MODUL PERKULIAHAN Business Ethics and Good Governance Pokok Bahasan: Shareholders: Ownership Fakultas Program Studi Ekonomi Magister Management Tatap Muka 11 Kode MK Disusun Oleh 35040 Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Abstract Kompetensi Matakuliah ini bertujuan mencerahkan mahasiswa tentang perlunya mengimplentasikan etika dalam dunia bisnis yang ditekuninya. Mahasiswa diharapkan mempunyai pemahaman dasar etika dan mampu mengapresiasi, menganalisa, mendiskusikan dan mengevaluasi secara kritis problem-problem etika dalam dunia bisnis dan manajemen. Pembahasan I. Pendahuluan Sebelum kami membahas Pemegang Saham: Kepemilikan kami akan membahas terlebih dahulu mengenai sebuah konsep Good Corporate Governance (GCG) ternyata tak memiliki definisi tunggal. Komite Cadburry, misalnya, pada tahun 1992 melalui apa yang dikenal dengan sebutan Cadburry Report mengeluarkan definisi tersendiri tentang GCG. Menurut Komite Cadburry, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Hal ini dimaksudkan pengaturan kewenangan Direktur, manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu. Menurut The Organitation for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Tangkilisan (2003) : Good Corporate Governance adalah system yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. GSG mengatur pembagian tugas, hak dan kewaiban mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan, termasuk pemegang saham, dewan komisaris, direksi dan stakeholders lainnya. Bagaimana dengan definisi GCG di Indonesia? Di tanah air, secara harfiah, governance kerap diterjemahkan sebagai “pengaturan.” Adapun dalam konteks GCG, governance sering juga disebut “tata pamong”, atau penadbiran yang terakhir ini, bagi orang awam masih terdengar janggal di telinga. Maklum, istilah itu berasal dari Melayu. Namun tampaknya secara umum di kalangan pebisnis, istilah GCG diartikan tata kelola perusahaan, meskipun masih rancu dengan terminologi manajemen. Masih diperlukan kajian untuk mencari istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia yang benar. Istilah dan konsepsi Good Corporate Governance dan Good Government Governance muncul dan berkembang di Indonesia pasca krisis ekonomi di paruh akhir tahun 1997 ditandai dengan ditandatanganinya Letter of Intents (LOI) antara Pemerintah Indonesia dengan lembaga IMF yang mensyaratkan perbaikan governance (public maupun korporasi). GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga 2015 2 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar. Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan: 1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Dewan Komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya. 2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan. 3. Proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya. Prinsip-prinsip dalam Good Corporate Governance (GCG) Dalam Undang-undang No 40 Tahun 2007 prinsip-prinsip Good Corporate Governance harus mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut : 1. Transparency (Keterbukaan Informasi) Yaitu keterbukaan yang diwajibkan oleh Undang-undang seperti misalnya mengumukan pendirin PT dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia ataupun Surat Kabar. Serta keterbukaan yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam hal penerapan management keterbukaan, informasi kepemilikan Perseroan yang akurat, jelas dan tepat waktu baik kepada share holders maupun stakeholder. 2. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan) Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi. 2015 3 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Responsibility (Pertanggungjawaban) Adanya keterbukaan informasi dalam bidang financial dalam hal ini ada dua pengendalian yang dilakukan oleh direksi dan komisaris. Direksi menjalankan operasional perusahaan, sedangkan komisaris melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan oleh Direksi, termasuk pengawasan keuangan. 4. Fairness (Kewajaran) Secara sederhana kewajaran (fairness) bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Dari definisi atas pada prinsipnya Good Corporate Governance meliputi empat aspek yaitu transparency, akuntability, responsibility dan fairness (kewajaran). GCG memberikan manfaat di antaranya yaitu: 1. Meminimalkan agency cost dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara principal dengan agent 2. Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal 3. Meningkatkan citra perusahaan; 4. Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah, dan 5. Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik . Pemeran kunci dalam Corporate Governance, yaitu: 1. Manager, adalah Pihak yang menempati posisi strategis karena pengetahuan & pengambilan keputusan sehari-hari mereka. 2. Direksi, adalah Pihak yang memegang otoritas formal & legal mengenai seluruh kebijakan perusahaan. 3. Pemegang Saham, baik individu maupun entitas yang mempunyai taruhan terbesar dalam perusahaan karena merekalah pemiliknya. 4. Karyawan, khususnya yang tergabung dalam serikat buruh/yang memiliki sebagian saham karena mereka ikut pula dalam penentuan kebijakan perusahaan. 2015 4 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Pemerintah, pihak yang terlibat melalui regulasi, undang-undang, dan pemberian izinizin untuk kegiatan tertentu. 6. Kreditor, pihak yg memberi utang pada perusahaan, sedikit banyak mempunyai pengaruh & mempengaruhi kebijakan perusahaan. Yang paling utama dalam atau pemeran kunci dalam Struktur tata kelola perusahaan (Corporate Governance Stucture) disebut Tripod Governance 1. Pemegang Saham 2. Dewan Direksi 3. Manager Di atas sudah kami jabarkan tentang Good Corporate Governance (GCG) sebagai pengantar, berikutnya akan kami bahas mengenai Pemegang Saham: Kepemilikan sebagai tugas pokok pada makalah ini: Pemegang Saham yang sering disebut sebagai "pemilik" dari perusahaan, tapi perusahaan itu "Kepribadian hukum" menimbulkan pertanyaan tentang apakah bisa "dimiliki" dalam arti dan cara yang efektif. Akan selalu ada biaya agensi dalam struktur perusahaan yang orang lain selain manajemen memiliki ekuitas. Perusahaan publik memiliki manajer dengan agenda yang berbeda dari pemiliknya, tantangan pemerintahan adalah untuk memastikan bahwa resolusi konflik dimana proses yang terbuka dan adil antara entitas yang diinformasikan, termotivasi, dan diberdayakan. Tantangan yang utama ditujukan oleh undang-undang, terutama pengenaan standar tertinggi kinerja prosedural dan substantif yang pernah dikembangkan di bawah sistem hukum kita, standar fidusia. Menariknya, standar ini dikenakan pada kedua pemegang saham (pemegang saham institusional saja) dan direksi, dan, bahkan lebih menarik, telah ada upaya untuk mengikis standar ini selama 20 tahun terakhir. II. Definisi Kepemilikan Kepemilikan adalah kombinasi dari hak dan kewajiban sehubungan dengan properti spesifik. Secara umum, kita berpikir tentang "kepemilikan" dari "properti" di dalamnya termasuk unsur-unsur sebagai berikut: 2015 5 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Owner memiliki hak untuk menggunakan Properti sesuai keinginannya. 2. Owner memiliki hak untuk mengatur penggunaan orang lain dari Properti. 3. Owner memiliki hak untuk mentransfer hak Properti pada istilah apa pun yang ia inginkan. 4. Owner bertanggung jawab untuk memastikan bahwa penggunaan Properti tidak merusak orang lain. Dalam beberapa kasus hak-hak dan tanggung jawab yang lebih jelas dari pada orang lain. Sebagian besar kompleksitas yang timbul dari kepemilikan berasal dari tanggung jawab sisi kepemilikan. III. Konsep Awal Kepemilikan Prinsip utama dari konsep kepemilikan Barat adalah sejauh mana individu memiliki insentif untuk mengelola properti yang dengan cara yang kompatibel dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Adam Smith menulis bahwa, jika seorang pengusaha "bermaksud hanya mencari keuntungan sendiri, dia dipimpin oleh tangan tak terlihat untuk mempromosikan yang tidak menjadi akhir niatnya. Smith percaya," dengan mengejar sendiri bunga, ia sering mempromosikan bahwa masyarakat lebih efektif daripada ketika ia benar-benar bermaksud untuk mempromosikannya. Mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher diprivatisasi milik negara Inggris industri untuk alasan yang sama dengan Menteri Tenaga Kerja Chili Jose Pinera diprivatisasi Chile sistem jaminan sosial yaitu bahwa cara terbaik bagi bangsa untuk mencapai kemakmuran adalah menciptakan masyarakat pemilik properti individu mengejar kepentingan mereka sendiri. Karl Marx Manifesto Komunis dikenang dengan "Teori Komunisme yang dapat disimpulkan dalam satu kalimat: menghapuskan semua milik pribadi ". Ada ketegangan alami antara kebebasan dan kesetaraan. Di satu sisi, manusia harus bebas untuk mengekspresikan individualitas mereka, namun demikian ada perbedaan ketidaksetaraan mereka. 2015 6 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id IV. Konsep Awal Perusahaan Perusahaan adalah bagian unik dari kategori kepemilikan, diciptakan untuk alasan yang unik, dan memiliki karakter yang unik. Itu diciptakan sebagai cara untuk menyelesaikan beberapa tantangan disajikan oleh kepemilikan pribadi; kemudian menciptakan tantangan baru sendiri. Elemen-elemen kunci yang membuat perusahaan mereka adalah bahwa mereka secara independen dari setiap keanggotaan tertentu, semua aset dan kepemilikan milik perusahaan itu sendiri, yang membedakannya dari kemitraan. Perusahaan-perusahaan saham gabungan pertama kali muncul di Inggris dan Belanda selama awal abad tujuh belas, sebagai tanggapan terhadap pasar negara berkembang pesat Hindia Timur dan Hindia Barat. Meskipun kemerdekaan struktur perusahaan merupakan ancaman dalam jangka pendek untuk pemerintahan terpusat yang kuat, akhirnya bentuk perusahaan menjadi sekutu pemerintah (Jika tidak, itu mungkin tidak akan diizinkan untuk melanjutkan). Tingkat kemerdekaan bentuk perusahaan yang tersedia membuat kewenangan pemerintah lainnya diterima. Memang, itu membuatnya lebih diperlukan. Jika negara memungkinkan milik pribadi, Pemerintah harus mampu melindungi warga negara dalam menikmati manfaat dari aset tersebut. V. Wawisan Ganda: Hak Individu dan Perusahaan Pemilik perusahaan adalah pewaris tradisi ganda yaitu di satu sisi mereka pribadi memiliki hak sebagai individu dan sebagai pemilik saham dalam suatu perusahaan. Sebaliknya, mereka menerima manfaat dari hak diperpanjang untuk kesatuan tersebut. Alfred Conard menunjukkan bahwa pembangunan tradisi ganda jauh lebih mudah atau seratus tahun setelah Konstitusi ditulis, Kongres menunjukkan sedikit minat dalam menjalankan kekuasaan perdagangannya. Sementara itu, sepanjang abad kesembilan belas, negara-negara membangun pola dari undang-undang, birokrasi yang terpisah untuk menangani dokumen perusahaan, dan kecanduan mereka terhadap penerimaan pajak dituntut untuk hak perusahaan. Marshall mengatakan, Kekuatan menciptakan sebuah perusahaan, meskipun yang mendekati kedaulatan, tidak, seperti kekuatan berperang, atau memungut pajak, atau mengatur commerce, substantif besar dan listrik swasta, yang tidak dapat tersirat terkait 2015 7 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan kekuatan lain, atau digunakan sebagai sarana mengeksekusi mereka. Tidak pernah akhir yang kekuatan lain yang dilakukan, tapi sarana yang benda-benda lain yang dicapai. Kekuatan menciptakan sebuah perusahaan tidak pernah digunakan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk tujuan mempengaruhi yang lain. Tidak ada alasan yang cukup, oleh karena itu, dirasakan, mengapa tidak lulus sebagai terkait dengan kekuatankekuatan yang tegas diberikan, jika menjadi modus langsung mengeksekusi mereka. Kepemilikan secara umum dan berbagi kepemilikan khususnya diperlukan untuk organisasi bakat, uang, dan energi lainnya penting untuk teknologi dan kemajuan industri. membiarkan difraksinasi "kepemilikan" melalui penawaran umum saham memungkinkan akses terhadap modal yang didanai industri modern. Struktur perusahaan adalah sama pentingnya dalam mengubah commerce sebagai jalur perakitan. Keduanya didasarkan pada prinsip yang sama, spesialisasi. Gagasan kepemilikan saham sangat diperlukan dalam kebangkitan yang luar biasa dari barat Eropa dan Amerika Serikat selama setengah milenium terakhir. Dengan kesempatan melalui kepemilikan untuk mencapai kekayaan dan kemerdekaan, orang Barat bisa berhasil memotivasi, disiplin, dan mengatur dirinya dalam persaingan dengan budaya lain sebelum kami terus lanjut dengan model Barat untuk perusahaan di zaman modern, kita akan mengambil singkat melihat cara yang ideal perusahaan sedang diciptakan kembali sebagai Eropa Timur mencoba untuk membangun dari awal. VI. Evolusi Perusahaan Amerika Struktur perusahaan Amerika berkembang dan lahir dengan ketidak percayaan yang mendalam dari kekuatan dan komitmen yang lebih mendalam untuk memastikan bahwa kekuatan menarik legitimasinya dari sistem checks and balances. Salah satu kontroversi yang muncul pada awal 1830-an menyangkut piagam Bank of Amerika Serikat. Bank sebagai awal kesatuan adalah perusahaan swasta, meskipun memiliki kekuasaan untuk mengeluarkan catatan pertukaran. Contoh kasus: Standard Oil dan kedatangan bisnis besar Di tahun 1870-an dan 1880an, beberapa perusahaan mencapai ukuran yang spektakuler, bukan oleh pertumbuhan internal, tetapi dengan merger. Perusahaan yang terpisah di bawah bimbingan pengilang 2015 8 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id terbesar dari mereka semua, John D. Rockefeller Standard Oil Company of Ohio. Rockefeller awalnya menciptakan asosiasi perdagangan dari penyuling, dan menjadi yang pertama Presiden. Pada akhirnya. Asosiasi ini menjadi besar, yang terintegrasi secara vertikal, perusahaan terpusat. Pada tahun 1880, Standard Oil "kelompok" atau "aliansi" nomor 40 perusahaan yang terpisah. Pada tahun 1882, para pemegang saham 40 perusahaan dipertukarkan saham mereka untuk sertifikat di Standard Oil Trust. Selain itu, kepercayaan disewa anak perusahaan lokal untuk mengambil alih operasi standar di setiap negara. Hal ini memungkinkan Standard untuk menghindari pajak yang terutang oleh "dari negara" perusahaan. Pengaruh koordinasi adalah untuk memungkinkan Standard Minyak untuk mengencangkan sudah wakil seperti cengkeraman pada industri minyak menjamur. Pada awal 1890, Standard Oil telah mengeluarkan 25 persen dari minyak mentah nasional. Meskipun Standard Oil rusak oleh perintah Mahkamah Agung pada tahun 1891, lain konglomerat menghindari antitrust. Tahap berikutnya dalam evolusi struktur perusahaan tersebar luas kepemilikan. Hal itu membuat warga biasa percaya bahwa membeli saham - memiliki bagian dari perusahaan raksasa – adalah kemungkinan nyata dalam hidup mereka. Dengan membeli saham, mereka menjadi peserta di Amerika kapitalisme, pemilik serta pekerja, mitra junior dari Henry Ford II. Berita yang dihasilkan kegembiraan jarang terlihat di Wall Street. Semua orang ingin di dalam masalah ini awal dalam negosiasi kepala sekolah telah sepakat bahwa $ 50 per saham akan memuaskan. Hal ini juga menandai awal dari pergeseran bersejarah dalam kapitalisme Amerika, peningkatan besar dalam pengaruh Wall Street di perusahaan seperti Ford. The Street adalah mitra dari keluarga sekarang, dan keluarga harus menanggapi norma-norma. Di masa lalu, Jalan melakukan tidak menuntut terlalu banyak dari perusahaan-perusahaan yang sahamnya dijual. Tapi pasar saham berubah sekarang. Sebelum perang hanya sejumlah kecil orang Amerika mengadakan saham, dan mereka yang untuk tingkat besar dari kelas yang sama sebagai pemilik perusahaan lama. 2015 9 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id VII. Unsur-Unsur Penting dari Struktur Perusahaan Untuk hutang investor dan karyawan, segala sesuatu terbuka untuk kontrak; untuk ekuitas investor, hampir semuanya terbuka untuk pilihan. Mengapa hukum perusahaan memungkinkan para manajer untuk mengatur syarat-syarat untuk akan mengatur aset perusahaan? Mengapa pengadilan memberikan keleluasaan kepada manajer kepentingan pribadi daripada tertarik dengan regulator? Mengapa investor mempercayakan jumlah luar biasa tersebut kepada manajer yang bertindak pada dasarnya tidak dibatasi oleh aturan hukum? Jawabannya terletak pada, membantu menjelaskan, struktur ekonomi perusahaan hukum. Perusahaan adalah seperangkat kompleks kontrak eksplisit dan implisit, dan perusahan hukum memungkinkan peserta untuk memilih pengaturan optimal untuk banyak set yang berbeda risiko dan peluang yang tersedia dalam ekonomi besar. Apa yang penulis katakan di sini adalah bahwa hukum memberikan manajer perusahaan banyak fleksibilitas dalam menentukan modal dan struktur tata kelola, mengandalkan pasar untuk modal untuk menciptakan persaingan yang akan memungkinkan pemegang saham untuk "memilih" yang mereka pikir yang terbaik. VIII. Pemisahan Kepemilikan dan Pengendalian Bagian 1: Berle dan Means Hak kepemilikan telah diuraikan dengan cukup sederhana ketika diterapkan pada rumah, mobil, atau kawanan ternak. Tetapi "pemilik" bagian dari perusahaan memiliki kepentingan berwujud dalam suatu entitas tak berwujud. Sementara entitas itu sendiri mungkin memiliki banyak aset berwujud, hubungan aset tersebut ke "pemilik" dipertanyakan. Hanya satu dari hak kepemilikan yang tercantum adalah tegas dilakukan oleh pemegang saham yaitu hak untuk mentransfer bunga. Itu menjadi prioritas besar dalam pengembangan keamanan pasar. Dalam konteks ini, apa artinya dua hak kepemilikan lain yang disebutkan di awal bab ini? Yang pertama adalah hak untuk menggunakan properti. Satu tidak benar-benar "menggunakan" selembar saham, di luar menguangkan cek dividen atau mungkin menggunakan saham untuk mengamankan pinjaman atau memberikan beberapa atau semua itu sebagai hadiah. Pemegang saham tidak "menggunakan" 2015 10 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id intangiblenya perusahaan bahkan jika proporsi dari aset perusahaan itu layak, misalnya, setara dengan satu meja dan telepon, ia tidak bisa menerimanya, menjualnya, atau bahkan menggunakannya, apalagi memberitahu siapa pun di perusahaan bagaimana menggunakannya. Pemegang saham-pemilik tidak berpartisipasi dalam kegiatan di mana "properti" dikelola. Dia tidak memiliki hubungan dengan pemilik lainnya; komunitas minat mereka adalah terbatas pada harga saham. Sebagaimana Davis mencatat, Asosiasi Perusahaan memiliki referensi lebih untuk properti perusahaan atau industri daripada orang-orang yang terkait. Unsur fisik berlebihan, unsur manusia adalah depresi. Pembeli saham menganggap bahwa ia memperoleh minat dalam suatu perusahaan, tidak begitu banyak, ia adalah asumsi hubungan umum dengan banyak pemegang saham lainnya; sebagian besar, dia tidak mengenal mereka dan tidak mengambil resiko untuk belajar siapa mereka; jika dia "tahu properti" dan kepuasan yang direksi berikan. Tetapi kondisi perseroan terbatas pemegang saham menyerahkan hak untuk mengontrol penggunaan properti korporasi oleh orang lain. Hak yang didelegasikan kepada manajemen perusahaan. Ini adalah salah satu manfaat dari organisasi perusahaan kepada investor; dia bisa mempercayakan uangnya kepada orangorang yang memiliki keahlian.Tetapi itu juga salah satu kelemahan. Oleh karena itu pemisahan antara kepemilikan dan kontrol yang telah menjadi fokus dari perjuangan atas tata kelola perusahaan. Apa pemilik sebuah perusahaan "memiliki" sertifikat yang mewakili hak untuk bagian proporsional dari korporasi. Satu-satunya yang ia punya adalah sertifikat saham; yang perusahaan itu sendiri (atau mungkin anak perusahaan) adalah pemilik properti sendiri. Hak pemegang saham klasik adalah: 1. Hak untuk menjual saham, 2. Hak untuk memilih proxy, 3. Hak untuk meminta ganti rugi jika direksi korporasi atau manajer gagal memenuhi kewajiban mereka, 4. Hak atas informasi tertentu dari perusahaan, 2015 11 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Hak residual tertentu berikut likuidasi perusahaan (atau pengajuan untuk reorganisasi di bawah undang-undang kepailitan) setelah kreditur dan pengklaim lainnya dibayar. Tetapi di perusahaan modern, kedua atribut kepemilikan [kontrol dan hak ekonomi] tidak lagi melekat pada individu atau kelompok yang sama. Pemegang saham menyerahkan kontrol atas kekayaannya. Dia telah menjadi pemasok modal, berani mengambil risiko murni dan sederhana, sedangkan tanggung jawab utama dan kewenangan kepemilikan melekat kepemilikan saham; atribut lain yang melekat pada kontrol perusahaan. Apakah kita tidak lagi berurusan dengan properti dalam arti lama? Apakah logika tradisional properti masih berlaku? Karena pemilik yang juga melakukan pengawasan lebih dari kekayaannya dilindungi dalam penerimaan penuh keuntungan yang berasal dari itu, harus mengikuti bahwa pemilik yang telah menyerahkan kekuasaan atas kekayaannya harus juga dilindungi dengan penuh? Pada masa John D. Rockefeller, Cornelius Vanderbilt, Andrew Mellon, dan Andrew Carnegie memutuskan kerajaan yang menyaingi seluruh negara dalam ukuran dan ruang lingkup mereka - dan kekuasaan. Perusahaan-perusahaan memiliki pemegang saham publik, tapi orang-orang yang membangun mereka memegang saham besar untuk mendukung pelayanan mereka. Hari ini, dengan langkah pengecualian seperti Bill Gates dari Microsoft dan almarhum Sam Walton dari Wal-Mart, besar perusahaan dipimpin oleh laki-laki yang saham di perusahaan yang dikerdilkan oleh kepemilikan investor institusi. Para pemegang saham yang "memiliki" perusahaan begitu beragam dan begitu tersebar luas menjadi sulit untuk mengkarakterisasi hubungan mereka kepada perusahaan dalam hal pemilik tradisional. Kebanyakan orang memulai studi kepemilikan dalam konteks perusahaan publik dengan Profesor Columbia University Adolph A. Berle dan Gardiner C. Means, yang pertama kali diakui pemisahan kepemilikan dan kontrol di perusahaan modern besar. Ini pembubaran atom properti menghancurkan landasan di mana ekonomi urutan tiga abad terakhir telah beristirahat. Perusahaan swasta, yang telah dibentuk kehidupan ekonomi sejak penutupan abad pertengahan, telah berakar pada institusi milik pribadi. 2015 12 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Di bawah sistem feodal, organisasi ekonomi tumbuh dari kewajiban bersama dan hak istimewa yang diperoleh oleh berbagai individu dari hubungan mereka, properti yang ada salah satunya yang dimiliki. Disisi lain perusahaan swasta, menanggung pemilik alat-alat produksi dengan hak milik lengkap lebih dari instrumen tersebut. Bahwa organisasi kehidupan ekonomi feodal didasarkan atas sistem rumit kebiasaan mengikat, organisasi di bawah sistem pribadi perusahaan telah beristirahat pada kepentingan dari pemilik properti sebuah kepentingan yang dimiliki di cek hanya dengan persaingan dan kondisi penawaran dan permintaan. Sudah diasumsikan bahwa, jika individu dilindungi dengan baik untuk menggunakan properti sendiri dan menerima buah penuh penggunaannya, keinginannya untuk keuntungan pribadi, untuk keuntungan, dapat diandalkan insentif efektif untuk efisiensi penggunaannya dari setiap industri properti. Bagian: Era Pengambilalihan Salah satu hak penting dari kepemilikan hak adalah mengalihkan kepemilikan kepada orang lain. Memang, dalam membuat pengalihan prioritas, pemilik umum saham bersedia, untuk sebagian besar melepaskan beberapa hak kepemilikan lainnya. Agar saham yang akan ditransfer secara bebas, pemegang saham harus memiliki terbatas kewajiban dan saham harus diperdagangkan pada tingkat yang cukup rendah. Kedua kondisi melonggarkan sambungan antara kepemilikan dan kontrol. Dalam rangka untuk memiliki perseroan terbatas, pemegang saham harus menyerah kontrol kepada keputusan perusahaan yang paling dasar. Agar harga perdagangan cukup rendah untuk memastikan likuiditas, pemegang saham harus memungkinkan perusahaan mereka untuk mengeluarkan jutaan saham, sehingga hampir mustahil untuk salah satu investor untuk memiliki saham yang berarti. Hasilnya adalah "Rule Wall Street." Menyadari bahwa pengalihan adalah satu-satunya yang benar nyata pemegang saham memiliki, pendekatan ini asalkan investor harus "memilih dengan manajemen atau menjual saham." Teorinya adalah bahwa pemegang saham bisa mengirim pesan yang kuat kepada manajemen perusahaan dengan menjual keluar, strategis di cukup blok untuk menekan nilai saham. Pada akhirnya, teori terus, harga saham akan cukup jatuh untuk membuat 2015 13 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perusahaan menjadi target pengambilalihan menarik. Risiko ini kemudian akan terus manajemen bertindak untuk kepentingan shareholders. Edward Jay Epstein menunjukkan, teori ekonominya membutuhkan lebih dari pemegang saham menjadi bebas untuk menjual kepemilikannya kepada investor lain. Hanya menjual saham analog dengan pengungsi politik yang meninggalkan kediktatoran dengan "suara dengan kaki mereka." Walaupun mungkin memecahkan masalah pribadi mereka, hal ini tidak berakhir, atau bahkan tentu melemahkan, kediktatoran - meskipun mungkin melemahkan perekonomian. Demikian pula, hanya pertukaran satu pemegang saham berdaya untuk yang lain dalam perusahaan, sementara itu mungkin mengurangi harga pasar saham, tidak akan mengusir atau bahkan mengancam manajemen itu. Sebaliknya, jika pemegang saham pembangkang pergi, mungkin bahkan membawa kubu lebih lanjut dari manajemen terutama jika manajemen bisa lewat peraturan baru untuk sementara. Teori ini bekerja jika pemegang saham dapat menjual saham mereka akhirnya ke investor yang memiliki kekuatan untuk mengambil alih perusahaan dan dewan directors. Pada 1980-an, dampak seismik pengambilalihan, junk bond, dan pertumbuhan kelembagaan investor tersentak setiap aspek dari struktur perusahaan ke lempeng tektonik tersebut. Mungkin perubahan yang paling tak terduga adalah pertanyaan akademik "perusahaan governance "menjadi fokus perdebatan sengit. Setelah eksklusif provinsi ulama dan ahli teori, kosakata pemerintahan misterius itu kembali ditempa sebagai masing-masing kelompok komponen korporasi meniup jaring laba-laba dari terminologi antik dan dipekerjakan untuk mendefinisikan kembali peran dan bahwa korporasi. Tetapi satu alasan perdebatan telah menjadi begitu tangensial dengan realitas politik dan bisnis adalah bahwa sebagian besar teori tentang tata kelola perusahaan menanggung sedikit hubungan dengan realitas. Teori adalah bahwa perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh petugas, di bawah sistem checks and balances yang diberikan oleh dewan direksi dan para pemegang saham. Semua tiga kelompok, bertindak dalam kepentingan mereka, akan memaksimalkan keuntungan dalam batas-batas sistem hukum, dan ketiga kelompok akan mendapat manfaat, seperti yang akan masyarakat secara keseluruhan, termasuk kelompok-kelompok 2015 14 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sekarang disebut "stakeholder" - karyawan, pelanggan, pemasok, dan masyarakat. Kenyataannya adalah bahwa tidak ada sistem checks. Tata kelola perusahaan telah mendapat benar-benar tidak seimbang, kurangnya keseimbangan diungkapkan dari dua perkembangan tahun 1980-an, baik jaminan dan hasil tak terduga dari satu set prioritas. Yang pertama adalah meningkat dari investor institusi. Bahkan mereka yang bekerja paling keras untuk pengesahan Karyawan Pensiun Penghasilan Security Act (Erisa) 1974 tidak pernah diantisipasi bahwa dalam kurang dari 20 tahun dana tunduk pada standar yang akan memegang sepertiga dari saham Perusahaan-perusahaan Amerika. Kepemilikan institusional menjamur di tahun 1970-an dan 1980-an, menciptakan kategori investor yang besar, cerdas, dan wajib sebagai pemegang amanah untuk melaksanakan pemegang saham hak kepemilikan apakah itu "bijaksana" dan "untuk tujuan eksklusif" melindungi kepentingan peserta program pensiun untuk melakukannya. Sementara itu, era pengambilalihan memberi pemegang saham banyak untuk bereaksi terhadap. Kedua manajemen mengambil keuntungan dari pemegang saham pencabutan hak dan ada pelanggaran yang luar biasa, yang akan kita bahas di bawah. Semua kartu proxy yang tiba-tiba meminta lebih dari persetujuan auditor dan manajemen secara tertulis. Sebuah bagian penting dari fondasi teoritis untuk pasar adalah gagasan bahwa pemegang saham harus menjual satu sama lain, dan sesering mungkin menjaga pasar "Efisien." Selama pengambilalihan Era, menjadi jelas bahwa, meskipun sistem ini dirancang untuk mempromosikan pengalihan atas semua, ada satu jenis transfer bahwa sistem akan tidak mentolerir: pengalihan kekuasaan dari satu kelompok ke kelompok lain. Dengan kata lain, tawaran itu bisa dibingkai sedemikian rupa bahwa para pemegang saham akan menerima, meskipun itu bertentangan dengan kepentingan mereka. Jadi perdebatan satu-share, usulan satu orang yang benar-benar tentang apa perlindungan prosedural harus berada di tempat untuk memastikan bahwa stok suara tertentu ditawarkan bagi pemegang saham dengan cara yang memungkinkan mereka untuk membuat pilihan yang adil dan ekonomis. Para pemegang saham berpendapat bahwa efisiensi perusahaan dan legitimasi tergantung pada manajer yang, pada dasarnya, agen prinsipal pemegang saham. Sejauh bahwa "biaya agen" manajer meningkat, produktivitas dan inovasi akan menurun. Selain 2015 15 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id itu, jika manajer tidak dapat bertanggung jawab atas rapat yang jelas, standar umum kinerja seperti keuntungan, penjualan, atau pertumbuhan, maka fokus mereka perhatian akan beralih dari luar ke dalam korporasi. Upaya nyata untuk memberikan nilai yang sama untuk setiap bumerang pilihan, pada kenyataannya, meningkatkan karakter koersif rekapitalisasi. Easterbrook dan Fischel membayangkan kemungkinan pasar dalam penilaian: "Masalah pilihan kolektif akan mengerahkan pengaruh yang kuat atas harga pasar suara. Karena tidak ada pemilih mengharapkan untuk mempengaruhi hasil pemilu, ia akan menjual suara (yang baginya adalah penting) untuk kurang dari pengenceran yang diharapkan dari kepemilikan saham nya. Profesor Harvard Business School Richard Ruback telah menunjukkan bahwa "[t] ia sebut kelas ganda re-kapitalisasi dapat disusun untuk memaksa pemegang saham luar individu untuk bertukar meskipun pemegang saham luar, bertindak secara kolektif, akan memilih untuk tidak bertukar (penekanan dalam aslinya). Oleh karena itu, ia alasan bahwa "pilihan rasional oleh individu pemegang saham luar menyebabkan hasil yang merugikan pemegang saham luar. Dengan kata lain, ketika isu hak suara terbatas disajikan kepada pemegang saham, rasional, pilihan fiskal optimal dibuat oleh seorang individu dapat, ketika dibuat oleh individu cukup untuk membawa resolusi, mengakibatkan penurunan yang signifikan nilai dari kepemilikan mereka semua. Ini bukan pertama kalinya satu-share, masalah satu-vote menimbulkan kontroversi. Pengalaman pada tahun 1920 dengan perusahaan utilitas publik dan perusahaan investasi yang dikonsolidasikan kontrol dalam saham dengan hak suara beberapa, yang diselenggarakan oleh manajer, menyebabkan pemberlakuan undang-undang untuk memaksakan satu-share, aturan satu-suara pada perusahaan mereka. Utilitas Umum Holding Company Act merupakan tanggapan terhadap laporan 78 volume disiapkan oleh Komisi Perdagangan Federal (FTC). Dalam laporan tersebut, FTC mencatat: Pengalihan korporasi di satu sisi dan masyarakat, pada siapa akan tergantung untuk perdagangan dan pendapatan, di sisi lain, seperti yang terjadi awalnya, kami memiliki pihak ketiga kepemilikan minoritas tetapi dengan manajemen dan kontrol yang dapat disamakan dengan pertuantanahan absensi. 2015 16 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Perusahaan Investasi Act of 1940 juga sangat relevan di sini. legislatif sejarah menunjukkan bahwa itu diberlakukan dalam menanggapi tiga faktor: besar proporsi investor yang terlibat (satu dari sepuluh investor adalah peserta dalam investasi perusahaan, menurut staf laporan SEC kepada Kongres), perbedaan serius antara kepemilikan saham dan hak suara, dan konflik akibat kepentingan antara pemegang saham senior dan junior. The SEC, menggunakan 1940 yang Act pembuatan peraturan dan otoritas penegak, menemukan bahwa beberapa kelas saham dengan hak suara yang berbeda adalah faktor utama dalam korupsi dan penyalahgunaan lazim dalam industri investasi di tahun 1940-an. Bagian 18 tindakan, menerapkan satu saham, satu suara untuk perusahaan investasi, diadopsi pada respon. Sebagai Arthur Levitt, maka ketua American Stock Exchange, dan saat ini ketua Securities and Exchange Commission, mencatat pada tahun 1987: Salah satu sumber sejarah aturan Bursa Efek New York terhadap nonvoting saham terletak pada penggunaan saham tersebut dalam industri utilitas publik pada tahun 1920: saham non-voting adalah perangkat utama yang mendasari piramida kontrol pribadi dalam industri itu dan yang pada akhirnya menyebabkan runtuh, hilangnya tragis publik kepercayaan di pasar modal. dan untuk mengarahkan peraturan federal dalam bentuk Utility Umum Holding Company Act. Hukum ini didasarkan pada kebijakan bahwa manajemen harus dibuat akuntabel kepada pemegang saham yang dapat memberikan suara mereka. Satu saham, standar satu orang didasarkan pada bukti kuat dari kejahatan pyramiding dan sebaliknya memisahkan manajemen dari kebutuhan untuk account untuk kepemilikan. Hal itu dinilai berguna dan efisien sampai pengambilalihan era mengangkat momok bahwa pemegang saham mungkin bisa menuntut akuntabilitas yang berarti. Kemudian NYSE dengan cepat membuang itu; atau setidaknya untuk mencoba. Kerangka peraturan yang mengatur penerbitan dan perdagangan surat berharga publik dan fungsi pertukaran hampir seluruhnya diatur oleh undang-undang. Kongres meloloskan Securities Act 1933 dan 1934 Securities and Exchange Act setelah perdebatan lengkap dan dalam menanggapi bukti-bukti salah urus, penipuan dan penipuan terangterangan selama booming pasar saham dari akhir 1920-an. Dalam Publik Utilitas Holding Company Act of 1935 dan Perusahaan Investasi Act of 1940, beberapa kelas saham biasa dengan karakteristik yang berbeda suara yang tegas dilarang untuk perusahaan yang 2015 17 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id terkena dampak. Daripada berusaha dengan perusahaan industri untuk memperbaiki spesifik kesalahan atau pelanggaran, anggota parlemen berusaha tugas yang jauh lebih sulit; mereka mencoba untuk membuat sebuah proses akuntabilitas perusahaan - set tentang aturan menjaga seluas mungkin lintang bagi pemegang saham untuk melindungi kepentingan keuangan mereka. Pemegang Saham dipandang sebagai pemilih, dewan direksi sebagai wakil terpilih, proksi permohonan sebagai kampanye pemilu, charter perusahaan dan anggaran rumah tangga sebagai konstitusi dan amandemen. Apakah akuntabilitas pemegang saham sendiri? Pemegang Saham menuai manfaat dari kinerja perusahaan. Bagaimana dengan risiko? Sementara salah satu atribut dasar saham biasa adalah perseroan terbatas, tidak seharusnya mereka menanggung sebagian tanggung jawab untuk korporasi dampak terhadap masyarakat? Dengan kata lain, bagaimana terbatas harus menjadi kewajiban? Tidak ada pemegang saham yang tidak bersalah Hakim Agung Louis D. Brandeis, yang memiliki karir hukum dibedakan membela baik hak-hak individu dan masyarakat di perusahaan besar, menulis dengan penuh semangat tentang moral aspek kepemilikan saham. Komentarnya, dikutip dalam bagian dalam Boothbay Harbor kasus di atas, adalah pengingat pedih seberapa jauh kepemilikan saham modern telah menyimpang dari asal-usulnya. Mereka adalah sebagai benar hari ini seperti ketika ditulis hampir satu abad yang lalu. Hal ini sepenuhnya bertentangan, tidak hanya untuk hukum kita, tetapi apa yang seharusnya seluruh sikap kita terhadap investasi, bahwa orang yang memiliki kesempatan keuntungan dengan masuk ke suatu perusahaan, atau kesempatan untuk mendapatkan return yang lebih besar daripada yang bisa mendapatkan hipotek sangat aman atau obligasi. Bahwa ia harus memiliki kesempatan keuntungan tanpa tanggung jawab apapun. Setiap orang harus tahu bahwa penolakan perwakilan minoritas di dewan direksi telah menghasilkan dominasi kebanyakan perusahaan oleh satu atau dua orang; dan di hampir semua mengusir kritik dari kekuatan dominan. Dan bahkan di mana papan tidak begitu didominasi, ada terlalu sering bahwa "harmonis kerjasama" antara direksi yang mengamankan untuk masing-masing, sesuai sendiri, bagian karena nikmat korporasi. Pemegang saham minoritas jarang memiliki pengetahuan tentang fakta-fakta yang sangat penting untuk banding yang efektif, apakah itu dilakukan terhadap direksi, ke seluruh tubuh pemegang saham, atau ke pengadilan. Selain itu, beban keuangan dan insiden risiko untuk 2015 18 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id setiap upaya pemegang saham individu untuk mengganggu manajemen yang ada biasanya mahal. Prosiding untuk menghindari kontrak dengan direksi, oleh karena itu, jarang dibawa, kecuali setelah perubahan radikal dalam keanggotaan dewan. Dan perubahan radikal dalam keanggotaan board jarang terjadi. Perlindungan kepada pemegang saham minoritas menuntut bahwa perusahaan dilarang benar-benar dari membuat kontrak dimana seorang direktur memiliki kepentingan pribadi, dan bahwa semua itu kontrak dinyatakan tidak dapat dibatalkan hanya, tapi benarbenar void.69 Dan bagaimana dengan pemegang saham institusional? Overlay tambahan kewajiban fidusia membutuhkan mereka untuk bertindak jika muncul cukup efektif untuk melakukannya. Sementara seorang individu bebas untuk mengabaikan kedua keadilan Brandeis kepedulian dan dompetnya sendiri dengan mengabaikan hak-haknya dan anggung jawab sebagai pemilik perusahaan, lembaga, sebagai wali, tidak menikmati kebebasan seperti itu. Namun tidak bisa dibantah bahwa para pemegang saham sebagian besar telah mampu menjalankan tanggung jawab kepemilikan perusahaan Amerika. Dalam beberapa hal, ini "kepemilikan kegagalan "adalah karena perbedaan antara harta berwujud dan tidak berwujud. Proses kapitalis, dengan menggantikan sebidang hanya saham untuk dinding dan mesin di pabrik, mengambil kehidupan dari ide properti. Ini mengendur pegangan yang dulu begitu kuat - pegangan dalam arti hak hukum dan kemampuan sebenarnya untuk berbuat sesuka hati dengan sendiri; pegangan juga dalam arti bahwa pemegang gelar kehilangan kemauan untuk melawan, ekonomi, fisik, politik, untuk "nya" pabrik dan kekuasaannya atas, untuk mati jika diperlukan pada langkah-langkah tersebut. Dan penguapan ini apa yang mungkin kita sebut materi substansi properti - realitas terlihat dan terjamah nya - tidak hanya mempengaruhi sikap pemegang tetapi juga bahwa dari pekerja dan masyarakat pada umumnya. dematerialized, defunctionalized dan kepemilikan absentee tidak terkesan dan memanggil sebagainya kesetiaan moral yang sebagai bentuk penting dari properti itu. 2015 19 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id IX. Sebuah Kerangka Pemantauan Pemegang Saham dan Respon Pemantauan oleh Pemegang Saham The Working Group of Corporate Governance menyarankan lima prinsip tata kelola bagi pemegang saham, yang masih relevan untuk efektivitas fungsi pemantauan oleh investor: 1. Pemegang saham institusional pada perusahaan publik harus memandang diri mereka sebagai pemilik, bukan hanya investor. 2. Pemegang saham tidak boleh terlibat dalam pelaksanaan operasional harian perusahaan 3. Pemegang saham harus mengevaluasi kinerja komisaris secara rutin 4. Dalam mengevaluasi kinerja komisaris, pemegang saham harus diberi tahu 5. Pemegang saham harus mengakui dan menghormati bahwa satu-satunya tujuan umum bagi seluruh pemegang saham adalah kemakmuran perusahaan yang berkelanjutan. Tingkat kepercayaan dan keyakinan investor pada informasi keuangan yang dilaporkan berhubungan langsung dengan keandalan, kualitas, dan transparansi informasi, bahwa kepercayaan dipengaruhi oleh perbedaan motivasi dan adanya asimetri informasi.Beberapa mekanisme corporate governance disarankan untuk menhghubungkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham, mengizinkan investor untuk menilai dan memantau perilaku manajemen dan memperkuat kepercayaan pemegang saham kepada manajemen.Luasnya insentif manajerial dan mekanisme pemantauan tergantung pada apakah manajemen dapat dipercaya dan tingkat kepercayaan investor kepada pemegang saham.Pada kondisi bahwa tidak ada eksekutif yang dapat dipercaya dan mereka menyalahgunakan wewenangnya, maka investor tidak perlu mempercayai investor dan mengandalkan mekanisme corporate governance untuk menghubungkan kepentingan masing-masing. Namun, jika eksekutif dapat dipercaya dan selalu bekerja demi kepentingan terbaik investor, maka pemantauan tidak terlalu diperlukan. Efektivitas fungsi pemantauan dan pengendalian oleh investor ditentukan oleh faktor-faktor berikut yang terkait satu sama lain: 1. Hak kekayaan yang diterbitkan oleh hukum atau perjanjian kontraktual yang mendefinisikan 2015 20 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. hubungan antara investor dan manajemen perusahaan sebagaimana hubungan antara tipe-tipe investor yang berbeda. Hak kekayaan yang efektif menciptakan pembagian kekuatan yang seimbang dan tepat antara investor dan manajemen dalam kondisi investor memiliki kendali yang memadai dan manajemen memiliki kewenangan untuk bertindak dalam kebijakannya sendiri. 3. Sistem pendanaan yang memfasilitasi suplai dana antara rumah tangga, perantara keuangan. 4. perusahaan. Sistem pendanaan memberikan dua alternatif hubungan antara rumah tangga dan perusahaan. Alternatif pertama adalah pendanaan berbasis bank, dimana bank menghimpun tabungan dari rumah tangga dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman kepada perusahaan. Alternatif kedua adalah pendanaan berbasis pasar dimana rumah tangga berinvestasi pada sekuritas modal atau utang yang diterbitkan perusahaan. Tingkat tabungan rumah tangga, jangka waktu, dan tipe pendanaan mempengaruhi kebijakan insentif dan investasi institusi keuangan, termasuk dana pension dan reksa dana. Imbal baliknya, institusi ini dapat mempengaruhi corporet governance dengan menyediakan berbagai jenis pembiayaan dengan memberikan tipe pendanaan yang berbeda yang mewajibkan sistem corporate governance dan reformasi keuangan yang berbeda. 5. Jaringan kompetisi dan kerja sama antar perusahaan membangun hubungan antar perusahaan di pasar. Pengelolaan Investor Institusional Terdapat konflik kepentingan pada investor institusional karena pada satu sisi investor institusional harus bertindak sebagai agen untuk kepentingan investornya, tetapi di sisi lain juga harus berperan sebagai prinsipal dari emiten. Konflik kepentingan yang nyata, dalam banyak kasus, telah menyebabkan investor institusional untuk menahan diri dari pemantauan aktif atas urusan dan pengelolaan perusahaan. Kurangnya pengawasan yang efektif oleh investor institusional dapat dikaitkan dan dijelaskan oleh tiga alasan: 1. Investor institusional memiliki kepentingan sendiri untuk melayani selain dari kepentingan para investor mereka. 2015 21 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Lembaga keuangan memiliki kecenderungan dan motivasi untuk fokus pada spekulasi jangka pendek dari perubahan harga saham daripada berinvestasi jangka panjang berdasarkan nilai intrinsik perusahaan yang berkelanjutan. 3. Manajer reksa dana dan rencana pensiun cenderung untuk mendukung proposal proxy yang ditentang oleh manajemen dari klien perusahaan. X. Kepemilikan dan Tanggung Jawab Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manejer yang yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menselaraskan kepentingannya sebagai pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian apabila keputusan yang diambil salah terutama keputusan mengenai laba. Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, manejer yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Dengan keikutsertaan manajer memiliki perusahaan, hal ini menyebabkan manajer melakukan tindakan yang akan memaksimumkan nilai perusahaan dalam jangka panjang. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham oleh investorinvestor institusional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan maupun lembaga dan perusahaan lain (Isrina Damayanti,2006). Kepemilikan institusional umumnya bertidak sebagai pihak yang memonitoring perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistik manajer. Melalui mekanisme kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya 2015 22 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perusahaan oleh manajemen dapat diketahui, semakin tinggi kepemilikan oleh institusi maka akan semakin kecil peluang manajemen melakukan manipulasi angka-angka dalam bentuk manajemen laba melaui proses monitoring secara efektif. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. XI. Siapa Saja Institusional Investor Itu Investor Institusional Perubahan-perubahan dalam struktur kepemilikan dari investor individu menjadi investor institusional memiliki beberapa efek mendalam pada tata kelola perusahaan.Investor institusional juga harus berbagi beberapa tuduhan karena skandal keuangan yang dilaporkan karena kurangnya pemantauan tata kelola perusahaan yang mereka lakukan. Investor institusional (perusahaan asuransi, dana pensiun publik dan swasta, investment trust, reksa dana, dan kelompok manajemen investasi) sering memiliki sejumlah besar saham yang beredar perusahaan publik. Dewan komisaris perusahaan harus memperoleh pengertian dari masing-masing investor institusional utama mereka. Penelitian akademik menunjukkan bahwa keterlibatan pemegang saham besar, termasuk investor institusional, dalam fungsi pemantauan tata kelola perusahaan memiliki potensi untuk membatasi masalah keagenan yang terkait dengan pemisahan kepemilikan dan pengendalian di perusahaan publik. Investor institusional dapat memainkan peran penting untuk mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham dengan mendapatkan informasi pribadi dari manajemen dan menyampaikannya kepada pemegang saham dan, dengan demikian, ke pasar modal.Integritas dan kredibilitas informasi tersebut menentukan relevansi dan kegunaan bagi investor. Sebuah laporan bersama oleh CFA Institute dan Business Roundtable Institute for Corporate Ethics menunjukkan bahwa perusahaan akan membuat investor mereka lebih terlibat dengan: (1) mendorong partisipasi perusahaan secara luas dalam dialog yang terus menerus dengan manajer aset dan pelaku pasar keuangan lainnya untuk lebih memahami bagaimana perusahaan mereka dinilai di pasar, (2) mendidik investor institusional dan penasihat mereka pada masalah tugas fidusia jangka pendek dan jangka panjang mereka 2015 23 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id terhadap konstituen mereka, dan (3) mendukung inisiatif pendidikan bagi investor individu untuk mempromosikan fokus pada penciptaan dan peningkatan nilai pemegang saham berkelanjutan. Pemantauan Investor Institusional Investor institusional biasanya memantau kepemilikan mereka dengan menggunakan sistem pemeriksaan berbasis pada kinerja keuangan (misalnya, benchmark), mengidentifikasi area dan fokus perhatian masalah, dan menentukan penyebab dan efek dari masalah.Meskipun investor institusional tidak mengintervensi perusahaan di mana mereka berinvestasi, mereka dapat memantau kepemilikan mereka dengan memastikan bahwa perusahaan dikelola dengan baik dan memiliki strategi yang jelas dan dapat dicapai. Investor institusional mungkin ikut campur dalam: 1. Pertemuan dengan manajemen. 2. Menyatakan keprihatinan melalui penasihat perusahaan. 3. Bertemu dengan komisaris, khususnya komisaris independen, komisaris utama, atau ketua independen dalam dewan. 4. Bekerja sama dengan investor institusional lain. 5. Membuat pernyataan publik sebelum rapat pemegang saham tahunan. 6. Menyerahkan resolusi pada pertemuan pemegang saham tahunan. 7. Memanggil untuk pertemuan khusus untuk mengubah dewan perusahaan. 8. Pemegang saham institusional memainkan peranan penting dalam tata kelola perusahaan dengan: 9. Menggunakan hak mereka untuk memilih komisaris. 10. Meningkatkan perhatian mereka atas tata kelola perusahaan baik dengan manajemen perusahaan atau dewan komisaris. 11. Membantu dalam mengurangi asimetri informasi dengan menyediakan mekanisme untuk menyampaikan informasi yang relevan yang mereka dapatkan dari manajemen untuk investor. 12. Meningkatkan efisiensi pasar modal dengan mengirimkan informasi yang relevan yang mereka peroleh dari manajemen untuk pasar keuangan dan mengurangi 2015 24 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id masalah keagenan dengan memiliki sumber daya, insentif, kesempatan, dan keahlian untuk memantau fungsi manajerial dan pengawasan yang lebih efektif. Investor institusional percaya bahwa fungsi pengawasan adalah bagian tidak terpisahkan dari memenuhi kewajiban fidusia mereka untuk bertindak dalam kepentingan terbaik dari pesertanya.Untuk melakukan fungsi pemantauan secara efektif, investor institusional harus memelihara investasi untuk jangka waktu yang cukup lama dan memiliki jumlah saham yang cukup dalam jangka panjang untuk mengurangi masalah free rider yang menimbulkan biaya pemantauan, sementara semua investor menikmati manfaat dari pemantauan tersebut. Kebanyakan, jika bukan semua, dana pensiun publik yang besar sangat diindeks dan oleh karena itu merupakan investasi jangka panjang utama. Selanjutnya, penelitian akademik menunjukkan bahwa ada bukti positif reaksi pasar jangka pendek terhadap pengumuman aktivisme tertentu sedangkan ada sedikit bukti reaksi pasar modal jangka panjang, dan ada beberapa perubahan dalam aktivitas nyata perusahaan setelah tekanan pemegang saham. XII. Contoh Kasus Kisruh sengketa saham PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) kembali mencuat setelah sempat terbenam beberapa waktu. Secara dadakan, tiba-tiba kubu Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut kembali melontarkan serangannya terhadap bos Media Nusantara Citra (MNC) Hary Tanoesoedibjo. Saling klaim antara dua kubu itupun semakin sengit dengan berbagai rumor bertebaran. Sulit membedakan mana yang rumor, mana yang fakta lantaran adanya para pemain isu yang diduga dengan sengaja berupaya membiaskan kenyataan yang ada. Bagaimana sebenarnya kisruh ini bermula? TPI pertama kali mengudara pada 1 Januari 1991 selama 2 jam dari pukul 19.0021.00 WIB. TPI diresmikan Presiden Soeharto pada 23 Januari 1991 di Studio 12 TVRI Senayan, Jakarta. Secara bertahap, TPI mulai memanjangkan durasi tayangnya. Pada akhir 1991, TPI sudah mengudara selama 8 jam sehari. 2015 25 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id TPI didirikan oleh putri sulung Presiden Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh PT Cipta Lamtoro Gung Persada. Stasiun televisi yang akrab dengan masyarakat segmen menengah bawah ini harus diakui tidak memiliki kinerja keuangan yang baik, terutama ketika TPI kemudian memutuskan keluar dari naungan TVRI dan beralih menjadi stasiun musik dangdut pada pertengahan 1990-an. Secara berangsur-angsur kinerja keuangan memburuk, utang-utang pun kian menumpuk. Pada tahun 2002, posisi utang TPI sudah mencapai Rp 1,634 triliun, jumlah yang sangat besar untuk periode tahun itu. Mbak Tutut pun yang saat itu juga terbelit utang maha besar kelimpungan. Di satu sisi dirinya menghadapi ancaman pailit, di sisi lain utang TPI juga terancam tak terbayar "Di tengah kondisi tersebut, Mbak Tutut meminta bantuan kepada saya untuk membayar sebagian utang-utang pribadinya," ungkap Hary Tanoe, Kamis (2/7/2010). Sebagai catatan, Hary Tanoe saat itu menjabat sebagai Direktur Utama PT Bimantara Citra Tbk (BMTR) yang sekarang berubah nama menjadi PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Bimantara Citra merupakan perusahaan kongsi antara Bambang Trihatmojo, adik Mbak Tutut dengan Hary Tanoe dan kawan-kawan. "Akhirnya kami sepakat untuk membayar sebagian utang mbak Tutut sebesar US$ 55 juta dengan kompensasi kami akan mendapat 75% saham TPI," jelas Hary. Oleh sebab itu, kedua belah pihak yakni pihak Mbak Tutut dengan pihak Hary Tanoe melalui PT Berkah Karya Bersama (BKB) menandatangani investment agreement pada 23 Agustus 2002 dan ditandatanganinya adendum surat kuasa pengalihan 75% saham TPI kepada BKB pada Februari 2003. "Investment agreement dan adendum surat kuasa pengalihan 75% saham TPI ini ditandatangani Mbak Tutut dan saya," ujarnya. Hary menjelaskan, dana sebesar US$ 55 juta itu digunakan untuk penyertaan modal sebesar US$ 25 juta serta refinancing utang Mbak Tutut sebesar US$ 30 juta. Meskipun perjanjiannya US$ 55 juta, realisasi dana yang kita keluarkan mendekati US$ 60 juta. Tapi tidak apa-apa, namanya juga membantu," ujarnya. Hary menegaskan, dengan perjanjian itu maka kepemilikan TPI sebesar 75% boleh dibilang sudah berada di bawah kepemilikan Bimantara Citra. Namun selanjutnya, Mbak Tutut melayangkan surat kepada BKB pada 20 Desember 2004. Isinya meminta kembali 75% saham TPI yang sudah dipindahtangankan kepada BKB dan Mbak Tutut menjanjikan akan melakukan due diligence 2015 26 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (uji tuntas) untuk membayar kompensasi gantinya. "Tapi dalam surat itu, Mbak Tutut tidak menjelaskan detil mekanisme pembayarannya dan sebagainya. Jadi kami memutuskan membahas dulu permintaan tersebut di internal kami," jelasnya. Pada 7 Maret 2005, para petinggi Bimantara Citra, induk BKB, menggelar rapat internal. Rapat ini menghasilkan 3 opsi yang akan ditawarkan kepada Mbak Tutut. Opsi pertama, BKB menjual 75% saham TPI yang dimilikinya kepada Mbak Tutut seharga Rp 630 miliar. Opsi kedua, BKB membeli 25% saham TPI yang dimiliki Mbak Tutut senilai Rp 210 miliar. Opsi ketiga, jika Mbak Tutut tidak mengambil sikap maka kepemilikan saham di TPI tetap BKB sebesar 75% dan Mbak Tutut 25%."Pada 8 Maret 2005, kami menyampaikan 3 opsi tersebut kepada Mbak Tutut. Dan pada 10 Maret 2005, kami melayangkan surat pemanggilan RUPS kepada seluruh pemegang saham TPI untuk membahas opsi-opsi tersebut dalam rapat yang dijadwalkan pada 18 Maret 2005," jelas Hary. Mbak Tutut pun didaulat harus menyampaikan opsi yang dipilihnya paling lambat pada 17 Maret 2005, agar RUPS dapat membahas mengenai opsi yang dipilih Mbak Tutut. "Tapi sampai 17 Maret, Mbak Tutut tidak memberikan opsi yang diambil olehnya. Oleh sebab itu, RUPS 18 Maret 2005 memutuskan opsi ke 3, yakni kepemilikan tetap BKB 75% dan Mbak Tutut 25%," ujarnya. Namun menurut Hary, Mbak Tutut kemudian mengklaim telah menggelar RUPS sendiri pada 17 Maret 2005 yang menghasilkan keputusan bahwa 75% saham TPI kembali ke tangan Mbak Tutut. "RUPS ini sebenarnya cacat hukum. Pertama, RUPS 17 Maret tidak diketahui oleh jajaran direksi dan komisaris TPI lainnya, kecuali 1 orang saja yang menandatangani RUPS. Direktur ini adalah orang yang ditempatkan Mbak Tutut di jajaran direksi. Kedua, RUPS 17 Maret dilakukan tanpa melalui proses pemanggilan pemegang saham," papar Hary. "Ketiga, RUPS digelar dengan alasan Mbak Tutut telah membatalkan secara sepihak adendum surat kuasa pengambilalihan 75% saham TPI ke BKB yang telah ditandatangani pada Februari 2003. Padahal, surat kuasa yang dimaksud ditandatangani oleh dua pihak, sehingga tidak dapat dibatalkan sepihak oleh Mbak Tutut," imbuh Hary. Selain itu, Mbak Tutut juga menuding Hary Tanoe dengan saudaranya Hartono Tanoe yang menjadi Komisaris di PT Sarana Rekatama Dinamika (SRD) sengaja membuat hasil RUPS 17 Maret 2005 tidak dapat dimasukkan ke dalam Sisminbakum (Sistem Administrasi Badan Hukum), seperti yang dikuak oleh Yohanes Waworuntu. 2015 27 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Namun menurut Hary, alasan ini terlalu dibuat-buat. Hary menegaskan, pertama, baik Bimantara Citra, PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) maupun PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) tidak memiliki saham di SRD."Kedua, kalau kita bisa memblokir Sisminbakum, negara ini sudah kita kuasai. Mana bisa kita melakukan itu? Saya kira alasan ini terlalu dibuat-buat yang tujuannya satu, merebut kembali TPI dengan cara-cara yang tidak baik," ujarnya. Tak berhenti sampai disitu, mendadak pada 23 Juni 2010, Mbak Tutut kembali menggelar RUPS yang kemudian menunjuk Ketua Umum Partai Patriot Pancasila Japto Soerjosoemarno sebagai Direktur Utama TPI bersama 3 orang jajaran direksi lainnya. Landasan Mbak Tutut mengadakan RUPS tersebut adalah dikeluarkannya surat Pejabat Pelaksana Harian (Plh) Direktur Perdata Kementerian Hukum dan HAM, Rieke Amavita bertanggal 8 Juni 2010 yang menyebutkan bahwa Menteri Hukum telah membatalkan surat-surat pengesahan anggaran dasar TPI. Kubu Mbak Tutut mengklaim, keberadaan surat tersebut dengan sendirinya membatalkan susunan direksi dan komisaris TPI yang sekarang menjabat. Sementara kubu Hary Tanoe mempertanyakan status surat yang dikeluarkan oleh Rieke tersebut. Menurut Hary, surat tersebut secara hukum tidak dapat membatalkan keputusan RUPS 18 Maret 2005. Kendati demikian, kubu Mbak Tutut terus melakukan berbagai upaya merebut TPI. Bahkan pada 26 Juni 2005, Japto bersama orang-orangnya mendatangi kantor TPI guna mengklaim dan menduduki kantor tersebut. Kubu Hary Tanoe pun melaporkan upaya pendudukan tersebut ke pihak kepolisian. Kini, keduanya masih terus bersengketa. Di satu sisi kubu Mbak Tutut terus bergerilya menggoyang status kepemilikan TPI. Di sisi lain, kubu Hary Tanoe terus mengupayakan jalur hukum untuk tetap mempertahankan TPI. Akibat dari masalah ini Saham MNC grup mengalami penurunan yang cukup tajam. Pada tata kelola tradisional pemegang saham tidak ikut serta dalam pengelolaan suatu perusahaan melainkan menyerahkan seluruhnya kepada Manager dan Dewan direksi, dengan adanya tata kelola perusahaan modern pemegang saham turut serta dalam melakukan pengelolaan dan kontrol terhadap perusahaan dimana dia sebagai pemegang saham. Kasus Saham TPI seharusnya tidak perlu terjadi menggunakan konsep Good Corporate Governance dan menerapkan norma-norma yang baik. 2015 28 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Hartman, Laura P., and Joe DesJardins. 2011. Business Ethics: Decision Making for Personal Integrity & Social Responsibility, Second Edition. McGraw – Hill International Edition. Monks, Robert A.G., and N. Minow. 2011. Corporate Governance, Fifth Edition. John Wiley & Sons, Ltd. 2015 29 Business Ethics and Good Governance Dr. Tuti Widiastuti, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id