analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah

advertisement
Prima: Jurnal Program Studi Pendidikan dan Penelitian Matematika
Vol. 6, No. 1, Januari 2017, hal. 77-90
P-ISSN: 2301-9891
ANALISIS GAYA MENGAJAR GURU MATEMATIKA
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Prawidi Wisnu Subroto
Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Tangerang
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bertujuan ingin menganalisis gaya mengajar guru matematika
dengan merujuk pada teori Grasha (1996), terdiri dari 5 dimensi: yaitu gaya mengajar 1) ahli; 2) otoritas formal;
3) model pribadi; 4) fasilitator, dan 5) delegator. Tempat penelitian di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
komisariat 5 Kota Depok sebanyak 12 sekolah, yakni 2 sekolah negeri dan 8 sekolah swasta dengan responden
34 guru. Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan menggunakan
instrumen berupa koesioner yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas di sekolah yang
berbeda. Pengujian instrumen tersebut hasilnya memenuhi validitas dan reliabilitas yang disyaratkan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa gaya mengajar ahli memiliki rata-rata 4,05; otoritas formal memiliki rata-rata
3,93; model pribadi memiliki rata-rata 4,02; fasilitator memiliki rata-rata 3,44, dan delegator memiliki rata-rata
2.92. Dari kelima dimensi gaya mengajar tersebut, gaya mengajar ahli dan model pribadi dalam kategori tinggi,
sedangkan otoritas formal dan fasilitator dalam katagori cukup tinggi, sementara delegator dalam kategori
rendah.
Kata kunci: ahli, otoritas formal, model pribadi, fasilitator, delegator
Pendahuluan
Pembelajaran merupakan bagian yang terpenting dalam proses pendidikan di sekolah.
Melalui pembelajaran, sikap, pola pikir, pengetahuan, dan kemampuan peserta didik akan
terbangun, yang pada akhirnya dapat menghasilkan peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Kegiatan pembelajaran di dalamnya terdapat proses belajar dan mengajar, perserta
didik belajar dan guru mengajar. Keberhasilan belajar peserta didik ditentukan oleh kualitas
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru. Hanya guru berkualitas yang dapat
mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berkualitas pula.
Menurut Ruseffendi seperti dikutip Mulyana, bahwa terdapat sepuluh faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar anak, yaitu kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak,
kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana
belajar, kompetensi guru, serta kondisi luar. Dari kesepuluh faktor tersebut, terdapat beberapa
faktor yang hampir sepenuhnya tergantung pada siswa, yaitu kecerdasan anak, kesiapan anak,
dan bakat anak. Sebagian faktor lainnya ada yang hampir sepenuhnya tergantung dari guru,
78 
P-ISSN: 2301-9891
yaitu kompetensi guru, suasana belajar, dan kepribadian guru. Sementara itu, faktor kondisi
luar (masyarakat), merupakan faktor yang sangat sukar dikendalikan baik oleh guru maupun
siswa (Mulyana, 2009).
Proses pendidikan salah satunya ditentukan oleh guru, dan keberadaannya menjadi penentu
utama dalam proses belajar mengajar (Fasli & Dedi, 2001; In’am, 2014). Guru yang
mempunyai kualitas tinggi dapat melaksanakan pembelajaran yang berkualitas, sehingga
mempunyai implikasi yang dapat mewujudnya tercapainya kualitas peserta didik, dan
selanjutnya akan berdampak terhadap meningkatnya kualitas sekolah (Piet, 1994; In’am,
2014). Salah satu faktor yang menunjukkan kualitas guru dalam mengajar adalah bagaimana
guru menyesuaikan gaya mengajar dengan karakteristik siswa dan materi ajar.
Tinjauan Teoritis
Menurut Biggs seperti dikutip Adrian, bahwa konsep mengajar terbagi menjadi tiga macam
pengertian, yaitu: (1) Pengertian Kuantitatif, mengajar diartikan sebagai the transmission of
knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai
pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya.
Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar. (2) Pengertian
institusional, mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan
segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam
tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan dan kebutuhannya. (3) Pengertian kualitatif,
mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan
kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri (Adrian, 2004).
Sementara pendapat Burton yang dikutip Usman menegaskan “teaching is the guidance of
learning activities” (Usman, 1994). Pandangan lain dikemukakan Hamalik, mengajar dapat
diartikan sebagai (1) menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan
kepada generasi muda, (3) usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi
belajar bagi siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan
mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu proses membantu
siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari (Hamalik, 2001).
Berdasarkan pengertian-pengertian mengajar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan
kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar.
Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90.
Prima
ISSN: 2301-9891
 79
Berkenaan dengan mengajar, setiap guru memiliki gaya mengajar masing-masing. Gaya
mengajar merupakan faktor utama yang menjamin keberhasilan proses belajar mengajar
(Artvinli, 2010). Gaya mengajar guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang
mempengaruhi lingkungan belajar (Kuchinskas, 1979). Ketidakcocokan antara metode
penyampaian informasi dengan gaya mengajar, dapat menyebabkan pembelajaran tidak
efektif karena peserta didik dapat menjadi bosan dan pasif (Naimie, Siraj, Piaw, shahgholi,
dan Abuzaid, 2010 ; Felder, 1988).
Gaya mengajar meliputi pola perilaku dalam lingkungan belajar mengajar tentang bagaimana
guru menyampaikan informasi kepada siswa, bagaimana mereka berinteraksi dengan siswa,
dan bagaimana mereka bersosialisasi siswa (Üredi, 2006). Gaya mengajar adalah identik
dengan sikap atau cara bertindak atau melakukan, pengertian ini memberi kesan merupakan
cara-cara bertindak guru meliputi elemen, seperti: "mental, spiritual, dan tindakan fisik";
"berbicara, mendengarkan, menanggapi", "suara, gerakan, pergerakan"; "memfasilitasi,
mendorong" ; menggunakan "mata yang terlatih untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi",
dan "keterbukaan pertanyaan" (Grasha, 1996).
Gaya mengajar adalah pandangan, pola perilaku, kinerja, keyakinan, kebutuhan, dan
pengetahuan pedagogis guru yang konsisten dilakukan dalam proses pembelajaran dan proses
belajar siswa (Grasha, 1996, 2002, 2003). Keselarasan antara gaya mengajar guru dan gaya
belajar peserta didik dalam suasana akademis perlu dimanipulasikan secara tepat. Pemilihan
gaya mengajar yang sesuai merupakan faktor penting yang harus diperhatikan guru dalam
mengelola pembelajaran.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa pengertian gaya mengajar adalah caracara dan prosedur bertindak guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga
terjadi proses belajar agar dapat tercapai prestasi untuk tujuan pembelajaran.
Berdasarkan prilaku guru, Grasha (1996) membagi gaya mengajar menjadi lima kategori,
yaitu sebagai "Ahli", "otoritas formal", "model pribadi", "fasilitator", dan "Delegator". Dari
kelima gaya mengajar tersebut, kemudian dikombinasikan menjadi empat kelompok gaya
mengajar, sebagai berikut :
1. Kelompok: Ahli / Otoritas Formal
2. Kelompok: Model pribadi/ Ahli / Otoritas Formal
3. Kelompok: Fasilitator / Model Pribadi / Ahli
4. Kelompok: Delegator / Fasilitator / Ahli
Gaya mengajar yang dilakukan secara bervariasi akan dapat memfasilitasi keberagaman gaya
belajar siswa dalam suatu kelas. Felder dan Henriqus seperti dikutip Mahamod, Yusoff, dan
Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama
Subroto
80 
P-ISSN: 2301-9891
Ibrahim (2009) menyatakan bahwa tingkah laku mengajar guru yang serasi atau tidak dengan
gaya belajar siswa dapat menimbulkan kesan positif atau negatif terhadap proses
pembelajaran.
Grasha (1996) mengidentifikasi kelima gaya mengajar guru sebagai strategi dan akan
terfokus pada beberapa kluster, seperti dalam tabel berikut.
Tabel 1. Grasha’s Teaching and Learning Style Clusters
PrimaryTeaching
Style
Preferred Teaching
Primary Learning
Expert/ Formal
Authority
Didactic lectures, technology-based
presentations, teacher-centered
questioning and discussion
Dependent, Participant,
Competitive
Personal Model/
Expert/ Formal
Authority
Role modeling, coaching/guiding
students
Participant, Dependent,
Collaborative
Facilitator/ Personal
Model/ Expert
Case-based discussions, concept
mapping, critical thinking, fishbowl
discussions, guided reading,
problem-based learning, role plays,
student teacher of the day
Collaborative, Participant,
Independent
Delegator/ Facilitator/
Expert
Contract teaching, class symposium,
debate formats, small group
discussions, independent
study/research, modular instruction,
panel discussions, learning pairs,
student journals
Independent,
Collaborative, Participant
Gaya mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu gaya mengajar seperti
diidentifikasikan Grasha : expert (ahli), formal authority (otoritas formal), personal model
(model pribadi), facilitator (fasilitator), dan delegator.
1. Gaya Mengajar Ahli
Gaya mengajar ahli ialah gaya guru yang menunjukkan sikap memiliki pengetahuan dan
keahlian yang dibutuhkan siswa. Berusaha untuk mempertahankan statusnya sebagai ahli di
kalangan siswa dengan menampilkan pengetahuan yang terperinci dan memberi tantangan
siswa untuk meningkatkan kompetensinya. Perhatian terhadap alih informasi kepada siswa
dan menjamin bahwa siswa sudah dipersiapkan dengan baik (Grasha, 1996).
Guru menempatkan dirinya sebagai memiliki pengetahuan dan keahlian dalam bidang yang
diajar. Cara mengajar yang dipilih lebih mengutamakan dengan alih informasi dari dirinya
Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90.
Prima
ISSN: 2301-9891
 81
kepada siswa, karena dinilai dapat menjamin keberhasilan belajar siswa. Materi pelajaran
diberikan secara terperinci serta mendalam, dan senantiasa memberi tantangan kepada siswa.
2. Gaya Mengajar Otoritas Formal
Gaya mengajar otoritas formal ialah gaya guru yang menjaga statusnya di antara para siswa
karena pengetahuan dan perannya sebagai guru. Perhatian dalam hal memberikan umpan
balik positif dan negatif, menetapkan tujuan belajar, harapan, dan aturan perilaku bagi siswa.
Perhatian terhadap cara yang tepat agar mudah diterima, dan membuat aturan standar untuk
melakukan banyak hal, dengan memberikan struktur yang dibutuhkan siswa dalam belajar
(Grasha, 1996).
Guru dengan gaya mengajar otoritas formal akan sentiasa memberikan umpan balik, baik
positif atau negatif kepada siswa. Ia menganggap bahwa perlu adanya standar prilaku yang
diterapkan bagi siswa dalam belajar. Adanya aturan dalam pembelajaran yang terintegrasi
dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah, dan termasuk tata tertib sekolah.
Guru dengan gaya mengajar otoritas formal lebih menyukai pembelajaran yang terstruktur.
3. Gaya Mengajar Model Pribadi
Gaya mengajar model pribadi ialah gaya guru yang percaya pada “pengajaran yang
menempatkan pribadi guru sebagai model" dan membangun prototipe dalam hal cara berpikir
dan bertindak. Membimbing, mengawasi, dan mengarahkan dengan menunjukkan bagaimana
melakukan sesuatu. Dengan pendekatan instruktur, mendorong siswa untuk mengamati dan
kemudian meniru (Grasha, 1996).
Gaya mengajar model pribadi merupakan gaya mengajar yang dilakukan menggunakan
contoh-contoh dan keteladanan pribadi. Guru cenderung bertindak sebagai prototipe bagi
siswa tentang bagaimana cara berpikir dan berprilaku. Ia cenderung memandu dan
mengarahkan siswa untuk memperhatikan dan selanjutnya menirukan cara-cara yang
ditunjukkan.
4. Gaya Mengajar Fasilitator
Gaya mengajar fasilitator yaitu guru menekankan pada interaksi secara personal (individu)
antara guru dan siswa. Membimbing siswa secara langsung dengan memberikan pertanyaanpertanyaan, mencari pilihan-pilihan, menyarankan alternatif-alternatif, dan mendorong
mereka untuk mengembangkan kriteria sebagai informasi dalam menentukan pilihan. Secara
umum bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bertindak secara mandiri,
inisiatif, dan tanggung jawab. Bekerja dengan siswa pada proyek-proyek menggunakan
model konsultatif dan mencoba untuk memberikan sebanyak mungkin dukungan dan
dorongan (Grasha, 1996).
Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama
Subroto
82 
P-ISSN: 2301-9891
Gaya mengajar fasilitator menekankan interaksi guru dengan siswa. Guru memberi panduan,
membimbing. dan memberi arahan dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan,
memberikan pilihan-pilihan alternatif pemecahan masalah. Secara keseluruhan guru berupaya
membangunkan kemandirian, inisiatif, dan sikap bertanggungjawab siswa. Guru dengan gaya
mengajar fasilitator lebih menyukai mengajar menggunakan cara proyek dengan memberi
bimbingan dan dukungan yang perlu.
5. Gaya Mengajar Delegator
Gaya mengajar delegator ialah gaya mengajar yang menunjukkan perhatian guru terhadap
pengembangan kemampuan siswa dengan model pemberian tugas secara mandiri. Siswa
bekerja secara mandiri atau sebagai bagian dari tim dengan tugas-tugas proyek. Adanya
fasilitasi dari para guru atas permintaan siswa sebagai nara sumber (Grasha, 1996).
Gaya mengajar delegator memberi perhatian dalam pembentukan kemampuan siswa belajar
secara mandiri. Siswa diberikan tugas secara bebas memilih suatu proyek. Guru akan
membantu sekiranya diperlukan serta bertindak sebagai nara sumber utama bagi siswa. Guru
membantu siswa dalam proses kerja mandiri dan berkeyakinan tinggi terhadap keberhasilan
siswa. Namun demikian guru dengan gaya mengajar delegator terkadang kurang peka
terhadap kesiapan siswa untuk melaksanakan tugas secara mandiri. Sebagian siswa mungkin
merasa ragu dapat menyelesaiakan tugas mandirinya.
Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis deskriptif. Subyek dalam
penelitian ini adalah guru matematika Sekolah Menengah Pertama di wilayah komisariat 5
Kota Depok, Provinsi Jawa barat sebanyak 34 guru, yang berasal dari 12 sekolah, yaitu 2
sekolah negeri dan 10 sekolah awasta.
Data diperoleh melalui angket tertutup yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas. Angket yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi validitas dan
reliabilitas sebagai instrumen untuk memperoleh data tentang gaya mengajar guru. Analisis
data dilakukan melalui hitungan rata-rata, persentase dengan memperhatikan frekuensi yang
diperoleh dari angket tertutup.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari instrumen yang terdiri dari lima aspek mengenai gaya
mengajar guru, yaitu ahli, otoritas formal, model pribadi, fasilitator, dan delegator, maka
kajian secara kuantitatif dapat dikemukakan sebagai berikut.
Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90.
Prima
1.
 83
ISSN: 2301-9891
Gaya Mengajar Ahli
Data gaya mengajar ahli diambil menggunakan delapan item instrumen, secara
keseluruhan memperoleh rata-rata dalam kategori tinggi, sebesar 4,05. Secara rinci hasil
penelitian ditunjukkan pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Analisis Gaya Mengajar Ahli
Item
Saya menekankan siswa untuk menguasai fakta,
konsep, dan prinsip materi pelajaran
Saya mengarahkan siswa agar memiliki
pengetahuan luas dan pemikiran kritis
Skor
1
2
3
4
5
0
0
7
18
9
0,0%
0,0%
20,6%
52,9%
26,5%
0
0
5
17
12
0,0%
0,0%
14,7%
50,0%
35,3%
Saya melatih siswa agar memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah
0
0
4
11
19
0,0%
0,0%
11,8%
32,4%
55,9%
Saya memilih topik terkait masalah sehari-hari agar
siswa memiliki pengetahuan nyata
0
0
16
12
6
0,0%
0,0%
47,1%
35,3%
17,6%
0
0
12
15
7
0,0%
0,0%
35,3%
44,1%
20,6%
0
0
4
22
8
0,0%
0,0%
11,8%
64,7%
23,5%
0
0
2
26
4
0,0%
0,0%
5,9%
76,5%
11,8%
0
0
5
18
11
0,0%
0,0%
14,7%
52,9%
32,4%
Saya berharap siswa dapat mennyelesaikan tugas
setelah mengikuti pembelajaran
Saya menggunakan metode ceramah dari sebagian
kegiatan pada setiap sesi kelas
Saya menunjukkan cara menggunakan prinsip dan
konsep materi pelajaran
Saya memberi konfirmasi atas perbedaan pendapat
siswa dalam memahami materi
Rata-rata
Ratarata
4,06
4,21
4,44
3,71
3,85
4,12
3,82
4,18
4,05
Berdasarkan tabel 2, dari delapan item menunjukkan bahwa item guru melatih siswa agar
memiliki kemampuan menyelesaikan masalah memiliki rata-rata tertinggi, sebesar 4,44.
Disusul oleh empat item lainnya yang juga dalam kategori rata-rata tinggi, yaitu guru
mengarahkan siswa agar memiliki pengetahuan luas dan pemikiran kritis sebesar 4,21,
lalu guru memberikan konfirmasi atas perbedaan pendapat siswa sebesar 4,18,
berikutnya guru menggunakan metode ceramah sebesar 4,12, dan guru menekankan
siswa untuk menguasai fakta, konsep, dan prinsip materi pelajaran sebesar 4,06. Terdapat
tiga item memiliki rata-rata cukup tinggi berkenaan dengan guru berharap siswa dapat
mennyelesaikan tugas setelah mengikuti pembelajaran, rata-ratanya 3,85, lalu guru
menunjukkan cara menggunakan prinsip dan konsep materi pelajaran sebesar 3,82, dan
Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama
Subroto
84 
P-ISSN: 2301-9891
guru memilih topik terkait masalah sehari-hari agar siswa memiliki pengetahuan nyata
sebesar 3,71.
Dari data di atas menunjukkan, bahwa terdapat lima item gaya mengajar ahli yang terkait
upaya guru dalam pencapaian kemampuan siswa, sedikitnya ada 79,4% guru dalam
kategori memiliki rata-rata tinggi. Sementara tiga item lainnya berkenaan dengan
pemilihan topik dan metode pembelajaran, sebanyak
64,7% guru dalam kategori
memiliki rata-rata cukup tinggi.
Secara keseluruhan, dimensi gaya mengajar ahli mempunyai rata-rata skor sebesar 4,05
dan ini tergolong tinggi. Dengan demikian menunjukkan bahwa gaya mengajar ahli
merupakan gaya mengajar dari sebagian besar guru.
2.
Gaya Mengajar Otoritas Formal
Data gaya mengajar otoritas formal diambil menggunakan delapan item instrumen,
secara keseluruhan memperoleh rata-rata dalam kategori cukup tinggi, sebesar 3,93.
Secara rinci hasil penelitian ditunjukkan pada tabel 3 berikut :
Tabel 3 : Analisis Gaya Mengajar Otoritas Formal
Skor
Item
Saya menerapkan standar pencapaian belajar
yang tinggi kepada siswa
Jika pekerjaan siswa memuaskan maka saya
memberi nilai tinggi
Saya berharap siswa dapat menunjukkan hasil
belajar sesuai kreteria yang ditetapkan
Saya menetapkan tujuan dan sasaran
pembelajaran dengan jelas
Saya memberi komentar secara lisan dan
tertulis pada hasil kerja siswa
Saya meminta siswa dapat mendeskripsikan
struktur pengetahuan yang dipelajari
Saya berpendapat banyaknya jam pelajaran
matematika yang tersedia tidak cukup
Saya menetapkan standar kedisiplinan agar
mencapai efektifitas dalam pembelajaran
Rata-rata
1
2
3
4
5
0
3
11
14
6
0,0%
8,8%
32,4%
41,2%
17,6%
0
0
4
21
9
0,0%
0,0%
11,8%
61,8%
26,5%
0
0
3
15
16
0,0%
0,0%
8,8%
44,1%
47,1%
0
0
6
4
24
0,0%
0,0%
17,6%
11,8%
70,6%
1
2
3
21
10
2,9%
5,9%
8,8%
61,8%
29,4%
4
9
9
10
2
11,8%
26,5%
26,5%
29,4%
5,9%
2
6
2
20
4
5,9%
17,6%
5,9%
58,8%
11,8%
4
2
2
10
16
11,8%
5,9%
5,9%
29,4%
47,1%
Rata-rata
3,68
4,15
4,38
4,53
4,35
2,91
3,53
3,94
3,93
Berdasarkan tabel 3, dari delapan item gaya mengajar otoritas formal terdapat empat
item dalam ketegori rata-rata tinggi. Pertama, item guru menetapkan tujuan dan sasaran
Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90.
Prima
 85
ISSN: 2301-9891
pembelajaran dengan jelas memiliki rata-rata tertinggi, sebesar 4,53. Tiga item lainnya,
yaitu guru berharap siswa dapat menunjukkan hasil belajar sesuai kreteria yang
ditetapkan, sebesar 4,38, lalu guru memberi komentar secara lisan dan tertulis pada hasil
kerja siswa, sebesar 4,35 dan guru memberi nilai tinggi pada pekerjaan siswa yang
memuaskan, sebesar 4,15. Tiga item yang lain dalam kategori rata-rata cukup tinggi,
yaitu guru menetapkan standar kedisiplinan agar mencapai efektifitas dalam
pembelajaran, sebesar 3,94, lalu guru menerapkan standar pencapaian belajar yang tinggi
kepada siswa sebesar 3,68, dan guru berpendapat banyaknya jam pelajaran matematika
yang tersedia tidak cukup sebesar 3,53. Sementara ada satu item dalam kategori rata-rata
rendah, yaitu guru meminta siswa dapat mendeskripsikan struktur pengetahuan yang
dipelajari sebesar 2,91.
Dari data di atas menunjukkan, bahwa terdapat empat item gaya mengajar otoritas formal
yang terkait dengan penetapan tujuan dan pemberian penilaian sedikitnya ada 88,3%
guru tergolong memiliki rata-rata tinggi. Sementara tiga item lainnya berkenaan dengan
penetapan standar baik kedisiplinan, capaian belajar, dan alokasi waktu terdata sebanyak
64,7% guru dalam kategori memiliki rata-rata cukup tinggi.
Secara keseluruhan, dimensi gaya mengajar otoritas formal mempunyai rata-rata skor
sebesar 3,93 dan dalam kategori cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa cukup banyak
guru yang memiliki gaya mengajar otoritas formal.
3.
Gaya Mengajar Model Pribadi
Data gaya mengajar model pribadi diambil menggunakan tujuh item instrumen, secara
keseluruhan memperoleh rata-rata dalam kategori cukup tinggi, sebesar 4,02. Secara
rinci hasil penelitian ditunjukkan pada tabel 4 berikut :
Tabel 4 : Analisis Gaya Mengajar Model Pribadi
Item
Saya menekankan siswa mengacu cara yang
saya ajarkan dalam menyelesaikan masalah
Saya melakukan langkah-langkah agar siswa
mempelajari materi lebih luas
Saya menunjukkan cara untuk memudahkan
siswa menguasai materi pelajaran
Saya memilih tema sesuai dengan materi
pelajaran pada setiap pembelajaran
Saya menggunakan contoh pengalaman pribadi
sebagai ilustrasi materi pelajaran
Skor
1
0
2
0
3
3
4
15
5
16
0,0%
0
0,0%
0
8,8%
6
44,1%
19
47,1%
9
0,0%
0
0,0%
0
17,6%
0
55,9%
26
26,5%
8
0,0%
2
0,0%
1
0,0%
12
76,5%
16
23,5%
3
5,9%
1
2,9%
6
35,3%
9
47,1%
14
8,8%
4
2,9%
17,6%
26,5%
41,2%
11,8%
Rata-rata
4,38
4,09
4,24
3,50
3,41
Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama
Subroto
86 
P-ISSN: 2301-9891
Saya membimbimbing siswa dalam cara
berpikir seperti yang saya lakukan
Saya menunjukkan siswa cara bertindak dalam
menyelesaikan masalah
0
0
11
5
18
0,0%
0
0,0%
3
32,4%
2
14,7%
11
52,9%
18
0,0%
8,8%
5,9%
32,4%
52,9%
Rata-rata
4,21
4,29
4,02
Berdasarkan tabel 4, dari tujuh item gaya mengajar model pribadi terdapat lima item
dalam ketegori rata-rata tinggi. Pertama, item guru menekankan siswa mengacu cara
yang saya ajarkan dalam menyelesaikan masalah memiliki rata-rata tertinggi sebesar
4,38. Empat item lainnya, yaitu guru
menunjukkan siswa cara bertindak dalam
menyelesaikan masalah sebesar 4,29, lalu guru menunjukkan cara untuk memudahkan
siswa menguasai materi pelajaran sebesar 4,24, dan guru membimbimbing siswa dalam
cara berpikir seperti yang saya lakukan sebesar 4,21, serta guru melakukan langkahlangkah agar siswa mempelajari materi lebih luas sebesar 4,09. Dua item terakhir dalam
kategori rata-rata cukup tinggi, yaitu guru memilih tema sesuai dengan materi pelajaran
pada setiap pembelajaran sebesar 3,50 dan guru menggunakan contoh pengalaman
pribadi sebagai ilustrasi materi pelajaran sebesar 3,41.
Dari data di atas menunjukkan, bahwa terdapat lima item gaya mengajar model pribadi
yang terkait dengan pemberian contoh sebagai acuan baik cara berpikir, bertindak, dan
langkah-langkah sedikitnya ada 82,4% guru memiliki rata-rata tinggi. Sementara dua
item lainnya berkenaan dengan pemilihan tema dan ilustrasi dari pengalaman guru,
terdapat sebanyak 55,9% guru memiliki rata-rata dalam kategori cukup tinggi.
Secara keseluruhan, dimensi gaya mengajar model pribadi mempunyai rata-rata skor
sebesar 4,02, dalam kategori rata-rata tinggi. Artinya bahwa gaya mengajar model
pribadi merupakan gaya mengajar dari sebagian besar guru.
4.
Gaya Mengajar Fasilitator
Data gaya mengajar fasilitator diambil menggunakan tujuh item instrumen, secara
keseluruhan memperoleh rata-rata dalam kategori cukup tinggi, sebesar 3,44. Secara
rinci hasil penelitian ditunjukkan pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Analisis Gaya Mengajar Fasilitor
Item
Saya menerapkan metode pembelajaran sesuai
gaya belajar siswa
Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90.
Skor
1
5
2
7
3
11
4
10
5
1
14,7%
20,6%
32,4%
29,4%
2,9%
Rata-rata
2,85
Prima
 87
ISSN: 2301-9891
Saya mendorong siswa mengembangkan ide-ide
terkait masalah pada materi pelajaran
Saya menyediakan waktu konsultasi bagi siswa
secara individu atau kelompok
Saya menerapkan diskusi kelompok untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis
Saya menerapkan pendekatan pembelajaran
yang dapat mendorong inisiatif siswa
Saya melakukan upaya untuk menumbuhkan
sikap tanggung jawab belajar siswa
Saya meminta siswa menentukan masalah
terkait materi dan cara mempelajarinya
0
0
3
23
8
0,0%
7
0,0%
5
8,8%
16
67,6%
3
23,5%
1
20,6%
0
14,7%
0
47,1%
3
8,8%
25
2,9%
6
0,0%
0
0,0%
0
8,8%
5
73,5%
19
17,6%
10
0,0%
0
0,0%
0
14,7%
9
55,9%
14
29,4%
11
0,0%
0,0%
26,5%
41,2%
32,4%
12
8
7
4
3
35,3%
23,5%
20,6%
11,8%
8,8%
Rata-rata
4,15
2,41
4,09
4,15
4,06
2,35
3,44
Berdasarkan tabel 5, dari tujuh item gaya mengajar fasilitator terdapat empat item dalam
ketegori rata-rata tinggi. Dua item yang pertama, yaitu guru mendorong siswa
mengembangkan ide-ide terkait masalah pada materi pelajaran dan guru menerapkan
pendekatan pembelajaran yang dapat mendorong inisiatif siswa, keduanya memiliki ratarata sebesar 4,15. Berikutnya, item guru menerapkan diskusi kelompok untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis sebesar 4,09, dan guru melakukan upaya
untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab belajar siswa sebesar 4,06. Tiga item lainnya
memiliki rata-rata rendah, yaitu guru menerapkan metode pembelajaran sesuai gaya
belajar siswa rata-atanya sebesar 2,85, lalu guru menyediakan waktu konsultasi bagi
siswa secara individu atau kelompok sebes 2,41, dan guru meminta siswa menentukan
masalah terkait materi dan cara mempelajarinya sebesar 2,35.
Dari data di atas menunjukkan, bahwa terdapat empat item gaya mengajar fasilitator
yang terkait dengan pemberian motivasi dan fasilitasi sedikitnya ada 4,15% guru
memiliki rata-rata tinggi. Sementara tiga item lainnya berkenaan dengan gaya belajar,
waktu kosultasi serta penentuan masalah oleh siswa dalam kategori cukup tinggi, yakni
sebanyak 32,3% guru .
Secara keseluruhan, dimensi gaya mengajar fasilitator dalam kategori cukup tinggi
dengan rata-rata skor sebesar 3,44. Artinya, cukup banyak guru yang melaksanakan
pembelajaran dengan gaya mengajar fasilitator.
5.
Gaya Mengajar Delegator
Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama
Subroto
88 
P-ISSN: 2301-9891
Data gaya mengajar delegator diambil menggunakan delapan item instrumen, secara
keseluruhan memperoleh rata-rata dalam kategori rendah, sebesar 2,92. Secara rinci hasil
penelitian ditunjukkan pada tabel 6 berikut :
Tabel 6. Analisis Gaya Mengajar Delegator
Item
Saya memberi kepercayaan siswa dengan
sedikit pengawasan pada tugas tertentu
Saya meminta siswa melakukan kegiatan
belajar melalui pengalaman secara langsung
Saya memberi tugas kepada siswa dengan
pilihan-pilihan kegiatan
Saya menekankan siswa mengembangkan
kemampuan berpikir dan bekerja mandiri
Saya mengembangkan kelompok-kelompok
belajar tutor sebaya
Saya memberi kepercayaan siswa untuk
mengatur kerja dalam menyelesaikan tugas
Saya memberi kebebasan siswa dalam
menetukan alternatif cara megerjakan tugas
Saya mendelegasikan tugas kepada kelompokkelompok belajar
Skor
1
8
2
7
3
6
4
9
5
4
23,5%
0
20,6%
0
17,6%
3
26,5%
20
11,8%
11
0,0%
7
0,0%
4
8,8%
16
58,8%
3
32,4%
2
20,6%
3
11,8%
16
47,1%
5
8,8%
8
5,9%
2
8,8%
2
47,1%
10
14,7%
18
23,5%
3
5,9%
1
5,9%
0
29,4%
1
52,9%
13
8,8%
14
2,9%
6
0,0%
3
2,9%
8
38,2%
7
41,2%
4
17,6%
3
8,8%
11
23,5%
8
20,6%
7
11,8%
4
8,8%
4
32,4%
23,5%
20,6%
11,8%
11,8%
Rata-rata
Rata-rata
2,82
4,24
2,50
2,71
2,74
3,74
2,09
2,47
2,92
Berdasarkan tabel 6, ada satu item memiliki rata-rata tinggi, yaitu guru meminta siswa
melakukan kegiatan belajar melalui pengalaman secara langsung sebesar 4,24. Satu item
lagi memiliki rata-rata cukup tinggi, yaitu guru memberi kepercayaan siswa untuk
mengatur kerja dalam menyelesaikan tugas sebesar 3,74. Sementara 6 item lainnya
memiliki rata-rata rendah, yaitu guru memberi kepercayaan siswa dengan sedikit
pengawasan pada tugas tertentu sebesar 2,82, guru mengembangkan kelompokkelompok belajar tutor sebaya sebesar 2,74, guru menekankan siswa mengembangkan
kemampuan berpikir dan bekerja mandiri sebesar 2,71, guru memberi tugas kepada siswa
dengan pilihan-pilihan kegiatan sebesar 2,50, guru mendelegasikan tugas kepada
kelompok-kelompok belajar sebesar 2,47, dan guru memberi kebebasan siswa dalam
menetukan alternatif cara megerjakan tugas sebesar 2,09.
Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90.
Prima
 89
ISSN: 2301-9891
Dari data di atas menunjukkan, bahwa terdapat 91,2% guru meminta siswa belajar
melalui pengalaman langsung. Sementara terkait guru mendelegasikan tugas belajar
dipercayakan kepada siswa dalam kategori rendah, paling tinggi sebesar 38,3% guru.
Secara keseluruhan, dimensi gaya mengajar delegator dalam kategori rendah dengan
rata-rata skor sebesar 2,92. Artinya, bahwa gaya mengajar delegator merupakan gaya
mengajar dari sebagian kecil guru.
Secara umum, gaya mengajar guru di SMP Komisariat lima Kota Depok dapat diringkas
seperti pada Tabel 7. Informasi yang dapat dikemukakan bahwa rata-rata skor
keseluruhan sebesar 3,67 dan termasuk dalam kategori cukup tinggi.
Tabel 7. Analisis Gaya Mengajar Guru
No
1
2
3
4
5
Dimensi
Gaya Mengajar Ahli
Gaya Mengajar Otoritas Formal
Gaya Mengajar Model Pribadi
Gaya Mengajar Fasilitator
Gaya Mengajar Delegator
Rata-rata
Rata-rata Skor
4,05
3,93
4,02
3,44
2,92
3,67
Berdasarkan Tabel 7, dari lima dimensi gaya mengajar guru diperoleh data bahwa gaya
mengajar ahli menduduki peringkat pertama dan gaya mengajar model pribadi pada
peringkat kedua. Selanjutnya gaya mengajar otoritas formal dan gaya mengajar fasilitator
peringkat berikutnya. Sementara gaya mengajar delegator peringkat terakhir. Meskipun
demikian, berdasarkan rata-rata skor yang diperoleh, semua dimensi gaya mengajar guru
termasuk dalam kategori tinggi dan cukup tinggi, kecuali gaya mengajar delegator dalam
kategori rendah.
Untuk tujuan pengembangan keilmuan, penelitian ini memberikan sumbangan dalam
bentuk pemikiran bahwa gaya mengajar guru yang terdiri dari lima dimensi yaitu,
dimensi gaya mengajar ahli, otoritas formal, model pribadi, fasilitator, dan delegator
semuanya digunakan oleh setiap guru namun untuk gaya mengajar delegator
frekuensinya kecil.
Simpulan dan Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua dimensi gaya mengajar guru termasuk dalam
kategori tinggi dan cukup tinggi, kecuali gaya mengajar delegator dalam kategori rendah. Hal
ini menunjukkan bahwa para guru matematika di SMP Komisariat 5 Kota Depok banyak
menggunakan gaya mengajar ahli dan model pribadi. Temuan ini didukung oleh
Analisis gaya mengajar guru matematika di sekolah menengah pertama
Subroto
90 
P-ISSN: 2301-9891
pengelompokan gaya mengajar pada teori Grasha (1996), bahwa guru yang menggunakan
gaya mengajar ahli berada dalam kluster yang sama dengan gaya mengajar model pribadi.
Terbukti kedua gaya mengajar tersebut memiliki rata-rata sama-sama tinggi. Implikasinya
dari penggunaan gaya mengajar yang bervariasi ini akan dapat mengakomodasi gaya belajar
siswa.
Daftar Pustaka
Adrian.
2004.
Metode
Mengajar
Berdasarkan
Tipologi
Belajar
Siswa.
http://www.artikel.us_art05-65.html
Felder, R. M., & Henriques, E. R. (1995) Learning ang teaching styles in foreign and second
language education. Foreign Language Annals, 28 (1), 21–31.
Grasha, A. F. (1996). Teaching with style: A practical guide to enhance learning by
understanding learning and teaching style. College Teaching, 48, 1-12.
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, E. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley terhadap
Pemahaman dan Disposisi Matematika Siswa SMA Program IPA. Bandung : Program
Studi Pendidikan Matematika, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Mahamod, Z. et al. 2009. Perbandingan Gaya Pengajaran Guru Bahasa Melayu dan Guru
Bahasa Inggeris. Jurnal Pendidikan Malaysia 34(1).
Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 77-90.
Download