THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta EVALUASI NILAI IKE MELALUI AUDIT ENERGI AWAL KAMPUS 3 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN Riky Dwi Puriyanto1), Sunardi2), Ahmad Azhari3) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Email: [email protected] 2 Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Email : [email protected] 3 Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Email : [email protected] 1 Abstrak Pertumbuhan ekonomi Negara Indonesia yang mencapai 6% memberi dampak salah satunya pada peningkatan kebutuhan listrik dengan laju pertumbuhan sebesar 5,3% per tahun sampai tahun 2030. Berkurangnya cadangan minyak bumi dan gas sebagai bahan baku pembangkit energi listrik yang memiliki persentase paling besar mengakibatkan ketidakstabilan harga pada bahan bakunya. Usaha konservasi energi listrik perlu dilakukan dalam upaya mengefisienkan pemakaian energi listrik dengan cara melihat peluang penghematan energi. Karakteristik penggunaan energi listrik tiap bangunan berbeda satu sama lain, sehingga perlu adanya penelitian untuk melihat adanya peluang konservasi energi di suatu bangunan tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan audit energi dengan metode pengamatan serta survei terhadap penggunaan energi listrik untuk pencahayaan dan pendingin udara. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai intensitas konsumsi energi (IKE) kampus 3 UAD termasuk dalam golongan sangat efisien, namun perbandingan jumlah pendingin udara terhadap luas bangunan di beberapa ruangan masih belum sesuai. Kata Kunci:konservasi,audit, energi, IKE, listrik 1. PENDAHULUAN Energi listrik telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk membantu mengerjakan sebagian besar aktivitasnya. Energi listrik banyak digunakan karena dapat diubah menjadi bentuk energi lainnya seperti cahaya, energi mekanik, dan energi panas. Kebutuhan terhadap energi listrik selalu mengalami kenaikan di setiap tahun seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai angka 4,7% pada tahun 2015 [1]. Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Indonesia memproyeksikan konsumsi energi di Indonesia akan terus meningkat sampai tahun 2030 dengan laju pertumbuhan 5,3% per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah telah membuat program untuk meningkatkan kapasitas daya listrik di Indonesia dengan program 10.000 MW [2]. THE 5TH URECOL 1086 Di Indonesia pembangkit energi listrik banyak menggunakan bahan bakar minyak dan batu bara dalam proses pembangkitan energi listrik. Penggunaan batu bara dan minyak bumi yang terus menerus dan semakin banyak untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat mengakibatkan berkurangnya cadangan batu bara dan minyak bumi di dunia. Hal ini menyebabkan harga bahan baku pembangkit energi listrik, dalam hal ini batu bara dan minyak bumi, semakin meningkat. Kenaikan biaya pembangkitan energi listrik akan berpengaruh terhadap besarnya tarif dasar listrik (TDL) yang diterapkan pemerintah. Penyesuaian TDL pada penelitian ini mengacu pada peraturan per tanggal 1 Desember 2015 [3]. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan efisiensi penggunaan energi primer (minyak bumi, panas bumi, batu bara, ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 gas bumi, tenaga air) adalah dengan mengeluarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang rencana pengelolaan sumber energi primer hingga tahun 2025 sesuai dengan Gambar 1. Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa sampai dengan tahun 2025 mendatang penggunaan sumber energi primer minyak bumi dan batu bara masih tinggi. Dengan adanya data tersebut, perlu adanya usaha penghematan energi atau konservasi energi. Konservasi energi merupakan tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi. Konservasi energi dilakukan dengan cara menggunakan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Manfaat konservasi energi dapat dilihat dari berkurangnya biaya yang dikeluarkan oleh pengguna listrik serta meningkatnya kualitas dari lingkungan. Perusahaan maupun perseorangan dapat melakukan konservasi energi dalam upaya menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi serta keuntungan khususnya bagi perusahaan. Gambar 1. Sumber energi primer Indonesia tahun 2025 Konservasi energi merupakan bagian terpenting dalam pembuatan kebijakan energi. Dengan terwujudnya konservasi energi di masyarakat akan berdampak pada penurunan konsumsi energi dalam skala yang luas dan dapat menurunkan permintaan energi per kapita, sehingga mampu mengurangi pertumbuhan kebutuhan energi yang terlalu pesat akibat pertumbuhan populasi. Dengan berkurangnya permintaan energi akan memberikan fleksibilitas dalam memilih metode produksi energi. Salah satu upaya yang THE 5TH URECOL UAD, Yogyakarta dilakukan dalam usaha konservasi energi adalah melakukan audit energi terhadap rumah tinggal dalam skala kecil maupun bangunan-bangunan komersial yang membutuhkan pasokan energi listrik yang lebih besar. Audit energi bermanfaat untuk mengetahui pola kebutuhan energi listrik pada sebuah bangunan sehingga dapat dilakukan analisa lebih lanjut untuk melihat peluang dilakukan konservasi energi. Dalam praktiknya, kebutuhan energi listrik pada sebuah bangunan berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik beban yang digunakan pada tiap bangunan. Penelitian tentang audit energi terhadap bangunan telah dilakukan oleh penelitian [4], [5], [6] dan [7]. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil berupa peluang penghematan energi dengan memperbaiki sistem pencahayaan maupun sistem pendingin udara [4][5][6]. Selain itu penelitian [6] memberikan rekomendasi terhadap perbaikan Standard Operation Procedure (SOP) untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik. Pada penelitian ini akan dilaksanakan audit energy awal di Kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan yang berada di Jl. Prof. Dr. Soepomo, S.H., Janturan, Warungboto, Umbulharjo, Yogyakarta. Audit energi akan dilaksanakan khusus pada penerangan/ pencahayaan dan alat pendingin (AC) di seluruh ruangan kelas. Dengan mengetahui karakteristik beban yang ada, akan dilakukan analisa untuk melihat peluang dilakukan konservasi energi. Dengan melihat banyaknya penggunaan beban induktif di Kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan, maka besar kemungkinan adanya peluang dilakukan konservasi energi. Dengan tercapainya konservasi energi tentunya diharapkan akan berdampak pada penghematan biaya tagihan listrik yang dapat dialokasikan untuk pengembangan di sektor lain. 2. LANDASAN TEORI Audit energi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan sebagai bagian dari upaya konservasi energi. Berdasarkan ruang lingkup audit energi yang dilakukan, maka audit energi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu audit energi awal dan audit energi rinci. 1087 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 Audit energi awal meliputi pengumpulan data gedung dengan data yang tersedia dan tidak memerlukan pengukuran dalam pengumpulan datanya. Data yang diperlukan berupa data bangunan (jenis ruangan dan ukuran ruangan), data rekening listrik, dan lain sebagainya. Dari data awal dapat dihitung: 1. Rincian luas bangunan (m2) 2.Konsumsi energi listrik bulanan (kWh/bulan) 3.Intensitas Konsumsi Energi (IKE) bangunan gedung (kWh/m2) 4.Biaya energi listrik (Rp/kWh) Audit energi rinci dilakukan jika nilai IKE dari hasil audit energi awal melebihi atau lebih besar dari nilai standard yang ditetapkan. Audit energi rinci dilakukan dengan cara: 1. Membandingkan nilai IKE awal dengan IKE target dan mengetahui profil penggunaan energi pada gedung 2. Mengidentifikasi peluang konservasi energi yang dapat dilakukan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) merupakan besar nilai pemakaian energi listrik setiap satuan luas pemakaian energi listrik untuk setiap satuan luas bangunan dalam waktu satu tahun atau satu bulan. Nilai IKE didapat dari audit awal energi listrik pada suatu fasilitas instansi yang bersangkutan. = ( ( ) ) UAD, Yogyakarta Tabel 1. Kriteria penggunaan listrik Kriteria Sangat Efisien Efisien Cukup Efisien Agak Boros Boros Sangat Boros Konsumsi Energi Listrik Bulanan (kWh/m2/bln) Ber-AC Tidak Ber-AC 4,71 - 7,92 7,92 - 12,08 0,84 - 1,67 12,08 - 14,58 1,67 - 2,5 15,58 - 19,17 19,17 - 23,75 2,5 - 3,34 23,75 - 37,5 3,34 - 4,17 Sumber: Pedoman Pelaksanaan Konsevasi Energi dan Pengawasan di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2006 3. METODE PENELITIAN Penelitian audit energy awal akan dilakukan dengan metode pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Data hasil penelitian akan dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan hasil penelitian. Alur kegiatan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Pengumpulan data historis selama untuk: data penggunaan energi listrik selama satu tahun, luas bangunan, data peralatan listrik yang ada serta data hasil wawancara tentang kepuasan mahasiswa terhadap pemasangan pendingin udara di kelas. Setelah mendapatkan data tersebut perhitungan IKE sesuai persamaan (1). = ( ( ) ) (1) (1) IKE dijadikan acuan untuk melihat seberapa besar konservasi energi yang dilakukan gedung tersebut. Bila diindustri/pabrik, istilah yang digunakan dan serupa tujuannya adalah konsumsi energi spesifik (Spesific Energy Consumption) yaitu besar penggunaan energi untuk satuan produk yang dihasilkan. Standar yang digunakan berkaitan dengan nilai IKE dapat dilihat pada Tabel 1. THE 5TH URECOL 1088 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 6533,1 m2. Dari rentang penelitian selama satu tahun, dari bulan Oktober 2015 sampai dengan September 2016 (12 bulan pengamatan) didapatkan data penggunaan energi listrik yang tampak pada Gambar 3. Mulai Pengumpulan data historis Data historis: data penggunaan energi listrik selama satu tahun, luas bangunan, data peralatan listrik yang ada serta data hasil wawancara Menghitung nilai IKE Evaluasi nilai IKE > persyaratan? Tidak Ya Gambar 3. Profil penggunaan listrik Penentuan nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dilakukan dengan melihat dua parameter utama yaitu pemakaian energi listrik bulanan dan luas bangunan. Diketahui bahwa luas total ruangan yang terdapat di kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan adalah 6533,1 m2. Sedangkan pemakaian daya rata-rata adalah 380146 kWh. Dengan menggunakan persamaan (1), maka nilai IKE didapatkan sebesar 52,8 kWh/m2/tahun. Dengan menggunakan rumus yang sama, nilai IKE tiap bulan dapat dilihat pada Gambar 4. Analisis peluang penghematan energi listrik Rekomendasi peluang penghematan energi listrik Selesai Gambar 2. Diagram alir penelitian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan mengalami perkembangan dalam beberapa waktu terakhir khususnya pada luas bangunan. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran pada bangunan utama kampus 3 dengan dasar bentuk bangunan tahun 2015 bulan Agustus. Pada pengukuran ini, didapatkan luas bangunan yang terbagi pada setiap lantai seperti pada Tabel 2. Gambar 4. Nilai IKE bulanan Tabel 2. Luas tiap lantai Lantai 1 2 3 Luas (m2) 2523,7 1908,7 2100,7 Jumlah Ruang 43 29 30 Dari Tabel 2 didapatkan jumlah luas total bangunan 3 lantai yang akan diukur adalah THE 5TH URECOL Dari Gambar 4 dapat diketahui bahwa nilai IKE gedung kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan memiliki nilai IKE yang sangat efisien dengan kisaran antara 2,46 sampai 6,47 kWh/m2/bulan. Pada kasus seperti ini audit energi rinci tidak perlu dilakukan karena nilai audit energi awal menghasilkan nilai IKE di bawah nilai standar yang ditetapkan. Rentang 1089 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 nilai IKE yang didapatkan terlihat cukup jauh disebabkan karena pada bulan-bulan tertentu kegiatan belajar mengajar tidak dilaksanakan, sehingga penggunaan energi listrik menjadi lebih rendah. Bulan Februari - Maret dan Agustus – September merupakan saat liburan semester mahasiswa. Ketika kegiatan belajar mengajar tidak dilaksanakan, pengguunaan energi listrik pun juga menurun. Sebaliknya, ketika jadwal kuliah di kampus 3 UAD terselenggara penuh, maka penggunaan energi listrik juga akan tinggi. Meskipun demikian nilai IKE masih tetap pada nilai yang sangat efisien. Meskipun nilai IKE menunjukkan bahwa konsumsi energi listrik sangat efisien, namun pada realitanya terkadang mahasiswa belum memahami cara menggunakan pendingin udara yang baik dan benar. Evaluasi terhadap penggunaan pendingin udara dilakukan dengan metode wawancara. Pemasangan pendingin udara dirasa sangat perlu untuk menunjang kenyamanan proses perkuliahan. Hal ini dirasakan oleh pengguna ruang kelas. Sebanyak kurang lebih 73 % responden atau mahasiswa menyatakan setuju penggunaan pendingin udara pada kelas dapat meningkatkan kenyamanan proses perkuliahan. Namun demikian pada realitanya pemasangan pendingin udara tersebut masih belum efektif, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain jumlah pendingin udara yang tidak sesuai dengan ukuran kelas, kebiasaan pengguna serta umur dari peralatan itu sendiri. Jumlah pendingin udara yang digunakan di kelas dirasa masih belum sebanding oleh sebagian mahasiswa. Sebanyak 31 % mahasiswa menyatakan bahwa perbandingan jumlah pendingin udara tidak sesuai dengan luas ruangan, bahkan 13 % mahasiswa merasa bahwa jumlah perbandingan pendingin udara dengan luas ruangan sangat tidak sesuai. Meskipun demikian sebanyak 33 % merasa sudah sesuai dan bahkan 7 % mahasiswa menyatakan sangat sesuai perbandingannya. Dari hasil survey kesadaran mahasiswa terhadap kebiasaan yang membuat kinerja pendingin udara tidak efektif sudah cukup baik. Beberapa hal yang dapat membuat kerja pendingin udara tidak bekerja efektif antara lain THE 5TH URECOL UAD, Yogyakarta gorden jendela dibuka saat siang hari dengan tujuan cahaya masuk dan jendela kelas dibuka agar ada udara masuk. Dari hasil survey menunjukkan bahwa 65 % mahasiswa sadar bahwa membuka gorden saat pendingin udara menyala dapat membuat proses pendinginan udara menjadi tidak efektif. Tindakan membuka jendela saat pendingin udara dihidupkan dapat menyebabkan proses pendinginan udara tidak bekerja dengan baik, kesadaran mahasiswa terhadap hal tersebut sudah cukup baik. Sebanyak 79 % memahami bahwa tidakan tersebut dapat membuat kinerja alat pendingin udara tidak efektif. 5. KESIMPULAN 1. Dari audit energi awal didapatkan nilai intensitas konsumsi energi (IKE) kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan 52.8 kWh/m2 /tahun atau pada kisaran antara 2,46 sampai 6,47 kWh/m2/bulanyang menunjukkan bahwa nilai IKE tersebut tergolong sangat efisien. Dengan demikian audit energi rinci tidak perlu dilakukan. 2. Penggunaan pendingin udara memang dapat memberikan kenyamanan pada saat perkuliahan berlangsung. Kesadaran yang dimiliki pengguna sudah cukup baik dalam pemanfaatan pendingin udara. Namun kekurangannya adalah di sebagian kelas perbandingan jumlah pendingin udara dan luas ruangan masih belum sesuai yang mengakibatkan proses pendinginan udara tidak efektif. 6. REFERENSI www.bps.go.id/brs/view/id/1143 (diakses 10 Desember 2015) www.pln.co.id/uipkitthermaljb/?p=1163 (diakses 10 Desember 2015) www.pln.co.id/wpcontent/uploads/2015/11/TA-Desember2015.pdf (diakses 10 Desember 2015) Landini, B. 2013. Peluang Hemat Energi Listrik Pada Sistem Pengkondisian Udara dan Sistem Pencahayaan Gedung Radiologi Rumah Sakit Dr. Adhyatma, MPH Semarang. Yogyakarta 1090 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta [Nugraha, W.S. 2015. Audit Energi Listrik dan Identifikasi Peluang Konservasi Energi Listrik Pada Sistem Pencahayaan dan Pendingin Ruangan di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Yogyakarta Roosita, D. 2015. Audit Energi Listrik Pada AC dan Pencahayaan Dalam Upaya Efisiensi Energi di RS Islam Surakarta. Yogyakarta Pasisarha DS. Evaluasi IKE Listrik Melalui Audit Awal Energi Listrik di Kampus Polines. 2010;1–7. THE 5TH URECOL 1091 ISBN 978-979-3812-42-7