Jantung merupakan organ vital yang bertugas memompa darah

advertisement
Jantung merupakan organ vital yang bertugas memompa darah untuk semua organ-organ badan. Henti
jantung atau cardiac arrest adalah suatu keadaan berhentinya sirkulasi normal dari darah dalam
kaitannya dengan kegagalan jantung untuk berkontaksi secara efektif selama systole. Kegagalan untuk
berkontraksi dapat mengakibatkan kematian yang mendadak, bahkan dapat terjadi kematian seketika
(Instantaneous Death) dan disebut sudden cardiac death (SCD). Cardiac arrest biasa disebut
cardiorespiratory arrest, cardiopulmonary arrest, atau circulatory arrest. Cardiac arrest berbeda dengan
infark miokard, dimana aliran darah ke jantung yang masih berdetak terganggu.1,2,3
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa faktor, diantaranya
penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan listrik, kekurangan oksigen
akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur
jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan. Penyebab lain cardiac arrest adalah
tamponade jantung dan tension pneumothorax. 1,2
Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah
mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi
akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin
terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10
menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengan segera, kerusakan organ yang serius
seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah. 1,2,4
Cardiac arrest dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Hal ini dapat juga terjadi secara tibatiba pada seseorang yang terlihat sehat, dan menyebabkan kematian yang mendadak atau sudden
cardiac death (SCD). Hal ini merupakan suatu kegawat daruratan medis, dapat berpotensi untuk
membaik jika ditangani seawal mungkin. Penanganan pertama untuk cardiac arrest adalah
cardiopulmonary resuscitation (biasa disebut CPR) yang akan mendukung sirkulasi peredaran darah
sampai tersedia perawatan medis yang pasti. Penanganan berikutnya sangat bergantung pada irama
jantung yang terlihat pada pemeriksaan lanjutan, apakah terdapat aritmia atau tidak, tetapi sering kali
diperlukan defibrillasi untuk mengembalikan irama jantung normal sebab sebagian besar cardiac arrest
terjadi akibat ventricular fibrillation dan ventricular tachicardia. Saat ini, cardiac arrest masih
merupakan penyebab utama kematian di dunia. Sekitar separuh dari semua kematian akibat penyakit
jantung digolongkan sebagai sudden cardiac death.2,5
DEFENISI
Cardiac arrest disebut juga cardiorespiratory arrest, cardiopulmonary arrest, atau circulatory arrest,
merupakan suatu keadaan darurat medis dengan tidak ada atau tidak adekuatnya kontraksi ventrikel kiri
jantung yang dengan seketika menyebabkan kegagalan sirkulasi. Gejala dan tanda yang tampak, antara
lain hilangnya kesadaran; napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak bernafas); tekanan
darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak ada denyut nadi yang dapat terasa pada arteri; dan tidak
denyut jantung.2,6
ETIOLOGI
Penyebab cardiac arrest yang paling umum adalah gangguan listrik di dalam jantung. Jantung
memiliki sistem konduksi listrik yang mengontrol irama jantung tetap normal. Masalah dengan sistem
konduksi dapat menyebabkan irama jantung yang abnormal, disebut aritmia. Terdapat banyak tipe dari
aritmia, jantung dapat berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau bahkan dapat berhenti berdetak.
Ketika aritmia terjadi, jantung memompa sedikit atau bahkan tidak ada darah ke dalam sirkulasi.7
Aritmia dicetuskan oleh beberapa faktor, diantaranya: penyakit jantung koroner yang menyebabkan
infark miokard (serangan jantung), stress fisik (perdarahan yang banyak akibat luka trauma atau
perdarahan dalam, sengatan listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun
serangan asma yang berat), kelainan bawaan yang mempengaruhi jantung, perubahan struktur jantung
(akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan. Penyebab lain cardiac arrest adalah
tamponade jantung dan tension pneumothorax. 1,2,6,7
ANATOMI
A.d.1.
Suplai
arteri
pada
Jantung
Arteri koronaria adalah yang bertanggungjawab untuk mensuplai jantung itu sendiri dengan darah yang
kaya oksigen. Arteri koronaria adalah end-arteries yang diujung dan bila terjadi penyumbatan, maka
suplai darah ke otot miokardium akan terhambat (infark miokard). Bila lumen pembuluh darah
menyempit karena perubahan atheromatous pada dinding pembuluh darah, pasien akan mengeluh nyeri
dada yang meningkat secara bertahap pada aktivitas berat (angina). Kondisi ini tidak memungkinkan
otot miokardium meningkatkan kontraksi untuk memenuhi kebutuhan suplai darah, akibat
berkurangnya suplai darah arteri.8
Terdapat variasi ukuran dan letak dari arteri koronaria. Sebagai contoh, pada sebagian orang, cabang
posterior interventikular dari arteri koronaria kanannya lebih besar dan menyuplai darah ke sebagian
besar bagian ventrikel kiri sedangkan pada kebanyakan orang tempat ini disuplai oleh cabang anterior
interventrikular dari arteri koronaria kiri. Contoh lain, nodus sino-atrial umumnya disuplai oleh cabang
nodus dari arteri koronaria kanan, akan tetapi pada 30-40% populasi menerima suplai dari arteri
koronaria kiri.8
A.d.2.
Saluran
darah
vena
jantung
Sistem
aliran
darah
vena
pada
jantung
sebagai
berikut:
Vena-vena dan arteri-arteri koronaria mengalir ke dalam atrium kanan melalui sinus koronaria. Sinus
koronaria mengalir ke dalam atrium kanan ke arah kiri dari dan superior ke pembukaan dari vena cava
inferior. Great Cardiac Vein mengikuti cabang anterior interventrikular dari koronaria kiri dan
kemudian menjalar ke arah belakang kiri pada cabang-cabang atrioventrikular. Pembuluh darah vena
sedang mengikuti arteri interventrikular posterior dan bersamaan dengan pembuluh darah vena kecil
yang mengikuti arteri marginalis, mengalir ke dalam sinus koronaria. Sinus koronaria mengalir ke
pembuluh darah vena pada jantung.8
A.d.3.
Sistem
konduksi
jantungekg
Terdapat 3 jenis sel dalam jantung yang berperan dalam proses impuls normal di dalam jantung,
yaitu:8,9
1.
Sel
perintis
(pacemaker
cells)?
Sumber
daya
listrik
jantung.
Nodus sino- atrial (SA) adalah pacemaker jantung. Ia terletak di atas krista terminalis, dibawah
pembukaan vena cava superior di dalam atrium kanan.
2.
Sel
konduksi
listrik?
Kabel
jantung.
Impuls yang dihasilkan oleh nodus SA diantar melalui otot-otot atrial untuk menyebabkan sinkronisasi
kontraksi atrial. Impuls tiba ke nodus atrioventrikular (AV) yang terletak di septum interatrial dibawah
pembukaan sinus koronaria. Dari sini impuls diantar ke ventrikel melalui serabut atrioventrikular (His)
yang turun ke dalam septum interventrikular. Serabut His terbagi menjadi 2 cabang kanan dan kiri.
Cabang-cabang ini akan berakhir pada serabut-serabut Purkinje dalam subendokardium dari ventrikel.
3.
Sel
miokardium?
Mesin
kontraksi
jantung.
Jika sebuah gelombang depolarisasi mencapai sebuah sel jantung, kalsium akan dilepaskan ke dalam
sel sehingga sel tersebut berkontraksi. Sel jantung memiliki banyak sekali protein kontraktil, yaitu aktin
dan miosin.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Namun, umumnya mekanisme
terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti.
Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh
akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau
ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan
terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death).1,2,4
Berikut akan dibahas bagaimana patofisiologi dari masing2 etiologi yang mendasari terjadinya cardiac
arrest.
A.d.1.
Penyakit
Jantung
Koroner
Penyakit jantung koroner menyebabkan Infark miokard atau yang umumnya dikenal sebagai serangan
jantung. Infark miokard merupakan salah satu penyebab dari cardiac arrest. Infark miokard terjadi
akibat arteri koroner yang menyuplai oksigen ke otot-otot jantung menjadi keras dan menyempit akibat
sebuah materia(plak) yang terbentuk di dinding dalam arteri. Semakin meningkat ukuran plak, semakin
buruk sirkulasi ke jantung. Pada akhirnya, otot-otot jantung tidak lagi memperoleh suplai oksigen yang
mencukupi untuk melakukan fungsinya, sehingga dapat terjadi infark. Ketika terjadi infark, beberapa
jaringan jantung mati dan menjadi jaringan parut. Jaringan parut ini dapat menghambat sistem
konduksi langsung dari jantung, meningkatkan terjadinya aritmia dan cardiac arrest.5,7
A.d.2.
Stess
fisik.
Stress fisik tertentu dapat menyebabkan sistem konduksi jantung gagal berfungsi, diantaranya:1,7
•
perdarahan
yang
banyak
akibat
luka
trauma
atau
perdarahan
dalam
•
sengatan
listrik
• kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun serangan asma yang berat
•
Kadar
Kalium
dan
Magnesium
yang
rendah
• Latihan yang berlebih. Adrenalin dapat memicu SCA pada pasien yang memiliki gangguan jantung.
Stress
fisik
seperti
tersedak,
penjeratan
dapat
menyebabkan
vagal
refleks
akibat
penekanan
pada
nervus
vagus
di
carotic
sheed.
A.d.3.
Kelainan
Bawaan
Ada sebuah kecenderungan bahwa aritmia diturunkan dalam keluarga. Kecenderungan ini diturunkan
dari orang tua ke anak mereka. Anggota keluarga ini mungkin memiliki peningkatan resiko terkena
cardiac arrest. Beberapa orang lahir dengan defek di jantung mereka yang dapat mengganggu
bentuk(struktur)
jantung
dan
dapat
meningkatkan
kemungkinan
terkena
SCA.7
A.d.4.
Perubahan
struktur
jantung
Perubahan struktur jantung akibat penyakit katup atau otot jantung dapat menyebabkan perubahan dari
ukuran atau struktur yang pada akhirnrya dapat mengganggu impuls listrik. Perubahan-perubahan ini
meliputi pembesaran jantung akibat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung kronik. Infeksi dari
jantung
juga
dapat
menyebabkan
perubahan
struktur
dari
jantung.7
A.d.5.
Obat-obatan
Antidepresan trisiklik, fenotiazin, beta bloker, calcium channel blocker, kokain, digoxin, aspirin,
asetominophen dapat menyebabkan aritmia. Penemuan adanya materi yang ditemukan pada pasien,
riwayat medis pasien yang diperoleh dari keluarga atau teman pasien, memeriksa medical record untuk
memastikan tidak adanya interaksi obat, atau mengirim sampel urin dan darah pada laboratorium
toksikologi
dapat
membantu
menegakkan
diagnosis.2
A.d.6.
Tamponade
jantung
Cairan yang yang terdapat dalam perikardium dapat mendesak jantung sehingga tidak mampu untuk
berdetak, mencegah sirkulasi berjalan sehingga mengakibatkan kematian.2
A.d.7.
Tension
pneumothorax
Terdapatnya luka sehingga udara akan masuk ke salah satu cavum pleura. Udara akan terus masuk
akibat perbedaan tekanan antara udara luar dan tekanan dalam paru. Hal ini akan menyebabkan
pergeseran mediastinum. Ketika keadaan ini terjadi, jantung akan terdesak dan pembuluh darah besar
(terutama vena cava superior) tertekan, sehingga membatasi aliran balik ke jantung.2
PENEMUAN
AUTOPSI
10
Terdapat beberapa faktor yang dapat menuntun kita menegakkan diagnosis cardiac arrest maupun
sudden cardiac death(SCD), di antaranya adalah hasil temuan di TKP, menunjukkan posisi kematian
yang tidak wajar, khas untuk suatu kematian mendadak. Korban mungkin ditemukan meninggal dalam
keadaan hanya mengenakan pakaian dalam keadaan tertelungkup, maupun tergeletak di samping kabel
listrik.
Hasil pemeriksaan autopsi juga dapat menunjukkan adanya temuan penyakit-penyakit yang mendasari
terjadinya cardiac arrest, seperti penyakit jantung koroner, pembesaran jantung, trombosis, maupun
tanda-tanda kekerasan seperti penjeratan yang dapat memicu terjadinya cardiac arrest.
ASPEK
MEDIKOLEGAL
Setiap kematian mendadak harus diperlakukan sebagai kematian yang tidak wajar, sebelum dapat
dibuktikan bahwa tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya. Dengan demikian dalam penyelidikan
kedokteran forensik pada kematian yang mendadak atau terlihat seperti wajar, alasan yang sangat
penting dalam otopsi adalah menentukan apakah terdapat tindak kejahatan. Dari sudut kedokteran
forensik, tujuan utama pemeriksaan kasus kematian mendadak adalah menentukan cara kematian
korban. KUHAP pasal 133 (1) menyatakan ”Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.” 3,11
Pemeriksaan
kasus
kematian
mendadak
perlu
beberapa
alasan,
antara
lain:3
1.
Menentukan
adakah
peran
tindak
kejahatan
pada
kasus
tersebut
2.
Klaim
pada
asuransi
3. Menentukan apakah kematian tersebut karena penyakit akibat industri atau merupakan kecelakaan
belaka,
terutama
pada
pekerja
industri
4.
Adakah
faktor
keracunan
yang
berperan
5.
Mendeteksi
epidemiologi
penyakit
untuk
pelayanan
kesehatan
masyarakat
Pada kasus kematian yang terjadi seketika atau tak terduga, khususnya bila ada tanda-tanda penyakit
sebelumnya dan kemungkinan sakit sangat kecil, untuk menentukan penyebabnya hanya ada satu cara
yaitu dilakukannya pemeriksaan otopsi pada jenazah, bila perlu dilengkapi dengan pemeriksaan
tambahan lain seperti pemeriksaan toksikologi. Hal ini sangat penting untuk menentukan apakah
termasuk
kematian
mendadak
yang
wajar.3
Adapun
kepentingan
otopsi
antara
lain:3
1.
Untuk
keluarga
korban,
dapat
menjelaskan
sebab
kematian
2. Untuk kepentingan umum, melindungi yang lain agar dapat terhindar dari penyebab kematian yang
sama
Penentuan kasus kematian adalah berdasarkan proses interpretasi yang meliputi:3
1.
Perubahan
patologi
anatomi,
bakteriologi
dan
kimia
2.
Pemilihan
lesi
yang
fatal
pada
korban
Pada kasus kematian mendadak yang sering kita hadapi, tindakan yang mampu dilakukan pada
kematian
mendadak
adalah:3
1. Semua keterangan tentang almarhum dikumpulkan dari keluarga, teman, polisi, atau saksi-saksi,
yang meliputi: usia, penyakit yang pernah diderita, pernah berobat dimana, hasil pemeriksaan
laboratorium,
tingkah
laku
yang
aneh,
dan
lain-lain.
2. Keadaan korban dan sekitar korban saat ditemukan, pakaian yang ditemukan, tanda-tanda kekerasan
atau luka, posisi tubuh, temperatur, lebam mayat, kaku mayat, situasi TKP rapi atau berantakan, adanya
barang-barang
yang
mencurigakan.
3.
Keadaan
sebelum
korban
meninggal
4. Bila sebab kematian tidak pasti, sarankan kepada keluarga untuk melapor kepada polisi, jika polisi
tidak
meminta
visum
et
repertum
dapat
diberi
surat
kematian.
5. Dalam mengisi formulir B, pada sebab kematian bila tidak dketahui sebab kematiannya ditulis tidak
diketahui
atau
mati
mendadak.
6. Bila dilakukan pemeriksaan dalam, buat preparat histopatologi bagian organ-organ tertentu, diperiksa
dan
dilakukan
pemeriksaan
toksikologi
7. Sebaiknya jangan menandatangani surat kematian tanpa memeriksa korban, dan jangan menyentuh
apapun
terutama
yang
dipakai
sebagai
barang
bukti.
Dari
hasil
pemeriksaan
kemungkinan:3
1. Korban meninggal secara wajar dan sebab kematian jelas misalnya coronary heart disease, maka
diberi
surat
kematian
dan
dikuburkan
2. Sebab kematian tidak jelas, keluarga/dokter lapor ke polisi, kemudian polisi minta visum et
repertum,
setelah
SPVR
datang
maka
korban
diotopsi
unt
uk
menentukan
sebab
kematian
korban.
3. Korban meninggal secara tidak wajar, misalnya ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan, maka
keluarga
atau
dokter
lapor
ke
polisi.
4. Korban diduga meninggal secara wajar, misalnya CVA tetapi juga ditemukan tanda-tanda kekerasan,
maka keluarga atau dokter lapor ke polisi.
Cedera Akibat Listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia
dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ dalam.
Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat
fatal. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat
membakar dan menghancurkan jaringan tubuh.
Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam
yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak.
Arus listrik bisa menyebabkan terjadinya cedera melalui 3 cara:
• Henti jantung (cardiac arrest) akibat efek listrik terhadap jantung
• Perusakan otot, saraf dan jaringan oleh arus listrik yang melewati tubuh
• Luka bakar termal akibat kontak dengan sumber listrik.
PENYEBAB
Cedera listrik bisa terjadi akibat tersambar petir atau menyentuh kabel maupun sesuatu yang
menghantarkan listrik dari kabel yang terpasang.
Cedera bisa berupa luka bakar ringan sampai kematian, tergantung kepada:
1. Jenis dan kekuatan arus listrik
Secara umum, arus searah (DC) tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan arus bolak-balik
(AC).
Efek AC pada tubuh manusia sangat tergantung kepada kecepatan berubahnya arus (frekuensi), yang
diukur dalam satuan siklus/detik (hertz). Arus frekuensi rendah (50-60 hertz) lebih berbahaya dari arus
frekuensi tinggi dan 3-5 kali lebih berbahaya dari DC pada tegangan (voltase) dan kekuatan (ampere)
yang sama.
DC cenderung menyebabkan kontraksi otot yang kuat, yang seringkali mendorong jauh/melempar
korbannya dari sumber aurs.
AC sebesar 60 hertz menyebabkan otot terpaku pada posisinya, sehingga korban tidak dapat
melepaskan genggamannya pada sumber listrik. Akibatnya korban terkena sengatan listrik lebih lama
sehingga terjadi luka bakar yang berat.
Biasanya semakin tinggi tegangan dan kekuatannya, maka semakin besar kerusakan yang ditimbulkan
oleh kedua jenis arus listrik tersebut.
Kekuatan arus listrik diukur dalam ampere. 1 miliampere (mA) sama dengan 1/1,000 ampere.
Pada arus serendah 60-100 mA dengan tegangan rendah (110-220 volt), AC 60 hertz yang mengalir
melalui dada dalam waktu sepersekian detik bisa menyebabkan irama jantung yang tidak beraturan,
yang bisa berakibat fatal.
Efek yang sama ditimbulkan oleh DC sebesar 300-500 mA.
Jika arus langsung mengalir ke jantung, misalnya melalui sebuah pacemaker, maka bisa terjadi
gangguan irama jantung meskipun arus listriknya jauh lebih rendah (kurang dari 1 mA).
2. Ketahanan tubuh terhadap arus listrik
Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran arus listrik.
Kebanyakan resistensi tubuh terpusat pada kulit dan secara langsung tergantung kepada keadaan kulit.
Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-rata adalah 40 kali lebih besar dari resistensi kulit yang tipis
dan lembab.
Resistensi kulit yang tertusuk atau tergores atau resistensi selaput lendir yang lembab (misalnya mulut,
rektum atau vagina), hanya separuh dari resistensi kulit utuh yang lembab.
Resistensi dari kulit telapak tangan atau telapak kaki yang tebal adalah 100 kali lebih besar dari kulit
yang lebih tipis.
Arus listrik banyak yang melewati kulit, karena itu energinya banyak yang dilepaskan di permukaan.
Jika resistensi kulit tinggi, maka permukaan luka bakar yang luas dapat terjadi pada titik masuk dan
keluarnya arus, disertai dengan hangusnya jaringan diantara titik masuk dan titik keluarnya arus listrik.
Tergantung kepada resistensinya, jaringan dalam juga bisa mengalami luka bakar.
3. Jalur arus listrik ketika masuk ke dalam tubuh
Arus listrik paling sering masuk melalui tangan, kemudian kepala; dan paling sering keluar dari kaki.
Arus listrik yang mengalir dari lengan ke lengan atau dari lengan ke tungkai bisa melewati jantung,
karena itu lebih berbahaya daripada arus listrik yang mengalir dari tungkai ke tanah.
Arus yang melewati kepala bisa menyebabkan:
- kejang
- perdarahan otak
- kelumpuhan pernafasan
- perubahan psikis (misalnya gangguan ingatan jangka pendek, perubahan kepribadian, mudah
tersinggung dan gangguan tidur)
- irama jantung yang tidak beraturan.
Kerusakan pada mata bisa menyebabkan katarak.
4. Lamanya terkena arus listrik.
Semakin lama terkena listrik maka semakin banyak jumlah jaringan yang mengalami kerusakan.
Seseorang yang terkena arus listrik bisa mengalami luka bakar yang berat. Tetapi, jika seseorang
tersambar petir, jarang mengalami luka bakar yang berat (luar maupun dalam) karena kejadiannya
berlangsung sangat cepat sehingga arus listrik cenderung melewati tubuh tanpa menyebabkan
kerusakan jaringan dalam yang luas.
Meskipun demikian, sambaran petir bisa menimbulkan konslet pada jantung dan paru-paru dan
melumpuhkannya serta bisa menyebabkan kerusakan pada saraf atau otak.
GEJALA
Gejalanya tergantung kepada interaksi yang rumit dari semua sifat arus listrik.
Suatu kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan korbannya sehingga dia terjatuh atau
menyebabkan terjadinya kontraksi otot yang kuat. Kedua hal tersebut bisa mengakibatkan dislokasi,
patah tulang dan cedera tumpul.
Kesadaran bisa menurun, pernafasan dan denyut jantung bisa lumpuh.
Luka bakar listrik bisa terlihat dengan jelas di kulit dan bisa meluas ke jaringan yang lebih dalam.
Arus listrik bertegangan tinggi bisa membunuh jaringan diantara titik masuk dan titik keluarnya,
sehingga terjadi luka bakar pada daerah otot yang luas. Akibatnya, sejumlah besar cairan dan garam
(elektrolit) akan hilang dan kadang menyebabkan tekanan darah yang sangat rendah.
Serat-serat otot yang rusak akan melepaskan mioglobin, yang bisa melukai ginjal dan menyebabkan
terjadinya gagal ginjal.
Dalam keadaan basah, kita dapat mengalami kontak dengan arus listrik. Pada keadaan tersebut,
resistensi kulit mungkin sedemikian rendah sehingga tidak terjadi luka bakar tetapi terjadi henti jantung
(cardiac arrest) dan jika tidak segera mendapatkan pertolongan, korban akan meninggal.
Petir jarang menyebabkan luka bakar di titik masuk dan titik keluarnya, serta jarang menyebabkan
kerusakan otot ataupun pelepasan mioglobin ke dalam air kemih.
Pada awalnya bisa terjadi penurunan kesadaran yang kadang diikuti dengan koma atau kebingungan
yang sifatnya sementara, yangi biasanya akan menghilang dalam beberapa jam atau beberapa hari.
Penyebab utama dari kematian akibat petir adalah kelumpuhan jantung dan paru-paru (henti jantung
dan paru-paru).
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk memantau denyut jantung korban dilakukan pemeriksaan elektrokardiogram.
Jika diperkirakan jantung telah menerima kejutan listrik, pemantauan EKG dilakukan selama 12-24
jam.
Jika korban tidak sadar atau telah mengalami cedera kepala, dilakukan CT scan untuk memeriksa
adanya kerusakan pada otak.
PENGOBATAN
Pengobatan terdiri dari:
- menjauhkan/memisahkan korban dari sumber listrik
- memulihkan denyut jantung dan fungsi pernafasan melalui resusitasi jantung paru (jika diperlukan)
- mengobati luka bakar dan cedera lainnya.
Cara paling aman untuk memisahkan korban dari sumber listrik adalah segera mematikan sumber arus
listrik. Sebelum sumber listrik dimatikan, penolong sebaiknya jangan dulu menyentuh korban, apalagi
jika sumber listrik memiliki tegangan tinggi.
Jika sumber arus tidak dapat dimatikan, gunakan benda-benda non-konduktor (tidak bersifat
menghantarkan listrik; misalnya sapu, kursi, karpet atau keset yang terbuat dari karet) untuk
mendorong korban dari sumber listrik. Jangan menggunakan benda-benda yang basah atau terbuat dari
logam.
Jika memungkinkan, berdirilah di atas sesuatu yang kering dan bersifat non-konduktor (misalnya keset
atau kertas koran yang dilipat). Jangan coba-coba menolong korban yang berada dekat arus listrik
bertegangan tinggi.
Jika korban mengalami luka bakar, buka semua pakaian yang mudah dilepaskan dan siram bagian yang
terbakar dengan air dingin yang mengalir untuk mengurangi nyeri.
Jika korban pingsan, tampak pucat atau menunjukkan tanda-tanda syok, korban dibaringkan dengan
kepala pada posisi yang lebih rendah dari badan dan kedua tungkainya terangkat, selimuti korban
dengan selimut atau jaket hangat.
Cedera listrik seringkali disertai dengan terlontarnya atau terjatuhnya korban sehingga terjadi cedera
traumatik tambahan, baik berupa luka luar yang tampak nyata maupun luka dalam yang tersembunyi.
Jangan memindahkan kepala atau leher korban jika diduga telah terjadi cedera tulang belakang.
Setelah aman dari sumber listrik, segera dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi pernafasan dan denyut
nadi.
Jika terjadi gangguan fungsi pernafasan dan nadinya tidak teraba, segera lakukan resusitasi.
Sebaiknya dicari tanda-tanda patah tulang, dislokasi dan cedera tumpul maupun cedera tulang
belakang.
Jika terjadi kerusakan otot yang luas, mungkin akan diikuti dengan kerusakan ginjal, karena itu untuk
mencegah kerusakan ginjal, berikan banyak cairan kepada korban.
Korban sambaran petir seringkali bisa disadarkan dengan resusitasi jantung paru.
PENCEGAHAN
• Jauhkan kabel listrik dari jangkauan anak-anak
• Gunakan pengaman pada colokan listrik
• Ajarkan kepada anak-anak mengenai bahaya dari listrik
• Ikuti petunjuk pabrik jika menggunakan alat-alat elektronik
• Hindari pemakaian alat listrik pada keadaan basah
• Jangan pernah menyentuh alat listrik ketika sedang memegang keran atau pipa air
• Untuk menghindari sambaran petir sebaiknya tidak berada di tempat terbuka (lapangan) dan segera
mencari tempat perlindungan selama hujan turun (tetapi jangan berada dibawah pohon atau pelindung
yang terbuat dari logam). Segera tinggalkan kolam renang, berada di dalam mobil akan lebih aman.
Download