Perlindungan Hukum Investor Saat Terjadi Delisting Saham PT Perlindungan Hukum Bagi Investor Saat Terjadi Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham Perseroan Terbatas (PT) di Pasar Modal Okto Sesario Adiprakosa Program Studi S-1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya, [email protected] Abstrak Pasar modal merupakan tempat yang mewadahi berbagai macam investasi, salah satu investasi tersebut adalah saham. Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang ke suatu perusahaan yang telah dibeli sahamnya. Saham merupakan salah satu bentuk investasi yang cukup menjanjikan, namun di Indonesia investasi saham ini masih banyak orang yang ragu mengenai fungsi keuntungan saham tersebut. Investor semakin ragu setelah banyak muncul di berita mengenai masalah delisting yang seakan-akan sama sekali tidak memberikan perlindungan bagi investor publik (pemilik saham minoritas.) Delisting merupakan proses yang terjadi saat suatu perusahaan seperti PT Dayaindo Resources, sudah tidak lagi memperdagangkan sahamnya di pasar modal karena perusahaan tersebut telah pailit. Dalam undang-undang pasar modal disebutkan bahwa saat suatu perusahaan terkena delisting, salah satu persyaratannya adalah membeli semua saham publik yang dimiliki oleh para investor publik. Banyak sekali investor publik yang dibiarkan saja rugi setelah terjadi delisting pada perusahaan yang dimiliki sahamnya oleh investor tadi. Hal ini yang menjadi alasan bagi penulis untuk mengkaji masalah ini, diharapkan agar dapat mengetahui bagaimana perlindungan bagi para investor dan upaya yang dapat dilakukan oleh investor tersebut. Metode penelitian ini adalah normatif. Penelitian ini memiliki dua jenis bahan hukum, yaitu bahan hukum primer yang terdiri dari berbagai peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder yang terdiri atas buku-buku dan informasi dari website yang berkaitan dengan topik permasalahan. Dalam menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa delisting saham yang terjadi adalah kurang memperhatikan nasib para investor publik setelah suatu perusahaan dikeluarkan dari pasar modal, baik secara sukarela atau dipaksa keluar oleh Bapepam (selaku regulator). Bagi Bapepam hal utama yang diperhatikan dalam melakukan delisting adalah perlindungan terhadap pemegang saham publik, dimana pemegang saham publik dianggap sebagai pemegang saham independen kecuali yang bersangkutan mengatakan lain yaitu para anggota lain saat RUPS. Saran mengenai permasalahan ini dari penulis adalah bagi Bapepam diharapkan dapat memberikan bantuan kepada para investor saat terjadi delisting dan memberikan kebijakan yang tidak terlalu memberatkan kepada emiten sehingga tidak memicu terjadinya delisting. Kata Kunci : Saham, Penanam Modal, Penghapusan Pencatatan Abstract The stock market is a place that can accommodate a wide variety of investment, one of that is a stock investment. Stock is prove of individual shares ownership to a company that shares has been purchased. Stock is one of investment form that is promising, but stock investment in Indonesia still have many people doubt about it function and also benefit from these shares. Investor more uncertain after a lot of news about the delisting issue, as if did not provide protection for public investors (shareholders minority). Delisting is a process that occurs when a company such as PT Dayaindo Resources, is no longer trades on the stock market because the company had been bankrupt. In the capital market regulation that when a company exposed to delisting, one of the requirements is to buy all the public shares owned by public investors. Many of public investors are left alone after the loss occurred in the company delisting of its shares owned by investors earlier. This is the reason for the author to examine this issue, expected to know how the protection of investors and the efforts that can be done by the investor. Study method is normative. Study have two types of legal materials, which are the primary legal materials, consisting of various regulation and secondary legal materials which consist of books and information from the internet relating to issues. In analyzing the results of the study, researchers used two approaches namely legislative approaches and conceptual approaches. The result showed that delisting of the shares that occur are less concerned about public investors after the company issued from the capital market, either voluntarily or forced out by Bapepam (as regulator). For Bapepam main thing is to concerned in doing delisting is the protection of public shareholders, where the public shareholders are consider as independent shareholders unless the concerned said another which is RUPS. Suggestion about this matter from writer is for Bapepam is expected to provide assistance to investor when delisting occur and give policies that not overly burdening the issuers, so it doesn’t trigger delisting. Keywords : Stock, Investor, Delisting 1 Perlindungan Hukum Investor Saat Terjadi Delisting Saham PT PENDAHULUAN Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan ”Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Tahun 1977 setelah pencanangan orde pembangunan, seiring dengan kian gencarnya pemerintah melakukan pembangunan, keberadaan pasar modal kian dirasakan sebagai suatu kebutuhan sehingga mendorong masyarakat di Indonesia mempelajari mengenai berbagai bentuk investasi khususnya di pasar modal.1 Investasi di Indonesia sendiri juga mengalami perkembangan, tidak lagi sekedar menanam secara langsung dan tidak lansung ke sebuah badan usaha, melainkan dapat membeli saham, deposito, reksadana, obligasi dan berbagai macam penyertaan modal kepada suatu perusahaan yang dibeli melalui pasar modal. Tahun 1977 setelah pencanangan orde pembangunan, seiring dengan kian gencarnya pemerintah melakukan pembangunan, keberadaan pasar modal kian dirasakan sebagai suatu kebutuhan sehingga mendorong masyarakat di Indonesia mempelajari mengenai berbagai bentuk investasi khususnya di pasar modal. 2 Investasi di Indonesia sendiri juga mengalami perkembangan, tidak lagi sekedar menanam secara langsung dan tidak lansung ke sebuah badan usaha, melainkan dapat membeli saham, deposito, reksadana, obligasi dan berbagai macam penyertaan modal kepada suatu perusahaan yang dibeli melalui pasar modal. Perusahaan yang semula go public sudah tidak lagi ikut dalam kegiatan pasar modal karena bangkrut atau ingin go private dikarenakan berbagai alasan seperti tidak lagi membutuhkan pendanaan dari pihak lain atau memang ingin membubarkan perusahaan tersebut, maka perusahaan tersebut akan terkena delisting, yang artinya saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan di bursa efek.3 Tahun lalu artikel dari neraca.co.id di bulan April 2013, mengenai tidak adanya peraturan Buyback (Pembelian kembali) saham yang dimiliki investor oleh perusahaan yang terkena delisting sehingga nantinya akan merugikan para investor.4 Disampaikan juga oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (selanjutnya disebut Bapepam-LK) yang mengeluarkan peraturan No.XI.B.2 tentang Pembelian Kembali Saham yang dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik menegaskan bahwa pembelian kembali saham emiten atau perusahaan publik wajib mendapat persetujuan RUPS, tetapi belum ada peraturan yang jelas mengenai perlindungan bagi investor. Peristiwa yang sama juga dialami oleh PT Amstelco Indonesia Tbk (selanjutnya disebut PT Amstelco) yang diberitakan pada 19 Februari 2013 oleh ANTARA news, ini dikarenakan PT Amstelco tidak mempunya rencana bisnis yang jelas dan tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan bisnis. Jika perseroan merencanakan kembali mencatatkan sahamnya di BEI, maka proses pencatatan saham dapat dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.5 Hal yang hampir serupa juga terjadi pada PT Dayaindo Resources International Tbk (selanjutnya disebut PT Dayaindo) beberapa waktu yang lalu sekitar bulan Juli, BEI delisting perusahaan tersebut dikarenakan perusahaan tersebut telah dinyatakan pailit oleh majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Saham PT Dayaindo belum dua tahun di tahan tapi BEI memproses untuk delisting karena emiten tersebut tidak terlihat keberlangsung membaik ke depannya. Tercatat pada Rabu (17/7) Majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang diketuai Dwi Sugiarto, menyatakan pailit atas PT Dayaindo dan PT Daya Mandiri Resources Indonesia Terlebih nantinya jika benar BEI melakukan delisting maka bukti kepemilikan saham mereka tersebut hanya menjadi secarik kertas yang tidak lagi berarti. Disinilah seharusnya ada perlindungan hukum yang jelas baik dari pemerintah maupun perusahaan bersangkutan itu sendiri yang ditujukan bagi investor agar dapat melakukan upaya-upaya mohar/lia/nurul/iqbal, “Tidak Ada Aturan BuyBack, Investor Dirugikandampak dari Emiten di-delist dari bursa” http://www.neraca.co.id/article/26975/Tidak-AdaAturan-Buy-Back-Investor-Dirugikan/5, Jumat, 05/04/2013 diakses tanggal 12 Maret 2014 jam 19:20 5 Suryanto, “BEI Delisting Saham Amsteco Indonesia” http://www.antaranews.com/berita/353840/beidelisting-saham-amstelco-indonesia Jumat, 18 Januari 2013 21:27 WIB. diakses tanggal 12 Maret 2014 jam 19.36 4 M. Irsan Nasarudin, et. al., “Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia”, Kajian Pasar Modal dan Keuangan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, Agustus 2010 hal. 2 2 M. Irsan Nasarudin, et. al., “Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia”, Kajian Pasar Modal dan Keuangan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, Agustus 2010 hal. 2 3 Ibid. 1 2 Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal penting untuk kelangsungan bisnis masing-masing dan tidak hanya menyelamatkan diri sendiri tanpa memikirkan dampak disekitarnya terutama investor yang sudah membeli saham perusahaan yang terancam delisting. Atas dasar permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Pasar Modal khususnya dalam fenomena delisting yang terjadi pada perusahaan swasta dengan judul Perlindungan Hukum Bagi Investor Saat Terjadi Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham Perseroan Terbatas Di Pasar Modal. Terlebih nantinya jika benar BEI melakukan delisting maka bukti kepemilikan saham mereka tersebut hanya menjadi secarik kertas yang tidak lagi berarti. Disinilah seharusnya ada perlindungan hukum yang jelas baik dari pemerintah maupun perusahaan bersangkutan itu sendiri yang ditujukan bagi investor agar dapat melakukan upaya-upaya penting untuk kelangsungan bisnis masing-masing dan tidak hanya menyelamatkan diri sendiri tanpa memikirkan dampak disekitarnya terutama investor yang sudah membeli saham perusahaan yang terancam delisting. Atas dasar permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Pasar Modal khususnya dalam fenomena delisting yang terjadi pada perusahaan swasta dengan judul Perlindungan Hukum Bagi Investor Saat Terjadi Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham Perseroan Terbatas Di Pasar Modal. Penulis juga melakukan analisis terhadap pasalpasal perlindungan hukum oleh OJK pada UU OJK. Pendekatan konsep (conceptual approach) yakni konsep-konsep dalam ilmu hukum dapat dijadikan titik tolak atau pendekatan bagi analisis penelitian hukum, karena akan banyak muncul konsep bagi suatu fakta hukum.8 Pada teknik pendekatan conceptual approach, penulis melakukan pendekatan konsep saham dan perdagangan saham di pasar modal yang ada pada UU Pasar Modal dan literatur tentang hukum pasar modal. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum dilakukan dengan cara studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum yang terkait. Bahan-bahan hukum tersebut merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier yang terkait dengan saham. Penelusuran bahanbahan hukum tersebut dilakukan penulis dengan membaca bahan hukum primer yakni peraturan perundang-undangan dan buku-buku atau literatur tentang hukum pasar modal dan tentang saham juga masalah yang terkait pada saham itu sendiri. Pada penelitian hukum normatif, pengolahan bahan hukum baik primer, sekunder, maupun tersier diwujudkan pada suatu kegiatan sistematisasi dan sinkronisasi terhadap bahanbahan hukum tertulis terkait pasar modal khususnya delisting saham. Kegiatan sistematisasi dan sinkronisasi tersebut berupa penjabaran latar belakang dari perkembangan ekonomi dan pasar modal pada umumnya hingga penjabaran beberapa fakta-fakta kasus seperti yang terjadi pada PT Dayaindo mengenai kasus delisting, sementara saham perusahaan tersebut masih dimiliki masyaraktat umum, yang akhirnya membuat saham tersebut tidak bernilai lagi. Kegiatan sistematisasi dan sinkronisasi juga berupa penjabaran pada tinjauan pustaka dan pembahasan yang menjelaskan secara rinci antara lain pengertian saham pada umumnya, jenis-jenis saham, risiko pada saham hingga perlindungan hukum bagi investor pemegang saham. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan tepat dan logis, yakni dengan mengkaitkan literatur-literatur tentang saham dan peraturan perundang-undangan terkait saham dengan fakta-fakta kasus delisting perusahaan dari pasar modal. Keseluruhan bahan hukum yang diperoleh baik primer maupun sekunder serta tersier dianalisis secara preskriptif dan menggunakan metode deduktif yaitu data umum tentang konsepsi hukum baik berupa asas-asas hukum, ajaran-ajaran (doktrin) dan pendapat para ahli yang dirangkai secara sistematis mengenai perlindungan hukum bagi investor apabila terjadi penghapusan pencatatan (delisting) saham perseroan terbatas di pasar modal. METODE Penelitian ini merupakan penelitian normatif yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf singkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum.6 Dalam penelitian penulis mengkaji perlindungan hukum bagi investor saat terjadi penghapusan pencatatan ( delisting) saham PT di pasar modal. Agar mendapatkan kebenaran ilmiah yang diharapkan, maka dalam penelitian ini digunakan beberapa pendekatan, Pendekatan perundang-undangan (statue approach) yakni penulis menggunakan peraturan perundangundangan sebagai dasar awal melakukan analisis. 7 Penulis melakukan analisis terhadap UU Pasar Modal khususnya pasal-pasal tentang kepemilikan saham, keterbukaan informasi, pengawasan lembaga terkait, hubungan para pihak perusahaan dengan investor dalam perjanjian, usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh pihak yang dirugikan melalui pengadilan, penyidikan dan pemeriksaan oleh lembaga pengawas pasar modal. 6 Mukti Fajar et.al., Op. Cit., hlm. 153 Mukti Fajar et.al., 2009, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Jakarta, Pustaka Pelajar, hlm. 185. 7 8 Ibid., hlm. 186. 3 Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal saham dari PT Dayaindo tersebut. Mulai dari suspend yang diberikan oleh bursa kepada PT Dayaindo, investor tidak dapat lagi menjualbelikan saham PT Dayaindo. Proses delisting yang dialami oleh PT Dayaindo ini ternasuk delisting paksa atau forced delisting seperti yang diatur dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-I Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, Bahwa PT Dayaindo memenuhi syarat untuk di delisting. Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor I-I Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) angka III.3.1.1 merupakan kondisi yang dipenuhi oleh PT Dayaindo sehingga perusahaan tersebut mengalami delisting. Selain itu memang PT Dayaindo sama sekali tidak menunjukan indikasi pemulihan, semakin memperjelas kinerja PT Dayaindo yang tidak memenuhi syarat untuk ada di pasar modal. Dari kejadian yang terjadi para investor ingin mengetahui apa yang sebenarnya membuat sampai terjadi delisting, karena ini menyangkut tentang kerugian yang di derita para investor tersebut perihal delisting yang terjadi. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Kasus Posisi Mengenai Delisting Kasus Delisting yang terjadi pada PT Dayaindo, tertanggal 28 Juni 2012 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tertanggal 06 Juli 2012 dibawah No : 46/PAILIT/2012/PN.NIAGA.Jkt.Pst., dikatakan bahwa termohon pailit yaitu PT Dayaindo memiliki hutang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih oleh pemohon pailit. Bahwa Termohon Pailit adalah suatu perusahaan terbuka yang bergerak dalam bidang perdagangan batu baru baik untuk lokal maupun ekspor dan penyedia transportasi armada tug boat dan tongkang. Sekitar tahun 2009 telah terjadi perselisihanperselisihan antara Pemohon Pailit dengan Termohon Pailit sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian Penyelesaian (Settlement Agreement) tertanggal 18 Februari 2010 (untuk selanjutnya disebut “Perjanjian”). Bahwa penyelesaian perselisihan dimaksud telah diajukan melalui forum arbitrase di Inggris yaitu the London Court of International Arbitration (LCIA) sebagaimana disepakati para pihak didalam Perjanjian. Bahwa selanjutnya the London Court of International Arbitration (LCIA) telah mengeluarkan Putusan Arbitrase Internasional (Final Award) No.101655 tertanggal 24 November 2010 (“Putusan Arbitrase”) yang bersifat final dan mengikat, pada pokoknya menghukum Termohon Pailit Membayar sejumlah kewajiban pokok kepada Pemohon Pailit sebesar US$ 1,197,609.40 (satu juta seratus sembilan puluh tujuh ribu enam ratus sembilan Dolar Amerika Serikat dan empat puluh sen). Suek AG sebagai perusahaan yang memohonkan gugatan kepada PT Dayaindo mengemukakan termohon pailit memiliki utang kepada lebih dari satu kreditor diantaranya adalah PT Bukit Asam Prima, PT Natpac Asset Management, Gracious Wealth International Inc., PT Astra Sedaya Finance, PT Saseka Gelora Finance, PT Kencana Internusa Artha Finance dan PT Mitsui Leasing Capital Indonesia. Dari gugatan yang dikemukakan memperlihatkan kinerja dari PT Dayaindo yang kurang baik. Bapepam yang menjadi pengawas dalam pasar modal secara tidak langsung melewatkan kesalahan seperti ini, baru setelah masuk di dalam pasar modal, hutang dari PT Dayaindo ini muncul. Besar kemungkinan tujuan yang sebenarnya dari PT Dayaindo masuk ke dalam pasar modal adalah untuk menutupi hutang tersebut. Investor yang memiliki saham dari PT Dayaindo setelah delisting yang terjadi karena pailitnya PT Dayaindo, mengalami kerugian yang membuat investor tidak dapat mentransaksikan 2. Delisting saham oleh bursa Masalah mengenai delisting banyak mendapat sorotan dan bahasan dalam dunia pasar modal. Delisting adalah dikeluarkannya saham dari daftar saham di Bursa Efek. Dengan sendirinya saham yang bersangkutan tidak diperdagangkan lagi di Bursa Efek. Kebanyakan orang yang berbicara dan diliputi oleh media massa, termasuk para petinggi Bapepam dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) maupun Bursa Efek Surabaya (BES) yang sekarang ini digabung menjadi BEI setuju bahwa saham harus di-delist kalau tidak likuid. Bursa Efek sendiri adalah sarana untuk jual beli saham, yang dibuat demikian rupa, sehingga para pemodal kecil dapat membelinya, dan dengan demikian ikut memiliki perusahaan. Masalah likuiditas tidak terpikirkan oleh para pengagas Bursa Efek. Mula-mula perusahaan memperluas usahanya dengan modal yang berasal dari laba ditahan. Dalam pertumbuhannya, kesempatan bisnis yang muncul membutuhkan modal ekuiti yang lebih besar daripada yang dimiliki oleh pengusaha. Maka dia menarik orang lain untuk berpartisipasi dalam modal ekuiti. Partisipasi para pemilik modal ekuiti selalu terjadi langsung antara pemilik modal dan pengusaha yang menariknya sebagai partner usaha. Jelas bahwa banyak hambatannya. Antara pengusaha dan pemodal yang hendak ditarik olehnya sebagai partner harus saling percaya, dan 4 Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal saling mempunyai keyakinan bahwa mereka akan cocok untuk bekerja sama sebagai partner. Pada PT Dayaindo mengenai kepercayaan merupakan hal yang tidak terpenuhi secara utuh, karena bursa menjatuhkan delisting kepada PT Dayaindo sehingga membuat para investornya merugi atas saham yang telah dimiliki. Pada Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan Nomor II Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) angka III.3 mengenai delisting saham oleh bursa, menjelaskan apa saja yang akan membuat saham di delisting dan kondisi yang disyaratkan untuk terjadinya delisting dialami oleh PT Dayaindo sehingga mengharuskan bursa untuk mengeluarkan PT Dayaindo dari pasar modal. PT Dayaindo terkena forced delisting karena hutang yang sangat banyak kepada beberapa perusahaan, sehingga akhirnya PT Dayaindo mengalami kepailitan. Pailit merupakan alasan mengapa PT Dayaindo dikeluarkan dari bursa, guna mengurangi dampak negatif bagi perekonomian di bursa dan menghindari calon investor untuk tidak membeli saham perusahaan yang sudah bangkrut. 4. Kendala-Kendala Bapepam Dalam Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik Terciptanya kepastian hukum tercermin dalam pembentukan undang-undang Pasar Modal dengan tujuan melindungi kepentingan investor di pasar modal dari praktek curang dan kejahatan pasar modal. Hal tersebut dikarenakan investor adalah pihak yang lemah posisinya dalam menerima segala resiko yang dapat menyebabkan kerugian dari nilai posisi investasi yang mereka lakukan di pasar modal.9 Kepastian hukum akan mewujudkan suatu pasar yang teratur, wajar dan kompetitif, dengan tetap memberikan perlindungan maksimal kepada investor yang menempatkan dananya di pasar modal.10 Bapepam selaku regulator berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan perlindungan hukum kepada investor publik melalui penetapan ketentuan yang wajib dilaksanakan oleh emiten yang akan go private. Akan tetapi setelah emiten tersebut menyelesaikan semua prosedur dan diakhiri dengan pelaporan kepada Bapepam maka perseroan tidak diwajibkan lagi untuk melakukan kewajiban pelaporan dan keterbukaan informasi sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundanganundangan di pasar modal. Hal ini belumlah mencukupi untuk memberikan perlindungan hukum kepada pemegang saham publik yang pada saaat penawaran tender tidak mau menjual sahamnya atau karena dia memberikan suara tidak setuju pada saat RUPS Independen. Meskipun dalam surat ketua Bapepam tersebut mewajibkan Perseoran untuk tunduk kepada Pasal 55 angka 1 huruf a UUPT No. 1 Tahun 1995 sekarang diubah menjadi UU No. 40 Tahun 2007 dengan harga yang wajar minimum harga pada saat penawaran tender dilakukan, akan tetapi setelah perseroan tersebut menjadi perseroan tertutup, maka akan menjadi pertanyaan apakah Perseroan tersebut tetap akan mematuhi Surat Ketua Bapepam tersebut. Kendala lainnya yaitu dalam rangka melindungi kepentingan pemegang saham publik, paelaksanaan go private harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari pemegang saham Independen sesuai dengan Peristiwa yang terjadi pada PT Dayaindo ini akhirnya membuat saham tidak dapat likuid, membuat kegiatan perekonomian PT Dayaindo di pasar modal berhenti. Likuidnya saham sangatlah penting dalam proses perkembangan emiten, nantinya dapat menaikan nilai dari saham itu sendiri 3. Peranan Bapepam Dalam Menegakan Hukum Pasar Modal Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) merupakan palang pintu hukum pasar modal. Lembaga ini merupakan benteng sekaligus ujung tombak dalam melakukan law enforcement dari kaidah-kaidah hukum pasar modal. Karena itu apakah pasar modal akan menjadi lebih baik, lebih aman, adil dan tertib atau sebaliknya semakin kacau, penuh trik-trik, tipu muslihatdari para aktor pasar modal dan spekulan yang beringas dan penuh nafsu. Itu semua bergantung bagaimana Bapepam tersebut membawa diri. Termasuk kerapihan sistem yang ada di Bapepam, kejelasan aturan main dan yang paling penting: obsesi, visi, dan kesigapan dari orang-orang yang duduk di Bapepam itu sendiri Indra Safitri, “Transparasi Independensi Pengawasan Kejahatan Pasar Modal” (Jakarta : Global Book & Publication Book Division, 1998), hal. 6. 10 Ibid., hal. 16 9 5 Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal peraturan Bapepam, Nomor IX.E.1 tentang benturan kepentingan transaksi tertentu lampiran keputusan ketua Bapepam Nomor Kep-32/PM/2000 tanggal 22 Agustus 2000. Apabila hal ini tidak dilakukan pengkajian mendalam, maka akan menimbulkan tirani minoritas terhadap mayoritas. Sehingga nantinya Bapepam bisa menetapkan suatu aturan yang tidak semata-mata menimbulkan tirani minoritas saja akan tetapi juga melindungi investor lainnya yang kebanyakan adalah investor asing, apakah hal demikian mutlak juga berlaku di pasar modal negara lain. Investor publik dalam masalah delisting yang dihadapi harusnya dapat melakukan upaya untuk memperjuangkan hak mereka sebagai investor. Berbagai cara seperti melaporkan perusahaan yang bersangkutan ke pengadila niaga, menghimbau kepada perusahaan untuk membeli kembali dengan harga saham yang adil dan melakukan negosiasi yang adil bagi semua pihak sebisa mungkin. melakukan pelaporan ke pengadilan, lebih khususnya pengadilan niaga, hanya berfokus kepada mempailitkan perusahaan tersebut karena banyaknya hutang yang dimiliki perusahaan tersebut. Menyebabkan investor publik pemilik saham PT Dayaindo kembali terlantar untuk permasalahan saham yang menjadi tidak bernilai. Upaya terbaik yang dapat dilakukan sejauh ini adalah bernegosiasi dengan perusahaan terkait untuk mendapatkan hasil seadil mungkin, baik melalui mediasi, arbitrase atau RUPS itu sendiri. Saran Penulis memberikan beberapa saran antara lain : 1. OJK selaku regulator di bidang pasar modal, sejak awal terjadinya proses melakukan delisting atau go private tahun 1996 wajib mengeluarkan aturan baku yang diharapkan bisa memberikan jaminan kepastian hukum bagi pelaku pasar modal antara lain emiten atau perusahaan publik, investor baik itu investor minoritas dan pasar pada umumnya yang tidak terdapat dalam UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2. Pemberian incentive kepada emiten dan penerapan kebijakan oleh OJK yang dapat mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan oleh emiten dapat mengurangi intensitas perusahaan yang akan melakukan voluntary delisting dan forced delisting. Incentive ini dapat berupa pengurangan biaya pada saat go public, pengurangan pajak dan lainnya. 3. OJK perlu melakukan kajian yang berkaitan dengan kebijakan Bapepam mengapa perusahaan tersebut melakukan voluntary delisting atau go private, karena ketentuan-ketentuan yang ada sekarang ini bisa menjadi pemicu perusahaan untuk melakukan voluntary delisting atau go private, misalnya reverse stock split, take offer, tender offer, merger dan buy back. Setelah perusahaan melakukan voluntary delisting atau go private dalam perlindungan hukum kepada pemegang sahamnya yang tidak setuju dalam RUPS Independen atau tidak mau menjual sahamnya dalam penawaran tender adalah dengan tetap KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pokok permasalahan yang dibahas, penulis berkesimpulan bahwa : 1. Delisting yang terjadi dari berbagai faktor seperti pailit, berubah menjadi tertutup atau pembubaran perusahaan merupakan alasan yang paling sering menyebabkan munculnya masalah delisting ini. Pada Pasal 37 ayat (3) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, tidak berjalan dengan begitu baik. Pada akhirnya yang dipentingkan adalah pemilik perusahaan itu sendiri dan tidak mempedulikan para pemegang saham publik. Perlindungan secara preventif yang diberikan kepada investor sudah cukup baik, seperti pemeriksaan oleh Bapepam (yang sekarang menjadi OJK) terhadap perusahaan yang akan terjun ke pasar modal, mengkaji mengenai kemampuan perusahaan tersebut, penghimbauan kepada calon investor atau investor untuk cermat dalam membaca laporan keuangan sebelum membeli saham perusahaan tersebut, namun perlindungan yang diberikan secara represif masih kurang menyeluruh yang mengakibatkan kerugian lebih kepada investor. RUPS menjadi alasan bagaimana keputusan mengenai pembagian saham, inilah yang dapat mengakibatkan tirani terhadap pemegang saham minoritas. 2. Upaya yang dapat ditempuh oleh investor tidaklah mudah, karena selama jika hanya 6 Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal konsisten memberikan perlindungan hukum tersebut dengan mewajibkan perseroan untuk menuangkan dalam surat pernyataan direksi perseroan untuk menuangkannya dalam surat pernyataan direksi perseroan atau oleh OJK selaku regulator. Swastha DH, Basu, Ibnu Sukotjo W. Se., 2002,Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern)Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan AlternatifPenyelesaian Sengketa(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2951) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756) Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otorisasi Jasa Keuangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-308/BEJ/07-2004 tentang peraturan Nomor I-I tentang penghapusan pencatatan (delisting) dan pencatatan kembali (relisting) saham di bursa. Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-310/BEJ/09-2004 tentang peraturan nomor II-D tentang perdagangan opsi saham. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta PusatNomor 46/PAILIT/2012/PN.NIAGA.JKT.PST Tahun 2012 DAFTAR PUSTAKA BUKU : Fajar et.al., Mukti, 2009, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Jakarta, Pustaka Pelajar. Fuady, Munir, 1994 “Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Bagian Kesatu”, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Heller, 1961, Disclosure Requirements Under Federal Securities Regulation, Business Law, 16th Edition M. Hadjon, Philipus, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Jakarta, Bina Ilmu. Nasarudin, et. al.,M. Irsan, 2004, “Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia”, Kajian Pasar Modal dan Keuangan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, Agustus 2010. Pramono, Nindyo, “Sertifikasi saham PT GO PUBLIC dan Hukum Pasar Modal Di Indonesia”, Universitas Gadjah Mada Bandung : PT. CitraAdityaBakti. Projodikoro,Wirjono, 1985, Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi di Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat. Rahardjo, Satjipto, 2000, IlmuHukum, Bandung, PT. Citra AdityaBakti Safitri, Indra, “Transparasi Independensi Pengawasan Kejahatan Pasar Modal” cet. 1, Jakarta : Global Book & Publication Book Division, 1998 JURNAL : Nasution, Bismar, 2001, Keterbukaan dalam Pasar Modal, Jakarta : FH UI Soekanto,Soerjono, 2005, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia (UIPress)). MEDIA CETAK : Kompas, “Spin Off”, “Go Public Tanpa Pernyataan Pendaftaran?”, 4 Maret 2005 Sutantya R.Hadhikusumo,R.T. dan Sumantro, 1996, “Pengertian Pokok Hukum Perusahaan, Bentuk-Bentuk Perusahaan yang berlaku di Indonesia”, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Majalah Bisnis, “Khawatir Go Private, Peraturan Tender Offer Dikaji”, 3 Juni 2005 7 Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal Michel,Angelo, “Portofolio Reksadana dan Saham”, Kolom Saham Pilihan hal. 6, Kontan Senin, 3 Maret 2014. 12/jhptump-a-triharyant-581-2babii.pdfdiakses23 Juli 2014 diaksestanggal 05 Juli 2014 Jam 01.14 W.Hernawan, Boby & I Made B. Tirthayatra, “GO PRIVATE” http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_ pm/info_pm/warta/2005_oktober/Go%20Private.pd f, diakses pada tanggal 25 Mei 2014 jam 23.20. MEDIA INTERNET : Annisya,Aan, “Go Publik” http://www.slideshare.net/annisyabummies/ go-publik diakses tanggal 24 Mei 2014 jam 22:18. BursaEfek Indonesia,http://www.idx.co.id/idid/beranda /produkdanlayanan/saham.aspx 2010, diakses tanggal 25 Mei 2014 jam 20.34. Bursa Efek Indonesia, http://www.idx.co.id/idid/beranda/tentangbei/sejarah.aspx, diakses tanggal 05 Juli 2014 Jam 01.30. Koran Media Indonesia, “Langkah Go Private Masih Wajar”, Lihat www.mediaindo.com, Edisi Cetak Tanggal 16 November 2005,diakses tanggal 23 Desember 2014 jam 22.30 mohar/lia/nurul/iqbal, “Tidak Ada Aturan BuyBack, Investor Dirugikandampak dari Emiten di-delist dari bursa”http://www.neraca.co.id/article/26975 /Tidak-Ada-Aturan-Buy-Back-InvestorDirugikan/5, Jumat, 05/04/2013., diakses tanggal 12 Maret 2014 jam 19:20 Nirmala/FMB, Ronna, ”OJK Minta BEI Lindungi Investor Perusahaan Delisiting” http://www.beritasatu.com, diakses 09 April 2013 jam 15:07., diaksestanggal 12 Maret 2014 jam 21.21 Riyadi, Sugeng, “Manajemen BEI Proses Delisting Saham Dayaindo Resources” http://financeroll.co.id/news/manajemenbei-proses-delisting-saham-dayaindoresources/ Wednesday, November 27, 2013, 6:26,diakses tanggal 12 Maret 2014 jam 20:19 Suryanto, “BEI Delisting Saham Amstelco Indonesia” http://www.antaranews.com/berita/353840/b ei-delisting-saham-amstelco-indonesia Jumat, 18 Januari 2013 21:27 WIB, diakses tanggal 12 Maret 2014 jam 19:36 Sutan Kayo, Edison, Nesya Kharismawati, www.sahamok.com/pasar-modal/tugas-danfungsi-bapepam-lk-pindah-ke-ojk/ diakses tanggal 11 Juni 2014 jam 22.30. Triharyanti, “Perlindungan Hukum”,http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/ 8