KEKERABATAN DASAR HARMONISASI SOSIAL MASYARAKAT PERBATASAN INDONESIA – MALAYSIA Sri Suwartiningsih1, David Samiyono2, Daru Purnomo3 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Email [email protected] 2 Fakultas Theologia, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Email [email protected] 3 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Satya Wacana.Email [email protected] ABSTRACT Conflicts in Indonesia rarely occurred in the border area. Instead,the border communities can run a social life with low conflict. Therefore a question such as why social harmonization could take place in the border communities Indonesia Malaysia?isimportant to be answered. This study used qualitative-descriptive method to carry out research on Social Harmonisation in the Indonesia-Malaysia border communities. From the results of research conducted in the months of April to June 2015 and April-June 2016 showed that the lives of the people in Indonesia-Malaysia border (especially in districts Jagoi Babang). In the context of national integration, they are able to tolerance and respect one another.Interactions of the citizens which are live side by side despite the different countries areevidences that they need each other. The main thing that makes them able to live in harmony is because they feel the family (kinship) as the Dayak Bidayuh descent. Local knowledge which is still running is Gawai ritual. Key words: solidarity, social interaction, social harmony, kinship PENDAHULUAN kecamatan ini adalah kerajinan Bidai dan Latar Belakang barang-barang yang terbuat dari rotan. Selain Jagoi Babang adalah sebuah kecamatan itu, adat istiadat yang masih cukup kental, di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat masyarakat yang hangat dan masih sangat Indonesia. Wilayah ini terletak di perbatasan mengenal Kalbar-Sarawak (batas sebelah timur, kurang bangunan rumah adat yang masih berdiri, lebih 1 jam ke Kota Sarawak). Jagoi Babang membuat kecamatan ini menjadi sebuah istilah gotong royong serta berjarak 115 km dari Kabupaten Bengkayang Perbedaan kondisi fisik di wilayah atau sekitar 2 jam dari Kantor Pemda Malaysia. Jalan di wilayah bagian perbatasan Bengkayang. Kecamatan ini terdiri atas 6 Malaysia memiliki jalan yang mulus dan Desa dan 14 dusun dengan jumlah KK 1679 tidak berlubang, sumber pangan yang mudah dan 6948 jiwa. diperoleh, sarana pendidikan yang memadai, Kebanyakan penduduk adalah peda- sarana kesehatan yang layak dan sarana gang, pengrajin anyaman rotan, dan ber- transportasi yang mudah. Keadaan fisik yang kebun.Hal yang menjadi ciri khas dari berbeda ini ternyata tidak menghambat inte- 333 Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia – Malaysia (Sri Suwartiningsih, dkk) raksi antara warga negara Indonesia di sosial, baik dari aspek ideologi, politik, perbatasan dan warga negara Malaysia di ekonomi, perbatasan. keamanan.1 budaya, pertahanan, dan Harmoni sosial yang tercipta dalam Sebagai makhluk sosial, setiap orang komunitas masyarakat perbatasan Indonesia tidak akan pernah hidup dengan dirinya dan Malaysia ini telah menjadi sebuah fakta sendiri, tanpa bergantung pada orang lain sosial yang layak untuk dianalisis dan diteliti. yang ada di sekitarnya. Seseorang akan selalu Harmoni sosial ini menjadi sesuatu yang unik butuh dengan yang lain, tidak hanya untuk oleh karena biasanya pada komunitas masy- saling bantu dan tolong menolong, tapi juga arakat yang berbeda negara sering diwarnai untuk membangun komunitas sosial yang oleh disharmoni sosial atau keretakan- saling mendukung dan bekerja sama untuk keretakan dalam hubungan sosial antar mencapai tujuan yang diinginkan. Kehidupan individu-individu atau kelompok-kelompok masyarakat Indonesia yang berasal dari latar sosial yang ada di dalamnya. Hal inilah yang belakang yang beragam; suku, budaya, melatar melakukan agama, tradisi, pendidikan, ekonomi dan penelitian ini. Dengan demikian pertanyaan sebagainya, adalah sesuatu yang niscaya dan mengapa terjadi harmonisasi sosial pada tidak dapat dielakkan oleh setiap individu. masyarakat yang memiliki perbedaan negara? Namun di situlah keindahan sebuah komunitas Berdasarkan latar belakang masalah di sosial bila mampu merekat berbagai per- atas, maka rumusan masalahnya adalah bedaan itu dan menjadikannya sebagai sarana bagaimana harmonisasi sosial masyarakat di untuk saling memahami, tepo seliro dan kecamatan toleransi, yang akhirnya akan melahirkan belakangi Jagoi penulis Babang dapat terjadi padahal mereka adalah masyarakat dari dua negara yang berbeda? persatuan dan saling cinta mencintai. Pada kenyataannya, di tengah masyarakat kita berbagai perbedaan itu kerap Tujuan Penelitian menjadi bom waktu dan sumbu pemicu Menjelaskan tentang penyebab dari terjadinya konflik horizontal berkepanjang- terjadinya harmonisasi sosial di masyarakat an.Tentu banyak variabel penyebab muncul- perbatasan Indonesia- Malaysia. nya berbagai konflik. Bahkan bisa jadi konflik membara dapat muncul dari sebuah TINJAUAN PUSTAKA komunitas yang berasal dari latar belakang Harmonisasi Sosial budaya, ekonomi, suku dan pendidikan yang Suatu masyarakat akan berada dalam ketertiban, ketentraman, dan kenyamanan, bila berhasil membangun harmoni sosial. Banyak hal yang berkaitan dengan harmoni 334 sama. Konflik seperti ini kerap terjadi pada 1 http://sosiologidakwah.blogspot.com/2009/03/h armoni-sosial-berbasis-ketuhanan.html/25-112011/15.35 Prosiding Konser Karya Ilmiah Vol,2. Agustus 2016 | ISSN 2460-5506 masyarakat Indonesia yang hidup di peda- menjadi pemicu munculnya sebuah konflik laman dan tidak memiliki pendidikan mema- bila tidak dikelola dengan baik. dai untuk mengkomunikasikan masalah yang Putusnya jalinan komunikasi dan terjadi di tengah mereka.Sehingga bagi interaksi antar tetangga menjadi sebab utama mereka bahasa otot jauh lebih efektif untuk munculnya masalah-masalah besar.Memang menyelesaikan masalah tersebut ketimbang tidak dapat dipungkiri bahwa kesibukan bahasa otak. setiap orang yang berangkat pagi menuju Situasi seperti di atas mungkin tempat kerja danpulang petang membuat sangat sulit kita temukan terjadi di wilayah hubungan itu menjadi renggang atau putus. perkotaan dengan tingkat pendidikan masya- Bahkan dua rumah yang terkadang hanya rakatnya yang lebih baik.Walau perspektif ini dipisahkan tembok rumah terkadang tidak tidak berlaku mutlak. Karena kita juga kerap saling kenal, apakah karena tidak adanya menyaksikan para mahasiswa yang bota bene waktu luang, atau tidak pernah meluangkan berasal dari kalangan terdidik terkadang juga waktu untuk sekadar saling menyapa atau suka menyelesaikan masalah yang mereka melempar senyum hadapi dengan bahasa otot; tawuran, perke- kondisi masing-masing. sembari menanyakan lahian jalanan dan menafikan eksistensi Bila kultur seperti ini yang lebih mereka sebagai komunitas terdidik yang kental ketimbang kebersamaan untuk mewu- layak dijadikan sebagai teladan, karena judkan sebuah lingkungan yang nyaman dan itulah, konflik dapat terjadi di mana saja, aman, masyarakat yang lebih peduli terhadap pada siapa saja dan komunitas manapun. sesama, maka sangat wajar bila kita tidak Tidak peduli apakah ia berasal dari kalangan menikmati kehidupan social yang baik di terpelajar, suku atau agama yang sama. tengah komunitas masyarakat di mana kita Setiap orang dapat terlibat dalam arus konflik berada, karena itu tidak aneh pula bila kita yang terjadi di hadapannya, atau bersentuhan pernah mendengar ada seseorang yang langsung dengannya kecuali mereka yang meninggal dunia tanpa sepengetahuan tetang- memiliki pikiran yang jernih, hati yang ga sekitarnya, dan diketahui setelah tercium lapang dan kendali nafsu yang kuat. bau busuk dari kediamannya. 2 Perbedaan budaya, kultur dan tradisi Apalagi perbedaan negara sangat suatu wilayah dengan wilayah yang lain juga membutuhkan kesadaran untuk saling dapat akan menghasilkan karakter yang berbeda. berinteraksi, karena selain berbeda budaya Inilah salah satu kekayaan bangsa kita yang juga berbeda ideologi, visi dan misi.Menurut terdiri dari banyak suku yang tersebar di Paulus (2005:169 dalam Lukum, 2011) berbagai wilayah.Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pelbagai perbedaan tersebut dapat 2 http://www.almanar.co.id/artikelasatidzah/indahnya-harmoni-sosial.html/ 25-112011/15.40 335 Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia – Malaysia (Sri Suwartiningsih, dkk) Integrasi nasional suatu bangsa pada dasar- Selain itu La Aru Hutagaol, Papin , nya membutuhkan secara seimbang tiga ke- 2012 meneliti tentang implikasi proses kuatan pengikat yaitu: Pertama, Adanya interaksi sosial antara Cina-Melayu dalam kesepakatan terhadap nilai-nilai dasar, ideo- proses harmonisasi sosial di RT Kampung logi dan cita-cita untuk bersatu menjadi suatu Jawa. Dalam penelitian ini berangkat dari bangsa (integrasi normatif). Kedua, Adanya frame teori kajian sosiologi kebudayaan, rasa ketergantungan fungsional dan manfaat namun dalam penelitian tidak memfokuskan nasional dan manfaat fungsional yang konkrit pada hasil asimilasinya, akan tetapi lebih dari tiap-tiap daerah dengan terintegrasi melihat pada pengelolahan asimilasi tersebut dalam suatu Negara kesatuan (integrasi yang dipandang pada peranan masyarakat Fungsional). Ketiga, Adanya kekuatan yang kedua etnis tersebut. Penelitian ini hanya berwibawa dari pemerintah pusat untuk menggambarkan bentuk-bentuk dari hasil menjaga komitmen tiap-tiap daerah untuk dari pengelolahan asimilasi serta peranan berintegrasi sehingga tercipta suatu kestabil- kedua etnis tersebut didalam menjaga dan an dan keteraturan (integrasi koersif). menjalankan perannya masing-masing.Hasil Penelitian tentang harmonisasi sosial penelitian, Pertama, Proses interaksi sosial sudah dilakukan oleh Suwartiningsih, (Suwar- antara etnis Cina-Melayu di Kampung Jawa tiningsih, 2011) dengan hasil penelitian: sudah lama terjadi, kedua etnis tersebut dapat Harmoni sosial yang tercipta dalam komu- berproses secara baik karena di dasari dari nitas masyarakat Nias telah menjadi sebuah latar belakang yang sama-sama sebagai ma- fakta sosial yang layak untuk dianalisis dan syarakat pendatang pada dahulunya dan diteliti. Upaya harmoni apa yang dilakukan berpikir bahwa tidak mungkin dapat hidup oleh masyarakat Nias yang agamis-pluralistik sendiri ini yang menjadi modal dasar bagi tercip- mempertahankan hidup. Kedua, Kesadaran tanya harmoni sosial tersebut? Penelitian dari masing-masing kedua masyarakat ter- dilakukan di Kota Gunungsitoli dengan sebut, dalam memaknai tentang arti keber- pendekatan penelitian deskriptif-kualitatif. samaan dalam hidup bermasyarakat, sehing- Hasil penelitian bahwa kearifan lokal : Banua ga terbentuk pola pikir untuk saling toleran, dan fatalifusöta, Emali dome si so ba lala, tahu menempatkan diri, dan saling membantu Sebua ta’ide’ide’ö, antara satu dengan lainnya, dalam memenuhi ono luo na so yomo, side’ide’ide mutayaigö dan Pemahaman dan tanpa adanya kerjasama dalam kebutuhan hidup bersama-sama. penekanan nilai-nilai keagamaan yang kuat bagi pemeluk-pemeluknya yang agamis- METODE PENELITIAN pluralistik memiliki hubungan yang sangat Pendekatan Penelitian erat terhadap terciptanya dan terpeliharanya harmoni sosial yang ada di dalamnya. 336 Dalam rangka menjawab rumusan penelitian ini maka jenis penelitian yang Prosiding Konser Karya Ilmiah Vol,2. Agustus 2016 | ISSN 2460-5506 digunakan dalam penelitian ini ialah feno- Lokasi Penelitian menologi, yaitu pengalaman subjektif atau Penelitian ini dilakukan di Kecamatan pengalaman fenomenologikal, tentang kesa- Jagoi Babang, kabupaten Bengka- daran dari perspektif pokok dari seseorang. 3 yang, propinsi Kalimantan Barat dan Pendekatan yang digunakan yakni pendekat- di Sarawak-Malaysia. an kualitatif. Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilakukan pada Unit amatan dan analisa Unit amatan dan unit analisa untuk bulan April-Juni 2015 dan April-Juni tahun pertama adalah masyarakat di kec. 2016. Jagoi Babang dan Lokasi penelitian di Kecamatan Jagoi Babang dan di Gumbang, Sarawak KEKERABATAN MENJADI PEREKAT Malaysia HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT PERBATASAN INDONESIA- Teknik Pengumpulan data atau informasi MALAYSIA Data Primer Interaksi Masyarakat Perbatasan Dalam penelitian ini penulis mempergunakan tiga (3) teknik pengumpulan data yaitu dengan teknik interview (wawancara) dan teknik observasi (pengamatan) dan dokumentasi.4 Ketika masuk di Kecamatan Jagoi Babang, nampak pemandangan yang sangat menarik. Di pepohonan sepanjang yang jalan rimbun nampak hijau, lahan pertanian tumbuh subur, masyarakat nampak ramah kepada para pendatang.Menurut data Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dari berbagai buku dan dokumen lainnya, yang dipakai dalam membangun landasan teoritis kependudukan Kecamatan Jagoi Babang, desa Jagoi memiliki kurang lebih 102 KK, kebanyakan pendudukan adalah pedagang dan pengrajin anyaman rotan, dan berkebun. untuk Menurut Sekretaris Jagoi Babang, salah menganalisa hasil interpretasi data penelitian satu program pembangunan daerah untuk lapangan.5Data sekunder adalah monografi mempercepat pembangunan wilayah perba- kecamatan, catatan Kependudukan, Koran, tasan adalah meningkatkan taraf hidup dan dll. mensejahterakan masyarakat. Jagoi Kabupaten yang akan menjadi tolak ukur Babang, Kecamatan Bengkayang 3 Lexy J. Maleong., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 14. 4 Sugiyono, op.cit., hlm. 224-225. 5 J. D. Engel, Metode Penelitian Sosial dan Teologi Kristen (Salatiga: Widya Sari Press, 2005) , 32 merupakan salah satu KPE yang terdekat dengan Kecamatan Arok. Hal yang sebenarnya dapat dilakukan adalah kerjasama 337 Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia – Malaysia (Sri Suwartiningsih, dkk) dalam bidang kehutanan dan pertambangan gawai di kalangan masyarakat Bidayuh di Jagoi yang merupakan sektor unggulan. Per- telah masalahan yang muncul adalah terjadinya solidaritas eksploitasi sumbaer daya alam terutama Bidayuh di district Bau, Sarawak meskipun hutan yang merupakan sektor utama.Hal ini mereka berbeda kewarganegaraan. menumbuhkan kelompok rasa persatuan dengan dan masyarakat dapat beresiko terhadap lingkungan hidup “Tanggal 1 Juni yang lalu, saya dan sehingga diperlukan hutan yang disebut kaum kerabat di Jagoi pergi ke ‘seberang’ forestry management. (Sarawak) untuk menghadiri upacara gawai. Hubungan masyarakat perbatasan antara Jagoi Babang dangan Sarawak dapat dikatakan harmonis.Dalam bidang kerjasama perdagangan, ada etika yang disepakati oleh masyarakat lokal. Misalnya, masyarakat Jagoi akan jualan barang ke Sarawak, maka untuk menyebrang ke perbatasan harus menggunakan jasa ojek. Selanjutnya tukang ojek yang akan mengantar ke Sarawak. Biasanya tukang ojek perbatasan sudah memiliki kartu pass, sehingga hal ini mempermudah urusan penyebrangan. juga sebaliknya pedagang dari Begitu Malaysia, Leluhur kami berasal dari sana jadi kami yang pergi ke sana. Setiap tahun, pada bulan Juni pelintas batas dari Jagoi dan Bau bebas keluar masuk batas negara untuk mengikuti upacara adat gawai..” (wawancara dengan Bpk Ahau Kadoh, ketua Perhimpunan Forum Masyarakat Adat, Jagoi, 11/6) Bahwa ritual adat dapat menciptakan kesatuan dan persatuan serta solidaritas kelompok, terlihat sangat kental pada upacara Gawai Nyobeng yang diselenggarakan pada 15 Juni 2015 di Desa Hlibuei, kecamatan Siding yang sempat saya liput. Disebut Gawai Nyobeng, melakukan hal yang sama. karena pada upacara gawai ini ditabuh alat musik Ritual Adat tradisional yang disebut sibak (tifa panjang + 7 Sama seperti komunitas etnik lainnya di Indonesia, masyarakat Bidayuh juga menjalankan berbagai ritual adat yang diwarisi dari leluhurnya.Salah satu di antaranya adalah ritual gawai (gawa’).Gawai dapat disebut sebagai sebuah upacara syukuran atas segala anugerah dan berkah yang telah diterima atau sebagai permohonan ampun kepada penguasa alam semesta. Umumnya, vitas menabuh alat musik tradisional itu disebut sibang/nibang, dan dari situ muncul kata nyibang atau nyobeng. Upacara Gawai Nyobeng di Sebujit ini dirayakan secara meriah selama tiga hari (dahulu, tujuh hari tujuh malam). Kaum kerabat mereka di kampung Padang Pan, district Bau, Sarawak diundang hadir. Begitu pula sanak ritual adat terkait erat dengan sistem kepercayaan dan dapat menciptakan kesatuan, persatuan dan solidaritas kelompok (Durkheim, 1975). Begitu pula upacara 338 meter yang tergantung pada rumah adat). Akti- saudara mereka yang berada di daerah lain, pulang ke kampung tersebut untuk merayakan gawai (mirip tradisi lebaran di masyarakat Jawa). Pemerintah Kabupaten Bengkayang diun- Prosiding Konser Karya Ilmiah Vol,2. Agustus 2016 | ISSN 2460-5506 dang hadir, dimana Bupatinya diberi kehormatan Siding hingga ke district Bau di negara membuka acara Gawai Nyobeng tersebut. bagian Sarawak, Malaysia. Hubungan keke- Di antara upacara gawai yang rabatan antar anggota klen terus dipelihara Dayak- hingga kini, sekalipun mereka sudah berada Bidayuh, upacara Gawai Nyobeng di Sebujit di dua wilayah yang terpisah karena politik dianggap masih terpelihara keasliannya, baik (negara). Jika ada anggota kerabat yang sakit dalam ritual penyembahan menurut sistem atau tertimpa kemalangan, mereka akan kepercayaan leluhur yang masih dipelihara, saling mengunjungi tanpa mempedulikan maupun dalam ritual penyambutan tamu kewarganegaraannya. Sebab dalam pandang- undangan yang dilempari dengan telur untuk an menguji ketulusan hati para tamu. Karena itu, ulayat yang diwariskan oleh leluhur mereka acara ini mampu menarik perhatian wisa- sudah ada sebelum munculnya negara (Indo- tawan mancanegara untuk datang ke situ nesia dan Malaysia), karena itu negara tidak menyaksikannya. Rasa kesatuan dan soli- berhak membatasi hubungan kekerabatan daritas kelompok seperti itu hanya bisa yang sudah berlangsung sejak dahulu kala. diselenggarakan oleh masyarakat masyarakat Pada tanggal 2 Juni 2016 diadakan tanah “Bulan lalu saya pergi ke district Bau langgeng apabila ritual-ritual adat seperti gawai ini bisa terus berlangsung. Bidayuh/Bedayuh, di Sarawak untuk mengunjungi famili saya di sana yang melangsungkan perkawinan ritual adat Gawai di kampung Gumbang, anaknya. Tidak ada hambatan saat kami Sarawak. Pada ritual ini yang menjadi tuan melintasi pos perbatasan Malaysia karena rumah adalah masyarakat suku Dayah Bidayuh mereka (polisi di pos perbatasan) sudah yang berada di kampung Gumbag, Sarawak. mengerti maksud dari kunjungan kami” Sedangkan yang menjadi tamu kehormatan (wawancara dengan pak Nogian, Kepala adalah masyarakat suku Dayak Bidayuh yang Dusun Jagoi, 12/6) berasal dari Jagoi Babang dan sekitarnya. “Kakek saya dulu berasal dari Sebujit Ritual Gawai dilakukan bergantian setiap Atas.Ketua adat Sebujit adalah cucu sepupu tahunnya. Dengan demikian komunikasi saya.Kami masih bersaudara. Kalau saudara- masyarakat berbeda negara ini tetap ber- saudara saya dari Sebujit datang ke Sarawak, langsung karena adanya media ritual Gawai kami ini. pekerjaan di sana. Tolong menolong seperti Kekerabatan (Suku / Klen) bisa membantu mereka mencari ini sudah berlangsung sejak dulu” (wawancara dengan pak Thomas, ketua adat Mayoritas masyarakat di Kecamatan Padang Pan, district Bau, Sarawak, 15/6) Jagoi Babang adalah suku Dayak-Bidayuh. Indonesia dan Malaysia.We are unity Suku Dayak Bidayuh ini mendiami wilayah in diverse. Dalam pandangan kami orang di sekitar kecamatan Jagoi Babang, Seluas, Bidayuh, Indonesia dan Malaysia adalah 339 Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia – Malaysia (Sri Suwartiningsih, dkk) satu, dan saya percaya presiden Indonesia namun konflik dapat diatasi secara social dan akan memelihara budaya suku Dayak- secara hukum sehingga tidak menimbulkan Bidayuh seperti yang sudah diperlihatkan kerusuhan, dendam dan perpecahan. Kekera- dengan menempatkan rumah adat (baluk) batan tetap terjaga karena merasa satu di Jakarta (TMMI)”, (potongan sambutan keturunan yaitu sebagai keturunan Dayak dato’ Saputa Lubis dalam acara Gawai Bidayuh. Nyobeng di Sebujit, 15/6) Kekerabatan ini pun terbukti pada UCAPAN TERIMAKASIH saat upacaya Gawai di kampung Gumbang, Terimakasih diucapkan kepada DIKTI Sarawak-Malaysia. Seperti yang dikatakan yang telah memberikan dana penelitian oleh ibu Oli (wawancara 2 Juni 2016), beliau melalui program STRANAS dan UKSW mengatakan : melalui BP3M dan FISKOM sudah mengijin- Keluarga saya berasal dari Seluas. Saya ikut suami di Sarawak sudah 15 tahun.Anak-anak bisa sekolah gratis di sini.Tapi saya tidak pindah warga Negara.Nanti annak kalau sudah dewasa biarlah yang memilih.Saya tetap menjalin persaudaraan dengan semua keluarga di Indonesia.Kami adalah kerabat. Dari hasil wawancara dan observasi dapat kan melaksanakan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Berger, Peter L., Piramida Kurban Manusia, Etika Politik dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2005) Engel, J D., Metode Penelitian Sosial dan membuktikan bahwa harmonisasi social yang Teologi Kristen (Salatiga: Widya terjadi di masyarakat perbatasan Indonesia – Sari Press, 2005) Malaysia, khususnya masyarakat Jagoi Babang Kalimantan Barat Indonesia dan masyarakat Darmaputera, Eka., Pergulatan Kehadiran Gumbang-Sarawak, karena mereka satu kerabat Kristen di Indonesia (Jakarta: PT dari suku Dayak. Dengan satu keturunan BPK Gunung Mulia, 2005) inilah membuat ikatan kekerabatan mereka tetap terjada meskipun mereka beda Negara. Fromm, Erich., Akar Kekerasan, Analisis Sosio-psikologis atas Watak Manusia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat Garang, Phil J., Nias: Membangun Harapan disimpulkan bahwa harmonisasi social yang Menapak Masa terjadi pada masyarakat Kecamatan Jagoi Yayasan Tanggul Bencana Indonesia, Babang karena adanya perekat kekerabatan 2007) sebagai simpul utama. Harmonisasi social yang terjadi bukan berarti tanpa konflik 340 Depan (Jakarta: Prosiding Konser Karya Ilmiah Vol,2. Agustus 2016 | ISSN 2460-5506 Giddens, Anthony., Problematika Utama Pramudianto (ed.), Nias Rescuing and dalam Teori Sosial (Yogyakarta: Empowering Authority (Tangerang: Pustaka Pelajar, 2009) Sirao Credentia Center, 2005) Hämmerle, Johannes Maria, Masyarakat Asal Usul Samiyono, David, Panduan Penulisan dan Suatu Tata Cara Penyelenggaraan Ujian Nias: Interpretasi (Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias, 2001) Skripsi dan Thesis (Salatiga: Fakultas Teologi UKSW, 2009) Koentjaraningrat., Metode-metode Penelitian Santoso, Gempur, Metodologi Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, (Jakarta : Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta: Gramedia, 1997) Prestasi Pustaka, 2007) La Aru Hutagaol, Papin, 2012, Interaksi Soekanto, Soerjono, Sosiologi: Suatu Etnis Cina-Melayu dalam Pengantar (Jakarta: Mengelola Proses Harmonisasi RajaGrafindo Persada, 2010) Sosial (di RT Kampung Jawa, Kelurahan Koba, Kabupaten Bangka Tengah-Koba ) Program Studi Sosiologi FISKOM-UKSW -----------, Teori Sosiologi Tentang Sosial (Jakarta: Perubahan Ghalia Indonesia, 1984) http://repository.library.uksw.edu/h Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, andle/123456789/2006 diunduh 12- Kualitatif, dan R&D (Bandung: 11-2013 Penerbit Alfabeta, 2010) Lukum, Roni. 2011. Membina Harmonisasi Kehidupan Antar Etnis di Propinsi Suwartiningsih, Sri, Zega (2012), Kearifan Gorontalo, Fakulat Ilmu Sosial Lokal Universitas Negeri Gunungsitoli, Gorontalo.https://www.google.co.i Propinsi d/#q=teori+harmonisasi+sosial&s Indonesia. M.SA, F.Theologia. afe=strictdiunduh 12-11-2013 Maleong, Lexy J.,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung :PT Remaja Masyarakat Kota Kotamadya Sumatera Nias, Utara, Suzuki, Peter, The Religious System and Culture of Nias Indonesia, Disertasi s’Gravenhage, 1959 Rosdakarya, 2007) Plaisier, Arie Jan., Manusia, Gambar Allah, Terobosan-terobosan dalam Bidang Sztompka, Piötr, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Prenada, 2010) Antropologi Kristen (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2002) 341 Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia – Malaysia (Sri Suwartiningsih, dkk) Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) Lain-lain: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Ni as / http://www.almanar.co.id/artikel asatidzah/indahnya-harmoni sosial.html/ http://www.yayasankorpribali.org/a rtikel-dan-berita/59-mengelola-nilaikearifan-lokal-dalam-mewujudkankerukunan-umat-beragama.html / http://www.scribd.com/doc/615088 52/KEARIFANLOKAL/http://idhamputra.wordpress .com/2008/10/21/teori-identitassosial/ http://itsnasahma.blogspot.com/20 10/11/teori-identitas-sosial.html /http://sosiologidakwah.blogspot.co m/2009/03/harmoni-sosial-berbasisketuhanan.html/ 342