Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… KETERKAITAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MONTESSORI UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH DASAR PADA KURIKULUM 2013 Dyoty Auliya Vilda Ghasya1 ABSTRAK Kajian konseptual ini bersifat studi kepustakaan. Pada artikel ini memiliki beragam konsep yang saling terkait dan dibahas untuk mendapat suatu gagasan tentang keterkaitan penerapan metode pembelajaran Montessori untuk mencapai kompetensi dasar mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial sekolah dasar pada Kurikulum 2013. Salah satu mata pelajaran dalam kurikulum 2013 adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dalam Kurikulum 2013 meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai kejujuran, kerja keras; sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut dan sikap. Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran IPS Sekolah Dasar memiliki Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa. Berdasarkan hal tersebut, metode pembelajaran Montessori cocok diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Metode pembelajaran Montessori sendiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kedisiplinan yang memerdekakan dimana anak belajar dengan bebas memilih apa yang sesuai dengan kemampuan mereka, semua kegiatan harus berguna dan diamati oleh direktris. Kata Kunci: Metode Pembelajaran Montessori, Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Kurikulum 2013 1 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Dosen PGSD STKIP Bina Bangsa Getsempena. Email: [email protected] ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|112 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… Salah satu mata pelajaran dalam PENDAHULUAN Hakikat pendidikan merupakan upaya kurikulum 2013 adalah Ilmu Pengetahuan sadar yang dilakukan sebagai proses untuk Sosial (IPS). Pembelajaran IPS di Sekolah menjadikan manusia yang bermanfaat bagi Dasar dirinya sendiri, sesama manusia, lingkungan pengetahuan, beserta segenap isi dan peradabannya. Pada kejujuran, praktiknya sekolah atau lembaga pendidikan kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan menemui laju serta kepribadian yang didasarkan pada nilai- dunia nilai tersebut dan sikap. Dalam kurikulum perkembangan 2013, mata pelajaran IPS Sekolah Dasar zaman yaitu dengan melakukan perubahan memiliki Kompetensi Inti dan Kompetensi kurikulum. Hal ini merupakan salah satu Dasar yang harus dicapai oleh siswa. Akan faktor mengapa kurikulum selalu diperbarui tetapi, proses belajar mengajar IPS di Sekolah secara berkala. Dasar umumnya dianggap tidak menarik, sejumlah perkembangan pendidikan tantangan zaman. terhadap Kurikulum diperbarui Respon laju dalam untuk atas pendidikan dikembangkan dalam Kurikulum 2013 keterampilan, kerja keras; meliputi nilai-nilai sosial, budaya, akibatnya banyak anak-anak Sekolah Dasar dengan yang kurang tertarik untuk mendalami mata menonjolkan aspek yang dipandang lebih baik pelajaran IPS. Selain itu, memang ada dan atau anggapan bahwa mata pelajaran IPS tidak sebelumnya. begitu penting sehingga siswa dalam proses Sehingga kurikulum terbaru adalah hasil belajar mengajar tidak begitu serius dalam penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. mengikutinya. Salah satu faktor mata pelajaran meminimalisasi kelemahan dari kekurangan kurikulum Dewasa ini, kurikulum pendidikan di Indonesia menerapkan 2013. metode pembelajaran yang diterapkan oleh Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru guru kurang tepat, sehingga menimbulkan yang mulai diterapkan pada tahun ajaran kejenuhan bagi siswa. Selain itu, mata 2013/2014. Titik tekan pada kurikulum 2013 pelajaran IPS di Sekolah Dasar dianggap siswa adalah adanya peningkatan dan keseimbangan sebagai mata pelajaran yang hanya menghafal. soft skills dan hard skills yang meliputi aspek Padahal mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar kompetensi dan mengandung tujuan mengenal konsep-konsep kedudukan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat kompetensi yang semula diturunkan dari mata dan lingkungannya, berpikir logis dan kritis, pelajaran berubah menjadi mata pelajaran memiliki komitmen dan kesadaran terhadap dikembangkan dari kompetensi. Selain itu, nilai-nilai pembelajaran lebih bersifat tematik integratif kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan (Fadlillah, 2014:16). berkompetisi pengetahuan, ISSN 2355-0066 sikap, Kurikulum IPS dianggap tidak begitu penting karena keterampilan kemudian sosial dalam dan kemanusiaan, masyarakat yang Jurnal Tunas Bangsa|113 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan Di Sekolah Dasar; Konten Pembelajaran Ilmu global. Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar dalam Berkaitan dengan permasalah tersebut, Kurikulum 2013; Keterkaitan penerapan metode pembelajaran Montessori Metode dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif Mencapai Kompetensi Dasar Mata Pelajaran untuk diterapkan pada proses kegiatan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar Pada mengajar mata pelajaran IPS Sekolah Dasar. Kurikulum 2013. Metode pembelajaran Montessori menjadikan anak sebagai fokus pusat dari suatu proses belajar dalam pembelajaran, anak dituntut kemandiriannya dan pengajar hanya menjadi Pembelajaran Penerapan Montessori untuk 1. Hakikat Pembelajaran dan Belajar (skripsi Montessori hal 11.pdf) Pembelajaran Pendidikan yang maju memiliki pengarah yang memandu tanpa banyak campur metode pembelajaran yang baik. Pembelajaran tangan menurut Maria Montessori (Gutek, adalah proses komunikasi antar peserta didik 2013:4). dengan pendidik yang mampu memberikan Berdasarkan hal tersebut, gagasan ini suatu pengalaman kepada siswa. Kegiatan disusun melalui studi kepustakaan. Studi pembelajaran adalah proses pendidikan yang kepustakaan dilakukan terhadap sejumlah dilaksanakan secara sengaja yang memiliki literatur yang terbatas, meliputi literatur tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran Metode mata adalah proses menyampaikan suatu ilmu yang pelajaran ilmu pengetahuan sosial Sekolah terjadi antara pendidik dan siswa yang telah Dasar dan Kurikulum 2013. dirancang oleh pendidik. Pembelajaran Montessori, Adapun sistematikan penulisan paper ini meliputi: pendahuluan; Hakikat Pembelajaran menurut Corey (dalam Susanto, 2013:187) proses dimana lingkungan Pembelajaran dan Belajar; Karakteristik Siswa individu dengan Sekolah Dasar; Sejarah Metode Pembelajaran tingkah laku tertentu dalam kondidi-kondisi Montessori; tertentu atau menghasilkan respon terhadap Menurut Teori Perkembangan Montessori; Pembelajaran Sifat Metode dikelola dalam suatu situasi. Karakteristik Pembelajaran dalam pandangan Corey Metode Pembelajaran Montessori; Metode sebagai usaha mengkondisikan situasi untuk Pembelajaran Metode mendapatkan dengan Pembelajaran Pembelajaran Montessori; Anak sengaja Montessori; Montessori Sesuai hasil dari adalah suatu kegiatan tindakan. yang Karakter Anak; Kurikulum 2013; Karakteristik direncanakan oleh guru agar siswa belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial; sehingga mendapatkan kemampuan baru yang Tujuan melekat pada diri berkat usahanya. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial; Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|114 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… Keadaan jasmani seorang anak usia 6 Belajar Belajar adalah hal yang kompleks hingga 10 tahun memiliki pengaruh yang terjadi kepada setiap insan seumur hidup. tinggi terhadap prestasi anak kesehatan akan Belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang mempengaruhi peningkatan prestasi karena untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah dengan tubuh yang sehat dan baik anak laku yang baru sebagai hasil pengalaman mampu belajar dan menerima materi dengan dengan lingkungan (Slameto, 2010:2). Di baik. Vesta and Thomson (dalam Sukmadinata, tradisional yaitu anak akan mematuhi hal-hal 2009:156) senada dengan Slameto belajar yang adalah perubahan tingkah laku yang relatif Kecenderungan untuk membanggakan diri menetap sebagai hasil dari pengalaman. sendiri Sikap patuh mengikatnya dimana terhadap atau anak akan peraturan mengaturnya. bangga jika Jadi dari teori-teori diatas dapat mendapat pujian, semakin termotivasi menjadi diketahui belajar adalah suatu proses yang lebih baik, lebih senang menceritakan dirinya melalaui ataupun menyebutkan namanya. Fase ini anak praktek mendapatkan dimana sebuah seseorang dari senang membandingkan diri sendiri dengan pengalaman. Pengalaman juga merupakan hal orang lain, dengan ini anak termotivasi untuk yang dapat digunakan sebagai proses belajar, mengikuti orang yang lebih baik dengan sehingga mendapatkan membandingkan dirinya. Anak pada usia ini pengalaman dia akan belajar begitu pula orang memiliki kecenderungan ketika tidak mampu yang mengerjakan soal ia meyakini soal itu tidak seseorang belajar pengetahuan yang dia akan mendapatkan pengalaman. penting, anak menghendaki memiliki prestasi 2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar yang telah ditempuh (Yusuf, 2011:25). (skripsi Montessori hal 20.pdf) Masa dasar Fase berikutnya usia 9-13 tahun umumnya terletak pada usia 6 hingga 12 karakteristik siswa usia ini yaitu adanya minat tahun. Pada anak usia ini anak mampu pada hal-hal yang bersifat konkret, memiliki bereaksi intelektual. keinginan belajar yang kuat, terlihatnya bakat- Periode siswa sekolah dasar ini ditandai bakat khusus anak, anak pada usia ini dengan tiga kemampuan baru yaitu mampu memiliki keyakinan nilai raport adalah ukuran mengklasifikasikan, menyusun yang tepat untuk mengukur suatu prestasi menghubungkan menghitung angka usia terhadap dengan siswa sekolah belajar yang baik tanpa memperhatikan usaha rangsangan atau perhitungan atau angka- (Yusuf, 2011:25). seperti Masa sekolah ini akan diakhiri dengan menjumlahkan, mengurangi, membagi dan masa pueral. Masa pueral memiliki sifat-sifat mengalikan (Yusuf, 2011:178). khusus yaitu anak-anak ditunjukkan untuk berkuasa, anak senang dengan julukan-julukan ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|115 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… si jujur, si juara, si kuat. Ekstraversi, anak tersebut dapat dibuktikan bahwa anak memiliki kebutuhan fisiknya dengan memiliki tunagrahita dapat belajar dengan baik seperti teman sebaya. Pada masa akhir ini anak sudah anak yang lain (Magini, 2013:7-23). memiliki kemampuan memecahkan masalah Montessori memiliki keinginan untuk yang sederhana (Yusuf, 2011:25-26). Dalam mengembangkan sistem pedagogic ilmiah usia perkembangan kognitif siswa SD berada yang pada masa operasional konkret, masih terikat pertama, Montessori mempersiapkan guru dengan objek konkret yang dapat ditangkap yang oleh panca indera. Prinsip terpenting bahwa melakukan siswa SD masih berada dalam tahapan Kedua, anak diberikan kebebasan dalam operasional konkret yang membuat siswa belajar sesuai dengan bakat, minat serta belum mampu kemampuan siswa (Montessori, 2002: 28-30). remaja. Oleh berfikir karena seperti dalam mengajar di dunia dalam pengamatan pendidikan kelas dan untuk eksperimen, pembelajaran Montessori memulai penelitian di disekolah dasar harus disampaikan secara Cassa Dei Bambini yang diperuntukkan untuk konkret agar mudah dipahami. umur 3-6 tahun yang berasal dari daerah 3. Sejarah itu layaknya berbeda Metode Pembelajaran kumuh dengan intelektual yang kurang. Montessori (skripsi Montessori hal Dengan mengambil penelitian dari Itard dan 13.pdf) Senguin tentang penanganan anak tunagrahita Maria Montessori lahir di Italia Utara Montessori mengembangkan metodenya untuk pada tanggal 31 Agustus 1870. Ketertarikan mengajari Montessori membuatnya mempelajari tentang mengikutkannya dalam ujian bersama dengan penanganan anak tunagrahita. Montessori anak mulai mengenal tulisan-tulisan dan penelitian memuaskan anak-anak bermental terbelakang yang dilakukan oleh Jean-Marc Gaspard Itard, ini menurutnya tulisan tersebut dapat menjadi dibandingkan suatu pencerahan dan solusi bagi anak-anak (Montessori, 2002: 31-40). Cassa De Banbini tunagrahita. mengembangkan atau Rumah anak-anak didirikan pertama kali metode pendidikannya berdasarkan penemuan pada tanggal 6 Januari 1907 (Montessori, tersebut. Montessori merasa anak tunagrahita 2002:48). Montessori memiliki hak yang sama dengan anak-anak menulis sekolah dan negeri, memiliki hasil hasilnya ujian dengan 4. Teori membaca Perkembangan normal, melalui penelitian tersebut Montessori Menurut menyerukan Montessori hal 17.pdf) bahwa sebaiknya disekolah- sekolah dasar diberi kelas tambahan untuk Montessori sangat lebih anak-anak serta baik normal Anak (skripsi Perkembangan adalah suatu proses siswa tunagrahita. Montessori menciptakan pertumbuhan konsep mengajar anak tunagrahita, dan konsep secara bertahap dengan tetap mempertahankan ISSN 2355-0066 yang mengalami perubahan Jurnal Tunas Bangsa|116 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… bentuk aslinya. Montessori menggolongkan masa perkembangan anak menjadi 5. Sifat tiga Pembelajaran Montessori (miming hal 17.pdf) kelompok yaitu usia 0-6, 6-12 dan 12-18. Usia 0-6 tahun disebut sebagai usia Metode Sifat dari metode pembelajaran Montessori adalah: emas. Anak dengan mudah mampu menyerap 1. Anak-anak bekerja atau bermain dalam seluruh informasi yang ada disekitarnya. satu kelompok atau grup, baik group kecil Keseluruhan daya cipta anak pada umur 0-6 maupun besar. tahun bersumber dari pikiran bawah sadar. 2. Tidak ada aktivitas kompetitif. Kepekaan yang sangat luar biasa dan tajam 3. Pembelajaran dengan cara permainan atau atas benda-benda membangkitkan sedimikian di minat hebat. sekelinglingnya dan antusiasme Sehingga, keberhasilan games, tentu saja dengan material dan permainan yang mempunyai tujuan pembelajaran tertentu. perkembangan tahap pertama ini sangat 4. Suasana gembira dalam belajar. menentukan perkembangan tahap-tahap 5. Kelas aktif, karena anak-anak yang selanjutnya. Kemampuan krisis oral sensorik, bekerja krisis anal maskular dan krisis genetikel pembimbing. lokomotor harus dikuasai anak dalam usia 0-6 7. Penekanan pada proses, bukan pada produk. 8. Bebas memiliki stabilitas mental dan fisik yang baik. Sistem pemikiran anak sudah berkembang sebagai dan kreativitas. XIII). Masa usia 6-12 tahun, anak mengalami pertumbuhan tanpa perubahan lain. Anak guru 6. Lebih banyak pembinaan gerak motorik tahun, sehingga anak mampu berkembang pada tahap berikutnya (Montessori, 2008: XII- sedangkan bekerja dengan langkah dan material yang mereka pilih sendiri. 9. Lingkungan disiapkan untuk dengan baik, siswa sudah siap duduk di memaksimalkan pelajaran yang mandiri bangku pendidikan fomal. Anak sudah mampu dan mengundang anak untuk belajar dan memahami lingkungan sekitar. Tahap ini lebih bereksplorasi. dikenal dengan masa operasional konkret di 10. Guru sebagai perancang lingkungan, mana anak belum mampu memahami hal-hal peraga, penjaga, peninjau yang berbentuk abstrak (Montessori, 2008: pertumbuhan dan perilaku anak. tiap-tiap XIII-XVIII). Anak mengalami perkembangan 6. Karakteristik Metode Pembelajaran total pada usia 12-18 tahun, perubahan- Montessori (miming hal 17.pdf) perubahan Secara fisik kedawasaan 2008:32). tubuh sepenuhnya akan mencapai (Montessori, pembelajaran Montessori besar, metode memiliki 25 karakteristik yaitu: 1. ISSN 2355-0066 garis Menghargai anak Jurnal Tunas Bangsa|117 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… 2. Belajar kesopanan dan saling anak. Kedisiplinan yang ditekakan Montessori menghormati yaitu kedisiplinan 3. Menghargai sesama menguasai dirinya sendiri sehingga dia dapat 4. Motivasi intrinsik mengatur 5. Ragam budaya sendiri 6. Inisiatif komitmen (Montessori, 2002:86). 7. Kemampuan untuk menyesuaikan diri 8. Lingkungan yang dipersiapkan Montessori (Magini, 2013:52) berpendapat 9. Cosmic education bahwa dalam pembelajaran anak-anak dapat 10. Material yang mendidik bergerak bebas menentukan topik yang akan 11. Kepribadian mereka pelajari tanpa adanya interupsi dari 12. Penggabungan kurikulum pendidik. 13. Kemandirian kepentingan bersama, anak-anak dibiarkan 14. Sense of order melakukan hal yang mereka inginkan tetapi 15. Kebebasan memilih juga harus diamati oleh pendidik, pendidik 16. Pengelompokan secara heterogen memiliki posisi sebagai peneliti sehingga 17. Pembelajaran “hands-on” bertugas mengobservasi apa yang dilakukan 18. Kepekaan diri siswa (Montessori, 2002:88). dan 19. Cinta pekerjaan yaitu mengarahkan sehingga Atinah aktif anak Kebebasan Pendidikan pendekatan anak-anak Montessori adalah merupakan pendidikan 21. Peduli pada diri sendiri pembelajarannya melibatkan sensorial yang 22. Auto education dihubungkan dengan pengorganisasian saraf 23. Konsentrasi secara spontan dan lingkungan anak (lillard, 2005:324). 24. Guru sebagai fasilitator Metode 25. Disiplin diri pembelajaran yang menekankan kedisiplinan Metode pembelajaran sudah belajar 20. Moving 7. Metode Pembelajaran Montessori yang tindakannya mampu dalam sejarah mampu pembelajaran tersusun Montessori dalam adalah yang memerdekakan dimana anak belajar Montessori dengan bebas memilih apa yang sesuai dengan menjadikan anak sebagai fokus pusat dari kemampuan mereka, semua kegiatan harus suatu proses belajar dalam pembelajaran anak berguna dan diamati oleh direktris. dituntut kemandiriannya dan pengajar hanya Pembelajaran Montessori memberikan menjadi pengarah yang memandu tanpa kesempatan pada anak untuk 1) Bekerja banyak dengan campur tangan menurut Maria sendiri, 2) Bekerja tanpa Montessori (Gutek, 2013:4). Kedisiplinan mengandalkan suatu perintah, 3) Bekerja sangat Montessori, dengan kesungguhan atau konsentrasi yang kedisiplinan itu berasal dari kebebasan anak- tinggi, 4) Bekerja dengan kelompok atau ditekankan ISSN 2355-0066 oleh Jurnal Tunas Bangsa|118 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… lingkungan, 5) Menggali potensi diri dengan anak kemauannya sendiri (Lillard, 1996:98). Pengalaman dalam pembelajaran Montessori Pembelajaran suatu pengalaman. Montessori akan menjadi suatu acuan keberhasilan proses mendukung anak untuk bekerja dengan 1). belajar siswa, karena dengan pengalaman Mandiri, pendidik membantu siswa untuk siswa dapat mandiri melakukan tugasnya melakukan pekerjaan sendiri, bantuan (Magini, 2013:55). tidak terlalu di mendapatkan penting akan yang membuat Metode pembelajaran Montessori perkembangan terganggu sehingga pendidik memberikan kesempatan anak untuk bekerja bertugas mengobservasi, kemandirian yang secara mandiri, disiplin aktif tanpa menunggu terbentuk akan mengembangkan anak tumbuh perintah tidak terpengaruh akan hadiah dan menjadi hukuman, serta anak belajar bekerja dalam pribadi yang kompeten, 2). Penghapusan hadiah dan hukuman dalam kelas kelompok, Montessori hukuman dan hadiah bersifat mendukung perkembangan fisik dan mental. mendidik tidak melukai harga diri anak, Kebebasan hukuman yang diberikan bersifat memberi mendapatkan pengalaman karena pengalaman kesadaran tanpa mengurangi kebebasaan anak. adalah guru terbaik. 3). Bekerja dalam kelompok atau lingkungan anak dalam kelas Montessori akan memiliki kesadaran untuk aktif bekerja untuk membiarkan anak 7. Metode Pembelajaran Montessori Sesuai dengan Karakter Anak 1. Dengan kebebasan anak dalam memilih kelompok, karena melalui kedisiplinan aktif cara atau material dalam menyelesaikan ini pula anak belajar menghargai orang lain, pekerjaan, 4). langsung mengembangkan kepercayaan pendidikan kebebasan diartikan bekerja bebas dalam Konsep mampu anak biologis dalam kebebasan yang mendukung seluruh kepribadian anak baik anak-anak secara tidak diri, kreativitas dan kedisiplinan. 2. Kelompok atau grup membantu anak fisik maupun mental (Montessori, 2002:91- dalam 106). mendiskusikan pekerjaan atau kesulitan Metode pembelajaran Montessori menukar gagasan dan mereka dengan orang lain. yaitu metode pembelajaran yang berdasarkan 3. Full active. Kelas mempunyai interaksi proses perkembangan siswa dan panca indera. sosial yang tinggi karena anak-anak yang Filosofi menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri Montessori terlihat dalam karakteristik pendekatan Montessori yaitu pendidik, alat peraga dan dalam pembelajaran. Dalam metode pembelajaran Montessori dan guru hanya sebagai fasilitator. 4. Keragaman umur membentuk seperti keluarga, di mana pelajaran dapat kebebasan belajar anak adalah suatu yang berlangsung secara alami, anak yang lebih tidak boleh dilarang karena dengan kebebasan tahu/berpengalaman ISSN 2355-0066 akan belajar Jurnal Tunas Bangsa|119 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… bagaimana berbagi dengan orang lain mempersiapkan begitu juga anak yang tidak tahu belajar kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga untuk menangkap apa yang mereka negara yang beriman, produktif, kreatif dan interaksikan. inovatif 5. Learning by Doing. Sebagian besar pencapaian kurikulum dengan serta kehidupan siswa dapat agar memiliki berkontribusi bermasyarakat. Lebih pada lanjut, cara Fadlillah (2014:25) menyebutkan lima tujuan praktik langsung, sehingga memori anak dari Kurikulum 2013 adalah (1) meningkatkan sangat kuat dengan praktik tersebut yang mutu pendidikan dengan menyeimbangkan tentu saja praktik tersebut mempunyai hard skills dan soft skills melalui kemampuan tujuan pembelajaran tertentu. Anak-anak sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam mengajar diri mereka melalui aktivitasnya rangka menghadapi tantangan global; (2) bukan guru yang mengajari mereka membentuk dan meningkatkan sumber daya melalui suara atau perintah manusia yang produktif, kreatif, dan inovatif sebagi 8. Kurikulum 2013 Pada saat ini Indonesia menerapkan modal pembangunan meringankan tenaga bangsa; (3) pendidik kurikulum yang bernama Kurikulum 2013. menyampaikan Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru administrasi yang mulai diterapkan pada tahun 2013/2014. peran serta pemerintah pusat dan daerah serta Kurikulum ini merupakan pengembangan dari masyarakat kurikulum yang telah ada sebelumnya. menentukan Kurikulum 2013 lebih menekankan dalam materi mengajar; secara dan dan dalam (4) menyiapkan meningkatkan seimbang dalam mengendalikan kualitas pelaksanaan kurikulum; (5) pada adanya peningkatan dan keseimbangan meningkatkan persaingan yang sehat antar soft skills dan hard skills yang meliputi aspek satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan kompetensi yang akan dicapai karena sekolah diberikan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kedudukan kompetensi yang keleluasaan untuk mengembangkan semula diturunkan dari mata pelajaran berubah Kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan menjadi mata pelajaran dikembangkan dari pendidikan. kompetensi. Selain itu, pembelajaran lebih Dalam pembelajaran Kurikulum 2013 bersifat tematik integrative dalam semua mata terdapat karakteristik yang menonjol dari pelajaran. Dalam konteks ini, Kurikulum 2013 kurikulum-kurikulum berusaha Karakteristik tersebut dianataranya adalah lebih menanamkan nilai yang tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh siswa. Kurikulum 2013 secara umum memiliki tujuan untuk meningkatkan dan ISSN 2355-0066 sebelumnya. sebagai berikut. 1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah pendekatan pembelajaran scientific dan Jurnal Tunas Bangsa|120 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… tematik integrative. Pendekatan scientific dari KBK. Dalam melakukan pengembangan adalah pendekatan yang digunakan dalam kurikulum harus ada dasarnya, tidak asal pembelajaran melalui proses ilmiah. Apa berubah tanpa dasar atau landasan. Maka dari yang dipelajari dan diperoleh siswa itu dilakukan dengan indra dan akal pikiran perubahan kurikulum 2013 yaitu (1) relevansi sehingga pendidikan (link and macth); (2) kurikulum mereka mengalami secara terdapat landasan berbasis pengetahuan. pembelajaran konseptual (contextual teaching tersebut, siswa memecahkan Pendekatan pembelajaran pendekatan diharapkan masalah karakter; (3) mampu and learning); (4) pembelajaran aktif (student baik. active learning); (5) Penilaian yang valid, dengan scientific yang dan dalam langsung dalam proses mendapatkan ilmu Melalui kompetensi, konseptual adalah melalui proses utuh, dan menyeluruh. 9. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu mengamati, menanya, mencoba, menalar Pengetahuan Sosial dan mengomunikasikan. Karakteristik pada pembelajaran Ilmu 2. Karakteristik yang terdapat pada Pengetahuan Sosial adalah mempelajari Kurikulum 2013 yang selanjutnya adalah kehidupan sosial bermasyarakat serta memiliki kompetensi lulusan. Dalam hal ini, karakteristik dalam proses kegiatan belajar kompetensi lulusan berhubungan dengan mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat kompetensi Djahiri keterampilan. sikap, pengetahuan (dalam Sapriya, 2006:8) yang jika pada mengemukakan karakteristik IPS adalah (1) KTSP yang menautkan teori ilmu dengan fakta atau diutamakan adalah kemampuan kognitif, sebaliknya; (2) penelaahan pembelajaran IPS sedangkan pada Kurikulum 2013 yang bersifat komprehensif; (3) mengutamakan diprioritaskan adalah kemampuan sikap peran aktif siswa melalui proses belajar (afektif). inkuiri; (4) program pembelajaran disusun kurikulum Artinya, dan terdahulu 3. Pada kurikulum 2013 proses penilaian dengan meningkatkan atau menghubungkan pembelajaran menggunakan pendekatan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial penilaian otentik. Penilaian otentik adalah dan lainnya dengan kehidupan nyata di penilaian secara utuh, meliputi kesiapan masyarakat, siswa, proses dan hasil belajar. kebutuhan, dan memproyeksikannya kepada Menurut (2014: permasalahan, 66) kehidupan di masa depan; (5) IPS dihadapkan “Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari secara konsep dan kehidupan sosial yang kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang sangat labil; (6) IPS menghayati hal-hal, arti, pernah diuji coba pada tahun 2004”. Jadi dan penghayatan hubungan antar manusia kurikulum 2013 merupakan pengembangan yang bersifat manusiawi; (7) pembelajaran ISSN 2355-0066 Mulyasa pengalaman, Jurnal Tunas Bangsa|121 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… tidak mengutamakan pengetahuan semata; (8) dengan pendapat Rudy Gunawan (2011: 39) berusaha yang yang menyatakan bahwa IPS merupakan salah maupun satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang pembelajarannya; (9) pengembangan program mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, pembelajaran melaksanakan dan generalisasi yang berkaitan dengan isu prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar), dan sosial. Ilmu pengetahuan sosial tidak semata pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri. membekali ilmu saja, akan tetapi lebih dari itu untuk berbeda memuaskan melalui program senantiasa 10. Tujuan siswa Pembelajaran Ilmu membekali tentang sikap atau nilai dan Pengetahuan Sosial keterampilan IPS merupakan pengetahuan mengenai sehingga dalam hidup mereka bermasyarakat mengetahui benar segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan, masyarakat dan bangsanya dengan sosial masyarakat. Selain itu, muatan materi berbagai IPS Gunawan (2011:38) juga berpendapat sebagai diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dari segi kognitif, afektif karakteristik. Selain itu, Rudy berikut. serta psikomotrik. Oleh karena itu, dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dijelaskan (IPS) bahwa tujuan pembelajaran IPS yaitu agar kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 siswa memiliki kemampuan (1) mengenal tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun konsep-konsep menurut yang berkaitan dengan di SD hendaknya Piaget (1963) memperhatikan berada dalam kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) perkembangan memiliki kemampuan dasar untuk berpikir intelektual/kognitifnya logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, kongkret operasional. Mereka memandang keterampilan dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan memecahkan dalam masalah, kehidupan dan sosial; (3) memiliki kemampuan pada tingkatan menganggap tahun yang akan datang sebagai komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai waktu yang sosial memiliki pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan bukan masa depan yang belum bisa mereka berkompetisi pahami (abstrak). dan kemanusiaan; dalam (4) masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. masih jauh. Yang 12. Konten Pembelajaran mereka Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar 11. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Konten Sosial Di Sekolah Dasar Dalam materi pendidikan IPS dalam IPS Kurikulum 2013, menurut Hasan (2013) sekolah dasar tidak terlepas dari kajian tentang meliputi: 1) pengetahuan: tentang kehidupan fakta, konsep serta generalisasi. Hal ini sejalan masyarakat di sekitarnya, bangsa dan umat ISSN 2355-0066 pembelajaran dalam Kurikulum 2013 Jurnal Tunas Bangsa|122 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan Akan tetapi berdasarkan observasi lingkungannya; 2) ketrampilan: berpikir logis langsung dan kritis, membaca, belajar (learning skills, kecenderungan proses belajar mengajar IPS di inqury), memecahkan masalah, berkomunikasi Sekolah Dasar umumnya dianggap tidak dan kehidupan menarik, akibatnya banyak anak-anak Sekolah nilai-nilai Dasar yang kurang tertarik untuk mendalami budaya, mata pelajaran IPS. Selain itu, memang ada kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan anggapan bahwa mata pelajaran IPS tidak serta kepribadian yang didasarkan pada nilai- begitu penting sehingga siswa dalam proses nilai tersebut; 4) sikap: rasa ingin tahu, belajar mengajar tidak begitu serius dalam mandiri, mengikutinya. Salah satu faktor mata pelajaran bekerjasama dalam bermasyarakat-berbangsa; kejujuran, kerja keras; menghargai 3) sosial, prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif serta bertanggung jawab. 13. Keterkaitan Penerapan Pembelajaran ke lapangan, ditemukan IPS dianggap tidak begitu penting karena Metode metode pembelajaran yang diterapkan oleh untuk guru kurang tepat, sehingga menimbulkan Montessori Mencapai Kompetensi Dasar Mata kejenuhan bagi siswa. Berdasarkan hal tersebut, metode Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar Pada Kurikulum Pembelajaran 2013 sebagai salah satu alternatif metode dalam Pada saat ini tingkat Sekolah Dasar di kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS Indonesia menggunakan Kurikulum 2013, Sekolah Dasar pada Kurikulum IPS. Hal ini di dimana dalam kurikulum 2013 siswa dituntut dasarkan pada teori perkembangan anak untuk dan menurut Montessori bahwa masa usia 6-12 Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan, salah tahun, anak mengalami pertumbuhan tanpa satunya pada mata pelajaran IPS. Mata perubahan lain. Anak memiliki stabilitas pelajaran IPS merupakan salah satu mata mental dan fisik yang baik. Sistem pemikiran pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar anak sudah berkembang dengan baik, siswa yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, sudah siap duduk di bangku pendidikan fomal. konsep, dan generalisasi yang berkaitan Anak sudah mampu memahami lingkungan dengan isu sosial. Ilmu pengetahuan sosial sekitar. Tahap ini lebih dikenal dengan masa tidak semata membekali ilmu saja, akan tetapi operasional konkret di mana anak belum lebih dari itu membekali tentang sikap atau mampu memahami hal-hal yang berbentuk nilai hidup abstrak (Montessori, 2008: XIII-XVIII). Anak bermasyarakat sehingga mereka mengetahui mengalami perkembangan total pada usia 12- benar lingkungan, masyarakat dan bangsanya 18 tahun, perubahan-perubahan fisik tubuh dengan berbagai karakteristik. akan mencapai dan Kompetensi keterampilan ISSN 2355-0066 Inti dalam Montessori mencapai dapat kedawasaan dijadikan sepenuhnya Jurnal Tunas Bangsa|123 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… (Montessori, 2008: 32). Selain itu, metode kesempatan pada anak untuk 1) Bekerja pembelajaran Montessori merupakan metode dengan pembelajaran yang menekankan kedisiplinan mengandalkan suatu perintah, 3) Bekerja yang memerdekakan dimana anak belajar dengan kesungguhan atau konsentrasi yang dengan bebas memilih apa yang sesuai dengan tinggi, 4) Bekerja dengan kelompok atau kemampuan mereka, semua kegiatan harus lingkungan, 5) Menggali potensi diri dengan berguna kemauannya dan Pembelajaran ISSN 2355-0066 diamati Montessori oleh direktris. sendiri, sendiri 2) Bekerja (Lillard, tanpa 1996:98). memberikan Jurnal Tunas Bangsa|124 Dyoty Auliya Vilda Ghasya, Keterkaitan Penerapan Metode… DAFTAR PUSTAKA Fadlillah, M. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Gunawan, R. (2011). Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung: Alfa Beta. Gutek, G.L. (2013). Metode Montessori: Panduan Wajib Untuk Guru Dan Orangtua Didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). (A.L Lazuardi, Penerj.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hasan, S. H. (2013). Nasib Pendidikan IPS di Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http://www.uny.ac.id/berita/nasib-pendidikan-ips-di-kurikulum-2013.html [18-12-2015] Lillard, Paula Polk & Jessen, Lynn Lillard. (2003). Montessori from the Start: The Child at Home, from Birth to Age Three. New York: Schocken Books. __________. (1997). Montessori In The Classroom : A teacher's account of flow. New York: Shocken Books. Magini, Agustina Prasetyo. (2013). Sejarah Pendekatan Montessori. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Montessori, (Dariyanto,pnjmh). (2008). The absorbent mind.New York, henny holt and Company Montessori, M. (2002). The Montessori Method. New York: Schocken Books. Montessori, Maria. (1964). The Montessori Method. New York: Schocken Books. Montessori. (1949). The absorbent mind. Rev. Ed. Trans. Claude A. Claremont India: Kalakshetra. Montessori. (1965). DR. Montessori’s own handbook. New York: Shocken Books. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|125