UNESA Journal of Chemistry Vol. 5 No.1 January 2016 PENGARUH JENIS KULTUR STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP KARAKTERISTIK SOYGHURT THE EFFECT OF THE TYPE OF STARTER CULTURES OF LACTIC ACID BACTERIA TO THE CHARACTERISTICS OF SOYGHURT Amrul Wahyu Hermawan*, Prima Retno Wikandari Departemen of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences State University of Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761 *Corresponding author, e-mail: [email protected] Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kultur starter bakteri asam laktat terhadap karakteristik soyghurt meliputi mutu kimia (pH dan total asam), mutu mikrobiologi (total BAL dan total Koliform), dan mutu organoleptik (warna,, rasa, aroma, tekstur, dan tingkat kesukaan umum). pH dan total asam diuji dengan menggunankan metode AOAC 1995 dan Apriyantono 1997, total BAL dan koliform diukur menggunakan Total Plate Count, danuji organoleptic menggunakan uji hedonik. Komposisi starter yang diinokulasikan pada media sari kedelai yaitu 2,5% v/v dengan perbandingan yang sama dan kombinasi jenis kultur starter yang dinokulasikan adalah S. thermophillus FNCC 0040 : L. bulgaricus FNCC 0041 (1:1), S. thermophillus FNCC 0040 : L. bulgaricus FNCC 0041 : L.plantarum B1765 (1:1:1), S. thermophillus FNCC 0040 : L. plantarum B1765 (1:1), L. plantarum B1765(1). Sari kedelai difermentasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Hasil pengujian mutu kimia menunjukkan kultur starter tunggal L. plantarum B1765 mampu menghasilkan pH yang terendah yaitu 4,63 dan menghasilkan total asam terbanyak sebesar 3,47. Berdasarkan uji mutu mikrobiologi,penggunaan kultur starter S. thermophillus FNCC 0040 dan L. bulgaricus FNCC 0041 mampu tumbuh paling baik di media sari kedelai sebesar 1,06 x 1014 CFU/ml dan untuk kultur starter tunggal L. plantarum B1765 mampu menekan pertumbuhan koliform terbaik sebesar 7,35 x106 CFU/ml. Pada uji mutu organoleptik dapat diketahui bahwa sampel soyghurt tidak memberikan pengaruh pada warna, rasa, aroma dan tingkat kesukaan umum, namun berbeda pada penerimaan tekstur. Kata kumci: soyghurt, bakteri asam laktat, L. plantarum B1765, karakteristik soyghurt Abstract. This research aims to determine the effect of the type of starter cultures of lactic acid bacteria to the characteristics soyghurt include chemica qualities (pH and total acids), microbiological qualities (total LAB and total coliform), and organoleptic qualities (color, taste, aroma, texture, and general preference level). The pH and total acid were measured by AOAC 1995 method and Apriyantono 1997 method, the total LAB and total coliform were counted by Total Plate Count, and the organoleptic test using hedonic test. The composition of starter inoculated on media soya extract at 2,5% v / v with the same comparison. Inoculated species are S. thermophillus FNCC 0040: L. bulgaricus FNCC 0041 (1: 1), S. thermophillus FNCC 0040: L . bulgaricus FNCC 0041: L.plantarum B1765 (1: 1: 1), S. thermophillus FNCC 0040: L. plantarum B1765 (1: 1), L. plantarum B1765 (1). Soya exctract was fermented for 24 hours at 37oC. The result of chemical quality test showed the single startes culture of L. plantarum B1765 capable to decrease the pH to the lowest of 4.63 and produced the highest of total acid of 3.47%. Based on the quality of microbiological test, the use of mixed starter cultures S. thermophillus FNCC 0040 and L. Bulgaricus FNCC 0041 could grow best in the media of soya extract of 1,06 x 1014 CFU/ ml and the single starter culture of L. plantarum B1765 be able to suppress the growth of coliform to 7,35 x106 CFU /ml. The organoleptic quality test showed that the soyghurt sample gives no effect on color, taste, aroma and general preference level, but differ in the texture reception. Keyword: soyghurt, lactic acid bacteria, L. plantarum B1765, characteristic soyghurt sumber protein bagi sebagian besar penduduk dunia, khususnya bagi masyarakat di negaranegara berkembang seperti Indonesia. Kedelai PENDAHULUAN Kedelai merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang dapat dijadikan 13 UNESA Journal of Chemistry Vol. 5 No.1 January 2016 merupakan sumber nutrisi yang baik, karena di dalam kedelai mengandung protein, lemak, dan karbohidrat yang relatif cukup tinggi. Selain itu, kedelai juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Banyak produk yang dibuat dari bahan baku kedelai dan salah satunya adalah sari kedelai. Sari kedelai memiliki masa simpan yang relatif pendek karena memiliki nilai pH yang relatif tinggi, sehingga perlu diolah lebih lanjut untuk menurunkan nilai derajat keasamannya. Nilai derajat keasaman yang rendah dapat memperpanjang masa simpan dan meningkatkan keamanan pangan. Maka untuk tujuan tersebut sari kedelai dapat difermentasi menjadi produk soygurt. Soygurt merupakan makanan berupa gel hasil fermentasi oleh bakteri asam laktat (BAL). BAL berperan dalam meningkatkan keamanan pangan dengan cara menurunkan nilai pH sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk makanan dan bakteri patogen, baik bakteri Gram positif maupun Gram negatif [1]. Salah satu sumber nutrisi untuk BAL dalam memproduksi asam laktat adalah glukosa. Kadar glukosa dalam sari kedelai sebesar 0,18 mg/g [2]. Jenis gula utama yang terdapat pada sari kedelai adalah golongan oligosakarida, yaitu raffinosa, stakiosa, dan sukrosa [3]. Konsentrasi raffinosa dan stakiosa dapat menurun dengan adanya enzim αgalaktosidase, dimana raffinosa dan stakiosa akan didengradasi oleh α-galaktosidase menjadi galaktosa dan sukrosa, kemudian sukrosa akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim invertase. Glukosa yang dihasilkan dapat menjadi tambahan nutrisi untuk BAL tumbuh dan berkembang biak. Beberapa jenis BAL seperti S. thermophilus,001, L. plantarum SMN,25, L. plantarum pentosus SMN, 01 [4], dan L. plantarum pentosus FNCC,235 diketahui memiliki aktivitas enzim α-galaktosidase tinggi yang dapat menurunkan konsentrasi raffinosa dan stakiosa. Stakiosa menurun setelah fermentasi dengan kultur campuran S. thermopilus dan L. bulgaricus [5]. Dalam kandungan sari kedelai juga terdapat senyawa bioaktif, yaitu glikosida. Bentuk glikosida yang terdapat pada kedelai seperti genistin, daidzin dan glisitin [6]. Glikosida mampu diubah menjadi aglikan dan glikan dengan bantuan enzim β-glukosidase. BAL dalam soygurt seperti L. bulgaricus dan S. thermophilus memiliki aktivitas enzim βglukosidase yang dapat menghidrolisis glikosida [3]. Beberapa spesies plantarum juga diketahui memiliki aktivitas enzim βglukosidase [7]. Glikan yang berupa glukosa tersebut mampu dijadikan sumber nutrisi bagi BAL untuk tumbuh dan berkembang biak. Bakteri S. thermopilus dan L. bulgaricus merupakan bakteri non probiotik [8]. Artinya, jumlah bakteri tersebut akan berkurang pada saat berada di sistem pencernaan, sehingga memicu bakteri patogen untuk tumbuh. Hal ini menyebabkan perlu dikombinasikannya bakteri probiotik dalam fermentasi soygurt. L. plantarum B1765 belum diteliti mengenai aktivitas probiotiknya, tapi berdasarkan beberapa penelitian menyatakan bahwa spesies L. plantarum diketahui memiliki aktivitas probiotik [8] [9]. Berdasarkan pemaparan diatas ada dua hal yang menjadi dasar penelitian ini. Pertama, terjadi perbedaan sistem enzim yang dihasilkan oleh kultur starter yang dapat berpengaruh terhadp mutu soygurt. Kedua, adanya kemungkinan untuk menghasilkan suatu produk fermentasi yang menyehatkan karena adanya kombinasi dari bakteri probiotik yang dijadikan sebagai kultur starter. Dua hal ini yang menjadi alasan peneliti ingin menguji kemungkinan adanya perbedaan jenis kultur starter dapat berpengaruh terhadap mutu kimia, mutu mikroorganisme, dan mutu organoleptik dari produk soygurt yang dihasilkan. Pada penelitian ini akan dilakukan uji pengaruh jenis kultur starter bakteri asam laktat terhadap karakteristik soygurt. METODE PENELITIAN Alat: Penelitian ini menggunakan alat sebagai berikut: baskom, panci, kompor, blender, kain saring, autoklaf (hirayama), laminar flow (Thermo Fisher Scientific), Inkubator (Memmert), neraca analitik, pH meter (Martini Instrumen), magnetic stirer, sentrifuge (eppendorf) dan alat-alat gelas. Bahan: Penelitian ini menggunakan bahan sebagai berikut: kedelai, aquademin, S. thermophilus FNCC 0040, L. bulgaricus FNCC 0041, L. plantarum B1765, MRSB (Merck), VRBA (Merck), agar, NaHCO3 (Merck), asam oksalat 14 UNESA Journal of Chemistry Vol. 5 No.1 January 2016 (Merck), indikator fenolftalein, NaOH (Merck), NaCl (Merck). PROSEDUR PENELITIAN Preparasi Sari Kedelai Sari kedelai dibuat dengan menggunakan metode Yusmarini, 1998 yang telah dimodifikasi [10]. Pertama, biji kedelai disortir, kemudian biji kedelai direndam dalam air selama 12 jam (perbandingan kedelai dengan larutan perendam adalah 1 : 3), selanjutnya kedelai ditiriskan dan direndam dengan larutan NaHCO3 0,5% selama 30 menit. Kulit kedelai dibuang dan dicuci dengan air bersih dan ditiriskan. Kedelai dihancurkan dengan menggunakan blender dengan penambahan air panas (80o–100oC) dengan perbandingan 1:7. Setelah itu selanjutnya digiling selama 7 menit, kemudian disaring. sebanyak 2,5% dari volume sari kedelai. Wadah IV, menggunakan starter Lactobacillus plantarum B1765 sebanyak 2,5% dari volume sari kedelai Setelah diinokulasi, sari kedelai di inkubasi selama 24 jam dan pada suhu 37oC [10]. Uji Mutu Kimia Pengukuran pH Pengukuran pH dilakukan dengan cara mengambil sampel sebanyak 5 ml, kemudian dihomogenkan, dibiarkan sekitar 10 menit,. Selanjutnya diukur pHnya dengan pH meter yang telah dikalibrasi dengan buffer pH 4.0 dan pH 7.0. Nilai pH diukur sebanyak 2 kali ulangan [12]. Total Asam Sampel sari kedelai fermentasi sebanyak 10 ml diencerkan menjadi 250 ml di dalam labu ukur kemudian diambil sebanyak 50 ml dan ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein. Kemudian sampel dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda [13]. Pembuatan Kultur Starter Pembuatan kultur starter dilakukan dengan cara menumbuhkan 1% (v/v) kultur murni ke dalam 15 ml MRS steril. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37oC selama 18 jam, ini disebut kultur induk. Kultur induk sebanyak 1% (v/v) ditumbuhkan pada MRS steril sebanyak 50 ml, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC selama 18 jam yang disebut kultur kerja [11]. Uji Mikrobiologi Uji total bakteri mikrobiologi dapat dilakukan dengan metode agar tuang. Sebanyak 1 ml sampel dipipet ke dalam 9 ml larutan NaCl 0,85% sehingga diperoleh tingkat pengenceran 10-1. Selanjutnya dibuat pengenceran sampai 10-12. Pada tingkat pengenceran 10-7-10-12 diambil 1 ml sampel kemudian dilakukan plating pada MRS agar + 0,5% CaCO3 untuk uji total BAL dan pengenceran 10-1-10-5 plating pada media VRBA untuk uji total koliform. Lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam. Koloni yang tumbuh dengan menunjukkan zona bening dihitung sebagai total BAL dan koloni yang tumbuh dengan menunjukkan warna ungu yang berpendar dihitung sebagai total koliform [11]. Pembuatan Soyghurt Soyghurt dibuat menggunakan metode Yusmarini dan Efendi tahun 1998 yang telah dimodifikasi. Sari kedelai segar dibagi menjadi 4 wadah yang berbeda dan masingmasing bagian sebanyak 150 mL. Wadah yang telah diisi sari kedelai diberi label I, II, III, dan IV. Sari kedelai di pasteurisasi pada suhu 70o C selama 15 menit, didinginkan dengan cepat hingga mencapai 45o C. Kemudian diinokulasi dengan jenis kultur starter yang berbeda. Wadah I, menggunakan starter yang terdiri dari Streptococcus thermophillus FNCC 0040 dan Lactobacillus bulgaricus FNCC 0041 (1:1) sebanyak 2,5% dari volume sari kedelai. Wadah II, menggunakan starter yang terdiri dari Streptococcus thermophillus FNCC 0040, Lactobacillus bulgaricus FNCC 0041 dan Lactobacillus plantarum B1765 (1:1:1) sebanyak 2,5% dari volume sari kedelai. Wadah III, menggunakan starter yang terdiri dari Streptococcus thermophillus FNCC 0040 dan Lactobacillus plantarum B1765 (1:1) Teknik Analisis Data Pada penelitian ini data yang diperoleh merupakan data kuantitatif dan dianalisis dengan metode uji anava satu jalur menggunakan SPSS 16. Data yang diperoleh adalah mutu kimia, mutu mikroorganisme, dan mutu organoleptik hasil variasi jenis kultur starter produk soygurt. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 UNESA Journal of Chemistry Vol. 5 No.1 January 2016 *Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α 5% Mutu Kimia Soyghurt Pengujian nilai pH dan total asam dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman produk soyghurt. pH terendah menunjukkan bahwa kultur starter bakteri asam laktat yang digunakan dalam proses fermentasi mampu menghasilkan total asam terbanyak. Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan pH yang signifikan antara sari kedelai dan soyghurt, dimana sari kedelai mempunyai 6,86 yang lebih tinggi dari sampel soyghurt yang berkisar 4,63-4,97. Hasil uji statistik menggunakan anava satu arah menunjukkan nilai probabilitas, p< 0,05 yang menunjukkan adanya pengaruh jenis kultur starter terhadap nilai pH sampel soyghurt dan hasil uji lanjutan dengan pos hoc test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Penurunan nilai pH berkorelasi dengan peningkatan kadar total asam Analisis anava satu arah juga menunjukkan nilai probabilitas, p<0,05 yang menunjukkan adanya pengaruh jenis kultur starter terhadap kadar total asam dan berdasarkan hasil uji lanjutan pos hoc test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan kecuali perlakuan pada sampel soyghrut dengan kombinasi kultur starter S. thermophillus FNCC 0040: L. plantarum B1765 dengan sampel soyghurt yang menggunakan kultur starter L. Plantarum B1765. Kultur starter tunggal L. plantarum B1765 mampu menurunkan pH terbaik sebesar 4,63 dan menghasilkan total asam terbanyak sebesar 3,47%. Perbedaan nilai pH dan total asam yang ditunjukkan pada Tabel 1 disebabkan oleh kemampuan BAL dalam menghasilkan enzim α-galaktosidase, invertase, dan β-glukosidase yang berbedabeda, sehingga jumlah nutrisi BAL untuk tumbuh menjadi berbeda terutama jumlah kandungan nutrisi glukosa yang digunakan. Sari kedelai mempunyai kandungan gula utama dalam bentuk oligosakarida, yaitu raffinosa dan stakiosa yang dapat terurai menjadi zat penyusunnya yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa, karena BAL yang digunakan dalam fermentasi sari kedelai ini memiliki aktivitas enzim α-galaktosidase dan enzim invertase. Beberapa BAL diketahui memiliki aktivitas α-galaktosidase yang mampu memecah raffinosa dan stakiosa menjadi galaktosa dan sukrosa. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa jenis BAL S. thermophillus, L. bulgaricus, dan L. plantarum memiliki enzim α-galaktosidase [8][10]. Glukosa hasil pemecahan dari raffinosa dan stakiosa akan digunakan BAL sebagai nutrisi untuk menghasilkan asam laktat yang dapat menurunkan pH produk. Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan adanya perbedaan nilai pH pada masing – masing sampel. pH terendah ditunjukkan oleh sampel soyghurt dengan menggunakan kombinasi kultur starter tunggal L. plantarum B1765 yaitu 4,63, sehingga diduga L. plantarum B1765 mampu menghasilkan ativitas enzim α-galaktosidase, invertase, dan β-glukosidase yang lebih baik dibandingkan ketiga kombinasi lainnya. Sumber glukosa lain bisa didapatkan dari hasil pemecahan senyawa bioaktif yang terdapat pada sari kedelai. Sari kedelai mengandung senyawa bioaktif gikosida. Glikosida mampu diubah menjadi aglikan dan glikan oleh enzim β-glukosidase. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa jenis BAL S. thermophillus, L. bulgaricus, dan L. plantarum memiliki aktivitas enzim β-glukosidase [3][14][15]. Glikan hasil hidrolisis glikosida yang berupa glukosa tersebut dapat dijadikan Tabel 1 Hasil Uji pH dan Total Asam Soyghurt SAMPEL pH %Total Asam Sari Kedelai 6,86 - 4,97a 2,48a 4,89b 2,99b 4,85c 3,29c 4,63d 3,47d S. thermophillus FNCC 0040 : L. bulgaricus FNCC 0041 S. thermophillus FNCC 0040: L. bulgaricus FNCC 0041:L.plantarum B1765 S. thermophillus FNCC 0040: L. plantarum B1765 L. plantarum B1765 16 UNESA Journal of Chemistry Vol. 5 No.1 January 2016 tambahan nutrisi bagi BAL untuk menghasilkan total asam yang dapat menurunkan nilai pH produk. Kultur starter yang digunakan yaitu S. thermophillus FNCC 0040, L. bulgaricus FNCC 0041, dan L. plantarum B1765, dimana ketiga jenis bakteri asam laktat tersebut secara umum bersifat homofermentatif karena menghasilkan lebih dari 85% asam laktat [16]. Oleh karena itu, pada uji total asam sampel soyghurt dianggap sebagai total asam laktat. Selain asam laktat, terdapat sedikit produk samping yaitu gliserol, etanol, asetat, format, dan CO2. B1765 S. thermophillus FNCC 0040: L. 5,48 x 1013 c 8,57 x 106 b plantarum B1765 L. plantarum 6,85 x 1010 d 7,35 x 106 b B1765 *Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α 5% Komposisi jenis kultur starter yang ditambahkan dalam pembuatan soyghurt yaitu sebanyak 2,5 % v/v pada perbandingan dan konsentrasi yang sama yaitu pada 106 CFU/ml. Berdasarkan Tabel 2 diketahui sampel dengan kombinasi kultur starter S. thermophillus FNCC 0040 dan L. bulgaricus FNCC 0041 mampu tumbuh paling baik pada media sari kedelai pertumbuhan BAL mencapai 1,06 x 1014 CFU/ml dan sampel dengan kultur starter tunggal L. plantarum B1765 tidak mampu tumbuh dengan baik pada media sari kedelai dengan pertumbuhan BAL terendah yaitu 6,85 x 1010 CFU/ml. Pertumbuhan BAL ini tidak berbading lurus terhadap nilai pH yang dihasilkan pada sampel soyghurt, dimana sampel dengan menggunakan kultur starter tunggal L. plantarum B1765 mampu menurunkan pH terbaik mencapai 4,63 dengan pertumbuhan BAL mencapai 6,85 x 1010 CFU/ml. Hal ini karena diduga L. plantarum B1765 mampu memproduksi enzim α-galaktosidase, invertase, dan β-glukosidase yang lebih baik dibandingkan ketiga kombinasi lainnya. Perbedaan yang signifikan pada hasil uji koliform berdasarkan statistik berbanding lurus dengan perbedaan nilai pH pada masingmasing sampel. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa peran dari BAL adalah mampu meningkatkan keamanan pangan dengan cara menurunkan nilai pH sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk makanan dan bakteri patogen, yang kebanyakan merupakan gram negatif [1]. Setiap mikroorganisme memiliki ketahanan membran sel yang berbeda-beda, BAL resisten terhadap pH rendah sedangkan bakteri pembusuk dan patogen tidak tahan terhadap pH rendah sehingga pertumbuhannya akan terhambat, namun berdasarkan data pada Mutu Mikrobiologi Pengujian total BAL dan total kolform bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan BAL dan koliform yang terdapat pada sampel soyghurt untuk tujuan keamanan pangan. Hasil uji mutu mikrobiologi, pertumbuhan BAL pada sampel soyghurt berkisar 6,85 x 1010 1,06 x 1014 CFU/ml dan total koliform yang tumbuh berkisar 7,35 x 106 - 9,77x 106 CFU/ml. Hasil uji statistik menggunakan anava satu arah analisis total BAL dan total koliform memiliki nilai probabilitas, p<0,05 yang menunjukkan adanya pengaruh kultur starter terhadap total BAL dan total koliform. Hasil uji lanjutan dengan pos hoc test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan untuk total BAL dan adanya perbedaan yang signifikan antara sampel yang menggunakan kombinasi kultur starter S. thermophilus FNCC 0040 dan L. bulgaricus FNCC 0041 dengan sampel yang mnggunakan kombinasi kultur starter S. thermophilus FNCC 0040 dan L. plantarum B1765 serta sampel yang menggunakan kultur starter tunggal L. plantarum B1765. Tabel 2. Hasil Uji Total BAL dan Total Koliform SAMPEL S. thermophillus FNCC 0040 : L. bulgaricus FNCC 0041 S. thermophillus FNCC 0040: L. bulgaricus FNCC 0041:L.plantarum Total BAL (CFU/ml) Total Koliform (CFU/ml) 1,06 x 1014 a 9,77 x 106 a 1,01 x 1012 b 8,9 x 106 b 17 UNESA Journal of Chemistry Vol. 5 No.1 January 2016 Tabel 2 total koliform tidak terlihat memberikan perbedaan yang nyata karena pada pH 4,63-4,97 belum diketahui sejauh mana pH tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Karena keempat sampel soyghurt terdeteksi jumlah patogen pada 106 CFU/ml. disebabkan oleh aroma soyghurt yang menyerupai aroma tahu, sehingga jika dikonsumsi dalam bentuk minuman tidak disukai oleh konsumen, selain itu tekstur yang menggumpal tidak sempurna menyebabkan penerimaan oleh indera perasa menjadi tidak disukai, sehingga untuk tingkat kesukaan umum juga menunjukkan produk tidak disukai oleh konsumen, sehingga perlu dilakukan pengolahan dengan teknologi lebih lanjut untuk dapat memperbaiki aroma dan tekstur sehingga dapat menghasilkan produk soyghurt yang mampu diterima dengan baik oleh konsumen. Mutu Organoleptik Pengujian mutu organoleptik terdapat 5 parameter yang diuji, meliputi penerimaan warna, rasa, aroma, tekstur dan tingkat kesukaan umum. Pada uji organoleptik dilakukan uji hedonik. Adapun hasil uji organoleptik sampel soyghurt dapat disajikan seperti pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Sampel Soyghurt Sampel S. thermophillus FNCC 0040 : L. bulgaricus FNCC 0041 S. thermophillus FNCC 0040: L. bulgaricus FNCC 0041:L.plantarum B1765 S. thermophillus FNCC 0040: L. plantarum B1765 L. plantarum B1765 Warna Rasa Aroma Tekstur Tingkat Kesukaan Umum 3a 2,87a 2a 1,8a 2a 3a 2,87a 2a 1,8a 2a 3a 2,87a 2a 1,8a 2a 3a 3,07a 2a 1,47b 2a *Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α 5% SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Jenis kultur starter mampu memberikan pengaruh terhadap nilai pH dan total asam pada produk soyghurt, dimana kultur starter tunggal L. plantarum B1765 mampu menurunkan pH yang paling baik dan menghasilkan total asam terbanyak. 2. Jenis kultur starter mampu memberikan pengaruh terhadap total BAL dan total koliform pada produk soyghurt, dimana penggunaan kultur starter S. thermophillus FNCC 0040 dan L. bulgaricus FNCC 0041 mampu tumbuh paling baik di media sari kedelai dan untuk kultur starter tunggal L. plantarum B1765 mampu menekan pertumbuhan koliform terbaik. 3. Jenis kultur starter mampu memberikan pengaruh terhadap tekstur produk soyghurt Berdasarkan uji Kruskal-Walis penilaian penerimaan warna memiliki nilai p>0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan kultur starter terhadap penerimaan warna. Hal ini juga terjadi pada penerimaan rasa, aroma, dan tingkat kesukaan umum. Pada penerimaan tekstur, setelah diuji dengan Kruskal-Walis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dari kultur starter yang digunakan terhadap tekstur soyghurt karena memiliki nilai p<0,05. Berdasarkan segi penerimaaan warna dan rasa, produk soyghurt sudah cukup untuk disukai oleh konsumen. Namun secara umum produk soyghurt yang dihasilkan belum bisa diterima secara baik oleh konsumen, karena memiliki aroma, tekstur dan tingkat kesukaan umum yang tidak disukai (Tabel 3). Hal ini 18 UNESA Journal of Chemistry Vol. 5 No.1 January 2016 pada tingkat kesukaan tidak suka, namun tidak memberikan pengaruh terhadap nilai penerimaan warna, rasa, aroma, dan tingkat kesukaan umum pada produk soyghurt pada tingkat kesukaan suka untuk warna dan rasa, serta tidak suka untuk aroma dan tingkat kesukaan umum. Kombinasi Starter Bakteri Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermopilus, dan Lactobacillus plantarum Terhadap Sifat Mutu Susu Fermentasi”. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner 2007. 270278 [9] Maurad, Kacem dan Meriem, KaidHarche. 2008. “Probiotic Characteristics of Lactobacillus plantarum Strains from Traditional Butter Made from Camel Milk in Arid Regions (Sahara) of Algeria”. Grasas Y Aceites. 59 (3):218224. ISSN: 0017-3495. [10] Yusmarini dan Efendi, R. 2004. “Evaluasi Mutu Soygurt yang Dibuat dengan Penambahan Beberapa Jenis Gula”. Jurnal Natur Indonesia. 6(2):104–110. ISSN 1410-9379. [11] Azizah, Nurul dan Wikandari, Prima R. 2014.“Penggunaan Tepung Kulit Pisang dalam Pembuatan Bekasam dengan Kultur Starter Lactobacillus Plantarum B1765.” UNESA Journal of Chemistry. 3(3):138-145. [12] AOAC., 1995. Official Method of Analysis. 16th Edition. Association of Official Analytical Chemistry International, Gaithersburg. [13] Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N. L., Sedarnawati, Y., dan Budijanto, S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. [14] Sestelo, A.B.F., Poza, M., dan Villa, T.G. 2004. “β-Glucosidase Activity in a Lactobacillus plantarum Wine Strain”. World Journal of Microbiology and Biotechnology. 20(6):633-637. [15] Spano, G., Rinaldi, A., Ugliano, M., Moio, L., Beneduce, L., dan Massa, S. 2005. “A β-Glucosidase Gene Isolated from Wine Lactobacillus plantarum is Regulated by Abiotic Stresses”. Journal of Applied Microbology. 98:855-861. [16] Salminen, Seppo dan Wright, Atte von. 1998. Lactic Acid Bacteria: Microbiology and Fungtional Aspects, Second Edition, Revised and Expnaded. Marcell Dekker, Inc., New York. DAFTAR PUSTAKA [1] Robredo, B. dan Torres, C. 2000. “Bacteriocin Production by Lactobacillus salivarus of Animal Origin”. Journal of Clinical Microbiology. 38:3908-3909. [2] Hou, A., Chen, P., Shi, S., Zhang, B., dan Wang, Y.-J. 2008. “Sugar Variation in Soybean Seed Assessed with a Rapid Extraction and Quantification Method”. International Journal of Agronomy. 2009:1-8. [3] Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Kedelai. Ebookpangan.com. Diakses pada 27 April 2014. [4] Sumarna. 2008. “Changes of Raffinose and Stachyose in Soy Milk fermentation by Lactic Acid Bacteria from Local Fermented Foods of Indonesian”. Malaysian Journal of Microbiology. 4(2):26-34. [5] Omogbai, B.A., Ikenebomeh, M.J. dan Ojeaburu, S.I. 2005. “Microbial Utilization of Stachyose in Soymilk Yogurt Production”. African Journal of Biotechnology. 4(9):905-908. ISSN 1684–5315 [6] Astuti, S. 2008. “Isoflavon Kedelai dan Potensinya sebagai Penangkap Radikal Bebas”. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. 13(2):126-136. [7] Suhartatik, N., Cahyanto, M. N., Rahardjo, S., Miyashita, M. dan Rahayu, E. S. 2014. “Isolation and Identification of Lactic Acid Bacteria Producing β-Glucosidase from Indonesian Fermented Foods”. International Food Research Journal. 21(3): 973-978 [8] Sunarlim, R., Setyanto, H., dan Poeloengan, M. 2007. “Pengaruh 19