PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN MAHONI

advertisement
PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER
ANAKAN MAHONI (Swietenia macrophylla King)
DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
SAMARINDA
Oleh :
ERIS AWANG
NIM. 070500009
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAM ARINDA
2010
2
PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER
ANAKAN MAHONI (Swietenia macrophylla King)
DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
SAMARINDA
Oleh :
ERIS AWANG
NIM. 070500009
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Sebutan Ahli Madya Kehutanan
Pada
Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2010
3
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
Nama Mahasiswa
NIM
Bidang Studi
Jurusan
: PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER
ANAKAN MAHONI (Swietenia macrophylla King)
DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI
SAMARINDA
:
:
:
:
ERIS AWANG
070500009
MANAJEMEN HUTAN
PENGELOLAAN HUTAN
Menyetujui,
Pembimbing,
Penguji I,
Ir. Hasanudin MP
NIP. 19630805 198903 1 005.
Ir. Rudy Nurhayadi, MP
NIP. 19590111 198703 1 002
Penguji II,
Elisa Herawati, S.Hut. MP
NIP. 19710305 199512 2 001
Mengesahkan,
Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Wartomo, MP
NIP. 19631028 198803 1 003
Lulus Ujian Tanggal, September 2010
4
ABSTRAK
ERIS AWANG. Pertambahan Tinggi dan Diameter Anakan mahoni
(Swietenia macrophylla King) Pada Umur 2 Tahun di Areal Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda. ( di bawah bimbingan Hasanudin).
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui pertambahan Tinggi dan
Diameter Anakan mahoni (Swetenia macrophylla King) di Areal Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
Alat yang digunakan dalam pengukuran Tinggi adalah meteran sedangkan
dalam pengukuran Diameter menggunakan mikrokaliper.
Pengamatan ini dilaksanakan selama 6 bulan mulai Januari s/d Juli 2010 di
Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, meliputi orientasi lapangan dan
pengambilan data baik primer maupun sekunder, serta penulisan karya ilmiah.
Sedangkan hasil dari pengukuran anakan mahoni (Swetenia macrophylla
King) berjumlah 89 anakan mahoni telah menunjukkan tinggi terbesar adalah 83,0
cm standar deviasi 34,76 cm koefisien variasi 41,88 %, dengan tinggi yang terkecil
58,26 cm standar deviasi 29,06 cm, dengan koefesien variasi 49,88 %. Sedangkan
hasil dari pengukuran diameter anakan mahoni diketahui bahwa diameter yang
terbesar adalah 11,93 mm standar deviasi 3,87 mm dan koefesien variasi 32,43 %
sedangkan diameter anakan mahoni yang terendah 6,94 mm, standar deviasi 1,99
mm koefesien variasi 28,73 mm.
Dari beberapa uraian tersebut bahwa
anakan
mahoni
(Swietenia
macrophylla King) di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat memberi
informasi tentang pertumbuhan Tinggi dan Diameter dari setiap tanaman anakan
yang sangat dibutuhkan, untuk memperoleh pertambahan tumbuh anakan mahoni
yang baik hingga akhir daur.
5
RIWAYAT HIDUP
Eris Awang dilahirkan pada tanggal 10
Sembuak, Kecamatan
Juni
1984 di Desa Respen
Malinau Utara, Kabupaten Malinau merupakan anak
keempat dari lima bersaudara pasangan Bapak Awang Kirut dan Ibu Putan
( Alm ).
Pada tahun 1991 mulai masuk Pendidikan Dasar, di Sekolah Dasar Negeri
004 Long Nit dan memperoleh ijazah pada tahun 1996, kemudian melanjut
pendidikan pada tahun yang sama di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Negeri 1 Malinau Kota dan pernah putus kelas 3 SLTP kemudian masuk kembali
SLTP Negeri 4 Malinau Utara dan memperoleh
ijazah
pada tahun 2002,
kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan Sehati (SMKS) Malinau
Barat dan memperoleh ijazah pada Tahun 2005, sempat menganggur selama satu
setengah tahun kemudian melanjutkan ke Pendidikan Perguruan Tinggi dimulai
tahun 2007
di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dan memilih Jurusan
Pengelolaan Hutan.
Pada bulan Maret
sampai
Mei 2010 telah mengikuti
kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. INHUTANI II di Desa Tanjung
Lapang Kacamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau.
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat-Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Ilmiah ini tepat
waktunya.
Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan stud i pada
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Pengelolaan Hutan.
Penelitian ini dilakukan di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
meliputi orientasi lapangan, persiapan alat, pengambilan data dan pengolahan
data.
Penulis sangat berterima kasih, yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah sekaligus
sebagai, Ketua Jurusan Pengelolaan Hutan.
2. Bapak Ir. Rudy Nurhayadi, MP dan Ibu Elisa Herawati, S.Hut. MP Sebagai
penguji
yang
telah
banyak
memberikan
masukan- masukan
untuk
kesempurnaan karya ilmiah ini.
3. Ibu Ir. Emi Malaysia, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan
4. Bapak Ir.Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
5. Orang Tua, kakak dan adik – adik saya tercinta yang telah memberikan
dukungan doa serta restunya kepada penulis.
6. Teman-teman di kampus yang telah memberikan motivasi dan bantuan serta
sarannya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian Karya Ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun kata-kata namun demikian
penulis mengharapkan apa yang telah tersaji dalam Karya Ilmiah ini kiranya
dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Penulis,
Sei Keledang, September 2010
7
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... iii
ABSTRAK..................................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP....................................................................................... v
KATA PENGANTAR...................................................................................vi
DAFTAR ISI................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................x
I. PENDAHULUAN ....................................................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
a. Gambaran umum mahoni (Swietenia macrophylla King )...................3
b. Sifat-sifat botanis..................................................................................3
c. Tinjauan Umum Hutan tanaman Industri (HTI)..................................8
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan................................9
e. Pertumbuhan dan perkembangan Tegakan.........................................11
f. Pengukuran Diameter anakan mahoni (Swietenia Macro Phylla King )...12
g. Pengukuran Tinggi anakan mahoni (Swietenia Macro Phylla
King)……..................................................................................................13
III. METODE PENELITIAN...............................................................................21
a. LOKASI DAN WAKTU
PENELITIAN............................................................................................21
1. Lokasi
penelitian..............................................................................................21
2. Waktu Penelitian..................................................................................21
B. ALAT DAN BAHAN..................................................................................21
1. Alat.........................................................................................................21
2. Baha n......................................................................................................22
C. PROSEDUR PENELITIAN........................................................................22
D. PENGOLAHAN DATA.............................................................................23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................26
a. Hasil....................................................................................................
......26
b. Pembahasan .............................................................................................30
V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................32
a. Kesimpulan............................................................................................32
b. Saran.........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. ......33
LAMPIRAN.......................................................................................................35
8
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Tubuh Utama
1. Frekuensi Sebaran Tinggi Tanaman Mahoni.......................................
27
2. Frekuensi Sebaran Diameter Tanaman Mahoni................................... 29
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Tubuh Utama
1. Grafik Distribusi Diameter Tanaman Mahoni.........................................
28
2. Grafik Distribusi Tinggi Tanaman Mahoni..............................................
30
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data Pengukuran I. ....................................................................................38
2. Data Pengukuran II ...................................................................................39
3. Perhitungan Riap Tinggi dan Diameter .................................................... 40
9
I. PENDAHULUAN
Hutan mempunyai banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia
seutuhnya dan peran yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan
nasional. Hal ini disebabkan hutan sangat banyak manfaatnya bagi sebesarbesarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Manfaat hutan secara langsung adalah menghasilkan kayu yang bernilai
ekonomi yang sangat tinggi serta hasil hutan non kayu seperti rotan, madu, getah,
damar, buah-buahan dll. Ada delapan manfaat hutan secara tidak langsung antara
lain : mengatur tata air, mencegah terjadinya erosi, memberikan rasa keindahan,
memberi manfaat terhadap kesehatan, memberi manfaat di sektor pariwisata,
memberi manfaat di bidang pertahanan keamanan, menampung tenaga kerja dan
menambah devisa negara.
Dalam laju pembangunan di berbagai bidang diiringi dengan laju
pertumbuhan penduduk mengakibatkan peningkatan besar terhadap kebutuhan
kayu dan lahan. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut maka pemungutan hasil
hutan terutama kayu merupakan jalan keluar yang dianggap tepat. Maka potensi
tegakan hutan terus menurun dari tahun ketahun. Demikian juga lahan atau
kawasan hutan cenderung semakin berkurang. Dalam mengantisipasi laju
penurunan potensi hutan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan akan hasil hutan
terutama kayu maka peme rintah mengeluarkan kebijakan tentang pengusahaan
hutan Hutan Tanaman Industri (HTI ).
10
Selain itu, untuk merehabilitasi lahan- lahan hutan yang sudah rusak atau
tidak berhutan lagi, maka dilakukan kegiatan penanaman pada areal atau lahan di
dalam kawasan hutan disebut reboisasi, sedangkan kegiatan penanaman di luar
kawasan hutan disebut penghijauan.
Jenis tanaman yang baik ditanam pada kegiatan pengusahaan hutan
tanaman, baik dalam kegiatan reboisasi maupun penghijauan adalah jenis tanaman
kehutanan. Pada hutan tanaman yang ada di Indonesia masih di dominasi jenis
cepat tumbuh ( fast growing ) seperti jenis Sengon, Acacacia, Gmelina,
Eucalyptus, dan Mahoni. Untuk mencapai tujuan ini maka informasi tentang
pertumbuhan tanaman Mahoni merupakan hal yang sanga t diperlukan. Jenis
tanaman kehutanan yang ditanam pada kegiatan reboisasi dan penghijauan
mempunyai tujuan untuk pencegahan dan pengurangan laju erosi, dalam
hubungannya dengan pencegahan dan pengurangan laju erosi maka memilih
tanaman pada kegiatan reboisasi dan penghijauan sebaiknya didasarkan pada sifatsifat pertumbuhan tanaman itu sendiri, seperti bentuk batang dan perakarannya
dengan harapan agar tanaman tahan terhadap gangguan alam sekitar seperti hujan
deras maupun angin yang kencang.
Dari beberapa uraian tersebut maka data atau informasi tentang
pertumbuhan dari setiap tanaman kehutanan sangat dibutuhkan, maka dalam
penelitian ini ingin mengetahui pertumbuhan diameter dan tinggi anakan tanaman
Mahoni (Swietenia macrophylla King) yang ditanam pada
Pertanian Negeri Samarinda.
areal Politeknik
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mahoni (Swietenia macrophylla King)
Mahoni dengan nama daerah perdangangan mahoni daun besar adalah
dari jenis Meliaceae yang tergolong jenis tegakan bayang mempunyai corak kayu
yang indah serta mudah mengerjakannya (Anonim, 1982 ) .
Jenis ini mempunyai arti penting untuk reboisasi dan juga untuk
membangun HTI karna akan menghasilkan kayu pertukangan dan bahan baku
industri pengergajian dan plywood, di Kalimantan Timur telah di tanam jenis
mahoni telah dicoba beberapa HPH dalam rangka pembangunan HTI
(Anonim,1980 ).
Tananaman mahoni lebih tahan terhadap pengerek dibanding dengan jenis
mahoni lainnya
( Switenia mahagoni jack) yang lebih dikenal dengan nama
mahoni daun kecil, oleh karna itu penanaman untuk mahoni daun besar lebih
dikembangkan dan diperluaskan ( Anonim, 1986 ).
B. Sifat – Sifat Botanis
1. Daerah penyebaran
Secara alam mahoni tumbuh menyebar dari Yu Catan
venzuela,
sampai dataran rendah Amazon equador,
mexico,
secara vartikel
penyebaran penyebaran mahoni tumbuh dari ketinggian 0 - 1800 Dpl, tetapi
yang paling cocok tumbuh diantara 0 – 450 Dpl (Bratawinata, 1987 ) .
12
Mahoni masuk ke Indonesia pada tahun 1972 dari India, pada tahun 1880
di Kebun Raya Bogor di tanam dan dikembangkan oleh Bozwezen
( Jawatan kehutanan ), dan mulai dikembangkan secara meluas di pulau
Jawa pada tahun,1897 – 1902, (Ano nim, 1980 ) .
2
Habitat
Pohon mahoni mudah dikenal sebagai pohon yang langsing dengan
berdaun hijau tua mengkilat, dapat mencapai tinggi 35 m, dan diameter
mencapai 100 cm,
begitu cepat
dengan pertumbuhan tinggi di waktu muda tidak
karena di pengaruhi oleh iklim dalam penyebaran pada
daerah – daerah tertentu ( Anonim, 1980) .
3. Tempat tumbuh
a. Tanah
Mahoni tumbuh baik
pada tanah yang tinggi unsur hara nya,
sedangkan di tempat yang miskin unsur haranya pertumbuhan mahoni
sangat kerdil ( Anonim, 1986 ). Juga mahoni sangat tahan terhadap
kekurangan zat asam selama ± 70 hari sehingga dapat ditanam pada
lapangan yang sewaktu – waktu tergenang air (Anonim, 1980 ) .
b. Iklim
Mahoni dapat tumbuh dengan baik pada daerah – daerah musim
kemarau
maupun musim basah
yaitu dengan type A – B menurut
kelasifikasi Schmidt dan Ferguson, dengan suhu tahunan 11 0 C – 36 0 C
dan curah hujan tahunan 1524 mm - 5085 mm, (Anonim, 1986 ) .
13
c. Batang dan pohon
Batangnya berbentuk silindris agak berlekuk tetapi tidak berbanir,
bersepih dalam jalur – jalur dengan warna kuning coklat kelabu
( Anonim, 1980 ) .
Mudah dikenal sebagai pohon yang langsing dan berdaun hijau tua
mengkilat, pohon dapat mencapai tinggi 40 m, dan diameter batang
dapat mencapai 100 – 125 cm. Pertumbuhan tinggi diwaktu muda tidak
begitu cepat ( Anonim, 1977 ).
d. Tajuk dan daun
Tajuk berbentuk kubah dengan daun berwarna hijau mengkilat, dan
mengugurkan daun setelah beberapa hari kemudian gundul muncul daun
muda berwarna hijau muda pada tanaman muda tajuknya agak sempit.
Daunnya mudah terbakar
sehingga bisa diguna kan sebagai daun
tanaman sekat bakar ataupun jenis tanaman reboisasi pada areal alang –
alang yang peka terhadap bahaya kebakaran (Anonim, 1980) .
e. Bunga dan buah
Bunganya sangat banyak, berwarna hijau kekuningan, disaat tidak
ada angin dan udara lembap pagi hari, bunga berguguran disekitar
pohon yang menyebarkan aroma harum halus semerbak, buah muda
berwarna coklat keputihan. Dimusim kemarau jika buah mahoni sudah
masak, jika sudah kering kulit buah mahoni akan mengelupas dengan
menimbulkan ledakan kecil, sedangkan biji bersayap melayang jika
berjatuhan berputar – putar,
dan musim bunga terjadi sekitar bulan
14
Oktober sampai bulan Januari, buah masak sekitar bulan Juni sampai
bulan Agustus. Pohon berbuah pada umur ± 12 tahun, (Anonim,1980).
f. Akar
Pada waktu
tunggangnya
muda
sangat
cepat
tumbuhnya
terutama
sehingga memerlukan tanah agak dalam,
akar
karena akar
cabangnya sedikit dan lambat laun tumbuh akar didekat permukan tanah
yang panjang dengan akar tunggang yang dalam ( Anonim, 1980 ) .
g. Penanaman Dan Pemeliharaan
Menyemaikan biji dilakukan tidak melalui bedeng penaburan tetapi
langsung ditanam kedalam kantong plastik untuk pembuatan bibit
bumbung atau langsung kedalam bedeng penyapihan dengan jarak 5 cm
x5 cm untuk pembuatan bibit stump, media tanah harus digembur bersih
dari akar dan batu.
Demikian juga bedengan yang digunakan untuk pembuatan bibit
stump biji ditanam dalam keadaan tidak bersayap dengan bagian bijinya
yang tebal sebelah bawah atau bagian bawah atau bagian sayap yang
sebelah atas sedalam 4 cm ( Anonim, 1980 ) .
Bibit mahoni sebagai bahan tanaman dapat berupa biji, bibit dalam
kantong plastik siap dipindahkan kedalam lapangan bila ketingiannya
sudah mencapai 25 cm, atau berumur ± 4 bulan, bibit baru dapat dibuat
stump apabila telah mencapai diameter batang 10 cm atau berumur ± 8
bulan atau stump dapat dibuat dengan perbandingan bagian batang dan
bagian akar 1 : 2 panjang bagian akar umum digunakan adalah 20 cm,
15
(Anonim, 1980 ). Pada tahap pemeliharaan, penjarangan pertama
dilakukan pada umur 3 tahun, sampai umur 12 tahun kemudian, setiap 5
tahun sampai umur 25 tahun ( Anonim, 1976 ) .
h. Penyakit
Penyakit
mahoni yang dikenal dengan cendawan akar muda
(Armilaria mellea), gejala yang ditimbul akan membusuk pada kulit
kayu dari akar – akar dan leher akar, sedangkan penyakit lainnya adalah
(Corticium Salmoni Color) yang dikenal dengan jamur upas bagian yang
diserang biasanya bagian dari bawah cabang dan ranting mula- mula
bagian yang diserang terlihat ada nya lapisan- lapisan benang-benang
yang lama -kelamaan berwarna merah jingga ( Djiun. 1957)
i. Sifat – Sifat dan Kegunaan Kayu
Kayu gubal yang berwarna merah gading muda berangsur – angsur
menjadi kayu teras yang warnanya merah gading coklat tua, agak berat
dengan BJ 0,61 cukup keras termasuk kelas kuat sedang ( Kelas Awet
III / IV ). (Samingan, 1982).
Mahoni adalah salah satu dari kayu – kayu prabot rumah tangga yang
sangat populer, terutama dari kualitas yang bagus juga dalam hal
warna jaringan bebas dari sifat – sifat melengkung, kerucut dan tahan
tempaan. (Ardiakoesoemo Dan Dilmy, 1956).
Kayu tidak mudah berkerut dan mudah sekali dikerjakan sehingga
sangat baik untuk perkakas rumah tangga, perkakas-perkakas lainnya,
vener mewah dan pembuatan perahu-perahu kecil (Anonim, 1980).
16
C.
Tinjauan Umum Hutan Tanaman Industri (HTI)
Kebutuhan akan hasil hutan untuk memenuhi bahan baku
cenderung semakin menurun, oleh karena itu upaya untuk meningkatkan
Hutan Tanaman Industri (HTI), terutama pada lahan kosong dan lahan
tidak
produktif
perlu
dilaksanakan
Reboisasi
dan
Pengayaan,
(Anonim,1995).
Pembangunan
HTI
disamping
merupakan
upaya
untuk
meningkatkan potensi hutan dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan
baku industri hasil hutan yang semakin meningkat, juga merupakan
upaya rehabilitasi hutan yang tidak produktif, menyediakan lapangan
pekerjaan dan memperluas kesempatan berusaha. Selain dari pada itu
pembangunan HTI sudah merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya
mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari dan berwawasan
linghkungan, sejalan dengan kesepakatan ITTO di Bali 1990 yang telah
ditandatangani Pemerintah Indonesia.
Hutan Tanaman Industri (HTI) dibangun pada kawasan produksi
tetap yang tidak produktif atau kawasan hutan lainnya yang ditetapkan
menjadi hutan produksi tetap, diprioritaskan pada lahan kosong, padang
alang-alang, semak belukar dan hutan rawang atau hutan produksi yang
masih produktif tetapi seluruh hasil penebangannnya dimanfaatkan
untuk bahan baku kayu industri (Anonim, 1994).
17
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Soekotjo (1979), menyatakan bahwa tempat tumbuh berbeda dengan
alam vegetasi, yang dihasilkan namun berbeda juga dalam faktor iklim, tanah
dan faktor lainnya. Semua faktor ini menyebabkan perbedaan-perbedaan di
dalam vegetasi yang tumbuh pada bermacam- macam tempat tumbuh.
Tumbuhan untuk dapat tumbuh secara optimal memerlukan hal- hal yang
menunjang, menurut Danaatmadja (1989), hal yang menunjang tersebut
yaitu:
1. Faktor genetik (internal)
Faktor genetik ini adalah gen atau sifat bawaan yang diturunkan dari
induknya seperti kecepatan tumbuh, bentuk tajuk, banyaknya cabang dan lainlain, di sini termaksud juga kematangan biji atau buah, sebagai sifat bawaan
hal ini bersifat internal.
2. Faktor lingkungan (eksternal)
Tumbuhan-tumbuhan tumbuh teratur di bawah pengaruh lingkungan hidup
yang terutama ditentukan oleh faktor iklim, tempat tumbuh dan bentuk serta
letak lapangan (relief).
Menurut Abidin (1984) yang dikutip Susanti (1996), faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan antara lain :
1. Air, adalah faktor penting yang sangat diperlukan dalam tumbuhan,
kehadiran air di sini sangat penting untuk aktifitas enzim serta
penguraiannya, traslokasi serta kebutuhan lainnya.
2. Udara juga merupakan faktor luar yang penting untuk pernafasan atau
18
transpirasi pada pertumbuhan organ anakan mahoni.
3. Tempat tumbuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan pertumbuhan anakan mahoni
(Swietenia macrophylla King), menurut Soetrisno (1996), menyatakan
adalah sebagai berikut :
d. Faktor klimatis
Cahaya matahari, kelembaban dan temperatur merupakan elemen-elemen
dari faktor klimatis. Cahaya sangat berperan dalam menentukan pertumbuhan
suatu tumbuhan demikian pula dengan kelembapan serta temperatur. Faktor
klimatis ini sangat menentukan iklim suatu daerah yang berperan penting
dalam pertumbuhan terutama proses metabolisme yang terjadi pada tumbuhan.
3. Faktor fisiografis
Menggambarkan bentuk permukaan tanah dan sejarah bentuk geologi
(Ketinggian tempat, kelerengan dan aspek konfigurasi bumi). Faktor-faktor ini
sangatlah menentukan pertumbuhan suatu tanaman.
4. Faktor edafis
Faktor edafis menggambarkan sifat fisik tanah, kimia tanah dan biologi
tanah. Tanah merupakan campuran yang heterogen dan beragam dari partikel
mineral anorganik, hasil rombakan bahwa organik dan berbagai jenis mikro
organisme, bersama-sama dengan udara dan air yang di dalamnya terlarut
berbagai garam- garam anorganik dan senyawa anorganik. Tanah juga
merupakan tempat tumbuh dengan sendirinya dan berkembang biak.
19
5. Faktor biotis
Manusia, hewan dan tumbuhan (lingkungan biotik) merupakan elemenelemen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kegiatan penebangan,
pembakaran hutan serta aktifitas lainnya seperti pengelolaan tanah,
pencemaran udara dan air, yang merupakan aspek-aspek biotik yang
berpengaruh terhadap penyerbukan, penyebaran biji dan buah juga persaingan
antara parasit dan simbiosis dengan tumbuhan lainnya. Hal ini akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan.
D. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan
Pengertian pertumbuhan anakan mahoni (Swietenia macrophylla King)
adalah suatu perkembangan yang menunjukkan pertambahan dan suatu sistem
organ hidup yang terdapat didalam anakan mahoni selama hidupnya (Anonim,
1993).
Menurut Baker (1950), yang dimaksud dengan pertumbuhan anakan
adalah pertambahan tumbuh membesar dan terbentuknya jaringan-jaringan baru.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pertumbuhan pohon meliputi pertumbuhan
bawah dan pertumbuhan atas.
Dalam bidang kehutanan, pertumbuhan pohon sangatlah penting untuk
dipelajari sebagai suatu pedoman atau cara untuk mengetahui pertambahan riap,
sehingga dapat diketahui hasil tegakan (volume). Riap merupakan pertambahan
tumbuh pohon dalam jangka waktu tertentu, dimana pertumbuhan dan riap ini
20
merupakan dua istilah yang dikenal dari sudut pandang Autekologi (ekologi suatu
jenis pohon).
Pertumbuhan dan perkembangan dari masing- masing pohon atau tegakan berbeda,
seperti tinggi dan diameter dan bidang dasar tidak sama dalam pertumbuhan
pohon (Soekotjo, 1976).
Menurut
Dipodiningrat
(1985)
kerapatan
tegakan
memperlambat
pertumbuhan diameter, tetapi dapat merangsang pertumbuhan tinggi. Hal ini
disebabkan
karena
pohon
mahoni
(Switenia
macrophylla
King)
mengkonsentrasikan energi untuk tajuknya.
E. Pengukuran Diameter
1.
Definisi Pengukuran Diameter
Pengukuran diameter pohon adalah mengukur panjang garis antara dua titik
pada garis antara dua titik pada garis lingkaran yang melalui titik pusat
(Endang,1990).
2.
Teknik Pengukuran Diameter Pohon dalam pengukuran diameter pohon di
lapangan, lazim digunakan adalah diameter setinggi dada sebab pengukurannya
paling mudah dan mempunyai korelasi yang kuat dengan parameter pohon yang
penting lainnya seperti luas bidang dasar dan volume batang pada umumnya.
Diameter setinggi dada diukur pada ketinggian batang 1,3 meter dari permukaan
tanah (Kadri, 1992).
Endang (1990) menyatakan, beberapa standar untuk pengukuran diameter yaitu:
21
1. Bagi pohon berdiri, diameter diukur pada ketinggian 1,3 meter di atas tanah
(diameter setinggi dada/diameter of breast height = dbh).
2. Bagi pohon berdiri yang berbanir, diameter diukur pada ketinggian 20 cm
diatas banir.
3. Bagi pohon yang berdiri yang bercabang adalah sebagai berikut:
1). Ketinggian cabang di atas 1,3 meter, diukur pada ketinggian 1,3 meter dari
permukaan tanah.
2). Ketinggian cabang kurang dari 1,3 meter diukur pada ketinggian 1 meter
dari cabang dan dianggap 2 pohon.
3). Ketinggian cabang tepat/sama 1,3 meter, diukur agak ke bawah dari cabang
± 10 cm.
4). Untuk pohon berdiri pada tanah miring, diameter diukur pada ketinggian
1,3 dari bagian tanah miring yang atas.
5). Bagi pohon menggembung pada ketinggian 1,3 meter, diukur pada
ketinggian 10 – 20 cm di atas bagian tepi yang menggembung.
6). Untuk pohon miring, diameter diukur pada ketinggian 1,3 meter searah
miring pohon.
F. Pengukuran Tinggi
Ada dua besaran yang perlu diperhatikan dalam konteks pengukuran
tinggi yaitu tinggi dan panjang (Suharlan dan Soediono, 1973) untuk dapat
22
membedakannya, maka dicoba memberikan pengertian secara definitif
sebagai berikut :
a.
Tinggi adalah jarak terpendek antara suatu titik dengan proyeksinya, bidang
datar atau horizontal.
b.
Panjang adalah jarak antara dua titik yang diukur menurut atau tidak
menurut garis lurus.
Sebagai komponen untuk menentukan vo lume kayu, tinggi anakan
dibedakan atas beberapa macam notasi :
a.
Tinggi anakan mahoni sebenarnya, yaitu jarak antara titik puncak anakan
mahoni yang proyeksinya pada bidang horizontal.
b.
Tinggi lepas dahan atau lepas cabang atau sampai permukaan tajuk, yaitu
jarak antara titk lepas cabang atau permulaan tajuk dengan proyeksinya pada
bidang datar atau horizontal.
c.
Tinggi batang komersil, yaitu tinggi batang yang saat itu laku di jual dalam
perdagangan.
d.
Tinggi tunggak, yaitu tinggi pangkal yang ditinggalkan pada waktu
penebangan, tinggi tunggak ini berkisar antara 30 – 80 cm, tergantung nilai
kayu, biaya transportasi dan permintaan.
Menurut Suharlan dan Sudiono ( 1973 ), kesalahan dalam pengukuran
tinggi tanaman berdasarkan sumber penyebabnya dapat di bedakan menjadi
empat macam, yaitu :
Kesalahan alat, sumber utamanya yaitu pada pembagian skala alat, tingkat
ketelitian alat dan kedudukan alat pada waktu mengukur.
23
a. Kesalahan sipengukur dalam menggunakan alat ukur.
b. Faktor lingkungan, misalnya pada kondisi fisik lapangan, topografi, cuaca
dan lain- lain.
c. Kesalahan karena keadaan anakannya, misalnya
anakan dalam keadaan
miring.
G. Penentuan Umur Dan Riap
1. Pengertian
Dimensi suatu organisme dalam hal ini adalah pohon dan/atau tegakan akan
mengalami perubahan jadi bertambah besar sejalan dengan pertambahan umur.
Pertambahan membesar dari dimensi pohon dan/atau tegakan menurut
pertambahan umurnya disebut pertumbuhan.
Dalam praktek istilah pertumbuhan seringkali diterapkan sama dengan riap
yang sebenarnya tidak sama.
Agar dapat membedakannya maka dicoba
memberikan pengertian yang difinitif, sebagai berikut :
a. Pertumbuhan
merupakan
pertambahan
tumbuh
dari
dimensi
pohon/tegakan sepanjang umurnya.
b. Riap merupakan pertambahan tumbuh dari dimensi pohon/tegakan untuk
jangka waktu atau umur tertentu.
Kedua istilah ini mempunyai hubungan yang erat dengan faktor umur
satu sama lainnya dan turut pegang perana n penting dalam mengambil
kebijaksanaan operasional di bidang kehutanan terutama dalam hal
pemeliharaan dan penebangan khususnya bagi hutan buatan.
24
2. Penentuan Umur
Umur
pohon/tegakan
panjangnya waktu.
lazim
dinyatakan
dalam
satuan
ukuran
Umur pohon ditentukan berdasarkan biji mulai
berkecambah sampai dengan saat pohon tersebut mati atau sampai jangka
waktu yang diinginkan. Umur tegakan ditentukan berdasarkan rata-rata
umur dari sejumlah pohon yang tumbuh didalamnya. Dalam menentukan
umur pohon/tegakan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Cara menurut statistik tahun pengalaman yang biasa tercantum dalam
rencana perusahaan.
Cara ini bersifat relatif dan khusus bagi hutan tanaman.
b. Cara melihat dimensi pohon.
Menghitung banyaknya lingkaran tahun
Ciri dari proses pertumbuhan melebar batang pohon ialah membentuk lapisanlapisan kayu tiap tahunnnya. Pada irisan melintang lapisan ini tampak seperti
lingkaran yang disebut lingkaran tahun. Lebar lingkaran tahun berbeda, sebab di
pengaruhi oleh keadaan musim. Bagi daerah-daerah yang mempunyai perbedaan
musim yang nyata antara kemarau dan penghujan atau panas dan dingin, lingkaran
tahun dapat terlihat dengan jelas, dimana dalam tiap tahunnya membentuk 2
lingkaran lapisan kayu yang tebalnya berlainan (tebal dan tipis).
Tetapi lingkaran tahun dipengaruhi oleh jenis dan tempat tumbuh pohon.
Untuk jenis yang tumbuh cepat dan mengugurkan daun pada tempat yang subur
akan tampak lebih jelas daripada yang sebaliknya.
25
Cara menghitung banyaknya lingkaran tahun ini dapat dilakukan dengan dua jalan
yaitu dengan bantuan alat ukur bor riap dan memotong batang pohon tersebut
secara horizontal. Kesulitan penentuan umur banyaknya lingkaran tahun adalah
sebagai berikut :
a. Sering kali batas atas lingkaran tahun tidak jelas terutama bagi jenis-jenis yang
tidak mengugurkan daun dan lambat tumbuh, tumbuh didaerah tropis yang
tidak jelas perbedaan musimnya dan kesuburannya kurang.
b. Kadang-kadang dijumpai lingkaran tahun yang palsu atau lingkaran tahun
ekstra yang terbentuk akib at faktor lingkungan dan faktor gangguan seperti
perubahan iklim, gangguan penyakit dan sebagainya.
Menghitung banyaknya lingkaran cabang prinsip dasar cara ini sama
halnya dengan cara menghitung banyaknya lingkaran tahun, bedanya terletak pada
letak pengukurannya yaitu disini pada cabang pohon sedang pada pengukuran
lingkaran tahun pada batang. Untuk menentukan umur berdasarkan lingkaran
cabang ini hanya dilakukan pada jenis-jenis kayu konifer (kayu daun jarum)
tertentu yang membentuk lingkaran cabang setiap tahunnya. Hal ini mengandung
arti bahwa penetapan terbatas bagi jenis-jenis kayu tertentu.
3. Penentuan Riap
Dalam istrilah ekonomi, riap ini sama pengertiannya dengan bunga dari
satu modal yang dibedakan dalam bentuk riap kotor dan riap bersih. Yang
dimaksud dengan riap kotor yaitu riap bersih ditambah dengan hasil yang
diperoleh. Arti hasil disini ialah hasil penjarangan termasuk pohon/tegakan
mati yang tidak dipungut hasilnya. Dan sebaliknya untuk riap bersih.
26
Dalam mencapai kelestarian hutan keseimbangan antara riap dan kematian
atau riap dan hasilnya sangat diperlukan. Di hutan alam yang tidak terganggu
terdapat keseimbangan tersebut atau riap kotor sama dengan kematian. Di
hutan buatan keseimbangan ini dapat diperoleh bila terpenuhi syarat-syarat
teknisnya dan pemungutan hasilnya sama dengan riap bersih.
Dari gambaran diatas menunjukkan bahwa riap turut pegang peranan
dalam pengaturan hutan. Satuan ukuran yang digunakan yaitu sistem metrik
menurut jangka waktu tertentu. Macam- macam riap ditentukan berdasarkan
parameter riap yang diukur dan jangka waktu penentuannya, adalah sebagai
berikut :
1) Parameter yang diukur
2). Riap diameter
3). Riap tinggi
4). Riap volume
Bila hanya dinyatakan dengan kata riap saja, berarti pembicaraan riap
tersebut adalah riap untuk volume.
b. Jangka waktu penentuannya
1). Riap tahunan berjalan merupakan pertambahan tumbuh dimensi
pohon/tegakan selama waktu satu tahun.
2). Riap rata-rata tahunan merupakan rata-rata pertumbuhan tumbuh
dimensi pohon/tegakan tiap tahunnya. Nilai parameter yang diukur
pada saat akhir dibagi dengan jumlah tahun untuk mendapatkan nilai
akhir tersebut.
27
3). Riap rata-rata periodik merupakan rata-rata pertumbuhan tumbuh
dimensi pohon/tegakan dalam satu periodik atau jangka waktu
tertentu.
Penentuan riap dimensi pohon/tegakan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu :
a. Cara langsung
1). Cara untuk menghitung lingkaran tahun atau dengan bantuan bor
riap.
2). Penentuan riap berdasarkan tabel tegakan, cara ini dapat diterapkan
pada tegakan seumur dan ada tabel tegakannya.
Dasar yang
digunakan dalam cara ini adalah : mengukur peninggi dan bidang
dasar per hektar berdasarkan pengukuran sebagian atau seluruh
tegakan. Kemudian ditentukan bonita (Kelas kesuburan tanahnya)
berdasarkan peninggi dan umurnya.
Selanjutnya mencari
volumenya pada permulaan umur dan umur akhir pengukurannya,
selisih dari keduanya inilah disebut riap normal. Riap sebenarnya
ditentukan berdasarkan perkalian antara riap normal dan kerapatan
tegakan.
3). Penentuan riap berdasarkan inventarisasi berulang. Cara ini berasal
dari prancis yang dikembangkan oleh A. Guernaud (1778) dan
dilanjutkan oleh H. Biolley (1920) dan dikenal dengan sebutan
methode
du
controle.
Prinsip
kerjanya
ialah
me lakukan
inventarisasi dimensi pohon/tegakan (diameter) seluruhnya pada
28
permulaan umur dan akhir umur kemudian ditentukan volumenya.
Dengan bantuan tabel volume setempat selisih dari kedua hasil
penentuan volume ini di tambah dengan hasil yang diperoleh
termasuk kematian adalah merupakan riap selama jangka waktu
tersebut.
b. Cara tidak langsung
Cara ini dengan menggunakan rumus-rumus perhitungan riap.
Sebagai prinsip dasar yang dipakai adalah riap diartikan sama
dengan bunga dari modal dan bunga tiap tahunnya dibungakan atau
dengan kata lain riap atau bunga ditentukan melalui perhitungan
bunga berbunga.
29
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di areal Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini selama 6 bulan ( mulai
bulan Februari s/d bulan Juli 2010 ) meliputi orientasi lapangan dan
pengambilan data baik primer maupun sekunder, serta penulisan karya
ilmiah.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Micro Califer, untuk mengukur diameter
b.
Kalkulator, Sebagai alat hitung
c.
Parang, untuk membersihkan lahan sekitar tanaman agar memudahkan
dalam pengambilan data.
d.
Meteran, untuk mengukur tinggi anakan Mahoni
e.
Alat tulis menulis, untuk mencatat data pohon yang di ukur
f.
Label untuk pembuat nomor pada pohon mahoni
g.
Spidol untuk menulis nomor mahoni pada label
30
2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah anakan mahoni
yang berumur 2 tahun, sedangkan mulai penanaman pada tahun 2008 yang
telah lewat dengan jarak tanam 5 x 5 m sejumlah 400 anakan mahoni di Areal
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian ini mempunyai urutan kerja sebagai
berikut :
1. Orientasi lapangan
Orientasi lapangan dilakukan sebagai studi pendahuluan yang
tujuannya untuk menentukan sistem kerja dalam penelitian, serta untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi dan kondisi areal
penelitian.
2. Studi literatur
Digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap obyek yang
akan diamati.
3. Mempersiapkan alat-alat yang akan diperlukan
Persiapan dilakukan untuk mengetahui kondisi alat yang akan
digunakan masih dalam kondisi yang baik atau rusak serta cara
penggunaannya.
4. Pembersihan di sekitar tanaman anakan mahoni.
Kegiatan ini dilakukan untuk membersihkan tanaman dari semak
belukar
31
dan tanaman-tanaman yang
membelit anakan mahoni
(Swietenia
macrophylla
King)
5. Melakukan penandaan dan penomoran pohon
Kegiatan penandaan ini dilakukan agar tidak terjadi pengukuran ulang
dan dalam penomoran pohon digunakan label plastik dengan ukuran 5 cm
x 5 cm.
6. Pengambilan data
Dalam pengambilan data menggunakan dua metode yaitu :
a. Pengambilan data diameter dilakukan pada ketinggian 10 cm di atas
permukaan tanah.
b. Pengambilan data tinggi dilakukan dengan menggunakan meteran dan
pengukuran tinggi yang dimaksud adalah tinggi total.
D. Pengolahan Data
Pengolahan data riap rata-rata diameter dan tinggi rata-rata dengan
menggunakan rumus :
1. Untuk mengetahui tinggi rata-rata :
t?
?
t
n
Dimana : t
?
n
= Tinggi rata-rata
t
= Jumlah hasil pengukuran tinggi
= Jumlah sampel
32
2. Untuk menghitung diameter rata-rata
?
d?
d
n
Dimana :
d
?
= Diameter rata-rata
d
= Jumlah hasil pengukuran pohon
n
= Jumlah sampel
3. Standar Deviation (Simpang Baku)
Standar deviation (Simpang Baku) merupakan suatu nilai untuk
mengetahui penyimpangan nilai- nilai individu terhadap rata-rata diameter
dan tinggi tanaman. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Sd ?
(? ? )2
n
n ?1
?? 2 ?
Keterangan :
Sd
= Standar Deviation (Simpang Baku)
?x
= Jumlah Nilai Indvidu
? X2 = Jumlah Individu yang dikuadratkan
n
= Jumlah Pohon
4. Coeffcient Of Variation (koefisien Variasi)
Mengingat ukuran dispersi absolut mudah menimbulkan kekaburan,
maka sering digunakan ukuran dispersif relatif. Diantara berbagai macam
ukuran dispersi relatif yang terkenal ialah yang bernama Coefficient Of
33
Variation (koefisien variasi), yaitu persentasi standar deviation terhadap
nilai rata-rata X (diameter / tinggi) dan untuk klasifikasi dari koefisien
variasi ialah sebagai berikut :
C.V = 0 – 10 % (dikatakan kecil / seragam)
C.V = 10 – 20 % (dikatakan sedang)
C.V = 20 – 30 % (dikatakan besar)
C.V = > 30 % (dikatakan sangat besar)
Rumus :
CV ?
Sd
x100%
?
Keterangan :
CV = Coefficient Of Variation (koefesien Variasi)
Sd
= Standar Deviation (Simpang Baku)
?
= Rata-rata (diameter / tinggi)
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tinggi
Dari hasil pengukuran di lapangan didapatkan data sebaran tinggi yang
dikelompokkan dalam kelas-kelas dengan interval 10 cm, seperti yang terlihat
pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Frekuensi Sebaran Tinggi Anakan Mahoni Berdasarkan Interval
Kelas 10 cm Untuk Pengkuran I (f1) dan Pengukuran II (f2)
Kelas
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
-
Mid Kelas
29
39
49
59
69
79
89
99
109
119
129
139
149
159
169
25
35
45
55
65
75
85
95
105
115
125
135
145
155
165
Pengukuran
f1
f2
8
16
1
20
10
14
19
7
12
4
11
4
11
5
3
4
4
3
6
2
3
2
1
5
1
2
Kumulatif
f1
8
24
44
58
65
69
73
78
82
85
87
89
f2
1
11
30
42
53
64
67
71
77
80
81
86
87
89
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan seperti pada Tabel 1 tersebut
dapat dituangkan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada gambar di
bawah ini.
35
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Diameter rata-rata anakan mahoni (Swietenia macrrophylla King) pengukuran
I sebesar 6,94 mm standar deviasi 1,99 mm koefisien variasi 28,73 %
sedangkan pada pengukuran II sebesar 11,93 mm, standar deviasi 3,87 mm
dan koefisien variasi 32,43 %.
2. Tinggi rata-rata anakan mahoni (Swietenia macrrophylla King) pengukuran I
sebesar 58,26 cm standar deviasi 29,06 cm koefisien variasi 49,88
%.sedangkan pada pengukuran II sebesar 83,0 cm standar deviasi 34,76 cm
koefisien variasi 41,88 %.
3.
Riap Diameter anakan mahoni (Swietenia macrrophylla King)
rata-rata
sebesar 4,99 mm standar deviasi 2,95 mm koefisien variasi 59,08 %
sedangkan rata-rata riap tinggi sebesar 24,74 cm dengan standar deviasi
10,52 cm dan koefisien variasi 42,48 %.
B. Saran
Untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai riap rata-rata tahunan
anakan mahoni (Swietenia macrrophylla King)
perlu di lakukan pengamatan
diameter dan tinggi pada umur yang berbeda . Disamping itu perlu pengkajian
terhadap tempat tumbuh yang berbeda dengan menganalisa berbagai faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
37
DAFTAR PUSTAKA
ANONIM.
1980.
Pedoman
Pembuatan
Tanaman.
Jendral.Kehutanan Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi.
Direktorat
ANONIM.1982. Silvukultur Khusus Departemen Pertanian .Direktorat Jendral
Kehutan. Jakarta.
ANONIM. 1986. Dasar Umum Ilmu Kehutanan Buku II. Kegiatan Dalam
Bidang Kehutanan Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Bagian Timur. Jakarta.
ARDIKOESOEMA. DILMY. 1956. Pengaman Balai Penyelidikan Kehutanan
Tentang Jenis - Jenis Kayu Mahoni atau Mahagoni Teristimewa
Keluarga Khaya. Balai Kehutanan.. Bogor.
BECKING, W. R. 1981. Manual Of Forest Inuventury Part Two.
BERATAWINATA, A. A,1987. Beberapa Contoh Pohon – Pohon Tanaman
Industri Cepat Tumbuh, Universitas Mulawarman. Samarinda.
DARAATMAJDJA, OH. M. 1985. Mata Kuliah Tanaman Hutan Semester II
dan III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan
tinggi Universitas Pajajaran. Bandung.
DIPODININGRAT, B. S. 1985. Manajemen hutan. Organisasi dan Tata
Laksana Pengusahaan. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan.
Universitas Gajah Mada.
DJIUN.H. 1957. Diktat Silvikultur Khusus, Pusat Pendidikan Cepu. Cepu.
ENDANG.at. al.1990. Manajemen Hutan. Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Univarisitas
Padjajaran. Bandung.
SAMINGAN, 1982. Dendrologi Diterbitkan Bagian Kerja Sama Dengan
Bagian Ekologi Fakultas Institut Pertanian Bogor. Bogor.
SHOEDINO, 1973. Ilmu Ukur Kayu.Lembaga Hutan Bogor. Bogor.
SOEKOTJO, W. 1976. Diktat Silvika Pusat Pendidikan Cepu. Direksi Perum
Perhutani.
SOETRISNO, K. 1996. Diktat Silvika Bahan Kuliah Fakultas Kehutanan
Universitas Mulawarman. Samarinda.
38
SUHARLAN, A. SOETRISNO, K. 1996. Diktat Silvika Bahan Kuliah
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman.. Samarinda.
39
LAMPIRAN
40
Lampiran 1.
Tabel 1. Data Pengukuran I (Tinggi dan diameter)
Tinggi
Diameter
(cm)
(mm)
Tinggi
Diameter
Tinggi
Diameter
(cm)
(mm)
(cm)
(mm)
1
39
6,0
40
59
10,0
79
40
6,0
2
51
7,0
3
55
6,0
41
47
8,0
80
28
4,0
42
124
7,0
81
35
4
20
4,0
6,0
43
97
10,3
82
32
5,0
5
6
20
6,0
44
44
10,3
83
36
5,0
34
7,0
45
43
10,0
84
30
4,0
7
44
7,0
46
45
7,5
85
32
4,0
8
20
6,0
47
54
10,5
86
25
6,0
9
20
6,0
48
60
8,5
87
36
7,0
10
25
6,0
49
86
6,0
88
37
5,0
11
21
5,0
50
41
10,0
89
52
7,0
12
39
4,0
51
78
7,0
13
104
8,0
52
90
9,0
14
75
8,0
53
60
10,4
15
57
7,0
54
47
8,5
16
42
5,0
55
136
8,0
17
49
6,0
56
56
10,1
18
60
6,0
57
41
5,0
19
68
7,5
58
38
7,5
20
90
7,0
59
40
7,0
21
124
6,0
60
51
8,5
22
93
7,5
61
70
7,0
23
50
4,0
62
54
7,5
24
82
8,5
63
56
9,0
25
85
9,0
64
60
5,5
26
112
8,5
65
45
7,0
27
61
6,0
66
43
4,0
28
38
5,0
67
40
5,0
29
106
8,0
68
117
10,3
30
113
10,5
69
35
5,0
31
88
8,0
70
54
6,0
32
98
8,5
71
40
5,0
33
51
4,0
72
40
4,0
34
107
9,0
73
41
4,0
35
65
10,4
74
57
6,0
36
72
7,0
75
45
6,0
No
No
41
37
138
8,5
76
37
4,0
38
109
10,5
77
30
4,0
39
41
10,7
78
35
6,0
42
Lampiran 2.
Tabel 2. Data Pengukuran II (Tinggi dan diameter)
Tinggi
Diameter
(cm)
(mm)
Tinggi
Diameter
(cm)
(mm)
Tinggi
Diameter
(cm)
(mm)
1
52
10
40
79
11
79
57
9
2
74
14
3
79
11
41
93
42
156
13
80
51
9
9
81
59
10
4
48
8
43
134
16
82
38
9
5
6
47
7
49
9
44
108
15
83
59
12
45
53
13
84
53
7
66
9
10
46
66
8
85
47
7
8
9
45
8
47
87
19
86
51
8
42
7
48
89
15
87
57
11
10
46
11
49
112
13
88
62
10
11
44
7
50
78
16
89
68
9
12
57
8
51
101
13
13
162
16
52
101
12
14
89
13
53
78
20
15
68
9
54
68
12
16
61
13
55
171
11
17
72
12
56
86
16
18
77
9
57
64
12
19
89
10
58
57
12
20
125
12
59
48
8
21
154
13
60
64
12
22
113
11
61
83
11
23
67
9
62
86
17
24
109
13
63
82
11
25
123
13
64
88
9
26
137
14
65
79
10
27
87
13
66
51
8
28
46
8
67
71
11
29
129
14
68
153
30
30
152
21
69
59
10
31
127
15
70
87
21
32
143
13
71
57
8
33
79
9
72
58
11
34
134
12
73
51
9
35
97
20
74
76
10
36
96
13
75
56
10
No
No
No
43
37
175
13
76
63
13
38
157
17
77
58
11
39
55
20
78
62
8
44
Lampiran 3.
Tabel 3. Perhitungan Riap Tinggi (cm) dan Riap Diameter (mm)
Riap
No
Tinggi
Diameter
(cm)
(mm)
1
13
4
2
23
3
24
4
Riap
No
Tinggi
Diameter
(cm)
(mm)
40
20
1
7
41
46
5
42
32
28
2
43
5
27
1
6
15
2
7
22
8
9
Riap
No
Tinggi
Diameter
(cm)
(mm)
79
17
3
5
80
23
5
2
81
24
6
37
5,7
82
6
4
44
64
4,7
83
23
7
45
10
3
84
23
5
3
46
21
5
85
15
3
25
2
47
33
8,5
86
26
2
22
1
48
29
6,5
87
21
4
10
21
5
49
26
7
88
25
5
11
23
2
50
37
6
89
16
2
12
18
4
51
23
6
13
58
8
52
11
3
14
14
5
53
18
9,6
15
11
2
54
21
3,5
16
19
8
55
35
3
17
23
6
56
30
5,9
18
17
3
57
23
7
19
21
2,5
58
19
4,5
20
35
5
59
8
1
21
30
7
60
13
3,5
22
20
3,5
61
13
4
23
17
5
62
32
9,5
24
27
4,5
63
26
2
25
38
4
64
28
3,5
26
25
5,5
65
34
3
27
26
7
66
8
4
28
8
3
67
31
6
29
23
6
68
36
19,7
30
39
10,5
69
24
5
31
39
7
70
33
15
32
45
4,5
71
17
3
33
28
5
72
18
7
34
27
3
73
10
5
35
32
9,6
74
19
4
36
24
6
75
11
4
37
37
4,5
76
26
9
38
48
6,5
77
28
7
39
14
9,3
78
27
2
Lampiran.4.
Gambar. 1. Anakan mahoni (Swietenia macrophylla King)
2
Lampiran.5.
Gambar. 2 Anakan mahoni (Swietenia macrophylla King)
3
Lampiran.6.
Gambar.3. Pengukuran Tinggi Anakan mahoni (Swietenia macrophylla King)
4
Lampiran. 7.
Gamba r.4. Pengukuran Diameter Anakan mahoni (Swietenia macrophylla King)
Download