KLONING GEN Pab PENGKODE ANTIGEN 38 KDA MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS SEBAGAI KIT DIAGNOSTIK TUBERKULOSIS LATEN Rosana Agus1, Sjafaraenan, Helmy Widyastuti1 dan A. Arfan Sabran1 Genetika, Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin [email protected], [email protected], [email protected], [email protected] 1Laboratorium ABSTRAK Saat ini deteksi TB laten masih dilakukan dengan uji tuberculin skin test (TST). Prinsip uji tuberkulin adalah timbulnya hipersensitivitas pada seseorang yang terinfeksi M. tuberculosis terhadap komponen tuberkulin yaitu purified protein derivative (PPD). PPD mengandung kurang lebih 200 antigen mikobakteri, sehingga uji tuberkulin mempunyai keterbatasan. Misalnya terjadi reaksi positif palsu karena reaksi silang antara PPD dan antibodi yang dihasilkan oleh vaksinasi BCG atau infeksi dengan mikobakteria bukan TB. Dengan demikian, dibutuhkan reagen diagnostik TB yang dapat mengidentifikasi individu terinfeksi baru dan laten. Penelitian kami sebelumnya tentang pencarian antigen M. tuberculosis yang reaktif terhadap serum penderita tuberkulosis dan kontak sebagai imunodiagnostik tuberkulosis laten telah diperoleh antigen 38 kDa yang dikode oleh gen Pab (protein antigen b).. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkloning gen Pab yang akan menjadi dasar pengembangan kit diagnosis TB laten berbasis imunologi. Metode yang digunakan adalah mengisolasi gen Pab dengan PCR, meligasi ke vektor kloning pGEM-T dan mentransformasi ke sel host E.coli JM 109. Karakterisasi klon rekombinan dilakukan dengan PCR dan sekuensing. Hasil penelitian diperoleh bahwa gen Pab berukuran 1993 bp, dan setelah karakterisasi klon rekombinan diketahui bahwa DNA sisipannya adalah benar gen Pab. Kata kunci: antigen, 38 kDa, Mycobacterium tuberculosis, TB laten, kloning, gen Pab ABSTRACT Detection of latent TB is still done with the tuberculin test skin test (TST). The principle of tuberculin test is the presence of hypersensitivity to someone who is infected M. tuberculosis of the components of the tuberculin are purified protein derivative (PPD). PPD contains approximately 200 mycobacterial antigens, so that the tuberculin test has limitations . For example, false-positive reactions due to cross-reaction between PPD and the antibodies produced by BCG vaccination or infection with mycobacteria is not TB . Therefore the availability of TB diagnostic reagents that can identify new and latently infected individuals. Our research on the search antigen M. tuberculosis as latent tuberculosis imunodiagnostic obtained antigen 38 kDa encoded by the gene Pab ( protein antigen b ) . The purpose of this study was to clone the gene Pab which to base the development kit based immunological diagnosis of latent TB. The method used was Pab isolate genes by PCR , ligating into cloning vector pGEM-T and transformed into JM 109 E. coli host cells . Characterization of recombinant clones performed by PCR and sequencing . The result showed that the Pab gene size 1993 bp , and after characterization of recombinant clones is known that the DNA insert is correct Pab gene; Keywords : antigen, 38 kDa , Mycobacterium tuberculosis , latent TB , cloning , gene Pab PENDAHULUAN Di negara berkembang termasuk Indonesia, diagnostik tuberkulosis (TB) dilakukan secara mikroskopik pada sputum untuk melihat keberadaan dan jumlah basil tahan asam (BTA). Namun tantangan utama dalam pengendalian TB adalah bagaimana mendiagnosis secara cepat dan tepat infeksi TB khususnya TB laten. Menurut Flynn and Chan, 2001 bahwa sekitar 5-10% penduduk dengan TB laten, akan menjadi TB aktif. Sampai saat ini deteksi infeksi TB laten tidak memiliki standar baku, dan masih dilakukan dengan uji tuberculin skin test (TST) (Menzies et al., 2007). Prinsip uji tuberkulin adalah timbulnya hipersensitivitas pada seseorang yang terinfeksi M. tuberculosis terhadap komponen tuberkulin dari bakteri tersebut yaitu purified protein derivative (PPD). Uji tersebut dilakukan dengan menyuntikan 0,1 ml (5 tuberkulin unit) PPD secara intrakutan. Hasil dapat dilihat 48-72 jam setelah penyuntikan dengan mengamati ada atau tidaknya indurasi pada kulit dengan mengukur diameter indurasi (Jasmer et al., 2002). PPD mengandung 200 antigen mikobakteri, antara lain M.tuberculosis kompleks (M. tuberculosis, M. bovis dan M.africanum), mikobakteri bukan tuberkulosa (NTM) dan M. bovis BCG ( Pinxteren et.al, 2000). Akibatnya uji tuberkulin mempunyai beberapa keterbatasan yaitu terjadi reaksi positif palsu karena adanya reaksi silang antara PPD dan antibodi yang dihasilkan oleh vaksinasi BCG atau infeksi dengan mikobakteria bukan TB (Diel et al., 2009). Dengan demikian, ketersediaan reagen diagnostik untuk TB sangat diperlukan yang secara ideal dapat mengidentifikasi individu terinfeksi baru dan laten dengan resiko tinggi untuk berkembang menjadi tuberkulosis aktif. Penelitian kami tentang pencarian antigen M. tuberculosis yang reaktif terhadap serum penderita tuberkulosis dan kontak sebagai imunodiagnostik tuberkulosis laten telah diperoleh antigen 38 kDa. Antigen 38 Mycobacterium tuberculosis merupakan phosphate binding protein yang dikode oleh gen Pab (protein antigen b) yang berukuran 1993 bp (Andersen and Hansen, 1989). Pada penelitian Kadival et al., 1997 diketahui bahwa antigen 38 kDa dari M.tuberculosis memiliki respons sangat immunodominan terhadap sel B dan sel T. Menurut Rosales-Borjas et al., 1998 bahwa antigen 38 kDa spesifik pula pada M.tuberculosis complex dan bersifat sangat immunogenik, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi alat deteksi tuberkulosis melalui kulit. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkloning gen Pab dari M.tuberculosis yang akan menjadi dasar untuk pengembangan kit diagnosis TB laten berbasis imunologi. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat klinis dari M.tuberculosis yang dikultur dalam medium Lowestein Jensen, kit ekstraksi DNA kromosom, primer Ag 38, agarosa, PCR Mix, pGEM-T, E.coli JM 109, ampisilin, X-Gal, IPTG, Qiagen Kit, GFX Kit Tahapan penelitian untuk kloning gen Pab pengkode antigen 38 kDa dilakukan sebagai berikut: 1. Dekontaminasi Sputum Sputum penderita TB didekontaminasi dengan menambahkan zat dekontaminan yaitu NaOH, Sodium sitrat dan N asetil-L-sistein, kemudian disentrifugasi pada 12.000 rpm. Endapan diencerkan dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) atau akuades steril. Sputum siap untuk di kultur dalam medium Lowestein Jensen. 2. Kultur M. tuberculosis Dilakukan dalam medium Lowenstein Jensen yang terdiri dari Monopotassium dehydrogen phosphate, Magnesium sulfate-heptahydrate dan Tri-Magnesium dicitrate-4-hydrate). Ditambahkan pula L-Asparagin, Potato flour, Malachite green dan gliserol. Selanjutnya disterilkan dalam autoclave, dan setelah dingin ditambahkan telur ayam kampung. Medium LJ dipadatkan pada suhu 860C, 45 menit selama 2 hari. 3. Pewarnaan Ziehl Neelsen (ZN) Koloni diperiksa kebenarannya dengan pewarnaan Ziehl Neelsen. Gelas objek ditempatkan pada rak yang tersedia dan dituangkan zat warna Ziehl’s karbol fuchsin 0,3%. Selanjutnya di bawah gelas objek dilewatkan nyala api sebanyak tiga kali selama 5 menit. Sediaan dicuci dengan air mengalir sampai zat warna terbuang. Diteteskan lagi HCl alkohol 3% selama 3 menit kemudian dicuci dengan air mengalir. Pewarnaan dilakukan dengan metilen biru 0,3% selama 3 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dibiarkan kering. 4. Isolasi DNA kromosom Isolasi DNA kromosom Mycobacterium tuberculosis dilakukan dengan metode Boom. Ke dalam 100 µl sampel ditambahkan 900 µl buffer lisis L6, sentrifugasi 12.000 rpm selama 10 menit. Selanjutnya supernatan ditambahkan dengan 20 µl celite, sentrifugasi 15 detik. Endapan dicuci dengan 1 ml buffer L2 sebanyak dua kali. Kemudian dicuci dengan 1 ml etanol 70%, dan 1 ml aseton masing-masing dua kali. Endapan dilarutkan dengan menambahkan buffer TE. 5. Perancangan dan sintesis primer untuk amplifikasi gen Pab pengkode antigen 38 kDa Amplifikasi gen Pab dilakukan dengan teknik PCR menggunakan sepasang primer spesifik. Urutan primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah pabF224 (5’GGCGGCCATGGGCTCGAAACCACCGAGCGG-3’) dan pab1342 dengan urutan (5’CCAGCAGGATCCGCAAAGCAGCCCGATGGC-3’) (Chang et al., 1994). 6. Amplifikasi gen Pab pengkode antigen 38 kDa dengan PCR Reaksi rantai polimerase berantai (PCR) bertujuan untuk memperbanyak gen Pab pengkode antigen 38 kDa. Komponen reaksi PCR sejumlah 25μL dibuat dengan mereaksikan 1 μL primer forward (10pmol), 1 μL primer reverse (10pmol), dan 3μL DNA hasil isolasi dan digenapkan dengan Master Mix go Taq green. Kondisi PCR yang digunakan adalah pra denaturasi 900C selama 5 menit, denaturasi awal o 94 C selama 30 detik, penempelan primer 55oC selama 30 detik, dan elongasi pada 72oC selama 30 detik. Pemanjangan fragmen DNA akhir pada 72oC selama 7 menit dan reaksi dilakukan sebanyak 25 siklus. 7. Kloning gen ke vektor kloning pGEM-T Untuk menyimpan dan mengkararakterisasi keseluruhan urutan nukleotida dari gen pengkode antigen target, maka gen hasil amplifikasi dikloning ke vektor kloning pGEM-T. Produk PCR diisolasi dari gel agarosa dengan KIT kolom GFX kemudian diligasi ke vektor kloning pGEMT. Hasil ligasi ditransformasikan ke E. coli JM109 dan diseleksi dengan media seleksi yang mengandung ampisilin, X-Gal dan IPTG. Koloni yang mengandung pGEM-T dengan DNA sisipan gen Pab akan berwarna putih. Sedangkan koloni biru merupakan E.coli yang hanya membawa plasmid pGEM-T tanpa gen Pab. 8. Karakterisasi klon rekombinan Karakterisasi klon rekombinan dilakukan dengan mengisolasi koloni putih dengan Qiagen Plasmid KIT. Karakterisasi dilakukan dengan melakukan PCR pada klon rekombinan. Penentuan urutan nukleotida gen Pab sebagai DNA sisipan dilakukan dengan sekuensing. Hasil sekuensing DNA kemudian dihomologikan dengan urutan pada Bank data untuk diketahui tingkat homologinya dengan bantuan program BLAST pada website NCBI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Mycobacterium tuberculosis Pada penelitian ini asal bakteri Mycobacterium tuberculosis diperoleh dari sputum penderita TB. Selanjutnya dilakukan dekontaminasi sputum agar kuman berkelompok, sehingga lebih mudah mendapatkan mikobakteria dalam jumlah besar. Tindakan dekontaminasi juga diperlukan untuk membunuh kuman selain mikobakteria misalnya flora normal dan jamur. Kultur M.tuberculosis dilakukan dalam medium Lowenstein-Jensen (LJ). Medium LJ merupakan medium berbasis telur yang dilengkapi dengan asam lemak dan protein untuk metabolisme mikobakteria. Gliserol menjadi sumber karbon dan energi, sedangkan asparagin untuk sumber nitrogen dan stimulasi pertumbuhan. Koagulasi albumin telur diperlukan untuk mengentalkan medium cair, dan malachite green berperan untuk menghalangi kontaminan Selanjutnya dilakukan pewarnaan Ziehl-Neelsen (ZN) untuk menguji keberadaan Mycobacterium tuberculosis. Hal ini disebabkan karena mikobakteri lain seperti M. fortuitum, M. triviale, M. chelonei dan beberapa strain M. flavescens dapat tumbuh pada medium ini (Condalab, 1990). B. Isolasi kromosom M.tuberculosis Isolasi kromosom pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Boom yang diperkenalkan oleh Boom et.al, 1990. Metode ini berdasarkan proses lisis dari sel dan menginaktifkan sifat nuklease dengan agen ”chaotropic” yaitu guanidium thiocynate (GuSCN). Selanjutnya asam nukleat akan bergabung dengan partikel silika atau diatom yang terdapat dalam reagen tersebut. Diatom merupakan bahan yang mengikat DNA dan berasal dari fosil dinding sel alga uniseluler. C. Amplifikasi gen Pab pengkode antigen 38 kDa Hasil amplifikasi gen Pab dengan PCR menggunakan primer spesifik diperoleh hasil seperti pada gambar 1. Gambar 1. Produk PCR gen Pab ukuran 1993 bp Dari gambar terlihat produk PCR berada di atas 1000 bp, tepatnya berukuran 1993 bp. Hal ini sesuai dengan data dari GenBank bahwa gen Pab yang mengkode antigen 38 kDa terdiri dari 1993 bp. Produk PCR tersebut selanjutnya menjadi gen target untuk di ligasi ke vektor kloning D. Ligasi gen Pab dengan vektor kloning pGEM-T Kloning dilakukan agar gen Pab dapat diperoleh dalam jumlah banyak. Pada penelitian ini digunakan vektor kloning pGEM-T karena memiliki daerah Origin of Replication (ORI) untuk fragmen DNA sisipan. Selain itu vektor pGEM-T memiliki situs gen resisten Ampisilin (Ampr) dan gen lacZ yang berperan dalam skrining biru-putih pada saat transformasi ke sel kompeten Escherichia coli JM 109. Hasil ligasi DNA orf ESAT-6 ke vektor kloning pGEM-T diperoleh plasmid rekombinan seperti terlihat pada gambar 2. 1 2 2 5000 pGEM-T-Pab 3000 00 Gambar 2. Ligasi gen Pab ke dalam pGEM-T Dari gambar di atas tampak bahwa DNA sisipan Pab telah berhasil diligasi ke vektor kloning pGEM-T. Hal ini terbukti dari kolom 2 bahwa ukuran pGEM-T-Pab berukuran lebih dari 3000 pb, berarti plasmid pGEM-T telah tersisipi dengan DNA sisipan Pab E. Transformasi pGEM-T- Pab ke dalam sel kompeten (Escherichia coli JM 109) Transformasi dilakukan menggunakan sel kompeten Escherichia coli JM 109 yang berfungsi sebagai organisme yang akan memperbanyak plasmid rekombinan pGEM-T-Pab. Hasil transformasi diperoleh koloni bakteri berwarna putih dan koloni biru pada cawan petri yang berisi medium LB padat, X-gal, IPTG dan ampisilin seperti terlihat pada gambar 3. Koloni putih menandakan bahwa DNA sisipan telah berhasil disisipkan ke vektor, sedang koloni biru berarti DNA sisipan tidak berhasil diligasikan ke vektor. 1 2 Gambar 3. Hasil transformasi dan skrining biru putih. Keterangan : 1 = koloni putih; 2 = koloni biru Medium LB padat yang sudah ditambahkan antibiotik ampisilin, isopropyl β-D-1thiogalactopyranoside (IPTG), dan X-Gal, dapat digunakan sebagai medium seleksi pertumbuhan sel kompeten yang di transformasi. Ampisilin berfungsi sebagai media seleksi pertama, karena bakteri yang akan tumbuh adalah bakteri yang memiliki gen resistensi ampisilin, yaitu E. coli yang mengandung pGEM-T. Penambahan IPTG dimaksudkan sebagai induser transkripsi pada gen operon lac yaitu lacZ. Gen lacZ akan mengkode suatu enzim β-galaktosidase yang berfungsi memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Kehadiran enzim β-galaktosidase dalam metode ini dideteksi dengan adanya pemecahan substrat X-gal (5-bromo-4chloro-3-indolyl-β-D-galactactoside) yang tidak berwarna menjadi galaktosa dan 5-bromo-4-chloroindigo yang berwarna biru (Madigan and Martinko, 2005). Adanya enzim β-galaktosidase aktif menghasilkan koloni sel bakteri yang berwarna biru yang menunjukan tidak adanya DNA sisipan di dalam plasmid vektor. Sebaliknya, sel yang tidak memiliki aktivitas enzim β-galaktosidase akan menghasilkan koloni sel bakteri yang berwarna putih. Hal ini disebabkan adanya sisipan fragmen DNA terletak di antara gen lacZ sehingga fragmen DNA akan menginaktifkan ekspresi dari gen lacZ sehingga enzim βgalaktosidase tidak akan terbentuk . Koloni E. coli yang berwarna putih (sel transforman) menunjukan DNA pengkode Pab telah diligasi pada daerah MCS (multi cloning site) yang terdapat pada gen lacZ pGEM-T. Sisipan fragmen DNA ini akan menghambat gen lacZ untuk mengkode subunit β-galactosidase, sehingga enzim tersebut tidak dapat mendegradasi substrat galaktosa yang tersedia. Koloni bakteri berwarna biru, tidak memiliki fragmen DNA sisipan sehingga dapat mendegradasi substrat galaktosa yang tersedia. F. Karakterisasi plasmid rekombinan pGEM-T-Pab 1. Analisis DNA Sisipan gen Pab dengan PCR Analisis terhadap DNA sisipan gen Pab dilakukan dengan PCR. Produk PCR terlihat adanya satu pita DNA dengan ukuran 1993 bp. Hasil PCR ini membuktikan bahwa DNA plasmid dari koloni putih terdapat DNA sisipan berupa orf ESAT-6. Gambar 4. Produk PCR gen Pab sebagai DNA sisipan 2. Analisis DNA sisipan gen Pab dengan sekuensing Sekuensing dilakukan untuk menentukan apakah gen yang diisolasi dari klon rekombinan adalah benar Pab. Hasil sekuensing menggunakan primer Pab yang dikonfirmasi dengan analisa BLAST diperoleh hasil seperti berikut : Score Expect 1642 bits(889) 0.0 Query 43 Sbjct 278 Query 103 Sbjct 338 Query 163 Sbjct 398 Query 223 Sbjct 458 Query 283 Sbjct 518 Query 343 Sbjct 578 Query 403 Sbjct 638 Query 463 Sbjct 698 Query 523 Sbjct 758 Query 583 Sbjct 818 Query 643 Sbjct 878 Query 703 Sbjct 938 Query 763 Sbjct 998 Query 822 Sbjct 1057 Query 881 Sbjct 1117 Query 941 Sbjct 1176 Identities Gaps Strand 914/930(98%) 5/930(0%) Plus/Plus GCGACTACCCCCGCGTCGTCGCCGGTGACGTTGGCGGAGACCGGTAGCACGCTGCTCTAC |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| GCGACTACCCCCGCGTCGTCGCCGGTGACGTTGGCGGAGACCGGTAGCACGCTGCTCTAC CCGCTGTTCAACCTGTGGGGTCCGGCCTTTCACGAGAGGTATCCGAACGTCACGATCACC |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| CCGCTGTTCAACCTGTGGGGTCCGGCCTTTCACGAGAGGTATCCGAACGTCACGATCACC 102 337 162 397 GCTCAGGGCACCGGTTCTGGTGCCGGGATCGCGCAGGCCGCCGCCGGGACGGTCAACATT |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| GCTCAGGGCACCGGTTCTGGTGCCGGGATCGCGCAGGCCGCCGCCGGGACGGTCAACATT 222 GGGGCCTCCGACGCCTATCTGTCGGAAGGTGATATGGCCGCGCACAAGGGGCTGATGAAC |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| GGGGCCTCCGACGCCTATCTGTCGGAAGGTGATATGGCCGCGCACAAGGGGCTGATGAAC 282 ATCGCGCTAGCCATCTCCGCTCAGCAGGTCAACTACAACCTGCCCGGAGTGAGCGAGCAC |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| ATCGCGCTAGCCATCTCCGCTCAGCAGGTCAACTACAACCTGCCCGGAGTGAGCGAGCAC 342 CTCAAGCTGAACGGAAAAGTCCTGGCGGCCATGTACCAGGGCACCATCAAAACCTGGGAC |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| CTCAAGCTGAACGGAAAAGTCCTGGCGGCCATGTACCAGGGCACCATCAAAACCTGGGAC 402 GACCCGCAGATCGCTGCGCTCAACCCCGGCGTGAACCTGCCCGGCACCGCGGTAGTTCCG |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| GACCCGCAGATCGCTGCGCTCAACCCCGGCGTGAACCTGCCCGGCACCGCGGTAGTTCCG 462 CTGCACCGCTCCGACGGGTCCGGTGACACCTTCTTGTTCACCCAGTACCTGTCCAAGCAA |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| CTGCACCGCTCCGACGGGTCCGGTGACACCTTCTTGTTCACCCAGTACCTGTCCAAGCAA 522 GATCCCGAGGGCTGGGGCAAGTCGCCCGGCTTCGGCACCACCGTCGACTTCCCGGCGGTG |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| GATCCCGAGGGCTGGGGCAAGTCGCCCGGCTTCGGCACCACCGTCGACTTCCCGGCGGTG 582 CCGGGTGCGCTGGGTGAGAACGGCAACGGCGGCATGGTGACCGGTTGCGCCGAGACACCG |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| CCGGGTGCGCTGGGTGAGAACGGCAACGGCGGCATGGTGACCGGTTGCGCCGAGACACCG 642 GGCTGCGTGGCCTATATCGGCATCAGCTTCCTCGACCAGGCCAGTCAACGGGGACTCGGC |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| GGCTGCGTGGCCTATATCGGCATCAGCTTCCTCGACCAGGCCAGTCAACGGGGACTCGGC 702 GAGGCCCAACTAGGCAATAGCTCTGGCAATTTCTTGTTGCCCGACGCGCAAAGCATTCAG |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| GAGGCCCAACTAGGCAATAGCTCTGGCAATTTCTTGTTGCCCGACGCGCAAAGCATTCAG 457 517 577 637 697 757 817 877 937 762 997 GCCGCGGCGGCTGGCTTCGCATCG-AAACCCCGGCGAACCAGGCGATTTTCNATGATCGA |||||||||||||||||||||||| ||||||||||||||||||||| |||| |||||||| GCCGCGGCGGCTGGCTTCGCATCGAAAACCCCGGCGAACCAGGCGA-TTTCGATGATCGA 821 CGGGCCCGCCCCGGACGN-TACCCGATCATCAACTACGAGTACGCCATCGTCAACAACCG ||||||||||||||||| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| CGGGCCCGCCCCGGACGGCTACCCGATCATCAACTACGAGTACGCCATCGTCAACAACCG 880 GCAAANGGACGNCGCCACCGCGCAGANCNTGNNGGCNTTTCTGCACTGGGGCGATCACCG ||||| ||||| |||||||||||||| | || ||| |||||||||| |||||||||||| GCAAAAGGACGCCGCCACCGCGCAGACCTTGCAGGCATTTCTGCACT-GGGCGATCACCG ACGGCAACCAGGCCTCGATTCCTCGANCAG |||||||| |||||||| |||||||| ||| ACGGCAACAAGGCCTCG-TTCCTCGACCAG 970 1204 Gambar 5. Hasil BLAST gen Pab 1056 1116 940 1175 Hasil analisa BLAST menunjukkan bahwa homologi gen Pab hasil kloning dengan gen Bank adalah 98%. Hal ini menunjukkan bahwa DNA sisipan adalah benar gen Pab. KESIMPULAN Hasil kloning gen Pab yang mengkode antigen 38 kDa dari Mycobacterium tuberculosis ke vektor kloning pGEM-T dan transformasi ke sel Escherichia coli JM 109, diperoleh 3 koloni putih. Setelah dikarakterisasi dengan PCR dan sekuensing diperoleh bahwa DNA sisipan yang diligasi adalah benar gen Pab. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan Nasional yang mendanai penelitian ini melalui BOPTN 2013. DAFTAR PUSTAKA Andersen A.B and Egon Bech Hansen, 1989, Structure and Mapping of Antigenic Domains of Protein Antigen b, a 38,000-Molecular-Weight Protein of Mycobacterium tuberculosis, Infection and Immunity, Vol 57 No 8 Boom, R. C.J.A, Sol, M.M.M, Salimans, C. L Jansen, P.M.E. Wertheim-van Dillen and J.van Der Noordaa, 1990, Rapid and Simple Method for Purification of Nucleic acids, J. of Clinical Microbiology, p 495-503 Rosales-Borjas, D.M., Sergio Zambrano-Villa, Martha Elinos, Harum Kasem, Antonio Osuna, Raul Mancilla, and Librado Ortiz-Ortiz, 1998, Rapid Screening Test for Tuberculosis Using a 38 kDa Antigen From Mycobacterium tuberculosis, Journal of Clinical Laboratory Analysis 12 : 126-129 Chang Zengyi, Abba Choudhary, Raju Lathigra and Florante A. Quiocho, 1994, The Immunodominant 38 kDa Lipoprotein Antigen of Mycobacterium tuberculosis is a Phosphate binding Protein, The Journal of Biological Chemistry Vol 269 No3 Condalab, 1990, Lowenstein-Jensen Medium Base, Cat : 1116 Diel R., Robert Loddenkemper, Karen Meywald-Walter, Rene Gottschalk, and Albert Nienhaus, 2009, Comparative Performance of Tuberculin Skin Test, QuantiFERON-TBGold In Tube Assay, and T-Spot.TB Test in contact Investigations for Tuberculosis, American College of Chest Physicians, Chest, 135 :1010-1018 Flynn J.L and John Chan, 2001, Tuberculosis: Latency and Reactivation, Infection and Immunity, Vol 69 No.7, p. 4195–4201 Jasmer R.M, Payam Nahid, and Philip C.Hopewell, 2002, Latent Tuberculosis Infection, The New England Journal of Medicine, Vol.347 Kadival G.V., C.D’ Souza, M. Kameswaran and A.M Samuel, 1997, Mycobacterium tuberculosis 38 kDa Antigen and Its Encoding Gene-Experience In Diagnostic Applications, Indian Journal of Clinical Biochemistry, 12 (Suppl), 68 -71 Madigan dan Martinko, 2005, Brock Biology of Microorganisms 11th edition. San Fransisco : Benjamin Cummings Menzies D, Madhukar Pai, and George Comstock, Meta-analysis: New Tests for the diagnosis of latent tuberculosis infection: Areas of Uncertainty and Recommendations for Research, Ann Intern Med. 2007; 146 : 340-354 Pinxteren L.A.H, Pernille Ravn, Else Marie Agger, John Pollock and Peter Andersen, Diagnosis of Tuberculosis Based on the Two Specific Antigens ESAT-6 and CFP10, 2000, Clinical and Diagnostic Laboratory Immunology, Vol 7 No 2, p.155-160