II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang dilakukan demi kelangsungan hidup perusahaan, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Untuk memperoleh laba yang diharapkan, maka perusahaan harus mengoptimalkan penjualannya. Menurut Stanton (1997:7), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang dibutuhkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial. Definisi lain tentang pemasaran diungkapkan oleh American Marketing Association (dalam Craves, 1996:21) yaitu “Pemasaran adalah sebagai proses dan pelaksanaan konsep, pemberian harga, promosi dan pendistribusian ide-ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu dan tujuan organisasi”. Kotler (1997:83) menyatakan pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep ini yaitu kebutuhan, keinginan, permintaan, produk, nilai, harga dan kepuasan, pertukaran dan transaksi, hubungan atau jaringan, pasar serta pemasar, dan prospek. Suatu perusahaan dalam upaya untuk mencapai target penjualan sangat bergantung pada marketing mix yang dijalankannya. 2.1.2 Pengertian Jasa Dan Karakteristiknya Kotler (1997:83), menjelaskan bahwa: “Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak 5 kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik." Jasa atau pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam mengkonsumsi jasa tersebut. Penawaran suatu perusahaan kepada pasar biasanya mencakup beberapa jenis jasa. Pada kenyataanya, suatu penawaran dapat bervariasi dari dua kutub ekstrim, yaitu murni berupa suatu barang disuatu sisi dan jasa murni disisi lainnya. Berdasarkan kriteria ini, penawaran suatu perusahaan dapat dibedakan menjadi lima kategori (Kotler 1997:83-84), yaitu: a. Barang berwujud murni Disini hanya terdiri dari barang berujud, tidak ada jasa yang menyertai produk tersebut. b. Barang berwujud yang disertai jasa Disini terdiri dari barang berwujud yang disertai dengan satu atau lebih jasa untuk mempertinggi daya tank pelanggan. c. Campuran Disini terdiri dan barang dan jasa dengan proporsi yang sama. d. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan Disini terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan dan atau barang pelengkap. e. Jasa murni Disini hanya terdiri dari jasa. Jasa mempunyai 4 (empat) karakteristik utama yang sangat berpengaruh pada rancangan program pemasaran.. Adapun karakteristik Jasa adalah sebagai berikut (Kotler, 1997:84-86) a. Intangibility (tidak berwujud) Jasa tidak dapat dirasakan, dilihat, diraba, dicium atau didengar sebelum ada transaksi pembelian. Bila konsumen membeli jasa maka is hanya menggunakan, memanfaatkan, atau menyewa jasa tersebut. b. Inseparability (tidak terpisahkan) 6 Suatu jasa tidak dapat dipisahkan dari sumber pemberinya. Pemberian jasa membutuhkan kehadiran pemberi jasa baik berupa seorang manusia atau mesin. Produksi dan konsumsi terjadi bersama-sama dengan pemberi jasa. c. Variability (bervariasi) Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non standardized output artinya banyak sekali variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. d. Perishability (mudah lenyap) Jasa merupakan komoditi yang tidak tahan lama dan merupakan komoditi yang tidak dapat disimpan. 2.1.3 Pengertian Sikap Sikap mempunyai arti yang penting dalam proses pembuatan keputusan membeli dan ada kecenderungan bahwa sikap itu meruipakan faktor yang cukup kuat untuk memprediksi perilaku di masa yang akan datang. Sikap adalah suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak, secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan (Engel dan Miniard, 1994:338). Menurut Kinner (1987:47) sikap adalah pandangan individu berdasarkan pengetahuan, penilaian dan proses orientasitindakan suatu objek atau gejala. Sedangkan menurut Gordon W. Alport (1984:63) sikap adalah predisposisi yang dipelajari untuk menanggapi objek atau sekelompok objek dengan cara positif atau negatif secara konsisten. Keyakinan akan atribut suatu produk Sikap Evaluasi atribut Gambar 1 : Hubungan antara komponen Dalam Model Sikap Fishbein Sumber data : Umar, Husain (2005:58) Konsumen” 7 “Riset Pemasaran dan Perilaku 2.1.4 Kualitas Pelayanan Pelayanan merupakan salah satu hal yang patut diperhatikan dalam industri jasa. Sugiarto (2002:39) mendefinisikan pelayanan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain (konsumen, pelanggan, tamu, klien, pasien, penumpang, dan lain-lain) yang tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun yang dilayani. Menurut Sugiarto (2002:39) kualitas atau mutu dalam industri jasa pelayanan adalah suatu penyajian produk atau jasa sesuai ukuran yang berlaku ditempat produk tersebut diadakan dan penyampaian setidaknya sama dengan yang diinginkan dan diharapkan oleh pelanggan. Kualitas jasa pada dasarnya berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Dengan demikian pencapaian kepuasan pelanggan memerlukan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan (need & want) dan apa yang diberikan (given). Salah satu cara perusahaan jasa untuk tetap dapat unggul bersaing adalah dengan memberikan jasa dengan kualitas lebih tinggi dari para pesaingnya. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan kualitas jasa pelanggan sasaran. Harapan pelanggan (expectation) dibentuk oleh pengalaman masa lampaunya, pembicaraan dari mulut ke mulut dan iklan perusahaan jasa, kemudian membandingkannya. Parasuraman dalam Tjiptono (2000:70) menyatakan lima dimensi kualitas jasa yang merupakan harapan pelanggan, yaitu a. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan segera, akurat, terpercaya dan memuaskan. b. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemauan membantu para pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan. c. Assurance (jaminan/kepastian), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki para karyawan untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. 8 d. Empati (kepedulian), kesediaan karyawan untuk melakukan hubungan komunikasi yang baik, kepedulian dan perhatian pribadi bagi pelanggan memahami kebutuhan para pelanggan. e. Tangibles (bukti langsung/berwujud), meliputi penampilan fasilitas fisik, perlengkapan/peralatan, pegawai dan media komunikasi. 2.1.5 Kepuasan Pelanggan dan Pengukurannya Day ketidakpuasan (Tjiptono, 2000:146) pelanggan adalah menyatakan respon bahwa pelanggan kepuasan terhadap atau evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Engel, et al. (1990) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. Kotler (1997) menegaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kualitas layanan yang dirasakan dengan harapannya Mowen (dalam Tjiptono, 2000:90) merumuskan kepuasan pelanggan sebagai sikap keseluruhan terhadap suatu barang atau jasa setelah perolehan (acquisition) dan pemakaiannya Definisi tersebut dijabarkan dalam model kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan (Gambar 2.2). Ada kesamaan diantara beberapa definisi kepuasan pelanggan, yaitu menyangkut komponen kepuasan pelanggan (harapan dan kualitas layanan yang dirasakan). Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa). Sedangkan kualitas layanan yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang diterima setelah mengkonsumsi jasa yang dibeli. Situasi ketidakpuasan terjadi setelah pelanggan mengalami jasa yang dibeli dan merasakan bahwa kualitas layanan ternyata tidak memenuhi harapan. Ketidakpuasan dapat menimbulkan sikap negatif terhadap penyedia jasa, berkurangnya kemungkinan pembelian ulang dan berbagai perilaku komplain. 9 Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana anggapan kualitas layanan memenuhi harapan pelanggan. Bila kualitas layanan lebih rendah dari harapan pelanggan, maka mereka akan merasa tidak puas. Bila prestasi sesuai atau melebihi harapan maka pelanggan akan merasa sangat puas atau sangat gembira (Kotler,1997:188). Pelanggan yang puas akan tetap loyal lebih lama, membeli lebih banyak, kurang peka terhadap perubahan harga dan pembicaraannya menguntungkan pihak perusahaan Pemakaian atau konsumsi produk Harapan akan kualitas layanan Evaluasi terhadap keadilan perputaran Konfirmasi/ Diskonfirmasi harapan Evaluasi kerja/kualitas produksi Respon emosional Atribusi penyebab kualitas layanan Kepuasan/ketidakpuasan pelanggan Gambar 2: Model Kepuasan/ Ketidakpuasan Pelanggan Sumber : Tjiptono (2000:91) Ada beberapa metode (Kotler,1997: 38) yang dapat dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggan (juga pelanggan perusahaan pesaing) sebagai berikut : a. Sistem keluhan dan saran Setiap perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan (customer oriented) perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan, misal melalui: kotak saran, kartu 10 komentar, saluran telepon khusus, dan yang lainnya, b. Ghost Shopping Metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang untuk berperan sebagai pembeli potensial terhadap produk perusahaan dan pesaing dan bertugas sebagai pengamat keunggulan dan kelemahan, serta cara pelayanan terhadap pelanggan. c. Lost Customer Analysis Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggan yang berhenti membeli atau pindah ke pemasok lain untuk mengetahui penyebabnya dan memahami mengapa hal itu terjadi. Hasilnya digunakan sebagai bahan kajian dalam meningkatkan kinerja perusahaan sesuai dengan harapan pelanggan. d. Survei Kepuasan Pelanggan Metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya 1. Directly Report Satisfaction : merupakan pengukuran yang dilakukan secara langsung melalui pertanyaan seperti “Ungkapkan seberapa puas saudara terhadap pelayanan penyedia jasa X”. Hal tersebut diukur menggunakan skala pengukuran dari sangat puas sampai sangat tidak puas. 2. Derivert Disatifaction : pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yaitu menyangkut besarnya harapan pelanggan terhadap layanan dan besarnya kinerja yang telah mereka rasakan. 3. Problem Analysis : dilakukan dengan menjadikan responden (pelanggan), mengungkapkan dua hal pokok, yaitu masalah yang mereka hadapi dihubungkan dengan penawaran produk jasa oleh perusahaan dan saran untuk perbaikan masalah tersebut. 4. Importance-Performance Analysis : cara ini diungkapkan oleh Martian dan James dalam artikel yang dimuat dalam Journal of Marketing bulan Januari 1971, berjudul Importance-Performance Analysis. Melalui teknik ini responden diminta untuk merangking beberapa elemen (variabel) dalam penawaran berdasar derajat pentingnya setiap elemen tersebut. Selain itu, responden diminta untuk merangking seberapa baik kualitas layanan perusahaan dalam masing-masing elemen (variabel) tersebut. 11 Metode Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance-Performance Analysis) merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan yang diberikan oleh perusahaan dalam mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan (Supranto, 2001:241), dengan membandingkan tingkat performance dan importance. Performance berhubungan dengan kinerja (kualitas layanan) suatu perusahaan, sedangkan yang dimaksud importance adalah harapan responden terhadap kualitas layanan perusahaan. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menceritakan tentang penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti yang lain yang memiliki obyek yang sama atau hampir sama dengan penelitian yang dilakukan pada saat ini. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Denny Bayu Prasetyo pada tahun 2004 yang mengambil judul Analisis Sikap Konsumen Terhadap Atribut yang ditawarkan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Primagama Cab-Bondowoso. Penelitian ini menggunakan alat ukur Fishbein Attitude, untuk mengukur sikap siswa terhadap Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Primagama Cab-Bondowoso yang dalam formulasinya terdiri dari 2 (dua) komponen pokok diantaranya komponen kongnitif dan komponen afektif. Pernyataan yang ada dalam kuisioner menggunakan skala Likert yaitu dengan menggunakan skor 2 (dua) menyatakan sangat setuju, skor 1 (satu) menyatakan setuju, skor 0 (nol) menyatakan tidak tahu, skor -1 (negatif satu) menyatakan tidak setuju, skor -2 (negatif dua) menyatakan sangat tidak setuju. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Denny Bayu Prasetyo (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dalam menggunakan jasa Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Primagama cab Bondowoso diantaranya 1) Lokasi yang Strategis; 2) Biaya Studi; 3) Ruang Belajar; 4) Buku Panduan; 5) Jam Belajar; dan 6) penyampaian materi. Analisis Deskriptif Sikap Dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Jasa Program Pascasarjana Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya oleh Dian Retno Maruti (2005). Penelitian ini menggunakan alat ukur Fishbein Attitude, untuk mengukur sikap 12 mahasiswa terhadap Layanan Jasa Program Pascasarjana Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan ImportantPerformance Analysis untuk mengukur tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan jasa Program Pascasarjana Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya . Pernyataan yang ada dalam kuisioner menggunakan skala Likert yaitu dengan menggunakan skor 5 (lima) menyatakan sangat baik, skor 4 (empat) menyatakan baik, skor 3 (tiga) menyatakan cukup baik, skor 2 (dua) menyatakan tidak baik, skor 1 (satu) menyatakan sangat tidak baik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dian Retno Maruti (2005), faktorfaktor yang mempengaruhi sikap dalam menggunakan layanan jasa Program Pascasarjana Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya diantaranya 1) keandalan; 2) responsif; 3) keyakinan; dan 4) berwujud. 13