KLONING GEN Pab MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS KE VEKTOR EKSPRESI pQE30 SEBAGAI ANTIGEN UNTUK KIT DIAGNOSTIK TUBERKULOSIS LATEN Rosana Agus1, Sjafaraenan1, Helmy Widyastuti1 dan A. Arfan Sabran1 Laboratorium Genetika, Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin [email protected] 1 ABSTRAK Saat ini deteksi TB laten masih dilakukan dengan uji tuberculin skin test (TST). Prinsip uji tuberkulin adalah timbulnya hipersensitivitas pada seseorang yang terinfeksi M. tuberculosis terhadap komponen tuberkulin yaitu purified protein derivative (PPD). PPD mengandung kurang lebih 200 antigen mikobakteri, sehingga uji tuberkulin tidak spesifik. Dengan demikian, dibutuhkan reagen diagnostik TB yang dapat mengidentifikasi individu terinfeksi baru dan laten. Salah satu yang berpotensi adalah antigen 38 kDa dari M.tuberculosis . Diketahui bahwa antigen ini memiliki respons immunodominan terhadap sel B dan sel T, dan spesifik pula pada M.tuberculosis complex, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi alat deteksi tuberkulosis melalui kulit. Antigen 38 kda dikode oleh gen Pab dan telah berhasil di kloning ke vektor kloning pGEM-T. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkloning gen Pab ke vektor ekspresi, sehingga dapat diproduksi menjadi antigen untuk pengembangan kit diagnosis TB laten berbasis imunologi. Metode yang digunakan adalah memotong gen Pab dan vektor ekspresi pQE30 dengan enzim restriksi yang sama , meligasi ke vektor ekspresi dan mentransformasi ke sel host E.coli BL 21. Karakterisasi klon rekombinan dilakukan dengan PCR dan sekuensing. Hasil penelitian diperoleh klon rekombinan pQE30-Pab dan setelah dikarakterisasi dengan PCR dan sekuensing, diperoleh bahwa DNA yang disisipkan adalah benar gen Pab. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa gen Pab telah berhasil dikloning ke vektor ekspresi pQE30. Kata kunci : hipersensitivitas , pGEM-T, PCR, TST ABSTRACT The detection of latent TB is still done with the tuberculin skin test test (TST). The principle TST was the incidence of hypersensitivity tuberculin test on a person infected with M. tuberculosis to which component of purified protein derivative of tuberculin (PPD). PPD contains approximately 200 mycobacterial antigens, so the tuberculin test is not specific. Thus, it takes a TB diagnostic reagents that can identify new and latently infected individuals. One of the potential is 38 kDa antigen of M. tuberculosis. It is known that this antigen has immunodominan response against B cells and T cells, and also specific to the M. tuberculosis complex, so has the potential to be developed into a tool of detection of tuberculosis through the skin. 38 kDa antigen encoded by genes Pab and have successfully cloned into the cloning vector pGEM-T. The purpose of this study was to clone the Pab gene into the expression vector pQE30, so it can be manufactured into antigen for the diagnosis of latent TB development kit based immunology. The method used was cut Pab gene and expression vector pQE30 with the same restriction enzyme, ligating into an expression vector and transformed into host cells E. coli BL 21. Characterization of recombinant clones performed by PCR and sequencing. The results were obtained recombinant clone pQE30-Pab and after characterized by PCR and sequencing, showed that the inserted DNA is actually genes Pab. The conclusion of this study that the gene has been successfully cloned Pab into the expression vector pQE30. Keywords: hypersensitivity, pGEM-T, PCR, TST 1. Pendahuluan Di negara berkembang seperti Indonesia, diagnostik tuberkulosis dilakukan secara mikroskopik pada sputum untuk melihat keberadaan dan jumlah basil tahan asam (BTA) dan secara radiologi. Namun tantangan utama dalam pengendalian TB adalah diagnosis dan penatalaksanaan infeksi TB laten. Menurut Flynn and Chan, 2001 bahwa penduduk dengan TB laten, sekitar 5-10% diantaranya akan menjadi TB aktif. Deteksi infeksi TB laten tidak memiliki standar baku, namun saat ini dilakukan dengan uji tuberculin skin test (TST) (Menzies et al., 2007). Prinsip uji tuberkulin adalah timbulnya hipersensitivitas pada seseorang yang terinfeksi M. tuberculosis terhadap komponen tuberkulin dari bakteri tersebut yaitu purified protein derivative (PPD). Uji tersebut dilakukan dengan menyuntikan 0,1 ml (5 tuberkulin unit) PPD secara intrakutan. Hasil dapat 1 dilihat 48-72 jam setelah penyuntikan dengan mengamati ada atau tidaknya indurasi pada kulit dengan mengukur diameter indurasi (Jasmer et al., 2002). PPD mengandung 200 antigen mikobakteri, antara lain M.tuberculosis kompleks (M. tuberculosis, M. bovis dan M.africanum), mikobakteri bukan tuberkulosa (NTM) dan M. bovis BCG ( Pinxteren et.al, 2000). Akibatnya uji tuberkulin mempunyai beberapa keterbatasan yaitu terjadi reaksi positif palsu karena adanya reaksi silang antara PPD dan antibodi yang dihasilkan oleh vaksinasi BCG atau infeksi dengan mikobakteria bukan TB (Diel et al., 2009). Dengan demikian, ketersediaan reagen diagnostik untuk TB sangat diperlukan yang secara ideal dapat mengidentifikasi individu terinfeksi baru dan laten dengan resiko tinggi untuk berkembang menjadi tuberkulosis aktif. Penelitian kami tentang pencarian antigen M. tuberculosis asal Makassar yang reaktif terhadap serum penderita tuberkulosis dan kontak sebagai imunodiagnostik tuberkulosis laten diperoleh antigen 38 kDa (Agus R,2014). Pada penelitian Kadival et al., 1997 menunjukkan bahwa antigen 38 kDa dari M.tuberculosis memiliki respons sangat immunodominan terhadap sel B dan sel T. Menurut Rosales-Borjas et al., 1998 bahwa antigen 38 kDa spesifik pula pada M.tuberculosis complex dan bersifat sangat immunogenik, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi alat deteksi tuberkulosis melalui kulit dengan uji serologi. Antigen 38 Mycobacterium tuberculosis merupakan phosphate binding protein yang dikode oleh gen Pab (protein antigen b) yang berukuran 1993 bp (Andersen and Hansen, 1989). Pada penelitian kami sebelumnya gen ini telah berhasil dikloning ke vektor kloning dan dikarakterisasi kebenarannya. Selanjutnya akan dilakukan subkloning ke vektor ekspresi. Berdasarkan penjelasan di atas maka kami akan melakukan kloning gen Pab pengkode 38 kDa dari M,tuberculosis ke vektor ekspresi. Diharapkan klon rekombinan tersebut dapat diekspresi dan diproduksi menjadi protein, sehingga dapat dipakai sebagai antigen untuk melengkapi uji imunodiagnostik TB yang sudah ada di Indonesia. 2. Metode Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer Pab, agarosa, PCR Mix, pQE30, E.coli BL 21, ampisilin, Qiagen Kit, GFX Kit, enzim restriksi Tahapan penelitian untuk kloning gen Pab pengkode antigen 38 kDa ke vektor ekspresi pQE30 dapat dilakukan sebagai berikut: 2.1 Subklon gen target Pab ke vektor ekspresi pQE30 pada E.coli BL21 (DE3) Plasmid rekombinan pGEM-T-pQE30 yang telah diuji kebenarannya, ditumbuhkan dalam medium Lowenstein Jensen dengan ampisilin. Selanjutnya dilakukan isolasi plasmid menggunakan Qiagen Kit. Tahapan selanjutnya plasmid rekombinan dan vektor ekspresi pQE30 dipotong dengan enzim restriksi NcoI dan BamHI. Hasil pemotongan dikarakterisasi dengan analisis elektroforesis gel agarosa. DNA sisipan dimurnikan dari gel agarosa dengan kit dan diligasikan ke vektor ekspresi. Hasil ligasi kemudian di transformasi ke sel host E.coli BL21 (DE3), sehingga dihasilkan transforman E.coli BL 21 (DE3) yang mengandung plasmid rekombinan pQE30-Pab. Transforman diseleksi pada media yang mengandung ampisilin. 2.2 Karakterisasi klon rekombinan pQE30Pab Plasmid rekombinan ditumbuhkan pada medium LB cair dengan ampisilin. Selanjutnya dilakukan isolasi plasmid untuk dikarakterisasi kebenaran DNA sisipannya. Karakterisasi dilakukan dengan PCR dan pemotongan dengan enzim restriksi. 3. Hasil dan pembahasan Hasil isolasi plasmid rekombinan pGEM-TPab yang diperoleh pada penelitian sebelumnya dapat dilihat pada gambar 1. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkloning gen Pab pengkode antigen 38 kDa dari M.tuberculosis ke vektor ekspresi yang akan menjadi dasar untuk pengembangan kit diagnosis TB laten berbasis imunologi. 5000 1000 Gambar 1. Klon rekombinan pGEM-T-Pab 2 Dari gambar 1 terlihat bahwa ada 7 klon rekombinan pGEM-T-Pab yang berukuran 4993 bp. Hal ini disebabkan karena ukuran pGEM-T adalah 3000 bp dan gen Pab 1993 bp. Setelah klon rekombinan dan vektor ekspresi pQE30 dipotong dengan enzim restriksi NcoI dan BamHI, diperoleh hasil seperti pada gambar 2. Karakterisasi terhadap klon rekombinan dilakukan untuk mengetahui kebenaran DNA sisipan yang telah dikloning. Karakterisasi dilakukan dengan PCR dan pemotongan dengan enzim restriksi . Gambar 4. Karakterisasi DNA sisipan dengan PCR Gambar 2. Restriksi pQE30 dan pGEM-T-Pab (R1) Dari gambar 2 terlihat bahwa vektor pQE30 telah berhasil dipotong dengan sempurna. Hal ini tampak dari terbentuknya 2 pita. Demikian pula setelah klon rekombinan dipotong, diperoleh dua pita yaitu vektor pGEM-T dan DNA sisipan Pab. Selanjutnya gen Pab diligasi ke vektor ekspresi pQE30 dan ditransformasi ke sel E.coli BL 21, yang dapat dilihat pada gambar 3. Dari gambar terlihat adanya 3 koloni putih yang di dalamnya membawa plasmid rekombinan pQE30-Pab. Setelah klon rekombinan pQE30-Pab dikarakaterisasi dengan PCR, diperoleh pita ukuran 1994 bp yang merupakan gen Pab. Karakterisasi klon rekombinan dilakukan pula dengan pemotongan dengan enzim restriksi, yang terlihat pada gambar berikut Gambar 5. Karakterisasi DNA sisipan dengan pemotongan enzim restriksi Gambar 3. Transformasi pQE30-Pab ke E.coli BL 21 Dari gambar 5 terlihat klon rekombinan G1 dan G2 sebelum dan sesudah dipotong enzim restriksi, Setelah terpotong diperoleh DNA sisipan yang merupakan gen Pab. 3 4. Kesimpulan Kloning gen Pab Mycobacterium tuberculosis ke vektor ekspresi pQE30 telah berhasil dilakukan dan dikarakterisasi kebenaran DNA sisipannya Daftar Pustaka Agus, R (2014), Isolasi dan karakterisasi antigen M.tuberculosis asal Makassar yang reaktif terhadap serum penderita tuberkulosis dan kontak sebagai imunodiagnostik tuberkulosis laten, Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan, Volume 5, No 10, Agustus Andersen A.B and Egon Bech Hansen, (1989), Structure and Mapping of Antigenic Domains of Protein Antigen b, a 38,000-Molecular-Weight Protein of Mycobacterium tuberculosis, Infection and Immunity, Vol 57 No 8 Diel R., Robert Loddenkemper, Karen MeywaldWalter, Rene Gottschalk, and Albert Nienhaus, (2009), Comparative Performance of Tuberculin Skin Test, QuantiFERON-TB-Gold In Tube Assay, and TSpot.TB Test in contact Investigations for Tuberculosis, American College of Chest Physicians, Chest, 135 :1010-1018 Flynn J.L and John Chan, (2001), Tuberculosis: Latency and Reactivation, Infection and Immunity, Vol 69 No.7, p. 4195–4201 Jasmer R.M, Payam Nahid, and Philip C.Hopewell, (2002), Latent Tuberculosis Infection, The New England Journal of Medicine, Vol.347 Kadival G.V., C.D’ Souza, M. Kameswaran and A.M Samuel, (1997), Mycobacterium tuberculosis 38 kDa Antigen and Its Encoding Gene-Experience In Diagnostic Applications, Indian Journal of Clinical Biochemistry, 12 (Suppl), 68 -71 STIC APPLICATIONS Menzies D, Madhukar Pai, and George Comstock, (2007) Meta-analysis: New Tests for the diagnosis of latent tuberculosis infection: Areas of Uncertainty and Recommendations for Research, Ann Intern Med. 146 : 340-354 Pinxteren L.A.H, Pernille Ravn, Else Marie Agger, John Pollock and Peter Andersen, Diagnosis of Tuberculosis Based on the Two Specific Antigens ESAT-6 and CFP10, (2000), Clinical and Diagnostic Laboratory Immunology, Vol 7 No 2, p.155-160 Rosales-Borjas, D.M., Sergio Zambrano-Villa, Martha Elinos, Harum Kasem, Antonio Osuna, Raul Mancilla, and Librado Ortiz-Ortiz, 1998, Rapid Screening Test for Tuberculosis Using a 38 kDa Antigen From Mycobacterium tuberculosis, Journal of Clinical Laboratory Analysis 12 : 126-129 4