1 MOTIVASI REMAJA MELAKUKAN TINDAK KEJAHATAN KESUSILAAN (STUDI KASUS PADA NARAPIDANA PERILAKU SEKSUAL BERKELOMPOK DI LP ANAK BLITAR) Dhesti Krisnawati [email protected] Ari Pratiwi Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Brawijaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi serta yang menjadi sumber motivasi remaja dalam melakukan tindak kejahatan kesusilaan dalam kasus perilaku seksual. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan model pendekatan studi kasus.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur dengan 3 Narapidana remaja pelaku tindak kejahatan kesusilaan kasus perilaku seksual berkelompok. Analisis data menggunakan reduksi data dan display data dari teori Miles & Huberman. Hasil dari penelitian ini menunjukan faktor-faktor yang memotivasi remaja melakukan tindak kejahatan kesusilaan dalam kasus perilaku seksual berkelompok berdasarkan data wawancara latar belakang masing-masing pelaku serta kronologis kasus adalah pola asuh orangtua tunggal, pola asuh nenek permisif, keadaan ekonomi, aktivitas dalam komunitas balap liar / geng motor memberi dampak yang tidak baik, anggota dalam komunitas dominan berusia lebih tua, media informasi, pengetahuan seksual dan pengalaman seksual. Sumber motivasi dalam kasusiniterdapat empat domain, yakni domain biologis, adanya pengaruh zat adiktif. Domain social/lingkungan, masingmasing subjek memiliki peran yang berbeda dan saling mempengaruhi. Domain kognitif, penilaian terhadap korban negatif. Domain behavioral/stimulus dari luar, perilaku korban menggoda. Kata Kunci : motivasi, tindak kejahatan kesusilaan, remaja, perilaku seksual ABSTRACT The purpose of this research is to figure out the process and motives behind crime against decency in orgy sex behavior case among the teenagers. The method used in this research is qualitative research through case study approach model. Data collected through semi-structured interview of 3 convicts of crime against decency involved in orgy sex behavior and then applying Miles & Huberman’s data reduction and display to analyze it. The result of this research shows that individual background interview of each convict and case chronology explain some factors that motivate teenagers to commit crime against decency with orgy sex behavior. These factors are such as single parent parenting pattern, permissive relatives parenting pattern, financial background, illegal street racing or motor club activity where usually the older member of this community give negative influence to them, informational media, sexual knowledge and experience. There are four domains of motives source in this case, biological domain by addictive substance influence, social/environmental domain by the influence of each subject with the different role, cognitive domain by negative judgement or stigma of the victim. And the last one is behavioral domain by external stimulus such as tempting behavior of the victim. Keywords: motives, crime against decency, teenagers, sexual behavior 2 PENDAHULUAN Tindak kejahatan merupakan setiap tahunnya menunjukan kenaikan. tindakan pelanggaran norma (Hukum Putut pidana) merugikan, memaparkan dari data polda metro, perilaku yang menjengkelkan atau kejahatan yang dilakukan remaja pada perilaku yang dapat menimbulkan tahun korban. meningkat pada tahun 2012 menjadi 41 perilaku yang Ahli kriminologi, Bonger (Anwar dan merumuskan Adang, kejahatan 2010) sebagai (Beritasatu.com, 2011 sekitar 2012) 30 kasus, kasus, artinya meningkat 11 kasus atau sekitar 36.66%. perbuatan anti sosial yang secara sadar Masa remaja merupakan transisi dan mendapatkan reaksi dari negara masa kanak-kanak memasuki masa berupa pemberian hukuman sebagai dewasa. Masa remaja berlangsung reaksi-reaksi terhadap rumusan hukum pada usia 11 tahun dan berakhir pada (legal definition) mengenai kejahatan. usia Tindak kejahatan dapat timbul 19 tahun (Santrock, 2003). Remaja akan mengalami perubahan dimana saja dan kapan saja. Pelaku pada kejahatan tersebut dengan berbagai sosioemosional. Umumnya memasuki penampilan berbagai awal masa remaja dikaitkan dengan kalangan. Tidak hanya dari kalangan mulainya pubertas, yaitu mengarah orang dewasa tetapi juga dari kalangan pada kematangan perkembangan alat- anak-anak. Anak menurut UU No.23 alat dan hormon - hormon seksualitas, tahun 2002 pasal 1 adalah laki-laki atau maupun perempuan yang berusia kemampuan reproduksi (Papalia dkk, dibawah 18 tahun. UU No.3 tahun 2004). Menurut Pudjono (Prihatin, 1997. Menurut Kepala LP Anak Kelas Nuryoto, Aviatin, 2002), kematangan IIA Blitar, narapidana yang ada di LP secara anak Blitar saat ini adalah mereka yang menjadi mudah terangsang akan hal- berusia diatas 12 dan dibawah 18 hal yang berkaitan dengan seksualitas tahun, dimana usia tersebut dalam karena psikologi perkembangan tidak lagi meningkat. Dorongan seksual yang disebut disebut meningkat dan rasa ingin tahu yang remaja(Papalia dan Olds, 2001).Tindak besar tentang seksualitas, seringkali kejahatan membawa remaja yang sedang berada dan anak yang dari namun dilakukan remaja, fisik, fertilitas seksual dorongan kognitif yang dan merupakan membuat seksual remaja yang 3 dalam posisi rentan, kepada kasus- norma kasus seksualitas. harus/dilindungi oleh hukum demi Fenomena tersebut diperkuat oleh kesopanan yang terwujudnya tata tertib susila dalam pemberitaan di berbagai media massa bermasyarakat. mengenai maraknya perilaku seksual di kesusilaan dengan bentuk kejahatan kalangan dari diatur dalam Kitab Undang-Undang Efendi (Detiknews, 2013) menjelaskan Hukum Pidana (KUHP) yakni Pasal bahwa 12 Dari 40 kasus yang ditangani 281-299 Bab 14 Buku ke 2 KUHP Subdit Renata Direskrimum Polda bentuk tindak kejahatan kesusilaan Jatim selama satu tahun merupakan dalam perkara persetubuhan yang melibatkan berhubungan dengan masalah perilaku anak di bawah umur. Hal ini juga seksual. remaja.Pemberitaan Tindak pidana pasal-pasal tersebut diperkuat dengan berita dari Hafil Dari fenomena perilaku seksual (Republika, 2014) bahwa selama 2013 yang dilakukan remaja baik individu hingga dengan Februari Pangkalpinang 2014 telah Polres pasangannya maupun menangani berkelompok jika dikaitkan dengan sembilan kasus dan rata-rata masih peraturan KUHP kesusilaan, perilaku berumur 15 hingga 17 tahun dengan seksual tersebut termasuk status tindak masih sebagai pelajar. kesusilaan jenis bentuk kejahatan. Pemberitaan lain juga memberitakan Kepala LP Anak Kelas IIA Blitar hal yang sama, berita terkait perilaku (Wawancara, seksual oleh remaja dalam harian menyatakan ada satu kasus tindakan Malang.Com remaja di kabupaten kejahatan kesusilaan yang berbeda dari Malang yang masih berusia 13 tahun yang lain, yakni ketiga narapidana menjadi remaja otak kasus pemerkosaan secara bergilir( Taufik, 2011). Perilaku seksual merupakan bentuk melanggar Agusutus melakukan 2014) tindakan perilaku seksual secara berkelompok tersebut tindakan hukum ini 23 yang kejahatan dengan seorang anak perempuan dibawah umur. Ketiga narapidana pelaku tindak kejahatan remaja kesusilaan. Menurut kamus hukum kesusilaan (Soedarsono, komunitas geng motor, yang menurut diartikan 1992) sebagai kesusilaan tingkah laku, Kartono ini (Putra, tergabung 2009) dalam fenomena perbuatan percakapan bahwa sesuatu kelompok yang sedang meresahkan apapun yang berpautan dengan norma- masyarakat akhir-akhir ini adalah geng 4 motor. Ageng merupakan Dari berbagai dampak yang terjadi kumpulan remaja yang memiliki tujuan akibat tindak kejahatan kesusilaan yang sama. Berawal dari mencari yang dilakukan remaja, maka penting pengalaman untuk mengetahui faktor yang menjadi perbuatan hanya baru, anggota yang kemudian geng menjadi latar belakang dan menjadi menjadi semakin tidak terkontrol, dan sumbermotivasi sehingga mendorong berubah aksi-aksinya menjadi tindak remaja melakukan tindak kejahatan kekerasan tersebut secara pidana yang dilakukan oleh geng Kelompok terdiri motor seperti, perkelahian, vandalisme individu yang dimana individu atau fasislitas umum, konsumsi minuman organisme dipengaruhi oleh keadaan keras, balap liar, tawuran, dan free sex tertentu (Putra, 2009). kearah tujuan (goal) disebut motivasi dan kejahatan. Tindak Free sex atau perilaku seksual berkelompok. dari beberapa yang mendorong perilaku (Walgito, 2010). bebas tersebut dapat menimbulkan Dilihat dari faktor penyebab suatu masalah baru yang harus diperhatikan, tindakan, motivasi dibagi menjadi dua yakni mengenai Aborsi (penguguran macam, yaitu motivasi intrinsik dan janin). Misalnya yang dilakukan oleh motivasi ekstrinsik. Yang dimaksud remaja wanita di Makasar karena dengan motivasi intrinsik adalah motif- perilaku seksual persetubuhan diluar motif tidak perlu didorong dari luar. nikah(Daniaty, 2012). Selain aborsi Sedangkan pada motivasi ekstrinsik akibat dari Individu dalam melakukan suatu tugas berkepanjangan merasa yakin bahwa partisipasinya yang diantaranya ditimbulkan trauma bagi korban yang masih dibawah dalam umur, mendapatkan hasil yang diharapkan. pelaku remaja akan tugas tersebut akan menghabiskan waktunya di LP anak Setelah mengetahui faktor-faktor hingga masa tahanan habis, pernikahan yang menjadi latar belakang dan dini yang tidak diinginkan akibat menjadi sumber motivasi remaja dalam keterlanjuran pihak wanita telah hamil, melakukan serta dapat membahayakan kesehatan kesusilaan, organ seksual baik pelaku maupun diharapkan dapat mencegah terjadinya korban (Kepala LP Anak Blitar, 23 berbagai agustus 2014). ditimbulkan. Oleh karena itu peneliti tindak dari dampak kejahatan penelitian yang ini mungkin tertarik melakukan penelitian secara 5 empiris untuk melihat faktor intrinsik Kejahatan Kesusilaan Studi Kasus yang menjadi sumber motivasi maupun pada faktor yang berkelompok di LP Anak Kelas IIA dalam Blitar”. Subyek dari penelitian ini melakukan tindak kejahatan kesusilaan adalah narapidana kategori remaja secara pelaku tindak kejahatan kesusilaan ekstrinsik melatarbelakangi remaja berkelompok dengan judul “Motivasi Remaja Melakukan Tindak Narapidana Perilaku seksual kasus perilaku seksual berkelompok. METODE PENELITIAN bertujuan untuk menjelaskan makna DESAIN PENELITIAN suatu realitas/ fenomena/gejala kepada Penelitian ini menggunakan metode subyek dengan penelitian kualitatif dengan pendekatan melalui pengumpulan studi kasus. Metode penelitian kualitatif mendetail (Faisal, 2010). Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini, sedalam-dalamnya data yang PARTISIPAN maka penelitian ini dilakukan dengan Pada penelitian ini, subyek model pendekatan studi kasus (case penelitian berjumlah 3 orang, pemilihan study).Basuki (2006) bahwa studi kasus subyek adalah sampling dengan 2 kriteria, suatu bentuk penelitian menggunakan purposive yaitu (inquiry) atau studi tentang suatu narapidana narapidana anak kategori masalah usia yang kekhususan dilakukan memiliki sifat (particularity), dapat baik dengan pendekatan remaja dengan dan kasus kesusilaan narapidana tindak kejahatan (perilaku seksual kualitatif maupun kuantitatif, dengan berkelompok). sasaran perorangan (individual) maupun DATA PENELITIAN kelompok, bahkan masyarakat luas. Data anak penelitian ini diperoleh Stake (Basuki, 2006) menambahkan melalui sumber data primer dan data bahwa penekanan studi kasus adalah sekunder. memaksimalkan pemahaman tentang melalui wawancara semi terstruktur dan kasus yang dipelajari dan bukan untuk observasi Anecdotal Recording. Sumber mendapatkan data sekunder dalam penelitian ini dapat generalisasi, bersifat sederhana dan kasusnya kompleks maupun waktu untuk adalah Data Data penjatuhan primer dokumen hukuman diperoleh putusan subyek dan mempelajari dapat pendek atau panjang, sumber data primer. Dalam kasus tergantung waktu untuk berkonsentrasi. berkelompok sumber data primer dapat 6 dijadikan sumber data sekunder karena Aktivitas dalam komunitas tersebut setiap subyek dalam satu kejadian yang tidak hanya balap liar saja, namun sama dapat melihat pelaku lain dengan mengkonsumsi peran yang berbeda dan dengan cerita minuman yang menunjukan kesamaan ataupun menjadi rutinitas sebelum memulai berbeda. balap liar. Anggota dari komunitas ini ANALISA DATA dominan Analisa data menggunakan reduksi obat keras, terlarang, merokok, individu-individu sudah yang berusia lebih tua dari ketiga subyek. data dan display data menurut Miles Kebiasaan Huberman (1992). Keabsahan data dalam komunitas ini, menyewa wanita menggunakan triangulasi sumber untuk pekerja seksual sehinggasudah menjadi menguji kredibilitas data dilakukan hal dengan cara mengecek data yang menyaksikannya, bahkan pemenang diperoleh melalui beberapa sumber dalam taruhan balap liar sudah biasa (Moleong, 2013). Sumber data dalam menyewakan pekerja seksual untuk penelitian ini adalah data primer ketiga teman-teman komunitas yang menjadi subyek dan dokumen data putusan supporter serta pesta miras bersama. hakim. Hadiah yang didapat pemenang adalah HASIL uang dengan nominal jutaan, Rp 1. GAMBARAN KASUS Ketiga remaja ini melakukan tindak kejahatan kesusilaan, dalam kasus perilaku seksual secara berkelompok. Dikatakan berkelompok karena dalam kasus ini hanya ada 1 korban dan 3 subyek sebagai pelaku tindak kejahatan tersebut. Hubungan ketiga Subyek, Subyek 1 merupakan teman sekolah subyek 2 namun beda jurusan, Subyek 3 masih memiliki hubungan keluarga dengan subyek 2, namun ketiganya dari beberapa biasa anggota ketiga subyek 10.000.000 – Rp 15.000.000, jika yang digunakan balapan bukan motor sendiri maka pemenangnya memberi 30% dari uang yang diterima kepada pemilik motor, sisanya menjadi milik pemenang. Terkadang mereka juga membantu dibengkel balap, namun pendapatan tidak sebanyak saat mereka menang balapan. Uang yang didapat saat membantu dibengkel paling banyak Rp 500.000. Hubungan masing-masing subyek menjadi anggota di satu komunitas dengan korban, subyek 1 sudah yang sama yakni komunitas balap liar. mengenal korban kurang lebih 5 hari 7 hingga kejadian namun sebelum membangunkan subyek 3. Subyek 3 kejadian hanya bertemu 2 kali yakni bangun saat main kerumah teman bernama rumahnya yang berada disebelah rumah AN, teman lainnya bernama AR datang neneknya tadi, lalu subyek 2 masuk bersama korban dan mengenalkan minta minum karena haus, teman-teman korban pada subyek 1, pertemuan yang lainnya tadi juga ikut masuk, dan kedua saat subyek 1 kerumah AN dan melihat ada PS (playstation) yang mengajak AN ke warung kopi tempat posisinya biasa teman-teman komunitas kumpul mereka semua duduk dikasur dan bersama. Subyek 2 sudah mengenal bermain korban 1 minggu sampai kejadian, bernama AR mengatakan kumpul kalau subyek juga dikenalkan oleh temannya gak ada jamunya gak enak, intinya AR AR dan IM diwarung kopi biasa minta minuman keras, subyek 2 minta anggota semua komunitas berkumpul, lalu membukakan didepan TV playstation. mengumpulkan ada Teman uang pintu kasur, yang untuk sedangkan subyek 3 tidak mengenal membeli minuman itu, tapi tidak ada korban sama sekali hanya bertemu saat yang mengeluarkan uang, akhirnya kejadian kasus ini dirumah Subyek 3 subyek 2 dan subyek 3 berinisiatif dan tidak berkenalan. membelikan Awal kasus ini terjadi, subyek 1 dan subyek 2 bertemu di warung kopi biasa mereka berkumpul, disana ada teman-teman lainnya (AR, IM, UM, AN) termasuk korban, korban satusatunya wanita diantara teman-teman yang ada disana. Tidak lama kemudian subyek 2 mengajak subyek 1 dan temannya AR dan UM untuk kerumah subyek 2 mengambil kalbulator motor, akhirnya mereka berangkat termasuk korban. Sesampainya dirumah subyek 3, subyek 3 sedang tidur ditelpondan disms namuntidak merespon, nenek subyek 3 keluar menemui mereka, lalu saat minuman sudah datang mereka semua minum termasuk korban, korban ditawari subyek 1 dan tanpa menolak minuman juga diputar 3 ikut minum, kali hingga minuman habis. Setelah beberapa menit minuman sudah bereaksi mereka semua dalam pengaruh minuman keras dan sudah setengah sadar, teman yang beranama UM sudah teler duluan muntah-muntah lalu tidur, korban berbaring diatas kasur dan membuka bajunya setengah pusar, AR dan subyek 1 mulai beraksi menciumi korban dan subyek 1 meremas payudaranya, AR tiba-tiba tidur juga disebelah UM. subyek 1 memasukan jari tengahnya 8 pada vagina korban, lalu subyek 2 berpisah sejak Subyek duduk ditaman mulai beraksi membuka celana korban kanak-kanak. dan menurunkan celana korban hingga bersebelahan dengan pamannya dimana lutut, kemudian subyek 2 membuka pamannya tersebut banyak membantu celanannya lalu memasukan penisnya ekonomi pada vagina korban dengan meminta bersekolah di salah satu SMK swasta bantuan subyek 1 dan subyek 3 untuk dikota Nganjuk jurusan TKR ( Teknik memegangi namun Kendaraan Ringan) kelas 2. Subyek bersedia memiliki banyak teman dari yang membantu permintaan subyek 2, subyek seumuran maupun lebih tua darinya. 3 tetap bermain PS. Setelah subyek 2 Teman disekolah tidak sama dengan selesai menyetubuhi korban, Subyek 1 teman diluar sekolah. Subyek lebih memberi dorongan pada subyek 3 untuk sering menyetubuhi korban, subyek 3 yang bersama teman diluar rumah yang lebih awalnya mengendalikan diri dengan tua usianya. Kebiasaan subyek saat tetap bermain PS, namun karena subyek berkumpul dengan temannya adalah 1 memberi dorongan dengan menawari nongkronng, subyek 3 menyetubuhi korban maka bareng, minum-minum, ngobat, dan subyek 3 mengaku merasa tertantang, balapan liar. Subyek mengenal bentuk dan zat adiktif dan mencobanya karena hanya tangan subyek akhirnya 1 korban yang menyetubuhi korban Rumah keluarga bertemu subyek subyek. dan Subyek beraktivitas ngopi bareng, ngerokok sekitar 1 jam, berakhir karena ditendang pergaulannya. Pengetahuan Subyek korban. menganai seks didapat melalui video porno yang diberi temannya melalui ponsel. 2. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN SUBJEK A. Subyek Pertama (SM) Subyek lahir dan besar dikota nganjuk. Subyek adalah anak pertama dari dua bersaudara.Subyek memiliki adik laki-laki yang masih duduk di Sekolah Dasar. Subyek tinggal bersama ibunya, ayah dan ibunya sudah lama Sejak itu subyek mulai ketagihan menonton video tersebut dan menjadikan tayangan video tersebut sebagai dongeng sebelum tidur. Pengalaman seks lima kali dengan pacar. B. Subyek Kedua (DA) Subyek lahir dan dibesarkan di kota Nganjuk, subyek tinggal bersama nenek dan adik perempuannya yang 9 masih duduk disekolah dasar. Orangtua Namun subyek mengaku tidak suka subyek telah berpisah sejak subyek menonton video porno. Pengalaman berusia kanak-kanak. Ibunya diceraikan seks dua kali, dengan wanita pekerja ayahnya karena ibu subyek sibuk seksual yang disewa oleh teman dan bekerja sebagai baby sister dan tidak dengan korban pada kasus ini. mengurusi ayah subyek juga subyek. subyek merasa benci dengan ibunya C. Subyek Ketiga (DM) Subyek adalah anak pertama dari sehingga subyek memilih ikut ayahnya, selang 2 tahun kemudian ayah subyek tiga menikah lagi, dan untuk memenuhi harmonis, kebutuhan ekonomi keluarganya, ayah hidup, subyek ditinggalkan oleh kedua dan ibu tiri Subyek memutuskan untuk orangtuanya menitipkan subyek dan adik perempuan jakarta subyek atau Sebenarnya subyek ditawari untuk ikut neneknya. Mulai saat itu subyek tinggal dan sekolah diJakarta namun subyek bertiga dengan nenek dan adiknya. memikirkan neneknya sendirian, maka Subyek yang subyek memilih tetap tinggal dan sama dengan subyek pertama, yakni di sekolah didesa. Pada saat itu subyek SMK swasta dengan jurusan yang telah lulus SD dan awal-awal MOS berbeda, jurusan TSM (Teknik Sepeda (masa orientasi siswa) SMP, subyek Motor). dititipkan oleh orangtuanya kepada kepada ibu bersekolah ayahnya disekolah Subyek memiliki hobby bersaudara, namun dan untuk keadaan keluarga karena tuntutan adik-adiknya mencari nafkah. balapan liar dimana subyek pertama neneknya, merupakan teman dekat saat balapan orangtuanya mencari nafkah diJakarta, liar, teman nongkrong juga, minum, subyek ngobat nenek berada dirumahnya sendiri tapi namun subyek bukan namun ke tinggal dirumah posisi dalam mengenal zat adiktif tersebut bersebelahan. Diantara kedua subyek subyek dikenalkan zat adiktif tersebut sebelumnya subyek berumur paling oleh kakak ponakannya yang sudah muda, bekerja, dimana setelah pulang kerja hubungan keluarga jauh dengan subyek subyek dan 2 (DA). Subyek masih duduk dikelas 3 tersebut. SMP di salah satu SMP negeri yangada mencobai zat diajak adiktif main subyek sendirian, perokok.Subyek memiliki perbedaan sering rumah selama ditinggal Subyek Nganjuk. dan masih Subyek nenek memiliki Pengetahuan subyek tentang seks, yakni dikota hanya dari video porno yang diberi temannya. memiliki teman diluar sekolah yang 10 seusianya 2 orang saja , sedangkan bersama teman-teman yang lebih tua banyak darinya, diatasnya. teman lainnya Subyek berusia mengaku sering yang akhirnya menjadi kebiasaan saat berkumpul bersama, bermain atau beraktivitas dengan teman minum, yang berusia diatasnya subyek merasa melakukan hobby balapannya sebagai nyaman karena bagi subyek yang pekerjaan untuk menambah uang jajan. berusia Pengetahuan diatasnya pengalamannya lebih lebih enak banyak merokok, seks ngobat didapatkan lalu dari diajak petemanannya dengan yang berusia cerita-cerita masalalu yang lucu-lucu. lebih tua. Tidak memiliki pengalaman Subyek mengenal zat adiktif saat seks sebelum kasus. Tabel 1. SUMBER MOTIVASI SUMBER MOTIVASI Biologis : 1. Mengaktif kan alat indera 2. Dalam pengaruh zat adiktif SUBYEK 1 SUBYEK 2 Menciumi, meremas payudara dan memasukan jari tengah pada vagina korban. √ Memasukan Menyetubuhi penis pada korban selama vagina korban / 1 jam. menyetubuhi korban selama 5 √ menit. √ Behavioral : √ Korban menggoda Kognitif : √ Menilai korban bukan wanita baik – baik Merasakan Afektif ransangan terjadi namun tidak meningkatkan rangsangan untuk menyetubuhi korban Menuruti Konatif rangsangan yang terjadi namun tidak sampai menyetubuhi SUBYEK 3 √ √ √ √ Merasakan rangsangan dan meningkatkan rangsangan Mencoba mengendalikan rangsangan untuk tidak menyetubuhi korban Menuruti rasa penasaran mengenai keperawanan korban lalu menyetubuhi Merasa tertantang oleh pengaruh kedua subyek lain lalu menyetubuhi korban 11 Sosial/lingkun gan : mengarah pada keadaan dan peran dalam kelompok Spiritual korban korban Memberi bantuan pada subyek 2 saat menyetubuhi korban dengan memegangi tangan korban. Meberi deorongan atau meberi pengaruh pada subyek 3 untuk menyetubuhi korban. Takut dosa tidak menyetubuhi korban Sebagai pemimpin, pelaku pertama menyetubuhi korban, dengan meminta bantuan subyek 1 dan subyek 2 saat menyetubuhi korban. Sebagai pengikut, diberi pengaruh atau dorongan untuk menyetubuhi korban oleh subyek 3. Menyesal dan gelisah setelah kejadian takut karma menimpa adik perempuan Menyadari ajaran agama setelah kejadian tapi tidak menyesali negatif. DISKUSI Dari hasil wawancara latar belakang pada subyek 1, 2 dan 3 dapat dilihat bahwa ketiga subyek diasuh dengan pola asuh orangtua yang permisif dimana pola asuh ini memberikan peluang yang bebas untuk anak melakukan apa saja yang mereka inginkan. Hubungan sosial dari ketiga subyek ini sama karena mereka memang statusnya berteman dan memiliki rutinitas yang sama dalam menjadi anggota dalam kelompok geng yang anggota gengnya terdiri dari anak-anak sejenis (Hurlock, 2011). Dimana telah terlihat jelas pada display data latar belakang diatas bahwa aktivitas yang mereka jalani bukanlah aktivitas komunitas yang menuju kearah ke arah Pengetahuan seksual, mereka dapatkan dari hubungan sosial mereka, tidak lain anggota dalam komunitas balap tersebut namun dari ketiga subyek ini, hanya subyek 3 yang tidak memiliki pengalaman seks sebelum kasus ini. Subyek 2 memiliki pengalaman seks 1 kali dengan wanita pekerja seksual yang disewa oleh temannya, dan subyek pertama memiliki pengalaman seksual dengan pacar sebanyak kurang lebih 5 kali. Pola asuh orang tua, pergaulan yang semakin bebas, media informasi, pengetahuan seksual, merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi ketiga remaja ini melakukan perilaku seksual secara berkelompok (Sarwono, 2007) namun tidak berhenti pada pengetahuan saja, 12 dimana dari data lapangan yang diperoleh, subyek merasa rangsangan terjadi pada kedua subyek yakni subyek 1 dan subyek 2 dirinya namun subyek tidak meningkatkan telah rangsangan tersebut, karena dalam domain memiliki pengalaman seksual sebelumnya. spiritual dalam kejadian ini subyek sudah Sumber motivasi (Huitt, 2001) dalam kasus perilaku seksual berkelompok ini, masing-masing subyek meiliki perbedaan dan persamaan. Pada subyek 1, domain behavioral/eksternal subyek mendapatkan stimulus dari luar menurut Subyek korban menggoda setelah mengkonsumsi minuman keras bersama- menghubungkan dirinya dengan sang pencipta subyek mengaku takut dosa, meskipun dirinya juga ingin menyetubuhi korban. Subyek dalam domain konatif hanya memenuhi tujuannya untuk turuti rangsangan yang terjadi namun hanya sebatas menciumi korban dan meremas payudara korban. sama, korban membuka bajunya hingga Subyek 2 sumber pengetahuan atas pusar dengan berbaring dikasur. seksual serta zat-zat adiktif Subyek didapat Domain yaitu dari kejadian AR dan subyek 2 sosial/lingkungan, saat mendekati kakak diperkuat keponakan saat subyek subyek, berada dan dalam korban dan subyek 1 juga mendekati komunitas yang sama dengan subyek 1 korban setelah itu menciumi korban dan 3 yakni komunitas balap liar. Subyek bersama-sama, lalu subyek 2 meminta memiliki pengalaman seksual 1 kali, hal bantuan untuk memegang tangan korban ini dilakukan saat melihat temannya saat subyek 2 menyetubuhi korban, dan menyewa wanita pekerja seksual dan subyek 1 memberi bantuan. Domain teman biologis, subyek dalam pengaruh zat subyek untuk giliran melakukan hubungan adiktif, setelah itu subyek mengaktifkan seksual dengan wanita pekerja seksual indera rasanya dengan menciumi korban yang telah disewa teman subyek. Subyek dan meremas payudara korban. Domain dengan latar belakang tersebut pada saat kognitif, subyek menilai korban sebagai dalam wanita yang tidak baik saat pertama kenal, karena dengan kuat subyek memusatkan karena subyek sempat diminta korban perhatiannya pada stimulus dari luar untuk membelikan rokok, dan dalam kasus domain behavioral yakni reaksi korban ini saat subyek menawarkan minuman yang menggoda setelah mengkonsumsi keras, korban tanpa menolak meminum minuman minuman keras tersebut. Domain afektif, sosial/lingkungan muncul karena subyek 1 tersebut kelompok keras, memberi kesempatan menjadi kemudian pemimpin, domain 13 saat itu sedang menciumi korban maka mengendalikan dirinya karena meskipun subyek meminta bantuan subyek 1 dan 3 dalam domain kognitif subyek menilai untuk memegang tangan korban saat korban bukan wanita baik-baik Subyek subyek 2 ini menyetubuhi korban, pada tidak mengenal korban tersebut dan ingin domain kognitif saat kejadian subyek menahan dirinya dengan tetap bermain berfikir bahwa korban bukanlah wanita playstation ini masuk dalam domain baik-baik dan domain konatif subyek afektif subyek berusaha membuat dirinya hanya ingin mengetahui apakah korban kebih masih perawan, domain afektif karena perhatiannya pada korban dengan tidak penasaran tersebut subyek meningkatkan memberi bantuan pada subyek 2 saat rangsangannya lalu menyetubuhi korban, berhubungan setelah tujuan itu tercapai bahwa subyek sosial/lingkungan mengetahui korban tidak perawan, domain dorongan berupa ajakan yang mendorong biologis subyek hanya mau melakukan dari subyek 1 dan 2 dan dalam kondisi hubungan biologis dalam pengaruh zat adiktif, seksual tersebut dengan aman dengan seks, namun saat itu menit. Domain spiritual tidak muncul saat rangsangan yang terjadi subyek melakukan subyek seks hubungan seks bertujuan untuk memenuhi berkelompok, domain spiritual ini muncul rangsangan yang terjadi dalam dirinya ini ketika sebelum masuk dalam domain konatif. Domain penangkapan subyek merasa gelisah dan spiritual tidak muncul saat kejadian kasus, merasa bersalah karena subyek memiliki domain spiritual muncul ketika subyek adik perempuan, subyek mengaku takut sudah berada di Lapas anak Blitar, adiknya yang akan menerima karma dari mengetahui tentang apa yang diperbuatnya perbuatan yang dilakukan subyek. itu dosa namun subyek mengaku tidak setelah kejadian Subyek 3 dalam kasus perilaku seksual berkelompok sebagai peran lagi dengan subyek hubungan dapat domain mengaktifkan alat inderanya selama 3 melakukan tidak mengalihkan menahan menyesalinya. KESIMPULAN pengikut yang juga menyetubuhi korban Berdasarkan dengan waktu kurang lebih 1 jam, subyek dijelaskan sebelumnya maka dapat diambil mandapat stimulus dari luar yakni korban kesimpulan bahwa : saat itu menggoda ini masuk domain behavioral/eksternal. Saat kasus tersebut terjadi, saat subyek 3 berusaha 1. pembahasan yang telah Berdasarkan data yang diperoleh dari latar belakang ketiga subjek, faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku 14 seksual ketiga subjek adalah pola perannya sebagai pengikut. Hal ini asuh permisif, menunjukan bahwa subjek 3 yang hubungan sosial dominan dengan tidak memiliki pengalaman seks, individu berusia lebih tua, komunitas saat berada dalam kelompok perilaku yang memberi pengaruh tidak baik, seksual, dan diberi pengaruh atau pengetahuan yang dorongan dapat menjadi pengikut didapatkan dari menyaksikan teman yang melakukan hubungan seks dalam paling lama. orangtua seksual komunitas hubungan 2. yang seks melakukan maupun tukar- 3. Domain yang paling kuat menjadi menukar film melalui handphone. sumber motivasi perilaku seksual Sebelum terjadinya kasus tersebut, berkelompok riwayat pengalaman seksual subjek 1 domain, memiliki pengalamn seksual dengan behavioral (stimulus dari luar) yang pacar sebanyak 5 kali, subjek 2 dimunculkan oleh memiliki pengalaman seksual 1 kali berperilaku menggoda. dengan berdasarkan domain biologis kondisi wanita pekerja seksual yakniadaempat yang domain korban Kedua ketiga pengalaman seksual. dalam pengaruh zat adiktif. Ketiga dengan tersebut pada korban belakang domain sosial/lingkungan, dimana melakukan kondisi saat kejadian kasus ketiga perilaku seksual berkelompok, ketiga subjek, untuk melakukan hubungan subjek memiliki perannya masing- seksual ada yang berperan memberi masing. Subjek 1 (SM) sebagai bantuan, ada yang meminta bantuan, pembantu dan ada yang memberipengaruh atau melakukan latar termasuk yang sedangkan subjek 3 tidak memiliki Subjek pelaku pertama saat subjek 2 (DA) persetubuhan saat dengan dorongan untuk menyetubuhi korban, subjek 2 (DA) sebagai korban. Pada domain kognitif, ketiga pelaku perilaku sekssual pertama subjek yang memimpin. Subjek 1 memberi buruk terhadap korban sehingga dorongan pada subjek 3 sehingga ketiga subjek tidak memiliki rasa ada kelanjutan perilaku seksual oleh takut melakukan perilaku seksual subjek pada korban secara bersama-sama 3 (DM) yang merasa tertantang oleh dorongan tersebut, atau memiliki penilaian yang berkelompok. 15 DAFTAR PUSTAKA Anwar& Adang. (2010). Kriminologi. Bandung : PT. Refika Aditama Basuki, A. M. H. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Gunadarma Daniaty, Kurnia Rahma. (2012). Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Abortus Provocatus Kriminslis di Kota Makassar. Skripsi : Universitas Hasanuddin Makassar Fakultas Hukum Effendi, Zainal. (2013). 12 Kasus Pencabulan dilakukan Anak dibawah Umur dalam Setahun.http://news.detik.com/read/201 3/12/17/084304/2443946/475/forum.det ik.com/forum.detik.com/12-kasuspencabulan-dilakukan-anak-dibawahumur-dalam-setahun. yang diakses pada 4 september 2014 pukul 20:41 Faisal, S. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif dalam Metodelogi Penelitian Go to Research University. Malang : LKP2m Hurlock, Elizabeth B. (2011) Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga Haffil, Muhammad. (2014). Tinggi Kasus Persetubuhan Anak dibawah Umur. http://www.republika.co.id/berita/nasio nal/daerah/14/03/06/n20ncv-tinggikasus-persetubuhan-anak-dibawahumur. yang diakses pada 4 september 2014 pukul 20:42 Huitt, W. (2011). Motivation to learn: An overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Buku kedua : Kejahatan. Jakarta : Pengacara Konsultan Hukum RGS & Mitra Meliyanti, Yeyen. (2005). Perbedaan Motivasi untuk Menikah Antara Remaja Laki-laki dan Remaja Perempuan di Kecamatan Sepatan Tanggerang. Skripsi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi Miles & Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif (Tjejep Rohidi, Penerj). Jakarta: UI-Press. Moleong, L.J. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human Development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill Prihartini, Titi , Nuryoto, Sartini, Aviatin, Tina. (2002). Hubungan Antara Komunikasi Efektif Tentang Seksualitas Dalam Keluarga Dengan Sikap Remaja Awal Terhadap Pergaulan Bebas Antar Lawan Jenis. Jurnal Psikologi 2002, No. 2, 124 – 139 Putra, Sari T B (2009) Persepsi Anggota Geng Motor dan Faktor yang Melatarbelakangi Penganiayaan di Kabupaten Subang. Skripsi : Universitas Jendral Soedirman Purwokerto Fakultas Hukum Putut (2012) Polda : Metro Kejahatan Remaja Meningkat Pesat. http://http://www.beritasatu.com/perist iwa-megapolitan/89874-polda-metrokejahatan-remaja-meningkat.html. yang diakses pada 15 April 2015. Santrock. J. W. (2003). Adolensce:Perkembangan remaja (edisi ke enam) Jakarta : Erlangga Sarwono, Salito Wirawan. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Soedarsono. (1992). Kamus Hukum. Jakarta : Rineka Cipta 16 Taufik, Ahmad. (2011). Inilah Keempat Remaja Bejat Pelaku Pemerkosaan. http://www.malangraya.info/2011/09/1 8/210606/4863/inilah-keempat-remajabejat-pelaku-pemerkosaan-/. Yang diakses pada 4 september 2014 pukul 20:45 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Walgito, Bimo. (2011). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offset