BAB 2 Landasan Teori 2.1. Teori Umum 2.1.1. Sistem Informasi Sistem informasi menurut Satzinger , Jackson & Burd (2012) “An Information System is a set of interrelated computer components that collects, processes, stores (usually in a database) and provides as output the information needed to complete a business tasks.” Stair dan Reynolds mengatakan di bukunya yang berjudul Principles of Information Systems (2010 : 4), “Information Systems (IS) is a set interrelated component that collects, manipulates, stores, and disseminates data and information and provide a feedback mechanism to meet an objective.” Menurut Marakas dan O’Brien (2013 : 6), sistem informasi merupakan kombinasi terorganisir dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber data, dan ketentuan dan prosedur yang menyimpan, mengambil, mengubah, dan menyebarkan informasi di dalam organisasi. Marakas dan O’Brien (2013 : 3) juga mengatakan bahwa sistem informasi dan teknologi, termasuk sistem informasi berbasis internet, mempunyai peran vital dan besar dalam bisnis. Teknologi informasi dapat menolong semua jenis bisnis meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari proses bisnis, pengambilan keputusan manajerial, dan kolaborasi di dalam pekerjaan kelompok, yang lalu akan menguatkan posisi kompetitif mereka dalam pasar yang selalu berubah. Manfaat ini terjadi entah saat teknologi informasi itu sendiri digunakan untuk mendukung tim pengembangan, proses customer support, transaksi ecommerce, atau aktivitas bisnis lainnya. Teknologi dan sistem informasi merupakan unsur esensial untuk kesuksesan bisnis pada lingkungan global yang dinamis di jaman ini. 1 Terdapat tiga peran vital yang dilakukan oleh sistem informasi untuk perusahaan: Mendukung proses dan operasi bisnis Mendukung pengambilan keputusan yang dilakukan oleh karyawan dan manajer Mendukung strategi – strategi untuk manfaat kompetitif Gambar 2.1 Bagan peranan fundamental sistem informasi Gambar 2.1 mengilustrasikan bagaimana peranan fundamental ini berinteraksi di dalam sebuah organisasi. Sistem informasi dirancang untuk mendukung proses dan operasi bisnis yang menyediakan data, atau menerima data dari sistem yang berfokus pada pengambilan keputusan atau mencapai manfaat kompetitif. Marakas dan O’Brien (2013 : 7-8) Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan kelompok dari komponen komputer berhubungan yang bekerja sama untuk tujuan menerima, menyimpan, menyediakan, dan menyebarluaskan informasi di dalam sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan bisnis tertentu. 2 2.1.2. Sistem Menurut Stair dan Reynolds (2010: 8) “System is a set of elements or components that interact to accomplish goals. The elements themselves and the relationships among them determine how the system works.” Marakas dan O’Brien (2013 : 3) mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari komponen yang saling terinterelasi, dengan batasan yang terdefinisikan dengan jelas, bekerja sama untuk mencapai sebuah kelompok tujuan. Sedangkan Sage (2014 : 30) berpendapat bahwa sistem merupakan kombinasi antara berinteraksi dengan komponen yang saling bergantungan. Struktur dari sistem didefinisikan sebagai interaksi antara komponen-komponen, dan sistem mempunyai beberapa fungsi yang diambil dari interaksi tersebut. Sebuah sistem mempunyai tujuan tertentu dan cara-caranya dalam meraihnya. Berdasarkan pengertian–pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kelompok dari komponen–komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. 2.1.3. Informasi Stair dan Reynolds (2010 : 5) mendefinisikan informasi sebagai kumpulan dari fakta–fakta yang terorganisir agar mempunyai nilai lebih dari hanya sekedar nilai fakta individual. Menurut Baltzan (2014 : 7) Informasi adalah data yang telah dikonversikan menjadi konteks yang bermakna dan membantu. Mempunyai informasi yang akurat dan di waktu yang tepat dapat bernilai sangat banyak. Sebaliknya, mempunyai informasi yang salah di waktu yang tepat; atau informasi yang akurat di waktu yang salah dapat menjadi bencana. Kebenaran tentang informasi yaitu bahwa nilainya akan baik jika orang–orang dapat menggunakannya dengan benar. Baltzan (2014 : 214) mengatakan bahwa informasi merupakan sesuatu yang ampuh. Informasi dapat memberitahukan sebuah organisasi bagaimana kinerja operasi saat ini dan dapat membantu mengestimasi dan menyusun strategi tentang bagaimana kinerja operasi di masa depan. Kemampuan untuk 3 mengerti,mencerna, menganalisa, dan menyaring informasi merupakan kunci untuk pertumbuhan dan kesuksesan semua profesional didalam semua industri. Informasi dapat disimpulkan sebagai data yang telah diubah menjadi konteks yang bermakna dan bernilai. Informasi yang telah terorganisir dapat membantu organisasi mengestimasi dan menyusun strategi untuk kompetisi masa depan. 2.1.4. Kinerja Karyawan Menurut Sagala & Jauvani (2011) kinerja adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan peranannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya. Menurut pendapat Gomez-Mejia dan Balkin (2012 : 11) “Organizational performance depends, to a large extent, on how resources are allocated and management’s ability to adapt to changing conditions. In successful organizations, people are managed wisely and resources are used efficiently and effectively. This helps managers reach key organizational goals, such as keeping the company functioning in a changing external environment in which technology, governmental activities, and competitions create constant challenges.” Menurut Yusuf, Hamid, Eliyana, Bahri & Sudarisman (2012) pada jurnalnya yang berjudul The Antecedents of Employee's Performance : Case Study of Nickel Mining's Company, Indonesia.menyatakan kinerja karyawan merupakan sebagai hasil individu yang berdasarkan ukuran dan standar perilaku untuk pekerjaan yang terkait. Kinerja karyawan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku yang mengarah ke hasil, terutama perilaku yang dapat merubah lingkungan dengan cara tertentu. Kinerja karyawan adalah catatan hasil yang dihasilkan dalam fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu yang terkain dengan tujuan organisasi. Sedangkan menurut Widyaningrum (2011 : 100-115) pada jurnalnya yang berjudul “Pengaruh keadilan Organisasi Terhadap Kepuasaan Kerja, 4 Komitmen dan Organization Citizenship Behavior Pegawai (Studi Kasus di Rumah Sakit Bersalin Pura Raharja Surabaya)” menyatakan hakikatnya kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan tersebut. Kinerja merujuk pada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik, maka kinerja dinyatakan dengan baik dan sukses. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan merupakan nilai dari hasil kerja individual dalam melaksanakan tugasnya untuk menyelesaikan tugasnya di dalam suatu perusahaan. 2.1.5. Tender Menurut Mike Maile (2014),\ “A tender is put out when large-scale buyers advertise their needs and invite bids or tenders from a range of suppliers. Put simply, a tender /bid/request for proposal (RFP) is an offer in writing to carry out work or to supply goods/services at a certain price.” Sebelum pemilik usaha mulai mencari tender mereka harus yakin bahwa bisnis mereka mempunyai fokus yang sesuai, contoh: - Tender hanya untuk kontrak yang memenuhi fokus atau lingkup bisnis. - Berencana untuk menggunakan setiap tender yang dimenangkan untuk membangun modal di dalam industri – meningkatkan reputasi dengan supplier Menurut Offenberg & Pirinsky (23 Oktober, 2014) pada junral penelitiannya yang berjudul How do Acrquirers Choose between Mergers and Tender Offers? menyatakan bahwa tender merupakan suatu aktivitas dimana pembeli mengajukan harga yang dapat diterima oleh penjual yang mempunyai pilihan untuk menjual atau tidak menjual sesuai dengan harga yang ditawarkan. Tender merupakan cara yang efektif bagi perusahaan untuk mendapatkan kualitas produk atau jasa terbaik dengan harga yang paling dapat diterima. 5 Maka dapat disimpulkan bahwa Tender adalah tawaran untuk mengajukan harga, memborong pekerjaan, atau menyediakan barang yang diberikan oleh perusahaan atau pemerintah kepada perusahaan-perusahaan lain. 2.1.6. Management Stephen, Coulter & Robbins (2012 : 36) mendeskripsikan Management sebagai pekerjaan yang mencakup pengkoordinasian dan pemantauan aktivitas pekerjaan orang lain agar pekerjaan mereka terselesaikan dengan efektif san efisien. Menurut Daft (2007 : 8) manajemen adalah pencapaian sasaran–sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumber daya organisasi. Menurut Stoner, Freeman, & Gilbert (2006 : 5) manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, manajemen dapat disimpulkan sebagai suatu proses kepemimpinan, pengorganisasian dan pengendalian upaya untuk pencapaian tujuan organisasi yang efektif dan efisien. 2.2. Teori Khusus 2.2.1. Data Data merupakan fakta mentah yang mendeskripsikan karakteristik dari sebuah kejadian atau objek. Sebelum menjadi informasi, manajer akan mengumpulkan dan menganalisa data secara manual. Baltzan (2014 : 6) Menurut Rainer & Cegielski (2011 : 10) data adalah deskripsi dari benda, kejadian, aktivitas, dan transaksi yang tercatat, diklasifikasi, dan disimpan tetapi tidak diatur untuk mengandung arti yang spesifik. Data dapat berbentuk angka, huruf, suara, dan gambar. 6 Data dapat disimpulkan sebagai karakteristik dari sebuah kejadian atau obyek yang belum diatur untuk mengandung arti yang spesifik. 2.2.2. Knowledge Knowledge merupakan keterampilan, pengalaman, dan keahlian, digabungkan dengan informasi dan kepintaran, yang menciptakan sumber intelektual seorang manusia. Baltzan (2014 : 6). Menurut Rainer & Cagielski (2011 : 10) pengetahuan terdiri dari data dan informasi yang telah diatur dan diproses untuk mendapatkan pemahaman, pengalaman, pelajaran, dan keahlian sehingga mereka berguna untuk masalah bisnis. Dengan demikian, knowledge dapat disimpulkan sebagai keterampilan, pengalaman atau keahlian yang dikombinasikan untuk menciptakan sumber intelektual agar berguna untuk pemecahan masalah. 2.2.3. Proses Bisnis Menurut Rainer & Cegielski (2011 : 7) proses bisnis merupakan kumpulan dari aktivitas yang berhubungan yang menghasilkan suatu produk atau jasa yang menjadi nilai untuk organisasi, mitra bisnisnya, dan pelanggannya. Sebuah proses bisnis organisasi dapat menghasilkan keuntungan kompetitif jika berhasil mendorong perusahaan untuk berinovasi dan melakukan pekerjaan lebih baik daripada pesaingnya. Menurut Baltzan (2014 : 64) proses bisnis merupakan sebuah kelompok aktivitas terstandar yang menyelesaikan sebuah tugas spesifik, seperti memproses sebuah pesanan pelanggan. Proses Bisnis mengubah sebuah kelompok input ke sebuah kelompok output benda atau jasa untuk orang atau proses lain dengan menggunakan keahlian manusia atau alat. Pengertian proses bisnis dapat membantu visi seorang manajer melihat operasi keseluruhan sebuah organisasi. 7 Menurut Harrington (1991 : 9) proses bisnis adalah semua jenis proses yang mendukung mekanisme produksi seperti pesanan, penggajian, dan manufaktur. Sebuah proses bisnis mengadung sebuah kelompok tugas-tugas yang saling berhubungan yang menggunakan sumber daya organisasi untuk menyediakan hasil yang terdefinisi dalam mendukung objektif perusahaan. Menurut Whitten (2007 : 21) proses bisnis adalah tugas-tugas yang responsive terhadap kejadian bisnis seperti sebuah pesanan. Bisnis proses ialah pekerjaan, prosedur, dan aturan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas bisnis. Maka dapat disimpulkan proses bisnis adalah aktivitas yang menghasilkan output tertentu dan didalamnya terdapat penekanan bagaimana aktivitas itu dijalankan serta menjelaskan suatu awalan (input) dan akhiran (output). 2.2.4. Pengambilan Keputusan Stephen, Coulter, & Robbins (2012 : 207-210) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses delapan langkah yang dimulai dengan mengidentifikasikan sebuah masalah dan berakhir dengan mengevaluasi hasil dari keputusan. Berikut adalah delapan langkah pengambilan keputusan menurut Stephen, Coulter, & Robbins: 1. Mengidentifikasi masalah 2. Mengidentifikasi kriteria keputusan 6. Memilih alternatif 5. Menganalisa alternatif 7. Mengimplementasi alternatif 3. Mengalokasi beban ke dalam kriteria 4. Mengembangkan alternatif 8. Mengevaluasi efektivitas keputusan Gambar 2.2 Langkah Pengambilan Keputusan 8 Menurut Gomez-Meija & Balkin (2012 : 168) “Decision making is the process of identifying problems and opportunities and resolving them or taking advantage of them. Company decisions are made by managers, teams, and individual employees, depending on the scope of the decision and the design and structure of the organization. Organizations with decentralized structures delegate more decisions to teams and front-line employees.” Bloodgood & Salisbury (31(1) : 55-69) 2011) dalam jurnalnya yang berjudul “Decision Support System” menyatakan “Decision-making is the focal point of strategy in any business, and advances in technology have provided opportunities to improve both its quality and effectiveness. IT has provided businesses with competitive advantages aiding in the decision-making process. Technology opens new areas of resources creating pathways that allow businesses to optimize their decision-making. The success or failure of a business relies heavily on technology, which has become an essential part of the decisionmaking process. Having the knowledge to make the right decision is critical from the beginning of the process.” Diartikan dalam Bahasa Indonesia yaitu; pengambilan keputusan merupakan titik fokus dari strategi di dalam bisnis apapun, dan kemajuan teknologi menyediakan keuntungan kompetitif dalam membantu proses pengambilan keputusan. Teknologi membuka lapangan sumber daya baru, menciptakan jalur yang memperkenankan bisnis-bisnis untuk mengoptimasi pengambilan keputusan mereka. Kesuksesan atau kegagalan dari sebuah bisnis bergantung berat pada teknologi, yang telah menjadi bagian esensial dari proses pembuatan keputusan. Mempunyai pengetahuan untuk mebuat keputusan yang benar itu kritis sejak awal proses. . Sehingga dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa pengambilan keputusan meupakan proses identifikasi masalah untuk tujuan evaluasi yang dilakukan oleh manajer. 9 2.2.5. Vendor Menurut Skjott-Larsen & Schary (2007 : 20) “A vendor, or a supplier, is an enterprise that contributes goods or services. Generally, a supply chain vendor manufactures inventory/stock items and sells them to the next link in the chain.” Menurut Hitt, Ireland, & Hoskisson (2011) Supplier atau vendor merupakan organisasi kompetitif didalam industri tertentu yang memproduksi produk atau jasa dan menyalurkannya kepada bisnis-bisnis yang membelinya. Maka dapat disimpulkan bahwa vendor dapat diartikan sebagai perusahaan dalam industri tertentu yang berkontribusi memproduksi produk atau jasa dan menjualnya kepada pembeli. 2.2.5.1. Pemilihan Vendor Menurut Rainer & Cagielski (2011 : 411-413) terdapat enam cara bagi organisasi untuk memilih vendor software: Langkah 1: Mengidentifikasi vendor berpotensi. Organisasi dapat mengidentifikasi vendor software dan aplikasi berpotensi melalui berbagai sumber: Katalog software Daftar yang disediakan vendor hardware Jurnal dagang dan teknis Konsultan dan analis industri Kerabat di perusahaan lain Pencarian web Langkah 2: Menentukan kriteria evaluasi. Tugas paling sulit dan krusial dalam mengevaluasi vendor yaitu memilih kelompok kriteria evaluasi. Beberapa area yang harus dikembangkan antara lain: Karakteristik vendor Kebutuhan fungsional sistem Kebutuhan teknis software 10 Jumlah dan kualitas dokumentasi Dukungan dari vendor Langkah 3: Mengevaluasi vendor. Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan seberapa jauh jarak antara kebutuhan perusahaan dan kemampuan dari vendor.. Langkah 4: Memilih vendor. Pada tahapan ini perusahaan akan menentukan vendor mana yang terpilih dan memodifikasi paket sesuai kebutuhan IT perusahaan. Langkah 5: Menegosiasikan kontrak. Penting diketahui bahwa disetiap kontrak menunjukan referensi langsung yang akan digunakan oleh vendor untuk mendokumentasikan fungsionalitas sistem. Langkah 6: Membuat Service Level Agreement. SLA merupakan kesepakatan bersama yang mengspesifikasikan bagaimana pekerjaan dibagikan antara pihak perusahaan dan vendor. Disini akan dijelaskan bagaimana pemeriksaan kualitas akan dilakukan. Dapat disimpukan dalam pemilihan vendor yang baik dapat memperhatikan langkah-langkahnya yaitu, mengidentifikasi vendor berpotensi, menentukan kriteria evaluasi, mengevaluasi vendor, memilih vendor, menegosiasikan kontrak, service level agreement. 2.2.6. Keakuratan Sistem Informasi Rapp & Braasch (2014) Penentuan keakuratan mengandung pengawasan, pertimbangan, dan pengambilan keputusan. Keakuratan informasi mempunyai sumber yang dapat dipercaya atau apakah isi dari informasi memberikan pernyataan yang tepat bagi pembacanya untuk tujuan komprehensinya. Menurut Rapp & Braasch (2014) keakuratan sistem informasi memiliki karakteristik antara lain : 1. Proses informasi Salah satu sifat keakuratan atau tidak keakuratan informasi merupakan sebuah sebuah proses mekanisme pengolahan informasi yang bersifat 11 eksplisit. Didalam berbagai macam proses informasi akan ditentukan dan diolah berdasarkan topik yang berhubungan sehingga dapat menghasilkan validitas yang tampak atau bisa juga dikatakan keakuratan. 2. Konten Salah satu karakteristik dari keakuratan adaalah konten. Faktor ini sangat krusial, karena mengandung kepercayaan individu dan evaluasi informasi yang kuat. 3. Pengetahuan Dalam keakuratan sistem informasi, pengetahuan dapat mengutilasikan keakuratan dan mengurangi ketidak akuratan yang disebabkan kelalaian manusia. Pengetahuan teoritis dari penelitian sebelumnya juga dapat memberikan nilai evaluasi dan perkembangan sehingga orang yang membaca informasi tersebut dapat melihat nilai akurat dan kesamaan informasi-informasi terdahulu. Maka dapat disimpulkan keakuratan sistem miliki 3 karakteristik yaitu, proses informasi, konten, dan pengetahuan. 2.2.7. Tampilan Sistem Informasi Menurut Satzinger (2010 : 324-325) tampilan sistem merupakan proses deskripsi, organisir, dan strukturiksasi komponen dari sebuah sistem pada level arsitektur dan detil, dengan tampilan pembuatan sistem. Menurut Whitten (2007 : 33) desain atau tampilan sistem informasi merupakan spesifikasi atau konstruksi dari solusi teknis untuk kebutuhan bisnis yang telah diidentifikasi pada sebuah analisa sistem. Menurut Satzinger (2010 : 126) Aspek Screen design dan report layout terdapat pada tampilan sistem. Model sebuah tampilan sistem grafis biasanya memiliki screen design atau report layout. Model ini menggunakan simbol untuk merepresentasikan benda-benda yang lebih abstrak, seperti agen eksternal, proses, data, objek, pesan, dan koneksi. Model ini dipakai ketika ingin merepresentasikan aspek sebuah sistem yang lebih abstrak. 12 Screen Design merupakan sebuah perencanaan bagaimana dan dimana anda akan menaruh objek-objek pada layar seperti logo, pesan, dan lainnya. Sebuah screen design yang baik akan mudah dilihat oleh user dan tertata dengan rapi. http://www.berighteous.com/euphoria/3a.html. Diakses tgl 24 januari 2015 Sebuah report layout mengandung tiga bidang yang harus diperhatikan: sebuah gefooter, dan body. Pada bagian body, laporan mengandung data dari laporan. Biasanya terdapat text box, gambar, dan objek visual lainnya. https://msdn.microsoft.com/. Diakses tgl 24 januari 2015 Dapat disimpulkan tampilan sistem adalah bentuk tampilan yang menghubungkan secara langsung antara pengguna (user) dengan sistem operasi. 2.2.8. Penilaian Kinerja Karyawan Menurut Mathis & Jackson (2006) kinerja pada dasarnya kinerja meliputi elemen–elemen sebagai berikut : 1. Kuantitas dari hasil: Pencapaian sasaran atau target dalam kuantitas dapat diukur secara absolute, dalam presentase atau indeks 2. Kualitas dari hasil: Kualitas bersifat relatif, sehingga tidak mudah diukur, dan sangat tergantung pada selera individu. Kualtias dapat dilihat dengan dirasakan, dilihat, atau diraba. 3. Ketepatan waktu dari hasil: Dalam melakukan pekerjaan selalu membutuhkan waktu sebagai masukan. Waktu merupakan sumber daya yang berharga dan terbatas sehingga tidak dapat disimpan dan ditunda sehingga waktu harus digunakan secepat mungkin dan secara optimal. 4. Kehadiran atau absensi 5. Kemampuan bekerja sama: Dalam bekerja, setiap karyawan harus memiliki kemampuan bekerja sama dan mampu bekerja di dalam tim atau kelompok. 13 Menurut Mathis & Jackson (2006 : 378) kinerja adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja karyawan pada umumnya untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen-elemen yaitu kuantitas dari hasil, dan kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran dan kemampuan bekerja sama. Maka didapat kesimpulan penilaian kinerja dilihat dari kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketetapan waktu dari hasil, kehadiran dan kemampuan bekerja. 2.2.8.1. Faktor Utama Kinerja Menurut Mathis & Jackson (2006 : 113) kinerja karyawan adalah awal dari keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan dan ada 3 faktor-faktor utama yang mempengaruhi kinerja karyawan antara lain: 1) Kemampuan yang dimiliki oleh individu tersebut Meliputi minat, bakat, dan faktor kepribadian dari individu tersebut. Tingkat keterampilam merupakan bahan mentah yang dimiliki seseorang karyawan berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, kecakapan interpersonal, dan kecakapan teknis. 2) Usaha yang dicurahkan Meliputi motivasi, etika dalam bekerja dan kehadiran individu. Usaha yang dicurahkan dari karyawan bagi perusahaan adalah etika kerja, kehadiran dan budaya organisasinya. Tingkat usaha merupakan gambaran budaya organisasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Karyawan mempunyai tingkat keterampilan untuk mengerjakan pekerjaan, akan tetapi tidak akan bekerja dengan baik, jika hanya sedikit upaya yang diberikan. 3) Dukungan organisasional Meliputi dukungan dari perusahaan yang berupa penyediaan fasilitas seperti pelatihan dan pengembangan , peralatan dan teknologi, standar kerja, manajemen, serta rekan kerja dalam organisasi. 14 Maka dapat disimpulkan faktor utama kinerja karyawan yaitu kemampuan yang dimiliki individu, usaha yang dicurahkan dan dukungan organisasi. 2.2.8.2. Elemen Kinerja Elemen kinerja karyawan menurut Mathis dan Jackson (2006 : 378) : 1. Kuantitas dari hasil 2. Kualitas dari hasil 3. Ketepatan waktu dan hasil 4. Kehadiran, dan 5. Kemampuan bekerja sama Dimensi lain dari kinerja di luar beberapa yang umum ini dapat diterapkan pada berbagai pekerjaan. Kriteria pekerjaan atau (job criteria) atau dimensi yang spesifik dari kinerja pekerjaan akan mengidentifikasi elemen yang paling penting dalam pekerjaan tersebut. 2.2.8.3. Tujuan Penilaian Kinerja Karyawan Tujuan penilaian kinerja menurut Schermerhorn (2005 : 309) ada dua macam, yaitu sebagai berikut: 1. Tujuan evaluasi (evaluation purpose) Bermaksud agar para karyawan mengetahui dimana posisi mereka berdasarkan ketetapan dan sasaran kinerja. 2. Tujuan pengembangan (development purpose) Bermaksud untuk membantu dalam pelatihan serta melanjutkan pengembangan diri. Empat alasan perlunya penilaian kinerja menurut Dessler (2003 : 341), yaitu: 1. Penilaian menyediakan informasi untuk melakukan promosi atau kenaikan gaji. 15 2. Memberikan kesempatan untuk melihat kembali perilaku kerja karyawan. 3. Memberikan kesempatan untuk melihat rencana karir karyawan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahannya. 4. Membantu mengatur dan memperbaiki kinerja perusahaan dengan lebih baik. 2.2.9. Database Menurut Brown, DeHayes, Hoffer, Martin & Parkins (2011 : 52) “Database is a shared collection of logically related data that is organized to meet the needs of an organization.” Baltzan (2014) mendefinisikan database sebagai alat yang menjaga informasi yang mengandung tipe – tipe objek, kejadian, karyawan, dan tempat yang bervariasi. Baltzan juga berkata bahwa tujuan utama dari sebuah database yaitu untuk mengeliminasi terjadinya redudansi informasi dengan menyimpan semua bagian dari informasi didalam sebuah tempat pada database. “A database is an integrated collection of logically related data elements. A database consolidates records previously stored in separate files into a common pool of data elements that provides data for many applications. The data stored in a database are independent of the application programs using them and of the type of storage devices on which they are stored. Thus, databases contain data elements describing entities and relationships among entities.” O’Brien (2013 : 190). Berdasarkan pengertian – pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa database merupakan kumpulan intigrasi dari elemen data yang berhubungan sebagai alat yang menyimpan informasi, yang kemudian di kategorisasikan berdasarkan kebutuhan perusahaan. 16 2.2.10. Database Management System Dalam bukunya yang berjudul Managing Information Technology, Brown, DeHayes, Hoffer, Martin, & Perkins (2011 : 52) mengatakan, “Database Management System is software that is used to create, manage, and protect organizational data. A database management system works with the operating system to store and modify data and to make data accessible in a variety of meaningful and authorized ways.” Menurut Baltzan (2014 : 219) Database Management System berfungsi untuk membuat, membaca, memperbaharui, dan menghapus data didalam database ketika mengontrol akses dan keamanan. Manajer akan mengirimkan request kedalam DBMS, dan DBMS akan mengerjakan manipulasi data yang sebenarnya didalam database. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, Database Management System dapat diartikan sebagai sebuah software yang digunakan untuk menciptakan, mengatur dan melindungi data organisasi. 2.2.11. Efisiensi Menurut Stephen, Coulter, & Robbins (2012 : 36)“Efficiency refers to getting the most output from the least amount of inputs. Because managers deal with scarce inputs - including resources such as people, money, and equipment they’re concerned with the efficient use of those resources. It’s often referred to as “doing the right things” – that is, not wasting resources.” 2.2.12. Efektifitas Menurut Stephen, Coulter, & Robbins (2012 : 36) “Effectiveness is often described as “doing the right things” – that is, doing those work activities will help the organization reach its goal.” 17 2.2.13. Hubungan Antara Sistem Informasi Dengan Kinerja Karyawan Adapun keterkaitan antara variabel X yaitu Sistem Informasi dengan Variabel Y yaitu kinerja karyawan menurut menurut model Theory of Reasoned Action yang dikembangkan oleh Fishben dan Ajzen adalah: “Apabila perilaku tertentu selaras dengan perilaku sesungguhnya, maka Teknologi Sistem Informasi dapat meningkatkan kinerja individu dan sebaliknya”. Sistem Informasi Manajemen mengurus perencanaan dan pengembangan, manajemen, dan penggunaan dari alat-alat teknologi informasi untuk membantu karyawan mengerjakan semua tipe pekerjaan yang berhubungan dengan pengolahan dan manajemen informasi. Rainer & Cegielski (2011: 7) 2.2.14. Hubungan Antara Teknologi Informasi Dengan Kinerja Organisasi dan Karyawan Berikut adalah poin-poin yang menyimpulkan dampak penggunaan teknologi informasi di suatu organisasi: Untuk sukses didalam lingkungan jaman sekarang, dirasa perlu untuk mengubah model dan strategi bisnis TI memungkinkan organisasi untuk bertahan hidup dan berkembang didalam tekanan bisnis yang keras TI membutuhkan investasi yang besar dalam jangka waktu yang lama Organisasi dapat memanfaatkan platform untuk mengembangkan aplikasi berbasis Web, produk, dan jasa dan juga menyediakan customer service yang baik Sistem yang strategis menyediakan organisasi keuntungan yang memungkinkannya untuk meningkatkan nilai saham dan laba, negosiasi lebih baik dengan supplier, atau untuk mencegah pesaing untuk memasuki pasar. Sistem teknologi informasi integral untuk setiap area fungsional di dalam sebuah organisasi. Di dalam keuangan dan akuntansi, sebagai contoh, manajer menggunakan sistem teknologi informasi untuk meramalkan keuntungan dan aktivitas bisnis, menentukan sumber terbaik dan penggunaan modal, dan 18 mengerjakan audit untuk meyakinkan bahwa semua laporan dan dokumen keuangan organisasi akurat. Pada kesimpulannya, dari penjelasan – penjelasan sebelumnya, sistem informasi mendukung aktivitas karyawan didalam organisasi. Rainer & Cegielski (2011) 2.2.15. Hubungan Antara Keakuratan Sistem Informasi Dengan Kinerja Karyawan Menurut Baltzan (2014 : 224) Perusahaan yang mengembangkan integritas dan akurasi informasi akan meningkatkan penggunaan informasi organisasi oleh karyawan profesional. 2.2.16. Hubungan Antara Tampilan Sistem Informasi Dengan Kinerja Karyawan Menurut Baltzan (2014 : 88) tampilan digital menyediakan cara efektif dan efisien untuk melihat informasi dalam bentuk luas pada waktu real time. Terdapat korelasi langsung antara penggunakan tampilan digital dan Return On Investment perusahaan. 2.2.17. Kerangka Pemikiran Pada kerangka pemikiran, variabel independen atau variabel yang mempengaruhi variabel lain terdiri dari Keakuratan dan Tampilan sistem informasi TMS. Sedangkan Kinerja karyawan merupakan variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. 19 Keakuratan Sistem Informasi TMS (X1) Kinerja Karyawan (Y) Tampilan Sistem Informasi TMS (X2) Gambar 2.3 Hubungan antar variabel 2.2.18. Hipotesis Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hipotesis T-1 H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel Keakuratan Sistem Informasi TMS (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y). H1: Ada pengaruh yang signifikan dari variabel Keakuratan Sistem Informasi TMS (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y). Hipotesis T-2 H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel Tampilan Sistem Informasi TMS (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y). 20 H1: Ada pengaruh yang signifikan dari variabel Tampilan Sistem Informasi TMS (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y). Hipotesis T-3 H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel Keakuratan Sistem Informasi TMS (X1) dan Tampilan Sistem Informasi TMS (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y). H1: Ada pengaruh yang signifikan dari variabel Keakuratan Sistem Informasi TMS (X1) dan Tampilan Sistem Informasi TMS (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y). 2.2.19. Penelitian terdahulu Berdasarkan penelitian Anton Harlyanto berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI, SISTEM MANAJEMEN MUTU, DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJEMEN AKADEMI SEKRETARI DAN MANAJEMEN DON BOSCO” hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan teknologi dan sistem informasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajemen. Pengaruh yang didapat adalah sebesar 85, 8 % terhadap kinerja manajemen yang berarti bahwa hubungan antara sistem informasi yang diteliti mempunyai pangaruh yang sangat kuat terhadap kinerja manajemen. Berdasarkan penelitian Alexander J. McLeod Jr. yang berjudul “The Impact of Information Systems on End User Performance: Examining the Effects of Cognitive Style Using Learning Curves in an Electronic Medical Record Implementation” dapat disimpulkan bahwa sistem informasi membantu kinerja end user untuk memaksimalkan potensi pekerjaannya. Penelitian ini menghasilkan korelasi sebesar 96.6% antara variabel bebas dan variabel terikatnya. Artinya bahwa sistem informasi sangat berpengaruh terhadap kinerja end-user. 21