BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan (landfrom) yang membentuk permukaan bumi, di atas dan di bawah permukaan laut dan menekankan pada cara terjadinya serta perkembangannya dalam konteks keruangannya (Verstappen, 1982 dalam Danang Endarto, 2007). Bentuklahan merupakan bagian dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk khas sebagai akibat pengaruh dari proses dan struktur batuan selama periode waktu tertentu (Widiyanto dan Dibyosaputro, 1996). Klasifikasi satuan geomorfologi maupun satuan bentuklahan tidak lain adalah usaha menggolongkan bentuk-bentuk yang terdapat di permukaan bumi atas dasar karakteritik yang dimiliki oleh masing-masing golongan (Danang Endarto, 2007). Peranan satuan bentuklahan berperan memiliki aspek saling ketergantungan dan saling berhubungan keberadaan dan prosesnya. Bentuklahan itu sendiri memberikan batasan sebagai kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alami yang mempunyai karakteristik fisikal dan visual dimanapun bentuk lahan itu dijumpai (Zuidam, 1979 dalam Imanuson, 2008). Pada saat ini geomorfologi telah menjadi ilmu terapan. Terapannya dalam berbagai bidang muncul secara bertahap dan dianggap penting untuk berbagai tujuan. Salah satu terapan geomorfologi adalah perencanaan dan pengembangan pedesaan bidang pertanian, kehutanan yang berkaitan dengan penggunaan lahan melalui evaluasi lahan (Adhitya, 2008). Peranan geomorfologi dalam evaluasi 6 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Fungsi evaluasi lahan untuk memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaanya serta memberikan pada perencana sebagai manfaat dan alternatif penggunaan lahan yang diharapkan akan berhasil. Salah satu manfaat dari bagian ilmu geomorfologi sebagai evaluasi kesesuaian lahan (Adhitya, 2008) Aspek utama yang digunakan dalam pendekatan geomorfologi adalah bentuklahan yang telah banyak digunakan sebagai dasar analisis untuk kajian terapan seperti kemampuan lahan dan kesesuaian lahan untuk menentukan daerah yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Setiap bentuk lahan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih sempit yang disebut satuan lahan dengan unsur pembeda dan penciri adalah bentuklahan, jenis tanah, lereng dan penggunaan lahan (Imanuson, 2008). B. Karakteristik dan Kualitas Lahan 1. Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi dan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam artian yang lebih luas termasuk yang sudah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang (Sastrohartono, 2011). Pengertian yang luas tentang lahan ialah suatu daerah permukiman daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersifat cukup 7 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 mantap maupun yang dapat diramalkan bersifat mendaur dari biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, populasi, tumbuhan, dan hewan, serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini sejauh tanda-tanda pengenal tersebut memberikan pengaruh atas penggunaan lahan oleh manusia pada masa kini dan masa mendatang (FAO, 1977). Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi atau campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan utama adalah salah satu dari beberapa penggunaan lahan seperti pertanian tadah hujan, pertanian irigasi, hutan, rumput dan rekreasi (Yunianto dan Worosuprojo, 1996). 2. Karakteristik lahan Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau di estimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif dan sebagainya. Karakteristik lahan merupakan parameter lahan yang dipakai untuk menentukan kualitas lahan (Yunianto dan Worosuprojo, 1996). 3. Kualitas Lahan Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribut yang kompleks dari suatu satuan lahan. Kualitas lahan merupakan tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan lahan tertentu. Kualitas lahan dinilai atas dasar karakteristik lahan yang berpengaruh. Suatu karakteristik lahan dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan tertentu (Yunianto dan Worosuprojo, 1996). 8 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 Kondisi-kondisi lahan yang berhubungan dengan persyaratan suatu tipe pada penggunaan lahan yang disebut kualitas lahan (Santun R.P. Sitorus, 1985 dalam Sastrohartono, 2011). Lahan yang disurvei dapat digolongkan kedalam kelas-kelas sesuai dengan kemampuannya yang didasarkan kepada faktor penghambat dalam pemanfaatan lahan tersebut kemudian dihubungkan dengan kesesuaian lahan, penggunaan lahan tersebut agar dapat dicapai manfaat hasil yang maksimal. Tabel 2.1. Hubungan karakteristik lahan dan kualitas lahan dipakai pada metode evaluasi lahan Kualitas Lahan Temperatur (tc) Ketersediaan Air (wa) Ketersediaan oksigen (oa) Keadaan media perakaran (rc) Gambut Retensi hara (nr) Toksisitas (xc) Sodisitas (xn) Bahaya sulfidik (xs) Bahaya erosi (eh) Bahaya banjir (fh) Penyiapan lahan (lp) Sumber: Djaenudin, (2003) Karakteristik Lahan Temperatur rata-rata (oC) Curah hujan (mm), Kelembaban (%), Lamanya bulan kering (bln) Drainase Tekstur, bahan kasar (%), kedalaman tanah (cm) Ketebalan (cm) jika ada sisipan bahan mineral, kematangan KTK liat (cmol/kg). kejenuhan basa (%), PhH2oC-organik (%) Salinitas (dS/m) Alkalinitas/ESP (%) Kedalaman sulfidik (cm) Lereng (%), bahaya erosi Genangan Batuan di permukaan (%), Singkapan batuan Karakteristik lahan erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah. Data 9 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 lengkap yang diperoleh dari survei atau penelitian tanah dilapangan maka dapat dibuat kelas kesesuaian lahan (Ritung, 2007). a. Topografi Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah lereng. Lereng adalah kenampakan permukaan alam pada bagian yang miring atau sisi yang landai pada sebuah gunung, pegunungan atau perbukitan (Sujatmiko, 2014). Kemiringan lereng sangat diperlukan bagi pengolahan lahan seperti pengelolaan hutan karena mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan (Jamulya dan Sunarto, 1996). Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut sebagai titik nol yang secara umum dibedakan antara dataran rendah (<700 m dpl) dan dataran tinggi (>700 m dpl). Kesesuaian tanaman dalam ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur. Semakin tinggi tempat diatas permukaan laut maka temperatur semakin menurun (Ritung, 2007). Udara yang bebas bergerak akan turun temparaturnya pada umumnya 1ºC untuk setiap seratus meter naik di atas permukaan laut, untuk Pulau Jawa penurunan ini rata-rata 0,61ºC dimana t adalah temperatur dalam derajat celcius (Jamulya dan Sunarto, 1996). b. Iklim Dua komponen iklim yang paling berpengaruh adalah temperatur dan curah hujan. Temperatur yang rendah mempengaruhi jenis dan pertumbuhan tanaman. Di daerah tropis yang paling mempengaruhi udara adalah ketinggian letak suatu permukaan dipermukaan laut (Jamulya dan Sunarto, 1996). 10 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering, dan jumlah bulan basah (Ritung, 2007). Kriteria menurut Schmidt dan Ferguson 1951 sering digunakan untuk penilaian tanaman tahunan yang mengelompokan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan (>100 mm) dan bulan kering mempunyai curah hujan (<60 mm). c. Tanah Faktor tanah dalam evaluasi lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah diantaranya darainase tanah, tekstur, kedalaman tanah, dan retensi hara (pH), serta beberapa sifat lainnya yaitu erosi dan banjir (Ritung, 2007). 1. Drainase Tanah Parameter kondisi drainase tanah perlu dicatat dalam kiatannya untuk penentuan baik kemampuan maupun kesesuaian lahan karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tanaman. Drainase tanah menunjukan kecepatan meresapnya air dari tanah atau kedalaman tanah yang menunjukan lamanya dan seringnya jenuh air (Sastrohartono, 2011). Kondisi drainase buruk dicirikan oleh adanya bercak-bercak (motling) diprofil tanah. Makin banyak bercak dan makin dekat posisinya ke permukaan, maka kondisi drainasenya makin buruk (Wahyuningrum dkk, 2015). 11 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 2. Tekstur Tekstur tanah adalah satu faktor yang penting yang mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya (Jamulya dan Sunarto, 1996). Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang memiliki komposisi partikel tanah yang halus dengan diameter kurang dari 2 mm yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan secara langsung (kualitatif) atau berdasarkan data hasil analisis di laboratorium (kuantitatif) menggunakan segitiga tekstur (Ritung, 2007). 3. Solum tanah Solum tanah adalah kedalaman yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman sampai pada lapisan yang keras dan tidak dapat ditembus oleh akar tanaman yang dapat mengganggu atau membatasi perakaran, baik tanaman pangan maupun tanaman tahunan. Lapisan tersebut berupa lapisan padas keras, padas liat dan padas rapuh atau lapisan phlintite (Jamulya dan Sunarto, 1996). Kedalaman efektif mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar, drainase dan sifat fisik tanah (Aditiyas, tt). 4. Kemasaman tanah Kemasaman tanah ditentukan atas dasar pH tanah pada kedalam 020 cm dan 20-50 cm, kelas pH tanah (Sastrohartono, 2011). Keasaman tanah yang dinyatakan dalam Eksponen Hidrogen (pH) merupakan aspek kimia tanah yang tetap diperlukan dalam kaitannya dengan pengelolaan lahan. Hal ini disebabkan karena pengaruh pH yang sangat besar terhadap kesesuaian lahan dan pertumbuhan tanaman (Wahyuningrum, 2015). 12 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 5. Tingkat bahaya erosi Erosi yang dibahas adalah erosi yang disebabkan oleh air. Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan dengan memperhatikan adanya erosi, seperti erosi lembar permukaan, erosi alur, dan erosi parit (Sastrohartono, 2011). Erosi merupakan pembatas utama dari penggunaan lahan, pada umumnya erosi tanah banyak terjadi di lahan miring daripada di lahan yang datar (Wahyuninrum, 2015). 6. Bahaya Banjir Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari kedalaman banjir dan lamanya banjir. Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat dilapangan (Sastrohartono, 2011). Banjir dan genangan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Genangan yang terlalu lama dapat meyebabkan kerusakan tanaman berakibat matinya tanaman (Adhitya, 2008). 7. Salinitas Salinitas yaitu besarnya keracunan tanah yang dinyatakan dalam kandungan garam larut atau tingkat kadar garam terlarut dalam air atau tanah (Adhitya, 2008). 8. Batuan Permukaan Batuan adalah setiap bahan yang mengandung mineral yang merupakan bagian dari kerak bumi yang terdiri atas batuan beku, batuan sedimen dan matuan malihan atau metamorf. Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah (Adhitya, 2008). 13 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 9. Singkapan batuan Singkapan batuan adalah batuan yang terlihat terungkap atau terlihat dipermukaan tanah. Batuan yang dimaksud merupakan bagaian dari batuan besar yang terbenam didalam tanah (Adhitya, 2008). C. Spesifikasi Tanaman Mahoni (Swietenia Mahagoni) Tanaman mahoni (swietenia mahagoni) merupakan mahoni berdaun sempit yang merupakan tanaman tropis yang tumbuh subur di Indonesia. Tanaman mahoni (swietenia mahagoni) merupakan tanaman yang dianjurkan untuk pengembangan HTI (Hutan Tanaman Industri). Tanaman mahoni dapat tumbuh pada ketinggian 0-1000 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan 1500 – 4000 mm/tahun, suhu udara yang dibutuhkan tanaman mahoni minimum 21-35ºC (Khaerudin, 1999 dalam Sitepu, 2007). Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi rata-rata 525 meter, Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir, mempunyai sifat tanaman keras dan memiliki akar kuat dengan sistem perakaran tunggang yang secara ekologi dapat menahan laju longsor (Sambas, 2004). D. Persyaratan Tumbuh Tanaman Mahoni Tanaman agar dapat tumbuh dan bereproduksi memerlukan persyaratan tertentu. Tanaman mahoni merupakam tanaman tropis dan merupakan tanaman tahunan yang mempunyai sifat tanaman keras dan memiliki akar kuat dengan sistem perakaran tunggang. Syarat tumbuh tanaman mahoni : 14 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 1. Iklim Ketinggian tempat untuk tanaman mahoni dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1000 mdpl. Tanaman mahoni merupakan jenis tanaman tropis, sehingga memerlukan suhu rata-rata tahunan 21-35ºC. Tanaman mahoni dapat tumbuh pada daerah bertipe iklim A – D, yaitu daerah dengan musim kering atau basah (Khaerudin, 1999 dalam Sitepu, 2007). 2. Sinar matahari Mahoni dapat tumbuh dengan hasil baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung (tidak ternaungi). Tanaman mahoni juga baik tumbuh di dataran rendah, maupun dataran tinggi yakni hingga ketinggian 1000 m di atas permukaan laut (Khaerudin, 1999 dalam Sitepu, 2007). 3. Curah Hujan Tanaman mahoni memerlukan curah hujan 1500-4000 mm/tahun. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang dapat bertahan hidup ditanah gersang mahoni masih mampu untuk bertahan hidup (Khaerudin, 1999 dalam Sitepu, 2007)). 4. Tanah Tanaman mahoni tidak memiliki persyaratan tipe tanah yang spesifik karena mahoni dapat tumbuh alami pada tipe tanah aluvial, tanah vulkanik, tanah laterik, dan tanah dengan kandungan liat yang tinggi. Pertumbuhan mahoni akan baik pada tanah subur dan memiliki solum dalam dengan pH 15 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 berkisar 6,5 sampai 7,5 (Soerianegara dan Lemmes, 1994 dalam Sitepu, 2007). E. Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan, atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut di tinjau dari sifat lingkungan fisiknya, yang terdiri dari iklim, tanah, topografi, hidrologi, dan drainase sesuai untuk usaha tani atau komoditas yang produktif (Anonim, 1993). Penentuan kesesuaian lahan ada beberapa cara yaitu perkalian parameter, penjumlahan dengan menggunakan hukum minimum yaitu matching antara kualitas dan karakteritik lahan sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuain lahan berdasarkan persyaratan tumbuh yang dievaluasi . Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (Ritung, 2007). Menurut FAO (1976), terdapat 4 kategori sistem klasifikasi kesesuaian dibedakan menurut tingkatannya, yakni seperti berikut: 1. Ordo Menunjukan jenis atau macam kesesuaian secara umum. Pada tingkatan ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang tidak tergolong sesuai (N). 16 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 2. Kelas Menunjukana tingkat kesesuaian dalam ordo. Pada tingkatan kelas, lahan lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara lahan yang sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan marginal sesuai (S3). Kelas S1 sangat sesuai : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaanya secara berkelanjutan atau hanya faktor pembatas yang bersifat minor dan tidak akan mereduksi produktifitasnya secara nyata Kelas S2 cukup sesuai : Lahan mempunyai faktor pembatas dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan input (masukan). Kelas S3 marginal sesuai : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan input yang lebih banyak. Kelas N tidak sesuai : Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat. Lahan yang tergolong N1 mempunyai faktor pembatas yang sangat berat, tetapi sifatnya tidak permanen dan secara ekonomis masih memungkinkan untuk diperbaiki (improvement), yaitu dengan mengatasi faktor-faktor pembatasnya. Sedangkan pada lahan kelas N2 tidak memungkinkan untuk diperbaiki karena faktor pembatas yang sangat berat dan sangat sulit diatasi karena sifatnya permanen. 17 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 3. Sub Kelas Pada tingkat ini kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub kelas berdasarkan karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas pada masing-masing sub kelas, kemungkinan kelas kesesuaian lahan yang di hasilkan bisa diperbaiki dan ditingkatkan kelasnya sesuai dengan masukan yang diperlukan. 4. Unit Pembagian lebih lanjut dari kesesuaian pada tingkat sub kelas. Tingkatan ini merupakan bagian dari tingkat sub kelas, yang dibedakan masingmasing berdasarkan sifat-sifat yang akan berpengaruh terhadap aspek produksi atau dalam aspek manajemen. F. Longsorlahan Longsor merupakan bencana alam yang sering mengancam morfologi lereng dikawasan berbukit atau pegunungan, khususnya di musim hujan. Bencana longsor menyebabkan kerugian besar dalam perekonomian, bahkan mengancam keselamatan manusia (Sadarviana dkk, 2008). Longsorlahan adalah suatu prose perpindahan masa tanah atau batuan ke arah kemiringan dari kedudukan semula karena pengruh gravitasi dengan jenis gerakan rotasi dan translasi. Proses terjadinya longsorlahan dapat dijelaskan sebagai berikut: air meresap ke dalam tanah sehingga menambah bobot tanah, air menembus ke lapisan kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, tanah menjadi licin dan dan tanah pelapukan diatasnya bergerak mengikuti lereng (Pedoman Penataan Ruang Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.2/PRT/M/2007) 18 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 Penetapan kriteria makro kawasan rawan bencana longsorlahan sebagai berikut: a. Kondisi kemiringan lereng 15% - 70%; b. Tingkat curah hujan rata-rata tertinggi di atas 2500 mm per tahun; c. Kondisi tanah, lereng tersusun oleh tanah penutup tebal lebih dari 2 meter; d. Struktur batuan tersusun dengan bidang diskontinuitas atau struktur retakan; e. Daerah yang dilalui struktur patahan; f. Adanya gerak tanah, dan/atau g. Jenis tutupan lahan/vegetasi (jenis tumbuhan, bentuk tajuk dan sifat perakaran) (Pedoman Penataan Ruang Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.2/PRT/M/2007). G. Kerawanan Longsorlahan Menurut Pedoman Penataan Ruang peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.2/PRT/M/2007 bahwa tingkat kerawanan adalah ukuran yang menyatakan tinggi rendahnya atau besar kerugian bila terjadi bencana longsorlahan yang diukur berdasarkan tingkat kerawanan fisik alamiah dan tingkat kerawanan karena aktivitas manusia. Penentuan tingat kerawanan longsorlahan dilakukan penilaian seperti kemiringan, karakteristik lahan, lapisan batuan, curah hujan dan hidrologi lereng. Faktor-faktor aktifitas manusia seperti kepadatan penduduk, jenis kegiatan, penggunaan lahan dan kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam dan masyarakat setempat dalam mengantisipasi bencana longsorlahan. Suatu daerah berpotensi longsorlahan, dapat dibedakan dalam tiga tingkat kerawanan terdiri 19 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 atas kawasan dengan tingkat kerawanan tinggi, kawasan dengan tingkat kerawanan sedang dan kawasan dengan tingkat kerawanan rendah H. Penelitian Sebelumnya Iwan Setyawan, 2012 dalam penelitiannya yang berjudul ”Kesesuaian lahan untuk tanaman jati (Tectona grandis) di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik dan kualitas lahan di daerah penelitian dan mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman jati di daerah penelitian dan memvisualisasikan dalam peta kesesuaian lahan. Metode yang digunakan adalah metode survei dan pengambilan sampel area random dan sampling dan analisa laboratorium tanah Universitas Negeri Jenderal Soedirman. Analisa data menggunakan Matching, yaitu dengan cara mencocokkan data kualitas dan karakteritik lahan yang diperoleh dari daerah penelitian. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu tingkat kesesuaian lahan untu tanaman jati yang meliputi kelas S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (sesuai secara marjinal), N1 (tidak sesuai sementara), dan N2 (tidak sesuai secara permanen). Khairul umam, 2014 dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni (swietenia macrophylla) di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik dan kualitas lahan di daerah penelitian dan mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni di daerah penelitian. Metode yang digunakan adalah metode survei dan pengambilan sampel area random dan sampling dan analisa laboratorium tanah Universitas Negeri Jenderal Soedirman. 20 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 Analisa data menggunakan Matching, yaitu dengan cara mencocokan data kualitas dan karakteritik lahan yang diperoleh dari daerah penelitian. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni yang meliputi kelas S (sesuai), CS (sesuai bersyarat) dan N (tidak sesuai). Tabel 2.2 Perbandingan antar penelitian Nama Peneliti Iwan Setyawan, 2012 Khairul Umam, 2014 Judul Tujuan Kesesuaian lahan untuk tanaman jati(tectona grandis) di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas. Mengetahui karakteristik kualias lahan di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas Metode Penelitian Menggunakan metode survei dan pengambilan sampel area random dan sampling dan analisa Mengetahui laboratorium tingkat tanah kesesuaian Universitas lahan untuk Negeri tanaman jati Jenderal di Kecamatan Soedirman. Pekuncen Kabupaten Banyumas Kajian kesesuaian Tujuan Metode survei lahan untuk penelitian ini dan tanaman adalah pengambilan mahoni(swietenia mengetahui sampel area macrophylla) di karakteristik random dan Kecamatan dan kualitas sampling dan Ajibarang lahan di analisa Kabupaten Kecamatan laboratorium Banyumas Ajibarang tanah Kabupaten Universitas Banyumas Negeri Jenderal Mengetahui Soedirman. tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman hasil Peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jati Peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni 21 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 Khikmawan Jiwandaru, 2017 Kajian kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni (swietenia mahagoni) di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas mahoni di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Mengetahui karakteristik dan kualitas lahan di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel area random dan sampling dan analisa Mengetahui laboratorium tingkat tanah kesesuaian Universitas lahan untuk Negeri tanaman Jenderal mahoni di Soedirman Kecamatan analisis data Pekuncen dengan Kabupaten maching dan Banyumas keruangan Sumber : Setyawan (2012) dan Umam (2014) Peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni I. Landasan Teori Geomorfologi pada saat ini telah diterapkan dalam berbagai bidang, salah satu terapan geomorfologi adalah perencanaan dan pengembangan pedesaan bidang pertanian, kehutanan yang berkaitan dengan penggunaan lahan melalui evaluasi lahan. Fungsi evaluasi lahan untuk memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaanya serta memberikan pada perencana sebagai manfaat dan alternatif penggunaan lahan yang diharapkan akan berhasil. Suatu wilayah yang memiliki potensi dalam penggunaan lahan disektor pertanaian dapat ditentukan oleh beberapa sifat lingkungan fisik seperti iklim, tanah, topografi, hidrologi, dan persyaratan penggunan pengguanaan 22 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 komoditas yang dievaluasi untuk memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu manfaat dari bagian ilmu geomorfologi sebagai evaluasi kesesuaian lahan. Aspek utama dalam pendekatan geomorfologi adalah bentuk lahan yang telah banyak digunakan sebagai dasar analisis untuk kajian terapan seperti kemampuan lahan dan kesesuaian lahan untuk menentukan daerah yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Lahan adalah suatu area dipermukaan bumi yang merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertuan lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi dan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Penggunaan lahan diartikan sebagai bentuk kegiatan manusia terhadap lahan yang sudah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang sesuai dengan tujuan. Kualitas lahan adalah perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan. Kualitas lahan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu, kualitas lahan dinilai atas dasar karakteristik yang berpengaruh. Suatu karakteristik lahan yang dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan tertentu, tetapi tidak berpengaruh pada kualitas lahan lainnya. Tanaman mahoni merupakan tanaman tropis yang tumbuh subur di Indonesia, sehingga memerlukan suhu rata-rata tahunan 21-35ºC. Tanaman mahoni dapat tumbuh pada darah bertipe iklim A – D, yaitu daerah dengan musim 23 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 kering atau basah. Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi rata-rata 5-25 meter. Mempunyai sifat tanaman keras dan memiliki akar kuat dengan sistem perakaran tunggang. Syarat tumbuh tanaman mahoni memiliki ketinggian tempat untuk dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1000 mdpl, juga baik tumbuh di dataran rendah, maupun dataran tinggi. Mahoni dapat tumbuh dengan hasil baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung. Tanaman mahoni memerlukan curah hujan 1500-4000 mm/tahun. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang dapat bertahan hidup ditanah gersang mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Tanaman mahoni tidak memiliki persyaratan tipe tanah yang spesifik karena mahoni dapat tumbuh alami pada tipe tanah aluvial, tanah vulkanik, tanah laterik, dan tanah dengan kandungan liat yang tinggi. Pertumbuhan mahoni akan baik pada tanah subur dan memiliki solum dalam dengan Ph berkisar 6,5 sampai 7,5. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan, atau pertanian tanaman semusim. Kesesuaian lahan akan sangat dipengaruhi oleh sifat fisi tanah, topografi serta ketinggian tempat. Kerawanan longsor lahan merupakan suatu lahan yang mudah terjadi bencana longsor. Kerawanan longsorlahan disebabkan karena fator fisik alamiah dan faktor aktfitas manusia. Penggunaan lahan yang tepat dengan vegetasi yang sesuai akan mengurangi ringkat resiko kerawanan longsorlahan. 24 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 J. Kerangka Pikir Kecocokan atau kesesuaian lahan akan sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, topografi dan ketinggian tempat. Kesesuaian lahan pada kategori sub kelas untuk tanaman mahoni harus diketahui dulu syarat tumbuh tanaman. Persyaratan tersebut terdiri dari rata-rata temperatur tahunan, tekstur tanah, pH tanah, salinitas, dan kemiringan lereng. Dalam penanaman tanaman mahoni tentu tidak lepas dari resiko bencana tanah longsor, untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor tersebut maka perlu diadakannya evaluasi kesesuaian lahan terhadap suatu wilayah untuk tanaman mahoni. Hasil dari evaluasi lahan tersebut dapat memberikan suatu alternatif tindakan pengelolaan yang lestari sesuai dengan hambatan dan pembatas yang ada. Hasil pengamatan dan pengukuran lapangan dilengkapi data sampel tanah dan data analisis laboratorium untuk memperoleh data tentang sifat tanah pada setiap satuan lahan. Sehingga dengan data yang diperoleh tersebut dapat diketahui karakteristik dan kualitas setiap satuan bentuklahan. Dilakukan perbandingan antara kesesuaian lahan dengan persyaratan tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman yang akan diteliti adalah tanaman mahoni sehingga didapatkan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni kemudian di overlay dengan peta kerawanan longsorlahan. Disusun diagram alir penelitian, untuk mempermudah dalam penelitian ini disajikan gambar 2.1 berikut ini: 25 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 Satuan Bentuklahan Karakteristik Lahan Kualitas Lahan Syarat Tumbuh Tanaman Mahoni Tingkat Kesesuaian Lahan Peta Kelas Kerawanan Longsorlahan OVERLAY Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Mahoni Peta Hubungan Kesesuaian Lahan Tanaman Mahoni Pada Kelas Kerawanan Longsorlahan Gambar 2.1. Diagram alir kerangka pikir 26 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017 K. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni di daerah penelitian 50% Sesuai terutama pada klasifikasi kelas S2 (Cukup Sesuai). 27 Kajian Kesesuaian Lahan..., Khikmawan Jiwandaru, FKIP, UMP, 2017