Ini sungguh mengejutkan dia. Dia merasa sesak. Tertekan. Pulau itu dikelilingi gunung dan sungai dan laut, dan orang-orangnya hidup seperti serangga dan anjing. Mereka tidak hanya tinggal di dekat tanggul pantai tetapi, juga dekat dengan sungai dan laut, bahkan dekat dengan sebuah krematorium yang merupakan tempat orang meninggal di kremasikan, yang menurut agama Shinto kematian dianggap tidak bersih. Selain itu tempat mereka tinggal hanyalah sebuah desa kecil yang sesak, dikarenakan yang tinggal di daerah tersebut tidak sedikit, setiap tahun pasti bertambah sehingga semakin penuh saja dan karena status mereka, maka mereka tidak bisa meninggalkan daerah tersebut. Selain itu di tempat mereka tinggal mereka 36 harus tinggal seperti binatang yang telah menjadi sebutan bagi mereka yaitu mereka selalu dianggap seperti binatang bahkan cara hidup mereka pun disamakan dengan binatang. Burakumin dianggap seperti binatang oleh masyarakat karena mereka selalu berhubungan dengan binatang yang dianggap kotor. Sehingga mereka pun dianggap kotor oleh masyarakat. Selain itu Yoshiko, yang merupakan saudara tiri Akiyuki, datang mengunjungi Ibunya yang tinggal bersama dengan Akiyuki. Ia menggambarkan jalanan menuju ke rumah keluarga Akiyuki. 「ずうっと山道ばっかしやさか。見えるのは、暗い山ばっかしや。紀 州に来るたんびに、恐ろしほど田舎やな、と思う」。(中上、 2002:225) Terjemahan : “Semua jalan di pegunungan, tidak ada pemandangan lain hanya pegununganpegunungan yang gelap itu. Setiap waktu aku datang kemari. Itu membuatku takut, sangat jauh dari kota.” Terlihat dalam kutipan itu bahwa desa tempat keluarga Akiyuki tinggal, banyak di kelilingi pegunungan. Terlihat pula bahwa kurangnya sinar matahari karena dikatakan bahwa tempat tersebut gelap. Hal itu sesuai dengan teori bahwa tempat tinggal burakumin di gunung yang hampir kurang mendapat sinar matahari. Padahal sinar matahari memiliki banyak kegunaan. Tanpa matahari, dunia akan diselimuti kegelapan. Pepohonan, rerumputan dan tanaman lainnya tidak dapat tumbuh. Hewan dan manusia tidak memiliki apapun untuk dimakan. (Sherman, 2009:10) Oleh karena keadaan tersebut, maka Paman Gen yang merupakan Paman kandung Mie atau paman tiri Akiyuki berusaha membangun sebuah gubuk di sebuah lahan umum yang berada di luar daerah buraku. Namun karena Paman Gen adalah burakumin, maka ketika orang-orang bukan burakumin yang mengetahui kejadian tersebut, mereka langsung menghancurkan gubuk tersebut. 37 弦叔父は、市有地にバラック小屋を建てたが、人の噂になり、市役所 から、苦情が来た。弦叔父は、がんばった。一指たりとも役人に触れ させはせぬ、と、このあいだ会ったときは、彼に、力説していた。と ころが一日のうちに、バラックは壊された。市の有力者から内々で金 を取ったから壊すことに同意したと、人々は言っていた。(中上、 2002:193 – 194) Terjemahan : Paman Gen membangun gubuk di tempat umum, dan ketika berita itu tersebar, kritik terus berdatangan dari kota. Paman Gen pun berjuang untuk itu. Terakhir kali Akiyuki bertemu dengannya, dia bersumpah dia tidak membiarkan siapapun yang duduk di pemerintahan untuk menyentuh tempat itu. Tetapi, di hari berikutnya, gubuk itu telah dihancurkan. Setelah kejadian itu, hidup Paman Gen berubah, ia hidup seperti dulu lagi yaitu menjadi seorang gelandangan bahkan tempat tinggalnya pun berpindah-pindah dan tidak tinggal di daerah buraku. Orang-orang yang melihat keadaannya mulai memandang rendah. 弦叔父の髪は、誰かに、バリカンで刈ってもらったらしく、まだらだっ た。頭が歪んでみえていた。頭は挨と垢のため黒ずんでいる。ひっかき 傷にヨーチンを塗り、そのかさぶたがはがれ落ちかかっていた。皺が額 に幾つもあった。歯も眼も黄色かった。服は、誰かにももらったのか、 それとおも昔のものか、ところどころ、つぎが当っていた。一本、誰が つぎを当てたのだろう、誰がめんどうを見ているのだろう。バラックを 市の所有地に無断で立て撤去されてから、どこで眠っているのか、噂を きかなかった。人に疎まれる、蔑まれる。弦叔父は、それが心地よいと 思っているみたいに、うろうろと路地の家をまわる。(中上、2002:260 – 261) Terjemahan : Rambut Paman Gen terurai berantakan di kulit kepalanya, seperti seseorang pernah mengguntingnya. Kepalanya terlihat tidak berbentuk. Debu dan kotoran menempel di wajahnya. Lipatan yang panjang menggarisi dahinya. Matanya dan giginya kuning. Beberapa orang telah memberikan baju untuknya atau dia mengenakan baju lamanya, tetapi banyak sekali terdapat tambalan. Siapa yang akan memperbiki bajunya? Siapa yang akan mengurusnya? Setelah Gen membangun gubuk di kota tanpa izin dan mereka telah meruntuhkannya, mereka tidak pernah mendengar lagi tentang diman ia tidur. Orang-orang memandang rendah dan mencemoohkan dia. Tetapi dia terlihat bersenangsenang sementara ia bergelandang dari rumahnya ke lorong-lorong. 38 Analisis : Sebagai seorang burakumin, mereka banyak dibatasi oleh beberapa hal di antaranya tempat tinggal. Seperti yang diungkapkan oleh Doob dalam Liliweri (2005:218) yaitu diskriminasi merupakan perilaku yang ditujukan untuk mencegah atau membatasi kelompok lain. Keluarga Akiyuki menerima tindakan diskriminasi dalam hal adanya pembatasan tempat tinggal. Keluarga Akiyuki tinggal di daerah buraku yaitu daerah Kishu. Perlakuan diskriminasi yang diterima keluarga Akiyuki adalah mereka diharuskan tinggal di daerah yang memiliki kondisi yang buruk, yang bagi masyarakat umumnya tempat tersebut merupakan tempat yang buruk (Hane, 2003:142 – 143). Terlihat bahwa daerah tempat tinggal mereka adalah daerah yang dikelilingi oleh laut, sungai, gunung dan pantai. Dekat dengan pantai, ataupun laut dan sungai, membuat mereka terancam akan bahaya. Selain itu mereka tinggal di kelilingi oleh gunung yang kurang mendapat sinar matahari padahal sinar matahari berfungsi banyak untuk kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Komatsu (1994:99) yaitu tinggal di tempat yang telah ditentukan yaitu pada daerah yang kondisinya buruk seperti di sungai yang sering mengalami banjir, lereng gunung yang curam, gunung yang tinggi yang kurang menerima sinar matahari. Melihat hal tersebut maka hal tersebut bisa dikatakan perlakuan diskriminasi karena adanya perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang apabila dibandingkan dengan masyarakat Jepang umumnya. Masyarakat burakumin terpaksa tinggal di daerah tersebut meskipun mereka mampu untuk tinggal di kota, seperti yang dilakukan oleh Paman Gen yaitu ia berusaha membangun sebuah gubuk di kota, karena statusnya sebagai burakumin, maka ketika berita bahwa seorang burakumin membangun rumahnya di kota maka masyarakat melakukan tindakan yang tidak adil 39 yaitu menghancurkan rumah Paman Gen tersebut. Dan setelah kejadian itu Paman Gen harus hidup menggelandang dengan pakaian yang berantakan, dan timbullah pandangan negatif terhadap Paman Gen yang seorang burakumin. Perlakuan diskriminasi tersebut dilakukan karena bertujuan membedakan seseorang atau sekelompok berdasarkan atas ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelaskelas sosial. (Fulthoni, et.al, 2009:8). Selain itu, yang terjadi terhadap keluarga Akiyuki adalah diskriminasi langsung yang menurut Liliweri (2005:221) adalah terjadi manakala pihak pengambil keputusan diarahkan oleh prasangka-prasangka terhadap kelompok tertentu. Jadi masyarakat melakukan tindakan prasangka dan diskriminasi yaitu berprasangka bahwa karena mereka adalah burakumin dan tidak boleh tinggal di kota, mereka tidak boleh berbaur dengan masyarakat sehingga muncullah tindakan diskriminasi langsung dengan cara menghancurkan rumah baru Paman Gen yang berada di kota. Tindakan diskriminasi yang diterima keluarga Akiyuki ini disebabkan adanya rasa tidak selamat yaitu mereka yang merasa terancam mencoba merendahkan kumpulan lain (Yahya, 2006:248-249), yaitu masyarakat Jepang yang telah mengetahui keberadaan burakumin di lokasi mereka, mulai merasa bahwa tempat tinggal mereka terancam akan keberadaan burakumin yang dianggap kotor dan berbahaya, sehingga ketika rasa terancam itu tumbuh berkembang, mereka melakukan berbagai cara agar kelompok burakumin pergi dari lokasi tempat mereka tinggal, yaitu dengan cara menghancurkan rumah yang dibangun Paman Gen tersebut. 40 3.2 Analisis Diskriminasi Dalam Novel Hakai Novel Hakai merupakan novel pertama yang dikarang oleh Shimazaki Toson. Novel ini menggambarkan kehidupan burakumin yang penuh dengan penderitaan akan status rendah yang mereka miliki sebagai burakumin. Tokoh utama dalam novel ini adalah Segawa Ushimatsu. Ia merupakan seorang burakumin yang diberikan pesan oleh ayahnya untuk merahasiakan status burakuminnya demi kelangsungan hidupnya. Ia sehari-hari bekerja sebagai seorang guru SD. Meskipun sampai dewasa ia mampu merahasiakan statusnya, namun secerdik apapun seseorang merahasiakan sesuatu, pasti akhirnya pun akan diketahui juga. Hal itu pun terjadi pada Ushimatsu dan oleh karena sebelum dan sesudah merahasiakan statusnya, ia telah melihat tindakan-tindakan diskriminasi. Dalam novel ini terdapat beberapa tokoh yang merupakan burakumin, yaitu Segawa Ushimatsu, Inoko Rentaro, Shimotakai Ohinata dan Senta. Oleh karena itu maka penulis akan membagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Analisis diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat yang dialami tokoh Ushimatsu 2. Analisis diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat yang dialami tokoh Ohinata 3. Analisis diskriminasi dalam lingkungan sekolah yang dialami tokoh Senta 3.2.1 Analisis Diskriminasi Dalam Kehidupan Bermasyarakat Yang Dialami Tokoh Ushimatsu Ushimatsu merupakan seorang Burakumin. Sebagai seorang burakumin ia pasti akan menerima perlakuan diskriminatif. Perlakuan diskriminatif tersebut terjadi karena adanya pembagian kelompok masyarakat pada zaman feodal. Dalam 41 pembagian itu burakumin yang dahulu disebut eta atau hinin merupakan kelompok masyarakat terendah. Hal itu karena mereka bekerja atau berhubungan dengan sesuatu yang sudah mati ataupun dengan hewan dan kotoran, yang menurut agama Buddha dan Shinto, dianggap kotor. Seseorang dikatakan sebagai burakumin apabila ia lahir dan dibesarkan dari keturunan burakumin ataupun yang tidak merupakan keturunan burakumin, namun tinggal di daerah buraku maka mereka disebut burakumin dan mendapat perlakuan sebagaimana ditujukan kepada burakumin. Karena hal itulah, maka ayah Ushimatsu merasa risau akan keadaan anaknya. Ia ingin anaknya agar tetap dapat hidup seperti manusia biasa lainnya bukan sebagai seorang yang menerima perlakuan diskriminatif. Oleh karena hal tersebut, ayah Ushimatsu berpesan kepada Ushimatsu untuk merahasiakan statusnya kepada siapapun juga, seperti kutipan di bawah ini : 父はまた添付して、世に出て身を立てる穢多の子の秘訣 ― 唯一つ の方法、それは身の素性を隠すより外に無い、「たとえいかなる目を 見ようと、いかなる人に邂逅おうと決めしてそれとは自白けるな、― 旦の憤怒悲しみにこの戒を忘れたら、その時こそ社会から捨てられた ものと思え」こう父は教えたのである。―生の秘訣とはこの通り簡単 なものであった。「隠せ」 ― 戒はこの一語で尽きた。(島崎、 1972:13) Terjemahan : Ayahnya menambahkan lagi, bahwa satu-satunya cara dan satu-satunya harapan untuk dapat keluar dari lingkungan dan untuk meninggikan diri seorang eta di dunia adalah dengan merahasiakan status keturunan eta-nya, “Tak peduli siapapun yang kau temui apapun yang terjadi padamu, jangan pernah mengungkapkannya, kalau kau melupakan perintah ini saja dalam sekali waktu, engkau akan mengalami kemarahan atau kegelisahan dan pada saat itu jugalah, dunia akan menolakmu selamanya.” Itulah yang diajarkan ayahnya. Pesan ini sangat sederhana. Pesan yang hanya menggunakan satu kata “ Rahasiakanlah!” Melalui pesan ayahnya itulah, maka Ushimatsu mampu bertahan hidup sampai dewasa, ia mampu merahasiakan status rendahnya sebagai burakumin. Namun meskipun ia berusaha untuk terus merahasiakan statusnya itu, tetap saja di dalam hati 42 ada rasa tidak tenang, ketika ia ingin melakukan sesuatu ia merasa terbatas akan statusnya rendahnya yang apabila diketahui orang maka mungkin hidupnya akan mulai berubah. Hal itu dialami oleh Ushimatsu dalam hal pendidikan. Ia merupakan lulusan dari universitas terkenal di Nagano. Saat itu ia lulus sebagai pengajar tingkat sekolah dasar. Ia bisa saja melanjutkan ke tingkat menengah, namun karena ia adalah burakumin, maka ia memiliki keterbatasan untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih baik lagi, karena apabila ia diketahui sebagai burakumin, mungkin saja ia akan seperti Inoko Rentaro ataupun burakumin lainnya, karena seorang burakumin hanya diperbolehkan bekerja di bidang-bidang tertentu saja. Oleh karena itu ia mengubur niatnya itu dan tetap pada pekerjaannya sekarang. だから丑松も高等師範へ - よいうことは卒業の当時考えないでも 無い。志願さえすれば最早とっくに選技されていたろう。そこがそれ 穢多の悲しさには、妙にそちらの方には気が進まなかったのである。 丑松に言わせると、たとえ高等師範を卒業して、中学か師範校かの教 員に成ったとしたところで、もしも蓮太郎のような目に逢ったらどう する。何処まで行っても安心が出来ない。それよりは飯山あたりの田 舎に隠れて、じっと辛抱して、義務年限の終りを持とう。その間に勉 強して他の方面へ出る下地を作ろう。島崎、1972:160-161) Terjemahan : Ushimatsu sempat berpikir untuk melanjutkan pendidikannya ke guru tingkat menengah, dan kesemptannya sangat besar untuk dipilih. Namun kesadaran akan kelahiran eta-nyalah yang membuatnya tidak merasa penting untuk melanjutkan pendidikannya. Karena, misalkan ia dapat mengambil pendidikan guru tingkat menengahnya dan bekerja di sekolah menengah atau mengajar di perkuliahan, bagaimana jika ia mengalami hal yang sama seperti Rentaro? Tidak ada tempat dimana ia akan aman. Lebih baik mengubur diri bertahan di Iiyama, ia bisa menggunakan waktu untuk belajar, untuk mempersiapkan diri untuk berkarir di beberapa bidang lain yang patut. Ushimatsu memang tertekan akan pesan ayahnya untuk merahasiakan status burakumin-nya. Ia mampu merahasiakan dan bahkan menyaksikan sendiri penderitaan sesama burakumin, bahkan ayahnya sendiri pun saat sudah meninggal pun mengalami penderitaan. Suatu hari ayah Ushimatsu diketahui bahwa ia 43 meninggal dunia karena diseruduk oleh hewan yang ia ternakkan sendiri. Hewan itu sebenarnya sudah dianggap seperti harta sendiri, ayahnya sangat menyayangi hewan itu, namun hewan tidak memiliki pikiran yang sehat, sehingga ketika hewan itu tibatiba menjadi gila, maka meskipun sehari-hari, ia tahu siapa tuannya, namun saat itu, ia bahkan menyeruduk tuannya sendiri, sehingga mengakibatkan kematian. Ushimatsu segera bergegas kembali ke tempat ayahnya di Shinsu. Ayahnya tinggal di atas bukit tepatnya di tempat daerah buraku bersama dengan para burakumin lainnya. Manusia bisa saja dikubur di suatu pemakaman umum, namun bagi seorang burakumin, mereka dilarang untuk memiliki areal yang sama dengan masyarakat umum lainnya, sehingga ayah Ushimatsu pun tidak boleh dimakamkan di pemakaman umum, sehingga sebelum ayah Ushmatsu meninggal, ia berpesan kepada adiknya untuk memakamkan dia di ladang rumput. この叔父に言わせると、墓を牧場に択んだのは、かねて父が考えてい たことで。というは、もし根津の寺なぞへ持込んで、普通の農家の葬 式で通ればよし、さも無かった日には、断然謝絶られるような浅まし い目に逢うから。習慣の哀しさには、穢多は普通の墓地に葬る権利が 無いとしてある。父は克くそれを承知していた。父は生前も子の為に こういう山奥に辛抱していた。(島崎、1972:108) Terjemahan : Menurut pamannya, pilihan saudaranya memilih padang rumput sebagai kuburannya adalah lama ia pikirkan. Jika tubuhnya di bawa ke kuil di Nezu, itu akan baik-baik saja bila imam pemakamam menerima ia seperti petani biasa, tetapi selalu saja ada kemungkinan adanya penolakan. Seorang eta tidak punya hak untuk dikubur di pemakaman biasa. Ayah Ushimatsu tahu ini sangat baik. Demi anaknya, ia telah bertahan untuk hidup sendirian di tempat yang terpencil dan dikubur di ladang rumput. Selain dalam hal pemakaman, burakumin disamakan dengan binatang. Hal itu terjadi ketika Takayanagi yang merupakan salah satu anggota dewan sedang berbicara dengan seorang pria muda. Takayanagi mengetahui bahwa Ushimatsu adalah burakumin. Ia mengetahui Ushimatsu sebagai burakumin, ketika ia 44 mengunjungi daerah Shinsu yang merupakan daerah buraku untuk berkampanye dan disana ia melihat Ushimatsu yang sedang berduka karena kematian ayahnya yang merupakan seorang burakumin. Lalu, ia menceritakan kepada orang-orang bahwa Ushimatsu adalah burakumin, namun ia memberitahu dengan menggunakan simbol yaitu menganggap bahwa burakumin itu adalah hewan dengan simbol menunjukkan 4 jarinya yang berarti empat kaki. 「あの瀬川という教員は、君、それだって言いますぜ」と指を四体出 して見せる。尤もその意味が対手には通じなかった。 「これだって言ったら、君も解りそうなものじゃ無いか」 「どうも解りませんね」と青年は訝しそうな顔付。 「了解の悪い人だ - それ、調里のことを四足と言うじゃないか。 ははははは。しかしこれは秘密だ。誰にも君、こんなことは話さずに 置いてくれ給え」 (島崎、1972:254 - 255) Terjemahan : “Segawa yang merupakan guru itu dia adalah salah satunya” ia mengangkat empat jari, tetapi pria muda itu tampak tidak mengerti. “Perkataan tadi, apakah kamu mengerti?” “Maaf, saya tidak mengerti” kata pemuda itu dengan wajah bingung. “Dengarkan, empat kaki berarti ia adalah seorang buangan, (tertawa) Tetapi, rahasiakanlah ini. Jangan beritahukan kepada siapapun.” dengan perintah tegas, anggota dewan meninggalkan dia dan melanjutkan perjalanannya. Setelah banyak orang yang mengetahui bahwa Ushimatsu adalah burakumin, maka banyak orang yang mulai bergosip, mereka mulai menjelek-jelekkan Ushimatsu. Hal itu dilakukan oleh Bunpei yang merupakan guru percobaan di tempat Ushimatsu mengajar. Ia diberitahu oleh pria muda yang bertemu Takayanagi bahwa Ushimatsu merupakan seorang burakumin. Maka ia mulai membicarakan hal itu kepada yang lain dan mulai mengejeknya. 「僕は今、ある人に逢った。その人が指を四体出して見せて、あの教員 はこれだと言うじゃないか。はてな、とは思ったが、その意味が能く解 らない。聞いてみると、四足という意味なんだそうだ」 「四足?穢多のことを四足と言うかねえ」 「言わあね。四足と言って’解らなければ、『よつあし』と言ったら解 るだろう。」 45 「しかし、驚いたねえ。狡猾な人間もあればあるものだ。能く今日まで 隠していたものさ。そんな穢しいものを君等の学校で教員にして置くな んて - 第一怪しからんじゃないか」 (島崎、1972:255) Terjemahan : "Saya bertemu dengan seorang teman tadi. Ia menunjukkan empat jari di depan saya, seperti ini. Dan berkata, bahwa Segawa yang merupakan guru itu yang dimaksud olehnya. Tidak masuk akal bagi saya. Saya bertanya kepadanya apa maksudnya, dan dia berkata empat kaki” "empat kaki?" nama lain untuk eta, bukan? " “Yah begitulah. Ia berkata empat kaki, kalau tidak mengerti kalau disebut “empat buah kaki” mungkin lebih mengerti bukan” "Tetapi, mengejutkan ya. Meskipun, hal itu licik, aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia menyimpannya sepanjang waktu ini. Salah satu dari mereka, kawan-kawan kotor menjijikkan mengajar di sekolah Anda. Ini menjijikkan. " Menjadi burakumin memang menyiksa diri Ushimatsu, namun itulah takdirnya. Ia dilahirkan sebagai burakumin. Semakin hari semakin tersiksa dirinya karena statusnya sebagai burakumin yang telah diketahui banyak orang. Maka ia bertekad untuk menyelesaikan ini semua dengan mengakuinya kepada murid-muridnya dan guru-guru lain. Ia mulai mengingat apa yang terjadi dengan kehidupannya pada waktu muda. Kehidupannya penuh dengan penderitaan. 自分はまだ青年だ。望もある、願いもある。野心もある。ああ、ああ、 捨てられたくない、非人あつかいにはされたくない、何時までも世間 の人と同じようにして生きたい - こう考えて、同族の受けた種々 の悲しい恥、世にある不道理な習慣、「番太」という乞食の階級より も一層劣等な人種のように卑められた今日までの穢多の歴史を繰返し た。丑松はまた見たり間いたりした事実を数、あるいは追われたりあ るいは自分で隠れたりした人々、叔父や、先輩や、それからあの下高 井の大尽の心他を身に引比べ、終には娼婦として秘密に売買されると いう多くの美しい穢多の運命なぞを思いやった。(島崎、1972:281282) Terjemahan : Ia masih muda, dengan harapan, ambisi, penuh keinginan. Mengapa ia harus dikategorikan lebih rendah dari manusia, saat yang ia inginkan hanyalah untuk hidup seperti yang lain? Ia mengingat lagi penderitaan kaumnya, dari diskriminasi yang tak bermartabat, sejarah lama oleh ketidaksukaan yang mengakibatkan mereka menjadi ras rendah, lebih rendah dari banta. Ia memikirkan akan wanita dan pria yang telah disisihkan, dikucilkan dari 46 komunitasnya atau yang menyembunyikan dirinya di balik bayang-bayang ketakutan. Ayahnya, pamannya, Ohinata, para leluhurnya, para gadis yang dijual untuk pelacuran. Ushimatsu lalu mulai mengakui kepada yang lain bahwa ia adalah burakumin. Ia menceritakan bagaimana kehidupan seorang burakumin, apa pekerjaan yang biasa dilakukan burakumin dan bagaimana mereka hidup dengan penuh diskriminasi, semua itu diceritakan Ushimatsu dalam pengakuannya sebagai berikut : 「皆さんも御存でしょう」と丑松は間嚙んで含めるように言った。 「この山国に住む人々を分けてみると、大凡五通りに別れています。 それは旧土族と、町の商人と、お百住と、僧侶と、それからまだ外に 穢多という階級があります。御存じでしょう、その穢多は今でも町は ずれに一団に成っていて、皆さんの履く麻裏を造ったり、靴や太鼔や 三味線等を製えたり、あるものは又お百姓して生活を立てているとい うことを。御存じでしょう、その穢多は御出入と言って、稲を一束ず つ持って、皆さんの父親さんや祖父さんのところへ一年に一度は必ず 御機嫌伺いに行きましたことを。御存じょでしょう、その穢多が皆さ んの御家へ行きますと、土間のところへ手を突いて、特別の茶椀で食 物なぞを頂戴して、決して敷居から内部へは一歩も人られなかったこ とを。皆さんの方から又、用事でもあって穢多の部落へ御出いなりま すと、煙草は燐寸で喫んで頂いて、御茶は有ましても決して差上げな いのが昔からの習慣です。まあ、穢多というものは、それ程卑賤しい 階級としてあるのです。(島崎、1972:305) Terjemahan : "Anda semua tahu bagaimana orang-orang yang tinggal di sini di daerah pegunungan dibagi menjadi lima kelas." Dia berbicara perlahan dan dengan hati-hati, sehingga semua orang harus memahami. "ada samurai, biasa mereka dipanggil, para pedagang di kota-kota, para petani, para imam dan orang-orang di bawah mereka disebut eta. Anda tahu bagaimana eta masih hidup sendiri, tinggal bersama di tepi kota, di mana mereka membuat sepatu kulit dan drum dan samisen, dan sandal yang anda kenakan ke sekolah - atau bekerja sebagai petani ladang, beberapa dari mereka Anda tahu bagaimana setahun sekali ini para eta dipanggil orang tua anda untuk memberikan sekantung beras untuk membayar. Bagaimana saat mereka datang mereka tidak boleh menginjak bagian rumah yang kau tinggali namun harus berlutut di tanah dan menundukkan kepala mereka, dan mengambil apapun yang diberikan di mangkuk khusus yang disimpan untuk mereka sendiri. Kau tahu kebiasaan di sini, jika seseorang dari keluargamu pergi ke tempat eta tinggal, seorang eta harus menyalakan pipanya dengan korek api, bukan dari api hibachi, dan bahkan jika eta sedang minum teh, mereka tidak boleh menawarinya teh. Tidak ada kelas yang lebih rendah daripada eta. 47 Analisis : Ushimatsu merupakan seorang burakumin. Seorang burakumin dianggap masyarakat umum lainnya sebagai masyarakat yang kotor, kriminal dan sebagainya. Oleh karena itu Ayah Ushimatsu ingin agar anaknya dapat menjalani hidup ini dengan tanpa beban, yaitu dengan berpesan agar Ushimatsu merahasiakan status burakumin-nya. Menurut Yoshino dan Murakoshi (1993:146), ketika burakumin teridentifikasi sebagai burakumin, maka mereka akan menjadi subjek diskriminasi dan prasangka. Karena hal itulah maka ayah Ushimatsu tidak ingin anaknya mengalami diskriminasi. Namun sebaik apapun Ushimatsu merahasiakan status burakumin-nya, lama kelamaan akan ketahuan juga. Ketika status Ushimatsu sebagai burakumin diketahui, maka orang-orang mulai berprasangka yang buruk mengenai Ushimatsu, yaitu mereka menyamakan Ushimatsu seperti hewan. Hal tersebut karena dalam masyarakat Jepang, terdapat stigma bahwa burakumin selalu berhubungan dengan hewan yang sudah mati (Hane, 2003:140). Oleh karena itu burakumin disamakan dengan hewan tersebut karena mereka juga beranggapan bahwa burakumin selalu dianggap kotor dan makhluk bukan manusia (Hane, 2003:142-143). Lagipula sebelum muncul istilah burakumin, istilah yang digunakan untuk menunjuk kepada orang-orang yang berhubungan dengan hewan mati tersebut disebut dengan hinin (bukan manusia) (Ohnuki dan Tierney, 1989:86). Jadi dengan demikian, maka banyak orang yang menyamakan burakumin dengan hewan, karena hewan adalah bukan manusia dan juga selalu berhubungan dengan kotoran. Dari hal tersebut, dapat terlihat bahwa tindakan diskriminasi yang diterima Ushimatsu disebabkan karena adanya sejarah pada masa lalu (Yahya, 2006:248-249), yaitu sejarah dari zaman Heian yang mengatakan bahwa burakumin adalah kotor dan bukan manusia. 48 Dalam kehidupan masyarakat, burakumin seringkali tidak diijinkan memasuki kuil Shinto maupun Buddha milik masyarakat Jepang (Hane, 2003:149). Oleh karena itu, ketika ayah Ushimatsu meninggal, karena ayah Ushimatsu adalah burakumin, maka ia memilih untuk dimakamkan di padang rumput di dekat rumahnya di daerah Shinsu, karena ia tahu pasti ia akan ditolak memasuki kuil ataupun pemakaman umum lainnya. Menurut Hane (2003:142 – 143) masyarakat Jepang melarang mereka memasuki area mereka karena mereka bermaksud untuk menghindari kotoran yang dibawa burakumin. Tindakan diskriminasi yang diterima ayah Ushimatsu, terjadi karena adanya pembatasan wilayah sesuai dengan yang dikatakan Pettigrew dalam Liliweri (2005:221) yaitu pada saat meninggal pun, mereka dibatasi hanya boleh dimakamkan di daerah bukan tempat umum. Ini karena adanya diskriminasi tidak langsung yaitu terjadi manakala aturan dan prosedur yang mereka jalani mengandung bias diskriminasi yang tidak tampak dan mengakibatkan kerugian sistematis bagi komunitas atau kelompok masyarakat tertentu (Liliweri, 2005:221) yaitu kebijakan yang menetapkan bahwa burakumin tidak boleh memasuki area atau tempat umum. 3.2.2 Analisis Diskriminasi Dalam Kehidupan Bermasyarakat Yang Dialami Tokoh Ohinata Diceritakan bahwa Ohinata adalah salah satu dari diantara burakumin. Ia tinggal di penginapan yang sama dengan Ushimatsu. Mereka tidak begitu mengenal satu sama lain meskipun tinggal di penginapan yang sama. Ohinata termasuk sebagai burakumin yang memiliki banyak uang. Bagi masyarakat Jepang, sekaya apapun orang itu, apabila ia seorang burakumin maka tetap saja perlakuan diskriminatif akan diberikan. Mereka tidak ingin ternoda dengan burakumin. Ohinata bisa menjadi kaya dikarenakan pada awalnya tidak ada yang tahu bahwa ia adalah seorang burakumin, 49 sehingga ia bisa mengumpulkan uang dari hasil kerjanya. Sampai suatu hari, Ohinata yang sedang sakit pergi ke rumah sakit. Sebagai orang yang kaya, ia bisa saja menerima pelayanan yang baik, namun tak ada yang menduga ternyata orang-orang yang berada di rumah sakit, telah mengetahui bahwa ia adalah burakumin, sebagaimana seorang burakumin pada umumnya, mereka akan diperlakukan tidak adil, itulah yang terjadi dengan Ohinata, orang-orang di rumah sakit kemudian meminta agar pihak rumah sakit untuk mengusir Ohinata dari rumah sakit tersebut, seperti digambarkan dalam kutipan berikut ini : 今の下宿にはこういう事が起こった。半月程前、一人の男を供に連れて、 下高井の地方から出て来た大日向という大臣、飯山病院へ入院の為とあ って、 暫時腰掛に泊まっていたことがある。入院は間もなくであった。 もとより内証はよし、院室は第―等、看護婦の肩に懸かって長い廊下を 往ったり来たりするうちには、自然と豪奢が人の目にもついて、誰が嫉 妬で噂するともなく、「彼は穢多だ」ということになった。忽ち多くの 院室へ伝わって、患者は総立。「放逐して了え、今直ぐ、それが出来な いとあらば吾儕挙って御免を蒙る」と腕まくりして院長を脅すという騒 動。(島崎、1972:6) Terjemahan : Hal itu terjadi di penginapan sekarang. Seorang yang kaya dari daerah Shimotakai datang, ia bernama Ohinata sedang menunggu untuk masuk rumah sakit Iiyama. Itu tak lama sebelum rumah sakit mengakui dirinya. Ia mampu mendapatkan pelayanan kelas satu - sebuah ruangan pribadi, seorang perawat untuk menolongnya dalam berjalan tegak dan stabil turun naik koridor- tak dianya lagi, hal itu menarik perhatian yang lain, dan segera, tak ada yang tau siapa yang punya, mulai menyebarkan gosip karena iri hati ”Dia adalah eta.” begitulah gosip yang tersebar. Kata itu tersebar cepat di seluruh rumah sakit, dan setiap pasien bersiap untuk protes. Ancaman penuh kemarahan ditujukan ke kepala rumah sakit: “Keluarkan dia. Sekarang juga! Bila kau tidak mengeluarkannya, ijinkanlah kami mengeluarkannya!” Tidak hanya di rumah sakit saja, setelah kejadian itu dan ketika ia pulang kembali ke tempat penginapannya, yang merupakan tempat penginapan yang sama dengan Ushimatsu tinggal sebelum pindah ke Kuil Rengeji, Ushimatsu melihat bahwa Ohinata diusir dari penginapannya karena ia diketahui sebagai burakumin. Para penghuni meminta nyonya rumah untuk segera mengusir Ohinata dari penginapan 50 mereka karena mereka menganggap Ohinata telah mengotori tempat penginapan tersebut. さあ今度は下宿のものが承知しない。丁度 丑松が一日の勤務を終わっ て、疲れて宿へ帰ったときは、一同「主婦を出せ」と喚き立てるとこ ろ。「不浄だ、不浄だ」の罵詈は無遠慮な客の口唇を衝いて出た。 (島崎、1972:6) Terjemahan : Namun sekarang, penghuni yang lain pun ikutan protes dengan adanya Ohinata disana. Ketika Ushimatsu pulang sore hari, lelah setelah mengajar, tempat itu sedang memanas, dengan semua orang berteriak kepada nyonya rumah ”Nyonya, keluarlah.” mereka sambil berteriak. Mereka memprotes dengan memberikan cacian bahwa Ohinata adalah orang “tidak bersih, tidak bersih!” Setelah penghuni lainnya menyuruh agar nyonya rumah segera mengusir Ohinata dan akhirnya Ohinata keluar dari penginapan tersebut, nyonya rumah dan penghuni lainnya merasa marah karena kehadiran Ohinata dan mereka semua melakukan upacara pembersihan di tempat penginapan tersebut karena mereka beranggapan bahwa burakumin sebagai sesuatu yang kotor dan bisa membawa sial. 丑松がすこし蒼ざめた顔をして、下宿の軒を潜って入った時は、末だ 人々が長い廊下に群っていた。いずれも感情を制えきれないという風 で、肩を怒らして歩くもあり、板の間を踏み嗚らすもあり、中には塩 を摑んで庭に蒔散らす弥次馬もある。主婦は燧石を取出して、清浄の 火と言って、かちかち音をさせて騒いた。(島崎、1972:12) Terjemahan : Ketika Ushimatsu sedikit lebih pucat dari biasanya, pada waktu ia masuk ke penginapan, banyak dari mereka masih berdesak-desakkan di koridor panjang di sekeliling luar bangunan itu. Beberapa menggerutu dengan marah, ada yang melepaskan kemarahan mereka dengan gaduhnya berjalan menuruni lantai kayu, beberapa menghamburkan segenggam penuh garam ke taman untuk membersihkan dari kehadiran eta yang dianggap mencemari. Nyonya rumah telah menyiapkan batu api untuk menyalakan “api pembersihan”. 51 Analisis : Ohinata merupakan salah satu orang yang terlahir sebagai burakumin. Ia termasuk sebagai burakumin yang kaya karena pada awalnya ia berhasil untuk merahasiakan statusnya sebagai burakumin dari masyarakat Jepang umumnya. Saat ini banyak burakumin yang merahasiakan statusnya dari masyarakat Jepang agar dapat masuk ke dalam masyarakat Jepang karena masih adanya pandangan negatif terhadap burakumin (Henshall, 1999:50). Namun rahasia itu tidak berlangsung lama. Sebaik apapun orang merahasiakan sesuatu, pasti suatu saat akan terbongkar. Itulah yang terjadi pada Ohinata. Suatu hari ia pergi ke rumah sakit untuk berobat, sebagai orang yang kaya maka ia bisa mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak rumah sakit, namun ketika ia berada di rumah sakit, ternyata orang-orang yang berada di rumah sakit telah mengetahui bahwa dirinya adalah seorang burakumin. Saat itulah Ohinata mulai menerima tindakan diskriminatif dari masyarakat Jepang yang berada di rumah sakit tersebut. Mereka kemudian mengusir Ohinata dari rumah sakit. Tidak hanya di dalam rumah sakit saja, di penginapan tempat Ohinata tinggal pun melakukan protes agar Ohinata segera dikeluarkan dari tempat penginapan tersebut. Tindakan diskriminatif yang diterima Ohinata tersebut merupakan perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk membedakan kelompok berdasarkan kelas sosial (Fulthoni, et. al, 2009:8), yaitu Ohinata yang sedang sakit karena ia adalah burakumin maka dilarang untuk berobat, padahal setiap orang yang sakit meskipun dari kelas rendah, mereka juga ingin disembuhkan. Menurut Mucks (2010:38), diskriminasi terjadi karena didukung oleh nilai-nilai sosial modern yaitu nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat modern seperti garis keturunan keluarga yang dapat memperkuat prasangka dan kebencian masyarakat 52 terhadap burakumin. Ohinata menerima perlakuan diskriminasi karena ia adalah keturunan burakumin. Oleh karena itu, karena diskriminasi muncul dari nilai-nilai sosial modern yaitu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat modern yang mengatakan bahwa didukung oleh garis keturunan, maka ketika Ohinata diketahui adalah keturunan burakumin, maka kebencian masyarakat muncul, yaitu mereka mulai mengusir Ohinata dan merasa jengkel dan marah bahwa ternyata selama ini di antara mereka adalah burakumin yang mereka anggap tidak bersih, sesuai dengan yang diutarakan oleh Hane (2003:142 – 143) yaitu eta dianggap kotor, vulgar, berbau, tidak dapat dipercaya, berbahaya, makhluk bukan manusia. Oleh karena itu penghuni lainnya di tempat penginapan tersebut setelah Ohinata keluar dari tempat tersebut, mereka semua mulai melakukan upacara pembersihan. Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa tindakan diskriminasi yang diterima Ohinata disebabkan karena adanya corak sosialisasi yaitu yang dipelajari melalui proses sosialisasi yang membentuk suatu stereotip terhadap kelompok lain mengenai kehidupan mereka (Yahya, 2006:248-249), yaitu ketika Ohinata mulai diketahui sebagai burakumin, maka berita tersebut mulai tersebar dari satu orang ke orang lain, sehingga tidak hanya ketika di rumah sakit saja, namun juga ketika berada di penginapan pun Ohinata menerima perlakuan diskriminatif. Selain itu Doob dalam Liliweri (2005:218), mengatakan bahwa diskriminasi merupakan perilaku yang ditujukan untuk mencegah suatu kelompok, atau membatasi kelompok lain yang berusaha memiliki atau mendapatkan sumber daya. Ohinata termasuk orang yang kaya, ketika ia mendapatkan pelayanan yang baik di rumah sakit karena ia memiliki cukup uang, maka banyak orang yang mulai iri dengan dia, sehingga muncullah prasangka-prasangka bahwa ia adalah seorang burakumin. Maka dari itu, mulai muncul berita bahwa ia adalah seorang burakumin, 53 maka mulailah diskriminasi terhadap Ohinata berkembang, masyarakat mulai mencegah agar Ohinata tidak akan bisa berobat ataupun mendapatkan tempat tinggal, karena masyarakat mulai menunjukkan perilaku diskriminatif terhadap dirinya. Diskriminasi terhadap Ohinata ini dikategorikan sebagai diskriminasi langsung yaitu terjadi manakala pihak pengambil keputusan diarahkan oleh prasangka-prasangka terhadap kelompok tertentu (Liliweri, 2005:221). 3.2.3 Analisis Diskriminasi Dalam Lingkungan Sekolah Yang Dialami Tokoh Senta Senta adalah salah satu murid yang diajar oleh Ushimatsu. Ia termasuk salah satu keturunan burakumin. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun yang merupakan keturunan burakumin atau pun yang bukan keturunan burakumin, namun tinggal di daerah buraku disebut dengan burakumin. Pada masa anak-anak, seorang anak seharusnya bermain dengan gembira tanpa adanya tekanan dari lingkungan di sekitarnya. Namun kehidupan Senta tidaklah semudah itu. Seorang burakumin sekali terlahir sebagai burakumin, maka tidak akan ada cara lain untuk melepaskan itu semua. Maka Senta, meskipun masih anak-anak, tetap saja ia akan menerima perlakuan diskriminatif. Perlakuan diskriminatif yang diterima oleh Senta terjadi di dalam lingkungan sekolah. Suatu hari, setelah upacara selesai, murid-murid lainnya kembali bermain bersama dengan yang lain bahkan mereka bermain dengan Ushimatsu yang merupakan guru mereka. Sebagai anak-anak, pastilah ia ingin seperti teman-teman lainnya yaitu bisa bermain bersama, namun tidak demikian dengan Senta. Di sekolah, tidak ada yang mau bermain dengannya, ia selalu dijauhi oleh teman-temannya karena mereka tahu bahwa Senta adalah seorang burakumin. Hal ini terlihat ketika 54 teman-temannya bermain bersama, Senta hanya bisa duduk menyaksikan, karena tidak ada satupun temannya yang ingin bermain dengannya bahkan tidak ada satu pun yang mengajaknya bermain. 閉会の後、高等四年の生徒はかわるがわる丑松に取縋って、種々な物 を尋ねるやら、跳るやら。あるものは手を引いたり、あるものは袖の 下を潜り抜けたりして、戯れて、避けて行こうとする丑松を放すまい とした。仙太と言って、三年の生徒で、新平民の少年がある。平素か ら退け者にされるのはその生徒。今日も寂しそうに倚凭って、皆の歓 び戯れる光景を眺めながら立っていた。可愛そうに、仙太はこの天長 節ですらも、他の少年と同じようには祝い得ないのである。(島崎、 1972:72) Terjemahan : Setelah upacara selesai, murid-murid mulai mengelilingi Ushimatsu, ada yang bergantung-gantung dengan Uhimatsu, ada yang menanyakannya beberapa hal, atau ada juga yang melompat-lompat. Beberapa menarik tangannya, beberapa bersembunyi di bawah lengan bajunya, trik apapun yang bisa mereka pikirkan sehingga tidak membiarkan dia pergi. Ada seorang anak laki-laki eta yang duduk di kelas tiga bernama Senta. Ia adalah murid yang selalu sendiri dan dijauhi teman-temannya. Sekarang pun ia hanya menyaksikan pemandangan dari kejauhan teman-temannya bermain dengn gembira.. Bahkan pada hari festival Hari Kaisar seperti hari ini, ia tetap sama. Meskipun Senta hanya bisa seorang diri di sekolah namun ternyata ia termasuk anak yang rajin. Namun apalah daya, Senta adalah burakumin. Sehingga sekalipun ia semangat untuk bersekolah dengan datang pagi-pagi sekali, tetap saja ia hanya dapat menyaksikan dan hanya dapat merasa iri dengan keadaannya. その朝は三年生の仙太も早く出て来て体操場の隅に悄然としている。 他の生徒を裏やましそうに眺め佇立んでいるのを見ると、不相変誰も 相手にするものは無いらしい。(島崎、1972:296) Terjemahan : Senta, eta di kelas tiga, berdiri sendirian dengan sedih di sudut lapangan bermain. Ia datang pagi sekali, namun seperti biasa, tak ada yang mengajaknya bermain dan ia pun hanya bisa melihat dengan iri. Tidak hanya dijauhi oleh teman-temannya, bahkan teman-temannya akan merasa senang jika sesuatu yang buruk terjadi pada Senta. Hal itu terjadi ketika murid-murid 55 akan bermain tenis. Sebagai anak-anak, maka mereka pasti ingin sekali ikut dalam permainan. Demikian halnya juga dialami oleh Senta. Ia juga ingin bermain tenis. Ketika ia akan bermain tenis, ternyata teman-temannya tidak ada yang mau menjadi pasangan untuk Senta. Hal itu dikarenakan mereka benar-benar tidak menyukai keberadaan Senta karena ia adalah burakumin yang dianggap kotor. その時、幾組かに別れて見物した生徒の群は互いに先を争ったが、中 に一人、素早く打球板を拾った少年があった。新平民の仙太と見て。 他の生徒がその側へ馳寄って、無理無体に手に持つ打球板を奪い取ろ うとする。仙太は堅く握ったまま、そんな無法なことがあるものかと いう顔対。それはよかったが、何時まで持っていても組のものが出て 来ない。「さあ、誰が出ないか」と敵方は怒って催促する。少年の群 は互いに顔を見合わせて、困って立っている仙太を伶笑して喜んだ。 誰もこの穢多の子と一緒に庭球の遊戯を為ようというものは無かった のである。(島崎、1972:78) Terjemahan : Pada saat itu, beberapa anak yang dibagi ke dalam kelompok sedang menonton pertandingan, mereka mulai bersaing untuk bisa mendapatkan raket. Senta, eta-lah yang paling cepat menyambar raketnya. Melihat siapa yang berhasil mengambil reket itu, yang lain berlari dan mencoba merebut, tetapi Senta memegang raketnya dengan kuat, yang lain mulai memasang wajah terbakar dengan kebencian bahwa itu adalah kesalahan. Semuanya berjalan baik, tetapi ketika ia berdiri di lapangan sambil menunggu yang ingin menjadi pasangannya, ternyata tidak ada yang mau menjadi pasangannya. “Tidak ada yang datangkah?” anak yang lain pun mulai mengejeknya dan tidak sabar untuk memulai pertandingan. Yang lain mulai saling bertukar pandang dan mengejek dengan senangnya kepada Senta. Tak satu pun yang ingin bermain dengan anak eta untuk menjadi pasangannya. Sungguh malang nasib Senta, tidak hanya mengejek dan menjauhinya, temanteman lainya pun senang ketika Senta yang akhirnya berpasangan dengan Ushimatsu akhirnya kalah dari lawannya. Teman-temannya sangat gembira, dan langsung merebut raket yang seharusnya tidak direbut oleh Senta. 「勝負有」と人々は一音に叫んだ。仙太の手から打球板を奪ろうとし た少年なぞは、手を拍って、雀躍して、喜んだ。(島崎、1972:79) 56 Terjemahan : “Game” yang lain berteriak. Anak-anak lainnya mulai merebut raket dari tangan Senta, bertepuk tangan dan menari serta bergembira. Analisis : Senta adalah seorang anak sekolahan yang merupakan keturunan burakumin. Saat itu ia berada di kelas tiga SD. Sebagai burakumin tentunya ia akan menerima perlakuan diskriminatif. Namun tak ada yang menyangka, perlakuan diskriminatif ternyata juga harus diterima Senta yang masih anak-anak. Menurut Henshall (1999:49), sekali terlahir sebagai burakumin, maka tidak akan ada cara lain untuk melepaskan itu semua. Maka dari itu meskipun Senta masih anak-anak, karena ia terlahir sebagai anak burakumin maka ia tidak bisa lepas dari perlakuan diskriminatif. Maka ketika ia pergi ke sekolah, ia akan menerima perlakuan tidak adil tersebut. Hane (2003:155 – 156), mengungkapkan bahwa dalam hal pendidikan, anak-anak burakumin harus dimasukkan di kelas terpisah dengan yang bukan burakumin dan jika terpaksa dijadikan satu kelas, burakumin harus duduk di baris paling belakang. Dan banyak dari mereka tidak mau bersosialisasi dengan anak burakumin. Itulah yang terjadi dengan Senta. Ketika di sekolah tak ada satu temannya pun yang mau bermain dengannya, mereka sedikit pun tidak mau bersosialisasi dengan baik. Mereka lebih suka mengejek dan menghina anak burakumin. Karena hal itulah maka bisa dikatakan hal tersebut sebagai tindakan diskriminasi yang menghalangi ras / etnik tertentu untuk berhubungan dengan yang lainnya (Liliweri, 2005:221), yaitu menghalangi seorang burakumin yang sebenarnya sama-sama masyarakat Jepang untuk bisa berkomunikasi ataupun berhubungan dengan yang bukan burakumin. 57 Diskriminasi yang diterima oleh Senta disebabkan karena adanya sejarah pada masa lalu (Yahya, 2006:248-249) yang mengatakan bahwa burakumin berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan hewan dan kematian (Hane, 2003:140), yang menurut agama Shinto, percaya bahwa ketidakbersihan merupakan dosa dan daging binatang dianggap kotor, sehingga bisa menggangu para Dewa. Selain itu hal yang berhubungan dengan kematian dianggap tidak bersih (Thomas, 1996:76). Oleh karena hal itu maka burakumin dianggap sebagai masyarakat yang kotor dan tidak dapat dipercaya (Hane, 2003:142 – 143), sehingga teman-teman Senta tidak mau bermain dengannya karena mereka beranggapan Senta adalah salah satu yang tidak dapat dipercaya dan kotor. Selain itu diskriminasi yang terjadi pada Senta di karenakan adanya corak sosialisasi dalam masyarakat Jepang yaitu fenomena yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga anak-anak belajar menghakimi seseorang (Yahya, 2006:248 – 249). Jadi meskipun Senta masih anak-anak, namun karena tindakan diskriminasi diturunkan ke setiap generasi maka pasti setiap burakumin akan menerima perlakuan diskriminatif tersebut. 58