BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa peralihan untuk menuju kedewasaan, dimana masa peralihan itu diperlukan oleh seorang remaja untuk dapat mempelajari dan mengoptimalisasi pertumbuhan dan perkembangan sehingga mampu bertanggung jawab akan segala permasalahan remaja dalam masa dewasa nanti. Terutama dalam pergaulan remaja, baik itu dari lingkungan tempat tinggal, sekolah, dan masyarakat luas pasti terdapat suatu etika. Etika sering disebut sebagai filsafat moral, di mana etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku. Seiring dengan perkembangan zaman semakin lama etika tersebut mulai luntur, terutama pada siswa SMP. Siswa biasanya memiliki karakter yaitu sikap menentang nilai dan norma yang ada di masyarakat. Salah satu sikap siswa yang menentang etika adalah siswa yang mulai bergaul sesuka hatinya, baik dari cara berpakaian yang tidak rapi, cara bertutur kata yang tidak menghiraukan kesopanannya baik dengan guru maupun dengan teman, cara bertutur kata yang kurang baik serta perilaku siswa yang kurang sopan terhadap guru maupun teman sering melanggar peraturan sekolah. Tindakan siswa yang sering melanggar aturan tersebut bertentangan dengan etika bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Siswa yang melakukan pelanggaran etika tersebut kurang mengerti dan memahami tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam lingkungan sekitarnya serta kurangnya teladan yang baik yang bisa dijadikan contoh untuk 1 2 dirinya agar dapat memiliki etika pergaulan yang baik sesuai dengan nilai-nilai moral yang ada di lingkungan sekitarnya. Menurut Burhanuddin ( 2000: 5) ada tiga norma umum tingkah laku manusia, yakni norma sopan santun, norma hukum dan norma moral. Norma sopan santun berlakunya bersifat lokal kedaerahan dan mudah berubah. Pada masa lalu tingkah laku tertentu masih dianggap tidak sopan, tetapi pada akhirakhir ini sudah dianggap sopan. Contoh konkritnya pesta berdiri (standing party). Dahulu, di beberapa kota ketika kita makan berdiri dianggap tidak atau kurang sopan, tetapi akhir-akhir ini di kota–kota besar hal itu sudah dianggap sopan. Norma hukum adalah norma yang berlaku di suatu negara untuk mengatur masalah perdata atau pidana. Antara negara yang satu dengan negara yang lain, norma hukumnya sudah berbeda. Jadi, tingkat keberlakuannya lebih luas dibandingkan dengan norma sopan santun. Sedangkan norma moral adalah norma yang tingkat keberlakuannya bersifat universal, sudah lintas bangsa dan negara. Contohnya : penganiayaan terhadap anak, di mana pun pasti dianggap tindakan yang tidak bermoral. Dalam konteks pembicaraan kita kali ini difokuskan pada masalah etika pergaulan remaja. Jadi, hanya akan disampaikan etika atau tata sopan santun dalam pergaulan antar remaja. Jika dikaitkan dengan tiga norma umum tingkah laku manusia tersebut, nampaknya pembicaraan kita kali ini lebih pada norma sopan santun dalam pergaulan remaja. Pada uraian berikut akan dijelaskan mengapa berbicara tentang norma sopan santun dan lebih-lebih norma moral begitu sangat penting dalam hidup dan kehidupan bersama manuisa lain. 3 Pada dasarnya masa-masa sekolah adalah masa remaja dimana pada periode ini sangat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan masa perpindahan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Pembentukan moral dalam proses kehidupan dikeluarga, di sekolah dan masyarakat telah dimulai pada masa remaja. Kemampuan kognitif remaja yang semakin meningkat kesadaran mereka akan moral. Menurut Soeparwoto, dkk (2004) : 103) “pencapaian tingkat perkembangan baik fisik maupun psikologis tersebut membuat banyak remaja mengalami perubahan dalam sikap dan perilakunya”. Individu yang sudah memasuki masa remaja diharapkan menggantikan konsep-konsep moral yang berlaku dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku secara umum yang berfungsi sebagai pedoman bagi perilaku dalam kehidupannya. Pada masa remaja, individu harus mulai dapat bertanggungjawab mengendalikan perilakunya sendiri yang sebelumnya menjadi tanggungjawab orang tua dan guru pada saat kanak-kanak sehingga perilakunya tidak melanggar moral yang berlaku dalam kehidupan dengan orang lain baik itu dikeluarga, di sekolah dan di masyarakat. Menurut Gunarso dalam Soeparwoto, dkk “Pada masa remaja ini biasanya terdapat perubahan sikap yang cukup mencolok dan ditempatkan sebagai salah satu karakteristik remaja yaitu menentang nilai dasar hidup orang tua dan dewasa lainnya”. Dalam pendidikan anak, kawasan yang harus diperhatikan adalah etika pergaulan, karena ketika siswa sudah mengembangkan etika pergaulannya, maka siswa dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk, kemudian mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan akan berpengaruh pada lingkungan sekitarnya dalam hal bersosialisasi. 4 Berdasarkan observasi dengan guru BK di SMP PAB 2 Medan Helvetia, terlihat etika pergaulan dan perilaku sehari-hari sebagian siswa tergolong rendah misalnya, meludah di depan orang, berbahasa kasar terhadap orang yang lebih tua atau pun orang lain, kurang menghargai pendapat dari teman, menyinggung perasaan orang lain,memotong pembicaraan orang lain dan menghina sesama teman, tidak memberikan contoh yang baik terhadap adik kelas, suka berprasangka buruk dengan orang lain, tidak meminta permisi ketika lewat di depan orang yang lebih tua, dan kurang menghargai guru. Perilaku siswa yang demikian menunjukkan perilaku yang kurang baik berdasarkan etika pergaulan. Permasalahan yang terjadi dikalangan sebagian siswa khususnya tentang rendahnya kemampuan siswa memahami etika pergaulan, tentunya tidak bisa dibiarkan terus berlanjut, diperlukan usaha atau upaya yang sungguh-sungguh untuk memberikan pemahaman yang baik terhadap etika pergaulan siswa. Salah satu cara yang efektif untuk memberikan pemahaman etika pergaulan siswa adalah dengan melaksanakan bimbingan kelompok, karena dalam bimbingan kelompok siswa di bimbing secara kelompok dengan membahas topik yang berkaitan dengan etika pergaulan siswa. Dalam bimbingan kelompok, siswa akan melibatkan dirinya secara aktif dalam mengeluarkan pendapat, pikiran, perasaan, persepsi dan lebih luas dalam membuka wawasan, serta berkembangnya daya fikir siswa. Siswa akan lebih merasa nyaman dan lebih tersentuh deangan bimbingan kelompok, sehingga layanan bimbingan kelompok dapat menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga yang akhirnya di harapkan, melalui kegiatan bimbingan kelompok siswa akan mampu meningkatkan etika 5 pergaulannya, yang pada akhirnya akan terlihat perubahan perilaku yang tidak baik, menjadi lebih baik . Dari penjelasan di atas, maka penulis perlu untuk meneliti lebih lanjut tentang “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Etika Pergaulan Pada Siswa Kelas VIII SMP PAB 2 Medan Helvetia Tahun Ajaran 2016/2017”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Siswa sering meludah di depan orang 2) Siswa berbahasa kasar kepada orang yang lebih tua 3) Siswa kurang menghargai pendapat dari teman 4) Siswa sering menyinggung perasaan orang lain 5) Siswa suka memotong pembicaraan orang lain 6) Siswa suka menghina sesama teman 7) Siswa tidak memberikan contoh yang baik terhadap adik kelas 8) Siswa suka berprasangka buruk dengan orang lain 9) Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami etika pergaulan 10) Kurang aktif nya layanan bimbingan kelompok di sekolah 11) Siswa tidak meminta permisi ketika lewat di depan orang yang lebih tua 12) Siswa kurang menghargai guru. 6 1.3 Batasan Masalah Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah “ Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Etika Pergaulan Pada Siswa Kelas VIII SMP PAB 2 Medan Helvetia Tahun Ajaran 2016/2017” 1.4 Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian, dalam perumusan masalah penulis membuat rumusan spesifikasi terhadap hakikat masalah yang di teliti. Rumusan masalah dalam penelitian ini, penulis uraikan ke dalam pertanyaan berikut : “Apakah Ada Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Etika Pergaulan Pada Siswa Kelas VIII SMP PAB 2 Medan Helvetia Tahun Ajaran 2016/2017 ? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “ Untuk Mengetahui Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Etika Pergaulan Pada Siswa Kelas VIII SMP PAB 2 Medan Helvetia Tahun Ajaran 2016/2017”. 7 1.6 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang diajukan maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1) Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, sebagai pertimbangan dalam meningkatkan mutu sekolah, siswa yang berkualitas, berakhlak dan bermoral tinggi. b. Bagi guru pembimbing di sekolah, khususnya untuk membantu siswa yang memilki etika pergaulan yang rendah dengan dilakukannya upaya layanan bimbingan kelompok. c. Bagi siswa, sebagai masukan dalam membantu untuk meningkatkan etika pergaulan siswa dengan bantuan dari kelompok. 2) Manfaat Konseptual a. Hasil penelitian ini sebagai alternatif untuk meningkatkan etika pergaulan di SMP masa kini. b. Sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi penelitian yang lain yang akan melakukan penelitian di SMP PAB 2 Medan Helvetia