KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Film Sebuah film terbentuk dari beberapa unsur pembentuk didalamnya, Himawan Pratista lewat bukunya ‘Memahami film’ mengatakan bahwa film secara garis besar dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masingmasing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Bisa kita katakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik adalah merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok - yakni : Mise-en-scene yaitu segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah prosuksi film)., sinematografi, editing dan suara. Mise-en-scene terdiri dari empat aspek utama, yaitu : setting (latar), kostum dan tata rias (make up), - pencahayaan (lighting), para pemain dan pergerakannya (akting). Sinematografi yaitu mencakup seluruh perlakuan sineas terhadap kamera dan stok filmnya. Unsur Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni : kamera dan film, framing, serta durasi gambar.Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar dan sebagainya. Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketingian, pergerakan 11 12 kamera, dan seterusnya. Sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah obyek diambil gambarnya oleh kamera. - Editing. Definisi editing pada tahap produksi adalah proses pemilihan serta penyambungan gambar-gambar yang telah diambil. Sementara definisi editing setelah filmnya jadi (pasca produksi) adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shoot-nya - Suara yaitu seluruh suara yang keluar dari gambar, yakni dialog, musik, dan efek suara. Masing-masing elemen sinematik tersebut juga saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk gaya sinematik secara utuh. Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memilih unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh jalinan peristiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yakni, hukum kausalitas (logika sebab-akibat). Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen pokok pembentuk naratif. Bahan baku atau materi yang memadai belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik jika kita salah mengolahnya demikian juga sebaliknya. Sebuah film yang memiliki cerita atau tema kuat bisa menjadi tidak berarti tanpa pencapaian sinematik yang memadai. Sementara pencapaian sinematik yang istimewa bisa pula tidak berarti apa-apa tanpa pencapaian naratif yang memadai. Pertanyaannya sekarang bagaimana kita mengukur pencapaian naratif maupun sinematik yang memadai tersebut. Sineas dapat memilih alternatif bentuk teknik apapun sejauh sesuai dengan konteks naratifnya. Untuk mengukur memadai atau tidaknya sebuah pilihan tergantung kita sendiri sebagai penonton. 13 Bahasa film adalah kombinasi antara bahasa suara dan bahasa gambar. Sineas menawarkan sebuah solusi melalui filmnya dengan harapan tentunya bisa diterima dengan baik oleh orang yang menontonnya. Melalui pengalaman mental dan budaya yang dimiliknya, penonton berperan aktif secara sadar maupun tidak sadar untuk memahami sebuah film. Keberhasilan seseorang dalam memahami film secara utuh sangat dipengaruhi olehpemahaman orang tersebut terhadap aspek naratif serta aspek sinematik sebuah film. Kedua unsur tersebut apapun bentuknya pasti memiliki norma serta batasan yang bisa diukur. Jika sebuah film kita anggap buruk (kurang memadai) bisa jadi bukan karena film tersebut buruk namun karena kita sendiri yang masih belum mampu memahaminya secara utuh. Karena film Hamukti Palapa ini memiliki genre epik sejarah, maka disini penulis menyertakan definisi genre epik sejarah berdasarkan buku ‘Memahami Film’ karya Himawan Pratista. Genre epik sejarah umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos atau legenda. Film berskala besar (kolosal) ini sering kali menggunakan setting mewah dan megah, ratusan hingga ribuan figuran, variasi kostum dengan aksesori yang unik, serta variasi perlengkapan perang seperti pedang, tameng, tombak, helm, kereta kuda, panah, dan sebagainya. Film epik sejarah juga sering menyajikan aksi pertempuran skala besar yang berlangsung lama. Tokoh utama biasanya merupakan sosok heroik yang gagah berani dan disegani oleh semua lawannya. Genre biografi merupakan pengembangan dari genre epik sejarah. Namun tidak seperti biografi, tingkat keakuratan cerita dalam film epik sejarah seringkali dikorbankan, untuk lebih menyajikan adegan-adegan yang memukau. Adapun contoh film-film epik sejarah yang sukses antara lain : Cleopatra, The Last Emperor, Braveheart, Gladiator, Troy, Kingdom of Heaven, serta 300. 14 4.1.2 Teori Komposisi Pada Film Komposisi dalam sebuah film dapat disamakan dengan layout pada desain cetak, karena komposisi dalam film diartikan penempatan suatu objek dalam sebuah frame. Hal ini dapat disebabkan untuk mendapatkan motif-motif tertentu. Secara umum komposisi film dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni : Komposisi Simetrik Komposisi Simetrik sifatnya statis. Obyek terletak persis ditengah-tengah frame dan proporsi ruang di sisi kanan dan kiri obyek relatif seimbang. Komposisi simetrik dapat digunakan untuk berbagai macam motif dan simbol seperti, efek tertutup, terperangkap, atau keterasingan seorang karakter dari lingkungannya. Shot sebuah obyek yang besar dan megah sering kali menggunakan komposisi simetrik, seperti bangunan bersejarah, pusat pemerintahan, serta tempat ibadah. Efek stabilitas, disiplin, formal, juga dapat dicapai melalui komposisi simetrik, seperti tentara berbaris, orang berpidato, upacara kerajaan, upacara ritual keagamaan, upacara pernikahan, dan sebagainya. Komposisi Dinamik Komposisi dinamik sifatnya fleksibel dan posisi obyek dapat berubah sejalan dengan waktu. Komposisi waktu tidak memiliki komposisi yang seimbang (simetris) layaknya komposisi simetrik.ukuran, posisi, arah gerak obyek sangat mempengaruhi komposisi dinamik. Satu cara yang paling mudah untuk mendapatkan komposisi dinamik adalah dengan menggunakan aturan rule of thirds. Dalam rule of thirds, garis-garis imajiner membagi bidang gambar menjadi tiga bagian yang sama persis secara horisontal dan vertikal. Dari persimpangan garis-garis imajiner tersebut akan didapat empat buah titik simpang. Komposisi terbaik akan dicapai bila posisi obyek utama terletak dekat salah satu titik tersebut. Rule of thirds juga digunakan sebagai 15 panduan untuk meletakkan garis horison (cakrawala). Sineas umumnya meletakkan garis horison (cakrawala) pada garis sepertiga atas atau sepertiga bawah dan sangat jarang meletakkannya persis di tengah-tengah. Gambar 4.1 Rule of Thirds. Gambar 4.2 Contoh penerapan Rule of Thirds Arah gerak dan arah pandang obyek juga mempengaruhi komposisi dinamik. Ketika sebuah obyek atau karakter bergerak ke arah tertentu, ruang gerak (kosong) untuk obyek biasanya telah diberikan. Kasus yang sama juga tampak dalam shot dalam shot close-up. Ruang pandang (kosong) biasanya diberikan pada sisi atau arah dimana karakter tersebut memandang. Wajah karakter biasanya terletak di sisi pinggir frame dengan menyisakan sedikit ruang di belakang kepala dan menyisakan banyak ruang kosong didepannya. Ruang kosong di depan wajah ini sering diistilahkan lead space atau nose room. Jika dalam suatu shoot seseorang berjalan ke arah pinggir frame dan kamera tidak bergerak, maka tentu akan menyisakan banyak ruang kosong dibelakang orang tersebut. Seringkali hal ini merupakan shot antisipasi bagi para penonton dimana dari sisi yang kosong tersebut nantinya seseorang atau sesuatu akan masuk ke dalam frame. 16 Gambar 4.3 Jika obyek bergerak ke suatu arah, maka arah tujuannya dikosongkan. Gambar 4.4 Contoh penerapan Nose room 4.1.3 Teori Animasi Animasi secara umum berarti menghidupkan urutan still image (gambar yang tidak bergerak), atau teknik memfilmkan susunan gambar atau model untuk menggerakkan gambar ilusi. Berdasarkan penerapan dimensinya, animasi dapat dikelompokkan menjadi animasi 2 dimensi (2D) dan animasi 3 dimensi (3D). Animasi 2D adalah animasi yang dibuat hanya berdasarkan pola koordinat X dan Y, sehingga hanya dapat menggambarkan panjang, lebar dan luas. Sedangkan animasi 3D dibuat berdasarkan koordinat X, Y dan Z, sehingga animasi 3D dapat menggambarkan panjang, tinggi, luas, dan kedalaman sehingga menghasilkan suatu volume dan animasi yang dibuat akan tampak lebih nyata. Banyak faktor yang membuat sebuah animasi dapat dikatakan sebagai animasi yang bagus, namun bagi Rafe Sacks (CG Supervisor Infinite Frameworks, Batam), “Sebuah animasi atau visual efek yang baik adalah animasi yang ketika ditonton, anda benar-benar lupa bahwa itu dikerjakan oleh komputer. Jika anda mampu membuat karakter yang diyakini orang-orang bahwa itu nyata, maka anda berhasil.” (Rafe Sacks, Majalah Concept vol 04 edisi 22’2008, p34). Hal ini bukan semata-mata bahwa animasi yang baik adalah animasi yang secara visualisasi tampak realistis, namun lebih kepada perancangan karakteristik para tokoh dan tempat yang terdapat pada suatu animasi secara mendetail, sehingga penonton menjadi percaya bahwa apa yang mereka saksikan itu (seolah-olah) nyata. 17 4.1.4 Teori Warna Dalam sebuah film, nuansa warna juga harus mendapatkan perhatian yang khusus. Hal ini dikarenakan suatu warna dapat menggambarkan berbagai macam hal, tergantung dari apa yang ingin disampaikan oleh sineas. Menurut Martha Gill, makna warna pada setiap orang bisa diartikan berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh : - Basic Personality : bagaimana kepribadian orang tersebut ( apakah memiliki suatu pola pikir tertentu, memiliki selera warna tertentu, dapat menerima hal baru, dan lain-lain). - Culture : pemaknaan suatu warna tergantung dari kebudayaan yang berlaku disuatu tempat untuk menafsirkan warna itu sendiri, seperti merah bagi etnis Tiong Hoa sebagai warna keberuntungan, sedangkan bagi orang Indonesia merah diartikan ‘berani’. Putih mayoritas diartikan ‘suci’ bagi masyarakat Indonesia, namun oleh etnis Tiong Hoa putih diartikan sebagai warna kematian - Trend : Suatu tren yang berkembang dalam suatu masyarakat dapat menjadi suatu tolok ukur bahwa suatu warna memiliki makna tertentu, misalnya pada musim Pemilu, warna-warna cerah lebih cendrung mengacu pada atribut partai-partai politik. - Age : Usia juga mempengaruhi makna warna bagi setiap pribadi. Karena setiap perjalanan usia akan melalui berbagai macam peristiwa yang tentunya membawa makna tersendiri dari masing-masing hal, termasuk warna. 4.2 Strategi Kreatif 4.2.1 Fakta Kunci Sebagaimana disebutkan dalam definisi film bergenre epik sejarah pada landasan teori diatas yang menyatakan bahwa film bergenre ini cendrung mengorbankan keakuratan cerita untuk bisa lebih menampilkan adegan-adegan yang memukau, sehingga pada film Hamukti Palapa ini, ada beberapa bagian yang dimodifikasi untuk lebih memuaskan penonton, seperti misalnya tampilan arsitektur, kostum, maupun tampilan adegan pertempuran. 18 Paling tidak dalam unsur cerita, film Hamukti Palapa akan meminimalisir ketidakakuratan dengan sejarah yang sesungguhnya, sehingga film ini bisa menampilkan film yang memukau, sekaligus menyajikan kisah sejarah yang mendekati kebenaran. Demografi Usia : 15 – 25 tahun Jenis kelamin : pria dan wanita Gender : Film Hamukti Palapa ini ditujukan untuk laki-laki dan wanita. Usia : Film Hamukti Palapa ini ditujukan untuk penonton yang berusia 15-25 tahun. Hal ini dikarenakan untuk memahami film ini, paling tidak sebaiknya memiliki latar belakang pengetahuan sejarah mengenai Majapahit dan Gajah Mada. Sehingga usia 15 tahun yang merupakan usia Sekolah Menengah Atas, dianggap telah memiliki hal itu. Sosial Ekonomi Status Tingkat sosial menonton ini agar bisa menikmati film ini dengan baik, maka ditentukan kelas B sampai A+ sebagai target penonton film Hamukti Palapa. Geografi Penonton film ini diharapkan berdomisili di kota-kota besar di Indonesia, dimana para penonton film Hamukti Palapa diharapkan adalah orang-orang yang dapat menerima hal-hal baru serta modern. 19 Situasi dan Kondisi dimana film Hamukti Palapa diputar Karena film ini berkisah tentang usaha Gajah Mada mempersatukan Nusantara demi kejayaan Majapahit. Jika ditarik kesamaannya dengan Indonesia masa kini, maka kitapun harus memiliki semangat seperti Gajah Mada untuk berjuang demi kejayaan Indonesia, sehingga untuk memunculkan semangat seperti itu maka pemutaran perdana film Hamukti Palapa akan diputar pada hari kebangkitan nasional yakni pada tanggal 20 Mei 2012. Psikografi - Termasuk golongan penikmat film. - Selalu up to date dengan berita-berita terkini khususnya film-film terbaru. - Suka Membaca berbagai macam buku. - Suka bergaul dan memiliki tempat favorit untuk bercengkrama seperti kafe atau coffee shop. - Memiliki selera yang cukup tinggi dalam hal fashion sehingga hampir selalu mengikuti tren terbaru. - Memiliki hobi travelling mengunjungi tempat-tempat yang agak jauh sehingga dapat menerima berbagai kebudayaan lain. - Mempunyai apresiasi yang cukup tinggi terhadap seni, karya sastra, karya sinematografi dan karya fotografi. - - Memiliki apresiasi yang cukup tinggi terhadap karya anak bangsa. Aktivitas Target penonton yang cocok untuk menikmati film ini adalah para penonton yang: - Memiliki berbagai aktivitas untuk menambah informasi tentang berbagai macam hal terutama sejarah Majapahit, seperti membaca, browsing, - berdiskusi, menonton dan lain-lain. - Pribadi yang suka travelling sehingga penonton itu diharapkan dapat 20 menerima sesuatu yang baru dan berbeda. Minat Minat para target penonton film Hamukti Palapa ini diharapkan : - Memiliki minat untuk mengenal dan mempelajari sejarah dan peninggalan masa lalu terutama sejarah peninggalan Indonesia. - - Memiliki ketertarikan terhadap kisah-kisah roman, teori-teori kontroversi agar dapat menerima beberapa kontroversi dalam penyajian sejarah dalam film ini. - Memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar, sehingga setelah menonton ini para penonton diharapkan dapat lebih peduli terhadap sejarah Indonesia. - - Memiliki minat dan ketertarikan untuk menikmati dan memajukan karya anak bangsa. Pendapatan Untuk dapat menonton film dibioskop berarti para penonton tersebut telah bisa memenuhi kebutuhan primer mereka, sehingga mereka dapat mulai beralih untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier mereka. Berhubung hiburan untuk menonton di bioskop berupa kebutuhan tersier, sehingga kira-kira pendapatan penonton film Hamukti Palapa adalah + 2 juta per bulan. 4.2.3 Isu yang akan dikomunikasikan (The Big Idea) Isu yang akan dikomunikasikan dalam film Hamukti Palapa ini adalah seputar sepak terjang Mahapatih Gajah Mada dalam mewujudkan sumpahnya (Hamukti Palapa) yang menyatakan bahwa dirinya tidak akan menikmati segala macam kenikmatan dunia sebelum menaklukkan seluruh Nusantara. Film ini akan menggambarkan dari awal sumpah itu terucap, beberapa penaklukan, hingga berakhirnya perwujudan sumpah itu. 21 4.2.4 Keyword Kata kunci yang menjadi koridor dalam pengembangan The Big Idea diatas adalah “Megah, indah, epik sejarah” 4.2.5 Positioning Keunikan dari film Hamukti Palapa ini adalah film ini adalah menjadi film animasi pertama yang menggambarkan perwujudan Sumpah Palapa secara apik. Selain itu film ini dapat menjadi media hiburan sekaligus sebagai media edukasi tentang alur sejarah Gajah Mada. 4.2.6 Pendekatan Pendekatan yang dilakukan dalam film Hamukti Palapa ini adalah lebih melalui pendekatan emosional. Pendekatan emosional juga diterapkan pada faktor cerita, meskipun berdasarkan kisah nyata, namun dirancang sedemikian rupa untuk memancing emosional penonton. 4.3 Strategi Desain 4.3.1 Tone and Manner - Megah - Indah - Semangat 4.3.2 Strategi Verbal Agar penonton dapat menikmati dan memahami film Hamukti Palapa ini, serta agar pesan dalam film ini dapat sampai secara efektif kepada penonton, maka film ini menggunakan bahasa Indonesia yang baku, dengan beberapa adegan yang dianggap penting 22 atau sakral, seperti pengucapan Sumpah Palapa, digunakan bahasa aslinya sebagaimana tertulis dalam Kitab Pararaton disertai teks terjemahannya. Dalam mempromosikan film ini akan digunakan tagline “Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa”. Hal ini untuk menggambarkan tekad Gajah Mada dalam menyatukan Nusantara, disajikan dalam bahasa asli agar para penonton dapat lebih memahami arti sumpah itu setelah menonton film ini. 4.3.3 Strategi Visual Film Hamukti Palapa ini dibuat dengan eksekusi animasi agar bisa menggambarkan suasana kemegahan Majapahit secara imajinatif. Animasi yang digunakan dalam produksi film ini merupakan gabungan antara animasi 2D dengan animasi 3D, hal ini agar bisa memanfaatkan kelebihan dan meminimalisir kelemahan dari masing-masing jenis animasi tersebut. Untuk menunjang sisi estetika dari film ini, akan digunakan beberapa jenis komposisi yang digunakan dalam ilmu fotografi dan sinematografi. Warna-warna yang digunakan untuk menunjang sisi emosional dari setiap adegan dalam film ini, akan digunakan ilmu teori warna dalam Desain Komunikasi Visual. 4.4 Pemilihan Item Dalam pemilihan item untuk mendukung efektifnya tersampainya pesan film ini kepada penonton, maka dikelompokkan menjadi item utama dan item pendukung. Item utama ialah item yang dijadikan objek yang dinikmati oleh konsumen serta yang dimana pesan itu terdapat, tentunya yang dijadikan item utama ialah film Hamukti Palapa itu sendiri. Sedangkan item pendukung adalah item-item yang mengarahkan para calon penonton untuk menonton item utama, yakni film Hamukti Palapa. Selain itu item pendukung menjadi tampilan estetis luar dari film ini. Item pendukung yang digunakan dalam film Hamukti Palapa ini antara lain : 23 -- Cover DVD - Label DVD -- Poster utama -- Poster pendukung -- T-shirt -- Stiker -- Diorama