Prima: Jurnal Program Studi Pendidikan dan Penelitian Matematika Vol. 6, No. 1, Januari 2017, hal. 77-90 P-ISSN: 2301-9891 ANALISIS GAYA MENGAJAR GURU MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Prawidi Wisnu Subroto Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Tangerang E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bertujuan ingin menganalisis gaya mengajar guru matematika dengan merujuk pada teori Grasha (1996), terdiri dari 5 dimensi: yaitu gaya mengajar 1) ahli; 2) otoritas formal; 3) model pribadi; 4) fasilitator, dan 5) delegator. Tempat penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) komisariat 5 Kota Depok sebanyak 12 sekolah, yakni 2 sekolah negeri dan 8 sekolah swasta dengan responden 34 guru. Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan menggunakan instrumen berupa koesioner yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas di sekolah yang berbeda. Pengujian instrumen tersebut hasilnya memenuhi validitas dan reliabilitas yang disyaratkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya mengajar ahli memiliki rata-rata 4,05; otoritas formal memiliki rata-rata 3,93; model pribadi memiliki rata-rata 4,02; fasilitator memiliki rata-rata 3,44, dan delegator memiliki rata-rata 2.92. Dari kelima dimensi gaya mengajar tersebut, gaya mengajar ahli dan model pribadi dalam kategori tinggi, sedangkan otoritas formal dan fasilitator dalam katagori cukup tinggi, sementara delegator dalam kategori rendah. Kata kunci: ahli, otoritas formal, model pribadi, fasilitator, delegator Pendahuluan Pembelajaran merupakan bagian yang terpenting dalam proses pendidikan di sekolah. Melalui pembelajaran, sikap, pola pikir, pengetahuan, dan kemampuan peserta didik akan terbangun, yang pada akhirnya dapat menghasilkan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kegiatan pembelajaran di dalamnya terdapat proses belajar dan mengajar, perserta didik belajar dan guru mengajar. Keberhasilan belajar peserta didik ditentukan oleh kualitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru. Hanya guru berkualitas yang dapat mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berkualitas pula. Menurut Ruseffendi seperti dikutip Mulyana, bahwa terdapat sepuluh faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak, yaitu kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, serta kondisi luar. Dari kesepuluh faktor tersebut, terdapat beberapa faktor yang hampir sepenuhnya tergantung pada siswa, yaitu kecerdasan anak, kesiapan anak, dan bakat anak. Sebagian faktor lainnya ada yang hampir sepenuhnya tergantung dari guru, 78 P-ISSN: 2301-9891 yaitu kompetensi guru, suasana belajar, dan kepribadian guru. Sementara itu, faktor kondisi luar (masyarakat), merupakan faktor yang sangat sukar dikendalikan baik oleh guru maupun siswa (Mulyana, 2009). Proses pendidikan salah satunya ditentukan oleh guru, dan keberadaannya menjadi penentu utama dalam proses belajar mengajar (Fasli & Dedi, 2001; In’am, 2014). Guru yang mempunyai kualitas tinggi dapat melaksanakan pembelajaran yang berkualitas, sehingga mempunyai implikasi yang dapat mewujudnya tercapainya kualitas peserta didik, dan selanjutnya akan berdampak terhadap meningkatnya kualitas sekolah (Piet, 1994; In’am, 2014). Salah satu faktor yang menunjukkan kualitas guru dalam mengajar adalah bagaimana guru menyesuaikan gaya mengajar dengan karakteristik siswa dan materi ajar. Tinjauan Teoritis Menurut Biggs seperti dikutip Adrian, bahwa konsep mengajar terbagi menjadi tiga macam pengertian, yaitu: (1) Pengertian Kuantitatif, mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar. (2) Pengertian institusional, mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan dan kebutuhannya. (3) Pengertian kualitatif, mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri (Adrian, 2004). Sementara pendapat Burton yang dikutip Usman menegaskan “teaching is the guidance of learning activities” (Usman, 1994). Pandangan lain dikemukakan Hamalik, mengajar dapat diartikan sebagai (1) menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada generasi muda, (3) usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari (Hamalik, 2001). Berdasarkan pengertian-pengertian mengajar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90. Prima ISSN: 2301-9891 79 Berkenaan dengan mengajar, setiap guru memiliki gaya mengajar masing-masing. Gaya mengajar merupakan faktor utama yang menjamin keberhasilan proses belajar mengajar (Artvinli, 2010). Gaya mengajar guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang mempengaruhi lingkungan belajar (Kuchinskas, 1979). Ketidakcocokan antara metode penyampaian informasi dengan gaya mengajar, dapat menyebabkan pembelajaran tidak efektif karena peserta didik dapat menjadi bosan dan pasif (Naimie, Siraj, Piaw, shahgholi, dan Abuzaid, 2010 ; Felder, 1988). Gaya mengajar meliputi pola perilaku dalam lingkungan belajar mengajar tentang bagaimana guru menyampaikan informasi kepada siswa, bagaimana mereka berinteraksi dengan siswa, dan bagaimana mereka bersosialisasi siswa (Üredi, 2006). Gaya mengajar adalah identik dengan sikap atau cara bertindak atau melakukan, pengertian ini memberi kesan merupakan cara-cara bertindak guru meliputi elemen, seperti: "mental, spiritual, dan tindakan fisik"; "berbicara, mendengarkan, menanggapi", "suara, gerakan, pergerakan"; "memfasilitasi, mendorong" ; menggunakan "mata yang terlatih untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi", dan "keterbukaan pertanyaan" (Grasha, 1996). Gaya mengajar adalah pandangan, pola perilaku, kinerja, keyakinan, kebutuhan, dan pengetahuan pedagogis guru yang konsisten dilakukan dalam proses pembelajaran dan proses belajar siswa (Grasha, 1996, 2002, 2003). Keselarasan antara gaya mengajar guru dan gaya belajar peserta didik dalam suasana akademis perlu dimanipulasikan secara tepat. Pemilihan gaya mengajar yang sesuai merupakan faktor penting yang harus diperhatikan guru dalam mengelola pembelajaran. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa pengertian gaya mengajar adalah caracara dan prosedur bertindak guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar agar dapat tercapai prestasi untuk tujuan pembelajaran. Berdasarkan prilaku guru, Grasha (1996) membagi gaya mengajar menjadi lima kategori, yaitu sebagai "Ahli", "otoritas formal", "model pribadi", "fasilitator", dan "Delegator". Dari kelima gaya mengajar tersebut, kemudian dikombinasikan menjadi empat kelompok gaya mengajar, sebagai berikut : 1. Kelompok: Ahli / Otoritas Formal 2. Kelompok: Model pribadi/ Ahli / Otoritas Formal 3. Kelompok: Fasilitator / Model Pribadi / Ahli 4. Kelompok: Delegator / Fasilitator / Ahli Gaya mengajar yang dilakukan secara bervariasi akan dapat memfasilitasi keberagaman gaya belajar siswa dalam suatu kelas. Felder dan Henriqus seperti dikutip Mahamod, Yusoff, dan Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama Subroto 80 P-ISSN: 2301-9891 Ibrahim (2009) menyatakan bahwa tingkah laku mengajar guru yang serasi atau tidak dengan gaya belajar siswa dapat menimbulkan kesan positif atau negatif terhadap proses pembelajaran. Grasha (1996) mengidentifikasi kelima gaya mengajar guru sebagai strategi dan akan terfokus pada beberapa kluster, seperti dalam tabel berikut. Tabel 1. Grasha’s Teaching and Learning Style Clusters PrimaryTeaching Style Preferred Teaching Primary Learning Expert/ Formal Authority Didactic lectures, technology-based presentations, teacher-centered questioning and discussion Dependent, Participant, Competitive Personal Model/ Expert/ Formal Authority Role modeling, coaching/guiding students Participant, Dependent, Collaborative Facilitator/ Personal Model/ Expert Case-based discussions, concept mapping, critical thinking, fishbowl discussions, guided reading, problem-based learning, role plays, student teacher of the day Collaborative, Participant, Independent Delegator/ Facilitator/ Expert Contract teaching, class symposium, debate formats, small group discussions, independent study/research, modular instruction, panel discussions, learning pairs, student journals Independent, Collaborative, Participant Gaya mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu gaya mengajar seperti diidentifikasikan Grasha : expert (ahli), formal authority (otoritas formal), personal model (model pribadi), facilitator (fasilitator), dan delegator. 1. Gaya Mengajar Ahli Gaya mengajar ahli ialah gaya guru yang menunjukkan sikap memiliki pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan siswa. Berusaha untuk mempertahankan statusnya sebagai ahli di kalangan siswa dengan menampilkan pengetahuan yang terperinci dan memberi tantangan siswa untuk meningkatkan kompetensinya. Perhatian terhadap alih informasi kepada siswa dan menjamin bahwa siswa sudah dipersiapkan dengan baik (Grasha, 1996). Guru menempatkan dirinya sebagai memiliki pengetahuan dan keahlian dalam bidang yang diajar. Cara mengajar yang dipilih lebih mengutamakan dengan alih informasi dari dirinya Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90. Prima ISSN: 2301-9891 81 kepada siswa, karena dinilai dapat menjamin keberhasilan belajar siswa. Materi pelajaran diberikan secara terperinci serta mendalam, dan senantiasa memberi tantangan kepada siswa. 2. Gaya Mengajar Otoritas Formal Gaya mengajar otoritas formal ialah gaya guru yang menjaga statusnya di antara para siswa karena pengetahuan dan perannya sebagai guru. Perhatian dalam hal memberikan umpan balik positif dan negatif, menetapkan tujuan belajar, harapan, dan aturan perilaku bagi siswa. Perhatian terhadap cara yang tepat agar mudah diterima, dan membuat aturan standar untuk melakukan banyak hal, dengan memberikan struktur yang dibutuhkan siswa dalam belajar (Grasha, 1996). Guru dengan gaya mengajar otoritas formal akan sentiasa memberikan umpan balik, baik positif atau negatif kepada siswa. Ia menganggap bahwa perlu adanya standar prilaku yang diterapkan bagi siswa dalam belajar. Adanya aturan dalam pembelajaran yang terintegrasi dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah, dan termasuk tata tertib sekolah. Guru dengan gaya mengajar otoritas formal lebih menyukai pembelajaran yang terstruktur. 3. Gaya Mengajar Model Pribadi Gaya mengajar model pribadi ialah gaya guru yang percaya pada “pengajaran yang menempatkan pribadi guru sebagai model" dan membangun prototipe dalam hal cara berpikir dan bertindak. Membimbing, mengawasi, dan mengarahkan dengan menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu. Dengan pendekatan instruktur, mendorong siswa untuk mengamati dan kemudian meniru (Grasha, 1996). Gaya mengajar model pribadi merupakan gaya mengajar yang dilakukan menggunakan contoh-contoh dan keteladanan pribadi. Guru cenderung bertindak sebagai prototipe bagi siswa tentang bagaimana cara berpikir dan berprilaku. Ia cenderung memandu dan mengarahkan siswa untuk memperhatikan dan selanjutnya menirukan cara-cara yang ditunjukkan. 4. Gaya Mengajar Fasilitator Gaya mengajar fasilitator yaitu guru menekankan pada interaksi secara personal (individu) antara guru dan siswa. Membimbing siswa secara langsung dengan memberikan pertanyaanpertanyaan, mencari pilihan-pilihan, menyarankan alternatif-alternatif, dan mendorong mereka untuk mengembangkan kriteria sebagai informasi dalam menentukan pilihan. Secara umum bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bertindak secara mandiri, inisiatif, dan tanggung jawab. Bekerja dengan siswa pada proyek-proyek menggunakan model konsultatif dan mencoba untuk memberikan sebanyak mungkin dukungan dan dorongan (Grasha, 1996). Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama Subroto 82 P-ISSN: 2301-9891 Gaya mengajar fasilitator menekankan interaksi guru dengan siswa. Guru memberi panduan, membimbing. dan memberi arahan dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan, memberikan pilihan-pilihan alternatif pemecahan masalah. Secara keseluruhan guru berupaya membangunkan kemandirian, inisiatif, dan sikap bertanggungjawab siswa. Guru dengan gaya mengajar fasilitator lebih menyukai mengajar menggunakan cara proyek dengan memberi bimbingan dan dukungan yang perlu. 5. Gaya Mengajar Delegator Gaya mengajar delegator ialah gaya mengajar yang menunjukkan perhatian guru terhadap pengembangan kemampuan siswa dengan model pemberian tugas secara mandiri. Siswa bekerja secara mandiri atau sebagai bagian dari tim dengan tugas-tugas proyek. Adanya fasilitasi dari para guru atas permintaan siswa sebagai nara sumber (Grasha, 1996). Gaya mengajar delegator memberi perhatian dalam pembentukan kemampuan siswa belajar secara mandiri. Siswa diberikan tugas secara bebas memilih suatu proyek. Guru akan membantu sekiranya diperlukan serta bertindak sebagai nara sumber utama bagi siswa. Guru membantu siswa dalam proses kerja mandiri dan berkeyakinan tinggi terhadap keberhasilan siswa. Namun demikian guru dengan gaya mengajar delegator terkadang kurang peka terhadap kesiapan siswa untuk melaksanakan tugas secara mandiri. Sebagian siswa mungkin merasa ragu dapat menyelesaiakan tugas mandirinya. Metode Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis deskriptif. Subyek dalam penelitian ini adalah guru matematika Sekolah Menengah Pertama di wilayah komisariat 5 Kota Depok, Provinsi Jawa barat sebanyak 34 guru, yang berasal dari 12 sekolah, yaitu 2 sekolah negeri dan 10 sekolah awasta. Data diperoleh melalui angket tertutup yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Angket yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi validitas dan reliabilitas sebagai instrumen untuk memperoleh data tentang gaya mengajar guru. Analisis data dilakukan melalui hitungan rata-rata, persentase dengan memperhatikan frekuensi yang diperoleh dari angket tertutup. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari instrumen yang terdiri dari lima aspek mengenai gaya mengajar guru, yaitu ahli, otoritas formal, model pribadi, fasilitator, dan delegator, maka kajian secara kuantitatif dapat dikemukakan sebagai berikut. Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90. Prima 1. 83 ISSN: 2301-9891 Gaya Mengajar Ahli Data gaya mengajar ahli diambil menggunakan delapan item instrumen, secara keseluruhan memperoleh rata-rata dalam kategori tinggi, sebesar 4,05. Secara rinci hasil penelitian ditunjukkan pada tabel 2 berikut : Tabel 2. Analisis Gaya Mengajar Ahli Item Saya menekankan siswa untuk menguasai fakta, konsep, dan prinsip materi pelajaran Saya mengarahkan siswa agar memiliki pengetahuan luas dan pemikiran kritis Skor 1 2 3 4 5 0 0 7 18 9 0,0% 0,0% 20,6% 52,9% 26,5% 0 0 5 17 12 0,0% 0,0% 14,7% 50,0% 35,3% Saya melatih siswa agar memiliki kemampuan menyelesaikan masalah 0 0 4 11 19 0,0% 0,0% 11,8% 32,4% 55,9% Saya memilih topik terkait masalah sehari-hari agar siswa memiliki pengetahuan nyata 0 0 16 12 6 0,0% 0,0% 47,1% 35,3% 17,6% 0 0 12 15 7 0,0% 0,0% 35,3% 44,1% 20,6% 0 0 4 22 8 0,0% 0,0% 11,8% 64,7% 23,5% 0 0 2 26 4 0,0% 0,0% 5,9% 76,5% 11,8% 0 0 5 18 11 0,0% 0,0% 14,7% 52,9% 32,4% Saya berharap siswa dapat mennyelesaikan tugas setelah mengikuti pembelajaran Saya menggunakan metode ceramah dari sebagian kegiatan pada setiap sesi kelas Saya menunjukkan cara menggunakan prinsip dan konsep materi pelajaran Saya memberi konfirmasi atas perbedaan pendapat siswa dalam memahami materi Rata-rata Ratarata 4,06 4,21 4,44 3,71 3,85 4,12 3,82 4,18 4,05 Berdasarkan tabel 2, dari delapan item menunjukkan bahwa item guru melatih siswa agar memiliki kemampuan menyelesaikan masalah memiliki rata-rata tertinggi, sebesar 4,44. Disusul oleh empat item lainnya yang juga dalam kategori rata-rata tinggi, yaitu guru mengarahkan siswa agar memiliki pengetahuan luas dan pemikiran kritis sebesar 4,21, lalu guru memberikan konfirmasi atas perbedaan pendapat siswa sebesar 4,18, berikutnya guru menggunakan metode ceramah sebesar 4,12, dan guru menekankan siswa untuk menguasai fakta, konsep, dan prinsip materi pelajaran sebesar 4,06. Terdapat tiga item memiliki rata-rata cukup tinggi berkenaan dengan guru berharap siswa dapat mennyelesaikan tugas setelah mengikuti pembelajaran, rata-ratanya 3,85, lalu guru menunjukkan cara menggunakan prinsip dan konsep materi pelajaran sebesar 3,82, dan Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama Subroto 84 P-ISSN: 2301-9891 guru memilih topik terkait masalah sehari-hari agar siswa memiliki pengetahuan nyata sebesar 3,71. Dari data di atas menunjukkan, bahwa terdapat lima item gaya mengajar ahli yang terkait upaya guru dalam pencapaian kemampuan siswa, sedikitnya ada 79,4% guru dalam kategori memiliki rata-rata tinggi. Sementara tiga item lainnya berkenaan dengan pemilihan topik dan metode pembelajaran, sebanyak 64,7% guru dalam kategori memiliki rata-rata cukup tinggi. Secara keseluruhan, dimensi gaya mengajar ahli mempunyai rata-rata skor sebesar 4,05 dan ini tergolong tinggi. Dengan demikian menunjukkan bahwa gaya mengajar ahli merupakan gaya mengajar dari sebagian besar guru. 2. Gaya Mengajar Otoritas Formal Data gaya mengajar otoritas formal diambil menggunakan delapan item instrumen, secara keseluruhan memperoleh rata-rata dalam kategori cukup tinggi, sebesar 3,93. Secara rinci hasil penelitian ditunjukkan pada tabel 3 berikut : Tabel 3 : Analisis Gaya Mengajar Otoritas Formal Skor Item Saya menerapkan standar pencapaian belajar yang tinggi kepada siswa Jika pekerjaan siswa memuaskan maka saya memberi nilai tinggi Saya berharap siswa dapat menunjukkan hasil belajar sesuai kreteria yang ditetapkan Saya menetapkan tujuan dan sasaran pembelajaran dengan jelas Saya memberi komentar secara lisan dan tertulis pada hasil kerja siswa Saya meminta siswa dapat mendeskripsikan struktur pengetahuan yang dipelajari Saya berpendapat banyaknya jam pelajaran matematika yang tersedia tidak cukup Saya menetapkan standar kedisiplinan agar mencapai efektifitas dalam pembelajaran Rata-rata 1 2 3 4 5 0 3 11 14 6 0,0% 8,8% 32,4% 41,2% 17,6% 0 0 4 21 9 0,0% 0,0% 11,8% 61,8% 26,5% 0 0 3 15 16 0,0% 0,0% 8,8% 44,1% 47,1% 0 0 6 4 24 0,0% 0,0% 17,6% 11,8% 70,6% 1 2 3 21 10 2,9% 5,9% 8,8% 61,8% 29,4% 4 9 9 10 2 11,8% 26,5% 26,5% 29,4% 5,9% 2 6 2 20 4 5,9% 17,6% 5,9% 58,8% 11,8% 4 2 2 10 16 11,8% 5,9% 5,9% 29,4% 47,1% Rata-rata 3,68 4,15 4,38 4,53 4,35 2,91 3,53 3,94 3,93 Berdasarkan tabel 3, dari delapan item gaya mengajar otoritas formal terdapat empat item dalam ketegori rata-rata tinggi. Pertama, item guru menetapkan tujuan dan sasaran Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90. Prima 85 ISSN: 2301-9891 pembelajaran dengan jelas memiliki rata-rata tertinggi, sebesar 4,53. Tiga item lainnya, yaitu guru berharap siswa dapat menunjukkan hasil belajar sesuai kreteria yang ditetapkan, sebesar 4,38, lalu guru memberi komentar secara lisan dan tertulis pada hasil kerja siswa, sebesar 4,35 dan guru memberi nilai tinggi pada pekerjaan siswa yang memuaskan, sebesar 4,15. Tiga item yang lain dalam kategori rata-rata cukup tinggi, yaitu guru menetapkan standar kedisiplinan agar mencapai efektifitas dalam pembelajaran, sebesar 3,94, lalu guru menerapkan standar pencapaian belajar yang tinggi kepada siswa sebesar 3,68, dan guru berpendapat banyaknya jam pelajaran matematika yang tersedia tidak cukup sebesar 3,53. Sementara ada satu item dalam kategori rata-rata rendah, yaitu guru meminta siswa dapat mendeskripsikan struktur pengetahuan yang dipelajari sebesar 2,91. Dari data di atas menunjukkan, bahwa terdapat empat item gaya mengajar otoritas formal yang terkait dengan penetapan tujuan dan pemberian penilaian sedikitnya ada 88,3% guru tergolong memiliki rata-rata tinggi. Sementara tiga item lainnya berkenaan dengan penetapan standar baik kedisiplinan, capaian belajar, dan alokasi waktu terdata sebanyak 64,7% guru dalam kategori memiliki rata-rata cukup tinggi. Secara keseluruhan, dimensi gaya mengajar otoritas formal mempunyai rata-rata skor sebesar 3,93 dan dalam kategori cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa cukup banyak guru yang memiliki gaya mengajar otoritas formal. 3. Gaya Mengajar Model Pribadi Data gaya mengajar model pribadi diambil menggunakan tujuh item instrumen, secara keseluruhan memperoleh rata-rata dalam kategori cukup tinggi, sebesar 4,02. Secara rinci hasil penelitian ditunjukkan pada tabel 4 berikut : Tabel 4 : Analisis Gaya Mengajar Model Pribadi Item Saya menekankan siswa mengacu cara yang saya ajarkan dalam menyelesaikan masalah Saya melakukan langkah-langkah agar siswa mempelajari materi lebih luas Saya menunjukkan cara untuk memudahkan siswa menguasai materi pelajaran Saya memilih tema sesuai dengan materi pelajaran pada setiap pembelajaran Saya menggunakan contoh pengalaman pribadi sebagai ilustrasi materi pelajaran Skor 1 0 2 0 3 3 4 15 5 16 0,0% 0 0,0% 0 8,8% 6 44,1% 19 47,1% 9 0,0% 0 0,0% 0 17,6% 0 55,9% 26 26,5% 8 0,0% 2 0,0% 1 0,0% 12 76,5% 16 23,5% 3 5,9% 1 2,9% 6 35,3% 9 47,1% 14 8,8% 4 2,9% 17,6% 26,5% 41,2% 11,8% Rata-rata 4,38 4,09 4,24 3,50 3,41 Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama Subroto 86 P-ISSN: 2301-9891 Saya membimbimbing siswa dalam cara berpikir seperti yang saya lakukan Saya menunjukkan siswa cara bertindak dalam menyelesaikan masalah 0 0 11 5 18 0,0% 0 0,0% 3 32,4% 2 14,7% 11 52,9% 18 0,0% 8,8% 5,9% 32,4% 52,9% Rata-rata 4,21 4,29 4,02 Berdasarkan tabel 4, dari tujuh item gaya mengajar model pribadi terdapat lima item dalam ketegori rata-rata tinggi. Pertama, item guru menekankan siswa mengacu cara yang saya ajarkan dalam menyelesaikan masalah memiliki rata-rata tertinggi sebesar 4,38. Empat item lainnya, yaitu guru menunjukkan siswa cara bertindak dalam menyelesaikan masalah sebesar 4,29, lalu guru menunjukkan cara untuk memudahkan siswa menguasai materi pelajaran sebesar 4,24, dan guru membimbimbing siswa dalam cara berpikir seperti yang saya lakukan sebesar 4,21, serta guru melakukan langkahlangkah agar siswa mempelajari materi lebih luas sebesar 4,09. Dua item terakhir dalam kategori rata-rata cukup tinggi, yaitu guru memilih tema sesuai dengan materi pelajaran pada setiap pembelajaran sebesar 3,50 dan guru menggunakan contoh pengalaman pribadi sebagai ilustrasi materi pelajaran sebesar 3,41. Dari data di atas menunjukkan, bahwa terdapat lima item gaya mengajar model pribadi yang terkait dengan pemberian contoh sebagai acuan baik cara berpikir, bertindak, dan langkah-langkah sedikitnya ada 82,4% guru memiliki rata-rata tinggi. Sementara dua item lainnya berkenaan dengan pemilihan tema dan ilustrasi dari pengalaman guru, terdapat sebanyak 55,9% guru memiliki rata-rata dalam kategori cukup tinggi. Secara keseluruhan, dimensi gaya mengajar model pribadi mempunyai rata-rata skor sebesar 4,02, dalam kategori rata-rata tinggi. Artinya bahwa gaya mengajar model pribadi merupakan gaya mengajar dari sebagian besar guru. 4. Gaya Mengajar Fasilitator Data gaya mengajar fasilitator diambil menggunakan tujuh item instrumen, secara keseluruhan memperoleh rata-rata dalam kategori cukup tinggi, sebesar 3,44. Secara rinci hasil penelitian ditunjukkan pada tabel 5 berikut : Tabel 5. Analisis Gaya Mengajar Fasilitor Item Saya menerapkan metode pembelajaran sesuai gaya belajar siswa Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90. Skor 1 5 2 7 3 11 4 10 5 1 14,7% 20,6% 32,4% 29,4% 2,9% Rata-rata 2,85 Prima 87 ISSN: 2301-9891 Saya mendorong siswa mengembangkan ide-ide terkait masalah pada materi pelajaran Saya menyediakan waktu konsultasi bagi siswa secara individu atau kelompok Saya menerapkan diskusi kelompok untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis Saya menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat mendorong inisiatif siswa Saya melakukan upaya untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab belajar siswa Saya meminta siswa menentukan masalah terkait materi dan cara mempelajarinya 0 0 3 23 8 0,0% 7 0,0% 5 8,8% 16 67,6% 3 23,5% 1 20,6% 0 14,7% 0 47,1% 3 8,8% 25 2,9% 6 0,0% 0 0,0% 0 8,8% 5 73,5% 19 17,6% 10 0,0% 0 0,0% 0 14,7% 9 55,9% 14 29,4% 11 0,0% 0,0% 26,5% 41,2% 32,4% 12 8 7 4 3 35,3% 23,5% 20,6% 11,8% 8,8% Rata-rata 4,15 2,41 4,09 4,15 4,06 2,35 3,44 Berdasarkan tabel 5, dari tujuh item gaya mengajar fasilitator terdapat empat item dalam ketegori rata-rata tinggi. Dua item yang pertama, yaitu guru mendorong siswa mengembangkan ide-ide terkait masalah pada materi pelajaran dan guru menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat mendorong inisiatif siswa, keduanya memiliki ratarata sebesar 4,15. Berikutnya, item guru menerapkan diskusi kelompok untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis sebesar 4,09, dan guru melakukan upaya untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab belajar siswa sebesar 4,06. Tiga item lainnya memiliki rata-rata rendah, yaitu guru menerapkan metode pembelajaran sesuai gaya belajar siswa rata-atanya sebesar 2,85, lalu guru menyediakan waktu konsultasi bagi siswa secara individu atau kelompok sebes 2,41, dan guru meminta siswa menentukan masalah terkait materi dan cara mempelajarinya sebesar 2,35. Dari data di atas menunjukkan, bahwa terdapat empat item gaya mengajar fasilitator yang terkait dengan pemberian motivasi dan fasilitasi sedikitnya ada 4,15% guru memiliki rata-rata tinggi. Sementara tiga item lainnya berkenaan dengan gaya belajar, waktu kosultasi serta penentuan masalah oleh siswa dalam kategori cukup tinggi, yakni sebanyak 32,3% guru . Secara keseluruhan, dimensi gaya mengajar fasilitator dalam kategori cukup tinggi dengan rata-rata skor sebesar 3,44. Artinya, cukup banyak guru yang melaksanakan pembelajaran dengan gaya mengajar fasilitator. 5. Gaya Mengajar Delegator Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama Subroto 88 P-ISSN: 2301-9891 Data gaya mengajar delegator diambil menggunakan delapan item instrumen, secara keseluruhan memperoleh rata-rata dalam kategori rendah, sebesar 2,92. Secara rinci hasil penelitian ditunjukkan pada tabel 6 berikut : Tabel 6. Analisis Gaya Mengajar Delegator Item Saya memberi kepercayaan siswa dengan sedikit pengawasan pada tugas tertentu Saya meminta siswa melakukan kegiatan belajar melalui pengalaman secara langsung Saya memberi tugas kepada siswa dengan pilihan-pilihan kegiatan Saya menekankan siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan bekerja mandiri Saya mengembangkan kelompok-kelompok belajar tutor sebaya Saya memberi kepercayaan siswa untuk mengatur kerja dalam menyelesaikan tugas Saya memberi kebebasan siswa dalam menetukan alternatif cara megerjakan tugas Saya mendelegasikan tugas kepada kelompokkelompok belajar Skor 1 8 2 7 3 6 4 9 5 4 23,5% 0 20,6% 0 17,6% 3 26,5% 20 11,8% 11 0,0% 7 0,0% 4 8,8% 16 58,8% 3 32,4% 2 20,6% 3 11,8% 16 47,1% 5 8,8% 8 5,9% 2 8,8% 2 47,1% 10 14,7% 18 23,5% 3 5,9% 1 5,9% 0 29,4% 1 52,9% 13 8,8% 14 2,9% 6 0,0% 3 2,9% 8 38,2% 7 41,2% 4 17,6% 3 8,8% 11 23,5% 8 20,6% 7 11,8% 4 8,8% 4 32,4% 23,5% 20,6% 11,8% 11,8% Rata-rata Rata-rata 2,82 4,24 2,50 2,71 2,74 3,74 2,09 2,47 2,92 Berdasarkan tabel 6, ada satu item memiliki rata-rata tinggi, yaitu guru meminta siswa melakukan kegiatan belajar melalui pengalaman secara langsung sebesar 4,24. Satu item lagi memiliki rata-rata cukup tinggi, yaitu guru memberi kepercayaan siswa untuk mengatur kerja dalam menyelesaikan tugas sebesar 3,74. Sementara 6 item lainnya memiliki rata-rata rendah, yaitu guru memberi kepercayaan siswa dengan sedikit pengawasan pada tugas tertentu sebesar 2,82, guru mengembangkan kelompokkelompok belajar tutor sebaya sebesar 2,74, guru menekankan siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan bekerja mandiri sebesar 2,71, guru memberi tugas kepada siswa dengan pilihan-pilihan kegiatan sebesar 2,50, guru mendelegasikan tugas kepada kelompok-kelompok belajar sebesar 2,47, dan guru memberi kebebasan siswa dalam menetukan alternatif cara megerjakan tugas sebesar 2,09. Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90. Prima 89 ISSN: 2301-9891 Dari data di atas menunjukkan, bahwa terdapat 91,2% guru meminta siswa belajar melalui pengalaman langsung. Sementara terkait guru mendelegasikan tugas belajar dipercayakan kepada siswa dalam kategori rendah, paling tinggi sebesar 38,3% guru. Secara keseluruhan, dimensi gaya mengajar delegator dalam kategori rendah dengan rata-rata skor sebesar 2,92. Artinya, bahwa gaya mengajar delegator merupakan gaya mengajar dari sebagian kecil guru. Secara umum, gaya mengajar guru di SMP Komisariat lima Kota Depok dapat diringkas seperti pada Tabel 7. Informasi yang dapat dikemukakan bahwa rata-rata skor keseluruhan sebesar 3,67 dan termasuk dalam kategori cukup tinggi. Tabel 7. Analisis Gaya Mengajar Guru No 1 2 3 4 5 Dimensi Gaya Mengajar Ahli Gaya Mengajar Otoritas Formal Gaya Mengajar Model Pribadi Gaya Mengajar Fasilitator Gaya Mengajar Delegator Rata-rata Rata-rata Skor 4,05 3,93 4,02 3,44 2,92 3,67 Berdasarkan Tabel 7, dari lima dimensi gaya mengajar guru diperoleh data bahwa gaya mengajar ahli menduduki peringkat pertama dan gaya mengajar model pribadi pada peringkat kedua. Selanjutnya gaya mengajar otoritas formal dan gaya mengajar fasilitator peringkat berikutnya. Sementara gaya mengajar delegator peringkat terakhir. Meskipun demikian, berdasarkan rata-rata skor yang diperoleh, semua dimensi gaya mengajar guru termasuk dalam kategori tinggi dan cukup tinggi, kecuali gaya mengajar delegator dalam kategori rendah. Untuk tujuan pengembangan keilmuan, penelitian ini memberikan sumbangan dalam bentuk pemikiran bahwa gaya mengajar guru yang terdiri dari lima dimensi yaitu, dimensi gaya mengajar ahli, otoritas formal, model pribadi, fasilitator, dan delegator semuanya digunakan oleh setiap guru namun untuk gaya mengajar delegator frekuensinya kecil. Simpulan dan Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua dimensi gaya mengajar guru termasuk dalam kategori tinggi dan cukup tinggi, kecuali gaya mengajar delegator dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa para guru matematika di SMP Komisariat 5 Kota Depok banyak menggunakan gaya mengajar ahli dan model pribadi. Temuan ini didukung oleh Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama Subroto 90 P-ISSN: 2301-9891 pengelompokan gaya mengajar pada teori Grasha (1996), bahwa guru yang menggunakan gaya mengajar ahli berada dalam kluster yang sama dengan gaya mengajar model pribadi. Terbukti kedua gaya mengajar tersebut memiliki rata-rata sama-sama tinggi. Implikasinya dari penggunaan gaya mengajar yang bervariasi ini akan dapat mengakomodasi gaya belajar siswa. Daftar Pustaka Adrian. 2004. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. http://www.artikel.us_art05-65.html Felder, R. M., & Henriques, E. R. (1995) Learning ang teaching styles in foreign and second language education. Foreign Language Annals, 28 (1), 21–31. Grasha, A. F. (1996). Teaching with style: A practical guide to enhance learning by understanding learning and teaching style. College Teaching, 48, 1-12. Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana, E. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley terhadap Pemahaman dan Disposisi Matematika Siswa SMA Program IPA. Bandung : Program Studi Pendidikan Matematika, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Mahamod, Z. et al. 2009. Perbandingan Gaya Pengajaran Guru Bahasa Melayu dan Guru Bahasa Inggeris. Jurnal Pendidikan Malaysia 34(1). Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90.