IMPLEMENTASI METODE INQUIRI DIPADUKAN DENGAN STRATEGI KOOPERATIF UNTUK MEMBANGUN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS MATEMATIS PADA SISWA SMP Endang L, Fitriana Yuli S., Wahyu S ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipatif antara peneliti dan guru matematika kelas VIII dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP pada pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dipadukan dengan metode Inquiri. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII MTs. Al Mahalli Pleret Bantul sebanyak 21 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus 1 terdiri dari tiga pertemuan dan siklus 2 terdiri dari dua pertemuan. Instrumen penelitian berupa lembar observasi, soal tes, rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, pelaksanaan tes, catatan lapangan dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan adalah data hasil observasi proses pembelajaran dan data hasil tes. Data hasil observasi digunakan untuk mengukur keterlaksanaan proses pembelajaran TPS dipadukan dengan metode Inquiri. Data hasil tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika. Selanjutnya data-data tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif. Pembelajaran TPS yang dipadukan dengan inquiri meliputi 3 tahap kegiatan. Pertama, pembelajaran diawali guru dengan cara mengajukan pertanyaan/masalah pada LKS kepada siswa untuk dipikirkan secara mandiri (think). Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangannya (pair & menemukan) untuk mengerjakan LKS dan menulis hasil diskusi. Ketiga, hasil diskusi kemudian dipresentasikan oleh beberapa kelompok berpasangan (share). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare dipadukan dengan metode Inquiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika tersebut ditunjukkan oleh 1) peningkatan rata-rata persentase skor siswa pada tiap aspek kemampuan berpikir kritis yaitu: aspek memberikan penjelasan sederhana pada siklus 1 sebesar 46,% (kategori rendah) dan pada siklus 2 meningkat menjadi 62% (kategori sedang); aspek mengatur strategi dan taktik pada siklus 1 sebesar 50% (kategori rendah) dan pada siklus 2 meningkat menjadi 70% (kategori sedang); dan aspek menyimpulkan pada siklus 1 sebesar 50% (kategori rendah) dan pada siklus 2 meningkat menjadi 65% (kategori sedang); 2) Rata-rata sebesar 70% dari seluruh siswa mengalami peningkatan hasil tes dari ketiga aspek kemampuan berpikir kritis. Kata Kunci : Berfikir kritis, Inquiri, kooperatif 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berpikir merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Kemampuan berfikir akan mempengaruhi keberhasilan hidup karena menyangkut apa yang akan dikerjakan dan apa yang akan dihasilkan individu. Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir. Morgan (1999) mengutip pendapat Marzano (1992) memberikan kerangka tentang pentingnya pembelajaran berpikir yaitu: (1) berpikir diperlukan untuk mengembangkan sikap dan persepsi yang mendukung terciptanya kondisi kelas yang positif, (2) berpikir perlu untuk memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan, (3) perlu untuk memperluas wawasan pengetahuan, (4) perlu untuk mengaktualisasikan kebermaknaan pengetahuan, (5) perlu untuk mengembangkan perilaku berpikir yang menguntungkan. Berpikir kritis merupakan suatu kompetensi yang harus dilatihkan pada peserta didik, karena kemampuan ini sangat diperlukan dalam kehidupan (Schafersman, 1999 dalam Arnyana, 2004). Guru perlu membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui strategi, dan metode pembelajaran yang mendukung siswa untuk belajar secara aktif. Ketrampilan berfikir kritis dapat dikembangkan baik secara langsung maupun tak langsung dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang diarahkan pada pembelajaran konstruktivisme yang membentuk pembelajaran penuh makna tidak akan berlangsung baik tanpa adanya pembelajaran yang memungkinkan siswanya untuk berfikir kritis. Metode Inquiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dalam pembelajaran matematika. Dengan kegiatan inkuiri, siswa dapat belajar secara aktif untuk 2 merumuskan masalah, melakukan penyelidikan, menganalisis dan menginterpretasikan data, serta mengambil keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Perpaduan metode inkuiri dengan strategi kooperatif dapat melatih siswa untuk bekerjasama dengan teman sebayanya. Ditinjau dari tahapan-tahapan pembelajarannya model pembelajaran inkuiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif dapat mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pengembangan berfikir kritis siswa. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan tahapan-tahapan dalam metode inkuiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis matematis siswa. Dari penelitian ini diharapkan akan meningkatkan baik hasil belajar maupun kemampuan berfikir kritis siswa, yang merupakan salah satu program IMHERE yaitu meningkatkan soft skill berupa kemampuan berfikir kritis. Beberapa mahasiswa dilibatkan dalam penelitian ini. Tema-tema yang berkaitan dengan kemampuan berfikir kritis matematis dikembangkan di sekolah sebagai tugas akhir mahasiswa. Penelitian ini ditargetkan untuk mempercepat penyelesaian tugas akhir mahasiswa sehingga akan mempercepat waktu studi mahasiswa jurusan pendidikan matematika yang juga merupakan salah satu program IMHERE. B. Rumusan masalah Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah implementasi metode inquiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif pada pembelajaran matematika? 2. Bagaimanakah dampak penerapan metode inquiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa? 3. Bagaimanakah dampak penerapan metode inquiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa? C. Tujuan penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran berbasis metode inquiri dipadukan dengan strategi 3 kooperatif. Tujuan umum tersebut dapat dijabarkan dalam tujuan yang lebih rinci sebagai berikut: 1. Mendiskripsikan implementasi metode inquiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif pada pembelajaran matematika siswa SMP 2. Mendiskripsikan dampak penerapan metode inquiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 3. Mendiskripsikan dampak penerapan metode inquiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa. 4. Mengidentifikasi hambatan-hambatan apakah yang dihadapi dalam implementasi metode inquiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif tipe Think Pair Share pada pembelajaran matematika SMP. D. Manfaat penelitian Dengan pembelajaran yang menerapkan metode inquiri dipadukan dengan strategi kooperatif tipe Think Pair Share diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar matematika siswa. Disamping itu juga akan meningkatkan soft skill lainnya seperti kemampuan komunikasi, bekerjasama, pemecahan masalah, sekalipun kompetensi tersebut tidak secara langsung diukur dalam penelitian ini. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa MTs. Al Mahalli Pleret Bantul Yogyakarta. Objek penelitian meliputi seluruh proses pembelajaran beserta kemampuan siswa dalam berpikir kritis matematis. 4 B. Prosedur Penelitian Siklus I a. Perencanaan Kegiatan pada tahap ini meliputi: 1. Penyusunan disain pembelajaran yang mencakup penentuan jenis dan topik yang akan dijadikan tugas kelompok, penentuan kelompok, dan kegiatan pembelajaran baik dalam kelompok maupun kelas. 2. Menyusun RPP dan media pembelajaran b. Tindakan Tindakan berupa pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibentuk sesuai dengan prinsip-prinsip metode inkuiri yang dipadukan dengan strategi kooperatif tipe think pair share. Tahapan dalam pembelajaran ini: think – pair inquiri - share c. Observasi Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran, pada saat diskusi, dan keterlaksanaan tindakan serta hambatan-hambatan yang ditemui. Untuk mengetahui pencapaian tujuan yang direncanakan yaitu peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dilakukan evaluasi terhadap kemampuan berfikir kritis siswa dan ujian/tes. d. Refleksi Pada akhir siklus dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil observasi, hasil penilaian kemampuan berfikir kritis, dan hasil tes. Hal-hal yang menjadi perhatian pada tahap refleksi ini adalah: Penilaian terhadap keterlaksanaan tindakan, hambatan-hambatan yang muncul.serta kemajuan-kemajuan yang telah dicapai yang meliputi aspek-aspek aktivitas siswa, kemampuan berfikir kritis siswa, dan hasil belajar siswa. Perencanaan untuk tindakan berikutnya disusun berdasarkan hasil refleksi. 5 Siklus II Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I diulangi pada siklus II, dengan beberapa perbaikan berdasarklan hasil refleksi pada siklus I. beberapa aspek yang menjadi indiklator keberhasilan proses pembelajaran adalah meningkatnya aktivitas siswa, meningkatkan hasil belajar siswa (hasil tes), dan kemampuan berfikir kritis siswa. e. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data penelitian digunakan tiga jenis instrument penelitian dan sumber belajar. Instrument yang dimaksud adalah: a. Rubrik berfikir kritis b. Pedoman observasi pembelajaran c. Tes f. Analisis Data Data penelitian diperoleh dari hasil observasi selama pembelajaran berlangsung, dan tes. Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk mendiskripsikan keterlaksanaan rencana tindakan, menggambarkan hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran dan mendiskripsikan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan kemampuan berfikir kritis berdasarkan hasil pengamatan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mendiskripsikan tentang efektivitas dari pembelajaran yang meliputi hasil belajar dan kemampuan berfikir kritis siswa. Untuk menentukan hasil belajar siswa digunakan hasil tugas kelompok, hasil tes, serta hasil penilaian terhadap aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Kemampuan berfikir kritis siswa ditentukan berdasarkan hasil penilaian kemampuan berfikir kritis berdasarkan skala penilaian yang disusun. Peningkatan kualitas pembelajaran ditentukan pada pencapaian aspekaspek pembelajaran dan kemampuan berfikir kritis siswa. 6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Maret 2012, di kelas VIII MTs. Al Mahalli Pleret Bantul, dengan topik Garis singgung persekutuan luar dan dalam dua lingkaran Tabel 1. Hasil Tes Akhir Siklus 1 dan 2 Siklus 1 Aspek Kemampuan Rata-rata Berpikir Kritis persentase Rata-rata Kategori skor siswa Memberikan penjelasan sederhana Mengatur strategi dan taktik Menyimpulkan Siklus 2 persentase Kategori skor siswa 46 % rendah 62 % sedang 50 % rendah 70% Sedang 50 % rendah 65 % Sedang Data hasil tes akhir siklus 1 dan 2 juga menunjukkan bahwa lebih dari 60 % dari banyak siswa mengalami peningkatan hasil tes pada rata-rata tiap aspek kemampuan berpikir kritis. Tabel 2. Peningkatan Hasil Tes Tiap Aspek Berpikir Kritis Aspek Kemampuan Banyak siswa yang Rata-rata peningkatan Berpikir Kritis mengalami peningkatan tiap aspek Memberikan 66,7 % 69,9 % Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 7 penjelasan sederhana Mengatur strategi dan taktik Menyimpulkan 76,2 % 66,7 % B. Hasil penelitian dan pembahasanPembahasan Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Al Mahalli dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS),dipadukan dengan inkuiri. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika tersebut kemudian dideskripsikan secara kualitatif. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dipadukan dengan inkuiri Dari deskripsi hasil penelitian siklus 1 dan 2, tampak adanya kemajuan dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share pada pembelajaran matematika. Pelaksanaan think-pair-share pada siklus 1 belum berlangsung optimal. Batasan antara tahap think dan pair belum terlihat jelas karena siswa cenderung langsung bertanya kepada pasangan bila mengalami kesulitan. Demikian pula dengan inkuiri, siswa cenderung bertanya sebelum memikirkan terlebih dahulu. Siswa juga belum aktif berpendapat sehingga guru pelaksana masih harus sering-sering membantu jalannya diskusi dan presentasi. Beberapa kekurangan pada siklus 1 ini disebabkan oleh kebiasaan belajar siswa sebelumnya, yaitu siswa lebih banyak mendengarkan, mencatat informasi yang disampaikan guru dan menunggu penjelasan guru. Hal ini menyebabkan sebagian siswa masih tergantung kepada guru dan bersikap pasif pada proses pembelajaran. Ini bertentangan dengan prinsip pembelajaran kooperatif, dimana siswa diharapkan untuk aktif melaksanakan pembelajaran dan mempunyai pengalaman langsung untuk menemukan konsep dan memahami materi. Namun dibandingkan dengan proses pembelajaran sebelumnya, kegiatan belajar siswa mengalami peningkatan pada pembelajaran dengan tipe think-pair8 share dipadukan dengan inkuiri. Hal ini terlihat dari semangat dan rasa keingintahuan siswa untuk memahami pelajaran yang lebih besar daripada pembelajaran dengan metode ceramah atau tanya jawab yang sebelumnya biasa diterapkan. Guru melatihkan kemampuan berpikir kritis bagi siswa dengan memberikan masalah yang diselesaikan dengan memberikan penjelasan sederhana, mengatur strategi, dan menyimpulkan Pada siklus 2, kegiatan belajar dengan think-pair-inkuiri-share mengalami peningkatan. Peningkatan itu ditunjukkan oleh sikap siswa yang lebih aktif dalam berdiskusi, menyampaikan pendapat dan bertanya saat mengalami kesulitan atau terjadi perbedaan pendapat. Peningkatan ini disebabkan tiga hal. Pertama, siswa sudah memiliki pengalaman melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share yang dipadukan dengan inkuiri pada siklus 1 sehingga siswa telah terbiasa dan dapat beradaptasi untuk melaksanakan pembelajaran tersebut pada siklus 2. Kedua, siswa diberikan kesempatan lebih banyak untuk aktif mengemukakan pendapatnya baik pada tahap pair-inkuiri maupun share. Ketiga, pengawasan dan bantuan pada diskusi kelompok lebih intensif dan merata sehingga siswa merasa termotivasi untuk lebih semangat dalam melaksanakan pembelajaran. Seperti halnya pada siklus 1, pada siklus 2 guru juga berperan dalam melatihkan kemampuan berpikir kritis siswa. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya, menyelidiki dan menemukan penyelesaian masalah agar dapat mendorong rasa keingintahuan intelektual siswa. Siswa juga diingatkan untuk memiliki sikap kehati-hatian intelektual dengan mengecek ketidakakuratan dan kesalahan dalam melakukan perhitungan agar lebih cermat dan teliti. Karena perhitungan yang salah akan menghasilkan penyelesaian yang tidak tepat. Halhal yang diupayakan oleh guru dan peneliti ini sesuai dengan pendapat Daniel Perkins dan Sarah Tishman (1997) dalam Santrock (2008:360) bahwa keterampilan berpikir kritis siswa yang dapat dilatihkan oleh guru di antaranya berpikir terbuka, rasa ingin tahu intelektual dan kehati-hatian intelektual. 9 Pembelajaran kooperatif tipe think-pair-inkuiri-share dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika dikarenakan tahapan kegiatan pada pembelajaran think-pair-share mengkondisikan siswa agar dapat mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kyllen (1998) dalam Redhana (2002:21) yang mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk dapat mempertukarkan ide-ide atau gagasan-gagasannya, berpikir kritis dan bekerja dalam tim. Melalui tahap think, siswa berpikir secara mandiri sehingga dapat memberikan penjelasan sederhana yaitu dengan menganalisis pernyataan dan memfokuskan pertanyaan pada masalah matematika. Melalui tahap pair-inkuiri, siswa berdiskusi dengan pasangan dan belajar mengatur strategi dan taktik yaitu dengan menentukan tindakan yang tepat dalam menyelesaikan masalah matematika. Melalui tahap share, siswa saling bertukar gagasan sehingga siswa dapat mengambil keputusan terbaik dan menyimpulkan yaitu dengan membuat dan menentukan nilai pertimbangan atas penyelesaian suatu masalah matematika. . 2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Matematika Kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-inkuiri-share diketahui melalui hasil tes akhir pada setiap siklus. Tabel 1. menunjukkan bahwa pada tes akhir siklus 1, rata-rata persentase skor siswa pada aspek memberikan penjelasan sederhana adalah 46 % , pada aspek mengatur strategi dan taktik adalah 50 %, dan pada aspek menyimpulkan adalah 29,35 % semuanya pada kategori rendah. Pada siklus 2 ketiga aspek berpikir kritis tersebut meningkat pada kategori sedang. Meskipun masih dalam kategori sedang, siklus dihentikan karena telah memenuhi indikator, telah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis pada ketiga aspek tersebut. Selain itu rata-rata sebesar 70% dari seluruh siswa mengalami peningkatan hasil tes dari ketiga aspek kemampuan berpikir kritis. PENUTUP 10 A. Simpulan Dari analisis data dan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)yang dipadukan dengan inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII MTs. Al Mahalli Pleret bantul pada pembelajaran matematika. Kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika dilatihkan melalui tahapan kegiatan think-pair,inkuiri-share. 2. Peningkatan rata-rata persentase skor siswa pada tiap aspek kemampuan berpikir kritis yaitu: aspek memberikan penjelasan sederhana pada siklus 1 sebesar 46,% (kategori rendah) dan pada siklus 2 meningkat menjadi 62% (kategori sedang); aspek mengatur strategi dan taktik pada siklus 1 sebesar 50% (kategori rendah) dan pada siklus 2 meningkat menjadi 70% (kategori sedang); dan aspek menyimpulkan pada siklus 1 sebesar 50% (kategori rendah) dan pada siklus 2 meningkat menjadi 65% (kategori sedang); 2) Rata-rata sebesar 70% dari seluruh siswa mengalami peningkatan hasil tes dari ketiga aspek kemampuan berpikir kritis. B. Saran dan rekomendasi Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) yang dipadukan dengan inkuiri ini dapat diimplementasikan untuk semua topic. Daftar Pustaka Anni, Tri Chaterina. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press. st Castronova, J. A. (2002). Discovery Learning for the 21 Century: What is it and how does st it compare to traditional learning in the 21 Century. Tersedia: http://chiron.valdosta.edu/are/Litreviews/vol1no1/castronova_litr . pdf. Diakses: 11 Desember 2010 CUPM (2004). Undergraduate Program and Course in the Mathematical Science: CUPM Curriculum Guide 2004. The Mathematical Association of America. Dahar, R.W. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen P dan K Direktorat Jendral Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan 11 Dreyfus, T. (1991). Advanced Mathematical Thinking Processes. Dalam David Tall (editor). Advanced Mathematical Thinking. London : Kluwer Academic Publiser. Ennis, R. H (1996). Critical Thinking. USA : Prentice Hall, Inc. Ernest, P (1991). The Philosophy of Mathematics Education. London: The Falmer Press. Furner, J.P dan Robinson, S. (2004). Using TIMSS to Improve the Undergraduate Preparation of Mathematics Teachers. IUMPST : The Journal Curriculum, Vol. 4. Hassoubah, Z. I. (2004). Developing Creative & Critical Thinking : Cara Berpikir Kreatif & Kritis. Bandung : Nuansa. Huitt, W (1998). Critical Thinking: An Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Lakkala, M., Ilomaki, L., dan Veermans, M. (2003). Using LOs in Advanced Pedagocical Practice. Tersedia: http://www.eun.org/ eun.org2/eun. Downloads /Advanced _ped models.doc. Lie, A. (2004). Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia. Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning (mempraktikkan cooperative learning diruagruang kelas). Jakarta: Grasindo. Mudjiono & Dimyati. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud. Mulyasa, E. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA. Nur, Mohammad. 2001. Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya: UNESA Pott, B. (1994). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical Asessment, Research & Evaluation, 4 (3). Quirk, B. The NCTM Calls it “Learning Math” Chapter 4 of Understanding the Original NCTM Standards. Tersedia: http:// www.wgquirk.com/chap4. html. Ruseffendi, E.T. (1988). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pendidikan Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito. Saptono, Sigit. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: UNNES 12 Sardiman. 1987. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali. Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugijono, M. Cholik Adinawan. 2004. Seribu Pena Matematika SMP. Jakarta : Erlangga. Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta:Depdikbud Sukarmin. 2002. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: Surabaya. 13 14