Makalah Mentilin K` Hendri 2017

advertisement
UPAYA PELESTARIAN MENTILIN (TARSIUS BANCANUS)
SEBAGAI SALAH SATU SATWA LANGKA YANG DILINDUNGI
DARI KEPUNAHAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Oleh
HENDRI UTAMA.SH
NIP. 19800330 199903 1 003
POLISI KEHUTANAN MUDA
DINAS KEHUTANAN
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Allah SWT berkat kemurahanNYA atas selesainya makalah yang berjudul “Upaya pelestarian Mentilin (Tarsius Bancanus)
sebagai salah satu satwa langka yang dilindungi dari kepunahan di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan pendukung bagi
Jabatan Fungsional Tertentu dalam pemenuhan angka kridit.
Dalam rangka proses pendalaman materi ini, tentunya diharapkan arahan, koreksi,
dan saran, untuk itu rasa terima kasih disampaikan kepada :
1. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
2. Koordinator Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Wilayah Bangka;
3. Kepala Bidang Perlindungan dan KSDAE Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung;
4. Rekan-rekan Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
5. Rekan-rekan Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Wilayah Bangka
serta ;
6. Rekan-rekan KPHP Sigambir Kotawaringin dan KPHP Bubus Panca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Penulis
HENDRI UTAMA.SH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu fungsi dari hutan adalah rumah berbagai macam satwa liar dan langka
yang merupakan bagian dari sumber daya alam hayati. Hutan merupakan satu kesatuan
sistem ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam pesekutuan alam lingkungannya yang satu sama lainnya tidak dapat
dipisahkan.
Provinsi Bangka Belitung yang secara geografis terletak pada 104°50‫ ׳‬sampai
109°30Bujur Timur dan 0°50‫ ׳‬sampai 4°10‫ ׳‬Lintang Selatan,dengan batas batas wilayah
sebagai berikut :
-
Sebelah barat berbatasan dengan Selat Bangka,
-
Sebelah timur berbatasan dengan selat Karimata,
-
Sebelah utara berbatasan dengan laut Natuna,
-
Sebelah selatan berbatasan dengan laut Jawa.
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah daratan dan
wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81,725,14 Km². Luas daratan lebih kurang
16.424.14 Km² atau 20,10 persen dari total wilayah dan luas laut kurang lebih 65.301 Km²
atau 79,90 persen dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kepulauan Bangka Belitung memilki iklim tropis yang dipengaruhi angin musim
yang mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selama
limabulan terus menerus.
Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan
dataran rendah,lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran
rendah rata-rata sekitar 50 meter diatas permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan
antara lain untuk Gunung Maras mencapai 699 meter, Gunung Tajam kaki ketinggiannya
kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk daerah perbukitan seperti
bukit Manumbing ketinggiannya mencapai kurang lebih 445 meter dan bukit Mangkol
dengan ketinggian sekitar 395 meter diatas permukaan laut. Dengan kondisi alam yang
sedemikian rupa Mentilin sangat cocok hidup di seluruh areal wilayah kepulauan Bangka
Belitung.
Mentilin atau Tarsius bancanus merupakan satwa identitas Bangka Belitung.
Salah satu spesies Tarsius yang merupakan endemik Sumatera dan Kalimantan ini ditetapkan
sebagai fauna identitas provinsi Bangka Belitung yang juga merupakan Hewan langka yang
harus dilestarikan. Hewan langka adalah species hewan yang populasinya semakin sedikit
dan memiliki resiko punah lebih tinggi. Di Indonesia maupun di dunia, daftar hewan langka
terus meningkat dari tahun ke tahun.
Perusakan lingkungan hidup yang dilakukan manusia terhadap satwa dengan cara
merusak habitat alami,perburuan atau menangkap, dan perdangangan ilegal semakin
menyudutkan keberdaan satwa tak terkecuali satwa langka Mentilin sebagai satwa endemik
yang langka di wilayah kepulauan Bangka Belitung dan keberadaanya terancam punah. Hal
ini sudah barang tentu bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang No.5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya khususnya dalam Bab V tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa,dimana Pasal 21 ayat (2) huruf (a)dan (b)“
menyebutkan bahwa setiap orang dilarang untuk menangkap, melukai, membunuh,
menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang
dilindungi dalam keadaan hidup” dan “ menyimpan, memiliki,memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati”.
Maraknya perdagangan yang dilakukan secara ilegal terhadapsatwa disebabkan oleh
tingginya permintaan pasar akan ketersediaan satwa diantaranya sebagai bahan sebagai
hewan peliharaan dan lain-lain, sebab satwa langka memiliki potensi ekonomis dan nilai jual
yang tinggi. Jika kondisi ini dibiarkan terus berlanjut maka kelangkaan dan kepunahan
Mentilin
sebagai satwa langka dilindungi tidak dapat terelakkan sehingga keberagaman
satwa di di wilayah kepulauan Bangka Belitung hanya akan menjadi cerita bagi anak cucu
kita serta menggangu ekosistem alami yang nantinya berdampak negatif bagi
kehidupan
manusia.
B. Rumusan Masalah
Langkah hukum dan konservasi terhadap satwa langka sebagai upaya pemerintah dalam
melindungi satwa langka Mentilin (Tarsius bancanus).
C. Tujuan
Mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah untuk melindungi keberadaan satwa langka
yang dilindungi di wilayah Indonesia dari ancaman kepunahan serta sanksi bagi pelaku yang
melakukan perdagangan illegal terhadap satwa langka.
D. Manfaat
Sebagai acuan salah satu upaya pelestarian Mentilin (Tarsius bancanus) di wilayah
kepulauan Bangka Belitung.
BAB II.
ISI
A. Deskripsi Mentilin (Tarsius bancanus).
Mentilin atau Tarsius bancanus merupakan satwa identitas Bangka Belitung.
Salah satu spesies Tarsius yang merupakan endemik Sumatera dan Kalimantan ini ditetapkan
sebagai fauna identitas provinsi Bangka Belitung yang juga merupakan Hewan langka yang
harus dilestarikan.
Mentilin yang dalam bahasa ilmiah (latin) dikenal sebagai dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai Horsfield’s Tarsier atau Western Tarsier
Mentilin atau Horsfield’s Tarsier mempunyai ciri-ciri dan perilaku seperti jenisjenis tarsius lainnya. Tubuh primata ini relatif mungil dengan panjang tubuhnya berkisar
antara 12-15 cm dengan berat tubuh sekitar 128 gram (jantan) dan 117 gram (betina). Bulu
tubuh mentilin berwarna coklat kemerahan hingga abu-abu kecoklatan.
Terdapat 4 subspesies Horsfield’s Tarsier, yaitu Tarsius bancanus bancanus,
Tarsius bancanus borneanus, Tarsius bancanus natunensis, dan Tarsius bancanus saltator.
oleh pememrintah Indonesia, Mentilin dan semua jenis tarsius dilindungi berdasarkan PP. No.
7 Tahun 1999.
Mentilin (Tarsius bancanus) merupakan binatang karnivora. Makanannya terutama
adalah serangga seperti belalang, kumbang, kupu-kupu, belalang sembah, semut, dan
jangkrik, tetapi fauna identitas provinsi Bangka Belitung ini juga memakan berbagai
vertebrata kecil lainnya seperti kelelawar dan ular.
Mentilin tergolong binatang nokturnal yang banyak berisitirahat pada siang hari
pada dahan-dahan kecil dengan ketinggian 3 hingga 5 meter dari permukaan tanah dan baru
bangun untuk beraktifitas saat menjelang malam tiba.
Rakyat Bangka Belitung, terutama yang berdomisili di perdesaan tentu mengenal
hewan langka jenis Mentilin. Hewan itu bernama latin Tarsius Bancanus Saltator atau
Horsfield’s Tarsier. Primata ini hanya tersebar di Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Monyet
purba ini dipanggil “mentilin” oleh masyarakat Bangka, sedangkan di Belitung dipanggil
dengan nama “pelilean”.
Sejatinya, Tarsius termasuk dalam primata yang dilindungi di dunia karena
populasinya yang sedikit dan terancam punah, dari survey IUCN Species Survival
Commission bekerja sama dengan International Primatologi Society (IPS) dan Conservation
International (CI) edisi 2008-2010, populasi Tarsius ini kurang dari 1.000 ekor.
Daerah teritorial Tarsius jantan sampai 1 hektar hutan sedangkan Tarsius betina
sampai 2 hektar.Yang menarik dari primata ini, Tarsius bisa memutar kepalanya sampai 360
derajat. Tarsius juga memiliki selaput pada jari-jarinya yang bisa membuat primata ini bisa
menempel berjam-jam bahkan berhari-hari di pohon. Selain itu, Tarsius Bancanus ini
tergolong primata yang setia pada pasangannya.
Cara berkomunikasi primata ini juga tergolong unik. Tarsius berkomunikasi
menggunakan gelombang ultrasonik karena ia merupakan primata yang total tidak
mempunyai suara.
Tarsius tergolong Insectivora atau pemakan serangga. Cara berburu hewan ini
adalah dengan melompat dari pohon ke pohon lain, kemudian menggigit mangsanya
(serangga) yang sedang tidur karena Tarsius beraktifitas di malam hari saat serangga sedang
tidur. Kita bisa menemukan primata ini tersebar di hutan Pulau Belitung, namun polulasi
terbanyaknya ada di Hutan Batu Mentas Belitung
B. Metode
Dalam penulisan makalah ini mengambil dari bahan hukum primer yang berupa peraturan
perundang-undangan dan bahan hukum sekunder yang berupa buku, artikel dan lain
sebagainya. Jenis pendekatan yang digunakan dalam makalah ini adalah pendekatan
peraturan perundang-undangan.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Upaya Pemerintah Melindungi Satwa yang dilindungi
Suatu jenis satwa dapat digolongkan sebagai satwa yang dilindungi apabila telah
memenuhi tiga kriteria yaitu pertama memenuhi populasi yang kecil, kedua adanya
penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam dan ketiga daerah penyebarannya
terbatas (endemik) hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah No
7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis tumbuhan dan Satwa. Hal ini penting untuk diketahui
untuk mempermudah dalam menentukan jenis satwa langka dilindungi, Kepunahan satwa
langka ini dat dicegah dengan ditetapkan perlindungan
Hukum dan konservasi terhadap satwa langka. Secara hukum upaya pemerintah
dalam melindungi satwa langka dari ancaman kepunahan dilakukan dengan dikeluarkannya
peraturan perundang-undangan, yaitu :
1. Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya alam Hayati dan
ekosistemnya,
2. Peraturan Pemerintah No 13 tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru,
3. Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata alam di Zona
Pemanfaatan Taman Nasional,
4. Peraturan Pemerintah RI No 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka alam dan Kawasan
Pelestarian Alam,
5. Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 tentang Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa,
serta;
6. Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan
Satwa.
Dengan adanya aturan yang jelas penegakan hukum dapat berjalan lebih efektif untuk
melindungi satwa khususnya satwa langka.
Sedangkan untuk melestaraikan satwa langka maka dilakukan upaya konservasi,
berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1999 tentang Konservasi Sumber Daya alam Hayati
dan ekosistemnya, pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa “Konservasi sumber daya alam
hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memlihara dan
meningkatkan kualiatas keanekaragaman dan nilainya”. Konservasi ini dilakukan melalui tiga
kegiatan yaitu :
1.
Perlindungan system penyangga kehidupan,
2.
Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosisitemnya, dan
3.
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam Hayati dan ekosistemnya (Pasal 5 UU No.
5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya alam Hayati dan ekosistemnya).
Untuk mendukung upaya pemerintah ini diharapakan kesadaran masyarakat untuk
melindungi dan melestarikan satwa langka serta habitat alaminya sehingga kepunahan satwa
langka tidak terjadi.
Perusakan lingkungan hidup yang dilakukan manusia terhadap satwa dengan cara
merusak habitat alami, pertambangan illegal, perambahan hutan, perburuan atau menangkap,
dan perdagangan illegal semakin menyudutkan keberadaan satwa tak terkecuali Mentilin.
Berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat (16) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, “Perusakan lingkungan hidup adalah
tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat
fisik, kimia dan atau hayati lingkungan hidup sehinggga melampaui keriteria baku kerusakan
lingkungan hidup”.
Pengrusakan habitat atau lingkungan hidup ini sudah barang tentu bertentangan
dengan ketentuan Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
dan ekosistemnya khususnya dalam Bab V tentang Pengawetan Jenis tumbuhan dan Satwa ,
dimana Pasal 21 ayat (2) huruf (a) dan (b) “menyebutkan bahwa setiap orang dilarang untuk
menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup dan menyimpan, memilki,
memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati”.
Maraknya perdagangan yang dilakukan secara illegal terhadap Mentilin disebabkan
oleh tingginya permintaan pasar serta untuk hewan peliharaan dan lain-lain, sebab Mentilin
memiliki potensi ekonomis dan nilai jual yang sangat tinggi . Setiap tahunnya keberadaan
Mentilin tersebut semakin menurun jumlah populasinya dan sulit ditemui di habitat aslinya.
Jika kondisi ini dibiarkan terus berlanjut maka Mentilin hanya akan menjadi cerita bagi anak
cucu kita serta menganggu ekosistem yang nantinya berdampak negatif bagi kehidupan
manusia.
Kondisi Tarsius Sekarang kita bicarakan bagaimana kondisi Mentilin di pulau
Bangka dan Belitung. Menurut IUCN Tarsius bacanus masuk dalam nominasi hidup dengan
resiko rendah (2008). Apalagi perambahan dan penebangan hutan kian marak, bisa dipastikan
habitat Tarsius di pulau Bangka dan Belitung semakin sempit dan tentunya akan berdampak
pada jumlah hewan endemik ini.
Pemerintah Provinsi Bangka Belitung ;.
2. Sanksi Bagi Pelaku yang Melakukan Perdagangan Illegal terhadap Satwa Langka
Penerapan sanksi terhadap seseorang tidak bisa dilakukan begitu begitu saja,
melainkan apabila terjadi pelanggaran terhadap kaidah hukum barulah sanksi dapat
diterapakan. Terkait permasalahan yang dijelaskan diatas beradasarkan ketentuan Pasal 21
ayat (2) huruf a dan b Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, di dalamnya telah menyebutkan bahwa , setiap orang
dilarang untuk :
1. Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memilki, memelihara, mengangkut dan
memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadan hidup; dan
2. Menyimpan, memilki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang
dilindungi dalam keadaan mati.
Lebih lanjut bagi pelaku yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan di atas
akan dikenakan sanksi pidana dengan pidana penjara paling ama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (Seratus juta rupiah) sesuai dengan ketentuan Pasal 40
ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.
BAB. III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya pemerintah dalam melindungi satwa langka di wilayah Indonesia dengan
telah dikeluarkannya peraturan perundang-undangan dimana peraturan tersebut mengatur
semua jenis satwa langka yang dilindungi oleh Negara dan upaya pelestarian dengan
konservasi satwa langka.
Bagi pelaku yang menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memilki,
memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa dilindungi baik itu hidup, maupun
mati akan dikenakan sanksi pidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paing banyak Rp 100.000.000,00 ( seratus juta rupiah).
B. Saran
1. Diharapkan peraturan yang dikeluarkan pemerintah tersebut dapat diketahui dan dipahami
masyarakat sehingga memberikan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga
dan melestarikan satwa langka khususnya Mentilin (Tarsius bancanus).
2. Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diharapkan lebih berupaya melestarikan
fauna khas Belitung Tarsius yang hampir punah melalui membangun kembali kawasan
hutan yang menjadi habitat spesies hewan langka itu untuk hidup dan berkembang biak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentng Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
2. Peraturan Pemerintah No. 7
Lingkungan Hidup.
Tahun 1999 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
3. Undang-Undang No, 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
4. Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
5. Rakyat Pos.com/primata khas babel yang hampir punah 2017
GAMBAR
Mentilin (Tarsius bancanus)
Download