motivasi remaja melakukan tindak kejahatan

advertisement
1
MOTIVASI REMAJA MELAKUKAN TINDAK KEJAHATAN
KESUSILAAN (STUDI KASUS PADA NARAPIDANA PERILAKU
SEKSUAL BERKELOMPOK DI LP ANAK BLITAR)
Dhesti Krisnawati
[email protected]
Ari Pratiwi
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi serta
yang menjadi sumber motivasi remaja dalam melakukan tindak kejahatan kesusilaan dalam
kasus perilaku seksual. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
dengan model pendekatan studi kasus.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
wawancara semi terstruktur dengan 3 Narapidana remaja pelaku tindak kejahatan kesusilaan
kasus perilaku seksual berkelompok. Analisis data menggunakan reduksi data dan display
data dari teori Miles & Huberman. Hasil dari penelitian ini menunjukan faktor-faktor yang
memotivasi remaja melakukan tindak kejahatan kesusilaan dalam kasus perilaku seksual
berkelompok berdasarkan data wawancara latar belakang masing-masing pelaku serta
kronologis kasus adalah pola asuh orangtua tunggal, pola asuh nenek permisif, keadaan
ekonomi, aktivitas dalam komunitas balap liar / geng motor memberi dampak yang tidak
baik, anggota dalam komunitas dominan berusia lebih tua, media informasi, pengetahuan
seksual dan pengalaman seksual. Sumber motivasi dalam kasusiniterdapat empat domain,
yakni domain biologis, adanya pengaruh zat adiktif. Domain social/lingkungan, masingmasing subjek memiliki peran yang berbeda dan saling mempengaruhi. Domain kognitif,
penilaian terhadap korban negatif. Domain behavioral/stimulus dari luar, perilaku korban
menggoda.
Kata Kunci : motivasi, tindak kejahatan kesusilaan, remaja, perilaku seksual
ABSTRACT
The purpose of this research is to figure out the process and motives behind crime
against decency in orgy sex behavior case among the teenagers. The method used in this
research is qualitative research through case study approach model. Data collected through
semi-structured interview of 3 convicts of crime against decency involved in orgy sex
behavior and then applying Miles & Huberman’s data reduction and display to analyze it.
The result of this research shows that individual background interview of each convict and
case chronology explain some factors that motivate teenagers to commit crime against
decency with orgy sex behavior. These factors are such as single parent parenting pattern,
permissive relatives parenting pattern, financial background, illegal street racing or motor
club activity where usually the older member of this community give negative influence to
them, informational media, sexual knowledge and experience. There are four domains of
motives source in this case, biological domain by addictive substance influence,
social/environmental domain by the influence of each subject with the different role,
cognitive domain by negative judgement or stigma of the victim. And the last one is
behavioral domain by external stimulus such as tempting behavior of the victim.
Keywords: motives, crime against decency, teenagers, sexual behavior
2
PENDAHULUAN
Tindak
kejahatan
merupakan
setiap tahunnya menunjukan kenaikan.
tindakan pelanggaran norma (Hukum
Putut
pidana)
merugikan,
memaparkan dari data polda metro,
perilaku yang menjengkelkan atau
kejahatan yang dilakukan remaja pada
perilaku yang dapat menimbulkan
tahun
korban.
meningkat pada tahun 2012 menjadi 41
perilaku
yang
Ahli kriminologi, Bonger
(Anwar
dan
merumuskan
Adang,
kejahatan
2010)
sebagai
(Beritasatu.com,
2011
sekitar
2012)
30
kasus,
kasus, artinya meningkat 11 kasus atau
sekitar 36.66%.
perbuatan anti sosial yang secara sadar
Masa remaja merupakan transisi
dan mendapatkan reaksi dari negara
masa kanak-kanak memasuki masa
berupa pemberian hukuman sebagai
dewasa. Masa remaja berlangsung
reaksi-reaksi terhadap rumusan hukum
pada usia 11 tahun dan berakhir pada
(legal definition) mengenai kejahatan.
usia
Tindak kejahatan dapat timbul
19
tahun
(Santrock,
2003).
Remaja akan mengalami perubahan
dimana saja dan kapan saja. Pelaku
pada
kejahatan tersebut dengan berbagai
sosioemosional. Umumnya memasuki
penampilan
berbagai
awal masa remaja dikaitkan dengan
kalangan. Tidak hanya dari kalangan
mulainya pubertas, yaitu mengarah
orang dewasa tetapi juga dari kalangan
pada kematangan perkembangan alat-
anak-anak. Anak menurut UU No.23
alat dan hormon - hormon seksualitas,
tahun 2002 pasal 1 adalah laki-laki
atau
maupun
perempuan yang berusia
kemampuan reproduksi (Papalia dkk,
dibawah 18 tahun. UU No.3 tahun
2004). Menurut Pudjono (Prihatin,
1997. Menurut Kepala LP Anak Kelas
Nuryoto, Aviatin, 2002), kematangan
IIA Blitar, narapidana yang ada di LP
secara
anak Blitar saat ini adalah mereka yang
menjadi mudah terangsang akan hal-
berusia diatas 12 dan dibawah 18
hal yang berkaitan dengan seksualitas
tahun, dimana usia tersebut dalam
karena
psikologi perkembangan tidak lagi
meningkat. Dorongan seksual yang
disebut
disebut
meningkat dan rasa ingin tahu yang
remaja(Papalia dan Olds, 2001).Tindak
besar tentang seksualitas, seringkali
kejahatan
membawa remaja yang sedang berada
dan
anak
yang
dari
namun
dilakukan
remaja,
fisik,
fertilitas
seksual
dorongan
kognitif
yang
dan
merupakan
membuat
seksual
remaja
yang
3
dalam posisi rentan, kepada kasus-
norma
kasus seksualitas.
harus/dilindungi oleh hukum demi
Fenomena tersebut diperkuat oleh
kesopanan
yang
terwujudnya tata tertib susila dalam
pemberitaan di berbagai media massa
bermasyarakat.
mengenai maraknya perilaku seksual di
kesusilaan dengan bentuk kejahatan
kalangan
dari
diatur dalam Kitab Undang-Undang
Efendi (Detiknews, 2013) menjelaskan
Hukum Pidana (KUHP) yakni Pasal
bahwa 12 Dari 40 kasus yang ditangani
281-299 Bab 14 Buku ke 2 KUHP
Subdit Renata Direskrimum Polda
bentuk tindak kejahatan kesusilaan
Jatim selama satu tahun merupakan
dalam
perkara persetubuhan yang melibatkan
berhubungan dengan masalah perilaku
anak di bawah umur. Hal ini juga
seksual.
remaja.Pemberitaan
Tindak
pidana
pasal-pasal
tersebut
diperkuat dengan berita dari Hafil
Dari fenomena perilaku seksual
(Republika, 2014) bahwa selama 2013
yang dilakukan remaja baik individu
hingga
dengan
Februari
Pangkalpinang
2014
telah
Polres
pasangannya
maupun
menangani
berkelompok jika dikaitkan dengan
sembilan kasus dan rata-rata masih
peraturan KUHP kesusilaan, perilaku
berumur 15 hingga 17 tahun dengan
seksual tersebut termasuk
status
tindak
masih
sebagai
pelajar.
kesusilaan
jenis
bentuk
kejahatan.
Pemberitaan lain juga memberitakan
Kepala LP Anak Kelas IIA Blitar
hal yang sama, berita terkait perilaku
(Wawancara,
seksual oleh remaja dalam harian
menyatakan ada satu kasus tindakan
Malang.Com remaja di kabupaten
kejahatan kesusilaan yang berbeda dari
Malang yang masih berusia 13 tahun
yang lain, yakni ketiga narapidana
menjadi
remaja
otak
kasus
pemerkosaan
secara bergilir( Taufik, 2011).
Perilaku
seksual
merupakan
bentuk
melanggar
Agusutus
melakukan
2014)
tindakan
perilaku seksual secara berkelompok
tersebut
tindakan
hukum
ini
23
yang
kejahatan
dengan
seorang
anak
perempuan
dibawah
umur.
Ketiga
narapidana
pelaku
tindak
kejahatan
remaja
kesusilaan. Menurut kamus hukum
kesusilaan
(Soedarsono,
komunitas geng motor, yang menurut
diartikan
1992)
sebagai
kesusilaan
tingkah
laku,
Kartono
ini
(Putra,
tergabung
2009)
dalam
fenomena
perbuatan percakapan bahwa sesuatu
kelompok yang sedang meresahkan
apapun yang berpautan dengan norma-
masyarakat akhir-akhir ini adalah geng
4
motor.
Ageng
merupakan
Dari berbagai dampak yang terjadi
kumpulan remaja yang memiliki tujuan
akibat tindak kejahatan kesusilaan
yang sama. Berawal dari mencari
yang dilakukan remaja, maka penting
pengalaman
untuk mengetahui faktor yang menjadi
perbuatan
hanya
baru,
anggota
yang
kemudian
geng
menjadi
latar
belakang
dan
menjadi
menjadi semakin tidak terkontrol, dan
sumbermotivasi sehingga mendorong
berubah aksi-aksinya menjadi tindak
remaja melakukan tindak kejahatan
kekerasan
tersebut
secara
pidana yang dilakukan oleh geng
Kelompok
terdiri
motor seperti, perkelahian, vandalisme
individu yang dimana individu atau
fasislitas umum, konsumsi minuman
organisme dipengaruhi oleh keadaan
keras, balap liar, tawuran, dan free sex
tertentu
(Putra, 2009).
kearah tujuan (goal) disebut motivasi
dan
kejahatan.
Tindak
Free sex atau perilaku seksual
berkelompok.
dari
beberapa
yang mendorong perilaku
(Walgito, 2010).
bebas tersebut dapat menimbulkan
Dilihat dari faktor penyebab suatu
masalah baru yang harus diperhatikan,
tindakan, motivasi dibagi menjadi dua
yakni mengenai Aborsi (penguguran
macam, yaitu motivasi intrinsik dan
janin). Misalnya yang dilakukan oleh
motivasi ekstrinsik. Yang dimaksud
remaja wanita di Makasar karena
dengan motivasi intrinsik adalah motif-
perilaku seksual persetubuhan diluar
motif tidak perlu didorong dari luar.
nikah(Daniaty, 2012). Selain aborsi
Sedangkan pada motivasi ekstrinsik
akibat
dari
Individu dalam melakukan suatu tugas
berkepanjangan
merasa yakin bahwa partisipasinya
yang
diantaranya
ditimbulkan
trauma
bagi korban yang masih dibawah
dalam
umur,
mendapatkan hasil yang diharapkan.
pelaku
remaja
akan
tugas
tersebut
akan
menghabiskan waktunya di LP anak
Setelah mengetahui faktor-faktor
hingga masa tahanan habis, pernikahan
yang menjadi latar belakang dan
dini yang tidak diinginkan akibat
menjadi sumber motivasi remaja dalam
keterlanjuran pihak wanita telah hamil,
melakukan
serta dapat membahayakan kesehatan
kesusilaan,
organ seksual baik pelaku maupun
diharapkan dapat mencegah terjadinya
korban (Kepala LP Anak Blitar, 23
berbagai
agustus 2014).
ditimbulkan. Oleh karena itu peneliti
tindak
dari
dampak
kejahatan
penelitian
yang
ini
mungkin
tertarik melakukan penelitian secara
5
empiris untuk melihat faktor intrinsik
Kejahatan Kesusilaan Studi Kasus
yang menjadi sumber motivasi maupun
pada
faktor
yang
berkelompok di LP Anak Kelas IIA
dalam
Blitar”. Subyek dari penelitian ini
melakukan tindak kejahatan kesusilaan
adalah narapidana kategori remaja
secara
pelaku tindak kejahatan kesusilaan
ekstrinsik
melatarbelakangi
remaja
berkelompok
dengan
judul
“Motivasi Remaja Melakukan Tindak
Narapidana
Perilaku
seksual
kasus perilaku seksual berkelompok.
METODE PENELITIAN
bertujuan untuk menjelaskan makna
DESAIN PENELITIAN
suatu realitas/ fenomena/gejala kepada
Penelitian ini menggunakan metode
subyek
dengan
penelitian kualitatif dengan pendekatan
melalui
pengumpulan
studi kasus. Metode penelitian kualitatif
mendetail (Faisal, 2010). Sesuai dengan
rumusan masalah penelitian ini,
sedalam-dalamnya
data
yang
PARTISIPAN
maka penelitian ini dilakukan dengan
Pada
penelitian
ini,
subyek
model pendekatan studi kasus (case
penelitian berjumlah 3 orang, pemilihan
study).Basuki (2006) bahwa studi kasus
subyek
adalah
sampling dengan 2 kriteria,
suatu
bentuk
penelitian
menggunakan
purposive
yaitu
(inquiry) atau studi tentang suatu
narapidana narapidana anak kategori
masalah
usia
yang
kekhususan
dilakukan
memiliki
sifat
(particularity),
dapat
baik
dengan
pendekatan
remaja
dengan
dan
kasus
kesusilaan
narapidana
tindak
kejahatan
(perilaku
seksual
kualitatif maupun kuantitatif, dengan
berkelompok).
sasaran perorangan (individual) maupun
DATA PENELITIAN
kelompok, bahkan masyarakat luas.
Data
anak
penelitian
ini
diperoleh
Stake (Basuki, 2006) menambahkan
melalui sumber data primer dan data
bahwa penekanan studi kasus adalah
sekunder.
memaksimalkan pemahaman tentang
melalui wawancara semi terstruktur dan
kasus yang dipelajari dan bukan untuk
observasi Anecdotal Recording. Sumber
mendapatkan
data sekunder dalam penelitian ini
dapat
generalisasi,
bersifat
sederhana
dan
kasusnya
kompleks
maupun
waktu
untuk
adalah
Data
Data
penjatuhan
primer
dokumen
hukuman
diperoleh
putusan
subyek
dan
mempelajari dapat pendek atau panjang,
sumber data primer. Dalam kasus
tergantung waktu untuk berkonsentrasi.
berkelompok sumber data primer dapat
6
dijadikan sumber data sekunder karena
Aktivitas dalam komunitas tersebut
setiap subyek dalam satu kejadian yang
tidak hanya balap liar saja, namun
sama dapat melihat pelaku lain dengan
mengkonsumsi
peran yang berbeda dan dengan cerita
minuman
yang menunjukan kesamaan ataupun
menjadi rutinitas sebelum memulai
berbeda.
balap liar. Anggota dari komunitas ini
ANALISA DATA
dominan
Analisa data menggunakan reduksi
obat
keras,
terlarang,
merokok,
individu-individu
sudah
yang
berusia lebih tua dari ketiga subyek.
data dan display data menurut Miles
Kebiasaan
Huberman (1992). Keabsahan data
dalam komunitas ini, menyewa wanita
menggunakan triangulasi sumber untuk
pekerja seksual sehinggasudah menjadi
menguji kredibilitas data dilakukan
hal
dengan cara mengecek data yang
menyaksikannya, bahkan pemenang
diperoleh melalui beberapa sumber
dalam taruhan balap liar sudah biasa
(Moleong, 2013). Sumber data dalam
menyewakan pekerja seksual untuk
penelitian ini adalah data primer ketiga
teman-teman komunitas yang menjadi
subyek dan dokumen data putusan
supporter serta pesta miras bersama.
hakim.
Hadiah yang didapat pemenang adalah
HASIL
uang dengan nominal jutaan, Rp
1. GAMBARAN KASUS
Ketiga remaja ini melakukan tindak
kejahatan kesusilaan, dalam kasus
perilaku seksual secara berkelompok.
Dikatakan berkelompok karena dalam
kasus ini hanya ada 1 korban dan 3
subyek sebagai pelaku tindak kejahatan
tersebut. Hubungan ketiga Subyek,
Subyek 1 merupakan teman sekolah
subyek 2 namun beda jurusan, Subyek
3 masih memiliki hubungan keluarga
dengan subyek 2, namun ketiganya
dari
beberapa
biasa
anggota
ketiga
subyek
10.000.000 – Rp 15.000.000, jika yang
digunakan balapan bukan motor sendiri
maka pemenangnya memberi 30% dari
uang yang diterima kepada pemilik
motor,
sisanya
menjadi
milik
pemenang. Terkadang mereka juga
membantu dibengkel balap, namun
pendapatan tidak sebanyak saat mereka
menang balapan. Uang yang didapat
saat
membantu
dibengkel
paling
banyak Rp 500.000.
Hubungan masing-masing subyek
menjadi anggota di satu komunitas
dengan
korban,
subyek
1
sudah
yang sama yakni komunitas balap liar.
mengenal korban kurang lebih 5 hari
7
hingga
kejadian
namun
sebelum
membangunkan subyek 3. Subyek 3
kejadian hanya bertemu 2 kali yakni
bangun
saat main kerumah teman bernama
rumahnya yang berada disebelah rumah
AN, teman lainnya bernama AR datang
neneknya tadi, lalu subyek 2 masuk
bersama korban dan mengenalkan
minta minum karena haus, teman-teman
korban pada subyek 1, pertemuan
yang lainnya tadi juga ikut masuk, dan
kedua saat subyek 1 kerumah AN dan
melihat ada PS (playstation) yang
mengajak AN ke warung kopi tempat
posisinya
biasa teman-teman komunitas kumpul
mereka semua duduk dikasur dan
bersama. Subyek 2 sudah mengenal
bermain
korban 1 minggu sampai kejadian,
bernama AR mengatakan kumpul kalau
subyek juga dikenalkan oleh temannya
gak ada jamunya gak enak, intinya AR
AR dan IM diwarung kopi biasa
minta minuman keras, subyek 2 minta
anggota
semua
komunitas
berkumpul,
lalu
membukakan
didepan
TV
playstation.
mengumpulkan
ada
Teman
uang
pintu
kasur,
yang
untuk
sedangkan subyek 3 tidak mengenal
membeli minuman itu, tapi tidak ada
korban sama sekali hanya bertemu saat
yang mengeluarkan uang, akhirnya
kejadian kasus ini dirumah Subyek 3
subyek 2 dan subyek 3 berinisiatif
dan tidak berkenalan.
membelikan
Awal kasus ini terjadi, subyek 1
dan subyek 2 bertemu di warung kopi
biasa mereka berkumpul, disana ada
teman-teman lainnya (AR, IM, UM,
AN) termasuk korban, korban satusatunya wanita diantara teman-teman
yang ada disana. Tidak lama kemudian
subyek 2 mengajak subyek 1 dan
temannya AR dan UM untuk kerumah
subyek 2 mengambil kalbulator motor,
akhirnya mereka berangkat termasuk
korban. Sesampainya dirumah subyek
3, subyek 3 sedang tidur ditelpondan
disms namuntidak merespon, nenek
subyek 3 keluar menemui mereka, lalu
saat
minuman
sudah
datang mereka semua minum termasuk
korban, korban ditawari subyek 1 dan
tanpa
menolak
minuman
juga
diputar
3
ikut
minum,
kali
hingga
minuman habis. Setelah beberapa menit
minuman sudah bereaksi mereka semua
dalam pengaruh minuman keras dan
sudah setengah sadar, teman yang
beranama UM sudah teler duluan
muntah-muntah
lalu
tidur,
korban
berbaring diatas kasur dan membuka
bajunya setengah pusar, AR dan subyek
1 mulai beraksi menciumi korban dan
subyek 1 meremas payudaranya, AR
tiba-tiba tidur juga disebelah UM.
subyek 1 memasukan jari tengahnya
8
pada vagina korban, lalu subyek 2
berpisah sejak Subyek duduk ditaman
mulai beraksi membuka celana korban
kanak-kanak.
dan menurunkan celana korban hingga
bersebelahan dengan pamannya dimana
lutut, kemudian subyek 2 membuka
pamannya tersebut banyak membantu
celanannya lalu memasukan penisnya
ekonomi
pada vagina korban dengan meminta
bersekolah di salah satu SMK swasta
bantuan subyek 1 dan subyek 3 untuk
dikota Nganjuk jurusan TKR ( Teknik
memegangi
namun
Kendaraan Ringan) kelas 2. Subyek
bersedia
memiliki banyak teman dari yang
membantu permintaan subyek 2, subyek
seumuran maupun lebih tua darinya.
3 tetap bermain PS. Setelah subyek 2
Teman disekolah tidak sama dengan
selesai menyetubuhi korban, Subyek 1
teman diluar sekolah. Subyek lebih
memberi dorongan pada subyek 3 untuk
sering
menyetubuhi korban, subyek 3 yang
bersama teman diluar rumah yang lebih
awalnya mengendalikan diri dengan
tua usianya. Kebiasaan subyek saat
tetap bermain PS, namun karena subyek
berkumpul dengan temannya adalah
1 memberi dorongan dengan menawari
nongkronng,
subyek 3 menyetubuhi korban maka
bareng, minum-minum, ngobat, dan
subyek 3 mengaku merasa tertantang,
balapan liar. Subyek mengenal bentuk
dan
zat adiktif dan mencobanya karena
hanya
tangan
subyek
akhirnya
1
korban
yang
menyetubuhi
korban
Rumah
keluarga
bertemu
subyek
subyek.
dan
Subyek
beraktivitas
ngopi bareng, ngerokok
sekitar 1 jam, berakhir karena ditendang
pergaulannya.
Pengetahuan
Subyek
korban.
menganai seks didapat melalui video
porno yang diberi temannya melalui
ponsel.
2. LATAR
BELAKANG
KEHIDUPAN SUBJEK
A. Subyek Pertama (SM)
Subyek lahir dan besar dikota
nganjuk. Subyek adalah anak pertama
dari dua bersaudara.Subyek memiliki
adik laki-laki yang masih duduk di
Sekolah Dasar. Subyek tinggal bersama
ibunya, ayah dan ibunya sudah lama
Sejak
itu
subyek
mulai
ketagihan menonton video tersebut dan
menjadikan tayangan video tersebut
sebagai
dongeng
sebelum
tidur.
Pengalaman seks lima kali dengan
pacar.
B. Subyek Kedua (DA)
Subyek lahir dan dibesarkan di
kota Nganjuk, subyek tinggal bersama
nenek dan adik perempuannya yang
9
masih duduk disekolah dasar. Orangtua
Namun subyek mengaku tidak suka
subyek telah berpisah sejak subyek
menonton video porno. Pengalaman
berusia kanak-kanak. Ibunya diceraikan
seks dua kali, dengan wanita pekerja
ayahnya karena ibu subyek sibuk
seksual yang disewa oleh teman dan
bekerja sebagai baby sister dan tidak
dengan korban pada kasus ini.
mengurusi ayah subyek juga subyek.
subyek merasa benci dengan ibunya
C. Subyek Ketiga (DM)
Subyek adalah anak pertama dari
sehingga subyek memilih ikut ayahnya,
selang 2 tahun kemudian ayah subyek
tiga
menikah lagi, dan untuk memenuhi
harmonis,
kebutuhan ekonomi keluarganya, ayah
hidup, subyek ditinggalkan oleh kedua
dan ibu tiri Subyek memutuskan untuk
orangtuanya
menitipkan subyek dan adik perempuan
jakarta
subyek
atau
Sebenarnya subyek ditawari untuk ikut
neneknya. Mulai saat itu subyek tinggal
dan sekolah diJakarta namun subyek
bertiga dengan nenek dan adiknya.
memikirkan neneknya sendirian, maka
Subyek
yang
subyek memilih tetap tinggal dan
sama dengan subyek pertama, yakni di
sekolah didesa. Pada saat itu subyek
SMK swasta
dengan jurusan yang
telah lulus SD dan awal-awal MOS
berbeda, jurusan TSM (Teknik Sepeda
(masa orientasi siswa) SMP, subyek
Motor).
dititipkan oleh orangtuanya kepada
kepada
ibu
bersekolah
ayahnya
disekolah
Subyek memiliki hobby
bersaudara,
namun
dan
untuk
keadaan
keluarga
karena
tuntutan
adik-adiknya
mencari
nafkah.
balapan liar dimana subyek pertama
neneknya,
merupakan teman dekat saat balapan
orangtuanya mencari nafkah diJakarta,
liar, teman nongkrong juga, minum,
subyek
ngobat
nenek berada dirumahnya sendiri tapi
namun
subyek
bukan
namun
ke
tinggal
dirumah
posisi
dalam mengenal zat adiktif tersebut
bersebelahan. Diantara kedua subyek
subyek dikenalkan zat adiktif tersebut
sebelumnya subyek berumur paling
oleh kakak ponakannya yang sudah
muda,
bekerja, dimana setelah pulang kerja
hubungan keluarga jauh dengan subyek
subyek
dan
2 (DA). Subyek masih duduk dikelas 3
tersebut.
SMP di salah satu SMP negeri yangada
mencobai
zat
diajak
adiktif
main
subyek
sendirian,
perokok.Subyek memiliki perbedaan
sering
rumah
selama ditinggal
Subyek
Nganjuk.
dan
masih
Subyek
nenek
memiliki
Pengetahuan subyek tentang seks, yakni
dikota
hanya
dari video porno yang diberi temannya.
memiliki teman diluar sekolah yang
10
seusianya 2 orang saja , sedangkan
bersama teman-teman yang lebih tua
banyak
darinya,
diatasnya.
teman
lainnya
Subyek
berusia
mengaku sering
yang
akhirnya
menjadi
kebiasaan saat berkumpul bersama,
bermain atau beraktivitas dengan teman
minum,
yang berusia diatasnya subyek merasa
melakukan hobby balapannya sebagai
nyaman karena bagi subyek yang
pekerjaan untuk menambah uang jajan.
berusia
Pengetahuan
diatasnya
pengalamannya
lebih
lebih
enak
banyak
merokok,
seks
ngobat
didapatkan
lalu
dari
diajak
petemanannya dengan yang berusia
cerita-cerita masalalu yang lucu-lucu.
lebih tua. Tidak memiliki pengalaman
Subyek mengenal zat adiktif saat
seks sebelum kasus.
Tabel 1. SUMBER MOTIVASI
SUMBER
MOTIVASI
Biologis :
1. Mengaktif
kan
alat
indera
2.
Dalam
pengaruh
zat adiktif
SUBYEK 1
SUBYEK 2
Menciumi,
meremas
payudara
dan
memasukan jari
tengah
pada
vagina korban.
√
Memasukan
Menyetubuhi
penis
pada korban selama
vagina korban / 1 jam.
menyetubuhi
korban selama 5
√
menit.
√
Behavioral :
√
Korban
menggoda
Kognitif
:
√
Menilai korban
bukan wanita
baik – baik
Merasakan
Afektif
ransangan
terjadi namun
tidak
meningkatkan
rangsangan
untuk
menyetubuhi
korban
Menuruti
Konatif
rangsangan
yang terjadi
namun tidak
sampai
menyetubuhi
SUBYEK 3
√
√
√
√
Merasakan
rangsangan dan
meningkatkan
rangsangan
Mencoba
mengendalikan
rangsangan
untuk tidak
menyetubuhi
korban
Menuruti rasa
penasaran
mengenai
keperawanan
korban lalu
menyetubuhi
Merasa
tertantang oleh
pengaruh kedua
subyek lain lalu
menyetubuhi
korban
11
Sosial/lingkun
gan
:
mengarah pada
keadaan dan
peran
dalam
kelompok
Spiritual
korban
korban
Memberi
bantuan
pada
subyek 2 saat
menyetubuhi
korban dengan
memegangi
tangan korban.
Meberi
deorongan atau
meberi
pengaruh pada
subyek 3 untuk
menyetubuhi
korban.
Takut
dosa
tidak
menyetubuhi
korban
Sebagai
pemimpin,
pelaku pertama
menyetubuhi
korban, dengan
meminta
bantuan subyek
1 dan subyek 2
saat
menyetubuhi
korban.
Sebagai
pengikut, diberi
pengaruh atau
dorongan untuk
menyetubuhi
korban
oleh
subyek 3.
Menyesal dan
gelisah setelah
kejadian takut
karma menimpa
adik perempuan
Menyadari
ajaran agama
setelah kejadian
tapi
tidak
menyesali
negatif.
DISKUSI
Dari
hasil
wawancara
latar
belakang pada subyek 1, 2 dan 3 dapat
dilihat bahwa ketiga subyek diasuh dengan
pola asuh orangtua yang permisif dimana
pola asuh ini memberikan peluang yang
bebas untuk anak melakukan apa saja yang
mereka inginkan. Hubungan sosial dari
ketiga subyek ini sama karena mereka
memang statusnya berteman dan memiliki
rutinitas
yang
sama
dalam
menjadi
anggota dalam kelompok geng yang
anggota gengnya terdiri dari anak-anak
sejenis (Hurlock, 2011). Dimana telah
terlihat jelas pada display data latar
belakang diatas bahwa aktivitas yang
mereka
jalani
bukanlah
aktivitas
komunitas yang menuju kearah ke arah
Pengetahuan
seksual,
mereka
dapatkan dari hubungan sosial mereka,
tidak lain anggota dalam komunitas balap
tersebut namun dari ketiga subyek ini,
hanya subyek 3 yang tidak memiliki
pengalaman seks sebelum kasus ini.
Subyek 2 memiliki pengalaman seks 1 kali
dengan wanita pekerja seksual yang
disewa
oleh
temannya,
dan
subyek
pertama memiliki pengalaman seksual
dengan pacar sebanyak kurang lebih 5 kali.
Pola asuh orang tua, pergaulan yang
semakin
bebas,
media
informasi,
pengetahuan seksual, merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi ketiga remaja
ini melakukan perilaku seksual secara
berkelompok (Sarwono, 2007) namun
tidak berhenti pada pengetahuan saja,
12
dimana dari data lapangan yang diperoleh,
subyek merasa rangsangan terjadi pada
kedua subyek yakni subyek 1 dan subyek 2
dirinya namun subyek tidak meningkatkan
telah
rangsangan tersebut, karena dalam domain
memiliki
pengalaman
seksual
sebelumnya.
spiritual dalam kejadian ini subyek sudah
Sumber motivasi (Huitt, 2001)
dalam kasus perilaku seksual berkelompok
ini,
masing-masing
subyek
meiliki
perbedaan dan persamaan. Pada subyek 1,
domain
behavioral/eksternal
subyek
mendapatkan stimulus dari luar menurut
Subyek
korban
menggoda
setelah
mengkonsumsi minuman keras bersama-
menghubungkan
dirinya
dengan
sang
pencipta subyek mengaku takut dosa,
meskipun dirinya juga ingin menyetubuhi
korban. Subyek dalam domain konatif
hanya memenuhi tujuannya untuk turuti
rangsangan yang terjadi namun hanya
sebatas menciumi korban dan meremas
payudara korban.
sama, korban membuka bajunya hingga
Subyek 2 sumber pengetahuan
atas pusar dengan berbaring dikasur.
seksual serta zat-zat adiktif Subyek didapat
Domain
yaitu
dari
kejadian
AR dan subyek 2
sosial/lingkungan,
saat
mendekati
kakak
diperkuat
keponakan
saat
subyek
subyek,
berada
dan
dalam
korban dan subyek 1 juga mendekati
komunitas yang sama dengan subyek 1
korban setelah itu menciumi korban
dan 3 yakni komunitas balap liar. Subyek
bersama-sama, lalu subyek 2 meminta
memiliki pengalaman seksual 1 kali, hal
bantuan untuk memegang tangan korban
ini dilakukan saat melihat temannya
saat subyek 2 menyetubuhi korban, dan
menyewa wanita pekerja seksual dan
subyek 1 memberi bantuan. Domain
teman
biologis, subyek dalam pengaruh zat
subyek untuk giliran melakukan hubungan
adiktif, setelah itu subyek mengaktifkan
seksual dengan wanita pekerja seksual
indera rasanya dengan menciumi korban
yang telah disewa teman subyek. Subyek
dan meremas payudara korban. Domain
dengan latar belakang tersebut pada saat
kognitif, subyek menilai korban sebagai
dalam
wanita yang tidak baik saat pertama kenal,
karena dengan kuat subyek memusatkan
karena subyek sempat diminta korban
perhatiannya pada stimulus dari luar
untuk membelikan rokok, dan dalam kasus
domain behavioral yakni reaksi korban
ini saat subyek menawarkan minuman
yang menggoda setelah mengkonsumsi
keras, korban tanpa menolak meminum
minuman
minuman keras tersebut. Domain afektif,
sosial/lingkungan muncul karena subyek 1
tersebut
kelompok
keras,
memberi
kesempatan
menjadi
kemudian
pemimpin,
domain
13
saat itu sedang menciumi korban maka
mengendalikan dirinya karena meskipun
subyek meminta bantuan subyek 1 dan 3
dalam domain kognitif subyek menilai
untuk memegang tangan korban saat
korban bukan wanita baik-baik Subyek
subyek 2 ini menyetubuhi korban, pada
tidak mengenal korban tersebut dan ingin
domain kognitif saat kejadian subyek
menahan dirinya dengan tetap bermain
berfikir bahwa korban bukanlah wanita
playstation ini masuk dalam domain
baik-baik dan domain konatif subyek
afektif subyek berusaha membuat dirinya
hanya ingin mengetahui apakah korban
kebih
masih perawan, domain afektif karena
perhatiannya pada korban dengan tidak
penasaran tersebut subyek meningkatkan
memberi bantuan pada subyek 2 saat
rangsangannya lalu menyetubuhi korban,
berhubungan
setelah tujuan itu tercapai bahwa subyek
sosial/lingkungan
mengetahui korban tidak perawan, domain
dorongan berupa ajakan yang mendorong
biologis subyek hanya mau melakukan
dari subyek 1 dan 2 dan dalam kondisi
hubungan
biologis dalam pengaruh zat adiktif,
seksual
tersebut
dengan
aman
dengan
seks,
namun
saat
itu
menit. Domain spiritual tidak muncul saat
rangsangan yang terjadi subyek melakukan
subyek
seks
hubungan seks bertujuan untuk memenuhi
berkelompok, domain spiritual ini muncul
rangsangan yang terjadi dalam dirinya ini
ketika
sebelum
masuk dalam domain konatif. Domain
penangkapan subyek merasa gelisah dan
spiritual tidak muncul saat kejadian kasus,
merasa bersalah karena subyek memiliki
domain spiritual muncul ketika subyek
adik perempuan, subyek mengaku takut
sudah berada di Lapas anak Blitar,
adiknya yang akan menerima karma dari
mengetahui tentang apa yang diperbuatnya
perbuatan yang dilakukan subyek.
itu dosa namun subyek mengaku tidak
setelah
kejadian
Subyek 3 dalam kasus perilaku
seksual
berkelompok
sebagai
peran
lagi
dengan
subyek
hubungan
dapat
domain
mengaktifkan alat inderanya selama 3
melakukan
tidak
mengalihkan
menahan
menyesalinya.
KESIMPULAN
pengikut yang juga menyetubuhi korban
Berdasarkan
dengan waktu kurang lebih 1 jam, subyek
dijelaskan sebelumnya maka dapat diambil
mandapat stimulus dari luar yakni korban
kesimpulan bahwa :
saat itu menggoda ini masuk domain
behavioral/eksternal. Saat kasus tersebut
terjadi,
saat
subyek
3
berusaha
1.
pembahasan
yang
telah
Berdasarkan data yang diperoleh dari
latar belakang ketiga subjek, faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku
14
seksual ketiga subjek adalah pola
perannya sebagai pengikut. Hal ini
asuh
permisif,
menunjukan bahwa subjek 3 yang
hubungan sosial dominan dengan
tidak memiliki pengalaman seks,
individu berusia lebih tua, komunitas
saat berada dalam kelompok perilaku
yang memberi pengaruh tidak baik,
seksual, dan diberi pengaruh atau
pengetahuan
yang
dorongan dapat menjadi pengikut
didapatkan dari menyaksikan teman
yang melakukan hubungan seks
dalam
paling lama.
orangtua
seksual
komunitas
hubungan
2.
yang
seks
melakukan
maupun
tukar-
3.
Domain yang paling kuat menjadi
menukar film melalui handphone.
sumber motivasi perilaku seksual
Sebelum terjadinya kasus tersebut,
berkelompok
riwayat pengalaman seksual subjek 1
domain,
memiliki pengalamn seksual dengan
behavioral (stimulus dari luar) yang
pacar sebanyak 5 kali, subjek 2
dimunculkan
oleh
memiliki pengalaman seksual 1 kali
berperilaku
menggoda.
dengan
berdasarkan domain biologis kondisi
wanita
pekerja
seksual
yakniadaempat
yang
domain
korban
Kedua
ketiga
pengalaman seksual.
dalam pengaruh zat adiktif. Ketiga
dengan
tersebut
pada
korban
belakang
domain sosial/lingkungan, dimana
melakukan
kondisi saat kejadian kasus ketiga
perilaku seksual berkelompok, ketiga
subjek, untuk melakukan hubungan
subjek memiliki perannya masing-
seksual ada yang berperan memberi
masing. Subjek 1 (SM) sebagai
bantuan, ada yang meminta bantuan,
pembantu
dan ada yang memberipengaruh atau
melakukan
latar
termasuk
yang
sedangkan subjek 3 tidak memiliki
Subjek
pelaku
pertama
saat
subjek
2
(DA)
persetubuhan
saat
dengan
dorongan
untuk
menyetubuhi
korban, subjek 2 (DA) sebagai
korban. Pada domain kognitif, ketiga
pelaku perilaku sekssual pertama
subjek
yang memimpin. Subjek 1 memberi
buruk terhadap korban sehingga
dorongan pada subjek 3 sehingga
ketiga subjek tidak memiliki rasa
ada kelanjutan perilaku seksual oleh
takut melakukan perilaku seksual
subjek
pada korban secara bersama-sama
3
(DM)
yang
merasa
tertantang oleh dorongan tersebut,
atau
memiliki
penilaian
yang
berkelompok.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anwar& Adang. (2010). Kriminologi.
Bandung : PT. Refika Aditama
Basuki, A. M. H. (2006). Penelitian
kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan
dan budaya. Jakarta: Gunadarma
Daniaty, Kurnia Rahma. (2012).
Tinjauan
Kriminologis
Terhadap
Kejahatan
Abortus
Provocatus
Kriminslis di Kota Makassar. Skripsi :
Universitas Hasanuddin Makassar
Fakultas Hukum
Effendi, Zainal. (2013). 12 Kasus
Pencabulan dilakukan Anak dibawah
Umur
dalam
Setahun.http://news.detik.com/read/201
3/12/17/084304/2443946/475/forum.det
ik.com/forum.detik.com/12-kasuspencabulan-dilakukan-anak-dibawahumur-dalam-setahun.
yang diakses
pada 4 september 2014 pukul 20:41
Faisal, S. (2010). Memahami Penelitian
Kualitatif dalam Metodelogi Penelitian
Go to Research University. Malang :
LKP2m
Hurlock, Elizabeth B. (2011) Psikologi
Perkembangan.
Jakarta:
Penerbit
Erlangga
Haffil, Muhammad. (2014). Tinggi
Kasus Persetubuhan Anak dibawah
Umur.
http://www.republika.co.id/berita/nasio
nal/daerah/14/03/06/n20ncv-tinggikasus-persetubuhan-anak-dibawahumur. yang diakses pada 4 september
2014 pukul 20:42
Huitt, W. (2011). Motivation to learn:
An overview. Educational Psychology
Interactive. Valdosta, GA: Valdosta
State University
KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana) Buku kedua : Kejahatan.
Jakarta : Pengacara Konsultan Hukum
RGS & Mitra
Meliyanti, Yeyen. (2005). Perbedaan
Motivasi untuk Menikah Antara
Remaja
Laki-laki
dan
Remaja
Perempuan di Kecamatan Sepatan
Tanggerang. Skripsi : UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Fakultas
Psikologi
Miles & Huberman. (1992). Analisis
Data Kualitatif (Tjejep Rohidi,
Penerj). Jakarta: UI-Press.
Moleong,
L.J.
(2011).
Metode
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman,
Ruth D. (2001). Human Development
(8th ed.). Boston: McGraw-Hill
Prihartini, Titi , Nuryoto, Sartini,
Aviatin, Tina. (2002). Hubungan
Antara Komunikasi Efektif Tentang
Seksualitas Dalam Keluarga Dengan
Sikap
Remaja
Awal
Terhadap
Pergaulan Bebas Antar Lawan Jenis.
Jurnal Psikologi 2002, No. 2, 124 –
139
Putra, Sari T B (2009) Persepsi
Anggota Geng Motor dan Faktor yang
Melatarbelakangi Penganiayaan di
Kabupaten
Subang.
Skripsi
:
Universitas
Jendral
Soedirman
Purwokerto Fakultas Hukum
Putut (2012) Polda : Metro Kejahatan
Remaja
Meningkat
Pesat.
http://http://www.beritasatu.com/perist
iwa-megapolitan/89874-polda-metrokejahatan-remaja-meningkat.html.
yang diakses pada 15 April 2015.
Santrock.
J.
W.
(2003).
Adolensce:Perkembangan
remaja
(edisi ke enam) Jakarta : Erlangga
Sarwono, Salito Wirawan. (2007).
Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Soedarsono. (1992). Kamus Hukum.
Jakarta : Rineka Cipta
16
Taufik, Ahmad. (2011). Inilah Keempat
Remaja Bejat Pelaku Pemerkosaan.
http://www.malangraya.info/2011/09/1
8/210606/4863/inilah-keempat-remajabejat-pelaku-pemerkosaan-/.
Yang
diakses pada 4 september 2014 pukul
20:45
Undang-Undang Negara Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
Walgito, Bimo. (2011). Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V
Andi Offset
Download