11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Biaya
Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono
(2002:253) menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber–sumber
ekonomi yang sudah terjadi atau akan terjadi yang dinyatakan dalam satuan uang
untuk tujuan tertentu. Menurut Mulyadi (2005:8) biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Halim (1997:4) mendefinisikan biaya sebagai pengeluaran yang telah
terjadi yang digunakan dalam proses produksi. Seluruh biaya-biaya yang terjadi
tersebut akan membentuk harga pokok yang apabila dibagi dengan unit yang
diproduksi akan menghasilkan harga pokok per unit produk. Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya adalah kas atau ekuivalen kas
yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa, baik yang memberi
manfaat untuk masa sekarang atau masa yang akan datang.
2.1.2 Penggolongan Biaya
Penggolongan merupakan suatu proses pengelompokan secara sistematis
untuk seluruh elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih
ringkas dan terperinci untuk dapat memberikan informasi yang lebih akurat.
Menurut Mulyadi (2005:13), ada beberapa cara penggolongan biaya yaitu :
11
1) Penggolongan biaya yang sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan/aktivitas
perusahaan yaitu :
(1) Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi bahan produk jadi yang siap untuk dijual.
(2) Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk.
(3) Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya yang digunakan untuk
koordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
2) Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan
dibebankan yaitu :
(1) Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah pengeluaran yang dapat
memberikan manfaat (benefit) pada beberapa periode akuntansi, atau
pengeluaran yang dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi
yang akan datang. Misalnya pengeluaran untuk pembelian mesin.
(2) Pengeluaran penghasilan (revenue expenditures) adalah pengeluaran
yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana
pengeluaran tersebut terjadi. Misalnya pengeluaran iuran untuk biaya
iklan, dan biaya tenaga kerja.
3) Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas
yaitu :
(1) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan
tanpa dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.
12
(2) Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
(3) Biaya semi variabel (semi variable cost) adalah biaya yang berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel
mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
4) Penggolongan biaya sesuai dengan obyek biaya atau pusat biaya yang
dibiayai :
(1) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya
karena adanya sesuatu yang dibiayai.
(2) Biaya tak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai, atau dapat dikatakan sebagai biaya yang
manfaatnya dinikmati oleh berbagai obyek biaya atau pusat biaya. Dalam
hubungannya dengan departemen, biaya tak langsung adalah biaya yang
terjadi di suatu departemen tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari
satu manajemen.
5) Penggolongan biaya yang bertujuan untuk pengendalian biaya :
(1) Biaya terkendali (controllable cost) adalah biaya yang secara langsung
dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan dalam jangka waktu tertentu.
(2) Biaya tak terkendali (uncontrollable cost) adalah biaya yang tidak dapat
dipengaruhi oleh seorang pimpinan berdasarkan wewenang yang dimiliki
dalam jangka waktu tertentu.
13
6) Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan :
(1) Biaya relevan (relevant cost) adalah biaya yang akan mempengaruhi
pengambilan keputusan, maka biaya tersebut harus diperhitungkan dalam
pengambilan keputusan.
(2) Biaya
tak
relevan
(irrelevant
cost)
adalah
biaya
yang tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan, maka biaya tersebut tidak perlu
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
2.1.3 Pengertian dan Elemen-elemen Harga Pokok Produksi
Menurut Tunggal (2000:244) harga pokok adalah biaya yang melekat pada
barang yang dipindahkan dari pabrik ke persediaan barang jadi, sedangkan harga
pokok produksi adalah biaya manufaktur yang berkaitan dengan barang–barang
yang diselesaikan dalam periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi merupakan gambaran jumlah
biaya manufaktur yang dikeluarkan pada saat memproses suatu barang yang telah
deselesaikan dengan persediaan awal dan akhir barang setengah jadi pada periode
tertentu.
Menurut Simamora (2005:42) elemen–elemen harga pokok produksi
dibagi menjadi tiga (3) unsur, yaitu:
1) Biaya bahan baku adalah biaya komponen fisik produk. Biaya bahan baku
dapat dilekatkan (dibebankan) secara langsung kepada produk karena
pengamatan fisik dapat untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh
setiap produk.
14
2) Biaya tenaga kerja langsung adalah semua balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada semua karyawan perusahaan kepada semua karyawan
perusahaan yang langsung dapat ditelusuri ke pembuatan produk
3) Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada
produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi
tertentu.
2.1.4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Metode pengumpulan harga pokok produksi adalah suatu cara atau teknik
pengumpulan biaya yang terjadi dalam proses produksi suatu produk. Menurut
Mulyadi (2005:35), metode pengumpulan harga pokok produksi dari sifat
pengolahan produk dapat dilakukan dengan dua metode :
1) Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok
produksi dimana biaya dikumpulkan untuk setiap produksi dimana biaya
dikumpulkan untuk setiap pesanan, kontrak, atau jasa secara terpisah, dan
untuk setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya.
2) Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok
produksi dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu.
2.1.5 Perbedaan Harga Pokok Pesanan dengan Metode Harga Pokok Proses
Menurut Mulyadi (2005:64) perbedaan antara metode harga pokok
pesanan dengan metode harga pokok proses terletak pada :
15
1) Pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut
pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya
produksi per departemen produksi per periode akuntansi.
2) Perhitungan harga pokok produksi per satuan
Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan
produk dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan
tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang
bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah selesai
diproduksi, sedangkan metode harga pokok proses menghitung harga pokok
produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang
dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan selama periode yang bersangkutan, dan perhitungan ini dilakukan
setiap akhir periode akuntansi.
3) Penggolongan biaya produksi
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan
menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya
produksi langsung dibebankan pada produk berdasarkan biaya sesungguhnya,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Dalam metode harga pokok proses,
pembedaan biaya produksi langsung dan tidak langsung sering kali tidak
diperlukan, terutama jika perusahaan menghasilkan satu macam produk. Oleh
karena harga pokok persatuan produk dihitung tiap satu bulan, maka
16
umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya
yang sesungguhnya terjadi.
4) Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya
bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi lain
selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam metode ini,
biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka, sedangkan dalam metode harga pokok proses, biaya
overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku, bahan
penolong, dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung maupun tidak
langsung). Dalam metode ini, biaya overhead pabrik dibebankan kepada
produk sebesar biaya sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.
2.1.6 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi
Tujuan penentuan harga pokok produksi menurut Mulyadi (2005:65)
adalah sebagai berikut :
1) Untuk menentukan harga jual produk
Bila suatu hasil produk dibawa ke pasar maka sebagai dasar pertimbangan
dalam penentuan harga jual adalah biaya produksi dari barang tersebut.
2) Untuk memantau realisasi biaya produksi
Hal ini dilakukan dengan membandingkan rencana produksi untuk jangka
waktu tertentu dengan informasi biaya produksi yang sesungguhnya
dikeluarkan sehingga dapat diketahui suatu perusahaan bekerja secara efisien
atau tidak.
17
3) Untuk menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu
Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan
dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan
rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu.
2.1.7 Sistem Akuntansi Biaya Konvensional
Sistem akuntansi biaya konvensinal sering pula disebut dengan sistem
akuntansi biaya tradisional. Akuntansi biaya konvensional adalah akuntansi biaya
yang didesain untuk perusahaan manufaktur dan yang berorientasi pada penentuan
kos produk dengan fokus biaya pada proses produksi.
Akuntansi biaya konvensional dibagi menjadi dua tipe : (1) akuntansi
biaya
dengan
fokus
ke
perhitungan
kos
produk
dan
(2)
akuntansi
pertanggungjawaban (Mulyadi, 2007:100). Kedua tipe akuntansi biaya tersebut
dikembangkan pada waktu pengolahan data akuntansi dilaksanakan secara manual
(tulis tangan). Akuntansi biaya konvensional didesain untuk perusahaan
manufaktur yaitu perusahaan yang kegiatan pokoknya mengolah bahan baku
menjadi produk jadi dan menjual produk jadi tersebut kepada customer.
Pada awal perkembangannya, akuntansi biaya hanya difokuskan kepada
pengendalian biaya melalui akuntansi pertanggungjawaban. Dalam akuntansi
pertanggungjawaban ini, biaya dihubungkan dengan manajer yang memiliki
wewenang atas biaya tertentu, agar manajer tersebut dapat merencanakan dan
mengendalikan biaya yang menjadi tanggungjawabnya. Berikut ini adalah
18
penjelasan yang lebih rinci mengenai akuntansi biaya dengan fokus ke
perhitungan kos produk dan akuntansi pertanggungjawaban.
1) Akuntansi Biaya dengan Fokus ke Perhitungan Kos Produk
Akuntansi biaya konvensional ini berfokus ke biaya produksi. Biaya produksi
adalah biaya berkaitan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk
jadi. Biaya produksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu : (1) biaya produksi
langsung dan (2) biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi inilah yang
diperhitungkan ke dalam kos produk.
2) Akuntansi
Pertanggungjawaban : Akuntansi Biaya yang Berfokus ke
Pengendalian Biaya.
Akuntansi biaya yang berfokus pada pengendalian biaya ini lebih dikenal
dengan nama akuntansi pertanggungjawaban. Akuntansi biaya ini mulai
mengalihkan orientasi pengolahan data biaya dari perhitungan kos produk ke
pengendalian biaya. Akuntansi pertanggungjawaban mengolah data biaya
melalui
dua
tahap
:
(1)
pengolahan
data
biaya
menurut
pusat
pertanggungjawaban dan (2) pengolahan data biaya untuk penentuan kos
produk.
Pengolahan data biaya menurut pusat pertanggungjawaban dijadikan
prioritas
utama
dalam
akuntansi
pertanggungjawaban
menyajikan
pertanggungjawaban,
untuk
pertanggungjawaban
pertanggungjawaban.
informasi
biaya
memungkinkan
Akuntansi
menurut
manajer
pusat
pusat
mempertanggungjawabkan realisasi biaya yang
dianggarkan oleh manajer pusat yang bersangkutan (Mulyadi, 2007:111).
19
2.1.8 Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Sistem Konvensional
Langkah-langkah penentuan harga pokok produksi dengan sistem
akuntansi biaya konvensional, yaitu (Simamora, 2005:109) :
1) Tahap Pertama, penelusuran biaya departemen .
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan secara
langsung ke masing–masing produk.
2) Tahap kedua
Biaya overhead dibebankan ke produk sesuai tarif overhead yang disusun
dengan cara biaya overhead dibagi dengan basis tertentu, jam mesin, jam
tenaga kerja, biaya tenaga kerja langsung, dan sebagainya. Sedangkan
overhead yang dibebankan = tarif
overhead x unit cost driver yang
digunakan dalam metode konvensional.
2.1.9 Kelemahan–kelemahan Sistem Akuntansi Konvensional
Sistem akuntansi biaya tradisional tidak baik untuk memasuki lingkungan
bisnis yang kompetitif, turbulen, dan yang didalamnya customer memegang
kendali bisnis. Berikut ini diuraikan kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional
(Mulyadi&Setyawan, 2005:681) :
1) Akuntansi biaya tradisional menggunakan allocation intensive dalam
memperlakukan biaya overhead pabrik sehingga cost produk yang dihasilkan
tidak akurat, karena alokasi menggunakan dasar yang bersifat sembarang
(tanpa hubungan sebab–akibat)
2) Dalam lingkungan bisnis yang didalamnya customer dominant, biaya-biaya
yang berkaitan dengan pilihan customer menjadi meningkat, seperti biaya
20
setup mesin karena bervariasinya pesanan dari customer, biaya perubahan
desain karena semakin memulihnya sifat customer. Penggunaan hanya
volume–related driver dalam membebankan biaya overhead pabrik kepada
produk menjadikan perhitungan biaya overhead yang dibebankan kepada
produk menjadi tidak akurat.
3) Akuntansi biaya tradisional tidak fit untuk menghadapi lingkungan bisnis
bisnis yang kompleks dan kompetitif, karena hanya mampu menghasilkan
laporan biaya dengan dimensi tunggal (single dimensional cost report).
Lingkungan bisnis sekarang memerlukan multidimensional cost report.
4) Informasi akuntansi biaya tradisional hanya dapat dimanfaatkan oleh
manajemen puncak dan pihak luar perusahaan melalui laporan akuntansi yang
disajikan oleh fungsi akuntansi.
2.1.10 Metode Activity Based Costing System (ABC) System
ABC System adalah suatu pendekatan penentuan biaya produksi yang
membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang
disebabkan karena aktivitas (Kamaruddin, 2005:15). Menurut Mulyadi (2007:96)
ABC System juga berarti sistem informasi biaya yang berbasis aktivitas yang
didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam
jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas.
Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta
pengurangan biaya dan penentuan secara akurat kos produk/jasa sebagai tujuan.
Sistem informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dagang.
21
2.1.11 Pengertian Aktivitas
Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu
biaya (cost driver) yakni bertindak sebagai faktor penyebab (causal factor) dalam
pengeluaran biaya dalam organisasi (Simamora, 2005:144). Aktivitas adalah
peristiwa, tugas, atau satuan pekerjaan dengan tujuan tertentu.
Aktivitas menunjukkan bagaimana waktu dimanfaatkan dalam suatu
departemen atau pusat biaya. Aktivitas menghasilkan keluaran untuk memenuhi
kebutuhan tertentu customer, intern, atau ekstern. Aktivitas diyakini sebagai
penyebab timbulnya biaya, oleh karena itu fokus pengelolaan diarahkan ke
aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya aktivitas tersebut. Aktivitas dijadikan
sebagai cost objek yang penting untuk menyediakan informasi activity cost bagi
pengambil keputusan, sehingga informasi tersebut memampukan pengambil
keputusan dalam pengelolaan aktivitasnya (Mulyadi, 2007 : 10).
Untuk menyederhanakan pengklasifikasian aktivitas dalam proses
produksi, maka aktivitas digolongkan kedalam empat kategori pokok, yaitu :
1) Aktivitas berlevel unit (Unit–Level Activities) adalah aktivitas yang dikerjakan
setiap kali suatu unit produk diproduksi. Besar kecilnya aktivitas ini
dipengaruhi oleh jumlah unit yang diproduksi. Yang dikelompokkan dalam
aktivitas ini adalah aktivitas pemakaian bahan baku, penggunaan bahan
penolong, tenaga kerja langsung, listrik dan air.
2) Aktivitas berlevel batch (Batch-level activities) adalah aktivitas yang
dikerjakan setiap kali satu batch produksi, besar kecilnya aktivitas ini
dipengaruhi oleh jumlah batch yang diproduksi contohnya aktivitas inspeksi.
22
3) Aktivitas berlevel produk (Produk–level activities) merupakan aktivitas yang
diperlukan untuk mendukung berbagai macam produk yang dihasilkan dan
dijual
oleh
perusahaan.
Contohnya
adalah
aktivitas
penelitian
dan
pengembangan produk, perekayasaan proses, mendesain produk, perubahan
perekayasaan dan peningkatan produk.
4) Aktivitas berlevel fasilitas (Facility–level activities) adalah aktivitas yang
dikerjakan untuk menopang proses pemanufakturan umum yang diperlukan
untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi suatu
produk namun besar dan kecilnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan
volume atau bauran produk yang diproduksi. Contohnya: keamanan dan
penggudangan, pemeliharaan mesin dan peralatan pabrik, penyusutan gedung
pabrik, penyusutan mesin dan peralatan, penerangan pabrik serta aktivitas
manajemen pabrik yang bersifat adminitrasi seperti pengelolaan pabrik dan
karyawan.
2.1.12 Manfaat Activity Based Costing (ABC) System
Menurut Kamaruddin (2005:18), manfaat–manfaat ABC System adalah :
1) Menyajikan biaya produk lebih akurat dan informal, yang mengarahkan
pengukuran profabilitas produk lebih akurat terhadap keputusan stratejik,
tentang harga jual, lini produk, dan pengeluaran modal.
2) Pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh aktivitas,
sehingga membantu manajemen meningkatkan nilai produk (product value)
dan nilai proses (process value).
23
3) Memudahkan memberikan informasi tentang biaya yang relevan untuk
pengambilan keputusan.
Menurut Mulyadi (2007:93) manfaat yang dijanjikan oleh ABC System
adalah:
1) Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh
perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa bagi customer.
2) Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis
aktivitas.
3) Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana
pengurangan biaya.
4) Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan.
2.1.13 Kelemahan Activity Based Costing (ABC) System
Kelemahan-kelemahan ABC System yaitu (Kamaruddin, 2005:18) :
1) Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan karena sulitnya
menemukan aktivitas biaya tersebut. Contohnya pembersihan pabrik dan
pengelolaan produksi.
2) Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari analisis. Contohnya
iklan, riset, pengembangan dan sebagainya.
3) Penelusuran dan waktu yang dikonsumsi, disamping memerlukan biaya yang
mahal dan memerlukan waktu yang cukup lama.
24
2.1.14 Kekuatan sesungguhnya Activity Based Costing (ABC) System
ABC System didesain sebagai sistem informasi biaya untuk menyediakan
informasi
tentang fakta
(informing)
dan
memberdayakan
(empowering)
manajemen dan karyawan dalam pengurangan biaya dan perkiraan biaya secara
andal. Kekuatan sesungguhnya ABC System terletak pada dua fungsi yaitu
(Mulyadi, 2007:195) :
1) Informing yaitu kemampuan ABC System dalam menyediakan informasi
untuk memantau kinerja personel dalam mewujudkan rencana.
2) Empowering yaitu kemampuan ABC System dalam menghasilkan informasi
untuk memberdayakan manajemen dan karyawan dalam pengurangan biaya
dan perkiraan biaya secara andal.
2.1.15 Pemacu biaya (cost driver)
Pemacu biaya (cost driver) adalah faktor–faktor yang kejadiannya
menimbulkan biaya (Supriyono, 2002:652), sedangkan Hansen & Mowen
(2000:39) mendefinisikan penggerak (driver) adalah faktor yang menyebabkan
perubahan penggunaan sumber daya, penggunaan aktivitas dan biaya.
Pemacu biaya (cost driver) diklasifikasikan kedalam dua jenis utama, yaitu
pemacu biaya (cost driver) yang berkaitan dengan volume produksi dan pemacu
biaya (cost driver) yang tidak berkaitan dengan volume produksi (Supriyono,
2002:652).
1) Pemacu biaya yang berkaitan dengan volume produksi adalah pemacu–
pemacu biaya yang dianggap memacu sejumlah biaya yang berkaitan dengan
volume produksi dalam hal ini variabilitas biaya–biaya pemanufakturan
25
dianggap dapat diterangkan dengan besarnya jam tenaga kerja langsung,
biaya tenaga kerja langsung, jam mesin dan biaya bahan baku.
2) Pemacu biaya yang tidak berkaitan dengan volume produksi adalah pemacu–
pemacu biaya yang dianggap memacu sejumlah biaya pemanufakturan karena
terdapatnya diversitas dan kompleksitas produk. Diversitas dan kompleksitas
produk disebabkan karena ukuran volume produksi, ukuran bentuk maupun
karakteristik lainnya. Jika perusahaan memproduksi berbagai macam produk
yang berbeda maka akan timbul sejumlah biaya yang terjadi karena pola
aktivitas yang memproduksi setiap jenis produk berbeda. Dalam hal ini fokus
pengukuran biaya diarahkan bersama bukan pada produk tetapi kedalam unit–
unit yang menimbulkan aktivitas–aktivitas terjadi. Contoh pemacu biaya ini
adalah orderan pembelian, putaran produksi, dan banyaknya pengiriman.
2.1.16 Langkah–langkah Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut
Activity Based Costing (ABC) System
Menurut Supriyono (2002:270), adapun langkah–langkah yang
dilakukan untuk menghitung biaya atas dasar aktivitas dalam menentukan
harga pokok ada dua tahap :
1) Tahap pertama :
(1) Penggolongan berbagai aktivitas
Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama ABC System adalah
penggolongan berbagai aktivitas. Aktivitas adalah pekerjaan yang
dilaksanakan dalam organisasi. Berbagai aktivitas diklasifikasikan
26
kedalam berbagai kelompok aktivitas yang mempunyai hubungan fisik
yang jelas dan mudah ditentukan.
(2) Pengasosasian biaya dengan aktivitas
Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah kedua adalah
menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok aktivitas
berdasarkan pelacakan langsung dengan driver–driver sumber.
(3) Penentuan kelompok–kelompok biaya homogen
Setelah menghubungkan biaya dengan aktivitas maka dilanjutkan dengan
langkah ketiga yaitu penentuan kelompok–kelompok biaya homogen.
Kelompok biaya homogen adalah sekumpulan biaya overhead yang
terhubungkan dengan logis dengan tugas–tugas yang dilaksanakan dan
berbagai macam biaya tersebut dapat dijelaskan oleh cost driver tunggal.
Jadi, agar dapat dimasukkan kedalam suatu kelompok biaya yang
homogen, aktivitas–aktivitas overhead harus dihubungkan secara logis
dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio
konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver.
Cost driver tentunya harus dapat diukur sehingga overhead dapat
dibebankan ke berbagai produk.
(4) Penentuan tarif kelompok homogen
Jika kelompok–kelompok biaya yang homogen telah ditentukan, maka
langkah keempat adalah penemuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool
rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk
suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total
27
biaya overhead untuk aktivitas biaya tertentu dibagi dasar pengukur
aktivitas kelompok tersebut. Perhitungan tarif kelompok ini merupakan
langkah terakhir dalam tahap pertama.
2) Tahap kedua
Pembebanan biaya ke produk dengan memakai tarif pool dengan mengalikan
tarif kelompok dengan unit–unit cost driver yang digunakan. Biaya–biaya
aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi atau permintaan
aktivitas masing–masing produk. Jadi, dalam tahap ini biaya pool dan ukuran
besarnya sumber daya yang dikonsumsikan oleh setiap produk. Tarif
kelompok ini merupakan penyederhanaan kuantitas cost driver
yang
digunakan oleh tiap produk dan dengan demikian overhead yang dibebankan
dari setiap kelompok biaya ke setiap produk, dihitung dengan rumus :
BOP dibebankan = Tarif kelompok x unit cost driver yang digunakan.
2.1.17
Perbedaan antara Metode Konvensional dan Activity Based Costing
(ABC) System
Akuntansi manajemen konvensional hanya menggunakan penggerak
berdasarkan unit, cenderung lebih intensif alokasi, perhitungan harga pokok
produk yang sempit dan baku, memusatkan pikiran pada pengendalian biaya,
menyediakan sedikit informasi aktivitas, menekankan pada kinerja unit organisasi
individual, dan menggunakan ukuran kinerja keuangan. Akuntansi manajemen
kontemporer menggunakan penggerak berdasarkan unit dan non unit, intensif
dalam penelusuran, perhitungan harga pokok produk yang luas dan fleksibel,
memusatkan pada pengendalian aktivitas, menyediakan informasi aktivitas secara
28
rinci, menekankan kinerja sistem secara keseluruhan, dan menggunakan ukuran
kinerja keuangan serta non keuangan (Hansen&Mowen, 2000:325).
2.1.18 Activity Based Costing (ABC) System dalam Dua Dimensi
Gambar 2.1 Model Dua Dimensi Biaya Berdasarkan Aktivitas (Two-Dimensional
Activity Based Costing Model)
Cost Assignment View
Resource Cost
Assignment of resource
Costs to activity cost pools
Associated with
Significant activities
Process View
Activity analisis
Root
Causes
Activity Evaluation
Activity
triggers
Activities
Performance
Measures
Assignment of activity
Costs to cost objects
Using second-stage
Cost drivers
Cost Objects
(Products or services
Prodused, customers)
Sumber : Hilton (2005:225)
Menurut Hilton (2005:224) penggunaan informasi
ABC System untuk
mengembangkan operasi dan mengeliminasi biaya-biaya non nilai tambah disebut
29
dengan Activity Based Management (ABM). Gambar 2.1 menggambarkan
hubungan antara ABC System dan ABM disebut dengan istilah Model Dua
Dimensi Biaya Berdasarkan Aktivitas (Two-Dimensional Activity Based Costing
Model).
Dimensi vertikal pada model tersebut menggambarkan pandangan
penetapan biaya dalam ABC System. Dilihat dari titik pandang penetapan biaya,
ABC System menggunakan dua tahap alokasi biaya untuk menetapkan sumbersumber biaya terhadap tujuan-tujuan biaya perusahaan. Biaya yang dimaksud
seperti produk yang dihasilkan, layanan yang dihasilkan, atau pelanggan yang
dilayani.
Pada dimensi horizontal yang ada pada Gambar 2.1, digambarkan titik
pandang proses dari sebuah ABC System. Penekannya ditujukan pada aktivitas itu
sendiri yaitu beragam proses yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan
dalam organisasi. Sisi kiri Gambar 2.1 menggambarkan analisis aktivitas, dimana
identifikasi rinci dan penjelasan terhadap aktivitas perusahaan dilakukan. Analisis
aktivitas memerlukan identifikasi tidak hanya dari aktivitasnya saja, namun juga
akar penyebabnya, kejadian yang memicu terjadinya aktivitas, dan hubunganhubungan antara aktivitas yang ada.
Sisi kanan Gambar 2.1 menggambarkan evaluasi terhadap aktivitas
melalui pengukuran-pengukuran performa. Dengan melakukan pengukuran
performa seluruh kegiatan secara terus menerus dan membandingkan performa
dengan pembebanan, perhatian manajemen dapat diarahkan pada aktivitas yang
tidak penting atau tidak efisien. Dalam proses-proses analisis aktivitas dan
30
evaluasi inilah cakupan ABM. Pada Gambar 2.1, aktivitas-aktivitas yang terdapat
pada bagian tengah kedua dimensi merupakan titik pusat ABC System dan ABM.
2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Rosita (2004) meneliti tentang Analisis Activity Based Costing (ABC)
System sebagai dasar dalam menentukan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan
Plastik Eka Surya Makmur Singosari–Malang. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan penelitian deskriptif dengan jenis penelitian studi
kasus. Pendekatan yang digunakan digunakan untuk menganalisis data adalah
pendekatan kuantitatif non statistik. Hasil analisis data ini menunjukkan adanya
perbedaan harga pokok produksi per jenis produk antara metode konvensional dan
ABC System. Pada ABC System diketahui bahwa harga pokok produksi per jenis
produk yang dihasilkan ada yang lebih rendah dan ada yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode konvensional. Tas kresek mengalami understated
sebesar Rp. 613,93 per kilogramnya, sedangkan kantong plastik mengalami
overstated sebesar Rp. 93,97 per kilogramnya. Sumber dari distorsi ini terletak
pada pembebanan BOP metode konvensional yang didasarkan pada tarif tunggal,
sedangkan suatu produk dapat mengkonsumsi BOP secara berbeda. Persamaan
penelitian diatas dengan penelitian ini adalah sama meniliti perbandingan
perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode akuntansi biaya
konvensional dan dengan metode activity based costing (ABC) system, sedangkan
perbedaan penelitian ini adalah pada lokasi penelitian. Lokasi penelitian pada
penelitian ini adalah pada PT. ACS Denpasar yang berlokasi di Ngurah Rai
International Airport Denpasar.
31
Wiratmaja (2006) meneliti tentang Analisis Sistem Penentuan Biaya
Produksi pada Cahaya Lestari Glass Gianyar. Objek dalam penelitian ini adalah
biaya produksi per unit masing–masing produk pada Cahaya Lestari Glass
Gianyar. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah Biaya Bahan Baku, Biaya
Tenaga Kerja langsung dan Biaya Overhead Pabrik. Teknik analisis yang
digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan prosedur 2
tahap, yaitu tahap pertama penentuan tarif kelompok dengan empat langkah, yaitu
penggolongan berbagai aktivitas, penentuan kelompok–kelompok biaya yang
homogen dan penentuan tarif kelompok. Pada tahap kedua, biaya untuk masing–
masing kelompok overhead ditelusur ke produk, untuk selanjutnya dibandingkan
dengan metode konvensional. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan besarnya biaya produksi untuk produk water glass,
bowl glass, candle glass, oil glass, wine glass, plate glass, dan art glass
berdasarkan sistem akuntansi biaya konvensional dan berdasarkan ABC System.
Selisih yang ditimbulkan dari perhitungan masing–masing produk tersebut
berturut–turut adalah sebesar Rp. 527, Rp. (2.759), Rp. 489, Rp. (380), Rp
(1.923), Rp. (2.576), dan Rp. 1.724.
32
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah sama-sama
meneliti perbandingan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
metode akuntansi biaya konvensional dan dengan metode activity based costing
(ABC) system, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah pada lokasi penelitian
dan variabel yang diteliti. Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah pada PT.
ACS Denpasar yang berlokasi di Ngurah Rai International Airport Denpasar.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Biaya Bahan Baku, Biaya
Tenaga Kerja Langsung, Biaya Overhead, Unit Produksi, dan Aktivitas.
33
Download