15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik 1. Tinjauan Tentang

advertisement
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Tinjauan Tentang Nata
Tinjauan tentang nata akan membahas pengertian nata,
mikroorganisme penghasil nata.
a. Pengertian Nata
Nata adalah berasal dari bahasa Spanyol yang apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi “natare” yang berarti
terapung-apung.11 Sedangkan “Ensiclopedia Universall Ilustrade”
mendefinisikan suatu lapisan yang terbentuk di permukaan media
yang mengandung gula. Media untuk pertumbuhan bakteri nata dapat
dibuat dalam air kelapa, sari nanas, sari tomat serta sari buah-buahan
lain yang mengandung banyak gula. 12
Nata termasuk produk fermentasi, seperti halnya anggur kulit
pisang.13 Biakan yang digunakan adalah bakteri Acetobacter xylinum,
jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula misalnya air
kelapa, bakteri ini akan menghasilkan asam cuka atau asam asetat dan
11
Roni Palungkun, Aneka Produk Olahan Kelapa, Jakarta: Penebar Swadaya, 1999, h. 99.
Lina Susanti, “Perbedaan Penggunaan Jenis Kulit Pisang Terhadap Kualitas Nata”,
Skripsi, Semarang : Fakultas Tehnik Universitas Negeri Semarang, 2006, h. 9.
13
Munadjim, Teknologi Pengolahan Pisang, Jakarta: Gramedia, 1983, h.64.
12
15
16
lapisan putih yang terapung-apung di permukaan media cair tersebut.
Lapisan putih itulah yang dikenal sebagai nata.14
Tanda awal tumbuhnya bakteri nata (Acetobacter xylinum)
dapat dilihat dari keruhnya media cair setelah difermentasi 24 jam
pada suhu kamar. Lapisan tipis yang tembus cahaya mulai terbentuk
di permukaan media dan cairan dibawahnya menjadi semakin jernih
setelah difermentasi selama 36-48 jam.15
Nata dikembangkan pertama kali di negara Filipina. Percobaan
pengembangan di Indonesia dilakukan di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Hasil Pertanian Bogor tahun 1975, nata
dikenal tidak hanya di daerah asalnya saja tetapi sudah meluas sampai
ke manca negara sebagai makanan pencuci mulut (dessert) yang
banyak disukai. Nata berbentuk padat, putih bersih mirip kelapa muda
dan rasanya menyerupai kolang-kaling. Kandungan terbesar dalam
nata adalah air 98%. Nata sangat baik dikonsumsi terutama oleh
mereka yang diet rendah kalori atau diet tinggi serat, kandungan air
yang tinggi berfungsi untuk memperlancar proses metabolisme tubuh.
Serat nata di dalam tubuh manusia akan mengikat semua unsur sisa
hasil pembakaran yang tidak diserap oleh tubuh, kemudian dibuang
melalui anus berupa tinja.16
14
Lina Susanti, “Perbedaan Penggunaan Jenis Kulit Pisang Terhadap Kualitas Nata”,
Skripsi, Semarang : Fakultas Tehnik Universitas Negeri Semarang, 2006, h. 9.
15
Ibid.,h. 10.
16
Ibid h. 10 .
17
Kini di Indonesia nata banyak dijumpai di pasar-pasar atau
supermarket. Nata dijual dalam bentuk awetan air gula yang dikemas
dalam botol atau plastik. Selain itu sering pula ditambahkan bahan
lain untuk memberi cita rasa yang spesifik, misalnya esen atau
flavour.
b. Mikroorganisme Penghasil Nata
Nata merupakan produk fermentasi yang dihasilkan oleh
bakteri fermentatif Acetobacter xylinum yang tumbuh dalam suatu
medium yang kaya akan nutrisi, salah satunya adalah karbohidrat.
Acetobacter
xylinum
merupakan
mikroorgnisme
yang
jika
ditumbuhkan dalam media cair mengandung gula misalnya air kelapa,
bakteri ini akan menghasilkan asam cuka atau asam asetat. Bakteri ini
juga mengubah sekitar 19 % sukrosa menjadi selulosa. Selulosa yang
terbentuk di dalam medium tersebut adalah hasil sekresi seluler dari
Acetobacter xylinum dengan menggunakan sukrosa sebagai bahan
utama dan sumber energi.17
Selulosa merupakan rantai tidak bercabang yang saling
berikatan paralel satu sama lain. Sifat selulosa diantaranya tidak larut
dalam air, eter, alkohol; tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan
manusia tetapi akan terhidrolisis oleh asam kuat (H2SO4) Selulosa
yang terbentuk berupa benang-benang yang bersama-sama dengan
17
Amatun nur, “ Karakteristik Nata De Cottonii Dengan Penam Bahan Dimetil Amino
Fosfat (DAP) dan Asam Asetat Glasial”, Skripsi, Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor 2009, h. 12
18
polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan secara terus-menerus
menjadi lapisan nata. Terbentuknya pelikel (lapisan tipis nata) mulai
dapat terlihat di permukaan media cair setelah 24 jam inkubasi,
bersamaan dengan terjadinya proses penjernihan cairan di bawahnya.
Jaringan halus yang transparan yang terbentuk di permukaan
membawa sebagian bakteri terperangkap di dalamnya. Gas CO2 yang
dihasilkan secara lambat oleh Acetobacter xylinum menyebabkan
pengapungan ke permukaan. Mekanisme pembentukan selulosa oleh
Acetobacter xylinum dapat dijelaskan pada Gambar 2.1 berikut:
Glukosa (Glu)
Acetobacter xylinum
ATP
ADP
Glu-6P
(Fosfoglukomutase)
Glu-1P
UTP
P
UDP-Glu
Glikolipid
Lipid
(ß1,4-D-Glu)n
Selulosa
Gambar 2.1. Mekanisme Pembentukan Selulosa oleh Acetobacter
xylinum
19
Peningkatan jumlah selulosa yang relatif cepat diduga akibat
konsentrasi sel yang terus berkembang di daerah permukaan yang
langsung kontak dengan udara di dalam wadah fermentasi. Pada kultur
yang tumbuh, suplai O2 di permuka-an akan merangsang peningkatan
massa
sel
dan
enzim
pembentuk
selulosa
yang
berakibat
meningkatnya produksi selulosa
Gel selulosa tidak terbentuk jika di dalam media tidak tersedia
glukosa atau oksigen. Tidak terdapatnya glukosa menyebabkan laju
konsumsi oksigen menjadi tidak berarti, yaitu kurang dari 0,01
mikromol / sel / jam. Dengan adanya glukosa, maka laju konsumsi
oksigen akan meningkat sampai kira-kira 4 mikromol / sel / jam18
Kemudian menghasilkan lapisan selulosa berwarna putih yang
terapung-apung di permukaan media cair tersebut, sebagai hasil akhir
metabolitnya. Lapisan putih itulah yang kemudian dikenal sebagai
nata.
Allah SWT berfirman mengenai makhluk-makhluk kecil
yang secara implisit dapat diartikan bahwa sebagai bakteri termasuk
didalamnya. Al-Qur’an surat Al-Baqarah 26 berbunyi:
     
    







    



   





    
18
Eddy Sulistyowati. Pembuatan Nata dari Limbah Buah-buahan sebagai Alternatif
Keaneka-ragaman Makanan. Skripsi, UGM Yogyakarta,2008, h. 9
20




19

Artinya : “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan
berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun
orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa
perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka
yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan
ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak
orang yang disesatkan Allah dan dengan perumpamaan itu
(pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada
yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (Q.S
Al-Baqarah 26).20
Berdasarkan
Ayat
Al-Qur’an
di
atas
banyak
sekali
perumpamaan yang tujuannya memperjelas suatu perkataan atau
kalimat dengan membandingkan isi atau pengertian perkataan atau
kalimat itu dengan sesuatu yang sudah dikenal dan dimengerti.
Penjelasan
di
atas
menggambarkan
bahwa
Allah
membuat
perumpamaan hewan yang sangat kecil berupa nyamuk atau lebih
rendah dari itu, salah satunya adalah bakteri. Acetobacter xylinum
adalah
salah
satu
mikroorganisme
fermentatif
yang
bersifat
mikroskopik, yang mampu mengubah karbohidrat dalam bahan
pangan menjadi sumber nutrisi yang lebih bermanfaat.21
Bakteri asam asetat termasuk mikroorganisme penghasil nata
yang dapat membentuk asam asetat melalui
19
proses oksidasi
Qs. Al-Baqarah [2] : 26.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah, Bandung: Jabal Raudhotul
Jannah,2009,h. 5.
21
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran Volume
1. Jakarta: Lentera Hati. 2009, h.159.
20
21
metilalkohol menjadi asam asetat dan mampu mengoksidasi
komponen-komponen organik lain, termasuk asam asetat sendiri.
Bakteri
Acetobacter xylinum dapat diklasiflkasikan dalam
golongan :
Divisio
: Protophyta
Kelas
: Schizornycetes
Ordo
: Pseudomonnales
Famili
: Paseudomonas
Genus
: Acetobacter
Spesies
: Acetobacter xylinum22
Sifat-sifat bakteri Acetobacter
xylinum
dapat diketahui dari
sifat morfologi, sifat fisiologi dan pertumbuhan selnya.
1) Sifat Morfologi
Acetobakter xyilnum merupakan bakteri berbentuk batang
pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar 0,6 mikron
dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bisa
membentuk rantai pendek dengan satuan 6 - 8 sel. Bersifat tidak
mudah bergerak ( non motil ).
Bakteri ini tidak berwarna dan tidak mempunyai spora yang
tebal di dalam dinding selnya. Pertumbuhan bakteri dapat dilihat oleh
mata pada medium cair setelah 48 jam dan akan membentuk lapisan
21
Lilies Sutarminingsih, Peluang Usaha Nata De Coco, Yogyakarta : Kanisius, 2004, h.
24.
22
palikel (film pada medium cair), sehingga dapat dengan mudah
diambil dengan jarum ose (jarum yang terbuat dari kawat dengan
ujung berbentuk lingkaran) untuk memindahkan biakan (kultur).23
2)
Sifat Fisiologi
Bakteri ini dapat membentuk asam dari bahan glukosa
(C6H12O6), etil alkohol (C2 H5OH ) dan propil alkohol (C3H7OH),
tidak membentuk senyawa busuk yang beracun dari hasil peruraian
protein (indol) dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat
(CH3COOH) menjadi CO2 dan H2O. Sifat yang paling menonjol dari
bakteri ini adalah memiliki kemampuan untuk menggabungkan reaksi
antar glukosa (polimirisasi), sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya,
selulosa tersebut membentuk materi yang dikenal sebagai nata.
Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisiologi dalam
pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman,
temperatur dan ketersediaan oksigen.24
3) Pertumbuhan Sel
Bakteri umumnya memperbanyak diri secara pembelahan biner
yang berarti satu sel akan membelah menjadi dua sel baru. Waktu
yang diperlukan untuk perbanyakan dari satu sel menjadi dua sel baru
disebut waktu generasi, bakteri akan melewati beberapa fase
23
Lina Susanti, “Perbedaan Penggunaan Jenis Kulit Pisang Terhadap Kualitas Nata”,
Skripsi,Semarang : Fakultas Tehnik Universitas Negeri Semarang, 2006, h.12.
24
Ibid. 6.
23
pertumbuhan. Fase pertumbuhan sel bakteri tersebut adalah sebagai
berikut :
a) Fase Adaptasi
Pada fase ini bakteri belum memperbanyak diri tetapi baru
mulai membesar yaitu dengan adanya makanan dan penyesuaian diri
dalam lingkungan baru. Sebagian bakteri mati, sehingga hanya
bakteri yang kuat saja yang nantinya dapat memperbanyak diri.
b) Fase Pertumbuhan Awal
Bakteri pada fase ini memperbanyak diri secara lambat.
Bakteri mulai membesar mendekati ukuran maksimum. Petambahan
ukuran sel ini terjadi disebabkan karena adanya permulaan aktivitas
metabolisme. Pada fase ini waktu memperbanyak sel semakin lama
semakin sedikit.
c) Fase Pertumbuhan Eksponsial
Fase ini disebut juga sebagai fase pertumbuhan logaritma,
yang ditandai dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Pada fase ini
waktu yang dibutuhkan untuk pembelahan diri (waktu generasi)
paling pendek dan konstan. Jumlah bakteri untuk setiap waktu
generasinya menjadi duakali lipat. Selama fase ini ukuran sel paling
minimum, dinding sel paling tipis dan metabolisme paling kuat.
d) Fase Pertumbuhan Lambat
24
Fase ini, kecepatan pembelahan sel berkurang dan jumlah sel
yang mati bertambah, hal ini disebabkan karena ketersediaan nutrisi
telah berkurang, terjadi penimbunan zat-zat beracun (metabolit
toksik), dan adanya perubahan pH.
e) Fase Pertumbuhan Tetap
Fase ini jumlah sel yang hidup menjadi tetap (stasioner). Hal
ini
disebabkan
karena
adanya
pengurangan
makanan
dan
penimbunan zat-zat beracun secara terus menerus, sehingga
perbanyakan sel terhambat dan dapat menyebabkan kematian sel.
Lamanya fase ini tergantung kepada kepekaan sel terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan sel tersebut.
f) Fase Menuju Kematian
Pada fase ini, bakteri mulai mengalami kematian, karena
nutrisi telah habis dan sel kehilangan banyak energi cadangannya.
g) Fase Kematian
Pada fase ini, sel dengan cepat mengalami kematian, hampir
merupakan kebalikan dari fase logaritmik. Sel yang hidup semakin
lama semakin sedikit, karena sel yang mati semakin banyak.
Kecepatan kematian dipengaruhi oleh nutrisi, lingkungan dan
bakteri. Untuk Acetobacter xylinum, fase ini dicapai setelah hari
25
kedelapan hingga kelima belas. Pada fase ini, Acetobacter xylinum
tidak baik apabila digunakan sebagai bibit nata.25
2. Tinjauan tentang kulit pisang
Tumbuhan ini berasal dari Asia dan tersebar di Spanyol, Italia,
Indonesia, Amerika, dan bagian dunia lainnya. Pada dasarnya tanaman
pisang merupakan tunbuhan yang tidak memiliki batang sejati. Batang
pohonnya terbentuk dari perkembangan dan pertumbuhan pelepah–
pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang. Batang pisang
sebenarnya terdapat pada bonggol yang tersembunyi di dalam tanah.26
a. Manfaat Pisang
Selain sebagai sumber vitamin dan mineral, buah pisang hijau
dapat digunakan untuk gurah yaitu untuk menghilangkan dahak dan
menyaringkan suara. Cara membuatnya adalah buah pisang hijau
dibelah, bagian tengahnya diberi minyak kelapa yang jernih,
kemudian dibakar hingga matang. Buah yang matang tersebut dikupas
kulitnya kemudian konsumsi. Buah pisang juga berkhasiat untuk
penyembuhan anemia karena dengan mengkonsumsi buah pisang,
kadar hemoglobin dalam darah dapat meningkat. Kandungan kalium
buah pisang dapat mengurangi tekanan stres, menurunkan tekanan
darah, menghindari penyumbatan pada pembuluh darah, mencegah
25
Lina susanti, “Perbedaan Penggunaan Jenis Kulit Pisang Terhadap Kualitas Nata”,
Skripsi, Semarang : Fakultas Tehnik Universitas Negeri Semarang, 2006, h.13-15.
26
Dini Nuris Nuraini, Aneka Manfaat Kulit Buah dan Sayur, Yogyakarta: AND, 2011,
h. 148.
26
stroke, memberikan tenaga untuk berpikir dan menghindari kepikunan
atau mudah lupa.27
Pisang bisa juga menjadi obat tidur, dikarenakan dalam suatu
penelitiaan bahwa ada satu zat yang bisa memicu atau setidaknya
membantu lolosnya triptopam ke otak dalam jumlah banyak, zat yang
dimaksud adalah karbohidrat.28
Bagaimana karbohidrat dapat meningkatkan peluang tritofan
menembus
barier
otak,
ternyata
disebabkan
karbohidrat
menghilangkan dalam meningkatkan sekresi insulin. Insulin inilah
yang menyapu semua jenis asam amino dari darah kecuali triptofan,
sehingga triptofan akan lebih banyak memiliki peluang masuk ke otak.
Fenomena ilmiah ini yang kemudian dinyatakan sebagai makanan
yang berkarbohidrat tinggi, seperti kue, bubur, manisan, dan
sebagainya termasuk nasi, yang dapat membuat nyenyak tidur atau
menyembuhkan isomnia.29
Pisang merupakan makanan yang kaya akan karbohidrat, dan
mengandung cukup banyak asam amino triptofan.30 Serat pisang
bermanfaat dalam membantu orang yang sedang diet, perokok yang
ingin menghilangkan pengaruh nikotin, mengontrol suhu badan
27
Suyati Dan Ahmad Supriyadi, Pisang Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar (edisi
revisi), Jakarta: Penebar Swadaya, 2008, h. 132.
28
TIM Bina Karya Tani, Pedoman Bertanam Pisang, Bandung: Yrama Widya, 2008, h.
8-9.
29
Ibid, h.9.
30
TIM Bina Karya Tani, Pedoman Bertanam Pisang, Bandung: Yrama Widya, 2008,
h.9.
27
(khusus pada ibu hamil), menetralkan asam lambung, dan manfaat
lainnya.
1) Bunga Pisang
Bunga pisang biasanya dijadikan sebagai sayur karena
memiliki kandungan protein, vitamin, lemak, dan karbohidrat yang
tinggi. Selain dibuat sayur, bunga pisang ini
juga dapat dibuat
manisan, asinan, acar, maupun kudapan lainnya.31
2) Daun Pisang
Oleh masyarakat pedesaan Jawa, daun pisang yang bagus atau
tidak robek kerap dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan.
Sementara daun-daun yang sudah tua atau sudah rusak atau terkoyak
digunakan sebagai pakan kambing, sapi, atau kerbau, karena banyak
mengandung unsur yang diperlukan oleh hewan atau juga bisa
dijadikan sebagai bahan kompos.32
3) Batang Pisang
Batang pisang banyak dimanfaatkan antara lain, membungkus
bibit, tali industri pengolahan tembakau (batang yang dikeringkan
terlebih dahulu), dan bahan untuk membuat kompos. Batang pisang
dari jenis abaca dapat diolah menjadi serat untuk bahan dasar
pembuatan pakaian atau kertas. Batang pisang yang telah dipotong
31
Suyati dan Ahmad Supriyadi, Pisang Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar,
Jakarta: Penebar Swadaya, 2005, h. 6.
32
Suyati dan Ahmad Supriyadi, Pisang Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar (edisi
revisi), Jakarta: Penebar Swadaya, 2008, h.12-13.
28
kecil dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (seperti domba dan
kambing), terutama pada musim kemarau ketika persediaan rumput
tidak ada atau kurang. Selain itu, air dari batang pisang dapat
dijadikan sebagi penawar racun dan bahan baku dalam pengobatan
tradisional.33
Tabel 2.1 Komposisi kimia batang pisang (setiap 100 Kg)
Air
Protein
Lemak
Fosfor
Kalium
Kalsium
Besi
Hidrat arang
Unsur
(gr)
(gr)
(mg)
(mg)
(mg)
(mg)
(gr)
Jumlah
92,50
0,35
135
213
122
0,70
4,6034
4) Buah Pisang
Buah pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang
paling dikenal, dan merupakan bagian utama dari produksi tanaman
pisang. Buah pisang kerap dijadikan sebagai sumber vitamin dan
mineral, sebagai buah meja, atau sebagai buah olahan seperti sale
pisang, tepung pisang, selai atau jam, sari buah, sirup, keripik, dan
33
Ibid , h. 13.
Munadjim, Teknologi Pengolahan Pisang, Jakarta: Gramedia, 1983, h. 14.
34
29
berbagi jenis olahan kue (cake, nagasari, sarikaya, kolak, pisang
goreng, atau pisang bakar).35
Selain sebagai sumber vitamin dan mineral, buah pisang hijau
yang dibakar juga dapat digunakan sebagai obat, yakni untuk
pengobatan tradisional gurah. Pisang hijau bakar berfungsi untuk
menghilangkan dahak agar suara menjadi nyaring. Caranya dengan
membakar buah pisang hijau (beserta kulitnya), yang telah diberi
minyak jernih pada bagian tengahnya yang dibelah. Buah yang telah
dibakar kemudian dikupas kulitnya dan kosumsi. Buah pisang juga
dipercaya khasiatnya untuk penyembuhan penderita anemia, sebagai
sumber tenaga, dan membantu perogram diet. Selain itu, dengan
mengonsumsi pisang bisa menghilangkan pengaruh nikotin, membantu
sistem saraf, mencegah stroke, mengontrol suhu badan (terutama bagi
ibu hamil), menetralkan asam lambung, dan masih banyak manfaat
lainnya.36
5) Bonggol Pisang
Bonggol pisang mengandung zat pati. Pati yang terkandung di
dalam umbi batang pisang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat.
Pada zaman dahulu, umbi batang pisang dimakan atau dikeringkan
untuk dijadikan abu. Umbi batang ini banyak mengandung soda, yang
dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan sabun atau untuk pupuk,
35
Suyati dan Ahmad Supriyadi, Pisang Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar (edisi
revisi), Jakarta: Penebar Swadaya, 2008, h.13
36
Ibid. h. 14.
30
yaitu sebagi sumber pupuk kalium. Air yang ada dalam umbi batang,
khususnya pisang kepok dan pisang kelutuk, dapat dipergunakan
sebagai obat sakit perut, disentri, pendarahan dalam usus, obat amandel,
dan penyubur rambut.37
Tabel 2.2 Komposisi kimia bonggol pisang (setiap 100gr)
Kalori
Protein (gr)
Lemak (gr)
H.arang (gr)
Ca (mg)
P (mg)
Fe (mg)
Vitamin A (si)
Vitamin B (mg)
Vitamin C (mg)
Air %
Basah
43
0,6
11,6
15
60
0,5
0,01
12
86
Kering
245
3,4
66,2
60
150
2
0,04
4
2038
6) Kulit Buah Pisang
Selain untuk pakan ternak, kulit buah pisang juga dapat
dijadikan sebagai bahan campuran cream anti nyamuk, kulit buah
pisang juga dapat diekstrak untuk dibuat pektin. Manfaat lainnya
dapat dijadikan sebagai pembunuh larva serangga, yakni dengan
sedikit menambah urea dan pemberian bakteri. Berdasarkan temuan
dari Taiwan diketahui bahwa kulit pisang yang mengandung vitamin
37
38
Munadjim, Teknologi Pengolahan Pisang, Jakarta: Gramedia, 1983, h. 5.
Ibid. h. 8.
31
B6 dan serotonin dapat diekstrak dan dimanfaatkan untuk kesehatan
mata (menjaga retina mata dari kerusakan akibat cahaya berlebih).39
Kulit pisang dapat digunakan sebagai krim anti nyamuk,
membantu sistem saraf, membantu perokok menghilangkan pengaruh
nikotin, stres, mencegah stroke, mengatur temperatur badan,
menetralkan keasaman lambung, menghaluskan kulit, menghilangkan
bekas jerawat ataupun bekas cacar air, mengatasi depresi, menjaga
retina dari kerusakan cahaya akibat regenerasi retina, membantu
pertumbuhan
tanaman,
penyubur
rambut,
sariawan
usus,
menghaluskan telapak tangan atau kaki, sebagai bahan pembuat jeli,
telinga bengkak, mengusir kutu, keripik kulit pisang dan tepung kulit
pisang, mengobati (ulces, kudis, atau bisul), sebagai bahan makanan
ternak, dan menurunkan tekanan darah.40
Tanaman pisang memang banyak dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan hidup manusia dan dikenal sebagai tanaman yang multiguna
karena selain buahnya, bagian tanaman lain pun bisa dimanfaatkan,
mulai dari bonggol hingga daunnya. Pemanfaatan masing-masing
bagian tanaman pisang, disesuaikan dengan kandungan nutrisi yang
paling banyak dalam bagian tersebut.
Kulit pisang yang selama ini dikenal masyarakat tidak
mempunyai nilai ekonomi, ternyata dapat dijadikan bahan dasar dalam
39
Suyati dan Ahmad Supriyadi, Pisang Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar (edisi
revisi), Jakarta: Penebar Swadaya, 2008, h. 14-15.
40
Dini Nuris Nuraini, Aneka Manfaat Kulit Buah dan Sayur, Yogyakarta: ANDI, 2011,
h. 148-153
32
beberapa produk olahan diantaranya jelly, cuka, dan anggur kulit
pisang. Hal ini dikarena kulit pisang mempunyai kandungan gizi yang
memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai bahan dasar makanan yang
layak dan aman untuk dikonsumsi.41
Tabel 2.3 Kandungan unsur gizi kulit pisang (dalam 100g
Bahan)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Unsur gizi
Air (g)
Karbohidrat (g)
Lemak (g)
Protein (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Zat besi (mg)
Vitamin B (mg)
Vitamin C (mg)
Kadar
86,90
18,50
2,11
0,32
715
117
1,6
0,12
17,542
Bila dilihat dari daftar komposisi kimia, kulit pisang berpotensi
sebagai bahan makanan sehat dan murah. Produk olahan dari kulit
pisang yang sudah ada di pasaran diantaranya anggur kulit pisang.
Anggur kulit pisang merupakan produk fermentasi oleh bakteri
Acetobacter xylinum. Nata merupakan produk makanan yang berasal
dari proses fermentasi seperti halnya anggur, sehingga kulit pisang
juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat nata.
Jenis kulit pisang yang baik dijadikan bahan dasar dalam membuat
nata adalah jenis kulit pisang yang beraroma tajam dan khas.
41
42
M.lies Suprapti, Aneka Olahan Pisang, Yogyakarta, Kanisium, 2005, h. 86
Ibid. h. 86.
33
a) Pisang Kepok
Pisang kepok dikenal di Filipina dengan nama pisang saba,
sedangkan di Malaysia dikenal dengan nama pisang nipah, buahnya
enak untuk dimakan setelah diolah terlebih dahulu. Bentuk buah agak
pipih, sehingga disebut dengan nama pisang gepeng. Beratnya per
tandan bisa mencapai 14-22 Kg dengan jumlah sisir 10-16. Masingmasing sisir terdiri dari 12-20 buah. Bila matang, warna kulit akan
berubah menjadi berwarna kuning putih.43
Berikut adalah klasifikasi dari buah pisang kepok (Musa
acuminate L.):
43
Kingdom
: Plantae
Filum
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberraceae
Genus
: Musa
Spesies
: Musa acuminata L.44
Suyati dan Ahmad Supriyadi, Pisang Budidaya PengoLahan dan Prospek Pasar,
Jakarta: Penebar Swadaya, 2005, h. 29.
44
http://endrajuniharja.blogspot.com/2013/03/efektifitas-pisang-kepok-terhadaplogam.html. (Di akses pada Tanggal 1mei 2014)
34
Pisang kepok banyak jenisnya, tetapi yang terkenal antara lain
pisang kepok putih dan pisang kepok kuning. Seperti namanya, pisang
kepok putih memiliki daging buah berwarna putih, sedangkan pisang
kepok kuning daging buahnya berwarna kuning. Pisang kepok kuning
memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan pisang kepok putih,
sehingga pisang kepok kuning cendrung lebih disukai.45
Gambar 2.2 Pisang Kepok46
B. Kerangka Konseptual
Kulit pisang merupakan limbah yang mana tidak diman
faatkan lagi. Sehingga peneliti ingin memanfaatkan kulit pisang
sebagai bahan dasar dalam pembuatan nata, yang dilakukan dengan
proses fermentasi dengan menggunakan Mikroorganisme (bakteri
Acetobacter xylinum).
45
46
juni 2013)
Ibid. h. 29.
http://hasan-sanim.blogspot.com/2012/06/jual-berbagai-jenis-pisang-lokal-1.(online 04
35
Mikroorganisme bagi manusia ada yang bersifat menguntungkan
dan ada juga yang merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan
yaitu mikroorganisme yang mampu memberikan nilai ekonomis bagi
kehidupan manusia misalnya mikroorganisme yang membantu proses
dalam pembuatan makanan dan pembuatan minuman hasil fermentasi,
berperan dalam pengendalian hama, dan penghasil antibiotik. Sedangkan
mikroorganisme yang merugikan bagi manusia yaitu mikroorganisme
yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit pada manusia, hewan
piaraan dan tanaman budidaya (mikroorganisme patogenik).
Acetobacter
xylinum
merupakan
mikroorgnisme
yang
jika
ditumbuhkan dalam media cair mengandung gula misalnya air kelapa,
bakteri ini lama kelamaan akan menghasilkan asam cuka atau asam
asetat. Kemudian menghasilkan lapisan selulosa berwarna putih yang
terapung-apung di permukaan media cair tersebut, sebagai hasil akhir
metabolitnya. Lapisan putih itulah yang kemudian dikenal sebagai nata.
Nata yang dihasilkan berdasarkan lama waktu fermentasi dan juga
akan berpengaruh pada tingkat ketebalan lapisan selulosanya. Dalam
penelitian
ini
menggunakan
kulit
pisang,
karena
kulit
pisang
mengandung karbohidrat sebesar 18,5%, lemak 2,11%, protein 0,32%,
kalsium 0,715%, fosfor 0,117%, zat besi 0,0016%, vitamin B 0,00012%,
vitamin C 0,0175%, dan air 68,9%. Kandungan karbohidrat yang cukup
besar (18%) dan air (68,9%) dalam kulit pisang memungkinkan untuk
dapat dijadikan bahan baku dalam pembuatan nata. Sehingga dituangkan
36
dalam penelitian pembuatan nata dari kulit pisang, sebagaimana
dijelaskan skema dalam Gambar 2.3 berikut:
Pengaruh lama waktu fermentasi dengan menggunakan media cair
limbah kulit pisang terhadap ketebalan lapisan nata de banana
Lama Waktu Fermentasi
Ketebalan Nata de Banana
Waktu Fermentasi yang efektif
Menguji hipotesis
Membuat nata dan Membuat perlakuan
Mengumpulkan Data
Menganalisis Data
Menarik kesimpulan
Gambar.2.3 Kerangka Konseptual Penelitian
Download