MODUL PERKULIAHAN Pengantar Public Relations Etika Public Relations /Humas Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Humas Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh 42005 Siti Komsiah, S.IP, M.Si. Abstract Kompetensi Dewasa Public Relation adalah merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik. Dalam Public Ralation kode etik disebut sebagai kode etik Publik Relation atau kode etik kehumasan atau etika profesi PR. kode etik tersebut adalah untuk menciptakan rasa tanggung jawab (sense of responsibility) yang hendak dicapai atau dikembangkan oleh pihak profesi bidang komuniksi pada umumnya, dan pada profesi kehumasan khususnya, melalui kode etik dan etika profesi sebagai refleksi bentuk tanggung jawab, perilaku, dan moral yang baik. Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat : Mengetahui dan memahami pengertian etika Mengetahui dan memahami Kode etik kehumasan Mengetahui Kode etik manda nedara dan Indonesia Mengetahui aspek-aspek kode perilaku seorang Humas Etika Public Relations /Humas Bagian humas dapat dikatakan sebagai jantung etis dari sebuah organisasi. Karena humas adalah pengendali komunikasi internal maupun eksternal, humas juga mengatasi krisis organisasi.. Namun, banyak pula kalangan yang menganggap humas sebagai pekerjaan yang kurang terhormat, karena humas bisa membuat sesuatu yang salah menjadi benar.. Mayarakat menganggap humas lebih sering mengurus kebenaran dari pada menyampaikan kebenaran. Persepsi yang berkembang seperti itulah yang mendorong perlunya para praktisi humas membuat sebuah kode etik profesi yang menekankan kejujuran diatas segalanya. Dengan adanya kode etik, maka profesi humas akan secara terbuka dapat dinilai oleh masyarakat sehingga para profesionalnya bisa mempertanggungj jawabkan apa yang telah dikerjakannya. Bagian ini akan mengajak kita memahami bagaimana isu-isu etika melingkupi dunia humas dan juga akan disajikan lampiran Kode Etik Profesi Humas. A. Pengertian Etika Etika berbeda dengan moral. Menurut Ruslan (1995), moral adalah suatu system nilai tentang bagaiman menjalankan hidup dengan membedakan antara yang baik dengan yang buruk selaku individu dan anggota masyarakat. Sistem nilai-nilai moral tersebut secara garis besar acuannya adalah nilai universal menghenai baik dan buruk, yang biasanya dikaitkan dengan nilai kesusilaan (kebaikan), tradisi atau adapt istiadat yang berlaku, keagamaan, kependidikan, dan lain sebagainya. Kraf (1991) menyebut moralitas adalah tradisi kepercayaan dalam agama atau kebudayaan tentang perilaku yang baik dan buruk. Moralitas memberikan suatu petunjuk dalam bentuk bagaimana seharusnya beritndak (das sollen). Sementara etika lebih banyak menyinggung nilai-nilai atau norma-norma moral yang bersifat menentukan atau sebagai pedoman sikap tindak atau perilaku dalam wujud yang lebih konkrit (das sein). Terdapat dua macam etika (Ruslan, 1995): 1. Etika deskriptif. Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan pola perilaku manusia serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya ‘14 2 Pengantar Public Relations Siti Komsiah Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya etika deskripstif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa niali dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia bertindak secara etis. 2. Etika normatif. Yaitu etika yang menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini (Keraf, 1991). Oleh karena itu etika normative merupakan norma-norma yang dapat menuntun dan menghimbau manusia agar bertindak secara baik dan menghindarkan hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang berlaku di masyarakat. B. Etika Kehumasan Public Relation adalah merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik. Dalam Public Ralation kode etik disebut sebagai kode etik Publik Relation atau kode etik kehumasan atau etika profesi humas. Dalam buku Etika Kehumasan karangan Rosady Ruslan disebutkan bahwa etika profesi humas merupakan bagian dari bidang etika khusus atau etika terapan yang menyangkut demensi sosial, khususnya bidang profesi. Kegiatan Humas atau profesi Humas (Public Relation Professional), baik secara kelembagaan atau dalam stuktur organisasi (Public Relation by Function) maupun individual sebagai penyandang professional Humas (Public relation Officer by Professional) berfungsi untuk menghadapi dan mengantisipasi tantangan kedepan, yaitu pergeseran sistem pemerintahan otokratik menuju sistem reformasi yang lebih demokratik dalam era globaluisasi yang ditandai dengan unculnya kebebasan pers, mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi yang terbuk, serta kemampuan untuk berkompetitif dalam persaingan pasar bebas, khususnya di bidang jasa teknologi informasi dan bisnis lainnya yang mampu menerobos batas- batas wilayah suatu negara, sehingga dampaknya sulit dibendung oleh negara lain sebagai target sasarannya. Perlunya penyesuain, perubahan (revisi) dan modifikasi mengenai seperangkat pengaturan dan peundang-undangan yang ada, baik di idang hukum komunikasi, ‘14 3 Pengantar Public Relations Siti Komsiah Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id etika, maupun kode etik profesi (code of proffesion) khususnya profesi kehumasan (public relation ethics, jurnalistik / pers media cetak dan elektronik, periklanan, promosi pemasaran, dan bidang profesi komunikasi lainnya. Pada akhirnya munculah titik tolak dari kode etik tersebut adalah untuk menciptakan rasa tanggung jawab (sense of responsibility) yang hendak dicapai atau dikembangkan oleh pihak profesi bidang komuniksi pada umumnya, dan pada profesi kehumasan khususnya, melalui kode etik dan etika profesi sebagai refleksi bentuk tanggung jawab, perilaku, dan moral yang baik. Dalam buku Etika Kehumasan, Roslan Rosady mengungkapkan aspek aspek yang kode perilaku seorang praktisi humas, antara lain: 1. code of conduct, merupakan kode perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi, klien dan majkan, media dan umum, serta perilaku terhadap rekan seprofesinya. 2. code of profession, merupakan standar moral, bertindak etis dan memiliki kualifikasi serta kemampuan tertentu secara profesional. 3. code of publication, merupakan standar moral dan yuridis etis melakukan kegiatna komunikasi, proses dan teknis publikasi untuk menciptakan publisitas yang positif demi kepentingan publik. 4. code of enterprise, menyangkut aspek hukum perizinan dan usaha, UU PT, UU Hak Cipta, Merek dan Paten, serta peraturan lainnya. Di antara praktisi public relation terdapat perbedaan pendapat yang besar mengenai apakah public relations adalah suatu karya seni, ketrampilan, atau sebuah profesi dalam pengertian yang sama denagn kedokteran dan hukum. Ada juga gagasan, yang dikembangkan oleh banyak profesional dan PRSA bahwa yang palig penting adalah bagi individu bersangkutan untuk nertindak sebagai seorang profesional dalam bidang ini. Kemudaian seorang praktisi humas harus memiliki: rasa kemandirian; rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan kepentingan umum; kepedulian nyata terhadap kompentensi dan kehormatan profesi ini secara menyeluruh; kesetiaan yang lebih tinggi terhadap standar profesi dan sesama profesional daripada kepada pihak yang memberi pekerjaan kepadanya pada saat itu. Hambatan besar bagi profesionalisme adalah sikap banyak praktisi itu sendiri terhadap pekerjaan mereka, mereka memandang lebih tinggi arti keamanan kerja prestise dalam organisasi, jumlah gaji, dan pengakuan dari atasan bibandingkan nilai-nilai tersebut. ‘14 4 Pengantar Public Relations Siti Komsiah Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id International Public Relation Association (IPRA) menyatakan kode etik humas yang kemudian diterima dalam konvensi-nya di Venice pada Mei 1961, isinya adalah: 1. integritas pribadi dan profesional, reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi dan kode IPRA 2. perilaku kepada klien dan karyawan: (1) perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan; (2) tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan; (3) menjaga kepercayaan klien dan karyawan; (4) tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain; (5) tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain; (6) menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil tertentu. 3. perilaku terhadap publik dan media: (1) memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang; (2) tidak merusak integritas media komunikasi; (3) tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan; memberikan gambarabyang dapat dipercaya mengenai organisasi yang dilayani; (5) tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk melayani kepentingan pribadi yang terbuaka 4. perilaku terhadap teman sejawat: (1) tidak melukai secara senaga reputasi profesional atau praktek anggota lain; (2) tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya; (3) bekerja sama dengan anggota lain dalam menunjunjung tinggi danmelaksanakan kode etik ini. Dalam hubungannya denagn kegiatan menejemen perusahaan sikap etislah yang harus ditunjukkan seorang humas dalam profesinya sehari-hari. Seorang humas juga harus menguasai etika-etika umum keprofesionalitasan dan etika-etika khusus seorang humas pada khususnya. Kemampuan tertentu tersebuat antara lain: kemampuan untuk kesadaran etis; b\kemampuan untuk berpikir secara etis; kemampuan untuk berperilaku secara etis; kemampuan untuk kepemimpinan yang etis (Soleh Soemirat, 2005:177). Kemudian Soleh Soemirat juga menanbahkan bahwa sebagai seorang profesional humas harus mampu bekerja atau bertindak melalui pertimbangan yang matang dan benar, yaitudapat membedakan secara etis mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak, sesuai dengan pedoman kode etik profesi yang disandang. C. Etika Sebagai Pencipta Hubungan baik dengan Klien Sesuai yang telah dipaparkan oleh IPRA terdapat fungsi Public Relation terhadap kliennya. Etika profesi kehumasan dapat menciptakan hubungan sinergis antara organisasi dengan kliennya. Pelayanan terhadap klien seharusnya dapat menjadi perhatian khusus oleh Public ‘14 5 Pengantar Public Relations Siti Komsiah Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Relation karena sebagai fungsi menejemen yang berada di organisasi atau perusahaan peran humas dan hubungannya sangat dekat dengan klien dan bahkan menjadi pihak penengah antara organisasi dengan kliennya. D. Kode Etik Profesi Sebagaimana profesi lainnya, Humas juga mempunyai kode etik dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Kode etik profesi ini dimaksudkan untuk menjaga reputasi, kredibilitas profesi dan mengatur perilaku praktisi Humas. Untuk profesi PR terdapat beberapa jenis kode etikbaik di level internasional maupun yang lokal. Di bawah ini beberapa kode etik profesi PR yang dapat dipelajari dan sebaiknya digunakan sebagai pedoman prilaku keseharian praktisi PR. Cutlip dan kawan-kawan dalam bukunya Efektive Public Relations menjelaskan bahwa inti dari adanya kode etik Public Relations adalah bagaimana parktisi PR dapat menjalankan tanggungjawab sosialnya. PR memiliki kewajiban moral untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyakarat. Selain itu juga PR ddiharapkan dapat memikirkan upaya dan cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa sumber kode etik yang bisa dipelajari serta dijadikan pedoman kerja adalah: Kode Etik di Manca Negara 1. Kode Athena (Code of Athens) yang ditetapkan secara resmi tahun 1965 oleh International Public Relations Association (IPRA) di Athena, Yunani. Kode etik ini disempurnakan di Teheran, Iran. Penekanannya pada hak-hak azasi manusia. 2. Kode Etik Praktek (Code of Practiseditetapkan oleh British Institute of Public Relations. Lembaga ini mempunyai komite pengawas dan komite disiplin yang mengawasi berbagai pelanggaran serta memberikan sanksi terhadap hal itu. 3. Kode Etik Konsultan yang di keluarkan oleh Public Relations Consultants Association. Kode Etik yang dikeluarkan oleh IPR dan PRCA kemudian disempurnakan sehingga antara keduanya dapat saling mengisi dan mendukung. Setiap anggota IPRA dan PRCA akan menandatangani kode etik tersebut dan tunduk pada aturan yang dikeluarkan oleh asosiasi tersebut. Hal penting yang ada pada Kode Etik IPRA adalah: 1. Standar prilaku professional yang mewajibkan anggotanya untuk menghargai: a) Kepentingan umum b) Harga diri setiap anggota ‘14 6 Pengantar Public Relations Siti Komsiah Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c) Tanggungjawab secara pribadi, jujur dan adil kepada: (1) atasan (2) klien yang lama dan baru (3) anggota profesi (4) media (5) publik. 2. Menyebarluaskan informasi yang: a) Benar dan akurat b) Jujur 3. Komunikasi massa: anggota tidak boleh melibatkan diri dalam praktek yang cenderung curang atau korup serta membahayakan integritas media 4. Tidak bekerja dengan mengutamakan kepentingan pribadi yang mengalahkan kepentingan orang lain. 5. Menjaga kerahasiaan informasi yang membahayakan bagi klien 6. Menghindari adanya conflic of interest 7. Tidak menerima pendanaan/ pembayaran ekstra dari siapapun tanpa ada persetujuan dari atasan atau kliennya. 8. Tidak diperkenankannya membeberkan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan keuangan 9. Tidak menjanjikan sesuatu apa pun kepada pihak-pihak lain hanya untuk memikirkan kepentingannya di masa depan 10. Tidak menjanjikan hadiah dalam bentuk apa pun bagi mereka yang menjalankan tugas tertentu 11. Tidak diperkenankan untuk memanfaatkan anggota parlemen, kecuali dalam kondisi tertentu 12. Dilarang untuk menganjurkan pada orang lain melakukan hal-hal yang dapat melanggar hukum 13. Menjaga reputasi profesi 14. Membela aturan dari prilaku profesi 15. Menghargai profesi lain Di Indonesia terdapat dua macam kode etik yaitu: 1. Kode etik profesi yang dikeluarkan oleh Asosiasi Perusahaan Public Relations 2. Kode Etik kehumasan Indonesia yang dikeluarkan oleh Persatuan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) ‘14 7 Pengantar Public Relations Siti Komsiah Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Cutlip, Scott M.dkk. 2005. Effectives Public Relation ed. 8. Jakarta: Indeks. Herimanto, Bambang. dkk. 2007. Public Relation dalam Organisasi. Jogja: Santusta. Soemirat, Soleh. Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar – Dasar Public Relation. Bandung: Rosda. Willcox, Dennis L. dkk. 2006. Public Relation Strategy & Taktik. Batam: Inter Aksara. Ruslan, Rosady. 2001. Etika Kehumasan Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Jeffkins, Frank. 1995. Public Relation edisi keempat (terjemahan oleh Drs. Haris Munandar). Jakarta: Erlangga. Cutlip, Scott M.dkk. 2000. Effectives Public : Merancang & Melaksanakan Kegiatan Kehumasan. Jakarta: Indeks. https://eddiestp.wordpress.com/public-relations/etika-public-relations/ ‘14 8 Pengantar Public Relations Siti Komsiah Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id