BAB I - Seminar UNY

advertisement
IMPLEMENTASI METODE INQUIRI DIPADUKAN DENGAN
STRATEGI KOOPERATIF UNTUK MEMBANGUN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS
MATEMATIS PADA SISWA SMP
Endang L, Fitriana Yuli S., Wahyu S
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara
kolaboratif dan partisipatif antara peneliti dan guru matematika kelas VIII dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP pada pembelajaran
matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dipadukan
dengan metode Inquiri. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII MTs. Al Mahalli Pleret
Bantul sebanyak 21 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus 1 terdiri dari tiga
pertemuan dan siklus 2 terdiri dari dua pertemuan. Instrumen penelitian berupa lembar
observasi, soal tes, rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan observasi, pelaksanaan tes, catatan lapangan dan dokumentasi. Data
yang dikumpulkan adalah data hasil observasi proses pembelajaran dan data hasil tes. Data
hasil observasi digunakan untuk mengukur keterlaksanaan proses pembelajaran TPS
dipadukan dengan metode Inquiri. Data hasil tes digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika. Selanjutnya data-data tersebut
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Pembelajaran TPS yang dipadukan dengan inquiri meliputi 3 tahap kegiatan.
Pertama, pembelajaran diawali guru dengan cara mengajukan pertanyaan/masalah pada
LKS kepada siswa untuk dipikirkan secara mandiri (think). Kedua, siswa berdiskusi dengan
pasangannya (pair & menemukan) untuk mengerjakan LKS dan menulis hasil diskusi.
Ketiga, hasil diskusi kemudian dipresentasikan oleh beberapa kelompok berpasangan
(share).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare dipadukan dengan metode Inquiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa pada pembelajaran matematika. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran matematika tersebut ditunjukkan oleh
1) peningkatan rata-rata persentase skor siswa pada tiap aspek kemampuan berpikir kritis
yaitu: aspek memberikan penjelasan sederhana pada siklus 1 sebesar 46,% (kategori
rendah) dan pada siklus 2 meningkat menjadi 62% (kategori sedang); aspek mengatur
strategi dan taktik pada siklus 1 sebesar 50% (kategori rendah) dan pada siklus 2 meningkat
menjadi 70% (kategori sedang); dan aspek menyimpulkan pada siklus 1 sebesar 50%
(kategori rendah) dan pada siklus 2 meningkat menjadi 65% (kategori sedang); 2) Rata-rata
sebesar 70% dari seluruh siswa mengalami peningkatan hasil tes dari ketiga aspek
kemampuan berpikir kritis.
Kata Kunci : Berfikir kritis, Inquiri, kooperatif
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan berpikir merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara
lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan
masalah-masalah
kehidupan
yang
dihadapinya.
Kemampuan
berfikir
akan
mempengaruhi keberhasilan hidup karena menyangkut apa yang akan dikerjakan dan
apa yang akan dihasilkan individu.
Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses
pendidikan adalah keterampilan berpikir. Morgan (1999) mengutip pendapat Marzano
(1992) memberikan kerangka tentang pentingnya pembelajaran berpikir yaitu: (1)
berpikir diperlukan untuk mengembangkan sikap dan persepsi yang mendukung
terciptanya kondisi kelas yang positif, (2) berpikir perlu untuk memperoleh dan
mengintegrasikan pengetahuan, (3) perlu untuk memperluas wawasan pengetahuan,
(4) perlu untuk mengaktualisasikan kebermaknaan pengetahuan, (5) perlu untuk
mengembangkan perilaku berpikir yang menguntungkan.
Berpikir kritis merupakan suatu kompetensi yang harus dilatihkan pada peserta
didik, karena kemampuan ini sangat diperlukan dalam kehidupan (Schafersman, 1999
dalam Arnyana, 2004). Guru perlu membantu siswa untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis melalui strategi, dan metode pembelajaran yang
mendukung siswa untuk belajar secara aktif.
Ketrampilan berfikir kritis dapat dikembangkan baik secara langsung maupun
tak langsung dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang
diarahkan pada pembelajaran konstruktivisme yang membentuk pembelajaran penuh
makna tidak akan berlangsung baik tanpa adanya pembelajaran yang memungkinkan
siswanya untuk berfikir kritis.
Metode Inquiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif merupakan salah
satu cara untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dalam pembelajaran
matematika. Dengan kegiatan inkuiri, siswa dapat belajar secara aktif untuk
2
merumuskan
masalah,
melakukan
penyelidikan,
menganalisis
dan
menginterpretasikan data, serta mengambil keputusan untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya. Perpaduan metode inkuiri dengan strategi kooperatif dapat melatih
siswa untuk bekerjasama dengan teman sebayanya. Ditinjau dari tahapan-tahapan
pembelajarannya model pembelajaran inkuiri yang dipadukan dengan strategi
kooperatif
dapat
mengakomodasi
kegiatan-kegiatan
yang
mengarah
pada
pengembangan berfikir kritis siswa. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan
tahapan-tahapan dalam metode inkuiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif
untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis matematis siswa.
Dari penelitian ini diharapkan akan meningkatkan baik hasil belajar maupun
kemampuan berfikir kritis siswa, yang merupakan salah satu program IMHERE yaitu
meningkatkan soft skill berupa kemampuan berfikir kritis. Beberapa mahasiswa
dilibatkan dalam penelitian ini. Tema-tema yang berkaitan dengan kemampuan
berfikir kritis matematis dikembangkan di sekolah sebagai tugas akhir mahasiswa.
Penelitian ini ditargetkan untuk mempercepat penyelesaian tugas akhir mahasiswa
sehingga akan mempercepat waktu studi mahasiswa jurusan pendidikan matematika
yang juga merupakan salah satu program IMHERE.
B. Rumusan masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah implementasi metode inquiri yang dipadukan dengan strategi
kooperatif pada pembelajaran matematika?
2. Bagaimanakah dampak penerapan metode inquiri yang dipadukan dengan
strategi kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa?
3. Bagaimanakah dampak penerapan metode inquiri yang dipadukan dengan
strategi kooperatif dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa?
C. Tujuan penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar
siswa melalui pembelajaran berbasis metode inquiri dipadukan dengan strategi
3
kooperatif. Tujuan umum tersebut dapat dijabarkan dalam tujuan yang lebih rinci
sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan implementasi metode inquiri yang dipadukan dengan
strategi kooperatif pada pembelajaran matematika siswa SMP
2. Mendiskripsikan dampak penerapan metode inquiri yang dipadukan dengan
strategi kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
3. Mendiskripsikan dampak penerapan metode inquiri yang dipadukan dengan
strategi kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan kemampuan
berfikir kritis siswa.
4. Mengidentifikasi
hambatan-hambatan
apakah
yang
dihadapi
dalam
implementasi metode inquiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif tipe
Think Pair Share pada pembelajaran matematika SMP.
D. Manfaat penelitian
Dengan pembelajaran yang menerapkan metode inquiri dipadukan dengan
strategi kooperatif tipe Think Pair Share diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berfikir kritis dan hasil belajar matematika siswa. Disamping itu juga akan
meningkatkan soft skill lainnya seperti kemampuan komunikasi, bekerjasama,
pemecahan masalah, sekalipun kompetensi tersebut tidak secara langsung diukur
dalam penelitian ini.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa MTs. Al Mahalli Pleret Bantul
Yogyakarta. Objek penelitian meliputi seluruh proses pembelajaran beserta
kemampuan siswa dalam berpikir kritis matematis.
4
B. Prosedur Penelitian
Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan pada tahap ini meliputi:
1. Penyusunan disain pembelajaran yang mencakup penentuan jenis dan topik
yang akan dijadikan tugas kelompok, penentuan kelompok, dan kegiatan
pembelajaran baik dalam kelompok maupun kelas.
2. Menyusun RPP dan media pembelajaran
b. Tindakan
Tindakan berupa pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang
telah dibentuk sesuai dengan prinsip-prinsip metode inkuiri yang dipadukan
dengan strategi kooperatif tipe think pair share.
Tahapan dalam pembelajaran ini: think – pair inquiri - share
c. Observasi
Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa
selama pembelajaran, pada saat diskusi, dan keterlaksanaan tindakan serta
hambatan-hambatan yang ditemui. Untuk mengetahui pencapaian tujuan yang
direncanakan yaitu peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
siswa dilakukan evaluasi terhadap kemampuan berfikir kritis siswa dan
ujian/tes.
d. Refleksi
Pada akhir siklus dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan hasil observasi, hasil penilaian kemampuan berfikir kritis, dan hasil
tes.
Hal-hal yang menjadi perhatian pada tahap refleksi ini adalah:
Penilaian
terhadap
keterlaksanaan
tindakan,
hambatan-hambatan
yang
muncul.serta kemajuan-kemajuan yang telah dicapai yang meliputi aspek-aspek
aktivitas siswa, kemampuan berfikir kritis siswa, dan hasil belajar siswa.
Perencanaan untuk tindakan berikutnya disusun berdasarkan hasil refleksi.
5
Siklus II
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I diulangi pada siklus II, dengan
beberapa perbaikan berdasarklan hasil refleksi pada siklus I. beberapa aspek
yang menjadi indiklator keberhasilan proses pembelajaran adalah meningkatnya
aktivitas siswa, meningkatkan hasil belajar siswa (hasil tes), dan kemampuan
berfikir kritis siswa.
e. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data penelitian digunakan tiga jenis instrument penelitian
dan sumber belajar. Instrument yang dimaksud adalah:
a. Rubrik berfikir kritis
b. Pedoman observasi pembelajaran
c. Tes
f. Analisis Data
Data penelitian diperoleh dari hasil observasi selama pembelajaran berlangsung,
dan tes. Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Teknik
kualitatif digunakan untuk mendiskripsikan keterlaksanaan rencana tindakan,
menggambarkan
hambatan-hambatan
yang
muncul
dalam
pelaksanaan
pembelajaran dan mendiskripsikan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran dan kemampuan berfikir kritis berdasarkan hasil pengamatan.
Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mendiskripsikan tentang
efektivitas dari pembelajaran yang meliputi hasil belajar dan kemampuan berfikir
kritis siswa. Untuk menentukan hasil belajar siswa digunakan hasil tugas
kelompok, hasil tes, serta hasil penilaian terhadap aktivitas dan partisipasi siswa
dalam pembelajaran. Kemampuan berfikir kritis siswa ditentukan berdasarkan
hasil penilaian kemampuan berfikir kritis berdasarkan skala penilaian yang
disusun. Peningkatan kualitas pembelajaran ditentukan pada pencapaian aspekaspek pembelajaran dan kemampuan berfikir kritis siswa.
6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Maret 2012, di kelas VIII
MTs. Al Mahalli Pleret Bantul, dengan topik Garis singgung persekutuan luar
dan dalam dua lingkaran
Tabel 1. Hasil Tes Akhir Siklus 1 dan 2
Siklus 1
Aspek Kemampuan
Rata-rata
Berpikir Kritis
persentase
Rata-rata
Kategori
skor siswa
Memberikan
penjelasan sederhana
Mengatur strategi dan
taktik
Menyimpulkan
Siklus 2
persentase
Kategori
skor siswa
46 %
rendah
62 %
sedang
50 %
rendah
70%
Sedang
50 %
rendah
65 %
Sedang
Data hasil tes akhir siklus 1 dan 2 juga menunjukkan bahwa lebih dari
60 % dari banyak siswa mengalami peningkatan hasil tes pada rata-rata tiap
aspek kemampuan berpikir kritis.
Tabel 2. Peningkatan Hasil Tes Tiap Aspek Berpikir Kritis
Aspek Kemampuan
Banyak siswa yang
Rata-rata peningkatan
Berpikir Kritis
mengalami peningkatan
tiap aspek
Memberikan
66,7 %
69,9 %
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
7
penjelasan sederhana
Mengatur strategi
dan taktik
Menyimpulkan
76,2 %
66,7 %
B. Hasil penelitian dan pembahasanPembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa kelas VIII SMP Al Mahalli dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS),dipadukan dengan inkuiri. Peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika tersebut kemudian
dideskripsikan secara kualitatif.
1. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)
dipadukan dengan inkuiri
Dari deskripsi hasil penelitian siklus 1 dan 2, tampak adanya kemajuan
dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share pada
pembelajaran matematika. Pelaksanaan think-pair-share pada siklus 1 belum
berlangsung optimal. Batasan antara tahap think dan pair belum terlihat jelas
karena siswa cenderung langsung bertanya kepada pasangan bila mengalami
kesulitan. Demikian pula dengan inkuiri, siswa cenderung bertanya sebelum
memikirkan terlebih dahulu. Siswa juga belum aktif berpendapat sehingga guru
pelaksana masih harus sering-sering membantu jalannya diskusi dan presentasi.
Beberapa kekurangan pada siklus 1 ini disebabkan oleh kebiasaan belajar
siswa sebelumnya, yaitu siswa lebih banyak mendengarkan, mencatat informasi
yang disampaikan guru dan menunggu penjelasan guru. Hal ini menyebabkan
sebagian siswa masih tergantung kepada guru dan bersikap pasif pada proses
pembelajaran. Ini bertentangan dengan prinsip pembelajaran kooperatif, dimana
siswa diharapkan untuk aktif melaksanakan pembelajaran dan mempunyai
pengalaman langsung untuk menemukan konsep dan memahami materi.
Namun dibandingkan dengan proses pembelajaran sebelumnya, kegiatan
belajar siswa mengalami peningkatan pada pembelajaran dengan tipe think-pair8
share dipadukan dengan inkuiri. Hal ini terlihat dari semangat dan rasa
keingintahuan siswa untuk memahami pelajaran yang lebih besar daripada
pembelajaran dengan metode ceramah atau tanya jawab yang sebelumnya biasa
diterapkan.
Guru melatihkan kemampuan berpikir kritis bagi siswa dengan
memberikan masalah yang diselesaikan dengan memberikan penjelasan
sederhana, mengatur strategi, dan menyimpulkan
Pada siklus 2, kegiatan belajar dengan think-pair-inkuiri-share mengalami
peningkatan. Peningkatan itu ditunjukkan oleh sikap siswa yang lebih aktif
dalam berdiskusi, menyampaikan pendapat dan bertanya saat mengalami
kesulitan atau terjadi perbedaan pendapat. Peningkatan ini disebabkan tiga hal.
Pertama, siswa sudah memiliki pengalaman melaksanakan pembelajaran
kooperatif tipe think-pair-share yang dipadukan dengan inkuiri pada siklus 1
sehingga siswa telah terbiasa dan dapat beradaptasi untuk melaksanakan
pembelajaran tersebut pada siklus 2. Kedua, siswa diberikan kesempatan lebih
banyak untuk aktif mengemukakan pendapatnya baik pada tahap pair-inkuiri
maupun share. Ketiga, pengawasan dan bantuan pada diskusi kelompok lebih
intensif dan merata sehingga siswa merasa termotivasi untuk lebih semangat
dalam melaksanakan pembelajaran.
Seperti halnya pada siklus 1, pada siklus 2 guru juga berperan dalam
melatihkan kemampuan berpikir kritis siswa. Guru memberi kesempatan siswa
untuk bertanya, menyelidiki dan menemukan penyelesaian masalah agar dapat
mendorong rasa keingintahuan intelektual siswa. Siswa juga diingatkan untuk
memiliki sikap kehati-hatian intelektual dengan mengecek ketidakakuratan dan
kesalahan dalam melakukan perhitungan agar lebih cermat dan teliti. Karena
perhitungan yang salah akan menghasilkan penyelesaian yang tidak tepat. Halhal yang diupayakan oleh guru dan peneliti ini sesuai dengan pendapat Daniel
Perkins dan Sarah Tishman (1997) dalam Santrock (2008:360) bahwa
keterampilan berpikir kritis siswa yang dapat dilatihkan oleh guru di antaranya
berpikir terbuka, rasa ingin tahu intelektual dan kehati-hatian intelektual.
9
Pembelajaran kooperatif tipe think-pair-inkuiri-share dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika dikarenakan
tahapan kegiatan pada pembelajaran think-pair-share mengkondisikan siswa
agar dapat mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kyllen (1998) dalam Redhana (2002:21) yang mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk dapat mempertukarkan
ide-ide atau gagasan-gagasannya, berpikir kritis dan bekerja dalam tim.
Melalui tahap think, siswa berpikir secara mandiri sehingga dapat
memberikan penjelasan sederhana yaitu dengan menganalisis pernyataan dan
memfokuskan pertanyaan pada masalah matematika. Melalui tahap pair-inkuiri,
siswa berdiskusi dengan pasangan dan belajar mengatur strategi dan taktik yaitu
dengan menentukan tindakan yang tepat dalam menyelesaikan masalah
matematika. Melalui tahap share, siswa saling bertukar gagasan sehingga siswa
dapat mengambil keputusan terbaik dan menyimpulkan yaitu dengan membuat
dan menentukan nilai pertimbangan atas penyelesaian suatu masalah
matematika.
.
2.
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Matematika
Kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika yang
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-inkuiri-share diketahui
melalui hasil tes akhir pada setiap siklus. Tabel 1. menunjukkan bahwa pada tes
akhir siklus 1, rata-rata persentase skor siswa pada aspek memberikan penjelasan
sederhana adalah 46 % , pada aspek mengatur strategi dan taktik adalah 50 %, dan
pada aspek menyimpulkan adalah 29,35 % semuanya pada kategori rendah. Pada
siklus 2 ketiga aspek berpikir kritis tersebut meningkat pada kategori sedang.
Meskipun masih dalam kategori sedang, siklus dihentikan karena telah memenuhi
indikator, telah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis pada ketiga aspek
tersebut. Selain itu rata-rata sebesar 70% dari seluruh siswa mengalami peningkatan
hasil tes dari ketiga aspek kemampuan berpikir kritis.
PENUTUP
10
A. Simpulan
Dari analisis data dan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas, dapat
diambil simpulan sebagai berikut.
1.
Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)yang dipadukan dengan inkuiri
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII MTs. Al Mahalli
Pleret bantul pada pembelajaran matematika.
Kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika dilatihkan melalui
tahapan kegiatan think-pair,inkuiri-share.
2. Peningkatan rata-rata persentase skor siswa pada tiap aspek kemampuan berpikir
kritis yaitu: aspek memberikan penjelasan sederhana pada siklus 1 sebesar 46,%
(kategori rendah) dan pada siklus 2 meningkat menjadi 62% (kategori sedang);
aspek mengatur strategi dan taktik pada siklus 1 sebesar 50% (kategori rendah) dan
pada siklus 2 meningkat menjadi 70% (kategori sedang); dan aspek menyimpulkan
pada siklus 1 sebesar 50% (kategori rendah) dan pada siklus 2 meningkat menjadi
65% (kategori sedang); 2) Rata-rata sebesar 70% dari seluruh siswa mengalami
peningkatan hasil tes dari ketiga aspek kemampuan berpikir kritis.
B. Saran dan rekomendasi
Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) yang dipadukan dengan
inkuiri ini dapat diimplementasikan untuk semua topic.
Daftar Pustaka
Anni, Tri Chaterina. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.
st
Castronova, J. A. (2002). Discovery Learning for the 21 Century: What is it and how does
st
it compare to traditional learning in the 21
Century. Tersedia:
http://chiron.valdosta.edu/are/Litreviews/vol1no1/castronova_litr . pdf. Diakses: 11
Desember 2010
CUPM (2004). Undergraduate Program and Course in the Mathematical Science: CUPM
Curriculum Guide 2004. The Mathematical Association of America.
Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen P dan K Direktorat Jendral
Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
11
Dreyfus, T. (1991). Advanced Mathematical Thinking Processes. Dalam David Tall
(editor). Advanced Mathematical Thinking. London : Kluwer Academic Publiser.
Ennis, R. H (1996). Critical Thinking. USA : Prentice Hall, Inc.
Ernest, P (1991). The Philosophy of Mathematics Education. London: The Falmer Press.
Furner, J.P dan Robinson, S. (2004). Using TIMSS to Improve the Undergraduate
Preparation of Mathematics Teachers. IUMPST : The Journal Curriculum, Vol. 4.
Hassoubah, Z. I. (2004). Developing Creative & Critical Thinking : Cara Berpikir Kreatif
& Kritis. Bandung : Nuansa.
Huitt, W (1998). Critical Thinking: An Overview. Educational Psychology Interactive.
Valdosta, GA: Valdosta State University.
Lakkala, M., Ilomaki, L., dan Veermans, M. (2003). Using LOs in Advanced Pedagocical
Practice. Tersedia: http://www.eun.org/ eun.org2/eun. Downloads /Advanced _ped
models.doc.
Lie, A. (2004). Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning (mempraktikkan cooperative learning diruagruang
kelas). Jakarta: Grasindo.
Mudjiono & Dimyati. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.
Mulyasa, E. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Nur, Mohammad. 2001. Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya: UNESA
Pott, B. (1994). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical Asessment, Research
& Evaluation, 4 (3).
Quirk, B. The NCTM Calls it “Learning Math” Chapter 4 of Understanding the Original
NCTM Standards. Tersedia: http:// www.wgquirk.com/chap4. html.
Ruseffendi, E.T. (1988). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pendidikan Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung :
Tarsito.
Saptono, Sigit. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: UNNES
12
Sardiman. 1987. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali.
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugijono, M. Cholik Adinawan. 2004. Seribu Pena Matematika SMP. Jakarta : Erlangga.
Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta:Depdikbud
Sukarmin. 2002. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: Surabaya.
13
14
Download